i
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
iii
ABSTRAK
YONATHAN SUGIARTO MARTONO. Perencanaan Sistem Penyaluran Air
Limbah Domestik Kota Bekasi. Dibimbing oleh ALLEN KURNIAWAN dan
NORA H. PANDJAITAN.
Sistem penyaluran air limbah domestik merupakan salah satu bagian penting
pada prasarana suatu kota agar dapat mencegah pencemaran lingkungan. Tujuan
penelitian ini adalah merancang sistem penyaluran air limbah domestik menuju
lokasi rencana instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan tangki septik komunal
(TSK) Kota Bekasi. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data sekunder
yang diperoleh dari instansi terkait, studi pustaka, dan hasil penelitian sebelumnya.
Metode yang digunakan adalah pengolahan air limbah sistem tertutup. Dari hasil
analisis di wilayah Utara Bekasi akan digunakan IPAL dan di wilayah Selatan
Bekasi akan digunakan TSK. Sistem penyaluran air limbah domestik Kota Bekasi
menuju IPAL telah didesain untuk melayani 292 blok. Sistem ini membutuhkan 4
unit IPAL yang dilengkapi dengan pompa sebanyak 16-24 buah untuk masing
masing IPAL dan 3 buah drop manhole. Sistem penyaluran air limbah domestik
menuju TSK didesain untuk melayani 43 blok. Sistem ini membutuhkan 5 unit
TSK yang dilengkapi dengan pompa sebanyak 2-5 buah untuk masing-masing
TSK dan 5 buah drop manhole.
Kata Kunci: air limbah domestik, debit, instalasi pengolahan air limbah, manhole,
tangki septik komunal.
ABSTRACT
iv
PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN
AIR LIMBAH DOMESTIK KOTA BEKASI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
vi
Bekasi
Judul Skripsi: Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Kota
Nama : Yonathan Sugiarto Marlono NIM : F44100034
Disetuiui oleh
l- /l^*- \
Allen Kumiawan" S.T." M.T. -
Pembimbing 1
:
eknik Sipil dan
Lingkungan
Lulus:
ranggal 2 A FEB Z01S
hui oleh
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
Nya sehingga laporan penelitian dengan judul Perencanaan Sistem Penyaluran
Air Limbah Domestik Kota Bekasi dapat diselesaikan. Laporan penelitian ini
merupakan salah satu syarat kelulusan dari program sarjana di Departemen Teknik
Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Bapak Allen Kurniawan, S.T., M.T. serta Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2. Bapak Chusnul Arif selau dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan untuk penyempurnaan laporan penelitian ini.
3. Papa, Mama, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa untuk
kelancaran pelaksanaan rangkaian penelitian.
4. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan penelitian ini.
Diharapkan kritik dan saran terhadap isi laporan penelitian ini guna meningkatkan
kualitas penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat diterima dan digunakan
serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x DAFTAR
SIMBOL xi PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian
2 Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2 Air Limbah Domestik 2 Sistem Penyaluran Air Limbah
4
METODE PENELITIAN 8 Waktu dan Tempat 8 Alat dan Bahan 8 Pengumpulan
dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Kondisi Umum Wilayah Studi 12 Kebutuhan
Air Bersih 12 Debit dan Sistem Penyaluran Air Limbah 17 Penanaman Pipa
dan Daya Pompa 22 Dimensi Manhole dan Drop Manhole 24
SIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 53
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik design of main sewers 10 Gambar 2 Diagram alir penelitian
11 Gambar 3 Drop manhole 24 Gambar 4 Lubang inlet dan outlet drop
manhole 25
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 16 Penampang memanjang jalur perpipaan 51
DAFTAR SIMBOL
Ag = luas penampang basah saluran pada saat kedalaman minimum (m2) Amin =
luas penampang basah saluran pada saat debit minimum (m2) Cr = koefisien
inflitrasi (0.1 – 0.3)
���� = tinggi muka air saat penggelontoran (mm)
̅̅
= 2/5 × dg
����
dmin = tinggi muka air minimum (mm)
̅̅
̅
= kedalaman titik berat air pada saat kedalaman minimum (mm)
��������
D = diameter saluran (mm)
Dhitung = diameter saluran hasil perhitungan (mm)
Do = diameter saluran air limbah (m)
Du = diameter outlet (m)
e = bilangan pokok sistem logaritma natural (2.71)
EDS(us) = elevasi dasar saluran di node n (m)
EDS(ds) = elevasi dasar saluran di node n+1 (m)
ET(us) = elevasi tanah di node n (m)
ET(ds) = elevasi tanah di node n+1 (m)
fhm = faktor harian maksimum
fjp = faktor jam puncak
Fo = bilangan Froude
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
ho = kedalaman aliran (m)
Hl = kehilangan energi (headloss) (m)
KG(us) = kedalaman galian di node n (m)
KG(ds) = kedalaman galian di node n+1 (m)
L = panjang pipa (m)
n = jumlah node pada suatu sistem penyaluran air limbah n =
koefisien kekasaran Manning
P = daya pompa (watt)
Po = penduduk pada tahun dasar (jiwa)
Pn = penduduk pada tahun n (jiwa)
Pt = penduduk pada tahun proyeksi t (jiwa)
PE = populasi ekivalen
qinf = 1-3 l/dt/1000 m panjang pipa
qN = debit relatif
Qab = debit air limbah (m3/dt)
Qfull = debit penuh air limbah (m3/dt)
Qfull awal = debit aliran penuh awal (m3/dt)
Qg = debit penggelontoran (m3/dt)
Qinf = debit infiltrasi (m3/dt)
Qinf saluran = debit infiltrasi ke saluran (m3/dt)
Qinf surface = debit infiltrasi dari permukaan (m3/dt)
Qjp = debit jam puncak (m3/dt)
xi
3
Qmaks = debit air limbah maksimum (m /dt)
Qmin = debit air limbah minimum (m3/dt)
Qpeak = debit puncak air limbah (m3/dt)
Qr = debit rata-rata (m3/dt)
Qr ab = debit air limbah rata-rata (m3/dt)
r = angka pertumbuhan penduduk (%)
R = jari-jari hidrolis (mm)
S = kemiringan pipa atau saluran (%)
t = periode proyeksi (tahun)
T = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar (tahun) vfull =
kecepatan aliran penuh (diasumsikan) (m/dt)
vmin = kecepatan aliran minimum (m/dt)
vmin/vfull = diperoleh dari grafik design of main sewers (m/dt)
vpeak = kecepatan aliran puncak (m/dt)
vw = kecepatan aliran penghantar (m/dt)
yo = perbandingan tinggi muka air outlet dengan kedalaman outlet (m) yN =
rasio pengisian (ho/Do)
β = rata-rata pertambahan penduduk (jiwa)
ρ = massa jenis air
xii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagian air akan terbuang menjadi air limbah setelah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Agar kebersihan lingkungan terjaga, air
limbah dari daerah permukiman dialirkan dan dikumpulkan melalui sistem
penyaluran dan pengolahan. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 20
tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap
orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan
persyaratan memenuhi baku mutu lingkungan hidup serta mendapat izin dari
Menteri, Gubernur, Bupati atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Air
limbah dengan kualitas tidak memenuhi persyaratan baku mutu harus dialirkan
menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Air limbah merupakan cairan buangan dari rumah tangga, industri, maupun
tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan-bahan berbahaya bagi
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Tchobanoglous dalam Supradarta 2005). Air limbah domestik terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu black water dan grey water. Air limbah dari buangan
tubuh manusia seperti tinja dan urine disebut black water, sedangkan air limbah
berupa bahan organik dari buangan dapur dan kamar mandi disebut gray water
(Veenstra dalam Supradarta 2005). Sistem pengolahan air limbah masih belum
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat di kota sebagian besar
menggunakan tangki septik (septic tank) sebagai sarana pengolahan air limbah.
Perbedaan tingkat pendapatan merupakan faktor yang berpengaruh pada
kemampuan masyarakat untuk memperoleh tingkat sanitasi memadai. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat karena air limbah merupakan media
pembawa berbagai jenis penyakit. Selain itu, air limbah juga dapat merusak
kelestarian lingkungan.
Wilayah Kota Bekasi dialiri tiga sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai
Bekasi, dan Sungai Sunter. Kondisi air permukaan Sungai Bekasi saat ini tercemar
oleh air limbah. Pencemaran air didefinisikan sebagai pembuangan substansi
dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau, rasa, serta
menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin dalam Sasongko 2006). Sehubungan
dengan kondisi tersebut, setiap kota harus memiliki sistem penyaluran dan
pengolahan air limbah yang memadai. Sistem ini akan mempermudah penyaluran
air limbah sehingga tingkat kesehatan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Sistem penyaluran air bekas cuci (gray water) Kota Bekasi tercampur
dengan air hujan di saluran drainase untuk dialirkan menuju badan air. Menurut
Veenstra dalam Supradarta (2005), air limbah domestik jenis gray water tanpa
diolah terlebih dahulu memiliki nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD5)
sebesar 110-400 mg/L, Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 150-600 mg/L,
Total Suspended Solid (TSS) sebesar 350-750 mg/L, serta tidak mengandung
bahan berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia toksik. Menurut Sundstrom
dan Klei dalam Sugiharto (1987), konsentrasi rata-rata gray water untuk
parameter
2
BOD5 sebesar 250 mg/L, COD sebesar 500 mg/L, dan TSS sebesar 500 mg/L.
Selain itu, penanganan air bekas kakus dan tinja (black water) masih dilakukan
secara on site (setempat). Sistem penyaluran air limbah diperlukan untuk
mengurangi pencemaran badan air di Kota Bekasi.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
��(11)
4
5
�� = 0.25 × �� (12)
Keterangan:
Dhitung = diameter saluran hasil perhitungan (mm)
Qfull awal = debit aliran penuh awal (m3/dt)
vfull = kecepatan aliran penuh (diasumsikan) (m/dt)
R = jari-jari hidrolis (mm)
D = diameter saluran (mm)
Kemiringan pipa (slope pipa) juga merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi nilai vfull. Kemiringan pipa minimal diperlukan agar kecepatan
pengaliran minimal diperoleh dengan daya pembilasan sendiri (tractive force) guna
mengurangi gangguan endapan di dasar pipa. Nilai kemiringan pipa dapat berupa
asumsi dengan syarat nilai vfull tidak kurang dari 0.6 m/dt dan tidak lebih dari 3
m/dt (Tchobanoglous dalam Prameswari 2014). Kecepatan aliran penuh (vfull)
merupakan kecepatan aliran air limbah pada saat pipa dalam keadaan penuh.
Kecepatan aliran penuh dihitung dengan persamaan Manning (persamaan 13), dan
kecepatan aliran puncak (vpeak) dihitung dengan persamaan 14.
1
���������� = ��× ��23 × ��12 (13) ���������� = (����������
���������� ) × ���������� (14)
Keterangan:
S = kemiringan pipa atau saluran (%)
n = koefisien kekasaran Manning
vpeak = kecepatan aliran puncak (m/dt)
Debit penuh air limbah (Qfull) merupakan debit air limbah pada saat pipa
dalam keadaan penuh. Debit penuh air limbah dihasilkan melalui persamaan 15.
Nilai Qfull tersebut akan digunakan untuk perhitungan-perhitungan selanjutnya.
Selain itu perlu dihitung nilai tinggi muka air minimum (dmin) dan kecepatan aliran
minimum (vmin). Hal itu dilakukan agar kebutuhan penggunaan penggelontoran
dapat diketahui pada satu sistem penyaluran air limbah. Tinggi muka air minimum
dihitung dengan persamaan 16.
1
���������� = 4× �� × ��2 × ���������� (15) �������� =
(��������
�������� = (��������
����������) × ���������� (17)
Penggelontoran perlu dilakukan apabila tinggi muka air (dmin) kurang dari
100 mm dan kecepatan aliran minimum kurang dari 0.6 m/dt (Mc Ghee 1991).
Penggelontoran merupakan penambahan sejumlah air hingga debit tertentu. Hal ini
diperlukan bila kecepatan pembersihan tidak tercapai karena debit aliran yang
terlalu kecil. Perhitungan debit penggelontoran dilakukan pada node yang
memiliki tinggi muka air minimum dan kecepatan aliran minimum kecil. Debit
penggelontoran dihasilkan melalui persamaan 18 dan Kecepatan aliran penghantar
(vw) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 19 (McGhee 1991).
���� = ���� × (���� − ��������) (18) ���� = ��������
+ ̅̅
√��(����. ����) − (��������. ��������
����))
Keterangan:
̅
̅̅
̅
)
6
7
�� =�� × �� × �� × ����
��(22)
Keterangan:
P = daya pompa (watt)
ρ = massa jenis air
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
Q = debit air limbah (m3/dt)
η = efisiensi pompa
Hl = kehilangan energi (headloss) (m)
Keterangan:
���� = ( �� 1.85
2.63 × �� (23)
0.2875 × �� × �� )
���� =��
(�� × ���� × ℎ��4)12(24)
Keterangan:
Fo = bilangan Froud
Q = debit aliran air limbah (m3/dt)
Do = diameter saluran air limbah (m)
ho = kedalaman aliran (m)
���� = 0.926 × [1 − (1 − 3.11 × ����)12]12 (25)
Keterangan:
yN = rasio pengisian (ho/Do)
qN = debit relatif
8
Debit relatif (qN) diperoleh dari persamaan 26, sedangkan kedalaman aliran
outlet (ho) diperoleh melalui persamaan 27. Perbandingan kedalaman aliran outlet
dengan diameter outlet (yo) dihitung melalui persamaan 28 (Hager 2010).
���� =�� × ��
(����12 × ����83)(26)
Keterangan:
So = kemiringan saluran (%)
n = koefisien kekasaran Manning
ℎ�� = ���� × ���� (27) Keterangan:
ho = kedalaman aliran outlet (m)
Du = diameter outlet (m)
yo = perbandingan kedalaman aliran outlet dengan diameter outlet 1
5
���� = 3× [��
(�� × ����5)12] Waktu dan Tempat
2
(28)
METODE PENELITIAN
Penelitian perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik Kota Bekasi
mengambil lokasi di wilayah administratif Kota Bekasi. Penelitian dilaksanakan
dari bulan April hingga Desember 2014. Pengambilan data dilakukan di seluruh
kelurahan pada setiap kecamatan di Kota Bekasi.
Bahan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa luas wilayah
dan jumlah penduduk setiap kelurahan di Kota Bekasi dari tahun 2010 hingga
2013 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu juga digunakan
peta kontur, serta peta administrasi Kota Bekasi. Pada penelitian ini digunakan
seperangkat komputer dengan aplikasi Ms Office untuk melakukan analisis dan
menyusun laporan serta ArcMap10 untuk membuat blok pelayanan dan jalur
perpipaan.
8
9
10
11
Blok Pelayanan
Jumlah
Penduduk
Peta
Topografi
Persentase
Pelayanan Air Minum
Debit Dimensi Saluran Air Limbah
Air Bersih
Debit
Debit Penggunaan
Penggelontoran
Tidak Pompa
Volume Air
Penggunaan Drop Manhole
Ya
Penanaman Pipa
12
13
luas area blok pelayanan. Hasil perhitungan proyeksi penduduk dapat dilihat
secara lengkap pada Lampiran 1.
sedikit terdapat di Kelurahan Sumur Batu sebanyak dua blok. Meskipun kepadatan
penduduk bukan salah satu yang terbesar, komplek perumahan banyak dijumpai di
Kelurahan Harapan Jaya. Oleh sebab itu, infrastruktur jalan menjadi sangat
komplek. Salah satu faktor dalam penentuan jalur perpipaan adalah infrastruktur
jalan. Hal ini disebabkan karena penentuan jalur perpipaan diusahakan mengikuti
infrastruktur jalan agar relokasi lahan tidak dilakukan. Blok pelayanan paling
sedikit terdapat pada Kelurahan Sumur Batu karena pada kelurahan tersebut
memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu. Ruang terbuka hijau serta
permukiman penduduk (kampung). Pembuatan jalur perpipaan difokuskan untuk
daerah perumahan karena memiliki infrastruktur jalan yang baik. Satu blok
pelayanan terdiri atas satu kelurahan. Namun ada juga blok pelayanan terdiri atas
empat kelurahan seperti di Kecamatan Jatisampurna.
Lokasi IPAL ditentukan untuk perencanaan tujuan akhir jalur perpipaan.
Lokasi IPAL direncanakan sebanyak empat buah di Kelurahan Jati Cempaka, Jaka
Setia, Medan Satria, dan Harapan Baru. Penentuan lokasi IPAL dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain ketersediaan lahan kosong atau ruang terbuka hijau
(RTH), jauh dari pemukiman, dekat dengan badan air penerima, serta elevasi lahan
atau pengaliran diusahakan secara gravitasi dari dataran tinggi menuju dataran
rendah (Ginanjar 2008). Selanjutnya, penentuan lokasi lubang periksa (manhole)
diperlukan untuk pengecekan dan pemeliharaan kondisi jalur perpipaan.
Manhole adalah sarana untuk mempermudah petugas masuk ke dalam jalur
perpipaan guna membersihkan atau memperbaiki bagian dalam saluran. Menurut
Sabouni dan El Naggar (2011), manhole adalah lubang yang memungkinkan
seseorang dapat memperoleh akses untuk menuju struktur bawah tanah seperti
sistem saluran pembuangan. Manhole dapat diletakkan pada persimpangan dan
pembelokkan jalur perpipaan dengan sudut kurang dari 90°, perubahan kemiringan
saluran, arah aliran, dan diameter saluran (DSD 2013). Sebelum dapat menentukan
lokasi manhole, penentuan lokasi node perlu dilakukan. Node merupakan suatu
tempat sebagai acuan penentuan lokasi manhole. Penentuan lokasi node dilakukan
karena dalam penelitian ini, arah aliran, jalur perpipaan, kemiringan, dan diameter
saluran belum diketahui, sehingga syarat penentuan lokasi manhole belum
terpenuhi. Jarak antar node adalah 300 m. Setiap node memiliki jumlah daerah
pelayanan masing-masing. Daerah pelayanan minimum yaitu satu blok, dan daerah
pelayanan maksimum yaitu dua hingga tiga blok.
Lokasi IPAL 1 di Kelurahan Medan Satria terdiri atas 76 blok pelayanan,
meliputi Kelurahan Medan Satria, Pejuang, Kaliabang Tengah, sebagian Kelurahan
Perwira, Harapan Jaya, Kali Baru, Kota Baru, Bintara, dan Kranji. Sistem
penyaluran terdiri atas lima pipa utama dan tujuh pipa cabang. Panjang pipa utama
terjauh hingga ke lokasi IPAL 1 memiliki kisaran 6.9 km. Jumlah node pada jalur
pipa menuju IPAL 1 adalah 84 node. Lokasi IPAL 2 di Kelurahan Harapan Baru
terdiri atas 80 blok pelayanan, meliputi Kelurahan Teluk Pucung, Harapan Baru,
Marga Mulya, Harapan Mulia, Kayuringin Jaya, Marga Jaya, Margahayu, Duren
Jaya, Aren Jaya, Bekasi Jaya, sebagian Kelurahan Jaka Sampurna, Pekayon Jaya,
Kranji dan Perwira. Sistem penyaluran terdiri atas lima pipa utama dan sembilan
pipa cabang. Panjang pipa utama terjauh hingga ke lokasi IPAL 2 memiliki kisaran
9 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju IPAL 2 sebanyak 125 node.
Lokasi IPAL 3 di Kelurahan Jati Rasa terdiri atas 68 blok pelayanan meliputi
Kelurahan Pekayon Jaya, Jaka Mulya, Jaka Setia, Sepanjang Jaya, sebagian
14
15
Kelurahan Jati Kramat, Jati Mekar, Jati Asih, Jati Rasa, Jati Bening, Pengasinan,
Bojong Rawalumbu, Bojong Menteng, dan Margahayu. Empat pipa utama dan
enam pipa cabang dengan panjang pipa utama terjauh hingga ke lokasi IPAL 3
memiliki kisaran 6.5 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju IPAL 3 sebanyak 89
node. Lokasi IPAL 4 di Kelurahan Jati Cempaka terdiri atas 68 blok pelayanan
meliputi Kelurahan Jati Cempaka, Jati Baru, Bintara Jaya, Jati Waringin, Jati
Rahayu, Jati Makmur, sebagian Kelurahan Jati Warna, Jati Melati, Jati Murni, Jati
Mekar, Jati Bening, Jati Kramat, dan Jati Sampurna. Tiga pipa utama dan sembilan
pipa cabang dengan panjang pipa utama terjauh hingga ke lokasi IPAL 4 memiliki
kisaran 13 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju IPAL 4 sebanyak 120 node.
Selain penentuan lokasi IPAL, lokasi Tangki Septik Komunal (TSK) perlu
ditentukan untuk menampung air limbah domestik di daerah yang jauh dari lokasi
IPAL. Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah dan dapat
menampung limbah untuk memungkinkan padatan agar membentuk menjadi
lumpur di bagian bawah tangki (EHS 2006). Menurut Hammid dan Baki (2000),
tangki septik komunal adalah suatu sistem pengolahan air limbah secara
sedimentasi dalam populasi lebih besar. Tangki septik berfungsi untuk
mengendapkan padatan dari air limbah (Andrew 2004).
Lima tangki septik komunal terdapat di Kelurahan Jati Rangga, Jati Mekar,
Mustika Sari, Cimuning, dan Ciketing Gudik. TSK 1 terdiri atas sebelas blok
pelayanan meliputi Kelurahan Jati Karya, Jati Sampurna dan sebagian Kelurahan
Jati Rangga, Jati Raden, Jati Sari dan Jati Ranggon. Terdapat satu pipa utama dan
satu pipa cabang dengan panjang pipa utama hingga ke lokasi TSK 1 memiliki
kisaran 4.9 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju TSK 1 sebanyak 25 node.
TSK 2 terdiri atas 13 blok pelayanan meliputi Kelurahan Jati Luhur dan sebagian
Kelurahan Jati Asih, Jati Mekar, Jati Warna, Jati Murni, Jati Ranggon, Jati Sari dan
Jati Rangga. Terdapat satu pipa utama dan satu pipa cabang dengan panjang pipa
utama hingga ke lokasi TSK 2 memiliki kisaran 2.6 km. Jumlah node pada jalur
pipa menuju TSK 2 sebanyak 18 node.
TSK 3 terdiri atas sebelas blok pelayanan meliputi sebagian Kelurahan
Bojong Rawalumbu, Bojong Menteng, Bantar Gebang, Mustika Sari, Padurenan,
Mustika Jaya, Cimuning. Terdapat satu pipa utama dan satu pipa cabang dengan
panjang pipa utama menuju TSK 3 memiliki kisaran 3.8 km. Jumlah node pada
jalur pipa menuju TSK 3 sebanyak 22 node. TSK 4 terdiri atas enam blok
pelayanan meliputi sebagian Kelurahan Mustika Jaya, Pengasinan, dan Cimuning.
Terdapat satu pipa utama menuju TSK 4 dengan panjang pipa memiliki kisaran
5.4 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju TSK 4 sebanyak 19 node. TSK 5
terdiri atas dua blok pelayanan meliputi sebagian Kelurahan Bantar Gebang,
Cikiwul, Ciketing Gudik, Sumur Batu, dan Padurenan. Terdapat satu pipa utama
dan satu pipa cabang dengan panjang pipa utama menuju TSK 5 memiliki kisaran
1.3 km. Jumlah node pada jalur pipa menuju TSK 5 sebanyak 7 node. Lokasi IPAL
dan TSK, blok pelayanan, serta jalur perpipaan pada masing-masing IPAL dan
TSK disajikan pada Lampiran 2.
Perhitungan kebutuhan air didasarkan pada data yang diperoleh dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Baghasasi Kota Bekasi tahun 2007
hingga 2013. Jumlah pelanggan pada tahun 2007 adalah 66,189 pelanggan,
sedangkan tahun 2013 adalah 87,330 pelanggan. Berdasarkan data tersebut, maka
jumlah pelanggan pada tahun 2025 diperkirakan sebanyak 129,606 pelanggan
16
(35.24%). Sebagian air limbah dihasilkan dari sisa penggunaan air bersih sehingga
kebutuhan air bersih ditentukan berdasarkan standar Ditjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005 tentang Kriteria Perencanaan Air
Bersih.
Setiap manusia membutuhkan air dengan jumlah tertentu. Menurut Susana
dan Eddy (2009), beberapa faktor berpengaruh terhadap penggunaan air, antara
lain faktor kebudayaan, status sosial-ekonomi, standar hidup, kesadaran terhadap
kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, dan biaya pengeluaran untuk air
bersih. Kebutuhan air penduduk dipengaruhi oleh cuaca, standar hidup,
ketersediaan air dan metode distribusi air (Susana dan Eddy 2009). Tabel 2
menunjukan pembagian kota dan kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah
penduduk.
Berdasarkan Tabel 2, Kota Bekasi termasuk ke dalam jenis kota metropolitan
dengan jumlah penduduk melebihi satu juta jiwa sehingga kebutuhan air bersih
terpilih sebesar 190 l/jiwa/hari. Namun, menurut PDAM Tirta Bhagasasi Kota
Bekasi, penggunaan kebutuhan air bersih sebesar 150 l/jiwa/hari. Oleh karena itu,
nilai kebutuhan air bersih terpilih sesuai standar PDAM Tirta Bhagasasi Kota
Bekasi. Kehilangan air pada tahun 2008 adalah sebesar 40%, sedangkan pada
tahun 2013 sebesar 28.03%. Data tersebut menunjukan bahwa kehilangan air
setiap tahun berkurang 1.95% sehingga kehilangan air pada tahun 2025
diperkirakan sekitar 5%.
Menurut Ditjen Cipta Karya PU (2005), nilai faktor harian maksimum dan
jam puncak untuk kota metropolitan adalah 1.1 dan 1.5. Nilai faktor harian
maksimum dan jam puncak pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung jumlah
kepadatan penduduk dan jenis aktivitas pada setiap daerah (Jeya 2012). Faktor jam
puncak diperoleh melalui perbandingan debit jam puncak dan debit rata-rata harian
dalam satu minggu, sedangkan faktor harian maksimum diperoleh melalui
perbandingan debit maksimum hari dalam satu minggu dan debit rata-rata harian
dalam satu minggu (Reymond dalam Dewi 2014).
Debit air bersih pada jam puncak (Qjp) diperlukan untuk perhitungan debit
air limbah. Pada IPAL 1, debit air bersih pada jam puncak (Qjp) terbesar terdapat
pada node 46 menuju IPAL 1 yaitu sebesar 0.237 m3/dt, sedangkan Qjp terkecil
terdapat pada node 39 menuju 35 yaitu sebesar 0.0013 m3/dt. Adapun nilai Qjp
rata-rata pada IPAL 1 adalah 0.041 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada IPAL 2 terdapat
pada node 126 menuju IPAL 2 yaitu sebesar 0.169 m3/dt, sedangkan Qjp terkecil
terdapat pada node 91 menuju node 92 yaitu sebesar 0.0015 m3/dt. Kemudian, Qjp
rata-rata pada IPAL 2 adalah 0.025 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada IPAL 3 terdapat
pada node 48 menuju IPAL 3 yaitu sebesar 0.268 m3/dt, sedangkan nilai Qjp
terkecil terdapat pada node 12 menuju node 13 yaitu sebesar 0.0025 m3/dt.
Sehubungan dengan itu, nilai
16
17
Qjp rata-rata pada IPAL 3 adalah 0.053 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada IPAL 4
terdapat pada node 119 menuju IPAL 4 yaitu sebesar 0.26 m3/dt, sedangakan nilai
Qjp terkecil terdapat pada node 34 menuju node 32 yaitu sebesar 0.0027 m3/dt.
Adapun nilai Qjp rata-rata pada IPAL 4 adalah 0.077 m3/dt.
Selanjutnya nilai Qjp terbesar pada TSK 1 terdapat pada node 25 menuju
TSK 1 yaitu sebesar 0.153 m3/dt, sedangkan nilai Qjp terkecil terdapat pada node
18 menuju 19 yaitu sebesar 0.018 m3/dt. Adapun nilai Qjp rata-rata pada TSK 1
adalah 0.077 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada TSK 2 terdapat pada node 18 menuju
TSK 2 yaitu sebesar 0.134 m3/dt, sedangkan nilai Qjp terkecil terdapat pada node
11 menuju node 10 yaitu sebesar 0.014 m3/dt. Kemudian, nilai Qjp rata-rata pada
TSK 2 adalah 0.086 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada TSK 3 terdapat pada node 22
menuju TSK 3 yaitu sebesar 0.182 m3/dt, sedangkan nilai Qjp terkecil terdapat
pada node 16 menuju node 17 yaitu sebesar 0.037 m3/dt. Selanjutnya, nilai Qjp
rata-rata pada TSK 3 adalah 0.089 m3/dt. Nilai Qjp terbesar pada TSK 4 terdapat
pada node 19 menuju TSK 4 yaitu sebesar 0.282 m3/dt, sedangkan nilai Qjp
terkecil terdapat pada node 1 menuju node 2 yaitu sebesar 0.011 m3/dt.
Sehubungan dengan itu, nilai Qjp rata-rata pada TSK 4 adalah 0.088 m3/dt.
Kemudian nilai Qjp terbesar pada pada TSK 5 terdapat pada node 5 menuju TSK 5
yaitu sebesar 0.174 m3/dt, sedangkan nilai Qjp terkecil terdapat pada node 3
menuju node 4 yaitu sebesar 0.050 m3/dt. Selain itu, nilai Qjp rata-rata pada TSK 5
adalah 0.087 m3/dt. Contoh hasil perhitungan kebutuhan air bersih dapat dilihat
pada Lampiran 3.
diperoleh melalui data debit air limbah rata-rata (Qr) dan populasi ekuivalen (PE).
Nilai Qr merupakan 80% dari debit air bersih (Qam).
Menurut SCS (1989), Qpeak adalah aliran saat kedalaman banjir maksimum
mencapai struktur kontrol air sebagai akibat dari hujan lebat (badai). Menurut Irfan
et al (2010), faktor yang mempengaruhi Qpeak antara lain karakteristik hujan (lama,
jumlah, intensitas dan distribusi) serta karakteristik DAS (topografi, penggunaan
lahan). Nilai Qpeak berfungsi dalam menentukan dimensi saluran. Perhitungan debit
puncak dapat diperoleh dari hasil penjumlahan debit air limbah maksimum (Qmaks)
serta debit infiltrasi (Qinf). Nilai Qpeak terbesar mengalir menuju IPAL 1 terdapat
pada node 46 di Kelurahan Medan Satria sebesar 0.237 m3/dt. Selanjutnya, Qpeak
terbesar mengalir menuju IPAL 2 terdapat pada node 126 di Kelurahan Harapan
Baru sebesar 0.267 m3/dt. Nilai Qpeak terbesar mengalir menuju IPAL 3 terdapat
pada node 48 di Kelurahan Jati Rasa sebesar 0.268 m3/dt. Kemudian, Qpeak terbesar
mengalir menuju IPAL 4 terdapat pada node 119 di Kelurahan Jati Cempaka
sebesar 0.260 m3/dt.
Nilai Qpeak terbesar mengalir menuju TSK 1 terdapat pada node 25 di
Kelurahan Jati Mekar, Jati Melati, Jati Luhur, dan Jati Asih sebesar 0.153 m3/dt.
Selanjutnya, Qpeak terbesar mengalir menuju TSK 2 terdapat pada node 18 di
Kelurahan Jati Karya dan Jati Rangga sebesar 0.134 m3/dt. Adapun, Qpeak terbesar
mengalir menuju TSK 3 terdapat pada node 22 di Kelurahan Bojong Menteng,
Mustikasari dan Bojong Rawalumbu sebesar 0.182 m3/dt, sedangkan menuju TSK
4 terdapat pada node 19 di Kelurahan Cimuning dan Padurenan sebesar 0.282
m3/dt. Kemudian, Qpeak terbesar mengalir menuju TSK 5 terdapat pada node 5 di
Kelurahan Ciketing Gudik sebesar 0.174 m3/dt.
Penentuan nilai Qmin dan Qmaks memerlukan nilai PE dan nilai faktor harian
maksimum (fmd). Debit air limbah maksimum (Qmaks) merupakan debit air limbah
pada saat penggunaan air bersih maksimum. Debit infiltrasi (Qinf) merupakan debit
air tambahan yang masuk ke dalam saluran dan berasal dari infiltrasi air tanah serta
resapan air hujan. Menurut Rahmani (2010), debit infiltrasi berasal dari
penambahan dari air tanah dan limpasan air hujan yang masuk melalui retakan
dinding saluran, kebocoran sambungan, pori-pori dinding, dan tutup manhole. Qinf
terdiri atas dua debit berbeda, yaitu debit infiltrasi saluran (Qinf saluran) dan debit
infiltrasi permukaan (Qinf surface). Qinf merupakan penjumlahan dari kedua data
tersebut. Contoh hasil perhitungan debit air limbah dapat dilihat pada Lampiran 4.
Perhitungan dimensi saluran air limbah dilakukan untuk mengetahui
kapasitas saluran, kecepatan aliran penuh akhir (vfull), dan debit aliran penuh akhir
(Qfull akhir). Nilai Qpeak digunakan untuk menghitung debit penuh awal (Qfull awal).
Perhitungan Qfull awal diawali dengan penentuan perbandingan tinggi muka air dan
diameter saluran (d/D). Selanjutnya, perbandingan nilai Qpeak dan Qfull awal
(Qpeak/Qfull) diketahui melalui grafik design of main sewers (Gambar 2). Nilai d/D
digunakan sebesar 0.8 sehingga nilai Qpeak/Qfull digunakan sebesar 0.98. Kemudian,
Qfull awal dihitung dengan menggunakan data tersebut.
Selain nilai Qfull awal, penentuan dimensi saluran memerlukan nilai kecepatan
aliran penuh (vfull) yang diasumsikan. Nilai vfull (asumsi) digunakan sebesar 1 m/dt.
Kecepatan aliran digunakan antara 0.6 m/dt hingga 3 m/dt untuk menjaga kondisi
fisik saluran. Penyumbatan pada saluran terjadi jika vfull (asumsi) di bawah 0.6
m/dt, sedangkan kerusakan pada dinding saluran terjadi jika vfull (asumsi) melebihi
3 m/dt. Setelah nilai Qfull awal dan vfull (asumsi) diketahui, maka nilai diameter
saluran
18
19
(D) dapat dihitung. Nilai D hasil perhitungan tersebut diubah sesuai dengan
diameter pipa di pasaran. Nilai diameter saluran tersebut digunakan untuk
menghitung jari-jari hidrolis (R) yang mempengaruhi perhitungan vfull.
Jari-jari hidrolis adalah perbandingan luas penampang yang dialiri air dengan
keliling basah saluran (Triatmodjo 1995). Selain jari-jari hidrolis, kemiringan
(slope) pipa juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
nilai vfull. Nilai kemiringan pipa dapat berupa asumsi dengan syarat nilai vfull tidak
kurang dari 0.6 m/dt dan tidak lebih dari 3 m/dt (Reinita dan Eddy 2012). Menurut
Erikkson dalam Dewi (2014), kecepatan aliran kurang dari 0.6 m/dt menimbulkan
seimentasi, sedangkan kecepatan aliran melebihi 3 m/dt menyebabkan erosi pada
permukaan saluran. Nilai kemiringan pipa digunakan antara 0.5% hingga 1% (DPU
2011) karena jika kurang dari 0.5% maka vfull tidak mencapai 0.6 m/dt, sebaliknya
jika lebih dari 1% maka nilai vfull melebihi 3 m/dt. Nilai kemiringan diusahakan
sekecil mungkin, tetapi mampu memberikan kecepatan yang diharapkan sehingga
tidak terjadi penyumbatan dan merusak permukaan saluran (Maryanto 2011). Nilai
D, R dan slope terkecil dan terbesar pada masing-masing IPAL serta TSK disajikan
pada Tabel 3.
Setelah nilai kemiringan pipa diketahui maka vfull dapat dihitung. Selain R
dan kemiringan pipa, nilai koefisien kekasaran manning (n) juga diperlukan dalam
perhitungan vfull. Nilai n untuk pipa beton yaitu 0.012 hingga 0.016. Pipa beton
dipilih karena beberapa faktor, antara lain biasa digunakan pada pengaliran
gravitasi maupun bertekanan, memiliki durabilitas baik sehingga lebih ekonomis,
konstruksi kuat, dan dimensi tersedia dalam variasi besar. Nilai n digunakan
sebesar 0.016. Hal ini bertujuan agar tinggi muka air minimum (dmin) yang
diperoleh dapat mencapai 100 mm.
Nama Diameter (D) Jari-jari Hidrolis (R) Kemiringan (S) Min (cm) Maks (cm) Min (cm) Maks
(cm) Min (%) Maks (%) IPAL 1 15 60.0 3.75 15.00 0.5 0.85 IPAL 2 15 60.0 3.75 15.00 0.5
0.85 IPAL 3 15 65.0 3.75 16.30 0.5 0.75 IPAL 4 15 75.0 3.75 18.80 0.5 0.90 TSK 1 20 52.5
5.00 13.10 0.5 0.80 TSK 2 20 52.5 5.00 13.10 0.5 0.75 TSK 3 20 45.0 5.00 11.30 0.5 0.90
TSK 4 20 52.5 5.00 13.10 0.5 0.75 TSK 5 20 37.5 5.00 9.38 0.5 0.90
Kecepatan aliran penuh air limbah (vfull) merupakan kecepatan aliran air
limbah pada saat pipa dalam keadaan penuh. Setelah nilai n ditentukan, maka vfull
dapat dihitung. Debit penuh akhir (Qfull akhir) dapat dihitung setelah nilai vfull
diketahui. Debit penuh air limbah merupakan debit air limbah pada saat pipa dalam
keadaan penuh. Selain vfull, diameter pipa juga diperlukan dalam perhitungan Qfull
akhir. Nilai Qfull akhir harus lebih besar daripada nilai Qfull awal. Nilai maksimum dan
minimum Qfull awal serta vfull pada IPAL dan TSK disajikan pada Tabel 4.
Setelah nilai vfull diketahui dengan menggunakan perbandingan tinggi muka
air dan diameter (d/D) serta grafik design of main sewer, maka nilai kecepatan
aliran puncak (vpeak) dapat dihitung. Sama seperti vfull (asumsi) dan vfull, nilai vpeak
juga harus berada pada rentang 0.6 m/dt dan 3 m/dt. Perhitungan vpeak tersebut
dilakukan
20
dengan cara merubah besar kemiringan pipa hingga nilai vpeak berada direntang
yang telah ditentukan. Contoh hasil perhitungan dimensi saluran air limbah dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 4 Nilai Qfull awal (m3/dt)serta vfull (m/dt) pada IPAL dan TSK
Nama Kecepatan aliran penuh (vfull) Debit penuh (Qfull)
Min Maks Min Maks
IPAL 1 0.6 1.2 0.010 0.353
IPAL 2 0.6 1.2 0.010 0.353
IPAL 3 0.6 1.4 0.010 0.437
IPAL 4 0.6 1.7 0.010 0.729
TSK 1 0.7 1.1 0.023 0.281
TSK 2 0.6 1.1 0.020 0.247
TSK 3 0.6 1.2 0.020 0.186
TSK 4 0.7 1.1 0.023 0.247
TSK 5 0.6 1.0 0.020 0.100
20
21
minimal (vmin) sesuai dengan ketentuan. Perhitungan ini tidak jauh berbeda dengan
perhitungan volume air limbah sebelumnya. Namun, nilai Qmin digunakan setelah
Qmin dijumlahkan dengan Qgelontor. Akan tetapi, tidak semua Qmin harus ditambah
Qgelontor, hanya pada node di hulu sistem perpipaan atau pada node dengan nilai
dmin atau Vmin belum memenuhi persyaratan.
Nilai tinggi muka air minimum (dmin) diperoleh melalui perbandingan debit
minimum dengan debit penuh (Qmin/Qfull) dan grafik design of main sewer. Nilai
dmin terkecil pada pipa menuju IPAL 1 adalah 104 mm, IPAL 2 sebesar 101 mm,
IPAL 3 sebesar 102 mm, dan IPAL 4 sebesar 100 mm. Kemudian, nilai dmin
terkecil pada pipa menuju TSK 1 adalah 102 mm, TSK 2 sebesar 108 mm, TSK 3
sebesar 104 mm, TSK 4 sebesar 115 mm, dan TSK 5 sebesar 107 mm.
Sebaliknya, nilai dmin terbesar pada pipa menuju IPAL 1 adalah 460 mm, IPAL 2
sebesar 460 mm, IPAL 3 sebesar 259 mm, dan IPAL 4 sebesar 581.42 mm.
Kemudian, nilai dmin terbesar pada pipa menuju TSK 1 adalah 260 mm, TSK 2
sebesar 350 mm, TSK 3 sebesar 208 mm, TSK 4 sebesar 254 mm, dan TSK 5
sebesar 231 mm. Data tersebut menunjukkan nilai dmin pada setiap jalur menuju
IPAL maupun TSK telah memenuhi syarat dmin ≥ 100 mm setelah diberikan air
penggelontoran.
Nilai kecepatan minimum (vmin) diperoleh menggunakan perbandingan
tinggi muka air (dmin) dengan diameter saluran (D) dan grafik design of main
sewer. Nilai Vmin terkecil pada pipa menuju IPAL 1 adalah 0.63 m/dt, IPAL 2
sebesar 0.62 m/dt, IPAL 3 sebesar 0.61 m/dt, dan IPAL 4 sebesar 0.63 m/dt.
Kemudian, nilai vmin terkecil pada pipa menuju TSK 1 adalah 0.66 m/dt, TSK 2
sebesar 0.65 m/dt, TSK 3 sebesar 0.65 m/dt, TSK 4 sebesar 0.7 m/dt, dan TSK 5
sebesar 0.6 m/dt. Sebaliknya, nilai vmin terbesar pada pipa menuju IPAL 1 adalah
1.5 m/dt, IPAL 2 sebesar 1.4 m/dt, IPAL 3 sebesar 1.3 m/dt, dan IPAL 4 sebesar 2
m/dt. Kemudian, nilai vmin terbesar pada pipa menuju TSK 1 adalah 1.2 m/dt, TSK
2 sebesar 1.3 m/dt, TSK 3 sebesar 1 m/dt, TSK 4 sebesar 1 m/dt dan TSK 5
sebesar 1.2 m/dt. Data tersebut menunjukkan nilai vmin pada setiap jalur pipa
menuju IPAL dan TSK telah memenuhi syarat 0.6 m/dt ≤ vmin ≤ 3 m/dt setelah
diberikan penggelontoran. Setelah tinggi muka air dan kecepatan minimum
memenuhi syarat, maka kemungkinan penyumbatan saluran akibat pengendapan,
kerusakan, atau penggerusan dinding saluran dapat dihindari. Contoh hasil
perhitungan volume air limbah akhir dilihat pada Lampiran 8.
22
23
dalam pekarangan rumah dan menerima air limbah dari bangunan hingga ke house
inlet (HI). Pipa servis merupakan pipa awal dari sistem perpipaan air limbah
terpusat untuk mengalirkan air limbah dari bak inspeksi ke pipa lateral. Kemudian,
pipa lateral merupakan bagian dari jaringan perpipaan air limbah sistem terpusat
dan menerima air limbah dari pipa-pipa servis di sepanjang daerah perumahan atau
sumber air limbah. Pipa induk merupakan bagian dari jaringan perpipaan air
limbah sistem terpusat untuk menerima air limbah dari pipa lateral dan dialirkan
menuju IPAL. Diameter masing-masing pipa tersebut berbeda-beda. Pipa persil
memiliki diameter 100-150 mm, pipa servis memiliki diameter 150-200 mm, pipa
lateral memiliki diameter 300 mm, sedangkan diameter pipa induk disesuaikan
dengan jumlah populasi daerah pelayanan. Menurut Dwi (2008), diameter pipa
induk air limbah domestik adalah 350 mm.
Elevasi lahan berpengaruh pada penentuan kedalaman galian pipa. Menurut
Ditjen Cipta Karya, kedalaman perletakan pipa minimal diperlukan untuk
perlindungan pipa dari beban di atasnya dan gangguan lain. Kedalaman galian
digunakan sebesar 8.5 m dengan tujuan untuk menekan penggunaan pompa
seminimal mungkin. Setiap pipa memiliki kriteria kedalaman galian yang berbeda
beda. Kedalaman galian untuk pipa persil adalah 0.4 m hingga 0.8 m, pipa service
sebesar 0.75 m, dan pipa lateral sebesar 1 m hingga 1.2 m.
Elevasi tanah digunakan untuk menentukan nilai elevasi dasar saluran hulu
(EDS) hulu (Us) dan hilir (Ds). Setelah kedua data tersebut diketahui, maka
kedalaman galian dapat diperoleh. EDS (Ds) pada node awal harus sama dengan
EDS (Us) pada node selanjutnya. Demikian juga dengan elevasi muka air hilir
(EMA (Ds) pada node awal harus sama dengan elvasi muka air hulu (EMA (Us)
pada node selanjutnya agar tidak terjadi arus balik (Korky dalam Dewi 2014).
Menurut Jesicca dalam Dewi (2014), pada sistem penyaluran air limbah akan
terdapat perbedaan antara EDS (Ds) pada node awal dengan EDS (Us) pada node
selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan diameter saluran, pompa, drop
manhole, dan persimpangan saluran.
Pompa akan digunakan apabila kedalaman galian diperoleh melebihi 8.5 m.
Pompa digunakan untuk mengangkut air limbah dari tempat rendah ke tempat
tinggi agar penanaman pipa tidak terlalu dalam. Sebaliknya, jika nilai kedalaman
galian bertanda negatif atau berada di atas elevasi tanah, maka drop manhole
digunakan. Jumlah pompa digunakan pada jalur pipa menuju IPAL 1 adalah 16
buah, IPAL 2 sebanyak 24 buah, IPAL 3 sebanyak 16 buah dan IPAL 4 sebanyak
19 buah. Kemudian, jumlah pompa digunakan pada jalur pipa menuju TSK 1
adalah lima buah, TSK 2 sebanyak tiga buah, TSK 3 sebanyak tiga buah, TSK 4
sebanyak lima buah dan TSK 5 sebanyak dua buah. Contoh hasil perhitungan
penanaman pipa dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jenis pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal karena tidak mudah
tersumbat (Dewi 2014). Menurut Brodie dalam Dewi (2007), pompa rendam
(submersible) lebih baik digunakan untuk air limbah karena dapat mencegah
terjadi kavitasi. Daya pompa merupakan jumlah energi listrik agar pompa dapat
berfungsi. Perhitungan daya pompa ditentukan oleh faktor perbedaan ketinggian
antara node asal dengan node tujuan, serta debit akhir air limbah (Qfull akhir). Contoh
daya pompa terbesar pada jalur pipa menuju IPAL 1 terdapat pada node 44
menuju node 45 yaitu 32,246 watt. Sebaliknya, daya pompa terkecil terdapat pada
node 64 menuju node
65 yaitu 1967 watt. Hal ini disebabkan node 44 menuju node 45 memiliki perbedaan
24
ketinggian sebesar 7 m dengan Qfull akhir sebesar 0.35 m3/dt, sedangkan pada node
64 menuju node 65 memiliki perbedaan ketinggian sebesar 4 m dengan Qfull akhir
sebesar 0.03 m3/dt. Contoh hasil perhitungan daya pompa secara lengkap disajikan
pada Lampiran 10.
24
25
penahan benturan minimal 0.6 m. Contoh hasil perhitungan dimensi drop manhole
dapat dilihat pada Lampiran 11.
Gambar 4 Lubang inlet dan outlet drop manhole
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, NA. 2014. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Kota
Bogor Menggunakan Air Hujan untuk Debit Penggelontoran [skripsi].
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Bogor (ID): IPB.
[DGE]. Directorate General of Environment. 2007. Implementation of the Urban
Wastewater Treatment Directive: Status of Implementation in each Member
State. Brussels (EU): DGE.
[DPU]. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2005.
Kriteria Perencanaan Air Bersih. Jakarta (ID): DPU
[DPU]. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2006.
Petunjuk Teknis Tata Cara Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta
(ID): DPU
[DPU]. Departemen Pekerjaan Umum Direktoran Jendral Cipta Karya. 2011. Tata
Cara Rancangan Sistem Jaringan Perpipaan Air Limbah Terpusat tentang
Pedoman Perencanaan. Jakarta (ID): DPU
[DSD]. Drainage Services Department. 2013. Sewerage Manual. Wanchai (HK):
DSD.
Dwi ER dan Dyah WW. 2008. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik dan Tinja
di IPAL Jalan Jelawat Samarinda. Jurnal APLIKA. 8(1): 14-18. [EHS].
Environment and Heritage Service. 2006. Pollution Prevention Guidelines.
Lisburn (UK): EHS.
Gambiro, H. 2012. Pengelolaan Limbah Cair Vol VI. Jakarta (ID): Universitas
Mercu Buana.
Ginanjar, Y. 2007. Alternatif Sistem Penyaluran Air Buangan Domestik
Kecamatan Garut Kota dengan Sistem "Pipa Riol Kecil" [skripsi]. Program
Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Bandung
(ID): ITB.
Hager WH. 2010. Wastewater Hydraulic: Theory and Practice. Heidelberg (DE):
Springer.
Hammid H, dan Baki AM. 2000. Sewage Treatment Trend in Malaysia. The
Ingenieur. Vol 3: 46-53.
Hardjosuprapto, MM. 2000. Penyaluran Air Buangan (PAB) Volume II.
Bandung(ID): ITB.
Irfan BP, Nining W, dan Agus W. 2010. Penerapan Metode Rasional untuk
Estimasi Debit Puncak pada Beberapa Luas Sub DAS. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. 7(2): 161-176.
Jeya, R. 2012. Peak Faktor In The Design of Water Distribution-Analysis.
International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET). Vol
3(2): 43-51.
Klosterman, RE. 1990. Community Analysis and Planning Techniques. Savage
(US): Rowman & Littlefield.
Maryanto. 2011. Perencanaan Jaringan Pipa Lateral Air Kotor di Surakarta (Studi
Kasus di Jalan Kapten Adi Sumarmo dan Jalan Letjend. Sutoyo) [skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
McGhee, TJ. 1991. Water Supply and Sewerage. New York (US): McGraw-Hill.
Nurcahyono, Titus DP. 2008. Perencanaan Pemenuhan Air Baku di Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
26
27
29
30
Lampiran 1 . Lanjutan
Tahun
Kecamatan Kelurahan Luas
Penduduk
Kepadatan (jiwa/km2
31
32
33
1 0.657 1899.7 1249.0 150 35.2 440 0.764 0.046 0.81 5 0.85 0.94 1.28 2 0.264 1716.0 452.3 150 35.2 159 0.277 0.017 0.29
5 0.31 0.34 0.46 3 0.344 2241.8 772.0 150 35.2 272 0.472 0.028 0.50 5 0.53 0.58 0.79 4 0.260 1461.1 379.4 150 35.2 134
0.232 0.014 0.25 5 0.26 0.28 0.39 5 0.235 1309.6 307.9 150 35.2 109 0.188 0.011 0.20 5 0.21 0.23 0.31 6 0.383 3169.0
1215.3 150 35.2 428 0.744 0.045 0.79 5 0.83 0.91 1.24 7 0.745 6157.9 4588.8 150 35.2 1617 2.807 0.168 2.98 5 3.12 3.44
4.69 8 0.685 2017.7 1381.8 150 35.2 487 0.845 0.051 0.90 5 0.94 1.03 1.41 9 0.293 1905.0 557.5 150 35.2 196 0.341 0.020
0.36 5 0.38 0.42 0.57
10 0.340 2212.0 751.7 150 35.2 265 0.460 0.028 0.49 5 0.51 0.56 0.77 11 0.630 3596.7 2266.8 150 35.2 799 1.387 0.083
1.47 5 1.54 1.70 2.32 12 0.236 1952.4 461.3 150 35.2 163 0.282 0.017 0.30 5 0.31 0.35 0.47 13 0.342 2822.5 964.1 150 35.2
340 0.590 0.035 0.63 5 0.66 0.72 0.98 14 2.690 9721.6 26153.1 150 35.2 9216 16.001 0.960 16.96 5 17.81 19.59 26.71 15
0.513 3337.7 1711.4 150 35.2 603 1.047 0.063 1.11 5 1.17 1.28 1.75 16 0.552 3591.5 1981.6 150 35.2 698 1.212 0.073 1.29
5 1.35 1.48 2..02 17 0.539 2635.4 1421.1 150 35.2 501 0.869 0.052 0.92 5 0.97 1.06 1.45 18 0.689 3760.9 2591.7 150 35.2
913 1.586 0.095 1.68 5 1.76 1.94 2.65 19 0.578 4772.9 2756.8 150 35.2 971 1.687 0.101 1.79 5 1.88 2.06 2.82 20 0.456
3770.9 1720.8 150 35.2 606 1.053 0.063 1.12 5 1.17 1.29 1.76 21 0.346 2857.2 987.9 150 35.2 348 0.604 0.036 0.64 5 0.67
0.74 1.01 22 0.449 3707.4 1663.4 150 35.2 586 1.018 0.061 1.08 5 1.13 1.25 1.70 23 0.557 3249.3 1810.2 150 35.2 638
1.108 0.066 1.17 5 1.23 1.36 1.85 24 0.688 2947.0 2028.1 150 35.2 715 1.241 0.074 1.32 5 1.38 1.52 2.07 25 0.872 5863.3
5115.0 150 35.2 1803 3.129 0.188 3.32 5 3.48 3.83 5.22 26 0.540 3050.5 1646.7 150 35.2 580 1.007 0.060 1.07 5 1.12 1.23
1.68 27 0.557 3147.4 1753.0 150 35.2 618 1.073 0.064 1.14 5 1.19 1.31 1.79 28 0.410 2316.5 949.6 150 35.2 335 0.581
0.035 0.62 5 0.65 0.71 0.97 29 1.706 3961.6 6758.6 150 35.2 2382 4.135 0.248 4.38 5 4.60 5.06 6.90 30 1.522 4709.3
7166.9 150 35.2 2526 4.385 0.263 4.65 5 4.88 5.37 7.32
35
36
(km2)Peruntukan Kepadatan
(jiwa)
(m³/dtk)
(m³/dtk)
(jiwa)
(m³/dtk)
(m³/dtk)
Surface
Saluran
(m³/dtk)
Dari Ke (m)
(jiwa/km2)
(m³/dtk)
37
38
Lampiran 6 Contoh hasil perhitungan tinggi muka air dan kecepatan minimum
Jalur Pipa (No. Manhole)
Q min
Q full akhir
(m3/dt) Q min/Q full d min/D D
d min
(m/dt) Keterangan
1 5 0.000 0.020 0.010 0.010 20.0 0.194 0.010 0.629 0.006 Gelontor 2 3 0.000 0.020 0.024 0.124 20.0 2.486 0.424 0.629
0.267 Gelontor 3 4 0.000 0.020 0.024 0.124 20.0 2.486 0.424 0.629 0.267 Gelontor 4 5 0.000 0.034 0.014 0.114 25.0 2.851
0.414 0.696 0.288 Gelontor 5 6 0.001 0.034 0.022 0.122 25.0 3.056 0.422 0.696 0.294 Gelontor 6 7 0.001 0.034 0.026 0.126
25.0 3.154 0.426 0.696 0.297 Gelontor 7 8 0.001 0.034 0.026 0.126 25.0 3.154 0.426 0.696 0.297 Gelontor 8 9 0.001 0.034
0.032 0.132 25.0 3.289 0.432 0.696 0.300 Gelontor 9 10 0.001 0.034 0.032 0.132 25.0 3.289 0.432 0.696 0.300 Gelontor 10
11 0.001 0.036 0.030 0.130 25.0 3.253 0.430 0.730 0.314 Gelontor 11 12 0.002 0.037 0.041 0.141 25.0 3.516 0.441 0.762
0.336 Gelontor 12 13 0.002 0.037 0.041 0.141 25.0 3.516 0.441 0.762 0.336 Gelontor 13 14 0.002 0.039 0.039 0.139 25.0
3.476 0.439 0.794 0.348 Gelontor 15 16 0.000 0.011 0.025 0.125 15.0 1.868 0.425 0.606 0.257 Gelontor 16 17 0.000 0.011
0.000 0.100 15.0 1.500 0.400 0.606 0.243 Gelontor 18 19 0.001 0.020 0.060 0.160 20.0 3.191 0.460 0.629 0.289 Gelontor 19
17 0.001 0.021 0.057 0.157 20.0 3.141 0.457 0.657 0.300 Gelontor 17 20 0.002 0.034 0.068 0.168 25.0 4.187 0.468 0.696
0.325 Gelontor 20 21 0.002 0.036 0.068 0.168 25.0 4.201 0.468 0.730 0.342 Gelontor 21 22 0.003 0.039 0.083 0.183 25.0
4.585 0.483 0.794 0.384 Gelontor 22 14 0.004 0.056 0.066 0.166 30.0 4.988 0.466 0.786 0.366 Gelontor 14 23 0.006 0.101
0.062 0.162 37.5 6.065 0.462 0.912 0.421 Gelontor 23 24 0.007 0.101 0.068 0.168 37.5 6.282 0.568 0.912 0.518 Gelontor 24
25 0.007 0.110 0.062 0.162 37.5 6.061 0.562 0.999 0.561 Gelontor 25 26 0.007 0.110 0.062 0.162 37.5 6.061 0.562 0.999
0.561 Gelontor 28 27 0.000 0.020 0.022 0.122 20.0 2.433 0.422 0.629 0.265 Gelontor 38 37 0.000 0.020 0.001 0.001 20.0
0.013 0.001 0.629 0.000 Gelontor 37 39 0.000 0.020 0.001 0.001 20.0 0.013 0.001 0.629 0.000 Gelontor 39 35 0.000 0.020
0.001 0.001 20.0 0.013 0.001 0.629 0.000 Gelontor 36 35 0.000 0.020 0.001 0.001 20.0 0.015 0.001 0.629 0.000 Gelontor
Lampiran 7 Contoh hasil perhitungan debit penggelontoran
Jalur Pipa (No. Node)
dg
d min
39
40
Lampiran 8 Contoh hasil perhitungan tinggi muka air dan kecepatan minimum akhir
Jalur Pipa (No. Node)
Q min
Q min + Q gelontor
(m3/dtk) Q min/Q full d min/D D Q full
d min
Dari Ke (m/dt)
(m3/dtk)
(m3/dt)
(cm)
(m/dtk)
1 5 0.0002 0.014 0.020 0.694 0.694 20.0 13.8813 1.194 0.629 0.751 2 3 0.0005 0.012 0.020 0.627 0.527 20.0 10.5417 1.027
0.629 0.646 3 4 0.0005 0.013 0.020 0.651 0.651 20.0 13.0279 1.151 0.629 0.724 4 5 0.0005 0.013 0.034 0.391 0.491 25.0
12.2716 0.991 0.696 0.690 5 6 0.0008 0.028 0.034 0.815 0.615 25.0 15.3649 1.115 0.696 0.776 6 7 0.0009 0.029 0.034
0.841 0.741 25.0 18.5189 1.141 0.696 0.794 7 8 0.0009 0.030 0.034 0.867 0.767 25.0 19.1729 1.167 0.696 0.812 8 9 0.0011
0.031 0.034 0.899 0.799 25.0 19.9627 1.199 0.696 0.834 9 10 0.0011 0.032 0.034 0.930 0.730 25.0 18.2526 1.130 0.696
0.787 10 11 0.0011 0.033 0.036 0.917 0.717 25.0 17.9236 1.117 0.730 0.815 11 12 0.0015 0.034 0.037 0.919 0.719 25.0
17.9641 1.119 0.762 0.853 12 13 0.0015 0.036 0.037 0.959 0.759 25.0 18.9807 1.159 0.762 0.884 13 14 0.0015 0.037 0.039
0.961 0.861 25.0 21.5165 1.161 0.794 0.921 15 16 0.0003 0.010 0.011 0.943 0.743 15.0 11.1515 1.143 0.606 0.693 16 17
0.0000 0.010 0.011 0.943 0.843 15.0 12.6515 1.143 0.606 0.693 18 19 0.0012 0.019 0.020 0.946 0.746 20.0 14.9125 1.146
0.629 0.721 19 17 0.0012 0.020 0.021 0.962 0.862 20.0 17.2483 1.162 0.657 0.764 17 20 0.0023 0.032 0.034 0.945 0.745
25.0 18.6220 1.145 0.696 0.797 20 21 0.0024 0.035 0.036 0.969 0.869 25.0 21.7237 1.169 0.730 0.853 21 22 0.0032 0.038
0.039 0.975 0.875 25.0 21.8685 1.175 0.794 0.932
22 14 0.0037 0.042 0.056 0.750 0.650 30.0 19.4925 1.150 0.786 0.904 14 23 0.0062 0.085 0.101 0.847 0.747 37.5 28.0037
1.147 0.912 1.046 23 24 0.0068 0.092 0.101 0.914 0.714 37.5 26.7860 1.114 0.912 1.016 24 25 0.0068 0.099 0.110 0.896
0.796 37.5 29.8604 1.196 0.999 1.195 25 26 0.0068 0.106 0.110 0.958 0.858 37.5 32.1720 1.158 0.999 1.157 28 27 0.0004
0.013 0.020 0.660 0.660 20.0 13.1901 1.160 0.629 0.729 38 37 0.00001 0.011 0.020 0.534 0.534 20.0 10.6888 1.034 0.629
0.651 37 39 0.00001 0.011 0.020 0.535 0.535 20.0 10.7019 1.035 0.629 0.651 39 35 0.00001 0.011 0.020 0.536 0.536 20.0
10.7149 1.036 0.629 0.652 36 35 0.00001 0.011 0.020 0.534 0.534 20.0 10.6839 1.034 0.629 0.651
Lampiran 9 Contoh hasil perhitungan penanaman pipa Jalur Pipa (No. Manhole)S Pipa (%)Elevasi
Tanah
∆D (m)
Elevasi Dasar Saluran Elevasi Muka Air Kedalaman Galian
Keterangan
Dari Ke Us (m) Ds (m) Us (m) Ds (m) Us (m) Ds (m) Us (m) Ds (m) 1 5 0.0055 5 7 0 4.3 2.9 4.4 3.1 0.8 4.1 2 3 0.0055 4 9
0 3.3 5.4 3.4 5.6 0.8 3.6 3 4 0.0055 9 8 0 5.4 3.8 5.6 3.9 3.6 4.2 4 5 0.0050 8 7 0.05 3.7 2.9 4.0 3.1 4.3 4.1 5 6 0.0050 7 8 0
0.0050 7 7.5 0 2.9 2.2 3.1 2.0 4.1 5.3 *
2.9 1.4 3.1 1.6 4.1 6.6 5 a* a = pompa a* 6 0.0050 7.5 8 0 6.8 6.0 7.0 5.8 0.8 2.0 6 7
0.0050 8 7 0 6.0 4.7 5.8 4.9 2.0 2.3 7 8 0.0050 7 9 0 4.7 3.2 4.9 3.4 2.3 5.8 8 9 0.0050 9 8 0.05 3.2 1.8 3.5 2.0 5.9 6.3 8 b*
0.0050 9 8.5 0 3.2 2.8 3.5 2.6 5.9 5.8 * = pompa *
b b 9 0.0050 8.5 8 0 7.8 6.8 8.0 6.6 0.8 1.3 9 10 0.0050 8 10 0 6.8 5.3 6.6 5.5
1.3 4.8 10 11 0.0055 10 7 0 5.3 3.6 5.5 3.8 4.8 3.4 11 12 0.0060 7 6 0 3.6 1.8 3.8 2.0 3.4 4.2 12 13 0.0060 6 10 0 1.8 0.0 2.0
0.0060 6 7 0 1.8 1.7 2.0 1.5 4.2 5.3 *
0.2 4.2 10.0 12 c* c = pompa c* 13 0.0060 7 10 0 6.3 4.5 6.5 4.3 0.8 5.5 13 14 0.0065 10 9
0 4.5 2.5 4.3 2.7 5.5 6.5 15 16 0.0075 5 6 0 4.3 3.8 4.4 3.9 0.8 2.2 16 17 0.0075 6 7 0 3.8 2.9 3.9 3.0 2.2 4.1 18 19 0.0055 7 7
0.05 6.3 4.6 6.4 4.8 0.8 2.4 19 17 0.0060 7 7 0 4.6 2.9 4.8 3.1 2.4 4.1 17 20 0.0050 7 7 0.05 2.9 1.4 3.1 1.6 4.1 5.6 20 21
0.0055 7 7.5 0 1.4 0.5 1.6 0.3 5.6 7.0 * = pompa *
0.0055 7 8 0 1.4 0.3 1.6 0.5 5.6 7.7 20 d* d d 21 0.0055 7.5 8 0 6.8 5.9 7.0
5.7 0.8 2.1 21 22 0.0065 8 9 0 5.9 4.0 5.7 4.2 2.1 5.0 22 14 0.0050 9 9 0.05 3.9 2.5 4.2 2.8 5.1 6.5 14 23 0.0050 9 9 0.075 2.5
0.9 2.8 1.3 6.6 8.1
41
42
yɴ(h) hₒ(k)
hₒ(h)
47 48 0.016 0.044 0.458 0.247 0.547 0.062 0.137 0.850 1.802 0.704 0.909 0.044 0.124 0.380 1.223 0.095 0.306 47 j* 0.016
0.044 0.458 0.247 0.547 0.062 0.137 0.850 1.802 0.704 0.909 0.044 0.124 0.380 1.223 0.095 0.306 j* 48 0.016 0.044 0.458
0.247 0.547 0.062 0.137 0.850 1.802 0.704 0.909 0.044 0.124 0.380 1.223 0.095 0.306 89 94 0.016 0.006 0.122 0.089 0.427
0.022 0.107 0.836 0.751 0.698 0.655 0.016 0.070 0.136 0.617 0.034 0.154 89 q* 0.016 0.006 0.122 0.089 0.427 0.022 0.107
0.836 0.751 0.698 0.655 0.016 0.070 0.136 0.617 0.034 0.154 q* 94 0.016 0.006 0.122 0.089 0.427 0.022 0.107 0.836 0.751
0.698 0.655 0.016 0.070 0.136 0.617 0.034 0.154
3 4 0.016 0.017 0.372 0.151 0.719 0.030 0.144 0.979 0.951 0.756 0.746 0.023 0.107 0.248 1.169 0.050 0.234 3 a* 0.016
0.017 0.372 0.151 0.719 0.030 0.144 0.979 0.951 0.756 0.746 0.023 0.107 0.248 1.169 0.050 0.234 a* 4 0.016 0.017 0.372
0.151 0.719 0.030 0.144 0.979 0.951 0.756 0.746 0.023 0.107 0.248 1.169 0.050 0.234
23 24 0.016 0.014 0.152 0.139 0.485 0.073 0.254 0.940 0.821 0.742 0.691 0.054 0.176 0.225 0.732 0.118 0.384 23 g* 0.016
0.014 0.152 0.139 0.485 0.073 0.254 0.940 0.821 0.742 0.691 0.054 0.176 0.225 0.732 0.118 0.384 g* 24 0.016 0.014 0.152
0.139 0.485 0.073 0.254 0.940 0.821 0.742 0.691 0.054 0.176 0.225 0.732 0.118 0.384 25 TSK 1 0.016 0.018 0.176 0.155
0.529 0.082 0.278 0.938 0.796 0.741 0.678 0.060 0.188 0.251 0.787 0.132 0.413 25 h* 0.016 0.018 0.176 0.155 0.529 0.082
0.278 0.938 0.796 0.741 0.678 0.060 0.188 0.251 0.787 0.132 0.413 h* TSK 1 0.016 0.018 0.176 0.155 0.529 0.082 0.278
0.938 0.796 0.741 0.678 0.060 0.188 0.251 0.787 0.132 0.413
13 14 0.016 0.019 0.215 0.160 0.604 0.072 0.272 0.913 0.730 0.731 0.643 0.053 0.175 0.255 0.859 0.115 0.387 13 b* 0.016
0.019 0.215 0.160 0.604 0.072 0.272 0.913 0.730 0.731 0.643 0.053 0.175 0.255 0.859 0.115 0.387 b* 14 0.016 0.019 0.215
0.160 0.604 0.072 0.272 0.913 0.730 0.731 0.643 0.053 0.175 0.255 0.859 0.115 0.387
15 16 0.016 0.022 0.542 0.171 0.384 0.034 0.077 0.835 4.164 0.697 0.981 0.024 0.075 0.260 1.306 0.052 0.261 15 b* 0.016
0.022 0.542 0.171 0.384 0.034 0.077 0.835 4.164 0.697 0.981 0.024 0.075 0.260 1.306 0.052 0.261 b* 16 0.016 0.022 0.542
0.171 0.384 0.034 0.077 0.835 4.164 0.697 0.981 0.024 0.075 0.260 1.306 0.052 0.261
43
44
45
RIWAYAT HIDUP