Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA
KARAKTERISASI EKSTRAK DAN IDENTIFIKASI METABOLIT
SEKUNDER

Disusun oleh :
Nama : Aulia Wati
NIM : 2011102415055
Kelas :D
Dosen Pengampu : Paula Mariana Kustiawan M.Sc. Ph.D

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I. JUDUL PRAKTIKUM ................................................................. 1
II. TUJUAN PRAKTIKUM .............................................................. 1
III. LATAR BELAKANG .................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
I. DASAR TEORI ............................................................................ 3
BAB III KAJIAN PRAKTIKUM ........................................................................... 5
I. ALAT DAN BAHAN ................................................................... 5
A. ALAT ..................................................................................... 5
B. BAHAN ................................................................................. 5
II. PROSEDUR KERJA .................................................................... 6
A. STANDARISASI SIMPLISIA .............................................. 6
B. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER ....................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
I. STANDARISASI SIMPLISIA ................................................... 11
II. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER ....... 14
III. PEMBAHASAN ......................................................................... 20
BAB V PENUTUP................................................................................................ 23
I. KESIMPULAN ........................................................................... 23
II. SARAN ....................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

i
BAB I
PENDAHULUAN
I. JUDUL PRAKTIKUM
Karakterisasi Ekstrak dan Identifikasi Metabolit Sekunder
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan karakterisasi ekstrak dan identifikasi
metabolit sekunder dari suatu tanaman atau ekstrak.
III. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati
terbesar yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi.
WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih
menggantungkan pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan
tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk
dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka
(Mukhriani, 2015).
Untuk mendukung hal tersebut maka dilakukan pengembangan obat
tradisional melalui penelitian-penelitian ilmiah terbaru dan diproduksi secara
modern agar bisa dimanfaatkan sebagai obat untuk kepentingan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat (Mukhriani, 2015).
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional
adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat
bahan dan senyawa yang akan diisolasi (Mukhriani, 2015).
Daun jambu biji telah diketahui sejak dahulu, salah satunya sebagai
obat herbal. Pengobatan dengan tanaman dilakukan secara turun temurun.
Alasan pemanfaatan tanaman dalam bidang pengobatan adalah kandungan
senyawa aktif hasil metabolisme sekunder, seperti terpenoid, steroid, saponin,
flavonoid, glikosida, tanin, dan alkaloid (Pricilia, 2013).
Namun menurut Septia (2010), daun jambu biji memiliki kandungan
flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut
bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya
seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid.

1
Daun jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, hemostatik
dan astringensia. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) mengandung
bahan aktif, antara laintanin yang bersifat antibakteri (mempresipitasi protein
dari bakteri), kuersetin, polifenolat, kuinon, saponin, alkaloid dan flavonoid
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, guayaverin, leukosianidin,
minyak atsiri, asam malat, damar dan asam oksalat (Tempedje, 2016).
Jambu biji nama lainnya ialah Psidii guajavae Folium (FI Herbal,
2017). Jambu biji atau dalam Bahasa ilmiahnya disebut Psidium guajava L.
dan lebih popular disebut guava, adalah jenis tanaman suku myrtle
(Myrtaceae). Kandungan pada buah dan daun jambu biji sangat banyak,
sehingga sering di jadikan sebagai bahan untuk obat tradisional. Salah satu
pemanfaatan daun biji adalah untuk obat diare sedangkan buahnya sering
digunakan untuk suplemen makanan karena banyak mengandung vitamin C.
Buah jambu biji (Psidium guajava) atau Guava merupakan salah satu buah
yang bisa tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis (Malik, 2022).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DASAR TEORI
Dalam bentuk bahan dan produk kefarmasian baru, yaitu ekstrak, maka
selain persyaratan monografi bahan baku (simplisia), juga diperlukan
persyaratan parameter standar umum dan spesifik. Parameter spesifik ekstrak
yang sebagian besar berupa analis kimia yang memberikan informasi
komposisi senyawa kandungan (jenis dan kadar) nantinya lebih banyak
tercantum di buku khusus monografi ekstrak tumbuhan obat. Demikian juga
dari data analisis kimia ini, dapat menentukan aspek bisnis sebagai komoditi
produk galenik dan proses teknologi fitofarmasi dalam rangkaian produksi
produk jadi mengandung ekstrak (Endarini, 2016).
Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan
alam. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat
memberikan gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan
alam yang akan diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan, baik secara
kualitatif, semi kuantitatif, maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan
melalui reaksi warna dengan menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal
penting yang mempengaruhi dalam proses skrining fitokimia adalah
pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Pelarut yang tidak sesuai
memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat tertarik secara baik
dan sempurna (Vifta, 2018).
Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber
tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda,
misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada
dalam kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada
pada suatu organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik
(Mukhriani, 2015).

3
Ektraksi merupakan proses pemisahan zat yang berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Poudel et
al., 2015). Ekstraksi dengan air dapat dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Untuk ekstraksi dengan
campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi, atau perkolasi.
Ekstraksi dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi (Mardhiyah, 2015).
Ekstrasi berkesinambungan ialah proses ekstraksi yang dilakukan
berulangkali dengan pelarut yang berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan
prosesnya tersusun berurutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi (jumlah pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam
jumlah besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi (Febryanto,
2017).
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh
pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat (Mukhriani, 2015).
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah:
aseton, etil asetat, kloroform (Mukhriani, 2015).
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh:
heksana, eter (Susanty & Bachmid, 2016).

4
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
I. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Mikroskop set
2. Timbangan analitik
3. Botol timbang dangkal tertutup
4. Oven
5. Eksikator
6. Piknometer
7. Termometer
8. Beaker glass
9. Erlenmeyer
10. Penangas air
11. Kertas saring.
12. Tabung reaksi
B. BAHAN
1. Ekstrak
2. Minyak imersi
3. HCl 2N
4. Aquadest
5. Reagen Mayer
6. Reagen bouchardat
7. Reagen dragendorff
8. Reagen Wagner
9. Mg
10. HCl pekat
11. Amil alkohol
12. Pereaksi NaOH 10%
13. Ferri klorida 5% netral
14. FeCl 10%

5
15. Kloroform
16. Asam asetat anhidrat
17. Pereaksi Liebermann-Burchard
18. Pereaksi FeCl3 19. FeCl 1%
II. PROSEDUR KERJA
A. STANDARISASI SIMPLISIA
1. Identitas Ekstrak (Parameter Spesifik)
a. Deskripsi tata nama : nama ekstrak, nama latin, bagian tumbuhan
yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan
b. Identitas senyawa tertentu yang terkandung dalam tanaman (yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu). Contoh:
2. Uji Organoleptik Ektrak (Parameter Spesifik)
a. Makroskopik
Menggunakan panca indra untuk mendeskripsikan
pemerian, bentuk, warna, bau dan rasa simplisia.
b. Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk
simplisia. Serbuk simplisia diletakkan pada kaca objek, ditetesi
dengan pelarut tertentu lalu ditutup dengan kaca penutup
selanjutnya diamati di bawah mikroskop.
3. Susut Pengeringan
Ditimbang seksama 1-2 g ekstrak dalam botol timbang
dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105ºC
selama 30 menit dan telah ditara. Bahan dalam botol diratakan
dengan menggoyangkan botol hingga lapisan sampel/ekstrak setelah
± 5-10 mm. Kemudian dimasukkan dalam ruang pengering (oven)
dengan tutup dibuka. Dikeirngan hingga bobot tetap. Sebelum setiap
pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendining
dalam eksikator hingga suhu ruang.
berat susut pengeringan
Susut pengeringan (%) = 𝑥 100%
berat ekstrak

Note : Botol kosong ditimbang

6
4. Bobot Jenis
Bobot jenis ekstrak cair diukur dengan menggunakan
piknometer yang telah dikalibrasi, dengan menetapkan bobot
piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25ºC. Piknometer diisi
ekstrak cair dan suhu dikondisikan pada 25ºC, kemudian piknometer
ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi ekstrak cair kemudian
dikurangi bobot piknometer kosong. Bobot jenis ekstrak cair
merupakan perbandingan antara bobot jenis ekstrak dengan bobot
air, pada suhu 25ºC. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
kerapatan ekstrak
Bobot jenis ekstrak = kerapatan air

B. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER


1. Senyawa Alkaloid (Pilih 3 Uji dari 4 Pengujian)
a. Filtrat Uji
Diambil ekstrak secukupnya dan dimasukkan ke dalam
beaker glass atau Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1 mL HCl
2N dan 9 mL aquadest. Setelah itu, homogenkan larutan sambil
dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit lalu didinginkan
dan disaring.
b. Uji Mayer
Dimasukkan ± 2 mL filtrat uji ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 1 – 2 tetes reagen Mayer ke dalam
tabung. Jika terbentuk endapan putih atau kuning keruh pada
larutan, maka ekstrak positif mengandung alkaloid.
c. Uji Bouchardat
Dimasukkan ± 2 mL filtrat uji ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes reagen bouchardat ke
dalam tabung. Jika larutan menghasilkan warna coklat kehitaman,
maka ekstrak positif mengandung alkaloid.
d. Uji Dragendorff

7
Dimasukkan ± 2 mL filtrat uji ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes reagen dragendorff. Jika
terbentuk endapan jingga atau merah bata pada larutan, maka
ekstrak positif mengandung alkaloid.
e. Uji Wagner
Dimasukkan ± 2 mL filtrat uji ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes reagen Wagner yang
ditambahkan melalui dinding tabung reaksi. Jika larutan
menghasilkan warna coklat kemerahan maka ekstrak positif
mengandung alkaloid.
2. Senyawa Flavonoid
a. Uji dengan Amil Alkohol
Diambil ekstrak kental secukupnya dan dimasukkan ke
dalam beaker glass atau erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 10
mL air panas dan dididihkan selama 5 menit. Kemudian setelah
5 menit langsung disaring. Setelah itu, sebanyak 5 mL filtrat uji
tadi dan ditambahkan 50 mg Mg, 1 mL HCl pekat, serta 2 mL
amil alkohol ke dalam tabung reaksi.
Setelah itu dikocok dan dibiarkan memisah. Jika larutan
menghasilkan warna merah atau jingga di bagian lapisan amil
alkohol, maka ekstrak positif mengandung flavonoid.
b. Uji dengan NaOH 10%
Tambahkan pereaksi NaOH 10% ke dalam isolat yang telah
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Jika larutan mengalami
perubahan warna yang spesifik, maka ekstrak positif
mengandung flavonoid.
3. Senyawa Fenolik
a. Uji Ferri Klorida
Sebanyak 50 mg ekstrak daun lakum dilarutkan dalam 5 mL
aquadest. Kemudian ditambahkan beberapa tetes ferri klorida

8
5% netral. Jika larutan menghasilkan warna hijau pekat, maka
ekstrak positif mengandung fenolik.
4. Senyawa Polifenol
a. Uji Golongan Polifenol
Tambahkan larutan FeCl 10% dalam aquadest. Kemudian
masukkan ke dalam isolat yang telah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Jika larutan menghasilkan warna hijau, merah,
ungu, biru, atau hitam yang kuat, maka ekstrak positif
mengandung polifenol.
5. Senyawa Terpenoid/Sterol/Steroid
Uapkan ekstrak sebanyak 2 mL kemudian residu yang
diperoleh dari proses penguapan dilarutkan kembali dalam 0,5 mL
kloroform, lalu ditambahkan dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat.
Selanjutnya, larutan tadi ditetesi dengan asam sulfat pekat sebanyak
2 mL melalui dinding tabung reaksi tersebut. Jika larutan
menghasilkan warna hijau kebiruan, maka ekstrak positif
mengandung terpenoid, sterol maupun steroid.
Adapun metode lain untuk mengidentifikasi ketiga senyawa
ini adalah dengan cara larutan ekstrak sebanyak 1 ml dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi
Liebermann-Burchard. Jika larutan menghasilkan warna hijau atau
biru, maka ekstrak positif mengandung steroid. Jika larutan
menghasilkan warna ungu atau merah, maka ekstrak positif
mengandung terpenoid.
6. Senyawa Tanin
Diambil secukupnya ekstrak kental dan ditambahkan 10 mL
aquadest. Kemudian dipanaskan larutan selama 3 menit dan
didinginkan. Setelah dingin, disaring filtrat dan diencerkan kembali.
Setelah disaring, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa 1-2 tetes pereaksi FeCl3. Jika larutan

9
menghasilkan warna hijau kehitaman, maka ekstrak positif
mengandung tanin.
Adapun metode lain untuk mengidentifikasi senyawa tanin ini
adalah dengan cara dimasukkan ± 2 mL filtrat ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl 1%. Jika
larutan menghasilkan warna hijau atau hitam kebiruan, maka ekstrak
positif mengandung tanin.
7. Senyawa Saponin
Diambil secukupnya ekstrak kental dan ditambahkan 10 mL
aquadest panas (air panas). Kemudian filtrat didinginkan dan
dikocok kuat-kuat. Jika larutan menghasilkan busa setelah dikocok
dan tidak hilang selama ≥ 5 menit, maka ekstrak positif mengandung
saponin.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. STANDARISASI SIMPLISIA
A. IDENTITAS EKSTRAK (PARAMETER SPESIFIK)
1. Deskripsi Tata Nama
Nama ekstrak : Daun Jambu Biji
Nama latin : Psidium guajava L.
Bagian yang digunakan : Daun
Nama Indonesia tumbuhan : Jambu Biji
2. Identitas Senyawa Terkandung
No. Kandungan Senyawa Metode Identifikasi Referensi
Metode ekstrasi Simbolon,
1. Flavonoid
menggunakan mg dan HCl 2021
Ekstrasi menggunakan Simbolon,
2. Tanin
FeCl3 0,1% 2021
Metode ekstrasi
Simbolon,
3. Saponin menggunakan reagen
2021
Liberman-Bourchard
Ekstrasi menggunakan
Simbolon,
4. Fenol pelarut metanol 70% dan
2021
larutan FeCl3
Metode ekstrasi
Simbolon,
5. Steroid menggunakan reagen
2021
Liberman-Bourchard
Metode ekstrassi
menggunakan pereaksi Simbolon,
6. Alkaloid
Meyer, Dragendorff, dan 2021
Wagner.

11
Metode ekstrasi
Simbolon,
7. Terpenoid menggunakan reagen
2021
Liberman-Bourchard

B. UJI ORGANOLEPTIK EKSTRAK (PARAMETER SPESIFIK)


1. Makroskopik
Parameter Simplisia Ekstrak
Bau khas Bau khas yang
Bau
menyengat
Rasa Kelat, sedikit pahit, sepat. Pahit, asam, kelat
Warna Hijau Coklat kehitaman
Daun tunggal berbentuk bulat Ekstrak kental dan
memanjang ± 14 cm, ujung mudah mengeras pada
daun runcing, pangkal daun udara.
Pemerian
tumpul, bertulang menyirip,
permukaan daun agak licin dan
berepi rata.

Gambar

2. Mikroskopik

4x/0.10

12
10x/0.25

40x/0,65

100x/1,25

C. SUSUT PENGERINGAN
Diketahui :
Berat cawan kosong = 30,64 g
Berat sampel = 2 g
Berat susut pengeringan ke-1 (30 menit) = 32,06 g
= (30,64 – 30,06 g = 0,58 g)
Berat susut pengeringan ke-2 (10 menit) = 32,03 g
= (30,64 g – 30,03 g = 0,61 g)
berat susut pengeringan
Susut pengeringan (%) = 𝑥 100%
berat ekstrak
0,61 𝑔
= 𝑥 100%
2𝑔

= 30,5%
Jadi, hasil dari susut pengeringan yang didapatkan ialah 30,5%
D. BOBOT JENIS
Diketahui :
Berat piknometer kosong = 15,18 g
Berat sampel = 0,50 g

13
Aquadest = 10 ml
Berat piknometer + aquadest = 24,64 g
Kerapatan air = 24,64 g – 15,18 g = 9,46 g
Berat piknometer + ekstrak = 25,17 g
Kerapatan ekstrak = 25,17 – 15,18 g = 9,99 g
kerapatan esktrak
Bobot jenis = kerapatan air
9,99 𝑔
=
9,46 𝑔

= 1,056 g
Jadi, bobot jenis ekstrak yang didapatkan ialah 1,056 g
II. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
Nama Senyawa Hasil Analisis
Alkaloid +
Flavonoid +
Fenolik +
Polifenol +
Terpenoid/Steroid -
Tanin +
Saponin +

A. SENYAWA ALKALOID
1. Uji Filtrat

Penambahan 1 ml HCl 2N
dan 9 mL aquadest

Pemanasan uji selama 2


menit diatas penangas air

14
2. Uji Mayer

2 mL filtrat uji dimasukkan


kedalam tabung reaksi

Penambahan 2 tetes reagen


Mayer

Terdapat endapan putih,


kuning keruh pada larutan,
yang menyatakan bahwa
ekstrak positif mengandung
senyawa alkaloid

3. Uji Dragendorff

2 mL filtrat uji dimasukkan


kedalam tabung reaksi

Penambahan 2 tetes reagen


Dragendorff

15
Larutan berubah warna
menjadi merah bata, yang
menyatakan bahwa ekstrak
positif mengandung senyawa
alkaloid

4. Uji Wagner

2 mL filtrat uji dimasukkan


kedalam tabung reaksi

Penambahan 3 tetes reagen


Wagner melalui dinding tabung
reaksi

Larutan berubah warna menjadi


coklat kemerahan, yang
menyatakan ekstrak positif
mengandung senyawa alkaloid

B. SENYAWA FLAVONOID
1. Uji dengan NaOH

Aquadest di panaskan diatas


hot plate

16
Larutan sebelum ditetesi
NaOH 10%

Setelah ditetesi NaOH 10%


terjadi perubahan warna
menjadi coklat kemerahan,
yang menyatakan ekstrak
positif mengandung senyawa
flavonoid

C. SENYAWA FENOLIK
1. Uji Ferri Klorida

50 mg ekstrak yang dilarutkan


dalam5 mL aquadest

Penambahan 2 tetes ferri


klorida 5% netral

Larutan berubah warna


menjadi hijau pekat, yang
menyatkan bahwa ekstrak
positif mengandung senyawa
fenolik.

17
D. SENYAWA POLIFENOL
1. Uji Golongan Polifenol

Larutan sebelum ditetesi

Setelah ditetesi FeCl 10% dalam


aquadest, larutan menghasilkan
warna hijau kehitaman. Maka
ekstrak positif mengandung
senyawa polifenol

E. SENYAWA TERPENOID/STEROID

Sebelum ditetesi

Setelah ditetesi pereaksi


Liebermann-Burchard larutan
tidak berubah warna yang
spesifik.

F. SENYAWA TANIN

Aquadest di panaskan diatas hot


plate

18
Larutan sebelum ditetesi

Setelah ditetesi pereaksi FeCl


1% larutan menghasilkan warna
hitam kebiruan. Maka ekstrak
positif mengandung senyawa
tanin

G. SENYAWA SAPONIN

Aquadest di panaskan diatas hot


plate Aquadest di panaskan
diatas hot plate

Sebelum 5 menit setelah


pengocokan, larutan
menghasilkan busa

Setelah 5 menit, busa pada


larutan tidak hilang. Tinggi
busa ± 2,5 cm. Maka ekstrak
positif mengandung senyawa
saponin

19
III. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan karakterisasi ekstrak dan identifikasi
metabolit sekunder dari daun jambu biji. Daun jambu biji memiliki
kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa
tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji
lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan
alkaloid (Septia, 2010).
Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dalam penyebutan nama
jambu biji, diantaranya, Sumatra: glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo),
galiman (Batak Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu biji, jambu batu,
jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (sunda ), jambu klutuk, petokal,
petokal, jambu krikil, jambu krutuk (jawa), jhambu bhender (Madura). Nusa
Tenggara: sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi:
Gayawas (Manado), boyawat (Mongondow), koyamas (Tansau), dambu
(Gorontalo), jambu paratugala (Makassar), jambu paratukala (Bugis), jambu
(Baree), Kujabas(Roti), biabuto (Buol). Maluku: kayawase (Seram Barat),
kujawase (Seram Selatan), laine hatu, lutuhatu (Ambon), gayawa (Ternate,
Halmahera) (Septia, 2010).
Pada identifikasi senyawa alkaloid menggunakan 3 pengujian, yaitu uji
Mayer, uji Dragendorff, dan uji Wagner. Pada uji Mayer yang menggunakan
tetes reagen Mayer menghasilkan endapan putih atau kuning keruh. Menurut
penelitian Farah (2019), pengujian senyawa alkaloid menggunakan uji Mayer
menunjukkan hasil positif bila menghasilkan endapan putih. Sehingga
identifikasi senyawa alkaloid yang kami uji positif mengandung senyawa
alkaloid.
Pada uji Dragendorff yang menggunakan reagen Dragendorff
menghasilkan warna merah bata pada larutan. Menurut penelitian Farah
(2019), pengujian senyawa alkaloid menggunakan uji Dragendorff
menunjukkan hasil positif bila menghasilkan endapan atau keruhan merah
bata. Sehingga identifikasi senyawa alkaloid yang kami uji positif
mengandung senyawa alkaloid

20
Pada uji Wagner yang menggunakan reagen Wagner lalu menghasilkan
warna merah kecoklatan. Menurut penelitian Farah (2019), pengujian
senyawa alkaloid menggunakan uji Wagner menunjukkan hasil positif bila
menghasilkan endapan merah kocoklatan atau coklat kehitaman. Sehingga
identifikasi yang kami uji positif mengandung senyawa alkaloid.
Pada identifikasi senyawa flavonoid, pengujian menggunakan pereaksi
NaOH 10% dan juga aquadest panas dimana pengujian ini menghasilkan
perubahan warna coklat kemerahan dalam kurun waktu kurang dari 3 menit.
Menurut Farah (2019), pengujian senyawa flavonoid menunjukkan hasil
positif bila timbulnya warna merah atau kuning dalam kurun waktu 3 menit.
Sehingga identifikasi senyawa flavonoid yang kami uji positif mengandung
senyawa flavonoid.
Pada identifikasi senyawa fenolik, menggunakan ferri klorid 5% netral
yang menghasilkan warna pada larutan menjadi hijau pekat. Menurut
penelitian Simbolon (2021), menunjukkan hasil positif bila larutan
menghasilkan warna hijau pekat. Sehingga identifikasi senyawa fenolik yang
kami uji positif mengandung senyawa fenolik.
Pada identifikasi senyawa polifenol menggunakan FeCl 10% dan juga
aquadest panas yang menghasilkan warna larutan menjadi hijau kehitaman.
Menurut penelitian Simbolon (2021), pengujian senyawa polifenol
menunjukkan hasil positif bila larutan menghasilkan warna hijau, merah,
ungu, biru atau hitam yang kuat. Sehingga identifikasi yang kami uji positif
mengandung senyawa polifenol.
Pada identifikasi senyawa terpenoid/steroid menggunakan pereaksi
Liebermann-Burchard, namun pada larutan tidak mengalami perubahan
warna. Menurut penelitian Simbolon (2021), pengujian senyawa terpenoid
menunjukkan hasil positif bila larutan menghasilkan warna ungu atau merah.
Sehingga identifikasi senyawa terpenoid yang kami uji negatif terhadap
kandungan senyawa terpenoid.
Pada identifikasi senyawa tanin menggunakan larutan FeCl 1% yang
menghasilkan warna pada larutan menjadi hitam kebiruan. Menurut

21
penelitian Farah (2019), pengujian senyawa tanin menunjukkan hasil positif
bila terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau. Sehingga identifikasi
senyawa tanin yang kami uji positif mengandung senyawa tanin.
Pada identifikasi senyawa saponin menggunakan aquadest panas lalu
dilakukan pengocokan, sehingga didapatkan busa yang tidak hilang lebih dari
5 menit. Menurut penelitian Farah (2019), pengujian senyawa saponin
menunjukkan hasil positif bila terbentuknya buih yang stabil (buih tidak
hilang. Sehingga identifikasi senyawa saponin yang kami uji positif
mengandung senyawa saponin.
Menurut FI Herbal (2017), susut pengeringan dari daun jambu biji tidak
lebih dari 10%. Namun, pada praktikum ini didapatkan hasil susut
pengeringan sebesar 30,5%. Hal ini terjadi karena proses susut pengeringan
tidak konstan, hanya dilakukan replikasi sebanyak dua kali, dimana susut
pengeringan pertama selama 30 menit dan susut pengeringan kedua selama
10 menit.
Dan didapatkan pula bobot jenis seberat 1,056 g dengan menggunakan
sampel 0,50 g dan aquadest sebanyak 10 ml. Menurut Farah (2019), bobot
jenis yang didapatkan dalam penelitiannya seberat 4,0 g menggunakan
sampel sebanyak 2,5 g dan aquadest sebanyak ± 40 ml.

22
BAB V
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa makroskopik dari daun
jambu biji ialah memiliki bau khas yang menyengat, rasa pahit kelat, warna
coklta kehitaman dan pemeriannya ekstrak kental dan mudah mengeras pada
udara.
Hasil identifikasi senyawa metabolet sekunder dari daun jambu biji
ialah positif memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik,
polifenol, tanin maupun saponin, namun negatif pada senyawa
terpenoid/steroid.
Dan pada praktikum ini didapatkan hasil susut pengeringan sebesar
30,5%. Hal ini terjadi karena proses susut pengeringan tidak konstan, hanya
dilakukan replikasi sebanyak dua kali, dimana susut pengeringan pertama
selama 30 menit dan susut pengeringan kedua selama 10 menit.

II. SARAN
Diharapkan kepada setiap praktikan untuk melaksakan tata tertib yang
ada di laboratorium dalam proses praktikum agar berjalan dengan aman.
Praktikan ditekankan untuk mengetahui setiap alat dan bahan yang akan
digunakan agar tidak mengalami kesusahan dalam praktikum

23
DAFTAR PUSTAKA
Al Mardhiyah, A. (2015). Uji Aktivitas Antihiperkolesterol Ekstrak Kering Daun
Afrika (Vernonia Amygdalina Delile) Terhadap Mencit (Mus Musculus)
Yang Diinduksi Aloksan Dan Diet Tinggi Kolesterol. (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).
Anonim. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Jakarta: Dirjen Pelayanan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
Depkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi III. Jakarta
Endarini, L. H. (2016). Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan.
Farah, J. (2019). Ekstrak Etil Asetat Daun Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.)
sebagai Antioksidan secara In Vitro. JFL: Jurnal Farmasi Lampung, 8(2),
78-86.
Foudubun, O. A. (2019). Toxicity of Ethanol Extract of Mountain Sourcle Leaf
(Annona Montana) on Artemia Salina Larva Using BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test). Doctoral dissertation. Malang: Indonesian Academy of
Pharmacy.
Malik, K. (2022). Klasifikasi Jenis Jambu Biji Berdasarkan Tekstur Daun
Menggunakan Convolutional Neural Networks (CNN). NJCA (Nusantara
Journal of Computers and Its Applications), 6(2).
Mukhriani. (2015). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan, 7(2), 361–367.
Poudel, B. K., Sah, J. P. Subedi, S. R Amarya, M. P. Sherestha T. M. 2015
Phamarcological Studies of Methanois exstracts of Sonehus arveus From
Khatmandu, Journal of Pharmacognosy and Physiotherapy 7 (11).
Pricilia, D. D., & Saptarini, N. M. (2013). Review: Teknik Isolasi dan Identifikasi
Kurkuminoid dalam Curcuma longa. Farmaka, 14, 281–287
Septia Anggraini. (2010). Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium
Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Simbolon, R. A., Halimatussakdiah, H., & Amna, U. (2021). Uji Kandungan
Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L var. Pomifera) dari Kota Langsa, Aceh. Quimica: Jurnal Kimia
Sains dan Terapan, 3(1), 12-18.
Susanty, & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik dari ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays
L.). Jurnal Konversi, 5(2), 87–93.
Tampedje, A. A. (2016). Uji efek antibakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium
guajava Linn.) terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus
mutans. Pharmacon, 5(3).
Vifta, R. L., & Advistasari, Y. D. (2018). Skrining Fitokimia, Karakterisasi, dan
Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto
( Medinilla speciosa B .). Prosiding Seminar Nasional Unimus, 1, 8–14

24
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses
Gambar 2.. Berat beaker
remaserasi ke-2 Gambar 3. Berat
glass kosong
piknometer kosong

Gambar 6. Berat cawan


Gambar 4. Berat Gambar 5. Berat
kosong
piknometer + aquadest piknometer + ekstrak
(bobot jenis)

Gambar 7. Berat sampel


untuk perhitungan
bobot jenis Gambar 8. Proses Gambar 9. Pemindahan
pencampuran ekstrak dan campuran ekstrak
aquadest kedalam piknometer

25
Gambar 10. Berat Gambar 11. Berat sampel Gambar 12. Berat susut
cawan kosong (susut susut pengeringan pengeringan ke-1 (30
pengeringan) menit)

Gambar 15. Hasil


Gambar 14. Proses pengujian metabolit
Gambar 13. Berat susut
pemanasan susut sekunder
penngeringan ke-2 (10
pengeringan
menit)

26

Anda mungkin juga menyukai