TEKNOLOGI PAKAN
Oleh:
Kelas D
Kelompok 7
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN
tergantikan bagi ternak unggas, ada berbagai macam pengolahan biji jagung itu
sendiri seperti pengolahan fisik, kimia dan biologis. Salah satu pengolahan fisik
palatabilitas dan untuk memperoleh pakan yang awet atau tahan lama, selain itu
partikel kecil yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan umur ternak yang
mengkonsumsinya.
dua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan
baku yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Selain itu singkong
juga bisa dimanfaatkan menjadi bahan pakan ternak alternatif yang berguna untuk
energi bagi ternak. Agar tahan lama, sebelum dijadikan bahan pakan ternak
singkong adalah dengan cara pengeringan. Yang kemudian bisa dijadikan bahan
pakan ternak atau bahan baku pembuatan konsentrat untuk pakan ternak. Oleh
sehingga akan didapatkan hasil laju penurunan kadar air dari singkong tersebut.
1.2.3 Pengeringan
1.3.1 Penggilingan
1.3.3 Pengeringan
Maksud dan tujuan dibuatnya laporan pengeringan bahan pakan ini adalah:
singkong segar.
1.4.1 Penggilingan
1.4.3 Pengeringan
Padjadjaran, Sumedang.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari bentuk
fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang merubah bentuk asli
dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah digunakan kembali
juga memiliki kelemahan yaitu jika bahan pakan yang digiling akan
mekanik secara fisik dengan pengubahan bentuk ada dua hal yang dapat
pakan lain. Serta pelleter yang digunakan untuk membuat bahan pakan berbentuk
atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
Methionin).
2. Perubahan sifat kimia dan fisik pati menjadi bentuk seperti gelatin.
2.2 Penyaringan
pakan yang telah digiling dengan menggunakan Hammer mill. Untuk menentukan
tersedia untuk proses penggilingan, serta jumlah produksi jagung tergiling yang
diinginkan. Alat penggiling jagung ini dibuat untuk meningkatkan nilai tambah
bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan ransum. Pada praktikum kali ini
menggunakan sampel tepung jagung ada 2, yang dihaluskan dengan screen 2 dan
sebagian atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang
disebut pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di
atas dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal,
1994). Kebutuhan pakan terkait erat dengan jenis ter nak, umur ternak, tingkat
produksi. Konsumsi bahan kering (DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak.
Macam ransum, umur, penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient
tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan
melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir
atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
antinutrisi.
terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan baku
yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Sebagai makanan
beberapa jenis singkong mengandung racun HCN yang terasa pahit. Dari dasar
itulah secara lokal singkong dibagi menjadi singkong pahit dan singkong manis.
merupakan warisan atau sedikit mengalami modifikasi dari cara-cara yang telah
menghindari racun yang ada di dalam singkong. Ubi kayu dalam keadaan segar
tidak tahan lama. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, ubi kayu harus
diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka (tepung
2.3 Singkong
Ubi kayu atau singkong, tanaman yang berasal dari Brazil. Diperkirakan oleh para
daerah panas dan banyak turun hujan . Biasanya ditanam didaerah rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1500 meter dpl Singkong batangnya berkayu dan
tingginya bisa mencapai 3 meter. Warna batang hijau muda dan setelah tua
berubah menjadi putih kelabu, atau hijau kelabu meskipun ada juga berubah
warna coklat. Singkong berbuah tapi terbatas pada singkong yang ditanam di
dataran tinggi. Bunganya berumah satu dan kematangan bunga betina dan bunga
sering juga disebut denga ubikayu atau ketela pohon. Singkong ini mulai umbi,
batang, sampai daunnya mengandung asam biru (HCN). Cara tanamnya dengan
stek batang, ada bermacam-macam yaitu sistim lubang, dengan disambung cara
mukibat. Manfaat singkong juga untuk bahan pembuatan tepung tapioka, gaplek,
Komponen Kadar
Phosphor 40,00 mg
Kalsium 33,00 mg
Vitamin C 30,00 mg
Besi 0,70 mg
Vitamin B1 0,06 mg
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong
merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena
mungkin sebelum rusak. Hal ini berarti bahwa singkong harus dipindahkan secara
cepat dari ladang penanaman ke lokasi pengolahan singkong serta perlu ditangani
Masalah utama singkong setelah dipanen adalah sifatnya yang sangat peka
terhadap infestasi jamur dan mikroba lain, karena itu masa simpan dalam bentuk
segar dan sangat pendek. Beberapa mikroba yang dapat menyerang singkong
yaituRhizopus sp., Aspergillus sp., Mucor sp., Bacillus Polimexa juga ragi.
Masuknya mikroba tersebut biasanya melalui luka potong pada tangkai singkong.
Terjadinya infeksi ini dapat dicegah dengan pengolesan batang potongan dengan
dengan cara menyimpan tumpuk berlapiskan berbagai daun yang masih hijau.
Seperti kita ketahui, daun yang masih hijau mengandung 60 sampai 65 persen air.
Biasanya daun- daun yang dipergunakan ialah daun singkong, daun nangka dan
daun mangga.
Cara lainnya yaitu dengan membubuhi serbuk gergaji yang basah atau
pasir basah dalam kotak kayu. Namun demikian, penyimpanan singkong dengan
lebih baik bila dibanding dengan daun nyata bukan saja dapat memberikan suhu
penguapan.
Jumlah daun yang tersedia dari hasil panen pada umumnya hanya cukup
40 persen dari singkong tersebut tidak luka dan dapat disimpan secara curing.
Di beberapa daerah dilakukan dengan cara dibelah dua atau dengan sistem
minggu, tergantung dari keadaan cuaca. Karena kadar airnya masih lebih tinggi
dari 20 persen, biasanya gaplek mengalami penjamuran. Gaplek yang berjamur ini
pada umumya mempunyai mutu pasar yang rendah. Namun demikian di daerah-
daerah seperti Karang Anyar (Jawa Tengah), pembuatan gaplek berjamur kadang-
kadang sengaja dibuat terutama dalam usaha pembuatan gatot atau disebut juga
gambleh.
terlebih dahulu dan dibebaskan dari tanah dan batu. Singkong yang ditanam pada
tanah yang berpasir lebih mudah dibersihkan daripada yang ditanam di tanah liat.
sukar, dan hal ini dapat dilakukan dengan pengeringan sinar matahari biasa dalam
waktu 4 sampai 6 jam. Masalah yang masih harus dihadapi adalah pengurangan
kadar air dari 35 menajdi 14 persen atau lebih rendah dari 14 persen.
Pengeringan pada tahap akhir ini memerlukan separuh dari seluruh waktu
menurun. Khususnya bila panen dilakukan pada musim hujan, adanya alat-alat
matahari tersebut. Alat pengeringan ini dapat dibuat semurah mungkin dengan
3.1 Penggilingan
3.1.1 Alat :
1. Hammer Mill
2. Screen ukuran 5
3. Wadah/baki penampungan
4. Timbangan
3.1.2 Bahan
2. Menyiapkan screen 5
3. Menyiapkan mesin hammer mill dan biarkan beberapa saat sampai mesin
stabil
3.2.1 Alat
2. Wadah penampung
3. Timbangan Analitik
4. Penggaris
5. Plastik
6. Terpal
7. Tabung silinder
3.2.2 Bahan
3.2.3 Metode
1. Penyaringan
1. Ambil 1 kg jagung
2. Densitas
3.3 Pengeringan
3.3.1 Alat
lain:
1.Trash bag
2. Pisau
3. Penggaris
4. Baki
5. Talenan
6. Penggaris
3.3.2 Bahan
lain:
1.2 kg singkong
3.3.3 Prosedur
1 kg.
2. Mengupas kulit singkong dengan ketebalan 1 cm dan 1,5 cm lalu timbang
3. Menjemur daging singkong yang telah diiris diatas trash bag dengan posisi
4. Melakukan pengambilan data setiap pukul 07.00 dan 15.30 selama empat
hari berturut-turut.
bentuk persen (%) lalu membuat grafik laju penurunan kadar air.
IV
Keterangan Screen 5
5)
1. S 10 = x 100% = 29,4 %
2. S 14 = x 100% = 37,7 %
3. S 18 = x 100% = 13,2 %
4. S 30 = x 100% = 9%
4.2.2 Densitas
Densitas =
= 588,56 kg/m3
4.3 Penggeringan
1. Hasil
Berat singkong
1 cm 1,5 cm Kulit
Hari 07.00 15.30 07.00 15.30 07.00 15.30
ke-
Rendemen =
Pukul 15.30
a. Daging Singkong 1 cm
c. Kulit singkong
Hari kedua. Rabu, 7 Oktober 2017
Pukul 07.00
a. Daging Singkong 1 cm
c. Kulit Singkong
Pukul 15.30
a. Daging singkong 1 cm
c. Kulit singkong
Pukul 07.00
a. Daging Singkong 1 cm
c. Kulit Singkong
Pukul 15.30
a. Daging singkong 1 cm
c. Kulit singkong
Pukul 07.00
a. Daging Singkong 1 cm
c. Kulit Singkong
Pukul 15.30
a. Daging singkong 1 cm
c. Kulit singkong
Grafik laju penurunan kadar air
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan peggilingan bahan pakan berupa biji jagung. Proses
penggilingan ini merupakan salah satu bentuk pengolahan bahan pakan secara
fisik. Tujuan dari proses penggilingan pada bahan pakan adalah untuk
memperkecil ukuran bahan pakan, agar kemudian bisa diberikan terhadap ternak
sesuai umurnya, meningkatkan palatabilitas dan agar apat diolah dalm bentuk lain
seperti pelet.
Hammer Mill dan Roller Mill, sesuai dengan pendapat menurut Koch dan
Waldroup (1997) yang menyatakan bahwa, terdapat 2 metode pemecahan bahan
baku utama, yaitu dengan menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill. Namun
alat penggilingan yang paling banyak digunakan yaitu Hammer Mill karna waktu
Dalam waktu 55 detik atau 0,88 menit jagung sebanyak 5 kg selesai digiling,
dengan hasil penggilingan seberat 4,995 kg. Terjadi penguragan pada bahan pakan
setelah dilakukan penggilingan, hal ini terjaddi karena ada partikel yang
banyak (kg) jagung atau bahan pakan lain yang dapat digiling dalam waktu 1 jam.
kg/jam. Produktivitas ini jika dibandingkan dengan literatur pada jurnal Uji
Kerja Alat Penggiling Hammer Mill (Sudigdo, J , 2000) masih berada dibawah
pproduktivitas kerja mesin penggiling Hammer Mill screen 5 sebesar 421 kg/jam.
Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan kekuatan dan putaran (RPM)
mesin umur jagung yang digiling, dan kadar air jagung yang digiling. Selain itu
Dimensi alat (ukuran diameter silinder dan jumlah palu) , Diameter lubang
1. Penyaringan
Menurut Suparjo (2008) pengujian bahan pakan secara fisik merupakan
analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan
secara fisik, juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif.
Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat dalam
penyusunan ransom. Hal ini dikarenakan penyusunan bahan pakan sendiri sangat
atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
memperpanjang masa simpan suatu bahan pakan. prinsip dari adanya proses
saringan, bahan diperkecil dengan cara disaring dan lolos melewati saringan,
adalah memperkecil dan homogenisasi ukuran bahan pakan butiran. Hal tersebut
ini dilakukan untuk menyimpan bahan pakan butiran yang telah digiling yang
dilakukan.
dengan meratakan sejumlah sampel diatas plastik sampai merata yang kemudian
dibagi menjadi empat bagian yang sama. Lalu praktikan mengambil satu bagian
efisien .
kehilangan setiap saringan yaitu saringan 10, 14, 18, dan 30 masing-masing
sebesar 29,4 %, 37,7 %,13,2 %, dan 9 %. Persentase yang tidak lolos saring
hasilnya semakin besar, yang berarti semakin kecil ukuran saringan, makin sulit
partikel bahan (tepung jagung) menembus saringan tersebut dan hasilnya pun
semakin halus.
nilai tersebut didapatkan karena saat penyaringan terdapat partikel yang jatuh,
2. Densitas
Densitas adalah perbandingan antara berat bahan pakan dan volume ruang
yang ditempati bahan pakan tersebut (Khalil,1997). Bahan pakan dengan nilai
densitas kecil akan menempati ruang simpan besar karena kemampuan pemadatan
bahan rendah sehingga bahan pakan dengan densitas kecil memerlukan ruang
simpan baik karung, gudang dan ruang saluran cerna yang besar pada berat yang
sama. Hasil perhitungan densitas yang didapat pada pakan jagung yang telah
digiling yaitu 588,56 kg/m3. Hal ini menandakan densitas pakan yang kita uji
4.2.3 Penggeringan
Pada praktikum pengeringan kadar air ini singkong yang akan diamati
dikupas terlebih dahulu dari kulitnya. Singkong diberi perlakuan dengan di cacah
secara bebas, hal ini dilakukan agar singkong lebih cepat kering karena semakin
luas permukaan total singkong yang akan dikeringkan akan semakin cepat kering.
pengeringan sinar matahari memiliki berat sebesar 2 kg. Dari hasil pengamatan
praktikum pengeringan kadar air ini dapat diketahui bahwa berat singkong yang
demi sedikit dan terus menerus pada setiap pengamatan tetapi ada saatnya
Bila kelembaban tinggi maka singkong yang mulai mengering dapat menyerap
kembali air dari udara yang memiliki kelembaban yang tinggi dan bila
baik menggunakan sinar matahari sudah mulai konstan. Keadaan singkong kering
tersebut juga sudah benar-benar kering sampai bisa dipatahkan. Bila berat
singkong dan kulit sudah mulai konstan, itu artinya kadar air dalam singkong dan
awal) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar air singkong
terhadap singkong segar dan persentase kulit kering terhadap kulit segar. Dari
sebesar -0,33%, 0,37%, 0,006%, 0,041%, 0%, 0%, 0% dengan laju penururnan
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengilingan
screen saringan 10, 14, 18, dan 30 masing-masing sebesar 29,4 %, 37,7
%,13,2 %, dan 9 %.
5.1.3 Pengeringan
2. Persentasi kulit dan singkong kering terhadap kulit dan singkong segar
Rendemen =
singkong dan kulit dapat diketahui bahwa laju penurunan kadar air konstan
5.2.1 Penggilingan
5.2.3 Pengeringan
dan efisien.
Biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/template.php?
l=commodity_menu.php&m=commodity_home.php&commodity_id=050
07&group_id=05&institution_shortname=BB-
BIOGEN&num_accession=423, diakses pada tanggal 7 Oktober 2017.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30, diakses pada
tanggal 8 Oktober 2017
id.wikipedia.org/wiki/Singkong, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
id.wikipedia.org/wiki/Gaplek, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
mengerjakantugas.blogspot.com/2009/07/tepung-tapioka-dan-tepung-
maizena.html, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Kebun-singkong.blogspot.com/2009/04/memproduksi-gaplek-dan-pati-
singkong.html. diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
Khalil. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Pakan. Bahan kuliah. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Koch, K. 1996. Hammer Mills And Roller Mills MF-2048 Feed Manufacturing.
Department of Grain Science and Industry. Kansas State University. 8 pp.
Sudigdo. 2000. Uji Kerja Alat Penggiling Putak Type Palu dengan Model Palu
Yang Berbeda. Tesis SI. Fakultas Pertanian UKAW. Kupang
Suparjo, R. Murni, Akmal, BL. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tri Radiyati dan Agusto, W. M. Pendayagunaan ubi kayu. Subang: Puslitbang
Fisika Terapan LIPI, 1990, Hal. 18 27.
Waldroup, P.W. 1997. Particle Size Reduction of Cereal Grains and its
Significance in Poultry Nutrition. Technical Bulletin PO34-1997,
American Soybean Association, Singapore. 14 pp