ARTIKEL
Oleh :
050217A076
ABSTRAK
Latar Belakang: Daging buah labu kuning mengandung senyawa flavonoid yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Senyawa bioaktif yang terdapat pada
tumbuhan umumnya memiliki bioavailabilitas yang rendah serta sangat sensitif
terhadap faktor pengolahan, dilakukan suatu penerapan teknologi yaitu dengan
membuat sediaan yang berbasis nanopartikel kemudian diolah sebagai sediaan
dalam bentuk masker gel peel-off.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengevaluasi komposisi optimal PVA, carbomer
dan propilenglikol pada masker peel-off serta mengevaluasi sifat iritatif formula
optimal sediaan masker gel peel-off nano ekstrak labu kuning (Cucurbita maxima
Durch.
Metode: Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental. Penelitian
ini melakukan optimasi formula PVA,carbomer dan propilenglikol dengan
software Design Expert D-Optimal. Pembuatan nano ekstrak menggunakan
metode gelasi ionik dikarakteristik dengan PSA dan % T. Formula optimum yang
didapatkan di uji iritasi menggunakan metode drize test
Hasil: Hasil penelitian diperoleh formula optimum dengan perbandingan PVA
(3,955), karbomer (0,575) dan propilenglikol (5,470). Perbandingan terbaik
pembuatan nano ekstrak daging buah labu kuning dengan rasio kitosan:NaTPP:
ekstrak (5:1:1) didapatkan ukuran 256,4 nm dengan %T sebesar 99,8 %. Uji
iritasi sediaan masker gel pell-off nano ekstrak daging buah labu kuning 1% tidak
menimbulkan eritema dan udema masing-masing perlakuan kelinci
Simpulan: Formula optimum masker gel peel-off ekstrak nano daging buah labu
kuning dengan komposisi perbandingan antara PVA, carbomer dan propilenglikol
(3,955; 0,575 dan 5,470) tidak memiliki sifat iritatif terhadap kulit
.
Kata kunci: Optimasi, Nano ekstrak, Masker gel peel-off, Cucurbita maxima D,
Drize test
ABSTRACT
B. METODE PENELITIAN
1. Alat
Rotary evaporator, spektrometer, kolom glass, pipa kapilar, chamber,
batang pengaduk, magnetik stirer, pipet tetes, sendok tanduk.
2. Bahan
Labu kuning, Kelinci Albino Autralia, Etanol 96 %, Kitosan, NTPP,
PVA,Propilenglikol, Carbomer,TEA, Aquades, gas amonia, aquades, plat
silika gel GF254, kertas saring.
3. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak daging buah labu kuning dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96% dengan perbandingan 1 : 10 , yaitu 600 gram
serbuk simplisia kering dan etanol 96% diukur sebanyak 6000 mL. Fitrat
yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator dengan suhu 78°C sehingga akan diperoleh ekstrak kental.
4. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Ekstrak daging buah labu kuning ditotolkan pada plat silika.
Dielusi dengan butanol : asam asetat : air = 4:1:5, kemudian
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366
nm. Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan
diamati kembali pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
5. Optimasi Formula
Formula optimal gel masker gel peel-off menggunakan PVA, carbomer,
dan propilenglikol, TEA dan aquadest. Optimasi formula menggunakan
software Desain Expert D-optimal. PVA,carbomer dan propilenglikol
dioptimasikan dengan aras untuk PVA antara 1-6% , carbomer 0,5-2 %
dan aras untuk propilenglikol antara 1-6%. Pengamatan stabilitas fisik
sediaan didasarkan pada homogenitas, organoleptis dan pH. Respon yang
diamati pada optimasi formula gel masker peel-off meliputi daya sebar,
pH, waktu mengering, sentrifugasi dan viskositas.
6. Pembuatan Nano Ekstrak (Riski,2014) dan (Mardliyati et al, 2012)
a. Pembuatan dapar asetat PH 4, yaitu dengan menimbang natrium
asetat 715,4 mg dilarutkan dengan aquades sampai volume 500 ml.
Cek PH, jika PH nya belum 4 maka di tambahkan asam asetat
sampai PH 4.
b. Pembuatan larutan kitosan, yaitu dengan menimbang 1 g kitosan
dan dilarutkandengan dapar asetat PH 4 sampai volume 500 ml
dan di stirer ± 20 menit hingga benar-benar terlarut.
c. Pembuatan larutan ekstrak etanol labu kuning, yaitu dengan
menimbang 1 gram ekstrak dan dilarutkan dalam etanol 70 %
sebanyak 50 ml, stirer ± 20 menit hingga benar-benar terlarut,
kemudian disaring.
d. Pembuatan larutan TPP, yaitu dengan menimbang TPP sebanyak
100 mg dan dilarutkan dalam aquades sebanyak 50 ml, stirer ±20
menit hingga benar-benar terlarut.
e. Pembuatan sediaan nanopartikel, yaitu dengan mencampur larutan
kitosan 50 ml dan larutan ekstrak 10 ml sambil di stirer ± 10 menit,
setelah itu tambahkan larutan TPP 10 ml, stirer selama 20 menit
7. Uji Iritasi
Kelinci yang digunakan adalah kelinci albino, galur Australia
sebanyak 3 (tiga) ekor dengan bobot tiap kelinci >2 kg (Ritten and
Franklin, 1990) bahwa kelinci yang digunakan diadaptasikan terlebih
dahulu selama 3 hari. Satu hari sebelum percobaan, punggung kelinci
dibersihkan dari bulu dengan mencukur (2x2 cm), dilakukan uji iritasi
kulit sebanyak 3 kali replikasi. Selanjutnya disiapkan enam daerah uji
pada punggung kelinci yang telah bersih dari bulu, masing-masing
pada sisi kanan dan kiri. Pada masing-masing daerah uji dioleskan
sebanyak 500 mg sediaan. Selanjutnya daerah uji ditutup dengan Kasa
steril Khusus. Diamati pada jam ke-1,24,48 dan 72
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan Ekstrak
Hasil ekstrak yang didapatkan setelah dikentalkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 78°C dan diuapkan dengan water bath yaitu
sebanyak 287.114 gram dengan rendemen sebesar 47,85 %. Maka hasil
sesuai dengan ketentuan rendemen yang baik yaitu memiliki nilai lebih
dari 10%.
2. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Pada uji KLT, eluen yang digunakan pada proses eluasi adalah
campuran n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan
(4:1:5) yang cenderung bersifat polar, karena dari komposisinya, eluen
tersebut bersifat polar sehingga bisa memisahkan senyawa flavonoid
yang juga bersifat polar. Eluen yang baik ialah eluen yang bisa
memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan
munculnya noda (Harborne, 1987). Urutan nilai Rf yang memiliki sifat
kepolaran yang tertinggi hingga yang terendah pada pengujian KLT yaitu
0,94; 0,81; 0,66; 0,55; 0,47 dan 0,40. Berdasarkan pengujian KLT ekstrak
etanol daging buah labu kuning terdapat beberapa bercak noda dengan
nilai Rf yang berbeda. Pemisahan ekstrak daging buah labu kuning
dideteksi di bawah lampu UV 366 nm kemudian dilakukan penampakan
bercak menggunakan uap amonia. Pada hasil kromatogram bercak noda
dengan nilai Rf 0,4 (viteksin) dan nilai Rf 0,55 (isoviteksin) ditandai
dengan noda berwarna kuning kehijauan setelah disemprot amonia dan
diamati pada sinar Uv 366 ditandai dengan warna biru muda diduga
seyawa flavonoid golongan glikosilflavon. Bercak noda kedua dan
keempat yang ditandai dengan nilai Rf 0,47 (azaleatin) dan nilai Rf 0,66
(Kuersertin) dengan noda warna kuning diduga senyawa flavonoid
golongan flavonol (Harbone, 1996). Bercak noda selanjutnya yang
ditandai dengan nilai Rf 0,81 dengan bercak berwarna hijau-kuning
diduga senyawa flavonoid krisoeriol golongan flavon (Harbone, 1996).
Bercak noda terakhir yang ditandai dengan nilai Rf 0,94 dengan noda
berwarna kuning kecoklatan diduga senyawa flavonoid kayaflavon
golongan biflavonil (Harbone,1996).
0,94
0,81
0,66
0,55
0,47
0,40