JUWITA SARI
Juwita Sari
F44110081
ABSTRAK
JUWITA SARI. Perancangan Ekohidrolik untuk Pengendalian Banjir pada
Morfologi Sungai Simetris di Sungai Barabai, Kalimantan Selatan. Dibimbing
oleh M. YANUAR JARWADI PURWANTO.
ABSTRACT
JUWITA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT karena hanya dengan karunia
dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Perancangan Ekohidrolik untuk
Pengendalian Banjir pada Morfologi Sungai Simetris di Sungai Barabai
Kalimantan Selatan” ini dapat diselesaikan.
Ucapan terimakasih diucapkan kepada Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto,
MS., IPM selaku pembimbing atas bantuannya serta waktu dan kesempatan yang
telah diluangkan dalam memberikan bimbingan, ilmu, arahan, motivasi, dan
masukan selama penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pembuatan
makalah, hingga penyusunan skripsi. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Dr. Satyanto K Saptomo, STP, MSi dan Sutoyo, STP, MSi selaku dosen
penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten
Siak yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis bisa kuliah di Institut
Pertanian Bogor. Demikian juga kepada Bu Fitria yang telah memberikan bantuan
waktu dan pikiran selama pengambilan data di Laboratorium Hidrolika. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Ichtiar Dody Saputra, A.Md yang
telah memberikan waktu atas bimbingan, masukan, dan bantuan dalam
pengambilan data di Laboratorium Hidrolika, serta kepada seluruh rekan-rekan
yang telah membantu selama proses penelitian ini berlangsung yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada Ibunda
Jamilah dan Ayahanda Bustami Thalib beserta seluruh keluarga dan sahabat atas
segala doa, dukungan, serta kasih sayang yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
PRAKATA vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Morfologi Sungai 3
Ekohidrolik 3
Fungsi Ekologi Daerah Bantaran Banjir 3
METODE PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Penelitian 4
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Deskripsi Sungai Barabai 9
Morfologi Sungai Simetris 10
Pengukuran Laboratorium 12
Efektivitas Vegetasi untuk Pendekatan Ekohidrolik 16
Penerapan dan Aplikasi Ekohidrolik di Lapangan 19
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 33
DAFTAR TABEL
1 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 5 tahun pada Desa Alat Ujung 16
2 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 25 tahun pada Desa Alat Ujung 17
3 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 50 tahun pada Desa Alat Ujung 17
4 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 5 tahun pada Desa Alat 18
5 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 25 tahun pada Desa Alat 18
6 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 50 tahun pada Desa Alat 19
7 Aplikasi ekohidrolik pada Q 50 tahun 2x2 rumpun (h = 3,7 m) Desa 20
Alat Ujung
8 Aplikasi ekohidrolik pada Q 50 tahun 2x2 rumpun (h= 3,56 m) Desa 20
Alat
DAFTAR GAMBAR
1 Skema pelaksanaan penelitian 5
2 Rancangan ekohidrolik 6
3 Skema model ekohidrolik (tampak atas) 7
4 Ilustrasi model ekohidrolik jarak tanam 2x1 tampak atas 7
5 Ilustrasi model ekohidrolik jarak tanam 2x2 tampak atas 7
6 Ilustrasi percobaan ekohidrolik tampak melintang 7
7 Lokasi Penelitian 9
8 Kondisi penampang sungai di Desa Alat Ujung 10
9 Ilustrasi pengujian model ekohidrolik di Desa Alat Ujung 10
10 Kondisi penampang sungai di Desa Alat 10
11 Ilustrasi pengujian model ekohidrolik di Desa Alat 11
12 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1 tunggal Desa Alat Ujung 12
13 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 tunggal Desa Alat Ujung 12
14 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 rumpun Desa Alat Ujung 13
15 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1 tunggal Desa Alat 14
16 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 tunggal Desa Alat 14
17 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 rumpun Desa Alat 15
18 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi Q 25 tahun di Desa Alat Ujung 20
19 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi Q 5 tahun di Desa Alat Ujung 20
20 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi kondisi normal di Desa Alat Ujung 21
21 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi Q 25 tahun di Desa Alat 21
22 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi banjir Q 5 tahun di Desa Alat 21
23 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi kondisi normal di Desa Alat 22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Grafik Tinggi muka air di Desa Alat Ujung 25
2 Grafik tinggi muka air di Desa Alat 32
3 Dokumentasi Penelitian 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Adanya debit banjir yang melebihi tepi tanggul sungai bagian hilir, sehingga
menyebabkan banjir. Penelitian ini dilakukan untuk merancang konsep
ekohidrolik pada morfologi sungai simetris dalam pengendalian banjir.
Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penanaman vegetasi terhadap besarnya debit banjir
aliran?
2. Bagaimana rancangan penanaman vegetasi bambu pada bantaran sungai
dengan konsep ekohidrolik untuk pengendalian banjir di Sungai Bagian
hilir?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Sungai
Ekohidrolik
Bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir,
sedangkan sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar
longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi, ditambah lebar bantaran
ekologis dan lebar keamanan yang diperlukan kaitannya dengan letak sungai
(misal areal permukiman-non permukiman). Sempadan sungai merupakan daerah
ekologi dan hidraulis sungai yang penting (Maryono 2005).
Komponen ekologi sungai adalah segala komponen biotik yang hidup di
sungai, baik mekhluk hidup yang bergerak secara aktif maupun makhluk hidup
4
yang tidak dapat bergerak. Aspek hidraulik dan ekologi di wilayah sungai
mempunyai hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (mutual
connection). Semakin baik kondisi ekologi wilayah sungai maka kondisi
hidrauliknya semakin baik dalam arti kemungkinan banjir besar semakin rendah,
dan kemungkinan terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi di bagian hilir
semakin rendah. Sebaliknya jika kondisi hidraulik sungai tidak baik seperti retensi
alamiah sungai sangat rendah yang berakibat aliran air sungai terlalu cepat dan
menyebabkan banjir di bagian hilir, erosi bagian hulu, dan endapan di bagian hilir,
maka akan berakibat terjadinya kerusakan habitat flora dan fauna (Maryono 2005).
Komponen ekologi sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen
retensi hidrolik yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir
sepanjang alur sungai. Sebaliknya dengan banyaknya genangan retensi lokal di
sepanjang sungain akan meningkatkan kualitas ekologi sungai tersebut (Maryono
2008).
Vegetasi pada bantaran sungai berpengaruh terhadap proses pengendapan
dan pencegahan terhadap erosi. Vegetasi tebing sungai berfungsi untuk menjaga
stabilitas tebing sungai dari gempuran arus air, dari energi mekanik hujan dan dari
peresapan air ke pori-pori rekahan tebing sungai. Ranting dan cabang serta daun-
daun tumbuhan dipinggir sungai berperan sebagai komponen pemecah energi
mekanik arus air maupun air hujan. Komponen vegetasi dapat meningkatkan
turbulensi aliran sehingga energi aliran air dapat diredam. Perakaran tanaman
berfungsi sebagai komponen stabilitas tebing sungai dan sebagai barrier
(penangkal) untuk mengurangi erosi akibat gerusan tebing maupun erosi dari
aliran permukaan (Maryono 2005).
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan yaitu laptop yang telah dilengkapi dengan
Software yaitu Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007, point gauge,
Open Channel, cutter, penggaris, sterofoam, tanaman bambu, tanah liat, pasir, lem,
dan plastik pembungkus, serta data sekunder seperti lebar sungai, debit sungai,
lebar sempadan dan kemiringan saluran.
Prosedur Penelitian
Mulai
Penyiapan Alat
Pembuatan Model
Pemasangan model di
Laboratorium
Rancangan Ekohidrolik
Pengendalian Banjir
Selesai
Rancangan ekohidrolik
Lebar maksimum
daerah interaksi pada Kekasaran daerah
Diameter
bantaran bervegetasi interaksi (kT)
vegetasi (dp)
(bII max)
Jarak tanam (ax,
Diameter Parameter ay), panjang
vegetasi Vegetasi (B) penanaman (L)
Hambatan karena
vegetasi (λ)
Percobaan dilakukan dengan mengukur tinggi muka air banjir pada jarak
tanam tunggal 2x1, 2x2, dan rumpun 2x2 dengan panjang penanaman 4 m
ditanamai tanaman dan 2 m dengan perlakuan tanpa ditanami tanaman yang
dipasang diawal dan akhir model, ilustrasi percobaan dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5.
Analisis Data
= . + 1,5. (1)
Keterangan:
c : Koefisien komposisi vegetasi
bIImax : Lebar bantaran sungai maksimum (m)
dp : diameter vegetasi (m)
Harga koefisien tergantung dari komposisi vegetasi yang ada dan dapat
didekati dengan rumus (Maryono 2005) sebagai berikut :
= 1,2 – 0,3 ( / 1000) + 0,06 ( / 1000) , (2)
= −1 . (3)
Keterangan :
ax : jarak antar vegetasi arah melintang (m)
ay : jarak antar vegetasi arah memanjang (m)
dp : diameter vegetasi (m)
Keterangan
λ : hambatan karena bentuk vegetasi
kT : kekasaran bantaran sungai
Keterangan:
= koefisien kekasaran dari Darcy Weisbach
R= Jari-jari hidrolis (m)
9
Lokasi
Penelitian
Pengukuran Laboratorium
2.9
2.6 y = -0.0004x + 2.7514
Tinggi muka air (m)
2.3 R² = 0.7402
2 Q 5 Th
Gambar 12 merupakan grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1 m di
Desa Alat Ujung. Tinggi muka air pada jarak 60 - 100 m merupakan lahan tanpa
adanya vegetasi pada bantaran banjir, sedang pada jarak 100 – 420 m merupakan
lahan ditanami vegetasi pada bantaran banjir. Terjadi penurunan tinggi muka air
pada debit banjir 5 tahun sebesar 0,084 m. Penurunan tinggi muka air pada debit
banjir 25 tahun sebesar 0,087 m dan pada debit banjir 50 tahun terjadi penurunan
tinggi muka air sebesar 0,123 m.
4
3.7
3.4
y = -0,0004x + 3,5667
Tinggi muka air (m)
3.1 R² = 0,5602
2.8
2.5 Q 5 Th
Gambar 13 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 tunggal Desa Alat Ujung
13
Gambar 13 merupakan grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2
m Desa Alat Ujung. Tinggi muka air pada jarak 60 - 100 m merupakan lahan
tanpa adanya vegetasi pada bantaran banjir, sedangkan pada jarak 100 – 420 m
merupakan lahan yang telah ditanami vegetasi pada bantaran banjir. Terjadi
penurunan tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun sebesar 0,107 m. Penurunan
tinggi muka air pada debit banjir 25 tahun sebesar 0,067 m, dan pada debit banjir
50 tahun terjadi penurunan tinggi muka air sebesar 0,099 m.
4
3.7
3.4 y = -0.0005x + 3.7184
Tinggi muka air (m)
3.1 R² = 0.8862
2.8
2.5 Q 5Th
y = -0,00046x + 2,745
2.2 R² = 0,789 Q 25 Th
1.9 y = -0,0002x + 1,4644 Q 50 Th
1.6 R² = 0,8386
1.3
1
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Jarak (m)
Gambar 14 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 rumpun Desa Alat Ujung
Gambar 14 merupakan tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 rumpun.
Sama seperti gambar sebelumnya tinggi muka air pada jarak 60 - 100 m
merupakan lahan tanpa vegetasi, sedangkan pada jarak 100 – 420 m merupakan
lahan yang telah ditanami vegetasi. Tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun
sebesar 1,46 m pada jarak 50 m dan pada titik 420 m tinggi muka air 1,39 m.
Penurunan tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun sebesar 0,07 m. Tinggi muka
air pada debit banjir 25 tahun sebesar 2,655 m pada jarak 50 m dan pada titik 420
m tinggi muka air 2,516 m. Penurunan tinggi muka air yang terjadi pada debit
banjir 25 tahun sebesar 0,139 m. Pada debit banjir 50 tahun tinggi muka air pada
jarak 50 m sebesar 3,662 m dan pada jarak 420 m tinggi muka air 3,512 m, berarti
terjadi penurunan tinggi muka air sebesar 0,15 m.
Dapat dilihat pada jarak tanam 2x2 tunggal tinggi muka air relatif tinggi
namun penurunan yang terjadi lebih kecil dibandingkan pada jarak tanam 2x1.
Hal ini disebabkan semakin sedikit vegetasi yang terdapat pada bantaran sungai
maka semakin kecil pengaruhnya terhadap retensi tinggi muka air. Penurunan
tinggi muka air tanaman rumpun 2x2 m lebih signifikan dibandingkan dengan
tanaman tunggal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari diameter tanaman
rumpun. Semakin besar diameter vegetasi maka akan terjadi proses kehilangan
energi yang besar akibat gesekan kecepatan terhadap vegetasi dan penampang
saluran sehingga terjadi reduksi kecepatan dan tinggi muka air.
Gambar 15 merupakan grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1
m di Desa Alat. Terjadi penurunan tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun
sebesar 0,086 m. Penurunan tinggi muka air pada debit banjir 25 tahun sebesar
0,092 m, dan pada debit banjir 50 tahun terjadi penurunan tinggi muka air sebesar
0,145 m.
14
3.0
2.7
y = -0,0004x + 2,7364
2.4 R² = 0,9191
Tinggi muka air (m)
2.1
y = -0,0003x + 2,30993
1.8 R² = 0,77732 Q 5 Th
1.5 Q 25 Th
1.2 y = -0.0002x + 0.8437 Q 50 Th
0.9 R² = 0.5495
0.6
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jarak (m)
Gambar 15 Tinggi muka air pada jarak tanam 2x1 tunggal Desa Alat
3.6
3.3
3.0 y = -0,0004x + 3,3044
Tinggi muka air (m)
R² = 0,8922
2.7
2.4
2.1 y = -0,0003x + 2,3466 Q 5 Th
1.8 R² = 0,9340
Q 25 Th
1.5
1.2 y = -0,0002x + 0,8904 Q 50 Th
R² = 0,8831
0.9
0.6
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jarak (m)
Gambar 16 Tinggi muka air pada jarak tanam 2x2 tunggal Desa Alat
Gambar 16 merupakan grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2
m di Desa Alat. Tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun sebesar 0,863 m pada
jarak 50 m dan pada titik 420 m tinggi muka air 0,739 m. Tinggi muka air pada
debit banjir 25 tahun sebesar 2,331 m pada jarak 50 m dan pada titik 420 m tinggi
muka air 2,142 m. Pada debit banjir 50 tahun tinggi muka air pada jarak 50 m
sebesar 3,305 dan pada jarak 420 m tinggi muka air 3,173 m. Dapat dilihat pada
jarak tanam 2x2 tinggi muka air relatif tinggi dibandingkan pada jarak tanam 2x1
hal ini disebabkan semakin sedikit vegetasi yang terdapat pada bantaran sungai
maka semakin kecil pengaruhnya terhadap retensi tinggi muka air.
15
4.0
3.7
3.4 y = -0,00059x + 3,56843
Tinggi muka air (m) 3.1 R² = 0,76483
2.8
2.5 y = -0,00057x + 3,03969 Q 5 Th
2.2 R² = 0,86907 Q 25 Th
1.9
1.6 Q 50 Th
1.3 y = -0,00047x + 1,72797
R² = 0,94593
1.0
0.7
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jarak (m)
Gambar 17 Tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 rumpun Desa Alat
Gambar 17 menunjukkan tinggi muka air pada debit banjir 5 tahun sebesar
1,691 m pada jarak 50 m dan pada titik 420 m tinggi muka air 1,503 m. Tinggi
muka air pada debit banjir 25 tahun sebesar 3,070 m pada jarak 50 m dan pada
titik 420 m tinggi muka air 2,834 m. Pada debit banjir 50 tahun tinggi muka air
pada jarak 50 m sebesar 3,479 m dan pada jarak 420 m tinggi muka air 3,301 m.
Gambar 17 menunjukkan bahwa terjadi penurunan tinggi muka air yang
signifikan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari tanaman bambu yang di
tanam rumpun pada bantaran banjir terhadap debit aliran. Semakin besar diameter
tanaman, maka semakin tinggi kekasaran daerah bantaran sungai, sehingga terjadi
penurunan tinggi muka air.
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi muka air pada jarak tanam 2x2 lebih
besar dibandingkan dengan jarak tanam 2x1, namun penurunan yang terjadi tidak
terlalu tinggi. Hal ini disebabkan pada jarak tanam 2x1 tanaman lebih rapat
sehingga kekasaran hambatan vegetasinya besar dan berpengaruh dalam
menurunkan tinggi muka air. Penurunan tinggi muka air tanaman rumpun 2x2
lebih signifikan dibandingkan dengan tanaman tunggal. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh dari diameter tanaman rumpun. Semakin besar diameter vegetasi maka
akan terjadi proses kehilangan energi yang besar akibat gesekan kecepatan
terhadap vegetasi dan penampang saluran sehingga terjadi reduksi kecepatan dan
tinggi muka air.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat dilihat adanya
perbedaan ketinggian pada pengukuran pertama, kedua dan ketiga. Perbedaan
ketinggian tersebut disebabkan adanya perbedaan debit banjir rencana yaitu 5
tahun, 25 tahun, dan 50 tahun. Pada debit banjir 50 tahunan terjadi penurunan
tinggi muka air yang besar. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari interaksi
aliran pada bantaran bervegetasi serta proses kehilangan energi kinetik akibat
gesekan kecepatan antar tampang vegetasi. Aliran yang relatif cepat pada sungai
utama mendesak ke daerah bantaran bervegetasi dan keluar dengan kecepatan
yang relatif lebih rendah sehingga terjadi penurunan tinggi muka air yang besar.
Riparian pada suatu DAS terdiri dari kumpulan vegetasi yang berdekatan,
dan dipengaruhi langsung oleh aliran sungai kecil, sungai, atau danau. Vegetasi
pada riparian memperkuat pingiran sungai, membantu mencegah erosi dan
16
memelihara aliran sungai, serta menjaga kejernihan air. Vegetasi ini membatasi
kontaminasi air, menyaring kecepatan air dan mengumpulkan sedimen dalam
jumlah besar. Kondisi riparian yang baik menciptakan koridor untuk hewan yang
dipengaruhi langsung oleh ekologi sungai. Riparian merupakan area dengan
lingkungan yang unik posisinya di dalam lanskap yang merupakan zona ekoton
antara darat dan perairan dan merupakan koridor suatu wilayah (Maryono 2008).
Pengendalian banjir dengan konsep ekohidrolik dirancang dengan
menentukan kekasaran hambatan vegetasi tanaman bambu, parameter vegetasi,
dan kekasaran saluran. Tingkat kekasaran bantaran dipengaruhi oleh diameter
vegetasi, jarak tanaman dan lebar bantaran sungai. Komponen vegetasi dapat
meningkatkan turbulensi aliran hingga energi aliran air dapat diredam. Vegetasi
pinggir sungai dapat berfungsi sebagai pengarah arus dan pengarah aliran
sekunder memanjang sungai (Pertiwi et al. 2011a).
Tabel 1 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 5 tahun pada Desa Alat Ujung
Tabel 2 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 25 tahun pada Desa Alat Ujung
Debit Tinggi
Jarak Panjang Tinggi muka
Rencana muka air ∆h
tanam (m) penanaman (m) air akhir (m)
(Q) awal (m)
1,43 100 1,40 0,03
1,43 250 1,36 0,08
2x1 1,43 500 1,28 0,15
Tunggal 1,43 750 1,21 0,23
1,43 1000 1,13 0,30
2,51 100 2,48 0,04
2,51 250 2,42 0,09
25
2x2 2,51 500 2,33 0,18
tahun
Tunggal 2,51 750 2,24 0,27
2,51 1000 2,15 0,36
2,74 100 2,69 0,05
2,74 250 2,63 0,12
2x2 2,74 500 2,51 0,23
Rumpun 2,74 750 2,40 0,35
2,74 1000 2,28 0,46
Tabel 3 Panjang penanaman vegetasi dengan Q 50 tahun pada Desa Alat Ujung
dengan panjang penanaman 2000 m di Desa Alat Ujung dan 1000 m di Desa Alat.
Gambar 18 menunjukkan bahwa tinggi muka air pada Q 50 tahunan sebesar 3,7 m
dapat diturunkan dengan panjang penanaman 2000 m menjadi tinggi muka air Q
25 tahunan sebesar 2,75 m.
Tabel 7 Aplikasi ekohidrolik pada Q 50 tahun 2x2 rumpun (h = 3,7 m) Desa Alat
Ujung
Tabel 8 Aplikasi ekohidrolik pada Q 50 tahun 2x2 rumpun (h= 3,56 m) Desa Alat
tinggi muka air pada Q 50 tahunan sebesar 3,7 m dapat diturunkan dengan
panjang penanaman 5600 m menjadi tinggi muka air Q 25 tahunan sebesar 0,98 m.
Gambar 20 Ilustrasi banjir Q 50 tahun menjadi kondisi normal di Desa Alat Ujung
Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar diameter vegetasi pada bantaran banjir maka semakin besar
nilai kekasaran vegetasi sehingga dapat menurunkan tinggi muka air lebih
cepat. Vegetasi dengan jarak tanam 2x2 rumpun lebih besar pengaruhnya
dalam menurunkan tinggi muka air dibandingkan dengan jarak tanam 2x1
dan 2x2 tunggal.
2. Rancangan ekohidrolik pada Sungai Barabai menunjukkan bahwa
penataan bantaran sungai dengan debit banjir 50 tahunan dapat diterapkan
di lapangan dengan cara menambahkan panjang penanaman vegetasi
dalam menurunkan tinggi muka air menjadi tinggi muka air saat debit
banjir 25 tahunan, 5 tahunan dan dalam keadaan normal.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS HST] Badan Pusat Statistik, Hulu Sungai Tengah. 2011. Statistik Daerah
Kecamatan Barabai 2011. Barabai (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
[BPS HST] Badan Pusat Statistik Hulu Sungai Tengah. 2015. Statistik Daerah
Kecamatan Barabai 2015. Barabai (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
Hayati F, Agoes HF, Julianoor PNE. 2014. Tinjauan Bantaran Banjir Aktual
Terhadap PP No.38 Tahun 2011 Dan Peraturan Menteri PU NO.63 Tahun 1993
Di Sungai Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jurnal Poros
Teknik.6(2):55-102.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung.
Maryono A. 2005. Eko Hidraulik Pembangunan Sungai (Edisi Kedua). Magister
Teknik Program Pascasarjana. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Maryono A. 2008. Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Naiman, R.I. Bunn, S.E. Hiwasaki, L. Mc.Clain, E.M. Vorosmarty,C.J.
Zalewski.M. 2007. The Science of Flow Ecology Relationship. Clanfying Key
Terms and Concepts. Paper Presented at the Earth System Science Partnership
Open Science Conference, Beijing.
Pertiwi N, Sapei A, Yanuar M JP, Wayan IA. 2011a. Analisis Ekohidrolik dalam
Pengendalian Banjir Studi Kasus di Sungai Lawo Kabupaten Soppeng
Sulawesi Selatan. Jurnal Hidrosfir Indonesia, 6(2): 61-112.
Pertiwi N, Sapei A, Yanuar M JP, Wayan IA. 2011b. Penggunaan Konsep
Ekohidrolik Sebagai Upaya Pengendalian Bencana Wilayah Pemukiman Pada
Bantaran Sungai Lawo Kabupaten Soppeng. Jurnal Forum Bangunan, 9(1):
26-33.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 47 Tahun 1997 (47/1997)
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
24
LAMPIRAN
25
0.76
0.75
0.74
Tinggi muka air (m)
1.48
1.44
Tinggi muka air (m)
y = -0.0003x + 1.4356
1.4 R² = 0.9136
1.36 Q 25 Th
1.32
1.28
1.24
1.2
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.78
y = -0.0004x + 2.7514
2.74
Tinggi muka air (m)
R² = 0.7402
2.7
2.66
Q 50 Th
2.62
2.58
2.54
2.5
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
26
Lampiran 1. Lanjutan
1.6
1.56
1.52 y = -0.0003x + 1.5540
Tinggi muka air (m)
1.48 R² = 0.7951
1.44
1.4
1.36 Q 5 Th
1.32
1.28
1.24
1.2
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.92
2.84
Tinggi muka air (m)
2.76
2.68 y = -0,00036x + 2,51484
2.6 R² = 0,53341
2.52
2.44 Q 25 Th
2.36
2.28
2.2
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
4
3.92
Tinggi muka air (m)
3.84
3.76 y = -0,0004x + 3,56673
3.68 R² = 0,56017
3.6
3.52 Q 50 Th
3.44
3.36
3.28
3.2
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
27
Lampiran 1. Lanjutan
1.6
1.55
y = -0.0002x + 1.4644
Tinggi muka air (m)
1.5 R² = 0.8386
1.45
1.4
Q 5 Th
1.35
1.3
1.25
1.2
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.78
2.74
Tinggi muka air (m)
3.7
3.68
3.66
Tinggi muka air (m)
0.98
0.94
Tinggi muka air (m)
y = -0.0002x + 0.8437
0.90 R² = 0.5495
0.86
0.82 Q 5 Th
0.78
0.74
0.70
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.32
R² = 0,9044
2.28
2.26
Q 25 Th
2.24
2.22
2.20
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.72
2.70
y = -0.0005x + 2.7364
2.68
Tinggi muka air (m)
R² = 0.9191
2.66
2.64
2.62
2.60
2.58 Q 50 Th
2.56
2.54
2.52
2.50
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
29
Lampiran 2. Lanjutan
0.90
0.75 Q 5 Th
0.70
0.65
0.60
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
2.35
y = -0,0003x + 2,3466
2.30 R² = 0,9340
Tinggi muka air (m)
2.25
2.20
Q 25 Th
2.15
2.10
2.05
2.00
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
3.20
3.00
2.80 Q 50 Th
2.60
2.40
2.20
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
30
Lampiran 2. Lanjutan
1.75
1.70 y = -0,00047x + 1,72797
Tinggi muka air (m)
R² = 0,94593
1.65
1.60
Q 5 Th
1.55
1.50
1.45
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
3.10
y = -0,00057x + 3,03969
3.00 R² = 0,86907
Tinggi muka air (m)
2.90
2.80
Q 20 Th
2.70
2.60
2.50
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
3.55
3.50
Tinggi muka air (m)
y = -0.00059x + 3.56843
3.45 R² = 0.76483
3.40
Q 50 Th
3.35
3.30
3.25
0 100 200 300 400 500
Jarak (m)
31
RIWAYAT HIDUP