Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PAKAN

Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik

Oleh:

Kelas D

Kelompok 7

Hana Raswanti 200110150020

Reynaldi Setiasa S 200110150244

Rico Adi Putera 200110150102

Deby Yohana Sitorus 200110150111

Fahri Husaini Nasution 200110150120

Ajeng Utami Nurwantari 200110150265

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS

NON RUMINANSIA DAN INDUSTRI PAKAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biji jagung merupakan salah satu sumber energi yang belum

tergantikan bagi ternak unggas, ada berbagai macam pengolahan biji jagung itu

sendiri seperti pengolahan fisik, kimia dan biologis. Salah satu pengolahan fisik

salah satunya yaitu penggilingan terdapat dua macam penggilingan yaitu

penggilingan dengan menggunakan Hammer Mill dan penggilingan menggunakan

Roller Mill, pengolahan biji jagung dimaksudkan untuk meningkatkan

palatabilitas dan untuk memperoleh pakan yang awet atau tahan lama, selain itu

penggilingan bermaksud untuk memperoleh bahan baku pakan dalam bentuk

partikel kecil yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan umur ternak yang

mengkonsumsinya.

Di Indonesia, singkong merupakan produksi hasil pertanian pangan ke

dua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan

baku yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Selain itu singkong

juga bisa dimanfaatkan menjadi bahan pakan ternak alternatif yang berguna untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi ternak. Singkong merupakan bahan pakan sumber

energi bagi ternak. Agar tahan lama, sebelum dijadikan bahan pakan ternak

biasanya singkong diawetkan terlebih dahulu. Salah satu cara pengawetan

singkong adalah dengan cara pengeringan. Yang kemudian bisa dijadikan bahan

pakan ternak atau bahan baku pembuatan konsentrat untuk pakan ternak. Oleh

karena itu kita harus mengetahui bagaimana proses pengeringan singkong

sehingga akan didapatkan hasil laju penurunan kadar air dari singkong tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Penggilingan

1.2.2 Penyaringan dan Densitas

1.2.3 Pengeringan

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Penggilingan

1.3.2 Penyaringan dan Densitas

1.3.3 Pengeringan

Maksud dan tujuan dibuatnya laporan pengeringan bahan pakan ini adalah:

1. Menurunkan kadar air bahan

2. Mengetahui laju penurunan kadar air bahan

3. Mengetahui persentasi kulit dan singkong kering terhadap kulit dan

singkong segar.

4. Mengolah atau memperoleh bahan pakan berupa jagung dengan ukuran

partikel yang berbeda yaitu berbentuk butiran.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1.4.1 Penggilingan

1.4.2 Penyaringan dan Densitas

1.4.3 Pengeringan

Praktikum pengeringan bahan pakan dilaksanakan pada:

Tanggal : 6 Oktober 2017 8 Oktober 2017

Pukul : 13.30 15.30 WIB


Tempat : Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Non Ruminansia dan

Industri Pakan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran, Sumedang.
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Fisik

Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari bentuk

fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang merubah bentuk asli

dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah digunakan kembali

serta bertujuan mempermudah dalam pengolahan bahan pakan selanjutnya namun

juga memiliki kelemahan yaitu jika bahan pakan yang digiling akan

mengakibatkan kerusakan pada material bahan pakan tersebut. Dalam pengolahan

mekanik secara fisik dengan pengubahan bentuk ada dua hal yang dapat

digunakan, perubahan bentuk dengan menggunakan grinder, bentuk bahan pakan

diubah menjadi serbuk halus agar memudahkan pencampuran dengan bahan

pakan lain. Serta pelleter yang digunakan untuk membuat bahan pakan berbentuk

pellet dan mempermudah untuk di berikan kepada ternak. (Hermawan,2014).

Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses

atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan

mengalami penurunan kandungan air. Besarnya temperatur dan lama proses

pengolahan harus diperhatikan untuk mencegah hal-hal sebagai berikut :

1. Terjadinya kerusakan asam amino esensial (terutama Lysin dan

Methionin).

2. Perubahan sifat kimia dan fisik pati menjadi bentuk seperti gelatin.

3. Merusak vitamin yang thermolabil (Vitamin B dan C).

4. Merusak ikatan lemak tak jenuh


Keuntungan pengolahan fisik ini adalah :

1. Memperpanjang masa simpan bahan pakan.

2. Menginaktifkan beberapa zat antinutrisi (contoh : antitrypsin dalam

kedelai mentah dan HCN dalam ubi kayu).

2.2 Penyaringan

Prinsip dari penyaringan bahan pakan ini adalah menghomogenkan bahan

pakan yang telah digiling dengan menggunakan Hammer mill. Untuk menentukan

banyaknya alat penggiling jagung yang akan dioperasikan dilakukan dengan

mempertimbangkan jumlah produksi jagung, energi yang dibutuhkan dan yang

tersedia untuk proses penggilingan, serta jumlah produksi jagung tergiling yang

diinginkan. Alat penggiling jagung ini dibuat untuk meningkatkan nilai tambah

jagung dan untuk mempertahankan serta meningkatkan daya simpan jagung

(Mutiara,2012). Penyaringan ini dilakukan karena bahan yang keluar dari

Hammer mill tidak homogeny. Penghomogenan yang dilakukan saat penyaringan

bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan ransum. Pada praktikum kali ini

menggunakan sampel tepung jagung ada 2, yang dihaluskan dengan screen 2 dan

screen 3. Penyaringan bahan yang dilakukan menggunakan 4 saringan yaitu

saringan 10, 14, 18, dan 30.

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna

sebagian atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang

disebut pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di

atas dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal,

1994). Kebutuhan pakan terkait erat dengan jenis ter nak, umur ternak, tingkat

produksi. Konsumsi bahan kering (DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak.
Macam ransum, umur, penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient

tertentu (Tillman, 1998).

Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan

tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan

baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan

kualitas (Pubon,2013). Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan

melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir

proses akan mengalami penurunan kandungan air. Keuntungan pengolahan fisik

ini adalah, memperpanjang masa simpan bahan pakandan menginaktifkan

beberapa zat antinutrisi.

Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses

atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan

mengalami penurunan kandungan air. Keuntungan pengolahan fisik ini adalah,

memperpanjang masa simpan bahan pakandan menginaktifkan beberapa zat

antinutrisi.

Pengolahan fisik yang dilakukan pada praktikum kali ini merupakan

memperkecil butiran menggunakan Hammer mill. Pengecilan ukuran dapat

didefinisikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan

padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil. Perubahan ukuran ini bertujuan untuk mempermudah pembuatan

ransum dan dalam pencernaan ternak.

Di Indonesia, singkong merupakan produksi hasil pertanian pangan ke dua

terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan baku

yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Sebagai makanan

manusia, singkong mempunyai beberapa kekurangan diantaranya kadar protein


dan vitamin yang rendah serta nilai gizi yang tidak seimbang. Disamping itu

beberapa jenis singkong mengandung racun HCN yang terasa pahit. Dari dasar

itulah secara lokal singkong dibagi menjadi singkong pahit dan singkong manis.

Teknologi singkong yang digunakan manusia sebagian besar masih

merupakan warisan atau sedikit mengalami modifikasi dari cara-cara yang telah

dipraktekkan manusia di zaman purba, termasuk cara-cara mengurangi dan

menghindari racun yang ada di dalam singkong. Ubi kayu dalam keadaan segar

tidak tahan lama. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, ubi kayu harus

diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka (tepung

singkong), tapai, peuyeum, keripik singkong, dan lain-lain.

2.3 Singkong

Ubi kayu (Manihot esculenta crant) termasuk keluarga Eupharbiaceae.

Ubi kayu atau singkong, tanaman yang berasal dari Brazil. Diperkirakan oleh para

ahli menyebar ke benua Afrika, Madagaskar, India, Hindia Belakang terus ke

Tiongkok dan akhirnya berlabuh ke Indonesia. Singkong dapat tumbuh baik di

daerah panas dan banyak turun hujan . Biasanya ditanam didaerah rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian 1500 meter dpl Singkong batangnya berkayu dan

tumbuh tegak beruas dan berbuku-buku. Warnanya bermacam-macam dan

tingginya bisa mencapai 3 meter. Warna batang hijau muda dan setelah tua

berubah menjadi putih kelabu, atau hijau kelabu meskipun ada juga berubah

warna coklat. Singkong berbuah tapi terbatas pada singkong yang ditanam di

dataran tinggi. Bunganya berumah satu dan kematangan bunga betina dan bunga

jantan berbeda waktunya sehingga penyerbukan terjadi persilangan. Singkong

sering juga disebut denga ubikayu atau ketela pohon. Singkong ini mulai umbi,
batang, sampai daunnya mengandung asam biru (HCN). Cara tanamnya dengan

stek batang, ada bermacam-macam yaitu sistim lubang, dengan disambung cara

mukibat. Manfaat singkong juga untuk bahan pembuatan tepung tapioka, gaplek,

tape singkong dan untuk makanan ternak.

Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan)

Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan)

Komponen Kadar

Kalori 146,00 kal

Air 62,50 gram

Phosphor 40,00 mg

Karbohidrat 34,00 gram

Kalsium 33,00 mg

Vitamin C 30,00 mg

Protein 1,20 gram

Besi 0,70 mg

Lemak 0,30 gram

Vitamin B1 0,06 mg

Berat dapat dimakan 75,00

Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik

rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis

singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.

Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.


Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat

terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong

merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.

Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena

mengandung asam amino metionin.

2.4 Teknologi Singkong Segar

Sejak dipanen, singkong merupakan komoditi yang mudah rusak yang

praktis tidak dapat disimpan lama sehingga pemanfaatannya harus secepat

mungkin sebelum rusak. Hal ini berarti bahwa singkong harus dipindahkan secara

cepat dari ladang penanaman ke lokasi pengolahan singkong serta perlu ditangani

dengan cepat di lokasi pengolahan.

Masalah utama singkong setelah dipanen adalah sifatnya yang sangat peka

terhadap infestasi jamur dan mikroba lain, karena itu masa simpan dalam bentuk

segar dan sangat pendek. Beberapa mikroba yang dapat menyerang singkong

yaituRhizopus sp., Aspergillus sp., Mucor sp., Bacillus Polimexa juga ragi.

Masuknya mikroba tersebut biasanya melalui luka potong pada tangkai singkong.

Terjadinya infeksi ini dapat dicegah dengan pengolesan batang potongan dengan

beberapa asam organik (asam propionat, asam benzoat atau garam-garamnya)

segera setelah dipanen, meskipun cara ini kedengarannya tidak praktis.

Di India, usaha memperpanjang masa simpan singkong segar dilakukan

dengan cara menyimpan tumpuk berlapiskan berbagai daun yang masih hijau.

Seperti kita ketahui, daun yang masih hijau mengandung 60 sampai 65 persen air.

Biasanya daun- daun yang dipergunakan ialah daun singkong, daun nangka dan

daun mangga.
Cara lainnya yaitu dengan membubuhi serbuk gergaji yang basah atau

pasir basah dalam kotak kayu. Namun demikian, penyimpanan singkong dengan

lapisan-lapisan daun (curing) terutama daun singkong menunjukkan hasil yang

lebih baik bila dibanding dengan daun nyata bukan saja dapat memberikan suhu

optimum penyimpanan sekitar 30 35oC, tetapi juga dapat menghilangkan atau

mengurangi kandungan racun sianida (HCN) selama penyimpanan dan

penguapan.

Jumlah daun yang tersedia dari hasil panen pada umumnya hanya cukup

untuk menyimpan 30 40 persen dari singkong yang dihasilkan dan diharapkan

40 persen dari singkong tersebut tidak luka dan dapat disimpan secara curing.

Penelitian penyimpanan yang dilakukan di Malaysia sama dengan yang

pernah dilakukan di Amazon, yaitu dengan cara menyimpan singkong segar di

dalam tanah dengan dicampur jerami. Penyimpanan ini menyebabkan singkong

tersebut tahan sampai beberapa minggu.

2.5 Pengeringan Singkong

Salah satu cara pengawetan singkong adalah dengan cara pengeringan,

hasilnya disebut gaplek. Cara-cara pengeringan di berbagai negara berbeda-beda.

Di beberapa daerah dilakukan dengan cara dibelah dua atau dengan sistem

gelondongan. Cara pengeringan ini dapat memakan waktu dari 1 sampai 3

minggu, tergantung dari keadaan cuaca. Karena kadar airnya masih lebih tinggi

dari 20 persen, biasanya gaplek mengalami penjamuran. Gaplek yang berjamur ini

pada umumya mempunyai mutu pasar yang rendah. Namun demikian di daerah-

daerah seperti Karang Anyar (Jawa Tengah), pembuatan gaplek berjamur kadang-
kadang sengaja dibuat terutama dalam usaha pembuatan gatot atau disebut juga

gambleh.

Singkong-singkong untuk konsumsi manusia dianjurkan untuk dikupas

terlebih dahulu dan dibebaskan dari tanah dan batu. Singkong yang ditanam pada

tanah yang berpasir lebih mudah dibersihkan daripada yang ditanam di tanah liat.

Singkong untuk makanan ternak tidak perlu dikupas terlebih dahulu.

Untuk menurunkan kadar air singkong dari 65 menjadi 35 persen tidaklah

sukar, dan hal ini dapat dilakukan dengan pengeringan sinar matahari biasa dalam

waktu 4 sampai 6 jam. Masalah yang masih harus dihadapi adalah pengurangan

kadar air dari 35 menajdi 14 persen atau lebih rendah dari 14 persen.

Pengeringan pada tahap akhir ini memerlukan separuh dari seluruh waktu

pengeringan sendiri disebabkan karena kecepatan pengeringan menjadi semakin

menurun. Khususnya bila panen dilakukan pada musim hujan, adanya alat-alat

pengering mekanik sangat diperlukan untuk membantu pengeringan dengan sinar

matahari tersebut. Alat pengeringan ini dapat dibuat semurah mungkin dengan

menggunakan bahan bakar kerosin.


III

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR

3.1 Penggilingan

3.1.1 Alat :

1. Hammer Mill

2. Screen ukuran 5

3. Wadah/baki penampungan

4. Timbangan

3.1.2 Bahan

1. Biji jagung sebanyak 5 kg

3.1.3 Prosedur kerja

1. Menyiapkan sampel bahan pakan (jagung) sebanyak 5 kg

2. Menyiapkan screen 5

3. Menyiapkan mesin hammer mill dan biarkan beberapa saat sampai mesin

stabil

4. Menuangkan jagung 5 kg secara bertahap kedalam mesin dengan ukuran

screen 5 sambil menyalakan timer/stopwatch (catat waktu penggilingan)

5. Menunggu hingga jagung halus, mematikan timer/stopwatch

6. Menimbang jagung halus yang dihasilkan

7. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus

8. Melakukan hal yang sama pada hammer mill dengan screen 5


3.2 Penyaringan dan Densitas

3.2.1 Alat

1. Saringan dari ukuran 10, 14, 18 dan 30

2. Wadah penampung

3. Timbangan Analitik

4. Penggaris

5. Plastik

6. Terpal

7. Tabung silinder

3.2.2 Bahan

1. Jagung 1 kg yang sudah digiling

3.2.3 Metode

1. Penyaringan

1. Ambil 1 kg jagung

2. Saring jagung pada ukuran 10

3. Timbang jagung yang tidak lolos saringan 10

4. Sisa saringan 10 disaring kembali dengan saringan 14,18,30.

5. Timbang sisa akhir dan yang tidak lolos

6. Hitung persentasi dari setiap saringan

2. Densitas

1. Ukur jari jari dan tinggi silinder

2. Masukkan sampel jagung yang telah digiling ke dalam silinder hingga

penuh lalu ratakan


3. Jatuhkan tabung dengan ketinggian 15 cm sebanyak 2 kali

4. Ukur tinggi jagung yang terdapat dalam silinder

5. Timbang berat jagung yangterdapat dalam silinder

6. Hitung menggunakan rumus densitas

3.3 Pengeringan

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum penurunan kadar air antara

lain:

1.Trash bag

2. Pisau

3. Penggaris

4. Baki

5. Talenan

6. Penggaris

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum penurunan kadar air antara

lain:

1.2 kg singkong

3.3.3 Prosedur

1. Menimbang singkong sebanyak 2 kg lalu bagi dua bagian masing-masing

1 kg.
2. Mengupas kulit singkong dengan ketebalan 1 cm dan 1,5 cm lalu timbang

berat masing-masing ukuran.

3. Menjemur daging singkong yang telah diiris diatas trash bag dengan posisi

melintang dan terkena cahaya matahari

4. Melakukan pengambilan data setiap pukul 07.00 dan 15.30 selama empat

hari berturut-turut.

5. Membuat perhitungan pengurangan kadar air setiap pengecekan dalam

bentuk persen (%) lalu membuat grafik laju penurunan kadar air.

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penggilingan

Hasil Pengamatan Penggilingan biji jagung dinyatakan dalam tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Jagung

Keterangan Screen 5

Produktivitas mesin 341 kg/jam

Jumlah jagung yang digiling 5 kg

Lama waktu penggilingan 53 detik ~ 0,88 menit

Jumlah jagung sebelum digiling 5 kg

Jumlah jagung setelah digiling 4,995 kg

Per 100 gr jagung 317 tir~ 3170 butir per kg

4.2 Penyaringan dan Densitas

4.2.1 Hasil perhitungan yang tidak lolos penyaringan (menggunakan screen

5)

Bahan : Jagung giling 1 kg = 1000 g

1. S 10 = x 100% = 29,4 %

2. S 14 = x 100% = 37,7 %

3. S 18 = x 100% = 13,2 %

4. S 30 = x 100% = 9%

Hasil perhitungan lolos penyaringan (menggunakan screen 5)


1. S 30 = x 100% = 10,4%

Total penyaringan = 99,7 %

4.2.2 Densitas

Tinggi tabung : 10,5 cm

Tinggi jagung setelah dijatuhkan : 9 cm

Tinggi tabung yang hilang : 1,5 cm

Berat jagung dalam silinder : 587 g

Densitas =

= 588,56 kg/m3

4.3 Penggeringan

1. Hasil

Berat singkong

Berat awal segar 2 kg

Berat kulit 326 g

Berat singkong tanpa kulit 1,48 kg

Data berat singkong (gram)

1 cm 1,5 cm Kulit
Hari 07.00 15.30 07.00 15.30 07.00 15.30

ke-

1 - 898 - 573 - 255

2 584 526 566 522 113 112

3 493 479 486 459 105 105

4 459 449 449 429 105 101

Data kadar air (%)

Hari 1 cm 1,5 cm Kulit

ke- 07.00 15.30 07.00 15.30 07.00 15.30

1 67 66,91 67 66,99 66 66,33

2 66,68 66,614 66,97 66,45 65,96 65,95

3 66,572 66,554 66,404 66,367 65,909 0

4 66,54 66,526 66,353 66,324 0 0

Rendemen =

Hari pertama. Selasa, 6 Oktober 2017

Pukul 15.30

a. Daging Singkong 1 cm

b. Daging singkong 1,5 cm

c. Kulit singkong
Hari kedua. Rabu, 7 Oktober 2017

Pukul 07.00

a. Daging Singkong 1 cm

b. Daging Singkong 1,5 cm

c. Kulit Singkong

Pukul 15.30

a. Daging singkong 1 cm

b. Daging singkong 1,5 cm

c. Kulit singkong

Hari ketiga. Kamis, 8 Oktober 2017

Pukul 07.00

a. Daging Singkong 1 cm

b. Daging Singkong 1,5 cm

c. Kulit Singkong
Pukul 15.30

a. Daging singkong 1 cm

b. Daging singkong 1,5 cm

c. Kulit singkong

Hari keempat. Jumat, 9 Oktober 2017

Pukul 07.00

a. Daging Singkong 1 cm

b. Daging Singkong 1,5 cm

c. Kulit Singkong

Pukul 15.30

a. Daging singkong 1 cm

b. Daging singkong 1,5 cm

c. Kulit singkong
Grafik laju penurunan kadar air

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Penggilingan

Praktikum kali ini dilakukan peggilingan bahan pakan berupa biji jagung. Proses

penggilingan ini merupakan salah satu bentuk pengolahan bahan pakan secara

fisik. Tujuan dari proses penggilingan pada bahan pakan adalah untuk

memperkecil ukuran bahan pakan, agar kemudian bisa diberikan terhadap ternak

sesuai umurnya, meningkatkan palatabilitas dan agar apat diolah dalm bentuk lain

seperti pelet.

Proses penggilingan dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menggunakan

Hammer Mill dan Roller Mill, sesuai dengan pendapat menurut Koch dan
Waldroup (1997) yang menyatakan bahwa, terdapat 2 metode pemecahan bahan

baku utama, yaitu dengan menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill. Namun

alat penggilingan yang paling banyak digunakan yaitu Hammer Mill karna waktu

penggilingannya lebih cepat dan hasil gilingannya lebih baik.

Praktikum penggilingan kali ini menggunakan alat Hammer Mill. Bahan

pakan (biji jagung) sebanyak 5 kg diggiling dengan menggunakan screen 5.

Dalam waktu 55 detik atau 0,88 menit jagung sebanyak 5 kg selesai digiling,

dengan hasil penggilingan seberat 4,995 kg. Terjadi penguragan pada bahan pakan

setelah dilakukan penggilingan, hal ini terjaddi karena ada partikel yang

tersangkut pada screen sehingga mengurangi berat sebanyak 0,005 kg.

Perhitungan produktivitas mesin dilakukan guna mengetahui berapa

banyak (kg) jagung atau bahan pakan lain yang dapat digiling dalam waktu 1 jam.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan produktivitas mesin sebesar 341

kg/jam. Produktivitas ini jika dibandingkan dengan literatur pada jurnal Uji

Kerja Alat Penggiling Hammer Mill (Sudigdo, J , 2000) masih berada dibawah

hasil penelitian tersebut, dimana hasil penetilian tersebut didapatkan

pproduktivitas kerja mesin penggiling Hammer Mill screen 5 sebesar 421 kg/jam.

Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan kekuatan dan putaran (RPM)

mesin umur jagung yang digiling, dan kadar air jagung yang digiling. Selain itu

terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penggilingan, antaralain Jenis bahan,

Dimensi alat (ukuran diameter silinder dan jumlah palu) , Diameter lubang

saringan, Keterampilan Operator dan Kecepatan putaran mesin (rpm).

4.2.2 Penggilingan dan Densitas

1. Penyaringan
Menurut Suparjo (2008) pengujian bahan pakan secara fisik merupakan

analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan

pakan dapat dilakukan secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat

(mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping untuk mengenali bahan pakan

secara fisik, juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif.

Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat dalam

penyusunan ransom. Hal ini dikarenakan penyusunan bahan pakan sendiri sangat

dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas,

kemampuan elektrolisitas, sifat higroskopis dan florvabilitas. (Axe, 1995).

Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses

atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan

mengalami penurunan kandungan air yang salah satunya bermanfaat untuk

memperpanjang masa simpan suatu bahan pakan. prinsip dari adanya proses

penyaringan adalah memperkecil bahan pakan butiran dengan menggunakan

saringan, bahan diperkecil dengan cara disaring dan lolos melewati saringan,

tujuan dilakukannya penyaringan ini adalah untuk dapat mengetahui hasil

penyaringan dari berbagai ukuran saringan dan menentukan proporsi hasil

saringan yang lolos dan tidak lolos.

Pada proporsi ukuran bahan pakan hasil penggilingan, prinsip kerjanya

adalah memperkecil dan homogenisasi ukuran bahan pakan butiran. Hal tersebut

dilakukan dengan menggunakan saringan nomor 14 yang partikel penyaringnya

berukuran 2 mm, saringan nomor 18 yang partikel penyaringnya berukuran 1 mm,

saringan nomor 30 yang partikel penyaringnya berukuran 0,59 mm. Homogenisasi

ini dilakukan untuk menyimpan bahan pakan butiran yang telah digiling yang

berukuran sama. Selain itu, dengan melakukan homogenisasi dengan penyaringan


butiran yang telah digiling, dapat diketahui berapa persen butiran jagung yang

lolos penyaringan yang menunjukkan seberapa baik hasil penggilingan yang

dilakukan.

Proses homogenisasi ukuran bahan pakan butiran tersebut dilakukan

dengan meratakan sejumlah sampel diatas plastik sampai merata yang kemudian

dibagi menjadi empat bagian yang sama. Lalu praktikan mengambil satu bagian

secara acak dan melakukan penimbangan sampel. Proses homogenisasi dengan

menggunakan sampel dilakukan agar proses homogenisasi lebih efektif dan

efisien .

Hasil perhitungan persentase kehilangan bahan , yaitu menggunakan

screen 5 menunjukkan bahwa kehiangan bahan sebesar 0 %. Persentase

kehilangan setiap saringan yaitu saringan 10, 14, 18, dan 30 masing-masing

sebesar 29,4 %, 37,7 %,13,2 %, dan 9 %. Persentase yang tidak lolos saring

dengan memakai ukuran saringan yang semakin kecil menunjukkan bahwa

hasilnya semakin besar, yang berarti semakin kecil ukuran saringan, makin sulit

partikel bahan (tepung jagung) menembus saringan tersebut dan hasilnya pun

semakin halus.

Hasil tersebut didapat menggunakan mesin penggiling screen lima.

Sedangkan presentase kehilangan dalam penyaringan ini yaitu sebesar 89,3 %

nilai tersebut didapatkan karena saat penyaringan terdapat partikel yang jatuh,

kesalahan penimbangan, kesalahan dalam penyaringan jagung dan pengambilan

jagung dari tiap kuadran yang tidak merata.

2. Densitas
Densitas adalah perbandingan antara berat bahan pakan dan volume ruang

yang ditempati bahan pakan tersebut (Khalil,1997). Bahan pakan dengan nilai

densitas kecil akan menempati ruang simpan besar karena kemampuan pemadatan

bahan rendah sehingga bahan pakan dengan densitas kecil memerlukan ruang

simpan baik karung, gudang dan ruang saluran cerna yang besar pada berat yang

sama. Hasil perhitungan densitas yang didapat pada pakan jagung yang telah

digiling yaitu 588,56 kg/m3. Hal ini menandakan densitas pakan yang kita uji

belum terlalu maksimal bias dikarenakan kurang halusnya partikel penggilingan

atau kesalahan manusia pada saat penggilingan.

4.2.3 Penggeringan

Pada praktikum pengeringan kadar air ini singkong yang akan diamati

dikupas terlebih dahulu dari kulitnya. Singkong diberi perlakuan dengan di cacah

secara bebas, hal ini dilakukan agar singkong lebih cepat kering karena semakin

luas permukaan total singkong yang akan dikeringkan akan semakin cepat kering.

Pengeringan singkong pada praktikum ini dilakukan dengan metode

pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Jumlah singkong pada awal

pengeringan sinar matahari memiliki berat sebesar 2 kg. Dari hasil pengamatan

praktikum pengeringan kadar air ini dapat diketahui bahwa berat singkong yang

dikeringkan dengan pengeringan menggunakan cahaya matahari menyusut sedikit

demi sedikit dan terus menerus pada setiap pengamatan tetapi ada saatnya

beratnya bertambah dibandingkan pengamatan sebelumnya. Hal ini disebabkan

karena pada pengeringan dengan sinar matahari memiliki temperatur dan

kelembaban yang berubah-ubah tergantung cuaca selama kegiatan praktikum

dilaksanakan. Bila temperatur tinggi, penyusutan singkong akan lebih besar,


sebaliknya bila temperatur rendah maka penyusutan singkong akan lebih sedikit.

Bila kelembaban tinggi maka singkong yang mulai mengering dapat menyerap

kembali air dari udara yang memiliki kelembaban yang tinggi dan bila

kelembaban rendah maka singkong akan tetap dalam keadaan kering.

Setelah 5 hari kegiatan pembuatan gaplek ini dilakukan dan melakukan

pengamatan terhadap perubahan berat singkong, berat singkong yang dikeringkan

baik menggunakan sinar matahari sudah mulai konstan. Keadaan singkong kering

tersebut juga sudah benar-benar kering sampai bisa dipatahkan. Bila berat

singkong dan kulit sudah mulai konstan, itu artinya kadar air dalam singkong dan

kulit kurang dari 20% karena pengeringan.

Menghitung rendemen (persentase singkong kering dan kulit dari berat

awal) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar air singkong

terhadap singkong segar dan persentase kulit kering terhadap kulit segar. Dari

hasil pengamatan kelompok kami didapatkan rendemen singkong dengan

pengeringan sinar matahari berturut-turut sebesar 0,091%, -0,096%, 0,23%,

0,02%, 0,066%, 0,52%, 0,042%, 0,046%, 0,018%, 0,037%, 0,014%, 0,29%;

sementara rendemen kulit dengan pengeringan sinar matahari berturut-turut

sebesar -0,33%, 0,37%, 0,006%, 0,041%, 0%, 0%, 0% dengan laju penururnan

kadar air yang konstan yaitu rata-rata 66,7%.


V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengilingan

5.1.2 Penyaringan dan Densitas

1. Rata-rata persentase kehilangan bahan yang telah disaring menggunakan

screen saringan 10, 14, 18, dan 30 masing-masing sebesar 29,4 %, 37,7

%,13,2 %, dan 9 %.

2. Hasil perhitungan densitas yang didapat yaitu 588,56 kg/m3.

3. Semakin kecil partikel yang digiling maka akan semakin bagus

penyaringan dan densitasnya.

5.1.3 Pengeringan

1. Sejak dipanen, singkong merupakan komoditi yang mudah rusak yang

praktis tidak dapat disimpan lama sehingga pemanfaatannya harus secepat

mungkin sebelum rusak. Salah satu cara pengawetan singkong adalah

dengan cara pengeringan.

2. Persentasi kulit dan singkong kering terhadap kulit dan singkong segar

dapat diketahui dengan menghitung rendemen dengan rumus:

Rendemen =

3. Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menghitung rendemen daging

singkong dan kulit dapat diketahui bahwa laju penurunan kadar air konstan

dengan rata-rata 66,7%.


5.2 Saran dan Kritik

5.2.1 Penggilingan

5.2.2 Penyaringan dan Densitas

5.2.3 Pengeringan

Saran dan kritik untuk praktikum pembuatan gaplek ini adalah :

1. Kesemrawutan pada saat praktikum membuat praktikum kurang efektif

dan efisien.

2. Sebaiknya timbangan yang digunakan adalah timbangan elektrik agar

hasilnya lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/template.php?
l=commodity_menu.php&m=commodity_home.php&commodity_id=050
07&group_id=05&institution_shortname=BB-
BIOGEN&num_accession=423, diakses pada tanggal 7 Oktober 2017.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30, diakses pada
tanggal 8 Oktober 2017
id.wikipedia.org/wiki/Singkong, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
id.wikipedia.org/wiki/Gaplek, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
mengerjakantugas.blogspot.com/2009/07/tepung-tapioka-dan-tepung-
maizena.html, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Kebun-singkong.blogspot.com/2009/04/memproduksi-gaplek-dan-pati-
singkong.html. diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
Khalil. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Pakan. Bahan kuliah. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Koch, K. 1996. Hammer Mills And Roller Mills MF-2048 Feed Manufacturing.
Department of Grain Science and Industry. Kansas State University. 8 pp.
Sudigdo. 2000. Uji Kerja Alat Penggiling Putak Type Palu dengan Model Palu
Yang Berbeda. Tesis SI. Fakultas Pertanian UKAW. Kupang
Suparjo, R. Murni, Akmal, BL. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tri Radiyati dan Agusto, W. M. Pendayagunaan ubi kayu. Subang: Puslitbang
Fisika Terapan LIPI, 1990, Hal. 18 27.
Waldroup, P.W. 1997. Particle Size Reduction of Cereal Grains and its
Significance in Poultry Nutrition. Technical Bulletin PO34-1997,
American Soybean Association, Singapore. 14 pp

Anda mungkin juga menyukai