Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS MORFOLOGI, ANATOMI, DAN FISIOLOGI

TANAMAN JARAK PAGAR DAN JARAK KALIKI PADA


PERLAKUAN LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS

PUTRI NUR’AZIZAH HUTAGALUNG

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Morfologi,
Anatomi, dan Fisiologi Tanaman Jarak Pagar dan Jarak Kaliki pada Perlakuan
Limbah Cair Tambang Emas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2018

Putri Nur’Azizah Hutagalung


NIM G34140017
ABSTRAK

PUTRI NUR‟AZIZAH HUTAGALUNG. Analisis Morfologi, Anatomi, dan


Fisiologi Tanaman Jarak Pagar dan Jarak Kaliki pada Perlakuan Limbah Cair
Tambang Emas. Dibimbing oleh HAMIM dan HADISUNARSO.

Penambangan emas seringkali menyebabkan permasalahan kerusakan


lingkungan, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Fitoremediasi merupakan
salah satu teknologi ramah lingkungan dan hemat biaya untuk memperbaiki tanah
tercemar dan air limbah dengan menggunakan tanaman. Tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki (Ricinus communis L.) merupakan jenis
tanaman non pangan penghasil biodiesel yang diduga mampu tumbuh pada tanah
yang tercemar. Penelitian ini bertujuan menganalisis respon morfologi, anatomi,
dan fisiologi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki (Ricinus
communis L.) terhadap perlakuan limbah cair tambang emas yang diberikan. Dua
spesies tanaman berumur kurang lebih lima bulan ditumbuhkan pada media
larutan Hoagland dengan penambahan limbah cair tambang emas dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, dan 75% selama 21 hari. Pengamatan dilakukan
terhadap respon morfologi, anatomi, dan fisiologi tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi perlakuan limbah cair
berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, bobot basah dan kering akar-tajuk tanaman jarak pagar dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tanaman jarak kaliki. Perlakuan limbah cair juga
berpengaruh signifikan terhadap struktur anatomi tanaman jarak pagar, tetapi
tidak berpengaruh signifikan terhadap tanaman jarak kaliki. Selain itu, cekaman
limbah cair berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kandungan
malondialdehid (MDA), penurunan kadar klorofil total daun, dan penurunan kadar
air relatif daun (KAR) pada tanaman jarak kaliki dibandingkan dengan tanaman
jarak pagar.

Kata kunci : jarak kaliki, jarak pagar, sianida


ABSTRACT

PUTRI NUR'AZIZAH HUTAGALUNG. Morphological, Anatomy, and


Physiology Analysis of Jarak Pagar and Jarak Kaliki in Liquid Waste Treatment
of Gold Mine. Supervised by HAMIM and HADISUNARSO.

Gold mining often causes environmental problems physically, chemically


and biologically. Phytoremediation is one of the most eco-friendly and cost-
effective technology to improve polluted soil and wastewater using plants. Jarak
pagar (Jatropha curcas L.) and jarak kaliki (Ricinus communis L.) plant are non-
food crops producing biodiesel that are thought to be able to grow on
contaminated soil. This study aimed to analyze the response of morphology,
anatomy, and physiology of jarak pagar (Jatropha curcas L.) and jarak kaliki
(Ricinus communis L.) to gold mine wastewater treatment. Two plant species
around five months old were grown in Hoagland medium which treated with gold
mine wastewater with the concentration of 0%, 25%, 50%, and 75% for 21 days.
The observation were performed on the morphological, anatomical, and
physiological responses of plants. The results showed that the increasing of
wastewater treatment concentration had significant effects on increasing plant
height, number of leaves, leaf area, wet and dry weights of jarak pagar plant roots
and had no significant effect on the jarak kaliki plant. Moreover, the treatment of
wastewater also had a significant effect on the anatomical structure of jarak pagar
plant. On the other hand, it is not significantly influence the jarak kaliki plant. In
addition, the stress of wastewater had significant effects on increasing of
malondialdehyde content (MDA), decreasing of total leaf chlorophyll content, and
decreasing of leaf relative water content (RWC) in the jarak kaliki plant compared
to jarak pagar plant.

Keywords: jarak kaliki, jarak pagar, cyanide


ANALISIS MORFOLOGI, ANATOMI, DAN FISIOLOGI
TANAMAN JARAK PAGAR DAN JARAK KALIKI PADA
PERLAKUAN LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS

PUTRI NUR’AZIZAH HUTAGALUNG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dari
karya ilmiah ini adalah “Analisis Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Tanaman
Jarak Pagar dan Jarak Kaliki pada Perlakuan Limbah Cair Tambang Emas” yang
dilaksanakan sejak bulan November 2017 hingga Juni 2018.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hamim, MSi dan Bapak
Ir Hadisunarso, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi, waktu
untuk konsultasi dan diskusi serta solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi
penulis selama melaksanakan penelitian. Tidak lupa penulis ucapkan kepada ibu
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan saran atas karya tulis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini (Pak Asep, Pak Endan, Pak Rusna, Pak
Adi, Ibu Retno, Kak Diana, Kak Nadia, Kak Turhadi, Kak Hilmi, Kak Fadel, Kak
Melinda, Taupiq, Syafrudin, Danniel, Alfian, Asih, Nilam, Ridho, Tri, Rafika,
Uswah, Nelly, Pratika, Annisah, Lutfiani, Hanifatunnisa serta kakak-kakak S2 di
laboratorium Fisiologi Genetika Molekuler). Rasa terima kasih yang tak habis-
habisnya dan sedalam-dalamnya tidak lupa penulis sampaikan kepada ayah, ibu,
dan kakak tercinta serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Tidak lupa juga terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen-dosen
Departemen Biologi atas ilmu pengetahuan yang diberikan, sahabat serta teman-
teman Biologi 51 yang telah mencatatkan segala kenangan tidak tergantikan yang
mewarnai perjalanan kehidupan bagi penulis selama menempuh pendidikan S1 di
Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2018

Putri Nur’Azizah Hutagalung


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Penelitian 2
Parameter Morfologi 3
Parameter Anatomi 3
Parameter Fisiologi 3
HASIL 5
Analisis Limbah Cair 5
Parameter Morfologi 5
Parameter Anatomi 8
Parameter Fisiologi 9
PEMBAHASAN 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Kandungan makro- dan mikronutrien, sianida (CN) dan logam berat pada
limbah cair tambang emas 5
2 Pertambahan tinggi tanaman (PTT) dua spesies tanaman pada kondisi
kontrol dan cekaman limbah cair selama 21 hari 6
3 Pertambahan jumlah daun (PJD) dua spesies tanaman pada kondisi kontrol
dan cekaman limbah cair selama 21 6
4 Luas daun (LD) dua spesies tanaman pada kondisi kontrol dan cekaman
limbah cair selama 21 hari 7
5 Hasil pengamatan ketebalan sel-sel daun kedua spesies tanaman 9

DAFTAR GAMBAR
1 Bobot basah akar (A) dan tajuk (B) dua spesies tanaman yang diberi
perlakuan cekaman limbah cair 7
2 Bobot kering akar (A) dan tajuk (B) dua spesies tanaman yang diberi
perlakuan cekaman limbah cair 8
3 Nilai MDA akar (A) dan daun (B) dua spesies tanaman yang diberi
perlakuan cekaman limbah cair 10
4 Kandungan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b pada dua spesies
tanaman yang diberi perlakuan cekaman limbah cair 10
5 Kadar air relatif (KAR) daun dua spesies tanaman yang diberi perlakuan
cekaman limbah cair 11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kondisi Morfologi 16
2 Sayatan Transversal Daun 17
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Emas merupakan salah satu komoditi penting dalam perekonomian dunia


yang telah memicu pertumbuhan kegiatan pertambangan bijih emas, baik dalam
skala besar maupun skala kecil (Alimano et al. 2011). Emas sering digunakan
sebagai parameter kemakmuran suatu masyarakat, namun banyak masalah yang
terkait dengan pertambangan emas, khususnya masalah lingkungan (Krisnayanti
dan Anderson 2014). Masalah lingkungan yang diakibatkan oleh pertambangan
emas adalah pencemaran lingkungan akibat penggunaan senyawa kimia untuk
ekstraksi seperti sianida (CN), maupun akumulasi logam-logam berat seperti Pb
dan Hg (Hidayati et al. 2009). Dampak dari pencemaran penggunaan sianida yaitu
adanya ancaman yang serius terhadap kesehatan, seperti tremor, ataksia,
parestesia, gangguan sensorik, kolaps kardiovaskular, kerusakan gastrointestinal,
kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan perkembangan janin, serta dapat
menyebabkan kematian (Widowati et al. 2008).
Pada tumbuhan efek toksik dari limbah cair tambang emas yang
mengandung sianida dapat berdampak buruk baik pada morfologi, fisiologi, dan
biokimia. Menurut Syarif (2008) sianida sebagai inhibitor irreversibel pada enzim
sitokrom-c-oksidase di kompleks ke empat membran mitokondria akan terikat ke
besi yang merupakan kofaktor dari protein. Ikatan sianida ke enzim sitokrom ini
akan mencegah transport elektron dari sitokrom-c-oksidase ke oksigen, sehingga
rantai transport elektron terganggu dan sel tersebut tidak dapat memproduksi ATP
secara aerobik untuk kebutuhan energinya. Selain itu, pada dosis yang lebih
tinggi, uptake lebih cepat daripada metabolisme sehingga terjadi akumulasi
sianida dalam jaringan tanaman dan menyebabkan toksisitas pada tanaman
(Larsen 2005). Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengurangi pencemaran
lingkungan yang terjadi.
Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan akibat penggunaan sianida dapat
diminimalkan dengan fitoremediasi yang menjadi salah satu teknologi inovatif,
ekonomis, dan ramah lingkungan sehingga merupakan solusi yang tepat untuk
remediasi beberapa daerah yang tercemar limbah berbahaya. Fitoremediasi adalah
pencucian kontaminan yang dimediasi oleh tumbuhan, termasuk pohon, rumput-
rumputan, dan tumbuhan air. Pencucian bisa berarti penghancuran, inaktivasi atau
imobilisasi kontaminan ke bentuk yang tidak berbahaya (Chaney et al. 1995).
Kelebihan dari teknik fitoremediasi adalah kemampuannya dapat menghasilkan
buangan sekunder yang lebih rendah sifat toksiknya dan lebih bersahabat dengan
lingkungan (Kumar et al. 2013)
Kemampuan tanaman untuk dapat bertahan pada lingkungan tercemar dapat
dimanfaatkan sebagai agen fitoremediasi. Menurut Hamim et al. (2017) beberapa
tanaman penghasil non-edible oil berpotensi digunakan untuk fitoremediasi,
karena tanaman tersebut mampu tumbuh pada lahan marjinal. Tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki (Ricinus communis L.) merupakan
jenis tanaman non pangan penghasil biodiesel yang berasal dari Euphorbiaceae
yang diduga mampu tumbuh pada tanah yang tercemar (Nurcholis dan Sumarsih
2007). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa tanaman dari Euphorbiaceae dapat
2

digunakan sebagai agen fitoremediasi (Ulfah dan Dewi 2015). Oleh karena itu,
kemampuan kedua tanaman tersebut untuk dapat bertahan pada lahan marjinal
dapat dimanfaatkan sebagai agen fitoremediasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis respon morfologi, anatomi, dan


fisiologi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki (Ricinus
communis L.) terhadap perlakuan limbah cair tambang emas yang diberikan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017-Juni 2018.


Penanaman, perlakuan cekaman limbah cair, dan pengamatan morfologi tanaman
dilakukan di rumah kaca Departemen Biologi Kampus IPB Darmaga, sedangkan
pengamatan fisiologi dan anatomi dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas dua spesies tanaman, yaitu jarak pagar
(Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki (Ricinus communis L.). Bahan kimia yang
digunakan antara lain larutan stok Hoagland, thiobarbituric acid (TBA),
trichloroasetic acid (TCA), aseton 80%, alkohol 70%, glycerin 30%, dan limbah
cair. Alat yang digunakan antara lain penggaris, mikroskop cahaya Olympus Bx51
yang dilengkapi dengan kamera optilab, spektrofotometer, oven, sentrifug, water
bath, neraca analitik, silet, box plastik 8 L, stirer, dan aerator serta peralatan lain
untuk analisis fisiologi.

Prosedur Penelitian

Tanaman berumur lima bulan diaklimatisasi selama 2 minggu pada bak


kultur air kapasitas 8 L yang mengandung larutan Hoagland. Selanjutnya,
tanaman dipindahkan ke media tanam perlakuan yang berupa larutan Hoagland
half strength berdasarkan komposisi larutan Epstein (1972) yang diberi perlakuan
limbah cair dengan berbagai konsentrasi. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor (RAL). Faktor pertama adalah
dua spesies tanaman, yaitu jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan jarak kaliki
(Ricinus communis L.). Faktor kedua adalah konsentrasi limbah cair yang terdiri
atas empat taraf, yaitu: 0% (kontrol), 25%, 50%, dan 75%. Percobaan dilakukan
3

selama 21 hari. Setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.


Penambahan air dilakukan tiga hari sekali hingga mencapai volume semula.

Parameter Morfologi

Parameter morfologi yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, bobot basah akar-tajuk, dan bobot kering akar-tajuk. Daun dari kedua
tanaman dipindai untuk analisis luas daun, dan analisis ini menggunakan aplikasi
ImageJ. Bobot kering tanaman diukur setelah dikeringkan dalam oven selama 7
hari pada suhu 800C. Perubahan morfologi diamati selama percobaan dengan
mencatat perubahan yang terjadi pada daun tanaman. Perhitungan persen
penurunan didasarkan dengan kontrol menggunakan rumus:
( )

Parameter Anatomi

Pengamatan anatomi dilakukan pada tanaman kontrol dan perlakuan


tertinggi yang masih hidup dengan membuat irisan melintang menggunakan silet
(free hand section method). Parameter yang diamati meliputi epidermis atas,
jaringan palisade, jaringan bunga karang, epidermis bawah, dan tebal daun. Setiap
sayatan daun diamati sebanyak lima kali bidang pandang. Pengamatan dilakukan
menggunakan mikroskop Olympus CX-21 dengan perbesaran 40x10. Foto
preparat diambil menggunakan Optilab Viewer v.2.1. Pengukuran parameter
anatomi menggunakan software ImageJ (NIH, USA).

Parameter Fisiologi

Analisis Kandungan Klorofil Daun

Analisis klorofil total daun dilakukan untuk melihat tingkat senesensi daun
pada tanaman. Analisis pigmen fotosintesis dilakukan berdasarkan metode Quinet
et al. (2012). Daun sebanyak 0.1 gram digerus dan dihomogenisasi dengan 10 mL
aseton 80%, selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
pada suhu 40C. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer (Gnesys 20 Thermo
Spectronic) pada panjang gelombang (λ) 470 nm, 646 nm, 663 nm. Kandungan
klorofil daun dihitung dengan persamaan Lichtenthaler (1987) dengan
menggunakan aseton 80%:
Klorofil Total (µg/g BB)= 7.15.A663 + 18.71.A646
Klorofil a (µg/g BB)= (12.25.A663) - (2.79.A646)
Klorofil b (µg/g BB)= (21.5.A646) - (5.1.A663)
Keterangan: A: Absorbansi
BB: Bobot basah
Perhitungan persen penurunan nilai kandungan klorofil total daun
sebagaimana pada parameter morfologi.
4

Analisis Peroksidasi Lipid

Analisis kuantitatif tingkat peroksidasi lipid dilakukan dengan mengukur


kadar Malondialdehid (MDA) pada akar dan daun yang merupakan hasil akhir
dari peroksidasi lipid dengan mengikuti metode Hodges et al. (1999) yang telah
dimodifikasi. Sampel sebanyak 0.5 gram digerus dan dihomogenisasi dengan 5
mL trichloroacetic acid (TCA) 5%. Sampel yang sudah homogen disentrifugasi
pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit pada suhu 40C. Lalu 2 mL supernatan
direaksikan dengan 3 mL thiobarbituric acid (TBA) 0.5% dalam TCA 5%,
kemudian dipanaskan pada suhu 800C selama 30 menit. Sampel kemudian
didinginkan dan disentrifus kembali. Kadar MDA ditentukan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 450 nm, 532 nm, 600 nm dan
dihitung menggunakan rumus:
[MDA] (µmol/g BB)= 6.45 x (A532-A600) - 0,56 x A450
Keterangan: A: Absorbansi
BB: Bobot basah
Perhitungan persen peningkatan kandungan MDA menggunakan rumus:
( )

Analisis Kadar Air Relatif Daun

Pengukuran kadar air relatif (KAR) daun dilakukan pada 21 Hari Setelah
Perlakuan (HSP). Satu lembar daun segar dari setiap perlakuan ditimbang untuk
mendapatkan bobot segar. Daun kemudian dipotong menjadi sepuluh bagian dan
diletakkan pada permukaan air destilata selama 24 jam. Daun lalu diangkat secara
cepat dan ditimbang untuk mendapatkan bobot turgid. Daun kemudian
dikeringkan dalam oven 800C selama 72 jam dan ditimbang sebagai bobot kering.
Besar kadar air relatif daun mengikuti metode Barr dan Weatherley (1962).
Persentase KAR dihitung menggunakan rumus:
KAR (%)=
Perhitungan persen penurunan kadar air relatif daun sebagaimana pada
parameter morfologi.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ragam satu arah (One way
ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% menggunakan software SPSS 16.0. Uji
lanjut antar perlakuan dan interaksinya dilakukan dengan menggunakan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada α=0.05.
5

HASIL

Analisis Limbah cair

Analisis secara kimiawi pada limbah cair dari tambang emas menunjukkan
bahwa air limbah tersebut mengandung sedikit nutrisi seperti, K, Ca, Mg, Fe, Zn,
Mn, dan Mo (Tabel 1). Selain nutrisi, limbah cair tambang emas juga
mengandung sianida yang sangat tinggi (Tabel 1). Tingginya kandungan sianida
tersebut karena limbah cair yang digunakan merupakan limbah cair langsung dari
pabrik yang belum diberi perlakuan. Selain nutrisi dan sianida, limbah cair
tersebut juga mengandung logam berat dalam konsentrasi yang cukup rendah,
seperti Pb, Cd, Ag, dan Hg (Tabel 1).

Tabel 1 Kandungan makro- dan mikronutrien, sianida (CN) dan logam berat pada
limbah cair tambang emas
Komponen Kandungan (ppm) Komponen Kandungan (ppm)
Na 117.320 B < 0.020
K 34.824 Ni 0.039
Ca 1.743 Co < 0.005
Mg 1.194 CN (Sianida) 34.590
Fe 2.313 Pb < 0.004
Cu 6.788 Cd < 0.005
Zn 0.319 Ag 0.025
Mn 0.087 Hg 0.004
Mo < 0.005

Parameter Morfologi

Perlakuan cekaman limbah cair dengan berbagai konsentrasi yang diberikan


selama 21 hari mempengaruhi pertumbuhan kedua tanaman. Pada minggu ke-2
tanaman masih dapat tumbuh dengan baik. Namun, saat memasuki minggu ke-3
tanaman pada konsentrasi 75% mulai mengalami perubahan morfologi, seperti
layu, daun menguning, dan beberapa tanaman mati, sedangkan tanaman pada
konsentrasi 25% dan 50% hanya mengalami perubahan daun menguning (Gambar
Lampiran 1).

Pertambahan Tinggi Tanaman (PTT)

Berdasarkan uji statistik, spesies tanaman dan konsentrasi cekaman limbah


cair yang diberikan berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman
(PTT). Semakin tinggi konsentrasi cekaman limbah cair yang diberikan, nilai PTT
semakin rendah. Tanaman jarak pagar masih mengalami pertambahan tinggi pada
konsentrasi 0, 25, 50, dan 75% meskipun pertambahannya semakin kecil.
Tanaman jarak kaliki hanya mengalami pertambahan tinggi pada konsentrasi 0,
25, 50%, dan tidak mengalami pertambahan tinggi pada konsentrasi 75%. Nilai
6

PTT lebih rendah terdapat pada tanaman jarak kaliki dan lebih tinggi terdapat
pada tanaman jarak pagar (Tabel 2).

Tabel 2 Pertambahan tinggi tanaman (PTT) dua spesies tanaman pada kondisi
kontrol dan cekaman limbah cair selama 21 hari
Pertambahan tinggi tanaman (cm) Rata-rata
Tanaman Konsentrasi perlakuan limbah cair
0% 25% 50% 75%
a ab ab
Jarak pagar 4.000 2.583 2.000 1.333b 2.479a
Jarak kaliki 1.250a 0.250b 0.167b 0.000b 0.417b
a b b b
Rata-rata 2.625 1.417 1.083 0.667
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
uji DMRT.

Pertambahan Jumlah Daun (PJD)

Konsentrasi cekaman limbah cair yang diberikan dan spesies tanaman


berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun (PJD) pada tanaman.
Semakin tinggi konsentrasi cekaman limbah cair yang diberikan, nilai PJD
semakin rendah (Tabel 3). Tanaman pada kondisi tanpa cekaman (0%) mengalami
pertambahan jumlah daun, sedangkan tanaman pada kondisi tercekam mengalami
penurunan jumlah daun. Nilai PJD lebih rendah terdapat pada tanaman jarak
kaliki dan lebih tinggi terdapat pada tanaman jarak pagar (Tabel 3).

Tabel 3 Pertambahan jumlah daun (PJD) dua spesies tanaman pada kondisi
kontrol dan cekaman limbah cair selama 21 hari
Pertambahan jumlah daun (helai) Rata-rata
Tanaman Konsentrasi perlakuan limbah cair
0% 25% 50% 75%
Jarak pagar 2.667a 1.500b 1.083b 0.583b 1.458a
Jarak kaliki 0.667a 0.167ab 0.083b 0.000b 0.229b
Rata-rata 1.667a 0.833b 0.583b 0.292b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
uji DMRT.

Luas Daun (LD)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata antara spesies


tanaman dengan perlakuan cekaman limbah cair yang diberikan terhadap luas
daun. Semakin besar konsentrasi, maka luas daun semakin berkurang. Penurunan
LD lebih besar terdapat pada tanaman jarak kaliki sebesar 89.54% dan penurunan
lebih kecil terdapat pada tanaman jarak pagar sebesar 38.88% (Tabel 4).
7

Tabel 4 Luas daun (LD) dua spesies tanaman pada kondisi kontrol dan cekaman
limbah cair selama 21 hari
Luas daun (cm) Rata-rata
Tanaman Konsentrasi perlakuan limbah cair
0% 25% 50% 75%
Jarak Pagar 155.764a 95.199b 87.218b 59.415c 99.399a
Jarak Kaliki 46.208a 4.835b 0.000c 0.000c 12.761b
Rata-rata 100.986a 50.017b 43.609b 29.708c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
uji DMRT.

Bobot Basah Biomassa Tanaman

Hasil uji stastistik pada akar menunjukkan spesies tanaman berpengaruh


nyata terhadap bobot basah biomassa akar. Pada cekaman limbah cair 75%,
tanaman jarak pagar mengalami penurunan bobot basah akar lebih besar yaitu
36.26%, sedangkan penurunan lebih kecil terdapat pada tanaman jarak kaliki
sebesar 25.96% (Gambar 1A). Namun, tidak terdapat interaksi nyata antara
spesies tanaman dengan perlakuan konsentrasi cekaman limbah cair dalam
mempengaruhi bobot basah biomassa tanaman.
Cekaman limbah cair menyebabkan penurunan bobot basah biomassa tajuk
kedua spesies tanaman yang diuji. Hasil uji statistik pada tajuk menunjukkan
terdapat interaksi nyata antara spesies tanaman dengan perlakuan cekaman limbah
cair yang diberikan terhadap bobot basah biomassa tanaman. Semakin tinggi
konsentrasi limbah cair yang diberikan, nilai bobot basah biomassa tanaman
semakin kecil. Pada cekaman limbah cair 75%, penurunan bobot basah tajuk lebih
besar terdapat pada tanaman jarak pagar yaitu 47.74% dan penurunan lebih kecil
terdapat pada tanaman jarak kaliki sebesar 25.49% (Gambar 1B).
10 A (Akar) 50 B (Tajuk)
8 40
BBA (gram)

BBT (gram)

6 30
4 20
2 10
0 0
JP0

JK0

JK75
JP25
JP50
JP75

JK25
JK50

JP0

JK0
JP25
JP50
JP75

JK25
JK50
JK75

Perlakuan Perlakuan

Gambar 1 (A) Bobot basah akar (BBA) dan (B) bobot basah tajuk (BBT) dua spesies
tanaman yang diberi perlakuan cekaman limbah cair 0% ( ), 25% ( ),
50% ( ), dan 75% ( ) selama 21 hari. JP = Jarak pagar, JK = Jarak
kaliki. Bar merupakan galat baku perlakuan.

Bobot Kering Biomassa Tanaman

Cekaman limbah cair tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan bobot


kering biomassa akar, tetapi terdapat penurunan bobot kering biomassa akar pada
8

kedua spesies tanaman. Hasil uji stastistik pada akar menunjukkan tidak terdapat
interaksi nyata antara spesies tanaman dengan konsentrasi limbah cair yang
diberikan terhadap bobot kering biomassa tanaman. Pada cekaman limbah cair
75%, tanaman jarak kaliki mengalami penurunan bobot kering akar lebih besar
yaitu 57.47%, sedangkan penurunan lebih kecil terdapat pada tanaman jarak pagar
yaitu 47.34% (Gambar 2A).
Perlakuan limbah cair menyebabkan penurunan bobot kering biomassa tajuk
kedua spesies tanaman yang diuji. Hasil uji statistik pada tajuk menunjukkan
terdapat interaksi nyata antara spesies tanaman dengan perlakuan cekaman limbah
cair yang diberikan terhadap bobot kering tanaman. Berdasarkan data yang
diperoleh, bobot kering pada tajuk menurun seiring dengan penambahan
konsentrasi perlakuan yang diberikan. Pada cekaman limbah cair 75%, penurunan
bobot kering tajuk lebih besar terdapat pada tanaman jarak pagar yaitu 51.61%
dan penurunan lebih kecil terdapat pada tanaman jarak kaliki sebesar 17.18%
(Gambar 2B).

1 A (Akar) 8 B (Tajuk)
0.8 6
BKA (gram)

BKT (gram)

0.6
4
0.4
0.2 2
0 0
JP0

JK0

JP0

JK0
JP25
JP50
JP75

JP25
JP50
JP75
JK25
JK50
JK75

JK25
JK50
JK75
Perlakuan Perlakuan

Gambar 2 (A) Bobot kering akar (BKA) dan (B) bobot kering tajuk (BKT) dua spesies
tanaman yang diberi perlakuan cekaman limbah cair 0% ( ), 25% ( ),
50% ( ), dan 75% ( ) selama 21 hari. JP = Jarak pagar, JK = Jarak kaliki.
Bar merupakan galat baku perlakuan.

Parameter Anatomi

Cekaman limbah cair tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi morfologi


kedua jenis tanaman, tetapi berpengaruh juga terhadap struktur anatomi tanaman.
Hasil pengamatan anatomi menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan
limbah cair menunjukkan perubahan parameter anatomi daun (Tabel 5).
Pengamatan dilakukan hanya pada konsentrasi 0% dan 50% (Gambar Lampiran
2), dikarenakan sebagian tanaman pada konsentrasi 75% telah mati sejak 17 HSP.
9

Tabel 5 Hasil pengamatan ketebalan sel-sel daun kedua spesies tanaman


Ketebalan Daun Perlakuan (%) Tanaman
Jarak pagar Jarak kaliki
Epidermis atas (µm) 0 9.434a 6.905a
b
50 7.485 6.942a
Jaringan palisade (µm) 0 20.787a 17.553a
50 11.376b 19.384a
a
Jaringan bunga karang 0 33.213 23.230a
(µm) 50 30.435a 25.853a
a
Epidermis bawah (µm) 0 7.827 7.743a
50 6.213a 6.414b
a
Ketebalan daun (µm) 0 74.166 53.170a
50 48.577b 52.503a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama setiap satuan pengamatan
tidak berbeda nyata pada uji DMRT. HSP: Hari Setelah Perlakuan.

Akibat cekaman limbah cair yang diberikan terjadi penurunan ketebalan


daun, epidermis atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, dan epidermis
bawah pada tanaman jarak pagar dibandingkan dengan kondisi tanpa cekaman.
Penurunan ketebalan daun lebih besar terdapat pada tanaman jarak pagar sebesar
(0.34 kali) dibandingkan dengan tanaman jarak kaliki. Tanaman jarak kaliki tidak
mengalami penurunan ketebalan epidermis atas, jaringan palisade, dan jaringan
bunga karang (Tabel 5). Pada tanaman tersebut cekaman limbah cair yang
diberikan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan kondisi kontrol, kecuali
pada lapisan epidermis bawah.

Parameter Fisiologi

Analisis Peroksidasi Lipid

Malondialdehid (MDA) merupakan produk dari proses peroksidasi lipid


yang terjadi saat tanaman mengalami cekaman. Peningkatan konsentrasi limbah
cair yang diberikan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi MDA daun
pada kedua spesies tanaman. Berdasarkan analisis data yang diperoleh terdapat
interaksi nyata antara spesies tanaman dengan konsentrasi cekaman limbah cair
yang diberikan (Gambar 3B). Semakin tinggi konsentrasi limbah cair yang
diberikan, maka tanaman semakin tercekam. Data hasil uji menunjukkan bahwa
peningkatan kadar MDA daun pada tanaman jarak pagar meningkat sebesar (31%)
dan jarak kaliki meningkat sebesar (45%).
Berbeda dengan daun, perlakuan limbah cair tidak menyebabkan
peningkatan kandungan MDA akar, meskipun ada kecenderungan meningkat
(Gambar 3A). Pembentukan MDA akar lebih rendah terdapat pada tanaman jarak
pagar sebesar (11%) dan lebih tinggi pada tanaman jarak kaliki sebesar (13%).
10

A (Akar) B (Daun)
2.5 4
[MDA] (µmol/g BB)

[MDA] (µmol/g BB)


2 3
1.5
2
1
0.5 1

0 0
JP0 JP25JP50JP75 JK0 JK25JK50JK75 JP0 JP25JP50JP75 JK0 JK25JK50JK75
Perlakuan Perlakuan

Gambar 3 Nilai MDA akar (A) dan daun (B) dua spesies tanaman yang diberi
perlakuan cekaman limbah cair 0% ( ), 25% ( ), 50% ( ), dan 75%
( ) selama 14 HSP. JP = Jarak pagar, JK = Jarak kaliki. Bar merupakan
galat baku perlakuan.

Analisis Klorofil Daun

Perlakuan limbah cair berpengaruh secara nyata terhadap penurunan nilai


kandungan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b. Tanaman yang diberi perlakuan
dengan konsentrasi tinggi akan sangat tercekam, sehingga kadar klorofil total akan
semakin rendah. Nilai klorofil total daun lebih tinggi pada kondisi tanpa cekaman
terdapat pada tanaman jarak kaliki, sedangkan pada kondisi perlakuan cekaman
limbah cair 75%, tanaman jarak pagar memiliki nilai klorofil total lebih tinggi
(Gambar 4). Kadar klorofil total daun pada perlakuan 75% mengalami penurunan
berkisar 24.39%-41.32% dengan penurunan lebih kecil pada tanaman jarak pagar
dan penurunan lebih besar pada jarak kaliki. Nilai klorofil a dan b lebih tinggi
pada kondisi tanpa cekaman terdapat pada tanaman jarak kaliki, sedangkan pada
kondisi perlakuan cekaman limbah cair 75% tanaman jarak pagar memiliki nilai
klorofil a dan b lebih tinggi (Gambar 4).
300
[Klorofil] (mg/g daun)

250
200
150
100
50
0
JP0 JP25 JP50 JP75 JK0 JK25 JK50 JK75
Perlakuan

Gambar 4 Kandungan klorofil total ( ), klorofil a ( ), dan klorofil b ( ) pada dua


spesies tanaman yang diberi perlakuan cekaman limbah cair pada 14 HSP.
JP = Jarak pagar, JK = Jarak kaliki. Bar merupakan galat baku perlakuan.
11

Analisis Kadar Air Relatif Daun (KAR)

Pengukuran kadar air relatif daun (KAR) dilakukan pada 21 HSP.


Pengukuran tersebut hanya dilakukan pada tiga konsentrasi (0, 25, dan 50%),
dikarenakan tanaman pada konsentrasi 75% yang sangat tidak toleran terhadap
cekaman limbah cair yang diberikan dan telah mati pada 17 HSP. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa spesies tanaman berpengaruh nyata terhadap
penurunan kadar air relatif daun (KAR). Berdasarkan data yang diperoleh
penurunan nilai KAR lebih tinggi pada tanaman jarak kaliki sebesar 61.77%
dibandingkan dengan tanaman jarak pagar (Gambar 5).
100
80
[KAR] (%)

60
40
20
0
JP0 JP25 JP50 JK0 JK25 JK50
Perlakuan

Gambar 5 Kadar air relatif (KAR) daun dua spesies tanaman yang diberi perlakuan
cekaman limbah cair 0% ( ), 25% ( ), dan 50% ( ). JP = Jarak
pagar, JK = Jarak kaliki. Bar merupakan galat baku perlakuan.

PEMBAHASAN
Analisis limbah cair dari tambang emas menunjukkan bahwa kandungan
sianida pada limbah tersebut sangat tinggi (34.59 ppm), sementara unsur lain
makro- dan mikronutrien serta logam berat memiliki konsentrasi lebih rendah
(Tabel 1). Hal tersebut terjadi karena sianida sering digunakan untuk ekstraksi biji
emas sehingga limbah yang dihasilkan masih memiliki kandungan sianida yang
tinggi (Hidayati et al. 2009). Sianida merupakan bahan yang bersifat toksik
sehingga kandungan maksimum sianida dalam limbah cair yang diperbolehkan
didispersi ke lingkungan harus lebih kecil dari 0.5 ppm (KLH 2004). Toksisitas
sianida bagi tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan
produktivitas tanaman menurun. Toleransi tanaman terhadap cekaman limbah cair
melibatkan perubahan pada keseluruhan bagian tumbuhan baik secara morfologis,
anatomi, maupun fisiologis. Parameter morfologi yang terhambat akibat cekaman
limbah cair yang diberikan, meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
bobot basah akar-tajuk, dan bobot kering akar-tajuk.
Penurunan nilai tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun terjadi akibat
akumulasi sianida yang berlebih pada organ tanaman. Semakin tinggi konsentrasi
limbah cair yang diberikan pada tanaman, maka nilai PTT, PJD, dan LD akan
semakin rendah (Tabel 2, 3, dan 4). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya
kandungan sianida dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Kamdiono et al.
2014). Menurut Juhaeti et al. (2006), tingginya kandungan sianida pada tanaman
12

dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil kekurangan unsur hara dan


menurunkan jumlah daun. Selain itu, daun yang terakumulasi sianida mengalami
penyusutan sel dan mengalami pengurangan ukuran luas daun. Posisi daun
penerima cahaya atau daun berada pada posisi ternaungi juga dapat
mempengaruhi luas daun (Tabaika dan Hadisusanto 2013). Berdasarkan hasil
analisis morfologi, perlakuan limbah cair yang diberikan secara nyata
berpengaruh signifikan terhadap penghambatan PTT, PJD, dan LD tanaman jarak
pagar meskipun tanaman tersebut mampu bertahan hingga 21 HSP. Hal ini
mungkin mengindikasikan bahwa tanaman jarak pagar memiliki ketahanan
terhadap cekaman limbah cair.
Cekaman limbah cair dapat menghambat perpanjangan akar dan rontoknya
beberapa bulu-bulu akar karena adanya penghambatan pembelahan sel akar dan
penurunan ekspansi sel dalam zona perpanjangan di jaringan meristem akar
(Fiskesjo 1997). Terganggunya jaringan meristem pada akar dapat menghambat
asupan nutrisi dan air, sehingga menghambat laju pertumbuhan tanaman dan
menurunkan bobot basah dan kering biomassa akar-tajuk tanaman. Semakin besar
konsentrasi cekaman limbah cair yang diberikan, maka tanaman mengalami
penurunan bobot basah dan kering pada akar maupun tajuk (Gambar 1 dan 2).
Menurunnya jaringan pada akar mengakibatkan penurunan pertumbuhan bagian
atas tanaman dan pada akhirnya akan menurunkan berat kering tanaman (Fitter
dan Hay 2001). Penurunan bobot biomassa tajuk lebih besar dibandingkan akar
pada kedua tanaman tersebut, hal ini dikarenakan berat tajuk meliputi batang dan
daun. Semakin banyak jumlah daun maka akan menyebabkan peningkatan bobot
biomassa tajuk. Tanaman jarak pagar memiliki bobot biomassa tajuk lebih besar
karena tanaman jarak pagar memiliki jumlah daun yang banyak dan tidak rentan
dalam pengguguran daun.
Cekaman limbah cair juga dapat mempengaruhi struktur anatomi daun.
Berdasarkan hasil penelitian pada parameter anatomi, cekaman limbah cair hanya
berpengaruh nyata secara signifikan terhadap tanaman jarak pagar dan tidak
berpengaruh nyata secara signifikan terhadap tanaman jarak kaliki. Penurunan
ketebalan daun, epidermis atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, dan
epidermis bawah merupakan akibat dari cekaman limbah cair yang diberikan.
Penurunan ketebalan daun lebih besar terdapat pada tanaman jarak pagar
dibandingkan dengan tanaman jarak kaliki (Tabel 5). Perbedaan tersebut mungkin
berkaitan dengan sifat spesies dari tanaman. Beberapa tanaman tidak mengalami
perubahan struktur anatomi akibat limbah cair, misal Hamim et al. (2017)
menyatakan bahwa perlakuan cekaman limbah cair pada tanaman kemiri sunan
tidak berpengaruh nyata secara signifikan terhadap parameter anatomi.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi cekaman limbah cair
juga berpengaruh pada parameter fisiologi tanaman. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan nilai malondialdehid (MDA), penurunan nilai klorofil, dan penurunan
kadar air relatif pada daun. Perlakuan limbah cair dapat memicu pembentukan
Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan menyebabkan cekaman oksidatif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan peroksidasi lipid. Kandungan
malondialdehid (MDA) adalah indeks untuk mengevaluasi tingkat kerusakan
tanaman setelah perlakuan cekaman yang merupakan produk sitotoksik utama
peroksidasi lipid dan telah digunakan secara luas sebagai indikator produksi
radikal bebas (Fu dan Huang 2001). Peningkatan kandungan MDA daun lebih
13

rendah terdapat pada tanaman jarak pagar (Gambar 3B), yang menunjukkan
bahwa tanaman tersebut membentuk mekanisme pertahanan berupa toleran
terhadap cekaman limbah cair yang diberikan. Selain pada daun, akumulasi
kandungan MDA juga terjadi pada akar. Berbeda dengan daun, perlakuan limbah
cair tidak menyebabkan peningkatan kandungan MDA akar, meskipun ada
kecenderungan meningkat (Gambar 3A).
Selain itu, perlakuan limbah cair dapat menurunkan pigmen klorofil total
pada daun. Selain penurunan pada klorofil total, cekaman limbah cair juga dapat
menurunkan klorofil a dan b (Gambar 4). Semakin tinggi konsentrasi cekaman
limbah cair yang diberikan, maka kandungan klorofil semakin rendah. Penurunan
klorofil pada daun terjadi karena terhambatnya biosintesis klorofil sehingga
terganggunya enzim asam aminolaevulinic (ALA) yang mengkatalisis
pembentukan porphobilinogen (Singh 1995). Penurunan kandungan klorofil daun
dapat juga diakibatkan oleh kerusakan kloroplas.
Kadar air relatif (KAR) merupakan parameter yang menggambarkan status
air. Tanaman yang tercekam memiliki nilai KAR yang rendah. Akumulasi sianida
dapat menurunkan nilai KAR seiring dengan meningkatnya konsentrasi cekaman
limbah cair yang diberikan. Tanaman jarak kaliki mengalami penurunan nilai
KAR lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jarak pagar. Hal ini menunjukkan
bahwa cekaman limbah cair dapat menyebabkan permasalahan pada sistem
penyerapan air tanaman, sehingga tanaman mengalami gejala seperti kekeringan.
Ritchie et al. (1990) melaporkan bahwa kadar air relatif yang tinggi merupakan
suatu mekanisme resistensi tanaman terhadap kekeringan dan tingginya kadar air
relatif ini adalah hasil dari pengaturan osmotik berlebih atau pengurangan
elastisitas dari jaringan dinding sel.
Berdasarkan data penelitian tersebut baik dari parameter morfologi,
anatomi, maupun fisiologi dari kedua spesies tanaman tersebut, tanaman jarak
pagar merupakan tanaman yang lebih tahan terhadap cekaman limbah cair yang
diberikan. Tanaman tersebut dapat bertahan hingga 21 hari setelah perlakuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Cekaman limbah cair dapat menghambat laju pertumbuhan pada tanaman


jarak pagar dan jarak kaliki. Meningkatnya konsentrasi perlakuan limbah cair
berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, bobot basah dan kering akar-tajuk tanaman jarak pagar dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tanaman jarak kaliki. Selain itu, perlakuan
cekaman limbah cair dapat menyebabkan perubahan struktur anatomi dan fisiologi
tanaman. Perlakuan limbah cair berpengaruh signifikan terhadap struktur anatomi
tanaman jarak pagar, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap tanaman jarak
kaliki. Perlakuan cekaman limbah cair juga berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan kandungan malondialdehid (MDA), penurunan kadar klorofil total
daun, dan penurunan kadar air relatif daun (KAR) pada tanaman jarak kaliki
dibandingkan dengan jarak pagar. Berdasarkan hasil penelitian, diantara kedua
14

spesies tanaman tersebut tanaman jarak pagar adalah tanaman yang lebih tahan
terhadap cekaman limbah cair yang diberikan.

Saran

Upaya penelitian lebih lanjut diperlukan terkait konsentrasi cekaman limbah


cair yang lebih bervariasi agar menunjukkan hasil yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimano M, Lutfi M, Damayanti R. 2011. Rancangan pengolahan limbah


pertambangan emas rakyat dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di
Bolaang Mongondow. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. 7(3): 100-106.
Barrs HD, Weatherley PE. 1962. A re-examination of the relative turgidity
techniques for estimating water deficits in leaves. Biology Science. 15: 413-
428.
Chaney RL, Brown SL, Angle JS. 1995. Potential use of metal
hyperaccumulators. Mining Environmental Management. 3: 9-11.
Epstein E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Perspectives. New
York (US): Wiley Eastern Ltd.
Fiskesjo G. 1997. Allium Test for Screening Chemical: Evaluation of Cytologic
Parameters. New York (US): Lewis Publishers.
Fitter AH, Hay RKM. 2001. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Sri Andani, ED
Purbayanti, penerjemah. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada Press.
Fu J, Huang B. 2001. Involvement of antioxidants and lipid peroxidation in the
adaptation of two cool-seasion grasses to localized drought stress.
Environmental and Experimental Botany. 45: 105-114.
Hamim, Hilmi M, Pranowo D, Saprudin D, Setyaningsih L. 2017. Morpho-
physiological changes of biodiesel producer plants Reutealis trisperma
(Blanco) in response to gold-mining wastewater. Pakistan Journal of
Biological Science. 20(9): 423-435.
Hidayati N, Juhaeti T, Syarif F. 2009. Mercury and cyanide contaminations in
gold mine environment and possible solution of cleaning up by using
phytoextraction. Hayati Journal of Biosciences. 16(3): 88-94.
Hodges DM, Delong JM, Forney CF, Prange RK. 1999. Improving the
thiobarbituric acid reactive-substances assay for estimating lipid peroxidation
in plant tissues containing anthocyanin and other interfering compounds.
Planta. 207: 604-611.
Juhaeti F, Syarif F, Hidayati N. 2006. Potensi tumbuhan liar dari lokasi
penampungan limbah tailing PT. Antam Cikotok untuk fitoremediasi lahan
tercemar sianida. Jurnal Teknik Lingkungan. 8(1): 174-180.
Kamdiono M, Hamzah A, Sutoyo. 2014. Penggunaan tanaman keladi (Caladium
sp.) sebagai fitoekstraksi merkuri (Hg) dengan penambahan natrium sianida
(NaCN) pada tailing tambang emas. Malang (ID): Universitas Tribhuwana
Tunggadewi.
15

[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup Nomor: 202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga.
Jakarta (ID): KLH.
Krisnayanti BD, Anderson C. 2014. Gold phytomining: a new idea for
environmental sustainability in Indonesia. Indonesian Journal On Geoscience.
1(1): 1-7.
Kumar N, Bauddh K, Kumar S, Dwivedi N, Singh DP, Barman SC. 2013.
Accumulation of metals in weed species grown on the soil contaminated with
industrial waste and their phytoremediation potential. Ecological Engineering.
61: 491-495.
Larsen M. 2005. Plant uptake of cyanide [thesis]. Denmark (DK): Technical
University of Denmark.
Lichtenthaler HK. 1987. Chlorophylls and carotenoids: pigments of
photosynthetic biomembranes. Methods in Enzymology. 148: 350-382.
Nurcholis M, Sumarsih S. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodiesel.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Quinet M, Vromman D, Clippe A, Bertin P, Lequeux H, Dufey I, Lutts S, Lefévre
I. 2012. Combined transcriptomic and physiological approaches reveal strong
differences between short-and long-term responses of rice (Oryza sativa) to
iron toxicity. Plant Cell Environment. 35(10): 1837-1859.
Ritchie SW, Nguyen HT, Holaday AS. 1990. Leaf water content and gas-
exchange parameters of two wheat genotypes differing in drought resistance.
Crop Science. 30: 105-111.
Singh VP. 1995. Toxic metal cadmium: Phytotoxicity and tolerance in plants.
Advances in Environmental Science Technology. 56: 225. .
Syarif F. 2008. Toleransi sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb) yang
ditanam pada media limbah tailing tercemar sianida dengan perlakuan pupuk.
Berita Biologi. 9(1): 105-106.
Tabaika R, Hadisusanto S. 2013. Akumulasi dan dampak logam pb pada tanaman
peneduh di Kota Ternate, Maluku Utara. Jurnal sains dan Teknologi
Lingkungan. 1(1): 68-76.
Ulfah M, Dewi ERS. 2015. Evaluasi fitoremediasi pencemaran logam berat di
tanah TPA. Seminar Nasional Hasil Penelitian (SNH-P V); 2015 Nov 21;
Semarang, Indonesia. Semarang (ID): Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas PGRI Semarang. hlm 506-517.
Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta (ID):
Andi Graha.
16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kondisi morfologi. (a) jarak kaliki sebelum perlakuan; (b) jarak pagar
sebelum perlakuan; (c) jarak pagar (75%) setelah perlakuan (layu);
(d) jarak pagar (50%) setelah perlakuan (daun menguning); (e) jarak
kaliki (75%) setelah perlakuan (daun menguning), dan (f) jarak
kaliki (75%) setelah perlakuan (mati)

a b

c d

e f
17

Lampiran 2 Sayatan transversal daun. (a) jarak kaliki 0%; (b) jarak kaliki 50%; (c)
jarak pagar 0%; dan (d) jarak pagar 50%

a b

c d
18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 28 Mei 1996 sebagai putri


ketiga dari bapak Bonar Hamonangan Hutagalung dan ibu Yusiana. Tahun 2014
penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Kota Sukabumi, dan
di tahun yang sama penulis lulus seleksi penerimaaan PTN melalui jalur
SNMPTN pada program studi Biologi di Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Masa perkuliahan penulis dilalui dengan berbagai macam kegiatan
disamping kegiatan akademik. Penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa
Biologi (HIMABIO) 2015-2017. Penulis juga merupakan anggota dari Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Voli. Di tingkat Departemen, penulis menjadi
asisten praktikum Biologi Dasar pada tahun ajaran 2016-2018, Ekologi Dasar, dan
Fisiologi Tumbuhan pada semester genap tahun ajaran 2017-2018. Kegiatan
penulis selama perkuliahan yaitu mengikuti kepanitiaan Biologi on Aplication
(BIONIC) 2016 sebagai anggota Kestari, Pesta Sains Nasional (PSN) FMIPA IPB
2016 sebagai Kestari, dan Volley Ball Competition of IPB (VOLLACI) 2016
sebagai sekretaris. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu Juara 3 Volley
Ball Competition of IPB (VOLLACI) 2016, 8 besar Airlangga Nasional Volley
Ball Competition (ANVC) 2017, Juara harapan 1 Invitasi Universitas Katholik
Parahyangan 2018, Juara 3 Olimpiade Mahasiswa IPB 2018, dan Juara 2 Liga
Voli Mahasiswa (LIVOMA) Politeknik Negeri Jakarta 2018.
Penulis telah mengikuti beberapa seminar di tingkat Nasional. Tahun 2017
penulis mengikuti PKM di bidang pengabdian masyarakat yang berjudul “Hayya
„Alash Sholah: Sarana Edukasi Sholat Lima Waktu pada Siswa Madrasah
Ibtidaiyah” dan didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi di bawah bimbingan bapak Mafrikhul Muttaqin, MSi. Penulis juga pernah
melaksanakan Studi Lapang dengan judul “Keanekaragaman Stingless bee di
Taman Nasional Ujung Kulon” pada tahun 2016 di bawah bimbingan bapak Dr
Tri Atmowidi, MSi. Bulan Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik
Lapang dengan judul “Manajemen Alur Penyidikan Tersangka Tindak Pidana
Penyalahguna Narkotika di Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan
Timur” di bawah bimbingan ibu Dr Ir Yulin Lestari. Bulan November 2017
penulis juga melakukan penelitian mengenai fitormediasi di Green House
Departemen Biologi hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan tulisan karya
ilmiah ini.

Anda mungkin juga menyukai