Anja A. Saefullah
NIM E34110069
ABSTRAK
ABSTRACT
Cilegon is an industrial city that has experienced rising temperatures and has a
negative impact on humans. Vegetation in green open space can reduce the
negative impact of rising air temperature, so it is necessary to analyze vegetation
composition to maximize the function of climate amelioration. The purpose of
this research is to organize vegetation based on microclimate and visitor
perception in Agrotourism Krakatau Steel Group of Cilegon City. Vegetation
arrangement is done based on micro climate analysis in each observation plot,
evaluation of tree physical characteristics, and visitor pereption, then synthesized
by descriptive qualitative which result is map of arrangement area. Agro-tourism
area will be grouped into 3 zones of intensive zone, semi-intensive and not
intensive. Vegetation grown in the intensive zone is done by planting shade and
aesthetic vegetation. Semi-intensive zones grown vegetation with wind-breaking
functions and amelioration of microclimate include; the role of pollution
reduction, shelter, water supply and noise absorber. The non-intensive zones
which are constructed land and agricultural areas receive suggestions for
improvement from interviews of Agrotourism visitors.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Anja A. Saefullah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE
Lokasi dan Waktu 2
Alat dan Bahan 2
Metode Pengumpulan Data 3
Analisis Data 7
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 34
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Fenomena pulau bahang kota (urban heat island) menjadi salah satu
permasalahan lingkungan global dan sudah terjadi di Indonesia. Pulau bahang kota
adalah kejadian di mana suhu di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah
sekitarnya. Penyebab fenomena ini dalam Rushayati (2012) adalah sumber
pencemar yang dihasilkan dari aktifitas manusia seperti transportasi, industri,
sampah, dan konsumsi energi domestik. Dahlan (2004) menyebutkan kenaikan
suhu berdampak negatif terhadap aspek ekonomi dan ekologi. Kota Cilegon
merupakan salah satu kota industri yang sedang mengalami fenomena urban heat
island. Kota Cilegon mengalami kenaikan suhu udara lebih dari 0.5oC dari rata-rata
suhu maksimum selama 10 tahun terakhir (BMKG 2016).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat menjadi salah satu solusi dalam
menanggulangi masalah kenaikan suhu udara. Undang-undang No.26 tahun 2007
mendefinisikan RTH sebagai area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pohon sebagai vegetasi
utama pada RTH memiliki fungsi perbaikan iklim mikro. Salah satu RTH yang
dapat berperan dalam mengatasi masalah kenaikan suhu udara di kota Cilegon
adalah Agrowisata (Agro) milik Krakatau Steel Group karena ditanam beragam
vegetasi yang berpotensi memperbaiki iklim mikro. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan Jahara (2002), Naibaho (2009), Aprilis (2011), Sari (2013), dan Setiawan
(2014) menggunakan metode penilaian karakteristik fisik pohon sebagai acuan
pengembangan kawasan berdasarkan kajian iklim mikro. Pemilihan jenis vegetasi
yang tepat dapat memaksimalkan fungsi ekologis sebagai ameliorasi iklim mikro
(pengaturan suhu lokal). Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian terkait
tingkat kesesuaian fungsi ekologis tersebut.
Kawasan Agrowisata memiliki 3 fungsi utama yaitu fasilitas ruang publik,
pemanfaatan lahan untuk pertanian dan pembibitan pohon, serta penyedia jasa
lingkungan. Kondisi Agrowisata yang sedemikian kompleksnya, belum memiliki
perencanaan pengembangan kawasan, sehingga saat ini vegetasi Agrowisata belum
tertata dengan baik dan memberikan dampak yang maksimal. Maka dari itu perlu
adanya masukan berupa persepsi dari berbagai pihak dan penataan vegetasi
berdasarkan fungsi RTH sebagai fungsi ameliorasi iklim mikro.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menata vegetasi berdasarkan iklim
mikro dan persepsi pengunjung di Agrowisata Krakatau Steel Group Kota Cilegon
Provinsi Banten.
2
Manfaat Penelitian
METODE
Tahapan penelitian
Penelitian di Agrowisata Krakatau Steel Group Cilegon Banten dilakukan
dengan pengumpulan data primer dan sekunder diacu dalam Hermawan et al
(2008). Data primer tertuju pada fokus penataan vegetasi pohon yang dilakukan
berdasarkan dari evaluasi karakteristik fisik pohon, kondisi iklim mikro di tiap
plot pengamatan dan hasil wawancara pengunjung. Hasil yang diperoleh kemudian
dianalisis berdasarkan fungsi ameliorasi iklim mikro dan persepsi pengunjung. Data
sekunder diambil dari studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi umum Kota
Cilegon, RTH, dan data pendukung lainnya. Data primer dan sekunder disintesis
secara deskriptif kualitatif yang hasilnya diimplementasikan menjadi output berupa
gambaran saat ini di kawasan dan rencana penataan kedepan. kajian iklim mikro
dan penataan vegetasi pohon. Pengunjung yang datang memiliki persepsi beragam
terhadap kondisi Agrowisata. Kegiatan wawancara diperlukan supaya terwujudnya
kolaborasi antara pengunjung dan pengelola dalam pengembangan
Agrowisatawisata. Sistematika kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan
pada Gambar 2.
Data primer
Kondisi
iklim mikro
Data di kawasan
Sekunder Agrowisata
Krakatau
Steel Group
Studi (suhu, kele-
pendahuluan mbaban)
berupa
Ameliorasi
kondisi Penataan
umum Kota iklim mikro
Kawasan
Cilegon Analisis
Persepsi
Karakteristi
responden
k fisik
Kondisi pohon
RTH (tinggi total
pohon,
tinggi bebas
Kajian data cabang, luas
pendukung tajuk, dan
lainnya LAI) Sintesa
Wawancara
Analisis vegetasi
Analisis vegetasi bertujuan memperoleh informasi kuantitatif tentang
komposisi suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto 2008). Metode yang digunakan
adalah sensus berupa eksplorasi botani. Metode ini digunakan untuk menghitung
jumlah dan jenis pohon secara keseluruhan di lokasi penelitian.
Keterangan:
Rs = Rentang skala
m = Data tertinggi
n = Data terendah
b = Jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan skala maksimal 4)
Penentuan Responden
Responden merupakan pengunjung dan pihak pengelola di hutan kota
Kawasan Industri Krakatau. Penentuan responden dari pengunjung dilakukan
secara Stratified Random Sampling. Menurut Rianse dan Abdi (2009) Stratified
Random Sampling merupakan teknik penentuan populasi berdasarkan strata atau
subpopulasi tertentu dan selanjutnya sampel diambil secara acak. Penentuan strata
yang dimaksud akan disajikan dalam Tabel 1 berdasarkan kelompok umur. Patokan
umur yang dipakai merupakan acuan dalam penelitian terdahulu, seperti oleh
Wibowo (1987) dan Puspitasari (2014). Jumlah responden pengunjung yang
diambil pada setiap kelompok umur masing-masing adalah 30 orang dengan asumsi
bahwa jumlah 30 orang telah mewakili jumlah populasi yang ada, selanjutnya akan
dibedakan kembali sesuai jenis kelaminnya dan diambil responden masing-masing
15 orang. Jumlah responden 30 orang didasarkan pada tabel T dalam tabel statistik,
dimana jumlah tersebut tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari
30, sehingga jumlah itu merupakan batas yang cukup dalam mewakili populasi.
Analisis Data
Keterangan :
Tr = Rata-rata suhu udara harian (oC)
T = Suhu bola kering (oC)
RHr = Rata-rata kelembaban udara harian (%)
RH = Kelembaban udara (%)
Indeks kenyamanan
Indeks kenyamanan dihitung dengan rumus menurut Dahlan (2004). Hasil
perhitungan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: kurang nyaman (IK = 5-7), agak
nyaman (IK = 8-12), serta nyaman dan sejuk (IK = 13-15) yang rumusnya adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
IK = Indeks Kenyamanan
a = Rerata suhu udara siang hari (oC)
b = Rerata kelembaban udara relatif siang hari (%)
Luas tajuk
Perhitungan luas tajuk menggunakan rumus sebagai berikut:
Kerapatan pohon
Perhitungan kerapatan pohon menggunakan rumus dari Kusmana (1997);
Keterangan:
= Rata-rata luas permukaan tanah yang diokupasi oleh satu individu pohon
= Jarak individu pohon ke titik pengukuran tiap kuadrat
= Total jumlah pohon
Keterangan:
Pi = Karakter fisik (tinggi total, tinggi bebas cabang, LAI, luas tajuk, dan bentuk tajuk).
x = 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (kurang sesuai), dan 1 (tidak sesuai)
Keterangan:
TK = Tingkat Kesesuaian
= Karakter fisik dengan skor tidak sesuai
= Karakter fisik dengan skor kurang sesuai
= Karakter fisik dengan skor sesuai
= Karakter fisik dengan sekor sangat sesuai
= 1 (tinggi total), 2 (tinggi bebas cabang), 3 (luas tajuk), 4 (bentuk tajuk), dan 5 (massa
daun)
10
Kondisi Umum
Gambar 6 Kondisi vegetasi di dalam Agrowisata (a), kondisi di dalam green house
(b), dan kondisi jogging track (c)
11
ditemukan pada plot cukup bergam, terdapat tanaman pertanian yaitu pisang dan
padi. Kategori semai ditemukan 3 individu damar (Agathis damara) , kategori
pancang ditemukan 7 individu mahoni daun besar (Swietenia macrophylla),
kategori tiang ditemukan 9 individu kayu afrika (Maesopsis eminii) dan 4 individu
mahoni daun besar (Swietenia macrophylla). Kategori pohon ditemukan sukun
(Artocarpus altilis). Tajuk trembesi (Samanea saman) yang berada diluar area
Agrowisata menutup sebagian area plot. Ketebalan serasah berkisar 3 cm - 8 cm.
Kondisi tersebut dalam Indriyanto (2008) dapat digolongkan tegakan campuran.
Gambar 7 Kondisi Sekitar Kawasan: (a) Krakatau Junction, (b) Stadion Sepak Bola
PT.KS, (c) Kegiatan Car Free Day
Hasil yang diperoleh dari pembandingan suhu udara harian dan kelembaban
harian dalam lokasi penelitian dengan luar lokasi penelitian tidak menunjukkan
nilai yang signifikan secara kuantitatif. Sehingga pengambilan data suhu dan
kelembaban diluar kawasan yang berbeda kondisinya perlu dilakukan. Maka dari
itu diambilah 2 lokasi tambahan yaitu kawasan Kota Cilegon (Gambar 8a) dan
kawasan Industri Krakatau Steel (Gambar 8b). Data tersebut terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Suhu dan Kelembaban Udara di kawasan Kota Cilegon dan Industri KS
Lokasi Kawasan Tr (oC) RH (%)
Kota Cilegon 30.33 74.77
Krakatau Steel 31.00 74.44
Rata-rata 30.67 74.61
Keterangan : Tr (Rata-rata suhu udara harian), RHr (Rata-rata kelembaban udara harian)
Kawasan tidak bervegetasi memiliki suhu udara lebih tinggi, sebab radiasi
matahari banyak dipantulkan kembali ke atmosfer yang menyebabkan suhu udara di
atmosfer menjadi tinggi. Suhu udara yang tinggi akan menguapkan banyak
kandungan air di kawasan tersebut dan menyebabkan kelembaban udara menjadi
rendah (Wardhani 2006). Jika diacu kembali menurut Kushnir et al. (2005) suhu di
kawasan Kota Cilegon termasuk kategori panas (29-30)oC, dan kawasan Industri
Krakatau Steel temasuk sangat panas >30oC. Kelembaban harian di kedua tempat
tersebut termasuk kategori agak kering pada skala 70-75 persen.
(a) (b)
Gambar 8 Kondisi Kawasan PT. Krakatau Steel (a), Kota Cilegon (b)
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban di ketiga lokasi Kota Cilegon sudah
menunjukkan fenomena urban heat island. Kawasan industi dan kota memiliki
iklim mikro yang lebih panas daripada Agrowisata yang menjadi daerah penyangga
kedua tempat tersebut.
uju
17
(a) (b)
Gambar 9 Foto LAI: (a) Plot contoh terbuka (nilai LAI = 1.94), (b) Plot contoh
tertutup (nilai LAI = 2.26)
Hasil LAI pada plot pengamatan menunjukkan LAI terbesar adalah 2.36 di
plot 5 dan LAI terkecil adalah 1.55 pada plot 4. Data LAI pada tiap plot
pengamatan disajikan pada Tabel 10 berikut ini.
Nilai LAI yang konstan tiap titiknya terdapat pada plot 2. Plot ini memiliki IK
yang agak nyaman berbeda dengan ke-4 plot lain yang kurang nyaman. Plot 2 jika
dilihat dengan LAI tajuk vegetasi akan membentuk strata kanopi yang menumpuk
antara satu tajuk dengan tajuk yang lainnya. Hal ini membuat sinar matahari sulit
menembus lantai tanah sehingga membuat udara dibawahnya lebih sejuk. Transmisi
panas radiasi yang semakin kecil akibat penutupan kanopi pepohonan akan
memberikan efek penurunan suhu udara permukaan tanah di bawah kanopi tersebut
(Shahidan et al. 2010).
Tt15 m
3m
Tbc 2m
2
Gambar 10 Sketsa tinggi total dan tinggi bebas cabang pohon berdasarkan fungsi
peneduh (DJBM 1996)
(a) (b)
Gambar 11 Persinggungan antar tajuk pohon menyebabkan massa daun padat: (a)
Massa daun padat dan rimbun, (b) Massa daun kurang padat
Persepsi Pengunjung
kawasan dimanfaatkan warga sekitar untuk bercocok tanam. Ketersedian air dalam
kawasan diperoleh dari parit-parit kecil di sekitar Agrowisata. Keberadaan tegakan
membuat lahan terbangun disekitarnya lebih hijau (Hidayat 2008). Manfaat yang
ingin dirasakan dengan adanya vegetasi pohon di Agrowisata yaitu mengatasi
kebisingan, mengurangi polusi udara, menyimpan cadangan air serta memberikan
kesejukan dan keteduhan. Pemeliharaan vegetasi perlu diperhatikan oleh pengelola
karena 48 persen responden memiliki persepsi yang kurang. Menurut responden
terdapat pohon yang tidak sehat, tumbang dan mati sehingga perlu adanya
penanganan lebih lanjut dari pengelola. Terlepas dari persepsi yang mayoritas
kurang terhadap sarana/prasarana dan pemeliharaan vegetasi, kepuasan kunjungan
menunjukkan hasil baik sebanyak 53 persen. Kepuasan kunjungan diambil dari
tujuan responden yang tercapai setelah datang ke Agrowisata yaitu mayoritas
berolahraga dan bersantai.
Minat Responden
Responden diminta untuk memilih vegetasi yang sebaiknya ditanam di lokasi
Agrowisata. Pernyataan yang diajukan bersifat terbuka untuk memperluas cakupan
gagasan yang ingin disampaikan responden. Hasil dari wawancara tentang
rekomendasi vegetasi dikelompokan dan disajikan dalam Tabel 14 sebagai berikut.
Jenis yang tidak sesuai sebagai ameliorasi iklim mikro dapat disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersal dari individu pohon itu sendiri
yang tidak dikhususkan memiliki fungsi ameliorasi iklim. Faktor eksetrnal
disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti pohon yang tertekan, ketersediaan
unsur hara, kondisi iklim dan kondisi geografis yang dalam kasus ini adalah
Agrowisata Kota Cilegon. Pemilihan jenis akan dilakukan dengan bantuan
rekomendasi berdasarkan ketinggian, dimana jika tempat tumbuh telah sesuai
kegiatan pengelolaan akan lebih mudah dan efisien. Hasil evaluasi karakteristik
fisik pohon sebagai gambaran pengelolaan yang perlu dikaji. Berikut adalah jenis
vegetasi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Agrowisata ditinjau dari
fungsinya pada Tabel 15.
25
harus diganti yaitu akasia (Acacia auriculiformis), jati (Tectona grandis), jabon
(Neolamarckia cadamba), dan sengon (Paraserianthes falcataria). Setyawati
(2013) menyebutkan akasia merupakan jenis invasif sehingga tidak
direkomendasikan. Sengon dan jabon merupakan jenis pohon untuk keperluan
produksi kayu, sehingga kedua pohon tersebut lebih cocok untuk memenuhi nilai
ekonomi. Jenis yang sesuai berdasarkan evaluasi karakteristik fisik pohon dan
analisis kesesuaian jenis yang ditanam menyimpulkan bahwa 6 jenis akan
dipertahankan, 5 jenis akan digantikan, dan 28 jenis akan ditambahkan untuk
memaksimalkan fungsi ameliorasi iklim di Agrowisata. Pohon dengan diameter ≥
20 cm dipetakan dan tersaji dalam Gambar 12 berikut sebagai gambaran penataan
yang akan dilakukan.
dengan intensitas rendah hingga sedang. Fungsi zona semi intensif untuk
Agrowisata adalah pemecah angin dan ameliorasi iklim mikro meliputi; peran
reduktor polusi, peneduh, cadangan air serta penyerap kebisingan. Zona tidak
intensif terbagi menjadi 2 yaitu lahan terbangun dan area pertanian.
bermotor sekaligus menunjang fungsi pagar untuk memecah angin. Jenis pohon
tanjung (Mimosops elengi) cocok ditempatkan pada batas tiap sisi pintu masuk.
Pohon ini memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pohon estetika, pereduksi polutan dan
pemecah angin (Permen PU 2008). Fungsi estetika menjadi nilai tambah pohon ini
karena pada area dalam kawasan akan menonjolkan fungsi estetika.
Memasuki area dalam kawasan akan ditemukan deretan pohon kenanga
(Cananga odorata). Pohon ini memiliki fungsi estetika sekaligus penduh dan
pengarah. Fungsi pengarah digunakan untuk memandu pengunjung memasuki
kawasan Agrowisata. Area sebelah kiri dan kanan pintu masuk ditanam vegetasi
dengan fungsi estetika, dengan harapan jumlah intensitas berkumpul pengunjung
tinggi dapat dimaksimalkan dengan melihat keindahan vegetasi yang ditanam.
Pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) menjadi titik lihat utama dengan latar
pohon sikat botol (Calistemon lanceolatus) dan kantil (Michelia alba). Penggunaan
pohon flamboyan (Delonix regia) digunakan sebagai tanaman pengisi karena
memiliki perakaran yang besar maka cocok diletakan di tengah area. Naibaho
(2009) merekomendasikan jenis semak dan perdu berupa hanjuang (Cordyline
terminalis) dan lidah mertua (Sansevieria trifasciata) sebagai tanaman estetika dan
penyerap polusi. Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), soka (Ixora coccinea),
dan kaca piring (Gardenia augusta) digunakan sebagai vegetasi pengisi untuk
menunjang fungsi estetika pohon disekitarnya. Penggunaan rumput gajah
(Axonopus compresus) pada area ini dapat menggantikan pohon jati (Tectona
grandis) untuk mencegah rumput liar tumbuh karena sifatnya yang invasif
(Setyawati 2013). Keberadaan rumput pada area Agrowisata membuat pengelola
akan lebih mudah membersihkan material organik dari vegetasi pohon disekitarnya,
tahan injak, serta mengurangi pengikisan tanah dari tumbukan dari air hujan.
Area sebelah kanan pintu masuk sudut kosong akibat jalan yang berkelok,
membuat area ini bisa dimanfaatkan sebagai taman kecil. Komposisi vegetasi akan
diisi oleh jenis palem, perdu dan semak. Penempatan jenis pohon pada area ini
tidak berbeda jauh dengan area sebelah kiri kawasan dengan adanya penambahan
variasi jenis pohon cempaka (Michelia campaca) dan kayu manis (Cinnamommum
iners) dalam Permen PU (2008) sebagai pohon pengarah, menuju dan dari area
sawah dengan area berkumpul utama. Lokasi sebelah selatan green house dapat
digunakan sebagai lokasi wisata pertanian. Rekomendasi vegetasi yang ditanam
adalah jenis pohon pangan yang membutuhkan proses pengolahan seperti kayu
manis (Cinnamommum iners), sukun (Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia
cattapa), dan kenari (Canarium commune). Pengelola dapat mengganti pohon
tersebut kedalam jenis pertanian yang lebih umum seperti tanaman coklat, jambu,
sukun, rambutan, belimbing wuluh, dan mangga yang sudah ada sebelumnya di
Agrowisata, namun belum dikelompokan secara khusus pada area ini. Area tepi
sawah sebaiknya ditanam tanaman yang membuka pandangan pengunjung dengan
vegetasi yang memiliki tinggi bebas cabang sekitar > 4 m seperti damar (Agathis
damara), kantil (Michelia alba), kenanga (Cananga odorata), dan angsana
(Pterocarpus indicus). Pohon kantil dan kenanga menghasilkan wewangian dari
bunganya (Permen PU 2008). Hal ini dapat mengurangi bau yang disebabkan asap
kendaraan, fasilitas toilet atau lumpur pada area sawah, serta memberikan aroma
rileksasi pada pengunjung yang sedang bersantai di shelter yang tersedia.
Keragaman vegetasi pada area tengah Agrowisata selain menunjang keberadaan
meeting point berupa kantor dan green house, juga dapat menyangga intensitas
kunjungan yang tinggi dan meningkatkan produktifitas pengelola pada area ini.
30
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agustino R. 2014. Pengaruh olahraga jalan kaki terhadap penurunan tingkat depresi
pada lansia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung [skripsi]. Surabaya (ID):
Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas
Airlangga.
Aprilis P. 2011. Penilaian fungsi pengaman dan estetika jalur hijau Jalan Jendral
Sudirman Kota Pekanbaru Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika. 2016. Tren suhu
maksimum tahunan Jawa. Jakarta (ID): BMKG.
Booth NK dan Hiss EJ. 2005. Residential Landscape Architecture: Design Process
For The Private Residence. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall.
Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota.
Bogor (ID): IPB Press.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota. Jakarta (ID): Departemen
Kehutanan.
[DJBM] Direktorat Jendral Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik
Lanskap Jalan. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
Fandeli C, Utami RN, Nurmansyah S. 2008. Audit Lingkungan Ed ke-2.
Yogyakarta (ID): UGM Press.
Hermawan R, Kosmaryandi N, Ontarjo J. 2008. Kajian tipe dan bentuk hutan kota
kawasan Danau Raja Kota Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Media Konservasi Vol.XIII: 1-8.
Hidayat I. 2008. Evaluasi jalur hijau jalan sebagai penyangga lingkungan sekitarnya
dan keselamatan pengguna jalan bebas hambatan Jagorawi [thesis]. Bogor
(ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan Ed ke-2. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
Jahara LM. 2002. Perencanaan hutan kota Kawasan Industri Krakatau Cilegon
Banten [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Jonkckheere I, Stefan F, Kris N, Bart M, Pol C. 2000. Methods for leaf area index
determination part 1: theories, techniques and instruments. Journal of Vital
Decosterstra at 102 (3000).
Kushnir Y, Robinson WA, Chang P dan Robertson AW. 2005. The Physical Basis
for Predicting Atlantic Sector Seasonal to Interannual Climate Variability.
Journal of Climate 5949-5970.
Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID): PT Penerbit Institut
Pertanian Bogor.
Naibaho MU. 2009. Desian hutan kota di ruang terbuka hijau kelurahan Srengseng
Sawah berdasarkan persepsi masyarakat [skripsi]. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Loveless AR. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropika: Jilid
2. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Osmar M. 2016. Studi analisis koposisi dan struktur tegakan hutan mangrove di
desa Tanjung Bunga kabupaten Konawe Utara [skripsi]. Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo.
33
RIWAYAT HIDUP