STTIF BOGOR
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Farmasi Bogor
S1 FARMASI I D3 FARMASI
Tujuan Perkuliahan
1. Menentukan sifat dan karakter pelarut yang digunakan
dalam sediaan farmasi.
PETEMUAN KE III 2. Mempertimbangkan faktor-faktor yang mengontrol
FARMASI FISIK kelarutan obat dalam larutan.
3. Melihat pengaruh pH terhadap ionisasi obat dalam larutan.
KELARUTAN 4. Menentukan pembagian obat dalam dua fase yang tidak
bercampur (dalam larutan).
Pelarut Semipolar
Sehingga solute ionik/polar tidak dapat larut atau Pelarut semipolar (ex: keton & alkohol bertindak
hanya sedikit sekali dapat larut dalam pelarut nonpolar sebagai pelarut perantara bercampurnya nonpolar
Mekanisme pelarutan dengan pelarut nonpolar dengan polar.
Aseton menaikkan kemampuan melarut eter dalam air
• Melarutkan solut nonpolar dengan tekanan dalam (gaya
Propilenglikol menaikan kelarutan timbal-balik dari air
kohesi dalam zat) yang sama melalui interaksi dipol
dengan oleum MP
induksi, adanya gaya Van Der Waals – London yang lemah
• Minyak & lemak larut dalan CCl3, benzen & minyak mineral Mekanisme pelarut semipolar
• Alkaloid basa & asam lemak larut dalam pelarut nonpolar menginduksi/memodifikasi suatu derajat polaritas
tertentu dalam molekul pelarut nonpolar (kosolven).
Like dissolves like Perbedaan jumlah interaksi obat-obat (OO) dengan air-air
(AA) dan interaksi obat-air (OA)
Parameter Termodinamika
Interaksi Pelarut-Zat Terlarut Energi bebas (∆Fo): HK kedua termodinamika
Pengaruh Temperatur • Harga negatif: reaksi spontan (proses dapat terjadi dengan
sendirinya tanpa penambahan kalor dari luar sistem)
• Harga positif: reaksi tidak spontan
Entalpi (∆Ho): HK pertama termodinamika
• Harga negatif: reaksi eksotermik (melepaskan panas)
Peningkatan temperatur dapat penyimpangkan negatif HK. Raoult ikatan hidrogen
menyebabkan peningkatan kelarutan • Harga positif: reaksi endotermik (memerlukan panas), terjadi
karena danya asosiasi pada salah satu komponen penyimpangan
karena kenaikan suhu meningkatkan positif HK. Raoult
aktivitas termal sehingga tumbukan antar • Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan kelarutan
umumnya proses pelarutan berlangsung secara endotermik
molekul juga meningkat. Entropol (∆So): HK kedua termodinamika
• Harga negatif: derajat ketidakteraturan menurun (peningkatan
keteraturan sistem)
• Harga positif: derajat ketidakteraturan meningkat (penurunan
keteraturan sistem)
Penentuan Parameter
Termodinamika (1) Penentuan Parameter Termodinamika
Tentukan enegri bebas standar (∆Fo) tiap suhu dari harga • Tentukan entalpi standar (∆Fo) yang diperoleh dari nilai
tetapan kestabilan K yang diperoleh dengan persamaan van’t slope hubungan (plot) lok K terhadap 1/T. mengikuti
Hoff! persamaan:
∆Fo = -2,303 RT log K, atau log K = - ∆Ho/2,303 RT + tetapan,
∆Fo = -RT ln K atau menggunakan persamaan:
Dimana R = 1,987 kal/derajat mol log K2/K1 = ∆Ho /2,303R (T2-T1)/TIT2
T = suhu dalam oK • Tentukan entropi standar ∆So tiap suhu dengan rumus:
∆Fo = ∆Ho - T∆So
• Pembuatan kompleks dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda (Martin et
al,1990)
• Kosolven
• Surfaktan
Siklodekstrin Siklodekstrin
• Siklodekstrin mempunyai rongga lipofilik di bagian dalam • Kemampuan siklodekstrin membentuk kompleks dengan
dan bagian permukaan bersifat hidrofilik yang dapat molekul “guest” tergantung pada dua faktor yaitu ukuran
berinteraksi dengan molekul “guest” membentuk kompleks molekul siklodekstrin yang digunakan dengan ukuran
inklusi. molekul “guest” harus sesuai, dan interaksi termodinamik
• Senyawa monomolekuler pembentuk kompleks inklusi antara komponen-komponen dalam sistem (siklodekstrin,
melibatkan penangkapan molekul asing tunggal dalam ruang molekul “guest” dan pelarut).
dari satu molekul “host” (siklodekstrin). • Jika ukuran molekul “guest” salah, maka tidak dapat
• Jadi dalam proses inklusi terdapat dua gaya yang mendorong terperangkap dengan pas dalam rongga siklodekstrin.
terjadinya pembentukan kompleks yaitu gaya tolak antara
molekul air dan rongga hidrofob siklodekstrin pada satu sisi
dan antara air (bulk) dan obat hidrofob pada sisi lain.
Daftar Pustaka
• Sinko PJ. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins.
2011.
• Martin A., J. Swarbrick, A. Cammarata. Farmasi Fisik:
Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia. 1990.
• Sinila S. Farmasi Fisik. Jakarta. PPSDMK BPPSDM
Kementerian Kesehatan. 2016 .
• Murod A. Diktat Bahan Ajar Fisika Farmasi 1 dan 2.
Palembang: Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan.
2004.