Anda di halaman 1dari 24

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333339487

LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 3,692

1 author:

Hendri Yono
Universitas Maritim Raja Ali Haji
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PEMAMFAATAN EKOSISTEM LAUT UNTUK LOKASI BUDIDAYA View project

All content following this page was uploaded by Hendri Yono on 24 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

UJI BSLT ((Brine Shrimp Lethality Test) Rhizopora sp. DAN UJI
TOKSISITAS Rhizopora sp. TERHADAP IKAN MAS

NAMA : HENDRIYONO
NIM : 160254243030

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
PRAKATA

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan Laporan aplikasi bioteknologi
aquaculture Praktikum Mikrobiologi Akuakultur. Laporan Praktikum ini
merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti UAS mata kuliah tersebut.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang
telah membantu dalam penyelesaian Laporan aplikasi bioteknologi aquaculture ini
inu Aminatul Zahra selaku Dosen Mata Kuliah Aplikasi Bioteknologi
Aquaculture, dan juga kepada ibu Shavikah Miranti sebagai laboran, serta Tim
Asisten yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu hingga selesainya laporan ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian laporan
praktikum ini. Oleh sebab itu jika ditemukan kekurangan, maka saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Tanjungpinang, Mei 2019


HENDRIYONO
DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iv
1 PENDAHULUAN………………………………………………………………1
1.1. latar belakang…………………………………………….…………….1
1.2. tujuan praktikum……………………………………………………….2
1.3. mamfaat praktikum…………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….……3
2.1. Rizhopora sp……………………………….………………………….4
2.2. uji toksisitas………………………………………………………….. 5
2.3. ikan mas……………………………………………………………..…6
BAB III METODE………………………………………………………………………7

3.1. waktu dan tempat…...…………………………………………………………7


3.2. alat dan bahan………………………………………………………………….7
3.3. prosedur praktikum……………………………………………………………7
3.2.1. pembuatan ektrak rizophora sp……………………………………………...7
3.2.2. tahap perlakuan……………………………………………………………...7
3.2.3. uji BSLT……………………………………………………………………..7
3.2.4. persiapan wadah ikan……………………………………………….……….8
3.2.5. pakan………………………………………………………………………...9
3.2.6. parameter yang di amati……………………………………………………..9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…..…………..……………………….11
4.1. hasil.…………………………………………………………...……...11
4.1.1. analisis probit ektrak rizophora sp sp………….………………………....... 11
4.1.2. tingkat kelulusan hidup.................................................................................12
4.1.3. pertumbuhan bobot ikan…………………………………...………………..12
4.1.4. pertumbuhan panjang ikan………………………………………………….13
4.1.5. kualitas air…………………………………………………………………..13
4.2. pembahasan…………………………..……………………………………...14
4.2.1. analisis probit ektrak rizophora sp………………………………………….14
4.2.2. tingkat kelangsungan hidup…………………………………………………14
4.2.3. pertumbuhan ikan…………………………………………………………...15
4.2.4. rasio konversi pakan………………………………………………………...16
4.2.5. kualitas air…………………………………………………………………..16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………17
5.1. KESIMPULAN………………………………………………………..17
5.2. SARAN………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...18
DAFTAR TABEL

1 alalt dan bahan 10


2 analisis probit 14
3 bobot mutlak 17
4 kualitas air 18

DAFTAR GAMBAR

1. Rizophora 5
2. Ikan mas ( cyprinus carpio ) 8
3. Tingkat kelangsungan hidup 15
4. Pertumbuhan bobot
5. Pertumbuhan ikan 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme


(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan
sesamanya di dalam suatu habitat mangrove
(Kusmana et al. 2003). tanaman mangrove memiliki manfaat di bidang kesehatan
di mana sebagian besar bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan alami, selain itu beberapa spesies tanaman mangrove juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan insektisida dan pestisida alami (Purnobasuki, 2004).
Kandungan senyawa kimia dalam tanaman mangrove adalah fenolit, alkaloid,
steroid, saponin, flavonoid dan tanin.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penggunaan bagian tanaman mangrove
sebagai bahan racun ikan yang bisa digunakan oleh nelayan. sifat toksisitas
tersebut menunjukkan adanya kandungan senyawa yang berperan melindungi
tumbuhan mangrove dari berbagai gangguan. Perlu di lakukan praktikum Uji
toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dan meneliti batas
keamanan dalam tumbuhan tersebut. Prediksi toksistas suatu bahan dilakukan
untuk mendeteksi toksin. Metode prediksi BSLT dilakukan pada ekstrak daun
mangrove jenis rizophora sp. bersifat toksik terhadap ikan mas . Bila ekstrak
mampu menimbulkan efek yang dapat diamati, seperti kematian organismenya,
maka dosis atau kadar zat kimia itu dapat dipilih agar dapat menimbulkan efek
(Agustin. J, 2012).
Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah merupakan salah satu spesies ikan air
tawar yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih
potensi pasar yang terus meningkat. banyak kendala yang dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan budidaya ikan mas dimana kendala utama yang perlu
diperhatikan adalah munculnya serangan penyakit. Umumnya penyakit yang
sering ditemukan menyerang ikan mas dapat disebabkan oleh parasit, bakteri,
virus maupun jamur (Anshery, 2008).

1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini menentukan nilai dosisi Rizophora sp. Bedasarkan nilai
Lc50 dan menentukan konsentrasi ektrak Rizophora dalam meningkatkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Mas (Cyprinus carpio).

1.3.Manfaat Praktikum
Praktikum ini memberi informsi dan pengetahuan serta penerapan dalam
bidang budidaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rhizophora sp.
Rhizophora sp. merupakan salah satu jenis tanaman mangrove, yaitu
kelompok tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam
(Irwanto, 2006). Mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi
lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang
tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Kondisi lingkungan seperti itu
menyebabkan beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang
memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang
lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen
bagi sistem perakarannya (Setyawan dkk, 2002).

Jenis-jenis ini dikenal dengan nama bakau, dan merupakan jenis yang umum dan
selalu tumbuh di hutan mangrove (Sukardjo, 1984). Noor (2006) mengemukakan
taksonomi jenis Rhizophora sp. adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora sp.

Gambar 1. Mangrove rizophora sp.


Sumber : en.wikipedia.org

Hampir semua bagian tanaman Rhizophora sp. mengandung senyawa alkaloid,


saponin, flavonoid dan tannin (Rohaeti dkk, 2010). Alkaloid bersifat toksik
terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus (Sari, 2008).
Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba karena akan merusak
membran sitoplasma dan membunuh sel (Rahayu, 2007). Senyawa flavonoid
mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel
tanpa dapat diperbaiki lagi (Rinawati, 2011). Tanin merupakan senyawa fenolik
komplek yang dapat menghambat aktivitas bakteri sehingga tumbuhan yang
mengandung tanin sering digunakan dalam bidang farmasi karena tanin
mengandung asam tanik yang telah digunakan sebagai antiseptik (Trianto dkk,
2004).

2.2. uji toksisitas


Uji toksisitas merupakan salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui
keamanan suatu obat yang akan dijadikan produk. Uji toksisitas subakut adalah uji
yang digunakan untuk mengetahui toksisitas suatu senyawa yang dilakukan pada
hewan coba dengan sedikitnya tiga tingkat dosis, umumnya dalam jangka waktu
28 hari (OECD Test Guideline 407: 2008).

2.3. ikan mas Cyprinus carpio


Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, memiliki badan
dengan bentuk panjang dan pipih kesamping serta memiliki daging yang lunak.
Ikan mas sendiri sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina
sedangkan di Indonesia, ikan mas dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang
terdapat di Indonesia merupakan merupakan jenis ikan mas yang dibawa dari
Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang (Anonim 2007b). Hingga saat ini sudah terdapat
10 jenis ikan mas yang telah diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologisnya. Pada ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai
berikut (Bachtiar 2002):

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

Gambar 2. Ikan mas


Sumber : wikipedia.org
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain. Perbedaan sifat dan ciri dari
ras disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya interaksi antara
genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya
(Susanto 2007).
BAB III
METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada bulan mei 2019, di Laboraturium Marine
Biotechnologi, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja
Ali Haji.

3.2. Alat dan Bahan


Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini .

Alat bahan

Ikan mas toples

Rizophora sp Belender

Artemia sanila Saringan

Air laut Botol pelastik 1,5 ml

Putih telur Nampan

Pellet Timbangan digital

Aquades Pengaris

pH meter

tabung ukur

botol spray

aerasi (blower)
3.3. Prosedur Praktikum

3.2.1. Pembuatan ektrak Rizhopora

Mencari daun mangrove di kampung bugis, lalu di cuci, lalu di jemur oleh
paparan sinar matahari , kemudian di belender sampai halus setelah menjadi
ektrak kemudia di saring , sehingga menjadi serbuk .
Daun mangrove yang sudah jadi serbuk di timbang berdasarkan perlakukan 0,05
,0,1 , 0,2 dan di uji BSLT . lalu di masukan ke dalam botol yang telah di potong
sesuai kebutuhan dan di isi air 10 ml.

3.2.2. Tahap perlakuan

Perlakukan yang di gunakan yaitu


A.kontrol
B.400 ppm
c.500 ppm

3.2.3. Uji BSLT ( Brine Shrimp Lethality Test )

Bahan yang di gunakan Artemia , Rizophora sp. Air Laut, artemia di


tetaskan lalu setelah artemia tetas di ambil 20 ekor dan di masukan ke wadah uji
degan serbuk Rizophora sp. Pada tiga konsentrasi selama 24 jam. Setelah 24 jam
di lakukan pengamata dan di hitung jumlah artemia yang mati dan yang hidup
pada setiap wadah.

3.2.4. Persiapan wadah ikan

Wadah toples berukuran 10 L sebanyak 3 buah dan di strilisasi terlebih


dahulu sebelum di gunakan, setiap wadah di isi air tawar sebanyak 5 L dan di
airasikan. Benih ikan mas rata-rata bobot awal 6,50 ± 0,50 g panjang awal 7,5 ±
0,10 cm. satu toples berisi 15 ekor ikan mas, dan di beri pakan degan kandungan
rizophora setelah di adaptasikan selama 24 jam. Waktu pemberian pakan jam
08:00 , 01:00 , 17:00 WIB.

3.2.5. Pakan

Pencampuran ektrak mangrove degan menggunkan aquades sebanyak 9 ml


dan putih telur sebagai perekat dan di masukan ektrak kedalam botol spray ,
pakan di letakkan ke mampan dan di sprot dan di angin-aginkan.Pakan yang
digunakan adalah pakan pellet komersial.
3.2.6. Parameter yang di amati

1.Analisis analisis probit


Analisis probit akan di lakukan berdasarkan hasil uji toksisitas menggunkan
(BSLT).

2.Tingkat kelangsungan hidup

kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan yang hidup dalam waktu
pemeliharaan. Penghitungan kelangsungan hidup ikan menggunakan rumus
Goddard, 1996 dalam Effendi, et al, 2006 sebagai berikut :
𝑁𝑇
TKH= × 100 %
𝑁𝑂

Keterangan :
TKH : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan ( ekor )

3.pertumbuhan bobot mutlak

Penambahan bobot ikan awal praktikum samapi akhir . Penghitungan


pertumbuhan bobot mutlak menggunakan rumus Weatherley I972 dalam
Dewantoro, 2001 sebagai berikut :

L = Wo – Wt
Keterangan :
L : pertumbuhan Mutlak (g)
Wo : Bobot ikan awal praktikum (g)
Wt : bobot akhir praktikum (g)

4. Pertumbuhan panjang mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah persentasi jumlah pakan yang


dikosumsi oelh ikan dan di ubah menjadi berat tubuh ikan . Pertumbuhan panjang
mutlak
dihitung menggunakan rumus Effendie 1979 dalam Effendi et al, 2006 sebagai
berikut :

L = LT - Lo
Keterangan :
L : pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt : Panjng rata-rata ikan waktu akhir praktikum ( cm)
Lo : Panjang rata-rata ikan awal praktikum (cm)

5. Rasio konversi Pakan

Fcr adalah persentase jumlah pakan yang di kusumsi oelh ikan dan di ubah
menjadi berat tubuh ikan. Data ratio konversi pakan diperoleh degan cara
membandingkan bobot ikan degan jumlah pakan yang dikosumsi yaitu disajikan
dalam bentuk satuan gram , rasio konversi pakan dihitung berdasarkan rumus
Menurut Effendie, 1997) sebagai berikut :

𝑭
FCR = (𝑾𝒕+𝑫)−𝑾𝒐

Keterangan :
Fcr : Feed Conversi Ratio
F : Pakan yang di berikan (g)
Wt : Bobot ikan akhir penelitian (g)
D : Bobot ikan yang mati (g)
W : Bobot ikan awal penelitian (g)

6. Kualitas air

Pengukuran parameter suhu kualias air suhu,pH. Pengukuran parameter air


dilakukan pada akhir praktikum pengukuran sebanyak 3 kali ulangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Analisis Probit ekstrak Rhizopora Spp.
Hasil praktikum ekstrak Rhizopora sp pada artemia naupuli sebanyak 60
ekor dengan konsentrasi 500 dan 1000 ppm hasil yang didapatkan pada
konsentrasi 500 ppm dengan mortalitas 26 ekor dan 1000 ppm dengan mortalitas
46 ekor berdasarkan uji (Brine Shrimp Lethality Test) BSLT menggunakan
metode (Meyer et al. 1982) yang telah dikembangkan (Juniarti et al. 2009). Hasil
yang diperoleh dihitung sebagai nilai LC50 yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Probit


n
d D X Y
(∑ r
(Konsentrasi (% (Log X2 (Probit % XY
hewan (Mortalitas)
ppm) mortalitas) konsentrasi) mortalitas)
uji)
500 60 60 43.33 2.69 7.28 4.82 13.009

1000 60 46 76.6 3 9 5.74 17.22

Total 120 72 120 5.69 16.28 10.56 30.22

Y=A+Bx. Nilai Lc50 24 jam diperoleh anti log m. nilai m merupakan niali X pada
saat kematian sebesar 50 % sehingga fungsi liniernya adalah 5 = A Bx. Untuk
menentukan nilai A dan B digunakan paersaan sebagai berikut dan rumus
perhitungan dapat di lihat pada lambiran 1.

(∑16,282 . ∑10,56 . ∑ 30.22)


A =
𝑛∑16,28−(16,28)2

= -0,00015

𝑛(∑30,22)−(∑16,38. ∑10,56)
B =
𝑛∑5,692 −(∑5,69)2

= 1.856371
M = 2.69

Lc 50 = 493,75 ( hasil mendekati 500 ppm )

Keterangan :

Y = Nilai probit mortalitas hewan uji


X = Logam konsentrasi uji
A= Konsanta
B= Slope
M= nilai x pada Y = 5 ( Nilai probit 50 % mortalitas hewan uji )

4.12.Tingkat Kelulusan Hidup %

Hasil pengamatan kelangsungan hidup benih ikan mas, menunjukkan hasil yang
berbeda pada setiap perlakuanya. Nilai kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol
serta konsentrasi ekstrak Rhizopora (ppm), berturut-turut adalah 100%,100% dan
78% tersaji pada Gambar 3 dan tabel 2.
120 100 80 60 40
TKH (%)

20 0

1 2 3
perlakuan
Keterangan : Perlakuan, Kontrol, P1 (400 ppm), P2 (500 ppm)
dan nilai yang tertera merupakan hasil perhitungan tingkat
kelangsungan hidup (TKH).Gambar 3. Tingkat Kelangsungan
Hidup (TKH).
4.1.3. Pertumbuhan Bobot ikan

Hasil penimbangan bobot benih ikan mas pada akhir pemeliharaan,


menunjukkan hasil rata-rata yang berbeda pada setiap perlakuanya. Nilai bobot
pada konsentrasi ekstrak Rhizopora (ppm), serta kontrol berturut-turut adalah 6,50
g, 6,72 g dan 6,50 g tersaji pada Gambar 4 dan tabel 2.
6.80 6.60 6.40 6.20 6.00
BOBOT/g

1 2 3
Perlakuan

Keterangan : Perlakuan, Kontrol, P1 (400 ppm), P2 (500 ppm) dan nilai yang
tertera merupakan hasil penimbangan bobot pada akhir pemeliharaan.

Gambar 4. Bobot Ikan Pada Akhir Pemeliharaan


4.1.4.Pertumbuhan Panjang Ikan

Hasil pengukuran Panjang benih ikan mas pada akhir pemeliharaan,


menunjukkan hasil rata-rata yang berbeda pada setiap perlakuanya. Nilai Panjang
pada konsentrasi ekstrak Rhizopora (ppm), serta kontrol berturut-turut 7,62 cm,
7,64 cm dan 7,41 cm tersaji pada Gambar 5 dan tabel 2.
7.7 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2
Panjang/cm

1 2 3
Perlakuan
Keterangan : Perlakuan, Kontrol, P1 (400 ppm), P2 (500 ppm) dan nilai yang
tertera merupakan hasil pengukuran panjang pada akhir pemeliharaan.

Gambar 5. Panjang Ikan Pada Akhir Pemeliharaan

Tabel. 2 Bobot Mutlak, Panjang Mutlak, Tingkat Kelangsungan Hidup, Rasio


Konversi Pakan

parameter
Perlakuan B. mutlak P. mutlak Sr FCR
Kontrol 0.17 -0.46 100 1.49
P1 0.552 0.19 100 0.52
P2 0.608 0.08 73 0.93
Keterangan : Perlakuan, Kontrol, P1 (400 ppm), P2 (500 ppm) dan nilai yang
tertera merupakan hasil perthitungan (bobot mutlak,Panjang mutlak,Tingkat
Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan).

4.1.5 Kualitas Air

Pada pemeliharaan benih ikan mas parameter kualitas air pada akhr pemeliharaan
menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda pada setiap perlakuan, Hasil
pengukuran parameter kualitas air disajikan pada Tabel 3.

Perlakuan Parameter Air


pH Suhu 0C
Kontrol 8,74 28,4
P1 9,77 28,2
P2 9 28
Rata-rata 9,17 28,2
4.2. Pembahasan

4.2.1 Analisis Probit ekstrak Rhizopora Sp.

Berdasarkan tabel 1. Hasil uji toksisitas ekstrak Rhizopora Spp. Hasil


menunjukan pada konsentrasi 1.000 ppm toksik sedangkan konsentrasi ekstrak 500
ppm tidak toksik berdasarkan nilai LC50. Mengacu pada penelitian sebelumnya
,Analisisnilai LC-50 dilakukan dengan menggunakan metode Finney
(1971).Analisi inibertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat
menyebabkan kematian bakteri uji sebanyak 50% dari populasi awal, yaitu
107 CFU/ml. Pengujian dilakukan dengan menggunakan limakonsentrasi, yaitu
100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Pengamatan dilakukan
dengan mengamati tingkat kekeruhan pada tabung reaksi dan dilihat pada
batas konsentrasi berapa bakteri masih dapat tumbuh pada tabung reaksi
dari penggunaan berbagai pelarut ini adalah untuk mengekstrak
semua jenis bahan aktif yang mungkin dimiliki oleh daun Rhizopora
macronata. Menurut Markham (1988), komponen yang terbawa pada
proses ekstraksi adalah komponen yang berpolaritas sesuai dengan
pelarutnya, sehingga jenis pelarut yang digunakan dapat
mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan. Nilai LC50 bersifat tidak
toksik ini dikarenakan rendahnya mortalitas artemia. salina dengan konsentrasi
ekstrak 500 ppm, dimana konsentrasi ini mortalitas (kematian) tidak mencapai
sebesar 50 % dari jumlah artemia yang ujikan.

4.2.2. tingkat kelangsungan hidup


Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan
untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilai nya
dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah
perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan
daurhidupnya (Boyd, 1982). Kelangsungan selama pratikum berlangsung benih
Ikan mas juga mengalami kematian. Untuk mengetahui tingkat kelangsungan
hidup ikan uji selama pratikum dapat dilihat pada Gambar. 3 dan Tabel 2.
Kematian ikan diduga Ikan mas kekurang oksigen dan pada saat pratikum
berlangsung suplai oksigen aerasi. Menurut Effendi (2003), suhu merupakan salah
satu faktor yang sangatpenting dalam proses metabolisme organisme di perairan.
Perubahan suhu yangmendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan
mengganggu kehidupanorganisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Hasil
tingkat kelulusan hidup ikan pratikum dimana kelangsungan hidup yang tertinggi
terdapat pada perlakuan Kontrol dan P1 (400 ppm) mencapai 100%, kemudian
perlakuan terendah P2 hanya 73%. Penggunaan aerasi menyebabkan gas amoniak
dapat berdifusi dari air kolam ke udara. Selain itu, pemberian aerasi dapat
mengurangi TAN yang tinggi. Total amoniak nitrogen (TAN) merupakan
kombinasi antara amoniak (NH3) yang tidak terionisasi dan amonium (NH4).
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa aerasi tidak efektif mengurangi
konsentrasi amoniak karena volume air dipengaruhi oleh ukuran aerator.

4.2.3. pertumbuhan ikan


Pertumbuhan Berdasarkan rerata hasil pertumbuhan bobot dan Panjang
ikan pada akhir pemeliharaan benih ikan mas dapat dilihat pada Gambar. 4 dan 9
selama pemeliharaan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan P1 (400 ppm)
dengan rerata 6,72 g, diikuti oleh perlakuan P2 (500 ppm) dan Kontrol. Paling
rendah adalah perlakuan Kontrol dengan rerata secara berurutan 6,37 g dan 6,50 g.
Dengan nilai pertumbuhan bobot mutlak dan Panjang mutlak dapat dilihat pada
Tabel. 2. Pertumbuhan bobot dan Panjang pada ikan mas hasil pratikum tertinggi
pada P1 diduga akibat kinerja senyawa Rhizopora Sp. Markham (1988),
komponen yang terbawa pada proses ekstraksi adalah komponen yang
berpolaritas sesuai dengan pelarutnya, sehingga jenis pelarut yang digunakan
dapat mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan. Hal ini dimungkinkan
pada pucuk daun masih banyak terdapat senyawa tumbuh baik berupa pigmen
maupun zat pertumbuhan lainnya yang terekstrak oleh pelarut di dapatkan hasil
dalam praktikum ini . Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi P2 (0,608 g selama 7 hari
pemeliharaan). Pertumbuhan bobot mutlak terendah pada perlakuan Kontrol (0,17 g
selama 7 hari pemeliharaan) dan dikuti perlakuan P1. (0,552 g selama 7 hari
pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi P1 (0,19 cm selama 7 hari
pemeliharaan). Pertumbuhan panjang mutlak terendah pada perlakuan Kontrol (-0,46 cn
selama 7 hari pemeliharaan) dan dikuti perlakuan P2 (0,8 cm selama 7 hari pemeliharaan.
(Siregar et.al 2002) ikan stress disebabkan faktor lingkungan akan membuat ikan
melakukan proses penyesuan terhadap lingkungan sehingga nafsu makan ikan
menjadi terhambat energi yang digunakan melalui perombakan lemak dari tubuh
dan pertumbuhan akan berkurang seiring dengan tingkat ke stresanya.

4.2.4. Rasio Konversi Pakan


Rasio konversi pakan yang tinggi pada perlakuan Kontrol (1,49) dan P2
(0,95) hasil terbaik pada perlakuan P1 (0,52). Konversi pakan dipengaruhi oleh
daya serap nutrisi pakan oleh saluran pencernaan. Saluran pencernaan ikan
mengandung mikroorganisme yang membantu penyerapan nutrisi. Samadi
(2007), menyatakan bahwa pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan
komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak, berakibat
meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.
Perlakuan P1 FCR yang terbaik diduga faktor dari ekstrak Rhizopora Spp dalam
pakan dimana ekstrak tersebut dapat mengahambat bakteri pathogen yang ada
didalam tubuh.
4.2.5. kualitas air
Kualitas air yang buruk (tidak mendukung kesehatan ikan) banyak
disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya meningkatnya timbunan bahan
organik di dasar kolam yang berasal dari ekskresi ikan, sisa pakan buatan, pupuk
organik maupun sisa dari organisme yang mati. Masalah itu akan diperparah oleh
sistem budidaya perikanan yang semakin intensif (tingkat padat penebaran tinggi)
yang memicu peningkatan stres pada ikan. Manajemen pengelolaan air yang baik
sangat diperlukan untuk tetap mempertahankan ekosistem yang mendukung
usaha budidaya. Hasil yang didapatkan kadar, pH selama masa pemeliharaan dari
ketiga perlakuan didapatkan kisaran 8,74-9,17 dan pengukuran suhu didapatkan
yaitu 28 – 28,4 oC selama pemeliharan 7 hari. Menurut (herlinina, 2002), kualitas
air yang paling berperan dalam budidaya ikan mas oksigen terlarut adalah di atas
4 ppm , pH 6,7 ,suhu air berkisar 20-25oC.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum uji toksisitas ini mendapatkan nila ektrak rizophora sp
terhadap ikan mas yang tepat dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan mas
yang terbaik.

5.2. Saran
Perlu adanya ikan yang tepat untuk melakukan praktikum ini dan perlu di
amati lanjut faktor genetik nya.
DAFTAR PUSTAKA

E Weliyadi, A Awaludin, I Imra… - Jurnal Pengolahan Hasil …, 2018 -


journal.ipb.ac.id

AR Faoziyah, W Kurniawan - Journal of Health, 2017 - journal.gunabangsa.ac.id

IR Eriani, U Usman - PROSIDING SEMINAR KIMIA, 2017 -


jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id

https://e-journal.unair.ac.id/BIOPASCA/article/download/5705/3583
digilib.unila.ac.id/1282/7/BAB%20II.pdf

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74162

https://docplayer.info/34404820-Efektifitas-ekstrak-daun-rhizophora-mucronata-
dalam-menghambat-pertumbuhan-aeromonas-salmonicida-dan-vibrio-
harveyi.html

https://www.academia.edu/19634171/Pengaruh_Suhu_terhadap_Kelangsungan_hi
dup_Ikan_Mas_Cyprinus_carpio_

https://karyatulisilmiah.com/kualitas-air-dalam-budidaya-ikan-mas/

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai