Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK MUTU SABUN DENGAN PENGGUNAAN

RUMPUT LAUT BERBEDA

OLEH
MUHAMMAD FAKHRAN AFZA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KARAKTERISTIK MUTU SABUN DENGAN PENGGUNAAN
RUMPUT LAUT BERBEDA

Oleh
Muhammad Fakhran Afza1), Sumarto2), Desmelati 2)
Email: m.fakhranafza26@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutu sabun dengan penggunaan
rumput laut E. cottonii dan E. spinosum. Metode penelitian dilakukan secara eksperimen dengan
melakukan pembuatan sabun dari rumput laut berbeda. Data penelitian dianalisis menggunakan
uji-T terhadap mutu sabun rumput laut E. cottonii 15 gram, E. spinosum 10 gram dan E.
spinosum 15 gram. Parameter uji terhadap analisis organoleptik (kenampakan, bau, tekstur), uji
fisik (stabilitas busa, pH), analisi kimia (kadar air, alkali bebas, asam lemak, asam lemak bebas).
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumput laut berbeda memberikan pengaruh
terhadap mutu sabun yang dihasilkan. Penggunaan rumput laut E. spinosum 10 gram merupakan
perlakuan terbaik dengan karakteristik sabun yaitu: memiliki kenampakan cerah dan bersih,
aroma wangi spesifik, tekstur keras, tidak lengket, stabilitas busa 75,2%, pH 8,60, kadar air
21,86%, alkali bebas 0,40%, asam lemak 26,37% dan asam lemak bebas 0,68%.

Kata kunci: Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, sabun.


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
THE QUALITY CHARACTERISTICS OF SOAP BY USE
DIFFERENT SEAWEED

By
Muhammad Fakhran Afza1), Sumarto2), Desmelati2)
Email: m.fakhranafza26@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the quality characteristics of soap using seaweed. The
research method was carried out experimentally by making soap from various types of seaweed.
The research data were analyzed using a T-test analysis of soap made from 15 grams of E.
cottonii, 10 grams of E. spinosum, and 15 grams of E. spinosum. The parameters analyzed were
organoleptic (appearance, smell, texture), physical test (foam stability, pH), chemical analysis
(moisture content, free alkalis, fatty acids, free fatty acids). Research shows that different use of
seaweed affects the quality of the soap produced. The use of seaweed E. spinosum as much as
10 grams is the best treatment with the characteristics of soap, namely: it has a bright and clean
appearance, fragrance, a hard texture, not sticky, 75.2% foam stability, pH 8.60, 21.86%
moisture content, alkaline free 0.40%, 26.37% fatty acids and 0.68% free fatty acids.

Keywords: Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, soap


1
) Students of the Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau
2
) Lecturer of the Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau
PENDAHULUAN Rumput laut merupakan salah satu
jenis alga yang memiliki banyak
Rumput laut merupakan salah satu manfaat bagi kulit, diantaranya adalah
komoditas utama perikanan budidaya. kandungan antioksidan yang berperan
Produksinya terus meningkat setiap dalam penyembuhan dan peremajaaan
tahunnya dengan kenaikan rata-rata kulit. Vitamin A dan vitamin C nya
sebesar 22,25% per tahun. Kementerian bekerja dalam memelihara kolagen.
Kelautan dan Perikanan (KKP) Sedangkan kandungan protein dari
memperkuat posisi Indonesia sebagai rumput laut penting untuk membentuk
pelaku industri utama rumput laut jaringan baru pada kulit sehingga
dunia. Dalam tiga tahun, pemerintah mencegah penuaan dini. Rumput laut
menetapkan peningkatan produksi sebenarnya kaya akan kandungan
rumput laut sebesar 45%. Kenaikan Vitamin B kompleks, C, Magnesium,
jumlah produksi rumput laut sebesar dan berbagai mineral lainnya yang
10,6 juta ton basah pada 2015, 11,1 juta membantu metabolisme sel kulit (Hika,
ton basah pada 2016, 13,4 juta ton pada 2013).
2017 (Pusdatin KKP, 2017). Penggunaan rumput laut Eucheuma
Peningkatan produksi rumput laut cottonii dan Eucheuma spinosum dapat
belum ditunjang oleh pemanfaatannya menghasilkan sabun yang bagus dan
sebagai produk bernilai tambah. baik bagi kulit umumnya diperlukan
Sebagian besar rumput laut diekspor pengujian terkait komposisi kimia, ciri
dalam bentuk rumput laut kering fisik, dan tingkat mutu produk. Sejauh
sehingga nilai tambahnya rendah. ini belum ditemukan penelitian maupun
Kontribusi ekspor rumput laut terhadap literatur lainnya yang membahas hal
total volume ekspor perikanan pada tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
tahun 2015 sebesar 14,64% namun mengetahui karakteristik mutu sabun
kontribusi nilainya hanya 4,7%. Salah dengan penggunaan rumput laut E. cottonii
satu upaya untuk meningkatkan nilai dan E. spinosum.
tambah adalah dengan mengolahnya
menjadi berbagai produk pangan dan METODE PENELITIAN
non-pangan dengan teknologi tepat
guna sehingga dapat diaplikasikan pada Penelitian dilaksanakan pada
masyarakat (Pusdatin KKP, 2015). Maret-Juni 2020 bertempat di
Pemanfaatan rumput laut kemudian Laboratorium Teknologi Hasil
berkembang sebagai bahan baku Perikanan, Kimia dan Hasil Perikanan,
industri makanan, kosmetik, farmasi, Fakultas Perikanan dan Kelautan.
kedokteran, dan industri lainnya (Kadi, Bahan yang digunakan yaitu
2004). Salah satu bentuk pemanfaatan rumput laut (E. cottonii dan E.
rumput laut di bidang kosmetik adalah spinosum) diperoleh dari Kabupaten
sabun. Sabun mandi adalah produk yang Karimun, Kepulauan Riau, minyak
dihasilkan dari reaksi antara minyak kelapa, minyak zaitun, asam stearat,
atau lemak dengan basa KOH atau alkohol, gliserin, NaOH, air, trietilamin
NaOH (BSN, 1994). Jenis sabun yang (TEA), gula pasir, pengharum jasmine
banyak dikenal yaitu sabun padat dan pewarna.
(batangan) dan sabun cair (Hambali et Bahan analisis kimia antara lain
al. 2005). C2H5OH (etanol), H2SO4 (asam sulfat),
BaCl2 (barium klorida), KOH (kalium
hidroksida), HCl (Asam klorida), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti
indikator pp (phenolphthalein), perlakuan tidak berbeda nyata.
indikator jingga metil dan indikator Formulasi bahan baku pembuatan
fenolftalein, serta aquades. Peralatan sabun dengan penambahan rumput laut
yang digunakan ialah kompor, panci, Eucheuma cottonii dan Eucheuma
blender, vortex, erlenmeyer, pH meter, spinosum mengacu pada Balai Besar
cawan porselen, desikator, tabung tutup Pengujian Penerapan Hasil Perikanan
ulir, radas refluks, labu cassia, batu (BBP2HP) yang telah di modifikasi
didih, timbangan digital, thermometer, seperti tertera pada Tabel 1.
cetakan sabun, beaker glass, penangas
air dan sendok. Tabel 1. Formulasi pembuatan sabun
rumput laut
Metode penelitian Bahan
Formulasi
Metode penelitan dilakukan secara E0 E1 E2
eksperimen, yaitu membuat sabun Rumput laut (g) 15 10 15
Minyak kelapa (mL) 45 45 45
dengan penambahan rumput laut (E. Minyak zaitun (mL) 40 40 40
cottonii dan E. spinosum). Rancangan Asam stearat (g) 40 40 40
penelitian yang digunakan yaitu uji-T NaOH (g) 15 15 15
berpasangan dengan 3 jenis perlakuan TEA (mL) 40 40 40
yaitu menggunakan rumput laut Gliserin (mL) 20 20 20
Alkohol (mL) 20 20 20
Eucheuma cottonii 15 gram (E0) sebagai Gula pasir (g) 40 40 40
kontrol perlakuan dan rumput laut Air (mL) 100 100 100
Eucheuma spinosum 10 gram (E1) dan Pengharum (mL) 2 2 2
15 gram (E2) dengan 3 kali ulangan. Pewarna (mL) 1 1 1
Parameter yang diamati ialah
analisis fisik yang meliputi stabilitas Prosedur penelitian
busa dan derajat keasaman (pH) pada Tahap pembuatan bubur rumput
sabun, analisis sensori sabun rumput laut mengacu pada Pratiwi (2005),
laut menggunakan uji mutu hedonik dengan tahapan sebagai berikut.
serta analisis kimia meliputi analisis a) Rumput laut Eucheuma cottonii dan
kadar air, alkali bebas, asam lemak dan Eucheuma spinosum ditimbang 100
asam lemak bebas. Data yang diperoleh g lakukan pencucian dan sortasi
disajikan dalam bentuk tabel. Untuk terhadap rumput laut yang busuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan dan benda-benda asing.
dilakukan uji-T dengan rumus: b) Rumput laut direndam dengan air
∑ 𝐷−(∑𝐷)2 /𝑛 cucian beras, dengan rasio 1:2
SD2 = 𝑛−1 (rumput laut/air beras) selama ± 24
SD =√𝑆𝐷2 /𝑛 jam, dengan pergantian air 2 kali
𝐷
t-hit = 𝑠𝑑 sehari. Air cucian beras di dapat
Keterangan : melalui proses pencucian beras
D=∑ rata-rata selisih variabel Pp dan Pd dengan rasio 1:5 (beras/air).
SD = Standar deviasi variabel Pp dan Pt c) Rumput laut diblender menjadi
n=Jumlah ulangan / pengamatan bubur dengan menambahkan air
Dari analisis uji-T akan didapat t dengan rasio 1:1 (rumput laut/air).
hitung > t tabel (α = 0,05) berarti hipotesis
(Ho) ditolak, berarti terdapat perbedaan Pembuatan sabun rumput laut
nyata, apabila t hitung < t tabel (α = 0,05) Pembuatan sabun dengan
penambahan rumput laut Eucheuma
cottonii dan Eucheuma spinosum (7), agak keras dan lengket (5), lunak
mengacu pada Balai Besar Pengujian dan lengket (3), sangat lunak dan
Penerapan Hasil Perikanan (2013), yang lengket (1). Hasil analisis organoleptik
telah dimodifikasi. Berikut ini langkah- sabun dengan penggunaan rumput laut
langkah pembuatan sabun rumput laut: berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
1. Bahan-bahan ditimbang sesuai
formulasi. Tabel 2. Nilai organoleptik sabun
2. Minyak kelapa dan minyak zaitun rumput laut berbeda.
diblender, masukkan NaOH dan Perlaku Parameter
bubur rumput laut sesuai perlakuan, an Kenampakan Aroma Tekstur
blender selama 1 menit. Pemanasan E0 7,33±0,4 c
6,60±0,2 b
7,67±0,1 a

larutan (A) dan asam stearat hingga E1 7,60±0,0b 7,93±0,3c 7,87±0,1b


cair (B) menggunakan metode E2 5,40±0,4 a
6,33±0,1 a
6,40±0,2c
steam sambil diaduk. *E0 = E. cottonii 15 g; E1 = E. spinosum 10 g;
3. Larutan (B) dituang ke dalam E2 = E. spinosum 15 g ** a b c = berbeda nyata.
larutan (A) aduk hingga homogen,
panaskan mencapai suhu 80 oC. Nilai kenampakan
4. Suhu diturunkan hingga 50 oC Rupa merupakan komponen utama
masukkan alkohol. dan awal penilaian konsumen terhadap
5. Gliserin, TEA dan larutan gula cair suatu produk sabun. Untuk hasil uji
dituang secara bertahap, rentang kenampakan pada sabun dengan
waktu ±2 menit. penggunaan rumput laut berbeda dapat
6. Larutan dikeluarkan dari pemanas, dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
masukkan pengharum jasmine dan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
pewarna merah. rata-rata tertinggi kenampakan sabun
7. Saring, lalu tuang ke dalam dengan perlakuan E1 yaitu 7,60 dengan
cetakan, biarkan hingga dingin dan kriteria tingkat mutu sabun cerah dan
padat, lalu keluarkan dari cetakan. bersih. Terendah pada perlakuan E2
8. Produk sabun rumput laut. yaitu 5,40 dengan kriteria agak cerah
dan agak bersih.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini diduga, dipengaruhi oleh
kadar kandungan asam lemak bebas,
Penilaian organoleptik yang mana semakin tinggi kadar asam
Penilaian organoleptik untuk lemak bebas pada produk sabun maka
produk sabun rumput laut yaitu semakin rendah keterikatan minyak
penilaian mutu hedonik, dengan 10 terhadap bahan tambahan lainnya yang
orang panelis agak terlatih. Penilaian menyebabkan rupa sabun sedikit kusam.
menggunakan score sheet, pada Hal ini terjadi dikarenakan jumlah
penilaian kenampakan dengan kriteria; penggunaan rumput laut, yang mana
sangat cerah dan bersih (9), cerah dan penggunaan E. cottonii 15 g (E0) dan E.
bersih (7), agak cerah dan bersih (5), spinosum 15 g (E2) mendapatkan nilai
kusam dan dan tidak bersih (3), sangat kenampakan yang lebih rendah dari E.
kusam dan tidak bersih (1). Kriteria spinosum 10 g (E1). Menurut Jalaludin
penilaian aroma; sangat wangi (9), (2019), bahan baku yang berlebih juga
wangi (7), agak wangi (5), tidak wangi akan menyebabkan adanya asam lemak
(3), sangat tidak wangi (1). Kriteria bebas pada sabun dikarenakan NaOH
penilaian tekstur; sangat keras dan tidak tidak sanggup mengikat seluruh bahan
lengket (9), keras dan sedikit lengket baku (minyak).
Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
nilai kenampakan sabun dengan rumput (2,920), hipotesis ditolak dan berbeda
laut berbeda dapat dinyatakan berbeda nyata. E0 dengan E2 memiliki t-hitung
nyata, pada tingkat kepercayaan 95%, (4,53) > t-tabel (2,920), hipotesis
sehingga Ho ditolak, dimana ditolak dan berbeda nyata. E1 dengan E2
perbandingan E0 dengan E1 t-hitung memiliki t-hitung (41,57) > t-tabel
(6,0) > t-tabel (2,920), hipotesis ditolak (2,920), hipotesis ditolak dan berbeda
dan berbeda nyata. E0 dengan E2 nyata.
memiliki t-hitung (87,00) > t-tabel
(2,920), hipotesis ditolak dan berbeda Nilai tekstur
nyata. E1 dengan E2 memiliki t-hitung Tekstur merupakan sekelompok
(33,0) > t-tabel (2,920), hipotesis fisik yang ditimbulkan oleh elemen
ditolak dan berbeda nyata. struktural bahan pembentuk produk
yang dapat dirasakan oleh indera
Nilai aroma peraba. Hasil uji tekstur pada sabun
Nilai mutu aroma pada produk dengan penggunaan rumput laut
sabun juga salah satu komponen penting berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
dalam pengujian organoleptik. Aroma Berdasarkan hasil pengujian mutu
yang wangi dan segar akan menambah hedonik pada parameter tekstur dapat
daya tarik konsumen pada sebuah disimpulkan bahwa nilai rata-rata
produk sabun. Hasil uji aroma pada tertinggi tekstur pada sabun dengan
sabun dengan penggunaan rumput laut perlakuan E1 yaitu 7,87 dengan kriteria
berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. tingkat mutu sabun keras dan tidak
Hasil penilaian panelis pada lengket dan terendah pada perlakuan E2
parameter aroma dapat disimpulkan yaitu 6,40 dengan kriteria tingkat mutu
bahwa nilai rata-rata tertinggi aroma sabun agak keras dan sedikit lengket.
pada sabun dengan perlakuan E1 yaitu Nilai mutu tekstur pada produk
7,93 dengan kriteria tingkat mutu sabun sabun dipengaruhi oleh kandungan
wangi dan terendah E2 yaitu 6,33 kadar air, yang mana semakin tinggi
dengan kriteria tingkat mutu sabun agak kadar air pada produk sabun maka
wangi. semakin rendah nilai mutu tekstur
Hal ini diduga, dipengaruhi oleh produk sabun yang dikarenakan tekstur
kandungan asam lemak bebas, yang sabun yang didapat lunak dan sedikit
mana semakin tinggi kadar asam lemak berair/lengket. Menurut Purnamawati
bebas pada produk sabun maka semakin (2006) menjelaskan bahwa sabun yang
rendah nilai mutu aroma produk sabun. memiliki nilai kadar air diatas batas
Menurut Jalaludin (2019), sabun yang maksimum SNI (<15%) menghasilkan
mengandung kadar asam lemak bebas sabun yang cukup lunak.
melebihi batas maksimum BSN Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
cenderung beraroma tengik dan nilai mutu tekstur pada produk sabun
menghambat proses pembersihan dengan rumput laut berbeda dapat
permukaan kulit oleh sabun. dinyatakan berbeda nyata, pada tingkat
Dari hasil uji-T menunjukan bahwa kepercayaan 95%, sehingga Ho ditolak,
nilai mutu aroma pada produk sabun dimana perbandingan E0 dengan E1
dengan rumput laut berbeda dapat memiliki t-hitung (5,2) > t-tabel (2,920),
dinyatakan berbeda nyata, pada tingkat hipotesis ditolak dan berbeda nyata. E0
kepercayaan 95%, sehingga Ho ditolak, dengan E2 memiliki t-hitung (57,0) > t-
dimana perbandingan E0 dengan E1 tabel (2,920), hipotesis ditolak dan
memiliki t-hitung (22,67) > t-tabel berbeda nyata. E1 dengan E2 memiliki t-
hitung (24,94) > t-tabel (2,920), digunakan (Spitz, 2016). Hasil kadar air
hipotesis ditolak dan berbeda nyata. sabun yang didapat Balai Besar
Pengujian Penerapan Hasil Perikanan
Analisis Kimia (BBP2HP) yaitu 23,82%, hasil tersebut
Analisis kimia meliputi analisis sebagai pembanding karena formulasi
kadar air, alkali bebas dihitung sebagai sabun mengacu pada formulasi balai.
NaOH karena hasil produk merupakan Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
sabun padat, asam lemak dan asam nilai kadar air sabun dengan rumput laut
lemak bebas yang dilakukan pada sabun berbeda dapat dinyatakan tidak berbeda
rumput laut terhadap seluruh taraf nyata, pada tingkat kepercayaan 95%,
perlakuan. Hasil analisis kimia sabun sehingga Ho diterima, dimana
dengan penggunaan rumput laut perbandingan E0 dengan E1 memiliki t-
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. hitung (1,53) < t-tabel (2,920), hipotesis
diterima dan tidak berbeda nyata. E0
Tabel 3. Nilai kimia sabun rumput laut dengan E2 memiliki t-hitung (47,51) > t-
berbeda. tabel (2,920), hipotesis ditolak dan
Kadar (%) berbeda nyata. E1 dengan E2 memiliki
Perla Alkali Asam
kuan Air ALB (1,21) < t-tabel (2,920), hipotesis
bebas lemak diterima dan tidak berbeda nyata.
E0 20,59±0,6a 0,40±0,03 29,04±0,8c 0,87±0,02b
E1 21,86±0,5 0,42±0,03c 26,37±0,4b 0,68±0,05a Alkali bebas
E2 22,87±0,1c 0,39±0,05 32,35±0,1a 1,15±0,09c Alkali bebas merupakan alkali yang
*E0 = E. cottonii 15 g; E1 = E. spinosum 10 g; E2 = E. tidak terikat sebagai senyawa pada saat
spinosum 15 g; **ALB = Asam lemak bebas, *** a b c
= berbeda nyata. pembuatan sabun. Hasil analisis alkali
bebas pada sabun rumput laut berbeda
Kadar air dapat dilihat pada Tabel 3.
Jumlah kadar air dalam sabun Hasil analisis alkali bebas dapat
sangat mempengaruhi karakteristik disimpulkan bahwa nilai rata-rata
sabun yang akan disimpan. Sabun tertinggi alkali bebas dengan perlakuan
dengan kadar air yang sangat tinggi E1 yaitu 0,42% dan terendah E2 yaitu
lebih cepat mengalami penyusutan 0,39%. Rentang nilai alkali bebas yang
bobot dan dimensi. Hasil uji kadar air didapatkan 0,36-0,45%, hal ini tidak
pada sabun dengan penggunaan rumput memenuhi syarat mutu sabun menurut
laut berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. BSN (SNI 06-3532-1994) batas standar
Berdasarkan hasil analisis kadar air alkali bebas sabun adalah 0,1%. Hasil
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kadar alkali bebas yang didapatkan
tertinggi dengan perlakuan E2 yaitu Baehaki et al. (2019), sebesar 0,5%
22,87% dan terendah E0 yaitu 20,59%. nilai tersebut tidak berbeda jauh dari
Kadar air pada sabun rumput laut yang hasil yang didapatkan. Menurut
diperoleh berada diatas batas maksimum Widyasanti et al. (2016), Kelebihan
kadar air menurut BSN (1994), yaitu alkali dapat disebabkan karena
<15%. Menurut Purnamawati (2006), penambahan alkali yang berlebih pada
juga menjelaskan bahwa sabun yang proses pembuatan sabun. Alkali bebas
memiliki nilai kadar air diatas batas yang melebihi dari standar dapat
maksimum menghasilkan sabun yang menyebabkan iritasi pada kulit.
cukup lunak. Semakin banyak air yang Penurunan pada hasil uji alkali bebas
terkandung dalam sabun maka sabun diduga disebabkan adanya senyawa
akan mudah menyusut pada saat
fenol pada rumput laut yang bersifat aktif steroid pada E. spinosum
asam (Baehaki et al. 2019). (Mardiyah et al. 2014) mempengaruhi
Dari hasil uji-T menunjukan bahwa tingginya kandungan asam lemak. Hal
nilai alkali bebas sabun dengan rumput ini didukung oleh Widyasanti et al.
laut berbeda dapat dinyatakan tidak (2016), dimana steroid merupakan
berbeda nyata, pada tingkat senyawa organik lemak sterol yang
kepercayaan 95%, sehingga Ho tidak dapat terhidrolisis.
diterima, dimana perbandingan E0 Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
dengan E1 memiliki t-hitung (13,04) > t- nilai asam lemak sabun dengan rumput
tabel (2,920), hipotesis ditolak dan laut berbeda dapat dinyatakan berbeda
berbeda nyata. E0 dengan E2 memiliki t- nyata, pada tingkat kepercayaan 95%,
hitung (2,54) < t-tabel (2,920), hipotesis sehingga Ho ditolak, dimana
diterima dan tidak berbeda nyata. E1 perbandingan E0 dengan E1 memiliki t-
dengan E2 memiliki t-hitung (10,89) > t- hitung (13,72) > t-tabel (2,920),
tabel (2,920) 5%, hipotesis ditolak dan hipotesis ditolak dan berbeda nyata. E0
berbeda nyata. dengan E2 memiliki t-hitung (16,95) > t-
tabel (2,920), hipotesis ditolak dan
Asam lemak berbeda nyata. E1 dengan E2 memiliki t-
Asam lemak yang terkandung hitung (29,58) > t-tabel (2,920),
dalam sabun rumput laut yang hipotesis ditolak dan berbeda nyata.
dihasilkan berasal dari asam stearat dan
asam palmitat yang terkandung pada Asam lemak bebas
minyak kelapa dan asam oleat pada Asam lemak bebas adalah asam
minyak zaitun yang digunakan sebagai lemak yang berada dalam sampel sabun,
bahan baku pembuatan sabun rumput tetapi tidak terikat sebagai senyawa
laut pada penelitian ini. Hasil analisis natrium ataupun sebagai trigliserida
asam lemak pada sabun rumput laut atau lemak netral. Asam lemak bebas
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. merupakan komponen yang tidak
Berdasarkan hasil pengujian asam diinginkan dalam proses pembersihan
lemak dapat disimpulkan bahwa nilai (Jalaludin, 2019). Hasil analisis asam
rata-rata tertinggi asam lemak dengan lemak bebas pada sabun rumput laut
perlakuan E2 yaitu 32,35% dan terendah berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
pada E1 yaitu 26,37%. Dari hasil Kesimpulan hasil analisis asam
analisis, asam lemak yang diperoleh lemak bebas bahwa nilai rata-rata
berada dibawah batas minimum asam tertinggi asam lemak bebas dengan
lemak menurut BSN (1994), yaitu perlakuan E2 yaitu 1,15% dan terendah
>70%, artinya bahan-bahan yang pada E1 yaitu 0,68%. Dari hasil
ditambahkan sebagai bahan pengisi analisis, asam lemak bebas yang
dalam sabun sebaiknya kurang dari diperoleh berada dibawah batas
30%. Hal ini dimaksudkan untuk maksimum asam lemak bebas menurut
mengefisienkan proses pembersihan BSN (1994) yaitu <2,5%.
kotoran berupa minyak atau lemak pada Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
saat sabun digunakan dan jumlah asam nilai asam lemak bebas sabun dengan
lemak yang rendah ini menyebabkan rumput laut berbeda dapat dinyatakan
sabun akan cepat habis ketika berbeda nyata, pada tingkat
digunakan (BBP2HP, 2013). kepercayaan 95%, sehingga Ho ditolak,
Tingginya kandungan asam lemak dimana perbandingan E0 dengan E1
diduga, adanya kandungan senyawa memiliki t-hitung (20,27) > t-tabel
(2,920), hipotesis ditolak dan berbeda perlakuan E1 yaitu 75,20% dan terendah
nyata. E0 dengan E2 memiliki t-hitung pada perlakuan E2 yaitu 68,38%.
(18,55) > t-tabel (2,920), hipotesis Dari hasil uji-T menunjukan bahwa
ditolak dan berbeda nyata. E1 dengan E2 nilai stabilitas busa sabun rumput laut
memiliki t-hitung (23,05) > t-tabel berbeda dapat dinyatakan berbeda
(2,920), hipotesis ditolak dan berbeda nyata, pada tingkat kepercayaan 95%,
nyata. sehingga Ho ditolak, dimana E0 dengan
Menurut Jalaludin (2019), kenaikan E1 memiliki t-hitung (8,5) > t-tabel
kandungan asam lemak bebas ini (2,920), hipotesis ditolak dan berbeda
dipengaruhi oleh tidak sanggupnya nyata. E0 dengan E2 memiliki t-hitung
NaOH mengikat minyak yang berlebih (3,06) > t-tabel (2,920), hipotesis
sehingga asam lemak bebas masih ditolak dan berbeda nyata. E1 dengan E2
terkandung di dalam sabun. Bahan baku memiliki t-hitung (33,46) > t-tabel
yang berlebih juga akan menyebabkan (2,920), hipotesis ditolak dan berbeda
adanya asam lemak bebas pada sabun nyata.
dikarenakan NaOH tidak sanggup Menurut Amin (2006), karakteristik
mengikat seluruh bahan baku (minyak). busa sabun dipengaruhi beberapa faktor,
Adanya asam lemak bebas pada sabun yaitu adanya bahan aditif sabun dan
disebabkan karena reaksi penyabunan surfaktan, penstabil busa dan bahan-
yang tidak sempurna. Sabun yang bahan penyusun sabun lainnya. Nilai
mengandung kadar asam lemak bebas stabilitas busa semakin menurun
cenderung beraroma tengik dan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian
menghambat proses pembersihan rumput laut. Menurut Baehaki et al.
permukaan kulit oleh sabun. (2019), hal ini diduga pengaruh dari
jenis rumput laut Eucheuma sp yang
Analisis Fisik mengandung serat tinggi dan
merupakan penghasil karagenan yang
Stabilitas busa sifatnya sebagai penstabil emulsi.
Busa salah satu parameter penting
dalam penentuan mutu sabun. Dimana Derajat keasaman (pH)
pada penggunaannya sehari-hari, busa Nilai pH sabun sangat berpengaruh
berperan dalam proses pembersihan dan terhadap kesehatan lapisan kulit pada
melimpahkan wangi sabun pada kulit. tubuh. Hal ini didukung oleh
Hasil analisis stabilitas busa pada sabun Wasitaatmadja (1997), nilai pH
rumput laut berbeda dapat dilihat pada kosmetik yang terlalu tinggi atau rendah
Tabel 4. dapat meningkatkan daya absorbansi
kulit, sehingga menyebabkan iritasi
Tabel 4. Nilai stabilitas busa (%) sabun pada kulit. Berikut hasil nilai pH pada
rumput laut berbeda sabun rumput laut berbeda dapat dilihat
Ulangan pada Tabel 5.
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
E0 70,00 68,18 71,43 69,87 Tabel 5. Nilai derajat keasaman (pH)
E1 75,00 76,92 73,68 75,20 sabun rumput laut berbeda
E2 67,50 69,57 68,09 68,38 Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
Berdasarkan hasil Tabel 4 dapat E0 8,40 8,50 8,30 8,40
disimpulkan bahwa nilai rata-rata E1 8,50 8,60 8,70 8,60
tertinggi stabilitas busa dengan E2 8,40 8,40 8,30 8,37
Hasil analisis Tabel 5, dapat asam lemak 26,37% dan asam lemak
disimpulkan bahwa nilai rata-rata bebas 0,68%.
tertinggi derajat keasaman (pH) dengan
perlakuan E1 yaitu 8,60 dan terendah E2 Saran
yaitu 8,37. Nilai pH sabun rumput laut Penelitian lebih lanjut mengenai
menunjukkan pH (8,30-8,70) yang komposisi penggunaan alkali, air dan
merupakan basa. Menurut BSN (1996), minyak agar dapat memenuhi syarat
umumnya pH sabun mandi berkisar mutu sabun pada kadar air, alkali bebas
antara 8-11. Dengan demikian sabun dan asam lemak sesuai dengan SNI.
yang dihasilkan masih dalam batas
maksimum pH sabun (Memenuhi DAFTAR PUSTAKA
standar BSN). Jumlah alkali yang ada
dalam sabun turut mempengaruhi Amin, H. 2006. Kajian penggunaan
besarnya nilai pH (Jellinek, 1970). kitosan sebagai pengisi dalam
Hasil uji-T menunjukan bahwa nilai pembuatan sabun transparan.
pH sabun dengan rumput laut berbeda [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
dapat dinyatakan berbeda nyata, pada Pertanian Bogor.
tingkat kepercayaan 95%, sehingga Ho
ditolak, dimana perbandingan E0 Baehaki, A., Lestari, S. D., & Hildianti,
dengan E1 memiliki t-hitung (6,00) > t- D. F. 2019. The Utilization of
tabel (2,920), hipotesis ditolak dan Seaweed Eucheuma cottonii in the
berbeda nyata. E0 dengan E2 memiliki t- Production of Antiseptic Soap.
hitung (3,00) > t-tabel (2,920), hipotesis Jurnal Pengolahan Hasil
ditolak dan berbeda nyata. E1 dengan E2 Perikanan Indonesia, 22(1), 143.
memiliki t-hitung (7,94) > t-tabel
(2,920), hipotesis ditolak dan berbeda [BSN] Badan Standarisasi Nasional
nyata. Indonesia. 1994. Standar Mutu
Sabun Mandi. SNI 06-3532
KESIMPULAN DAN SARAN 1994. Jakarta (ID): Badan
Standar Nasional.
Kesimpulan
Karakteristik sabun dengan rumput Hambali E, Suryani A, Rifai M. 2005.
laut E. cottonii 15 g (E0), E. spinosum Membuat Sabun Transparan untuk
10 g (E1), dan E. spinosum 15 g (E2) Gift dan Kecantikan. Jakarta (ID):
terdapat perbedaan mutu sabun terhadap Penebar Swadaya.
nilai kenampakan, aroma, tekstur,
stabilitas busa, pH, asam lemak dan Hika. 2013. Manfaat Rumput Laut
asam lemak bebas, sedangkan pada Untuk Kulit Dan Wajah.
kadar air dan alkali bebas tidak ada http://www.perawatanwajahyuk.c
perbedaan mutu sabun. Penggunaan om/wajah/manfaat-rumput-laut-
rumput laut E. spinosum 10 gram (E1), untuk-kulit-dan-wajah.html.Di
merupakan perlakuan terbaik dengan akses tanggal 12 November 2019.
karakteristik sabun yaitu: memiliki
kenampakan cerah dan bersih, aroma Jalaluddin, J., Aji, A., & Nuriani, S.
wangi spesifik, tekstur keras, tidak 2019. Pemanfaatan Minyak Sereh
lengket, stabilitas busa 75,2%, pH 8,60, (Cymbopogon nardus L) sebagai
kadar air 21,86%, alkali bebas 0,40%, Antioksidan pada Sabun Mandi
Padat. Jurnal Teknologi Kimia Wasiaatmadja SM. 1997. Penuntun
Unimal, 7(1), 52. Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Jellinek JS. 1970. Formulation and
Function Of Cosmetics. Willey Widyasanti, A., Chintya, F., and Dadan,
Interscience. New York. R. 2016. “Pembuatan Sabun Padat
Transparan Menggunakan Minyak
Kadi, A. 2004. Potensi Rumput Laut Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan
Dibeberapa Perairan Pantai Penambahan Bahan Aktif Ekstrak
Indonesia. Oseana XXIX (4): 25– Teh Putih (Camellia Sinensis).”
36. Jurnal Teknik Pertanian Lampung
5 (3): 125–36.
Kementrian Kelautan Dan Perikanan /
KKP 2015 & 2017. Kelautan Dan
Perikanan Dalam Angka. Jakarta :
Pusat Data, Statistik, Dan
Informasi Kementrian Kelautan
Dan Perikanan (KKP).

Mardiyah, U. A., Fasya, G., Fauziyah,


B., & Amalia, S. 2014. Ekstraksi,
Uji Aktivitas Antioksidan Dan
Identifikasi Golongan Senyawa
Aktif Alga Merah Eucheuma
spinosum Dari Perairan
Banyuwangi. Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Maulana Malik
Ibrahim. Malang. Alchemy, 3(1).

Pratiwi, I. D. P. K. 2005. Pengaruh


Perbandingan Tapioka Dengan
Rumput Laut Jenis Eucheuma
Spinosum Terhadap Karakteristik
Kerupuk Yang Dihasilkan.
Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Udayana. Badung.

Purnawati, D. 2006. Kajian Pengaruh


Konsentrasi Sukrosa Dan Asam
Sitrat Terhadap Mutu Sabun
Transparan. Bogor: IPB

Spitz, L. 2016. Soap Manufacturing


Technology, AOCS Press,
London, Hal.133.

Anda mungkin juga menyukai