Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Isolasi Metabolit Sekunder dari Tumbuhan Parasit ( Balanophora elongata


var. elongata) yang Aktif Menghambat Isolat Klinis Multi Drug Resistant
Pseudomonas aeruginosa (MDR-PA)

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh :

Goldha Faroliu P 1311012036/2013

Nanda Putra 1311011041/2013

Daeng Erlangga 1211012016/2012

Katrin Dayatri 1411011052/2014

Dianda Aprillia 1411012070/2014

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

ii
DAFTAR ISI
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN ii
DAFTAR ISI ii
RINGKASAN v
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran yang Didapatkan 2
1.5 Manfaat Program 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Perkembangan Mikroba dan Antimikroba 3
2.2 Pseudomonas aeruginosa 3
2.2.1 Morfologi dan Struktur Bakteri 3
2.2.2 Perkembangan Penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas
aeruginosa dan Mekanisme serta Akibat dari Multiple Drug Resistance-
Pseudomonas aeruginosa 3
2.3 Balanophora elongata Blume. 5
2.3.1 Morfologi dan Penyebaran Balanophora elongata Blume. 5
2.3.2 Kandungan Kimia Balanophora elongata Blume. 5
2.3.3 Potensi dan Pemanfaatan Balanophora elongata Blume 5
BAB III. METODE PELAKSANAAN 6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian 6
3.2. Metode Penelitian 6
3.3. Alat dan Bahan 6
3.3.1. Alat 6
3.3.2. Bahan 6
3.4 Cara Kerja 6
3.4.1. Pengambilan Tumbuhan Balanophora elongata var. elongata 6
3.4.2. Ekstraksi, Fraksinasi dan Skrinning Fitokimia 7
3.4.3. Uji aktivitas antibakteri terhadap MDR-PA 7
3.4.4. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi 7

iii
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 8
4.1 Anggaran Biaya 8
4.2 Jadwal Kegiatan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN 11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 20
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti 22
Lampiran 6. Gambar Hasil Pengujian Pendahuluan terhadap Beberapa Bakteri
Uji 25
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Diameter Hambat Uji Pendahuluan 27

iv
RINGKASAN
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit paling banyak diderita
oleh penduduk saat ini, termasuk di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah
infeksi bakteri. Infeksi ini dapat diterapi dengan menggunakan antibiotik, namun
kenyataannya pada saat ini bakteri telah berkembang dan pada beberapa jenis
bakteri ini telah mengalami resisten terhadap beberapa antibiotik. Sumatera Barat
memiliki keanekaragamaan hayati hutan yang luar biasa. Balanophoraceae adalah
tumbuhan parasit dan salah satu contoh dari keberagaman yang ada di hutan
perbukitan provinsi Sumatera Barat. Sejauh ini pada tumbuhan Balanophora baru
diteliti mengenai perbedaan morfologinya dengan tumbuhan lain dalam satu
famili dan belum ada penelitian yang menyatakan aktifitas dari tumbuhan ini,
sedangkan pada genus lain pada famili Balanophoraceae memiliki potensi sebagai
anti radikal bebas yang signifikan, sitotoksik terhadap sel kanker dan dapat
menetralisir racun. Uji pendahuluan ekstrak bunga dan tuber Balanophora
elongata var. elongata terhadap 12 bakteri uji (Staphylococcus aureus,
Staphylococcus mutans, Staphylococcus epidermidis, Salmonella tiphymurium,
Salmonella thyposa, Salmonella thyphii, Vibrio chlorella, Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Micrococcus luteus, dan
Enterococcus faecalis) menunjukkan bahwa daya hambat paling besar (19 dan 15
mm) dari ekstrak bunga terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan
kosentrasi 1 dan 0.5 mg/cakram. Berdasarkan hasil uji pendahuluan ini diharapkan
dapat dilanjutkan aplikasinya terhadap bakteri yang telah resisten terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa yang telah resisten (Multi Drug Resistant Pseudomonas
aeruginosa /MDR-PA). Untuk mendapatkan senyawa aktif yang terhadap bakteri
MDR-PA ini dilakukan penelitian dengan metoda bioassay guided dari tumbuhan
B. elongata var elongata. Sampel diambil dari hutan di kaki Gunung Singgalang,
kemudian dimaserasi dan difraksinasi. Masing-masing fraksi diujikan terhadap
bakteri MDR-PA. Fraksi aktif dilanjutkan untuk diisolasi dan dimonitor secara
bioautografi. Hasil bioautografi digunakan untuk menentukan tahap isolasi
berikutnya hingga didapatkan senyawa murni yang aktif. Senyawa aktif hasil
isolasi dimurnikan dengan rekristalisasi. Daya hambat senyawa hasil isolasi
terhadap bakteri MDR-PA kemudian ditentukan dan dilakukan karakterisasi
senyawanya.

v
1

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balanophora adalah tumbuhan parasit dan salah satu contoh dari
keberagaman yang ada di hutan perbukitan provinsi Sumatera Barat.
Menurut Suhono dan Tim LIPI pada tahun 2010 tumbuhan ini tumbuh di
ketinggian 900-2800 meter di atas permukaan laut. Pada saat Kuliah
Lapangan Kimia Bahan Alam II Fakultas Farmasi Universitas Andalas pada
19-21 Maret 2015 di daerah Nagari Bancah, kaki Gunung Singgalang
tumbuhan ini secara tidak sengaja kami temukan. Identifikasi tumbuhan ini
berhasil dilakukan dengan nama Balanophora elongata var. elongata
(Mukhti, 2012). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhti
dkk. spesies ini termasuk famili Balanophoraceae yang paling banyak
ditemukan di daerah Sumatera Barat dibandingkan jenis Balanophora lainnya
(Balanophora dioica, Balanophora fungosa ssp. indica var. indica) dan
tumbuhan ini tersebar di daerah yang memiliki curah hujan 2500-5000
mm/tahun. Inang tempat tumbuh Balanophora dilaporkan berasal dari
Endospermum malacense, Villebrunea rubescens, Ficus vasculosa, Ficus
vulva, Ficus sp., Laportea sp., Syzigium cumini, dan Macaranga triloba
(Mukhti, 2012).
Lingkungan tempat tumbuh Balanophora elongata var. elongata di
daerah lembab dan berkontak langsung dengan tanah tanah baik tuber
maupun bunganya merupakan kondisi yang sangat banyak dihidupi oleh
berbagai mikroorganisme. Kondisi tempat tumbuh ini memungkinkan
tumbuhan ini menghasilkan suatu senyawa metabolit sekunder untuk dapat
berahan hidup, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
seperti bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhannya dan perlu diteliti
lebih lanjut untuk membuktikannya. Setelah dilakukan uji pendahuluan dari
ekstrak metanol Balanophora elongata var. elongata (bagian bunga dan
tuber) terhadap 12 macam bakteri terlihat adanya aktivitas antibakteri.
Bakteri uji yang digunakan yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
mutans, Staphylococcus epidermidis, Salmonella tiphymurium, Salmonella
thyposa, Salmonella thyphii, Vibrio chlorella, Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Micrococcus luteus, dan
Enterococcus faecalis.
Sampai saat ini tumbuhan Balanophora elongata var. elongata baru
diteliti mengenai perbedaan morfologinya dengan tumbuhan lain dalam satu
familinya dan belum ada penelitian yang menyatakan aktifitas dari tumbuhan
ini, sedangkan pada tumbuhan lain dalam famili Balanophoraceae memiliki
karakteristik berpotensi sebagai anti radikal bebas yang signfikan, sitotoksik
terhadap sel kanker dan dapat menetralisir racun. Penelitian ini dilakukan
langsung terhadap bakteri Multi Drug Resistant Pseudomonas aeruginosa
(MDR-PA), karena bakteri ini adalah salah satu bakteri dengan kasus

1
2

resistensi yang sedang ditangani diberbagai belahan dunia (Lister, et al.,


2009). Uji pendahuluan menunjukkan daya hambat paling besar diberikan
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dibandingkan bakteri uji yang
lain, terutama ekstrak bagian bunga dari tumbuhan (hasil uji pendahuluan
dapat dilihat di lampiran). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap kandungan metabolit sekunder B. elongata
var. elongata yang aktif menghambat bakteri resisten terutama MDR-PA.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya
penemuan senyawa antibakteri dalam rangka menghadapi kasus resistensi
antibakteri khususnya MDR-PA.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktifitas antibakteri fraksi dari ekstrak Balanophora elongata
var. elongata?
2. Apakah ada fraksi aktif yang terdapat dalam Balanophora elongata var.
elongata yang memiliki aktifitas sebagai antibakteri tehadap Multi Drug
Resistant Pseudomonas aeruginosa (MDR-PA)?
3. Apakah senyawa yang terdapat pada Balanophora elongata var. elongata
yang aktif menghambat MDR-PA?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat aktifitas antibakteri masing-masing fraksi dari ekstrak
Balanophora elongata var. elongata terhadap MDR-PA.
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan sub-fraksi dari Balanophora
elongata var. elongata yang memiliki aktifitas antibakteri terhadap MDR-
PA.
3. Untuk mendapatkan senyawa dari Balanophora elongata var. elongata
yang aktif terhadap MDR-PA.
1.4 Luaran yang Didapatkan
Dari kegiatan penelitian ini diharapkan :
1. Diperoleh fraksi dan subfraksi dari Balanophora elongata var. Elongata
yang aktif menghambat pertumbuhan MDR-PA.
2. Diperoleh senyawa murni dari Balanophora elongata var. Elongata yang
aktif menghambat pertumbuhan MDR-PA.
3. Dihasilkannya jurnal yang terakreditasi baik nasional atau internasional
yang bisa dipublikasikan dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
1.5 Manfaat Program
Manfaat penelitian ini adalah :

2
3

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai aktifitas antibakteri ekstrak dari


fraksi, subfraksi dan senyawa hasil isolasi tumbuhan Balanophora
elongata var. elongata terhadap bakteri MDR-PA.
2. Dapat membuka peluang dan meningkatkan nilai guna dan ekonomis dari
Balanophora elongata var. elongata.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perkembangan Mikroba dan Antimikroba
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit paling banyak
diderita oleh penduduk saat ini, termasuk di Indonesia. Salah satu
penyebabnya adalah infeksi bakteri (Radji, 2011). Dengan ekspansi dari era
antibiotik selama abad ke-20, kebutuhan untuk spesialis penyakit infeksi
menular akan semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Selanjutnya,
kemampuan bakteri patogen untuk beradaptasi dan berkembang untuk
menghadapi antibiotik di lingkungan saat ini sudah mengancam kesehatan
manusia. Beberapa patogen resistan terhadap obat lebih bermasalah ditemui
saat ini termasuk Methicillin Drug Resistant-Staphylococcus aureus,
Multidrug Resistant-Streptococcus pneumoniae, Vancomycin Resistant-
Enterococcus sp., Multidrug Resistant-Acinetobacter baumannii, Klebsiella
pneumoniae, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Pada masalah
resistensi terkait dengan Pseudomonas aeruginosa, dengan khusus penekanan
pada kompleksitas kromosomnya, membuat Pseudomonas aeruginosa salah
satu tantangan terbesar terapi kita (Lister, et al., 2009). Infeksi ini dapat
diterapi dengan menggunakan antibiotik, namun kenyataannya pada saat ini
bakteri telah berkembang dan pada beberapa jenis bakteri ini telah
mengalami resisten terhadap antibiotik.
2.2 Pseudomonas aeruginosa
2.2.1 Morfologi dan Struktur Bakteri
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri gram negatif
yang bersifat aerob berbentuk batang. Bakteri ini memiliki ukuran sekitar 0,6
x 2 μm ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek tidak berspora, serta tidak memiliki selubung
(sheat). Pseudomonas aeruginosa dapat selalu bergerak karena bakteri ini
memiliki flagel monotrik yaitu satu flagel yang terletak pada ujung bakteri.
(Jawetz, et al., 1996).
2.2.2 Perkembangan Penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas
aeruginosa dan Mekanisme serta Akibat dari Multiple Drug
Resistance-Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik, dapat
menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis
maupun pasien yang memiliki tingkat imunitas yang sangat rendah.
Umumnya kuman ini sering ditemukan sebagai penyebab infeksi nosokomial

3
4

di rumah sakit khususnya di Intensive Care Unit atau ICU (Slama et.al.,
2011). Menurut Hancock (1996) Pseudomonas aeruginosa menjadi penyebab
terbesar dari infeksi opportunistik nosokomial, yang menyebabkan sekitar 9 –
10 % infeksi yang terjadi pada rumah sakit.
Infeksi yang dapat diakibatkan oleh Pseudomonas aeruginosa antara
lain infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, dermatitis, infeksi
jaringan lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran
pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik, terutama pada penderita
luka bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang mengalami penurunan
sistem imun (Utji, 2005).
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu permasalahan atas
terjadinya penyakit serius pada pasien di rumah sakit khususnya yang berada
di ICU. Berdasarkan data National Nosocomical Infection Surveillance
System Amerika Serikat, pada tahun 1992 –1997 menunjukkan bahwa
Pseudomonas aeruginosa bertanggung jawab atas terjadinya 21 %
pneumonia, 10% infeksi saluran kemih, 3% infeksi pada aliran darah, 13 %
infeksi pada mata, telinga, hidung dan tenggorokan (Richards, et al., 1999).
Penelitian yang sama juga dilakukan di Eropa yang menyatakan
bahwa Pseudomonas aeruginosa sebagai organisme terisolasi frekuen
terbesar kedua berdasarkan laporan kasus infeksi yang diperoleh di ICU
(Spencer, 1996). Kasus berkaitan Pseudomonas aeruginosa sendiri di
Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh
angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6 -16 % dengan rata-rata
9,8% (Nihi, 2011).
Multi Drug Resistant (MDR) adalah kemampuan organisme penyebab
penyakit untuk bertahan atas setidaknya 3 jenis antibiotika yang tersedia dan
merupakan salah satu masalah terbesar dalam kasus kegawatdaruratan di
rumah sakit terutama karena infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian uji Kepekaan Antibiotik
terhadap Pseudomonas aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum yang
dilakukan oleh Prambudi Rukmono, Reni Zuraida pada pasien Rumah Sakit
Abdul Moeloek Lampung (RSAM) pada tahun 2010 didapatkan bahwa lebih
dari setengah antibiotik yang diuji telah resisten terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Pada uji tersebut jumlah antibiotik yang digunakan 25 jenis.
Diketahui 14 jenis antibiotik didapatkan ≥50% spesimen telah resisten.
Antibiotik yang paling resisten adalah ampisilin,eritromisin, amoksisilin,
sefurosim, seftriason, gentamicin, tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin,
trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidisid, sulfonamide kompleks
dan jenis antibiotik yang masih sensitif yaitu meropenem, klindamisin,
amikasin,norfloksasin, siprofloksasin,ofloksasin, fosfomisin, seftazidim,
netilmisin, kanamisin dan kloramfenikol (Rukmono dan Zuraida, 2013).

4
5

Studi epidemiological menyatakan bahwa infeksi akibat drug-resistent


Pseudomonas aeruginosa. dapat meningkat akibat faktor morbiditas,
mortalitas, keadaan dimana menghauskan untuk dioperasi, lamanya waktu
rawat inap di rumah sakit, serta perawatan kronis (Aloush et al., 2006,
Carmeli, et al., 1999 dan Gasink, et al., 2006).
2.3 Balanophora elongata Blume.
2.3.1 Morfologi dan Penyebaran Balanophora elongata Blume.
Balanophora tersebar di daerah tropis dan subtropis wilayah Asia dan
Oceania, dan hampir 20 spesies secara luas berkisar di barat daya Cina
(Wang et.al., 2009 dan Zhang, 1998). Ini jenis tumbuhan parasit yang
biasanya tumbuh pada akar pohon cemara berdaun lebar, terutama dalam
keluarga Leguminosae, Ericaceae, Urticaceae, dan Fagaceae (Wang et.al,
2009 dan Chen, 2010).
Karakteristik morfologi Balanophora elongata menurut Mukhti, dkk.
(2012) adalah memiliki bentuk tuber bercabang dan memanjang dengan
ukuran kecil (1,25 ± 0,79) dan warna Dark-salmon Red serta pada
permukaanya berbintik dan kasar. Daunnya sendiri berwarna Fire red-red
dan berjumlah 10-25 helai daun serta memiliki bentuk bunga betina Ellipsoid.
2.3.2 Kandungan Kimia Balanophora elongata Blume.
Penelitian kandungan kimia spesies Balanophora elongata Blume
sebagai antibakteri belum ada dilakukan. Studi menunjukkan bahwa
kelompok kimia genus Balanophora (family Balanophoraceae) adalah tanin.
Senyawa tanin yang memiliki turunan asam fenilakrilat seperti kafeoil,
kumaroil, furoil atau sinamoil adalah karakteristik komponen dalam genus
Balanophora. Selain itu, beberapa galoil, cafeoil dan ester
heksahidroksidifenol, dihidrokalkon glukosida, fenilpropanoid, flavonoid,
terpenoid dan sterol juga terkandung dalam genus Balanophora (Wang W
et.al., 2009).
2.3.3 Potensi dan Pemanfaatan Balanophora elongata Blume.
Beberapa penelitian yang telah mengkonfirmasi bahwa ekstrak dari
famili Balanophora dan senyawa terisolasi memiliki aktifitas anti radikal
bebas yang signifikan. Beberapa senyawa lainnya masih menunjukkan
kemampuan untuk menghambat HIV dan sitotoksisitas sel kanker (Wang
et.al., 2009).
Spesies dalam famili Balanophora memiliki sifat biologis lain seperti
dapat meredam panas dan menetralisir racun, menetralkan efek minuman
alkohol, dan digunakan sebagai tonik untuk pengobatan wasir, sakit perut dan
hemoptisis oleh masyarakat setempat di Cina (Chen, 2010 dan Wang et.al.,
2008).
Secara umum, ekstrak dan senyawa terisolasi dari genus Balanophora
memiliki potensi aktivitas anti radikal bebas yang luar biasa, dan juga dapat
menghambat HIV, hipoglikemik, menetralkan alcohol serius dan beberapa

5
6

efek lainnya (Xiao, 2010, Ho, 2010, Tian, 2007, Tang, 2007, Zhang, 2010,
Nakamura, 2003).

BAB III. METODE PELAKSANAAN


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2016 – Juni 2016 di
Laboratorium Biota Sumatera Universitas Andalas, Padang.
3.2. Metode Penelitian
Dimulai dari pengambilan sampel, ekstraksi dan fraksinasi sampel, uji
pendahuluan aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa masing-masing
fraksi, sub fraksi, dan senyawa hasil isolasi, pengamatan dan pengukuran
diameter hambat, perhitungan kadar hambat minimum (KHM), evaluasi
bioaktivitas fraksi aktif, analisis data dan pelaporan.
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengerjaan isolasi adalah botol
maserasi,rotary evaporator, penangas air, desikator, vial volume 20 ml, plat
tetes, pipet tetes, spatel, timbangan analitik, corong, erlenmeyer (kapasitas
250 ml, 500 ml dan 2 L), gelas piala (kapasitas 100 ml), corong pisah
(kapasitas 1 L), gelas ukur (kapasitas 10 ml, 100 ml, dan 250 ml), oven,
aluminium foil, kolom kromatografi, lampu UV 254, spektrofotometer UV-
Vis, spektrometer IR, Fisher John melting point apparatus, chamber, pipet
kapiler, plat KLT, dan silika gel PF 60.
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba
adalah tabung reaksi, timbangan listrik, pipet mikro, pipet tetes, cawan petri,
gelas ukur, vial, jarum ose, cotton bud, autoklaf, cawan petri, cutton bud, test
tube, jangka sorong, dan pinset.
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk isolasi adalah sampel Balanophora
elongata var. Elongata bagian (bunga dan tuber), aquadest, metanol, heksan,
etil asetat, etanol 70%, butanol.
Bahan yang digunakan dalam pengujian bioaktivitas adalah media
Nutrient Agar (NA), aquadest, kultur Pseudomonas aeruginosa resisten,
ciprofloxacin, dimethyl sulfoxide (DMSO) dan cakram antibiotik yang telah
resisten Pseudomonas aeruginosa.
3.4 Cara Kerja
3.4.1. Pengambilan Tumbuhan Balanophora elongata var. elongata
Tumbuhan parasit Balanophora elongata var. elongata diambil di
kaki Gunung Singgalang, Tanah Datar, Sumatera Barat dan diidentifikasi di
Herbarium ANDA Universitas Andalas.

6
7

3.4.2. Ekstraksi, Fraksinasi dan Skrinning Fitokimia


Balanophora elongata var. elongata dikoleksi sebanyak 7 kg
kemudian dimaserasi dengan metanol, lalu diuapkan pelarutnya hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian difraksinasi dengan pelarut
non polar (heksan), semi polar (etil asetat) dan terakhir dengan pelarut polar
(butanol). Kemudian masing-masing ekstrak ini nanti akan diujikan aktivitas
antibakterinya terhadap Multi Drug Resistant Pseudomonas aeruginosa
(MDR-PA)
3.4.3. Uji aktivitas antibakteri terhadap MDR-PA
a. Metoda difusi kertas cakram
Semua alat untuk keperluan pengujian disterilisasi sebelum digunakan
dengan autoklaf. Media NA yang telah disterilkan dituang ke setiap cawan
petri sebanyak 25 ml dan dibiarkan beberapa saat hingga memadat. Pada
media padat disebarkan suspensi bakteri dengan cara disapukan yang
sebelumnya telah disesuaikan dengan standar 0,5 Mc Farland (McF) dengan
menggunakan batang penyebar steril hingga suspensi bakteri merata di
seluruh permukaan media NA 25 ml. Cakram dengan diameter 6 mm
ditanamkan diatas media dan diberikan 10 μl ekstrak Balanophora elongata
var. elongata (10 mg/ml). Kontrol positif ciprofloksasin dan kontrol negatif
dimetil sulfoksida (DMSO) masing-masing 10 μl dengan konsenterasi (10
mg/ml). Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan,kemudian
diinkubasi 37°C selama 18-23 jam. Zona hambat diukur dan dicatat dan
bioaktivitas dinilai dengan sistem penilaian sangat aktif (> 19 mm), aktif (13-
19 mm), setengah aktif (10-12 mm), tidak aktif (< 10 mm).
b. Uji Antimikroba ekstrak, subfraksi, dan senyawa hasil isolasi
1. Beberapa ekstrak dari fraksi heksan, etil asetat, butanol, dan subfraksi
Balanophora elongata dibuat larutan dengan konsentrasi 20%, 10%, 5%,
dan 2,5% dalam DMSO. Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan
kemudian inkubasi 37°C selama 18-24 jam dan zona hambat diukur dan
dicatat.
2. Subfraksi aktif dimonitor dengan kromatografi lapis tipis dan diuji
terhadap MDR-PA secara bioautografi. Kemudian lanjutkan isolasi dengan
kromatografi lapis tipis dengan eluen secara isokratik berdasarkan hasil
bioautografi. Senyawa hasil isolasi yang telah dimurnikan diujikan dengan
konsentrasi 5%, 2,5% dan 1,25% dalam DMSO. Pengujian dilakukan
dengan tiga kali pengulangan kemudian inkubasi 37°C selama 18-24 jam
dan zona hambat diukur dan dicatat.
3.4.4. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi
Senyawa hasil isolasi akan diidentifikasi melalui: pemeriksaan
organoleptis, penentuan titik leleh dengan Fischer Johns Melting
Apparatus, pemeriksaan kromatografi lapis tipis (KLT), penentuan
spektrum ultraviolet dengan spektrofotometer UV-Vis, penentuan spektrum

7
8

IR dengan alat spektrofotometer IR, penentuan bobot molekul dengan


Mass Spectroscopy (MS), pemeriksaan kemurnian senyawa dengan metoda
High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Tabel 1.1. Anggaran Biaya Kegiatan Penelitian
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 2.925.000,-
2 Bahan habis pakai 5.601.000,-
3 Perjalanan 2.500.000,-
4 Lain-lain 1.015.000,-
TOTAL 12.041.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 1.2. Jadwal Perencanaan Kegiatan Penelitian

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Aloush, V., S. Navon-VeneziaY. Seigman-Igra, S. Cabili, and Y. Carmeli. 2006.


Multidrug-resistant Pseudomonas aeruginosa: Risk Factors and Clinical
Impact. Antimicrob. Agents Chemother. 50:43–48.
Carmeli YN. Troillet AW. Karchmer dan Samore MH. 1999. Health and
economic outcomes of antibiotic resistant Pseudomonas aeruginosa. Arch.
Intern. Med. 159:1127–1132.
Chen JY. Li C. Wang XQ. Zhao ZXZ. 2010 Research Progress and Medicinal
Plant Types of Genus Balanophora. Lishizhen Med. Materia Medica Res.,
21:2032–2034.
Gasink LBNO. Fishman MG. Weiner I. Nachamkin WB. Bilker. Lautenbach E.
2006. Fluoroquinolone-resistant Pseudomonas aeruginosa: Assessment of
Risk Factors and Clinical Impact. Am. J. Med. 119: 526e19–526e25.
Hancock REW. Speert DP. Antibiotics for Pseudomonas and Related Infections.
In: Dodge JA, Brock DJH,Widdicombe JH, eds. Cystic fibrosis – current
topics. John Wiley and Sons Ltd, 3: 1996; 245–266.
Ho ST. Tung YT. Cheng KC. Wu JH: Screening, Determination and
Quantification of Major Antioxidants from Balanophora laxiflora Flowers.
Food Chem 2010, 122:584–588.
Jawetz, E. et al. 1996. Mikrobiologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lister PD. Wolter JD. Hanson D. Nancy. Antibacterial-Resistant Pseudomonas
aeruginosa: Clinical Impact and Complex Regulation of Chromosomally
Encoded Resistance Mechanisms. American Society Microbiology. 2009.
22: 582 – 610
Mukhti RP. Syamsuardi, C..2012. Jenis-Jenis Balanophoraceae di Sumatera Barat
Spesies of Balanophoraceae in West Sumatra. Jurnal Biologi Universitas
Andalas (J. Bio. UA.) 1(1) – September 2012 : 15-22
Nakamura Y. Watanabe S. Miyake N. Kohno H. Osawa T: Dihydrochalcones:
Evaluation As Novel Radical Scavenging Antioxidants. J Agric Food Chem
2003, 51:3309–3312.
Nihi, S. 2011. Gambaran Penderita Infeksi Nosokomial pada Pasien Rawat Inao
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2010. (skripsi). Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin
Radji M. 2011. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan
Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian Jilid 3.
Richards MJ, Edwards JR, Culver DH, Gaynes RP. Nosocomial infections in
medical intensive care units in the United States. National Nosocomial
Infections Surveillance System. Crit Care Med. 1999 May;27(5):887-92.
Rukmono P, Zuraida R. 2013. Uji Kepekaan Antibiotik terrhadap Pseudomonas
aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri , Vol. 14, No. 5
Slama. Karim B. Skander G. Ahlem J. Meriem M. Chedlia F. Epidemiology of
Pseudomonas aeruginosa in Intensive Care Unit and Otolaryngology
Department of a Tunisian Hospital. African Journal of Microbiology
Research. 2011;5(19):1.2.Editorial.

9
10

Spencer RC. 1996. Predominant Pathogens Found in the European Prevalence of


Infection in Intensive Care Study. Eur. J. Clin. Microbiol. Infect. Dis.
15:281-285.
Suhono, B., dan Tim LIPI. 2010. Ensiklopedia Flora Jilid 6. PT. Kharisma Ilmu.
Jakarta.
Tang ZC. Zou K. Wang JZ. Ying CZ. Lu HH. Mechanism for the extracts of
Tupistra chinensis Bak. and Balanophora involucrata HK. f. to inhibit
alcoholism. Li Shizhen Med Materia Medica Res 2007, 18:2958–2960.
Tian JY. Ji TF. Su YL. Cong WN. Liu ZL. Ye F. Studies on hypoglycemic effect
of extract of Balanophora polyandra. Chin J Chin Mat Med 2007, 32:1194–
1198.
Utji R. Microbiology Aspect of Infection in Intensive Care Unit, 2nd Symposium of
Indonesian Antimicrobial Resistance Watch (IARW) in Conjunction with
PIT PAMKI, Jakarta 2-3 July 2005.
Wang H. Luo B. Zou K. Chemical Constituents and Pharmacological Studies of
Genus Balanophora. Lishizhen Med Materia Medica Res 2008,
19:809–811.
Wang W. Zeng SF. Yang CR. Zhang YJ. A New Hydrolyzable Tannin from
Balanophora harlandii with Radical-Scavenging Activity. Helv Chim Acta
2009, 92:1817–1822.
Xiao CL. Mao QC. Li RM. Chen ZM. Jiang SB. Jiang ZH. Liu SW. Study of The
Mechanism of Caffeoyl Glucopyranoses in Inhibiting HIV-1 Entry Using
Pseudotyped Virus System. J South Med Univ 2010, 30:720–723.
Zhang SY. Qin LY. Tang SY. Modern research progress of Balanophora
involucrata. Journal of China Traditional Chinese Medicine Information
2010,2:243.
Zhang SY. Medicinal Plant Resources of Genus Balanophora. Chinese Journal of
Ethnomedicine and Ethnopharmacy 1998, 27–28.

10
11

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

11
12

2. Anggota 1

12
13

3. Anggota 2

13
14

4. Anggota 3

14
15

4. Anggota

15
16

7. Dosen Pembimbing

16
17

17
18

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi pemakaian Kuantitas Harga (Rp) Total (Rp)


Analisis UV Mengetahui spektrum 1 kali 50.000,- 50.000,-
UV
Analisis IR Mengetahui spektrum 1kali 50.000,- 50.000,-
IR
Analisis MS Mengetahui bobot 2 kali 300.000,- 600.000,-
molekul
Analisis HPLC Menentukan 1 kali 1.000.000,- 1,000.000,-
kemurnian senyawa
Cawan Petri Peralatan uji 10 buah 20.000,- 200.000,-
antimikroba
Cakram Peralatan uji 1kotak 50.000,- 50.000,-
antimikroba
Cakram dengan Bahan uji antimikroba 11cakram 15.000,- 165.000,-
antibiotik
Jarum Ose Peralatan uji 5 buah 9.000,- 45.000,-
antimikroba
Cotton bud Bahan uji antimikroba 2 kotak 5.000,- 10.000,-
Aluminum voil Peralatan isolasi 4 gulung 20.000,- 80.000,-
Kertas saring Bahan uji antimikroba 4 lembar 10.000,- 40.000,-
Pinset Peralatan uji 3buah 15.000,- 45.000,-
antimikroba
Kain kassa Bahan uji antimikroba 3 kotak 10.000,- 30.000,-
Kapas Bahan uji antimikroba 5bungkus 5.000,- 25.000,-
Benang jagung Bahan uji antimikroba 2gulung 2.500,- 5.000,-
Batang Peralatan uji 2buah 8.500,- 17.000,-
pengaduk antimikroba
Spatel Peralatan uji 3buah 13.000,- 39.000,-
antimikroba
Pipet tetes Peralatan uji 8buah 3.000,- 24.000,-
antimikroba
Pipa kapiler Peralatan isolasi 6 buah 500,- 3.000,-
Keranjang Peralatan uji 3buah 10.000,- 30.000,-
antimikroba
Kertas Bahan uji antimikroba 10lembar 3.000,- 30.000,-
perkamen
Penjepit kayu Peralatan uji 2buah 6.000,- 12.000,-
antimikroba
Tabung reaksi Peralatan uji 15buah 25.000,- 375.000,-
antimikroba
SUB TOTAL 2.925.000,-

18
19

2. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga (Rp) Total (Rp)


Metanol Pelarut 25 L 18.000,- 450.000,-
Heksane Pelarut 15 L 25.000,- 375.000,-
destilasi
Etil asetat Pelarut 20 L 35.000,- 700.000,-
destilasi
Butanol Pelarut 1.5 L 40.000,- 60.000,-
Aquadest Pelarut 4L 10.000,- 40.000,-
DMSO Pelarut 50 mL 2.000,- 100.000,-
NaCl fisiologis Pelarut 1L 20.000,- 20.000,-
Etanol 70% Antiseptik 2L 10.000,- 20.000,-
Spiritus Sterilisasi 2L 8.000,- 16.000,-
Plat KLT Analisa KLT 5 lembar 140.000,- 700.000,-
Silika Gel PF Absorban 1 kg 1.800.000,- 1.800.000,-
60
Reagen uji Uji Fitokimia 1 100.000,- 100.000,-
fitokimia
Nutrient Agar Media uji 50 gram 5.000,- 250.000,-
antimikroba
Bakteri uji P. Bakteri uji 1 300.000,- 300.000,-
aeruginosa
Antibiotik Bahan uji 12 10.000,- 120.000,-
pembanding antimikroba
Masker Perlengkapan saat uji 2 box 50.000,- 100.000,-
antimikroba
Surgi glove Perlengkapan saat uji 3 box 50.000,- 150.000,-
antimikroba
Alat dan bahan Bahan uji 1 300.000,- 300.000,-
pendukung uji antimikroba
MDR-PA
SUBTOTAL 5.601.000,-

3. Perjalanan

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga (Rp) Total (Rp)


Akomodasi ke Pengambilan sampel 1kali 2.500.000,- 2.500.000,-
Gunung berangkat
Singgalang
SUBTOTAL 2.500.000,-

4. Lain-lain

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga (Rp) Total (Rp)


Identifikasi Identifikasi sampel 1sampel 25.000,- 25.000,-

19
20

Sampel
Peralatan ATK Keperluan percetakan 1 paket 50.000,- 50.000,-
Tinta Print Keperluan percetakan 4 botol 30.000,- 120.000,-
Penggandaan, Perbanyakan 10 17.000,- 170.000,-
fotocopy, dan proposal rangkap
penjilidan
Banner dan Publikasi Penelitian 1buah 150.000,- 150.000,-
Stand Banner saat Monitoring
Evaluasi
Biaya Publikasi Biaya pendaftaran 1 paket 500.000,- 500.000,-
Jurnal dan reprint
Penelitian
SUB TOTAL 1.015.000,-
TOTAL 12.041.000
,-

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No. Nama (NIM) Bidang Alokasi Waktu Uraian Tugas


Ilmu (jam/minggu)
1 Goldha Faroliu P Farmasi 7 jam/minggu Mengkoordinir
(1311012036) semua kegiatan,
memimpin rapat,
penanggung jawab
kegiatan,
penanggung awab
proses isolasi etabolit
sekunder dari B.
elongata var
elongata dan
pelaporan
2 Daeng Erlangga Farmasi 7 jam/minggu Penanggung jawab
(1211012016) perlengkapan di
Laboratorium, uji
aktivitas anti P.
aeruginosa dan Anti-
MDR-PA dari ekstak
dan fraksi B.
elongata
3 Nanda Putra Farmasi 7 jam/minggu Penanggung jawab
(1311011041) survey lokasi dan
pembelian alat dan
bahan, pengambilan
sampel ke Gunung
Singgalang serta
pengujian antibakteri

20
21

dari senyawa aktif


4 Katrin Dayatri Farmasi 7 jam/minggu Penanggung jawab
(1411011052) mengatur keuangan,
pengeluaran dana
untuk survey dan
kegiatan penelitian
serta administrasinya
5 Dinda Aprillia Farmasi 7 jam/minggu Penanngung jawab
(141012070) pemeriksaan kimia,
fisika dan
pengukuran
spektrofotometer UV
dan IR,
spektrofotometer MS
dan HLPC serta
analisis data

21
22

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

22
23

Lampiran 5. Skema Kerja

1. Fraksinasi dan uji antimikroba masing-masing fraksi

Gambar 2. Fraksinasi dan uji antimikroba masing-masing fraksi

23
24

2. Pemisahan Fraksi aktif, uji antimikroba dan isolasi senyawa aktif

Fraksi yang aktif

 Kolom Kromatografi
 Eluen Step Gradient Polarity (SGP)
 Bercak yang sama hasil Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) digabung
 in vacuo

Subfraksi 1 Subfraksi 2 Subfraksi 3 Subfraksi 4 Subfraksi 5

Uji antimikroba

Subfraksi yang sangat aktif

 Cek KLT, Autobiografi


 Dilakukan kolom kromatografi secara isokratik
 Di periksa dengan metoda Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
 Bercak yang sama digabung
 Dilakukan rekristalisasi

Senyawa Aktif

Uji antimikroba dan Identifikasi Senyawa (UV, IR, dan MS)

Gambar 3. Pemisahan Fraksi aktif, uji antimikroba dan isolasi senyawa aktif

24
25

Lampiran 6. Gambar Hasil Pengujian Pendahuluan terhadap Beberapa


Bakteri Uji

Gambar 4. Uji terhadap B. subtilis dan E. coli

Gambar 5. Uji terhadap E. faecalis dan M. luteus

25
26

Gambar 6. Uji terhadap P. aeruginosa dan S. epididimis

Gambar 7. Uji terhadap Staphylococcus mutans dan Salmonella typhosa

26
27

Gambar 8. Uji terhadap Salmonella typhimurium dan Vibrio chlorella

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Diameter Hambat Uji Pendahuluan


Tabel 1. Hasil pengukuran diameter hambat

Diameter Hambat
Kontrol
No. Nama Bakteri
Buah Umbi Kontrol + -
10% 5% 10% 5%
1 V. chlorella 20 14 13 6
25 0
19 14 11 7
2 S. mutans 13 10 0 0
23 0
13 9 0 0
3 M. luteus 16 12 10 9
23 0
15 11 11 7
4 E. coli 15 9 8 8
16 9 7 8 18 0
5 S. aureus 17 11 9 7
26 0
17 11 9 6
6 E. faecalis 18 13 7 6
23 0
18 10 8 6
7 S. epididimis 8 6 7 0
18 0
7 7 8 7
8 P. aeruginosa 19 15 10 6
30 0
18 14 12 0
9 B. subtilis 20 12 0 0
26 0
15 10 0 0
10 S. thypii 17 14 11 7
25 0
16 12 10 9
11 S. typhymurium 18 15 11 0
25 0
18 13 13 7
12 S. typhosa 18 14 8 7
0 0
17 15 9 7
Catatan : Sampel No. 12 Tidak ada kontrol positif

27

Anda mungkin juga menyukai