BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh :
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
ii
DAFTAR ISI
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN ii
DAFTAR ISI ii
RINGKASAN v
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran yang Didapatkan 2
1.5 Manfaat Program 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Perkembangan Mikroba dan Antimikroba 3
2.2 Pseudomonas aeruginosa 3
2.2.1 Morfologi dan Struktur Bakteri 3
2.2.2 Perkembangan Penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas
aeruginosa dan Mekanisme serta Akibat dari Multiple Drug Resistance-
Pseudomonas aeruginosa 3
2.3 Balanophora elongata Blume. 5
2.3.1 Morfologi dan Penyebaran Balanophora elongata Blume. 5
2.3.2 Kandungan Kimia Balanophora elongata Blume. 5
2.3.3 Potensi dan Pemanfaatan Balanophora elongata Blume 5
BAB III. METODE PELAKSANAAN 6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian 6
3.2. Metode Penelitian 6
3.3. Alat dan Bahan 6
3.3.1. Alat 6
3.3.2. Bahan 6
3.4 Cara Kerja 6
3.4.1. Pengambilan Tumbuhan Balanophora elongata var. elongata 6
3.4.2. Ekstraksi, Fraksinasi dan Skrinning Fitokimia 7
3.4.3. Uji aktivitas antibakteri terhadap MDR-PA 7
3.4.4. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi 7
iii
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 8
4.1 Anggaran Biaya 8
4.2 Jadwal Kegiatan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN 11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 20
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti 22
Lampiran 6. Gambar Hasil Pengujian Pendahuluan terhadap Beberapa Bakteri
Uji 25
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Diameter Hambat Uji Pendahuluan 27
iv
RINGKASAN
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit paling banyak diderita
oleh penduduk saat ini, termasuk di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah
infeksi bakteri. Infeksi ini dapat diterapi dengan menggunakan antibiotik, namun
kenyataannya pada saat ini bakteri telah berkembang dan pada beberapa jenis
bakteri ini telah mengalami resisten terhadap beberapa antibiotik. Sumatera Barat
memiliki keanekaragamaan hayati hutan yang luar biasa. Balanophoraceae adalah
tumbuhan parasit dan salah satu contoh dari keberagaman yang ada di hutan
perbukitan provinsi Sumatera Barat. Sejauh ini pada tumbuhan Balanophora baru
diteliti mengenai perbedaan morfologinya dengan tumbuhan lain dalam satu
famili dan belum ada penelitian yang menyatakan aktifitas dari tumbuhan ini,
sedangkan pada genus lain pada famili Balanophoraceae memiliki potensi sebagai
anti radikal bebas yang signifikan, sitotoksik terhadap sel kanker dan dapat
menetralisir racun. Uji pendahuluan ekstrak bunga dan tuber Balanophora
elongata var. elongata terhadap 12 bakteri uji (Staphylococcus aureus,
Staphylococcus mutans, Staphylococcus epidermidis, Salmonella tiphymurium,
Salmonella thyposa, Salmonella thyphii, Vibrio chlorella, Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Micrococcus luteus, dan
Enterococcus faecalis) menunjukkan bahwa daya hambat paling besar (19 dan 15
mm) dari ekstrak bunga terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan
kosentrasi 1 dan 0.5 mg/cakram. Berdasarkan hasil uji pendahuluan ini diharapkan
dapat dilanjutkan aplikasinya terhadap bakteri yang telah resisten terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa yang telah resisten (Multi Drug Resistant Pseudomonas
aeruginosa /MDR-PA). Untuk mendapatkan senyawa aktif yang terhadap bakteri
MDR-PA ini dilakukan penelitian dengan metoda bioassay guided dari tumbuhan
B. elongata var elongata. Sampel diambil dari hutan di kaki Gunung Singgalang,
kemudian dimaserasi dan difraksinasi. Masing-masing fraksi diujikan terhadap
bakteri MDR-PA. Fraksi aktif dilanjutkan untuk diisolasi dan dimonitor secara
bioautografi. Hasil bioautografi digunakan untuk menentukan tahap isolasi
berikutnya hingga didapatkan senyawa murni yang aktif. Senyawa aktif hasil
isolasi dimurnikan dengan rekristalisasi. Daya hambat senyawa hasil isolasi
terhadap bakteri MDR-PA kemudian ditentukan dan dilakukan karakterisasi
senyawanya.
v
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balanophora adalah tumbuhan parasit dan salah satu contoh dari
keberagaman yang ada di hutan perbukitan provinsi Sumatera Barat.
Menurut Suhono dan Tim LIPI pada tahun 2010 tumbuhan ini tumbuh di
ketinggian 900-2800 meter di atas permukaan laut. Pada saat Kuliah
Lapangan Kimia Bahan Alam II Fakultas Farmasi Universitas Andalas pada
19-21 Maret 2015 di daerah Nagari Bancah, kaki Gunung Singgalang
tumbuhan ini secara tidak sengaja kami temukan. Identifikasi tumbuhan ini
berhasil dilakukan dengan nama Balanophora elongata var. elongata
(Mukhti, 2012). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhti
dkk. spesies ini termasuk famili Balanophoraceae yang paling banyak
ditemukan di daerah Sumatera Barat dibandingkan jenis Balanophora lainnya
(Balanophora dioica, Balanophora fungosa ssp. indica var. indica) dan
tumbuhan ini tersebar di daerah yang memiliki curah hujan 2500-5000
mm/tahun. Inang tempat tumbuh Balanophora dilaporkan berasal dari
Endospermum malacense, Villebrunea rubescens, Ficus vasculosa, Ficus
vulva, Ficus sp., Laportea sp., Syzigium cumini, dan Macaranga triloba
(Mukhti, 2012).
Lingkungan tempat tumbuh Balanophora elongata var. elongata di
daerah lembab dan berkontak langsung dengan tanah tanah baik tuber
maupun bunganya merupakan kondisi yang sangat banyak dihidupi oleh
berbagai mikroorganisme. Kondisi tempat tumbuh ini memungkinkan
tumbuhan ini menghasilkan suatu senyawa metabolit sekunder untuk dapat
berahan hidup, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
seperti bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhannya dan perlu diteliti
lebih lanjut untuk membuktikannya. Setelah dilakukan uji pendahuluan dari
ekstrak metanol Balanophora elongata var. elongata (bagian bunga dan
tuber) terhadap 12 macam bakteri terlihat adanya aktivitas antibakteri.
Bakteri uji yang digunakan yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
mutans, Staphylococcus epidermidis, Salmonella tiphymurium, Salmonella
thyposa, Salmonella thyphii, Vibrio chlorella, Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Micrococcus luteus, dan
Enterococcus faecalis.
Sampai saat ini tumbuhan Balanophora elongata var. elongata baru
diteliti mengenai perbedaan morfologinya dengan tumbuhan lain dalam satu
familinya dan belum ada penelitian yang menyatakan aktifitas dari tumbuhan
ini, sedangkan pada tumbuhan lain dalam famili Balanophoraceae memiliki
karakteristik berpotensi sebagai anti radikal bebas yang signfikan, sitotoksik
terhadap sel kanker dan dapat menetralisir racun. Penelitian ini dilakukan
langsung terhadap bakteri Multi Drug Resistant Pseudomonas aeruginosa
(MDR-PA), karena bakteri ini adalah salah satu bakteri dengan kasus
1
2
2
3
3
4
di rumah sakit khususnya di Intensive Care Unit atau ICU (Slama et.al.,
2011). Menurut Hancock (1996) Pseudomonas aeruginosa menjadi penyebab
terbesar dari infeksi opportunistik nosokomial, yang menyebabkan sekitar 9 –
10 % infeksi yang terjadi pada rumah sakit.
Infeksi yang dapat diakibatkan oleh Pseudomonas aeruginosa antara
lain infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, dermatitis, infeksi
jaringan lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran
pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik, terutama pada penderita
luka bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang mengalami penurunan
sistem imun (Utji, 2005).
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu permasalahan atas
terjadinya penyakit serius pada pasien di rumah sakit khususnya yang berada
di ICU. Berdasarkan data National Nosocomical Infection Surveillance
System Amerika Serikat, pada tahun 1992 –1997 menunjukkan bahwa
Pseudomonas aeruginosa bertanggung jawab atas terjadinya 21 %
pneumonia, 10% infeksi saluran kemih, 3% infeksi pada aliran darah, 13 %
infeksi pada mata, telinga, hidung dan tenggorokan (Richards, et al., 1999).
Penelitian yang sama juga dilakukan di Eropa yang menyatakan
bahwa Pseudomonas aeruginosa sebagai organisme terisolasi frekuen
terbesar kedua berdasarkan laporan kasus infeksi yang diperoleh di ICU
(Spencer, 1996). Kasus berkaitan Pseudomonas aeruginosa sendiri di
Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh
angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6 -16 % dengan rata-rata
9,8% (Nihi, 2011).
Multi Drug Resistant (MDR) adalah kemampuan organisme penyebab
penyakit untuk bertahan atas setidaknya 3 jenis antibiotika yang tersedia dan
merupakan salah satu masalah terbesar dalam kasus kegawatdaruratan di
rumah sakit terutama karena infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian uji Kepekaan Antibiotik
terhadap Pseudomonas aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum yang
dilakukan oleh Prambudi Rukmono, Reni Zuraida pada pasien Rumah Sakit
Abdul Moeloek Lampung (RSAM) pada tahun 2010 didapatkan bahwa lebih
dari setengah antibiotik yang diuji telah resisten terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Pada uji tersebut jumlah antibiotik yang digunakan 25 jenis.
Diketahui 14 jenis antibiotik didapatkan ≥50% spesimen telah resisten.
Antibiotik yang paling resisten adalah ampisilin,eritromisin, amoksisilin,
sefurosim, seftriason, gentamicin, tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin,
trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidisid, sulfonamide kompleks
dan jenis antibiotik yang masih sensitif yaitu meropenem, klindamisin,
amikasin,norfloksasin, siprofloksasin,ofloksasin, fosfomisin, seftazidim,
netilmisin, kanamisin dan kloramfenikol (Rukmono dan Zuraida, 2013).
4
5
5
6
efek lainnya (Xiao, 2010, Ho, 2010, Tian, 2007, Tang, 2007, Zhang, 2010,
Nakamura, 2003).
6
7
7
8
8
9
DAFTAR PUSTAKA
9
10
10
11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
12
2. Anggota 1
12
13
3. Anggota 2
13
14
4. Anggota 3
14
15
4. Anggota
15
16
7. Dosen Pembimbing
16
17
17
18
18
19
3. Perjalanan
4. Lain-lain
19
20
Sampel
Peralatan ATK Keperluan percetakan 1 paket 50.000,- 50.000,-
Tinta Print Keperluan percetakan 4 botol 30.000,- 120.000,-
Penggandaan, Perbanyakan 10 17.000,- 170.000,-
fotocopy, dan proposal rangkap
penjilidan
Banner dan Publikasi Penelitian 1buah 150.000,- 150.000,-
Stand Banner saat Monitoring
Evaluasi
Biaya Publikasi Biaya pendaftaran 1 paket 500.000,- 500.000,-
Jurnal dan reprint
Penelitian
SUB TOTAL 1.015.000,-
TOTAL 12.041.000
,-
20
21
21
22
22
23
23
24
Kolom Kromatografi
Eluen Step Gradient Polarity (SGP)
Bercak yang sama hasil Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) digabung
in vacuo
Uji antimikroba
Senyawa Aktif
Gambar 3. Pemisahan Fraksi aktif, uji antimikroba dan isolasi senyawa aktif
24
25
25
26
26
27
Diameter Hambat
Kontrol
No. Nama Bakteri
Buah Umbi Kontrol + -
10% 5% 10% 5%
1 V. chlorella 20 14 13 6
25 0
19 14 11 7
2 S. mutans 13 10 0 0
23 0
13 9 0 0
3 M. luteus 16 12 10 9
23 0
15 11 11 7
4 E. coli 15 9 8 8
16 9 7 8 18 0
5 S. aureus 17 11 9 7
26 0
17 11 9 6
6 E. faecalis 18 13 7 6
23 0
18 10 8 6
7 S. epididimis 8 6 7 0
18 0
7 7 8 7
8 P. aeruginosa 19 15 10 6
30 0
18 14 12 0
9 B. subtilis 20 12 0 0
26 0
15 10 0 0
10 S. thypii 17 14 11 7
25 0
16 12 10 9
11 S. typhymurium 18 15 11 0
25 0
18 13 13 7
12 S. typhosa 18 14 8 7
0 0
17 15 9 7
Catatan : Sampel No. 12 Tidak ada kontrol positif
27