Anda di halaman 1dari 17

“PENINJAUAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN HIDRAN UMUM DI

DAERAH LAYANAN PADA PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR BAKU

KAMPUNG AMPAS KABUPATEN KEEROM”

Oleh :

1. APRILIA M.V. HEMATANG


NIM : 20140611014011
2. MEGA SAMPEBUA
NIM : 20140611014043

PROGRAM STUDI STRATA SATU TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Papua memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
sangat luar biasa dalam menghadapi era globalisasi sehingga bertujuan untuk
mencetak putra putrinya menjadi terampil dan dapat diandalkan dalam segala
bidang serta mampu menjawab semua tantangan. Pemerintah Provinsi Papua
dengan APBD telah bekerja keras membangun infrastruktur bidang pendidikan
mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi untuk melahirkan putra-
putri Papua yang mempunyai kemampuan di segala bidang.

Khusus di Perguruan Tinggi, disamping mahasiswa mendapatkan


pengetahuan teori di dalam ruangan juga diwajibkan melaksanakan Kerja Praktek
(KP). Kerja Praktek selanjutnya disebut KP merupakan mata kuliah wajib di
Fakultas Teknik yang bersifat intrakurikuler dan diselenggarakan oleh program
pendidikan sarjana (S1).

Untuk mendapatkan lulusan sarjana (S1) yang terampil di bidang teknik


sipil, maka mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan Kerja Praktek (KP) yang
menitik beratkan pada kemampuan mahasiswa dalam bekerja dan mempraktekkan
pengetahuan teoritis yang telah diperoleh selama menempuh kuliah ke dalam
lapangan kerja, sehingga memperoleh pengalaman empiris atau gambaran nyata
tentang rangkaian pekerjaan yang sesuai dengan bidang atau program studi yang
ditekuni.

Dalam kesempatan ini penulis secara langsung melaksanakan Kerja


Praktek Lapangan pada pekerjaan Paket Pembangunan Penyediaan Air Baku
Ampas Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi Papua yang dilaksanakan oleh
PT. Diratama – PT. Ninim Uwgi (KSO) sebagai kontraktor pelaksana. Kegiatan
fisik pada proyek ini adalah penyediaan air baku (intake, jaringan transmisi air
baku dan bak reservoir air baku/hidran umum) dengan tujuan tersedianya
informasi potensi sumber air baku di seluruh distrik Kabupaten Keerom, prioritas
lokasi penyediaan air baku, dan alternatif desain penyediaan air baku pada distrik
terpilih dengan memanfaatkan potensi sumber air permukaan maupun bawah
permukaan.
Dalam progress pekerjaan ini, penulis mengamati pada pekerjaan Jaringan
Transmisi Air Baku dan Hidran Umum. Selain itu disinggung sedikit mengenai
sistem manajemen dalam proyek ini. Dengan demikian, dengan adanya Kerja
Praktek maka mahasiswa yang akan lulus nanti lebih siap masuk dalam dunia
kerja yang jangkauannya lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini antara lain:
1. Bagaimana sistem manajemen proyek pada Pekerjaan Pembangunan
Penyediaan Air Baku Ampas Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi
Papua?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan Jaringan Transmisi Air Baku dan
Hidran Umum pada proyek Pembangunan Penyediaan Air Baku Ampas
Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi Papua?

1.3 Batasan Masalah


Penulisan laporan Kerja Praktek ini hanya membahas mengenai:
1. Sistem Manajemen Proyek Pekerjaan Pembangunan Penyediaan Air Baku
Ampas Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Jaringan Transmisi Air Baku pada proyek
Pekerjaan Pembangunan Penyediaan Air Baku Ampas Distrik Waris
Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
3. Pelaksanaan Pekerjaan Hidran Umum pada proyek Pembangunan
Penyediaan Air Baku Ampas Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi
Papua.

1.4 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek (KP) adalah :
1. Sebagai salah satu syarat mahasiswa/i Program Studi Teknik Sipil Strata 1
pada Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih dalam menyelesaikan
studinya.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui sistem manajemen proyek pada proyek
Pembangunan Penyediaan Air Baku Ampas Distrik Waris Kabupaten
Keerom Provinsi Papua.
3. Agar mahasiswa/i mengetahui pelaksanaan pekerjaan Jaringan Transmisi
Air Baku pada Proyek Pembangunan Penyediaan Air Baku Ampas Distrik
Waris Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
4. Agar mahasiswa/i memperoleh gambaran tentang dunia kerja dan mampu
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari setelah menyelesaikan
perkuliahan.
5. Menambah wawasan serta pengalaman di dunia kerja.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam proses penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) langkah – langkah
yang di tempuh adalah sebagai berikut:
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan,
terdiri atas:

1. Observasi
Observasi yang dilakukan yaitu dengan mengamati secara langsung
terhadap pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, guna mengetahui prosedur
pelaksanaan dari tahap persiapan sampai dengan tahap penyelesaian.

2. Dokumentasi
Melengkapi data-data dengan gambar kerja, dan proses pekerjaan di
lapangan. Selain itu juga gambar dari pihak pengelola proyek yang berguna bagi
penyelesaian laporan ini.
3. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan
yang berhubungan dengan proses pekerjaan untuk memperoleh data dan informasi
dalam pembangunan proyek. Proses tanya jawab ini ditujukan terhadap konsultan
perencana, konsultan pengawas, kontraktor, bahkan para mandor, tukang, dan
bahkan pekerja pada proyek.
b) Data Sekunder
Diperoleh dari konsultan dan kontraktor berupa laporan bulanan, laporan
akhir, kurva S serta time schedule.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembahasan dan uraian yang lebih terperinci, maka
laporan kerja praktek ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud
dan tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II. ORGANISASI PROYEK
Berisi tentang manajemen proyek, data proyek, organisasi proyek dan
pelaksanaan pekerjaan proyek.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori yang berkaitan dengan kasus yang ditinjau di lapangan.
BAB IV. PEMBAHASAN
Berisi pembahasan mengenai data umum proyek, sistem manajemen
proyek, dan proses pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan selama kegiatan kerja
praktek yaitu pekerjaan jaringan transmisi dan hidran umum
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran terkait pelaksanaan proyek Pembangunan
Penyediaan Air Baku Ampas Distrik Waris Kabupaten Keerom Provinsi Papua.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
3.2 Hidran Umum
Hidran umum adalah salah satu sarana pelayanan air bersih atau minum
yang digunakan secara komunal, terdiri dari tangki penampung air berupa hidran
yang penyediaan airnya dialirkan melalui pipa distribusi. Hidran atau kran umum
berfungsi sebagai tempat pengambilan air bersih yang digunakan pada suatu
daerah tertentu untuk melayani setiap penduduk dan biasanya hidran umum
diletakkan di area pelayanan yang dianggap padat penduduknya.
Dimensi atau ukuran bak hidran umum disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan yang tergantung pada jumlah kepala keluarga (KK) yang dilayani.
Ukuran minimal hidran umum sedikitnya dapat melayani 10 – 15 KK dengan
jarak jangkauan yang relatif dekat.
Tipe bangunan hidran umum bermacam – macam tergantung pada
keinginan masyarakat setempat. Bangunan hidran umum dapat berupa bak
penampung yang terbuat dari cor beton, bak plastik, fiberglass, dan sebagainya.
Adapun kriteria desain hidran atau kran umum yang pada umumnya
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh penduduk yaitu sebagai
berikut : volume hidran umum diperkirakan 2 – 3 m³ untuk melayani ±100 jiwa
atau 20 KK (1 KK terhitung 5 jiwa), jumlah hidran umum yang diperlukan di
suatu daerah layanan ditentukan berdasarkan jumlah jiwa yang akan dilayani,
kapasitas produksi air minum, dan standar pelayanan.
Gambar 3.4 Hidran Umum

Tangki atau bak hidran umum dapat terbuat dari bahan fiberglass
reinforced plastic (FRP), polyethylene (PE), pasangan batu bata, kayu ulin (kedap
air), plastik, atau bahan lain yang kedap air dengan ketinggian hidran umum
terhadap permukaan tanah minimum 60 cm. Tebal dinding tangki atau bak hidran
umum dari bahan FRP untuk volume 3 m³ adalah 5 mm dan untuk volume 2 m³
adalah 4 mm dengan kekuatan struktur yang direncanakan dapat menahan beban
air dan perlengkapan hidran umum.
Tabel 3.3 Kelengkapan Hidran Umum

VOLUME HU

NO UKURAN 3 m³ 2 m³

1 Lubang pemeriksa dan penutup atau


manhole (mm)
600 600

2 Ø pipa inlet (mm) 25 25

3 Ø pipa outlet 19 19

4 Ø pipa ventilasi (mm) 19 19

5 Ø pipa penguras (mm) 19 19

6 Ø pipa pelimpah (mm) 19 19

7 Kran penutup (mm) 19 19

8 Meter air (mm) 19 19

Sumber: Modul Hidran Umum Permen PU Nomor 01 Tahun 2009


Catatan : jumlah pipa outlet untuk hidran umum volume 3 m³ sebanyak 4 buah,
sedangkan jumlah pipa outlet untuk hidran umum volume 2 m³ sebanyak 3 buah.

Adapun aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pembuatan


hidran umum, antara lain:
1. Aspek Konstruksi, terdiri atas:
a) Tugu kran dari pasangan bata atau cor beton dengan ketinggian yang
disesuaikan termasuk memudahkan penggunaan oleh anak-anak.
b) Pemilihan Kran. Beberapa jenis kran berkualitas baik terbuat dari bahan
logam dan plastik dapat dipilih sesuai kebutuhan.
c) Sebaiknya menggunakan kran yang mudah buka-tutup agar tidak cepat rusak.
Frekuensi pemakaian dapat menjadi pertimbangan untuk memilih jenis kran.
Besi kran pada tugu kran berupa pipa GIP dengan panjang pipa disesuaikan
namun tetap kokoh. Kran dapat dipasang dari jenis plastik atau besi.
d) Kran Umum harus kokoh. Bagian bawah kran umum harus dipasang pondasi
yang kokoh, sebaliknya bagian atas kran umum disesuaikan dengan modelnya
(tugu, kran wudhu, dll.). Bangunan kran umum harus tahan terhadap
goncangan dan benturan.
2. Aspek Operasi dan Pemeliharaan, terdiri atas:
a) Sebaiknya setiap kran umum dilengkapi dengan katup (gate, butterfly, ball
valve) dan meter air yang dipasang di pipa sebelum kran umum untuk
pemeliharaan dan kontrol pemakaian air.
b) Box meter air untuk melindungi meter air didalamnya. Meter air untuk
mencatat penggunaan air yang selanjutnya akan dibebankan bersama ke
pengguna kran umum ini.
Dalam melakukan pekerjaan hidran (kran umum), penentuan jenis pipa
yang akan digunakan adalah Galvanized Iron Pipe atau pipa GIP. Pipa GIP
merupakan sejenis pipa yang dibuat dari besi dan dilapisi oleh pelindung terbuat
dari bahan seng. Lapisan tersebut ditujukan untuk melindungi baja dari korosi
sehingga penggunaannya lebih awet. Dalam pembuatan pipa baja galvanis,
dibutuhkan baja karbon rendah dengan lapisan galvanis yang mengandung
berbagai jenis unsur di dalamnya.
Unsur karbon yang terdapat pada pipa ini sebesar 0,091%, cukup rendah
jika dibandingkan dengan unsur seng (Zn) sebesar 99,7%. Prosesnya memerlukan
bahan baja yang ditempatkan dalam wadah berisi lelehan seng seperti
mencelupkan ke dalam cairan yang disebut dengan proses galvanisasi.Selain
untuk mencegah korosi, lapisan seng di bagian luar pipa juga bisa memperpanjang
usia tabung di dalamnya. Oleh karena itu, unsur utama dari pipa galvanis adalah
seng, sehingga jenis pipa ini disarankan untuk diaplikasikan untuk instalasi air
dingin saja.
Gambar 3.5 Pipa GIP

Berdasarkan bentuknya, galvanis juga memiliki tipe berbeda yaitu bentuk


pipa biasa, tabung, plat lembaran, bentuk U, H, C, kotak, dan sebagainya. Saat ini,
jenis pipa baja galvanis yang paling populer adalah tipe standar dan sch 40.
Perbedaan keduanya terletak pada ketebalan konstruksi pipa; tipe sch 40 tingkat
ketebalannya lebih tinggi dan sering digunakan untuk pembuluh pipa yang
tolakannya juga tinggi. Pipa baja galvanis disebut sebagai GIP (Galvanized Iron
Pipe) atau GI (Galvanized Iron). Ukuran pipa GIP, antara lain; 1/2", 3/4", 1", 1
1/2", 2", 2 1/2", 3", 4", 6", 8". Ketebalan pipa memiliki spesifikasi beragam,
tergantung pada jenis atau tipe, serta ketebalan dinding pipa yang disebut dengan
schedule. Tipe schedule pipa baja galvanis biasa disebut dengan kelas Medium A,
Medium B, dan Nonmedium. Ketebalannya bervariasi, dari mulai 1mm, 1½mm,
2mm, dan seterusnya. Perbedaan schedule/ketebalan bisa dilihat dari bobot pipa
baja saat diangkat. Jika jenis pipa terasa lebih berat dari yang lain dengan
diameter yang sama, berarti pipa tersebut memiliki nomor medium yang lebih
besar. Keuntungan pipa galvanis antara lain : tahan pecah, tahan lama,
sambungannya menggunakan ulir, dan permukaannya kuat.
BAB II

ORGANISASI PROYEK

2.1 Data Proyek

Adapun data umum dari proyek Pembangunan Air Baku Distrik Ampas
Kabupaten Keerom :

a) Program : Peningkatan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air


b) Kegiatan : Penyediaan Air Baku Kampung Ampas
c) Paket Pekerjaan : Pembangunan Penyediaan Air Baku Distrik
Waris Kabupaten Keerom
d) Waktu Pelaksanaan : 240 hari kalender
e) Mulai Pekerjaan : 03 Maret 2017
f) Selesai Pekerjaan : 28 Oktober 2017
g) Kontraktor Pelaksana : PT. Diratama dan PT. Ninim Uwgi (KSO)
h) Konsultan Pengawas : PT. Furiatama Consultant
i) Lokasi Kegiatan : Distrik Waris Kabupaten Keerom

2.2 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan dalam proyek Pembangunan Penyediaan Air Baku
Kampung Ampas Distrik Waris meliputi :
a) Pekerjaan pemborong secara umum adalah mendatangkan semua tenaga
kerja, bahan, dan peralatan umum baik langsung atau tidak, termasuk di
dalamnya usaha menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menyerahkan
secara lengkap dan sempurna seluruh hasil pekerjaan.
b) Penyedia jasa (Kontraktor) dianggap telah mengetahui lokasi pekerjaan
lengkap dengan kondisinya.
c) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan fisik Pembangunan Penyediaan Air Baku
Kampung Ampas Distrik Waris meliputi : Pekerjaan Persiapan yang terdiri
dari Pembersihan Lapangan; Pengukuran Pipa dan Pematokan; Papan Nama
Proyek; Direksi Keet; serta Mobilisasi dan Demobilisasi, Pembuatan
Broncaptering atau Intake Bendung, Pembuatan Bak Penampung, Pengadaan
dan Pemasangan Pipa dilengkapi dengan Aksesoris.

2.3 Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek

Jangka waktu pelaksanaan proyek sebagaimana tercantum dalam RKS


Proyek Pembangunan Air Baku Distrik Waris Kabupaten Keerom adalah sebagai
berikut:

a) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini


ditetapkan selama 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender, terhitung
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

b) Perpanjangan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dapat diberikan setelah


Kontraktor menyampaikan permohonan secara tertulis selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum batas waktu yang ditetapkan dengan disertai alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

2.4 Jangka Waktu Pemeliharaan Proyek

Jangka waktu pemeliharaan proyek sebagaimana tercantum dalam RKS


Proyek Pembangunan Air Baku Distrik Waris Kabupaten Keerom adalah sebagai
berikut:

a) Masa pemeliharaan pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini ditetapkan


selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal
penyerahan yang pertama kali (PHO).
b) Selama masa pemeliharaan, Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap
penyempurnaan pekerjaan berdasarkan petunjuk dan pengarahan Pemberi
Tugas atau Pengelola Teknis.
c) Apabila Kontraktor tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditetapkan
dalam ayat (2) pasal ini, dan telah mendapat teguran tertulis sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut, Pemberi Tugas berhak menunjuk pihak ketiga atas beban
dan tanggung jawab Kontraktor untuk melaksanakan penyempurnaan
pekerjaan yang dimaksud.

2.5 Pengawasan Proyek

Sebagaimana diuraikan dalam Proyek Pembangunan Air Baku Distrik


Waris Kabupaten Keerom , maka pengawasan ditentukan sebagai berikut:

a) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Konsultan


Pengawas, yang didampingi oleh Staf Teknis Kegiatan Penyediaan Air
Baku Distrik Waris.

b) Pada setiap saat Staf Teknis maupun Konsultan Pengawas harus dapat dengan
mudah mengawasi, memeriksa, dan menguji setiap bagian pekerjaan, setiap
bahan, pengolahan maupun maupun sumber-sumbernya.
c) Bagian-bagian pekerjaan yang terlanjur dilaksanakan tetapi tanpa melalui ijin
dari Konsultan Pengawas / Pengelola Teknis adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian
atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan.
d) Jika diperlukan pengawasan oleh Konsultan Pengawas / Pengelola Teknis
diluar jam kerja, maka segala biaya untuk itu menjadi beban Kontraktor.
Permohonan tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas
2 (dua hari) sebelumnya.

2.6 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran sebagaimana tercantum dalam RKS Pengembangan


Kantor DPRD Kota Jayapura Tahap III yaitu:

a) Ketentuan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan akan disesuaikan dengan


peraturan yang berlaku dan dicantumkan dalam perjanjian kontrak
pemborongan.
b) Segala pembayaran dilaksanakan dengan mata uang rupiah.
c) Kepada Kontraktor dapat diberikan/dibayarkan uang muka kerja setinggi-
tingginya 20% dari nilai kontrak, dan dibayarkan setelah Kontraktor
menyerahkan jaminan uang muka kerja dari Bank Pemerintah atau
Bank/Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
nilainya minimal sama dengan besar uang muka yang akan diterima.
d) Apabila Kontraktor menerima pembayaran uang muka kerja, maka
pengembalian uang muka kerja diatur dan diperhitungkan dalam pembayaran
angsuran secara proporsional sesuai dengan besarnya prosentasi pembayaran,
dengan catatan bahwa angsuran kembali uang muka kerja ini sudah harus
diperhitungkan 100% selesai atau lunas pada saat pembayaran angsuran
setelah pekerjaan 100% selesai dan diserahkan untuk pertama kalinya.
e) Pembayaran akan dilakukan melalui Badan Pengelola Keuangan Dan Aset
Daerah (BPKAD) Kota Jayapura.

2.7 Kenaikan Harga


a) Bahwa pada hakekatnya dalam batas berlakunya kontrak pemborongan
pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini segala kenaikan harga bahan dan
upah kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor dan segala bentuk klaim tidak
dibenarkan, kecuali dalam keadaan force majeure.
b) Yang dimaksudkan dengan force majeure adalah suatu kejadian diluar
kekuasaan Kontraktor, baik langsung maupun tidak, sehingga berakibat
mempengaruhi jalannya pekerjaan, yang antara lain : akibat bencana alam,
(banjir, taufan, petir), sabotage, dan kebijaksanaan moneter dari pemerintah.
Dalam kaitannya dengan kebijaksanaan moneter, harus ada ketentuan
pemerintah yang mengatur diperbolehkannya penyesuaian harga (ekskalasi).
c) Apabila terjadi force majeure seperti yang dimaksud dalam ayat pasal ini,
Kontraktor dapat mengajukan ganti rugi kepada Pemberi Tugas setelah
mendapat pengakuan serta keterangan tertulis dari pihak yang berwenang
dengan ketentuan sebagai berikut : kejadian tersebut wajib dilaporkan dalam
batas waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya keadaan tersebut, kemudian dalam
waktu 7 x 24 jam sudah harus menyerahkan bukti keterangan dari pihak yang
berwenang. Lebih dari batas waktu yang ditentukan tersebut di atas,
Kontraktor kehilangan hak untuk mendapatkan ganti rugi.
d) Jika ada akibat tindakan dari Pemerintah dibidang moneter, harus
menyesuaikan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh yang berwenang
untuk mengikuti dan menyesuaikannya.

2.8 Jaminan Pelaksanaan


a) Kontraktor diwajibkan menyerahkan surat jaminan pelaksanaan dari Bank
Pemerintah / Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan berdasarkan SK
Menteri Keuangan yang besarnya ditentukan sebesar 5 % (lima persen) dari
nilai kontrak.
b) Kontraktor diwajibkan menyerahkan surat jaminan pelaksanaan dari Bank
Pemerintah / Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan berdasarkan SK
Menteri Keuangan yang besarnya ditentukan sebesar 5 % (lima persen) dari
nilai kontrak.
c) Masa berlaku jaminan pelaksanaan ini sekurang-kurangnya sama dengan
berlakunya kontrak, dan wajib diperpanjang apabila terjadi perpanjangan
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
d) Surat jaminan pelaksanaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini wajib
diserahkan kepada Pemberi Tugas selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari
kalender terhitung sejak tanggal SPMK diterbitkan.
e) Surat Jaminan Pelaksanaan ini akan dikembalikan kepada Kontraktor setelah
pekerjaan 100% (seratus persen) selesai dan telah diserahkan untuk pertama
kalinya.

2.9 Rencana Kerja

Paling lambat 1 (satu) minggu setelah menerima Surat Perintah Mulai


Kerja (SPMK), Kontraktor harus sudah memasukkan rencana kerja yang terdiri
dari :
a) Rencana kerja terinci dan dibuat sesuai dengan jangka waktu kontrak dan
dalam bentuk barchart dan jaring rencana kerja (networkplan).
b) Bagan dari bobot masing-masing pekerjaan terhadap harga kontrak
disesuaikan dengan rencana kerja.
c) Bagan pengerahan tenaga, pengadaan bahan-bahan, dan alat-alat yang
urutannya disesuaikan dengan bagan rencana dan bagan pengadaan bahan-
bahan yang urutannya disesuaikan dengan bagan rencana kerja. Kelalaian
dalam menyerahkan hal-hal tersebut diatas dan berakibat penundaan waktu
pelaksaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Konraktor dan tidak ada
perpanjangan waktu untuk itu.

2.10 Tenaga Kerja


a) Kontraktor harus mengadakan tenaga kerja yang cukup serta terampil untuk
melaksanakan pekerjaan ini.
b) Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan kepada Kontraktor untuk
menambah jumlah tenaga bila dirasa kurang sesuai dengan bobot pekerjaan
yang dilaksanakan atau menolak atau minta ganti pekerja yang tidak terampil
/ ahli dalam pekerjaan.
c) Kontraktor harus memenuhi peraturan perburuhan yang berlaku serta
memberikan / mengadakan fasilitas yang diperlukan pada pekerjan selama
masa kontrak ini.

2.11 Kesejahteraan, Kesehatan, dan Pertolongan Pertama


a) Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan untuk
para pekerja, antara lain fasilitas kamar mandi, WC dan fasilitas
kesejahteraan yang lain. Kontraktor wajib menyediakan perlengkapan yang
cukup untuk pertolongan pertama, antara lain obat-obatan, pemadam
kebakaran, dan lain-lain yang mudah dicapai serta seorang petugas yang telah
terlatih dalam menangani pertolongan pertama.
b) Kontraktor harus mengadakan tindakan pengamanan yang layak untuk
melindungi para pekerja atau tamu serta melindungi lingkungan di sekitar
kegiatan.
c) Kontraktor harus menjaga ketertiban dan keamanan didalam dan lingkungan
sekitar kegiatan dari hal-hal serta kejadian-kejadian yang dapat merugikan
dan tidak diperbolehkan adanya pedagang-pedagang kaki lima dan sejenisnya
didalam atau di sekitar lokasi pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai