ABSTRAK
FANDRI CAHYA OKYAWAN. Kaji Ulang Rancangan Hidrolika Saluran
Drainase Di Lahan Pertanian Beririgasi. Dibimbing oleh PRASTOWO.
Kata kunci : debit rencana, rancangan hidrolika, saluran drainase, saluran kolektor
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh,
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
xiv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2017 ini adalah Kaji Ulang
Rancangan Hidrolika Saluran Drainase Di Lahan Pertanian Beririgasi.
Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam membantu secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada :
1. Dr. Ir. Prastowo, M.Eng sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penelitian dan penulisan karya ilmiah.
2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA dan IbuTitiek Ujianti, S.T, M.T sebagai
dosen penguji skripsi yang telah membantu dalam proses perbaikan skripsi.
3. Orang tua dan keluarga besar yang telah mendoakan, mendukung dan selalu
memberikan kasih sayang selama ini.
4. Poppy Damayanti yang telah membantu, mendoakan, memotivasi dan selalu
memberikan kasih sayang selama ini.
5. Tulus Sapto Aji,M idham Gembong, Ahmadi Syukra Murdy sebagai teman
seperjuangan yang telah memberikan kritik dan saran.
6. Mahasiswa di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 50 atas
dukungan dan semangat serta saran yang diberikan.
Disadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak sekali kekurangannya,
sehingga kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk perbaikan karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analasis Hidrologi
Hidrologi (Suripin, 2004). Air menguap dari permukaan bumi akibat energi panas
matahari dan akan kembali sebagai presipitasi yang jatuh di samudra, di darat, dan
ada pula sebagian yang langsung menguap kembali sebelum mencapai permukaan
bumi. Presipitasi yang jatuh di daratan sebagian akan menjadi limpasan dan
mengalir menuju sungai melalui saluran-saluran. Dalam kaitan dengan
perencanaan drainase, komponen yang terpenting adalah aliran permukaan. Oleh
karena itu, komponen ini perlu diamati dan dianalisis dengan baik untuk
menghindari berbagai bencana, khususnya bencana banjir.
Suripin (2004) mengatakan bahwa analisis dan desain hidrologi tidak hanya
memerlukan volume atau ketinggian hujan, tetapi juga distribusi hujan terhadap
tempat dan waktu.Distribusi hujan terhadap waktu disebut hyetograph. Analisis
frekuensi merupakaan pendugaan dalam arti probabilitas untuk terjadinya suatu
peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana.Hujan rencana merupakan hujan
dengan kemungkinan tinggi untuk terjadi pada kala ulang tertentu. Menurut
Suripin (2004) untuk analisis frekuensi, terdapat empat macam metode statistic
berupa distribusi frekuensi yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal,
Distribusi Log Person Tipe III dan Distribusi Gumbel.
Pengelolaan data hujan secara statistik dilakukan untuk mendapatkan curah
hujan ekstrim, yaitu angka perkiraan hujan harian maksimum yang dianggap
terjadi satu kali dalam periode ulang (return period) yang telah direncanakan.
Periode ulang hujan (PUH) adalah interval waktu rata-rata dimana suatu peristiwa
hujan akan terjadi disamai atau dilampaui satu kali setiap tahun dalam periode
ulangnya (Zakaria 2013). Untuk analisis data hujan untuk menentukan curah
hujan ekstrim pada periode tertentu digunakan plotting position Weibul seperti
pada persamaan (1) (Kirpich 1940).
T= .....................................................................(1)
Keterangan :
T = Periode ulang
N = Jumlah tahun pengamatan
M = Nomor urut data
Dalam melakukan perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel,
untuk masa ulang T didasarkan atas karakteristik dari penyebaran (distribusi).
Nilai curah hujan rencana dihitung dengan menggunakan persamaan (2) (Kirpich
1940)
XT = X + K.Sd............................................(2)
Keterangan :
XT = Curah hujan rencana (mm/hari)
X = Curah hujan maksimum rata-rata (mm/hari)
Sd = Standar deviasi nilai variat
K = Faktor probabilitas
Nilai rata-rata curah hujan maksimum digunakan untuk mengetahui besaran
nilai yang mewakili keseluruhan penyebaran data. Nilai rata-rata curah hujan
dihitung dengan persamaan (3) (Kirpich 1940).
4
∑
X= .................................................................(3)
Keterangan :
X = Curah hujan maksimum rata-rata (mm/hari)
Xi = Nilai data hujan maksimum yang terjadi
∑Xi = jumlah tinggi hujan harian maksimum selama n tahun
n = tahun pencatatan data hujan
Apabila penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka nilai
standar deviasi (Sd) akan besar, akan tetapi apabila penyebaran data sangat kecil
terhadap nilai rata-rata, maka Sd akan kecil.Selain itu, Kirpich (1940) dalam
Suripin (2004) juga menyatakan waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang
diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke
tempat keluarnya aliran air (outlet) dalam suatu DTA (titik kontrol). Diasumsikan
bahwa jika lamanya waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi maka setiap
bagian lahan DTA keseluruhan telah menyumbangkan aliran (debit puncak)
terhadap titik kontrol.Standar deviasi dihitung denganpersamaan (4). Faktor
probabilitas (K) didapat melalui persamaan (5)(Kirpich 1940).
∑ -X
Sd = √ ................................................................(4)
-
-
K= ........................................................................(5)
∑ -X
Cs = .( ...................................................... (7)
- ) -
-X
5
∑ -X
Ck = .( ...............................................(8)
- ) - -
-X
Debit Limpasan
Q = 0.278 C I A...................................................(9)
dimana Q adalah debit limpasan (m3/det), I adalah intensitas hujan dalam
durasi lamanya waktu hujan (mm/jam), C adalah koefisien limpasan, dan A
adalah luas area (ha). Nilai koefisien limpasan tentunya berbeda beda setiap
6
pengunaan lahannya seperti yang terdapat pada Tabel 1 (Scwab et all 1981). Nilai
macam-macam koefisien limpasan (C) dapat dilihat pada Lampiran 2, Lampiran
3, dan Lampiran 4.
4 4 2/3
I= .......................................................................(10)
4 t
dimana I adalah intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam), R24 adalah
hujan rencana dalam satu hari (mm), dan t adalah lamanya waktu hujan (jam).
Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) juga menyatakan waktukonsentrasi (tc)
adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik
7
terjauh sampai ke tempat keluarnya aliran air (outlet) dalam suatu DTA (titik
kontrol). Diasumsikan bahwa jika lamanya waktu hujan sama dengan waktu
konsentrasi maka setiap bagian lahan DTA keseluruhan telah menyumbangkan
aliran (debit puncak) terhadap titik kontrol. Pada daerah perkotaan seperti
perumahan, lahan area DTA yang dimaksud sebagai muka aspal dijalanan atau
genting rumah sebagai lahan permukaan terbangun (Wijaya 2004). Waktu
konsentrasi dihitung dengan persamaan(11) dan (12) (Feyen1980; Dhakal et al.
2012).
.
.
tc = ( 1 s
) ...........................................................(11)
tc = to + td……………………………………………(1 )
Keterangan :
Tc = waktu konsentrasi (menit)
L = panjang lintasan air hujan dari titik terjauh sampai ke outlet (m)
S = kemiringan saluran
To = waktu pengaliran air pada saluran (menit)
Td = waktu pengaliran air pada saluran (menit)
Perhitungan nilai (tc) berbeda-beda yaitu nilai tc pada saluran dan tc untuk
air limpasan pada permukaan tanah. Nilai waktu konsentrasi (tc) pada saluran
dihitung dengan menggunakan persamaan (11), sedangkan nilai tc untuk
permukaan tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (12).
Debit limpasan berhubungan dengan dimensi saluran (Suripin 2004).
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit yang harus ditampungoleh
saluran (Qs dalam m3/det) yang harus lebih besar atau sama dengan debit rencana
yang diakibatkan oleh hujan rencana (Qt dalam m3/det) (Wijaya 2014). Faktor
luas, pengaruh stasiun untuk menentukan curah hujan rata-rata, penentuan hujan
jam-jaman, penentuan koefisien pengaliran, perbedaan pengambilan data antara
curah hujan maksimum dan debit langsung maksimum, adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi sehingga memberikan nilai debit rencana yang besar (Rapar
et al 2014).
Qs ≥ Qt.............................................................(13)
⁄
Q= √ .....................................................(14)
Dimana Q adalah debit air di saluran (m3/det), g adalah percepatan gravitasi (9,8
m/det2), dan Cd adalah koefisien debit yang merupakan fungsi dari H dan sifat
fluida. Umumnya Cd sebesar 0,592 sehingga :
⁄
Q = 1,398 ....................................................(15)
8
⁄
Q = 0,014 …………………………..(16)
V = c x ......................................................(17)
Q = ...........................................................(18)
alamiah. Pola drainase pada parallel grid system (Gambar 3) banyak diterapkan
pada wilayah perumahan atau komplek pemukiman.
Q q ……………………………………(19)
dimana Q adalah debit limpasan lahan (m3/det), A adalah luas area lahan drainase
10
pada titik yang dihitung (ha), dan q adalah nilai koefisien drainase yang
didefenisikan sebagai desain spesifik/unit limpasan (m3/det.ha).
Nilai koefisien drainase untuk drainase lapang dan drainase utama sering
direncanakan dengan frekuensi yang berbeda. Pengaruh perbedaan ini
menunjukkan bahwa koefisien drainase untuk drainase utama secara normal
berbeda dengan desain debit rancangan untuk drainase lapang. Penentuan
koefisien drainase dan dimensi saluran drainase menggunakan beberapa parameter
seperti debit limpasan, debit rencana dan debit saluran. Penentuan koefisien
drainase dilakukan untuk menentukan kelayakan laju pengaliran rata-rata air lebih
yang dapat dipindahkan oleh sistem drainase ke muka air yang lebih rendah
setelah jenuh selama 24 jam dengan satuan volume per waktu di setiap luasan
(m3/det.ha). Koefisien drainase dipengaruhi oleh sifat hujan, topografi, sifat tanah,
serta kondisi hidrologi permukaan dan bawah permukaan.
As = ..............................................................(21)
Keterangan:
R = Jari-jari hidrolik (m)
n = Koefisien kekasaran Manning
Vmax = Kecepatan maksimum yang diizinkan (m/det)
As = Luas penampang basah saluran (m2)
S = Gradien hidrolik saluran
Kemudian, keliling basah saluran dapat diketahui setelah nilai jari-jari
hidrolik dan luas penampang basah saluran diperoleh. Persamaan untuk penentuan
nilai keliling basah saluran adalah persamaan (22) (Chow 1992).
11
P= .....................................................................(22)
Setelah nilai luas penampang basah dan keliling basah saluran diperoleh,
nilai kedalaman aliran selanjutnya ditentukan. Persamaan untuk menentukan nilai
kedalaman aliran adalah persamaan (23) (Chow 1992).
As = (B + zy) y...........................................(22)
Keterangan:
z = Kemiringan talud
y = Kedalaman aliran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
METODOLOGI PENELITIAN
Peralatan yang digunakan antara lain meteran, bak ukur, sekat ukur,
stopwach, alat tulis, danseperangkatkomputer. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan data curah hujan pengukuran, dimensi saluran, data curah hujan
harian maksimum 10 tahun yang didapat melalui BMKG, peta siteplandan peta
topografi.
Prosedur Penelitian
Pengukuran CH
Pengumpulan Pengumpulan Harian Maksimum
Pengukuran
Peta Topografi Data CH harian dan Debit saluran
Dimensi saluran
Maksimum
Koefisien
Drainase (q)
Kedalaman Tidak
saluran,kedalam
an aliran, dan
Desain Ulang
lebar dasar Dimensi Saluran
saluran
Ya
Aa
Selesai
Pola jaringan drainase dibagi menjadi dua tipe yaitu natural grid system dan
parrarel grid system. Penentuan bentuk sistem (pola jaringan) drainase tersebut
didasarkan pada kemiringan lahan di saluran kolektor yang mengumpulkan air
dari saluran lapangan (field drain) dan membawanya ke saluran utama untuk
dibuang ke sungai (Feyen 1980). Berdasarkan hasil tracing saluran, lahan
pertanian ini memiliki pola jaringan drainase natural grid system seperti pada
Gambar 2. Penentuan pola aliran drainase tipe natural system karena sebagian
besar saluran drainase berbentuk saluran lapangan (field drain), sehingga air
limpasan langsung dibuang ke sungai melalui saluran lapangan dan sebagian
melalui saluran kolektor. Semua saluran lapangan dapat menampung debit
maksimum dan air limpasan tidak pernah meluap. Air limpasan pada saluran
lapangan (field drain) 6 sering meluap, dikarenakan debit yang terlalu besar serta
kapasitas saluran yang kecil, yaitu dengan lebar dasar saluran sebesar 0.25 m dan
kedalaman saluran sebesar 0.17 m, dimensi saluran lapangan 6 dapat dilihat pada
Lampiran 10. Menurut Dep PU (1986), nilai dimensi yang optimal untuk saluran
persegi adalah lebar dasar saluran sebesar 0.4 m dan kedalaman saluran 0.8 m.
Perlu adanya penambahan kapasitas saluran dengan cara pendalaman saluran dan
pelebaran saluran pada saluran lapangan (field drain) 6.
Hidrograf Saluran
Berdasarkan hasil pengukuran debit dilapangan, intensitas hujan
mempengaruhi debit limpasan pada saluran. Seiring terjadinya peningkatan
intensitas hujan maka akan terjadi pula peningkatan debit puncak dan waktu
puncak yang lebih pendek (Froehlich 1990). Pengukuran dilakukan di saluran
kolektor 1 dengan menggunakan alat ukur hujan dan sekat ukur untuk mengukur
debit. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data yang
valid. Seharusnya pengukuran dilakukanpada bulan November sampai dengan
bulan Desember karena pada bulan tersebut curah hujan relatif tinggi. Mengingat
waktu yang terbatas pada saat penelitian, pengukuran dilakukan pada bulan Juli
dan Agustus. Hasil pengukuran curah hujan, dan debit saluran kolektor 1 tersaji
pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9.
Tabel 7 Hasil pengukuran curah hujan dan debit saluran pada 25 Juli 2017
Menit Curah Hujan Debit Menit Curah Hujan Debit
3
ke- (mm) (m /detik) ke- (mm) (m3/detik)
0 0 0.002 60 0.2 0.026
5 0.1 0.002 65 - 0.024
10 0.2 0.006 70 - 0.021
15 0.3 0.009 75 - 0.021
20 0.6 0.014 80 - 0.019
25 0.8 0.028 85 - 0.016
30 0.6 0.036 90 - 0.014
35 0.2 0.042 95 - 0.011
40 0.2 0.035 100 - 0.006
45 0.2 0.032 105 - 0.005
50 0.2 0.032 110 - 0.002
55 0.2 0.026 115 - 0.002
21
Tabel 8 Hasil pengukuran curah hujan dan debit saluran pada 29 Juli 2017
Menit Curahujan Debit Menit Curahujan Debit
ke- (mm) (m3/detik) ke- (mm) (m3/detik)
0 0 0.002 45 0.3 0.042
5 0.2 0.002 50 0.1 0.032
10 0.8 0.009 55 0.1 0.031
15 0.2 0.018 60 0.1 0.028
20 0.6 0.026 65 - 0.026
25 1.0 0.046 70 - 0.025
30 1.2 0.068 75 - 0.016
35 0.6 0.095 80 - 0.009
40 0.3 0.082 85 - 0.002
Tabel 9 Hasil pengukuran curah hujan dan debit saluran pada 9 Agustus 2017
Menit Curah Hujan Debit Menit Curah Hujan Debit
ke- (mm) (m3/detik) ke- (mm) (m3/detik)
0 0 0.002 70 0.5 0.027
5 0.3 0.003 75 0.4 0.026
10 0.3 0.004 80 0.3 0.014
15 0.4 0.008 85 0.1 0.011
20 0.6 0.016 90 0.1 0.01
25 0.8 0.029 95 0.1 0.009
30 1.4 0.045 100 - 0.009
35 1.0 0.057 105 - 0.009
40 0.8 0.048 110 - 0.008
45 0.8 0.031 115 - 0.006
50 1.2 0.038 120 - 0.004
55 0.9 0.047 125 - 0.003
60 0.8 0.034 130 - 0.002
65 0.6 0.032 135 - 0.002
22
Debit puncak saluran kolektor 1 pada kejadian hujan kedua mencapai 0.057
m3/det. Kemudian nilai curah hujan tertinggi yaitu sebesar 1.4 mm pada menit ke-
30. Lama kejadian hujan yaitu selama 95 menit. Nilai debit berbanding lurus
dengan nilai curah hujan. Sehingga jika curah hujan tinggi, maka debit akan
tinggi.
Hidrograf adalah suatu grafik yang menunjukkan keragaman limpasan
(dapat juga muka air, kecepatan, beban sedimen dan lain-lain) dengan waktu.
Hidrograf periode pendek terdiri atas cabang naik puncak/maksimum dan cabang
turun. Dari data pengukuran curah hujan dengan alat ukur hujan yang dibuat
menyerupai ombrometer dan hasil pengukuran debit saluran ketika hujan di
saluran kolektor, dihasilkan hidrograf saluran drainase padasaluran kolektor pada
setiap kejadian hujan. Berdasarkan hasil analisis hidrograf saluran dengan
menggunakan ms. excel, diperoleh hidrograf saluran kolektor 1 untuk setiap waktu
pengukuran yang tersaji pada Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11.
0.08 0
0.5
0.06
0.04 1.5
0.02 2
2.5
2E-17
0 20 40 60 80 100 120 140 3
-0.02 3.5
Waktu
CH Direct runoff
0.2 0
0.5
0.16
Debit (m3/s)
1
Curah Hujan (mm)
0.12 1.5
0.08 2
2.5
0.04
3
0 3.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu
CH Direct runoff
0.1 0
0.08 1
0.04 3
0.02 4
0 5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu
CH Direct runoff
Koefisien Drainase
lahan. Nilai koefisien drainase berdasarkan debit limpasan disajikan dalam Tabel
10.
Dimensi Saluran
dapat diproses dari data curah hujan yang terjadi pada masa lampau.Penentuan
hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi data curah hujan harian
maksimum tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun.
Menurut Basuki et al(2009) curah hujan rencana adalah curah hujan harian
maksimum yang mungkin terjadi dalam periode waktu tertentu misal 5 tahunan,
10 tahunan dan seterusnya.
Data curah hujan tersebut digunakan untuk menentukan curah hujan rencana
dalam perencanaan hidrolika. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam
distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yangpaling banyak digunakan
dalam bidang hidrologi yaitu distribusi normal, distribusi log normal, distribusi
Log Person III dan distribusi Gumbel.
Menurut Suripin (2004), ada empat parameter statistik yang berkaitan
dengan analisis data, yaitu: rata-rata, standar deviasi (S), koefisien variasi (Cv),
koefisien kurtosis (Ck) dan koefisien kemiringan (Cs). Nilai S, Cv, Ck, dan Cs
tersaji pada Tabel 12. Analisis parameter statistik dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi yang terbaik antara distribusi Normal dan Log person III.
Nilai analisis probabilitas hujan disajikan pada Tabel 11.
Jenis distribusi yang memenuhi syarat yaitu jenis distribusi Log Pearson
III. Selanjutnya, dilakukan uji kecocokan terhadap distibusi Log Pearson III
dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat ini dimaksudkan untuk
menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat
mewakili distribusi sampel data yang dianalisis. Hasil Uji Chi-Kuadrat dapat
dilihat pada Tabel 14. Uji Chi-Kuadrat memiliki faktor perhitungan seperti derajat
kebebasan (dk) yang digunakan sebesar 2 dan derajat kepercayaan (alpha) sebesar
0.05, sehingga menghasilkan nilai X2cr sebesar 5.991(Tabel 14).
menggunakan persamaan (8). Nilai debit saluran pada setiap catchment area
berbeda-beda dan dapat dilihat pada Lampiran 7, karena nilai koefisien limpasan
(C) yang berbeda pada setiap penggunaan lahan. Nilai C untuk daerah perkebunan
sebesar 0.2, untuk daerah pertanian padi sebesar 0.5, sedangkan untuk daerah
perikanan sebesar 0.3. Nilai debit terbesar adalah pada saluran lapangan 7 yaitu
sebesar 7.9 liter/detik. Nilai debit ini sebagai acuan untuk perancangan saluran
agar saluran dapat menampung debit rencana yang sudah dihitung sebelumnya.
Nilai debit rancangan disajikan pada Tabel 16.
Hasil analisis debit rencana sesuai dengan metode yang diberikan Dinas
Pekerjaan Umum pada tahun 2003 mengenai persamaan kontinuitas. Penanganan
untuk saluran yang kapasitasnya tidak mencukupi antara lain dengan melakukan
normalisasi atau pengerukan sedimen, penambahan tinggi saluran dan pembuatan
saluran baru.
Terdapat 2 saluran kolektor pada lahan pertanian Leuwisadeng. Saluran
kolektor mempunyai debit yang lebih besar dibandingkan dengan saluran
lapangan (field drain).Saluran kolektor 1 mengumpulkan air permukaan dari
Catchment Area sebelah Timur proyek seluas 1.67 ha, sedangkan kolektor 2
mengumpulkan air permukaan dari Catchment Area sebelah Barat proyek seluas
0.87 ha. Perhitungan debit pada saluran kolektor 1 dan kolektor 2 didapatkan dari
penjumlahan beberapa debit rencana saluran lapangan (field drain). Debit rencana
kolektor 1 sebesar 22,2 liter/detik, yang didapatkan dari penjumlahan debit
rencana saluran lapangan 2 dan saluran lapangan 3. Debit saluran kolektor 2
sebesar 11,8 liter/detik, yang diperoleh dari penjumlahan debit rencana saluran
lapangan 7 dan saluran lapangan 8. Gambar skema saluran kolektor dan saluran
lapangan (filed drain) dapat dilihat pada Lampiran 9. Penentuan lebar dasar
saluran (B) dan kedalaman saluran (h) dipengaruhi oleh besarnya debit rencana.
Sementara itu, saluran kolektor 1 memiliki debit rencana sebesar 22.2 liter/detik
dan saluran kolektor 2 memiliki debit rencana sebesar 11.8 liter/detik. Penentuan
nilai B dan h diperoleh dengan menggunakan persamaan manning, sehingga
didapat nilai-nilai seperti pada Tabel 17.
28
Rancangan dimensi untuk saluran kolektor 1 adalah lebar dasar saluran 0.4
m dan kedalaman saluran 0.8 m. Berdasarkan KP-03 dimensi saluran drainase
persegi memiliki lebar dasar saluran 0.4 m dan kedalaman saluran 0.8 m.
Rancangan dimensi untuk saluran kolektor 2 adalah lebar dasar saluran 0.35 m
dan kedalaman saluran 0.7 m. Menurut Feyen (1980), besarnya dimensi
penampang saluran drainase tergantung pada besarnya debit yang dialirkan.
Penentuan rancangan didasarkan pada kecepatan maksimum yang diizinkan dan
kisaran nilai debit yang berhubungan dengan rasio perbandingan B/h yang
disarankan (Dep PU 1986). Nilai rancangan masih mendekati nilai standar acuan
Dep PU (1986), sehingga disimpulkan dimensi yang dirancang sudah sesuai.
Dimensi saluran berdasarkan DepPU(1986) disajikan pada Gambar 12.
800
600
400
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
32
31
Nilai n
No. Tipe saluran dan jenis bahan
minimum Normal Maksimum
1 Tanah, lurus, dan seragam
Bersih baru 0.016 0.018 0.020
Bersih telah melapuk 0.018 0.022 0.025
Berkerikil 0.022 0.025 0.030
Berumput pendek, sedikit tanaman 0.022 0.027 0.033
pengganggu
2 Saluran dalam
Bersih lurus 0.025 0.030 0.033
Bersih, berkelok-kelok 0.033 0.040 0.045
Banyak tanaman pengganggu 0.050 0.070 0.080
Dataran banjir berumput 0.025 0.030 0.035
pendek – tinggi
Saluran di belukar 0.035 0.050 0.070
3 Beton
Gorong gorong lurus dan bebas dari kotoran 0.010 0.011 0.013
Gorong – gorong dengan lengkungan dan
sedikit kotoran/gangguan 0.011 0.013 0.014
Beton dipoles
Saluran pembuang dengan bak control
0.011 0.012 0.014
0.013 0.015 0.017
Sumber : Chow (1964)
31
33
2 Pemukiman :
4 Industri :
11 Bata :
.
.
tc = ( )
1 s
.
. 1
tc = (1 )
. 1
tc = 9.2 menit
I = 121.608mm/9.2 menit
= 9.8 mm/jam
2
Lampiran 7 Catchment Area
36
CM
Lampiran 8 Arah Aliran Drainase 37
CM
Lampiran 9 Skema aliran drainase 38
Lampiran 10 Potongan A-A dan Potongan B-B Saluran 6 39
CM
40
RIWAYAT HIDUP