BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu, guna menunjang kondisi lingkungan yang baik diperlukan saluran
drainase dan saluran air buangan untuk mencegah terjadinya lingkungan yang
tidak sehat.Selain itu drainase diperlukan untuk menghindari terjadinya banjir
sebagai akibat akumulasi air limpasan yang berlebihan sehingga dapat
berpengaruh terhadap lingkungan baik dari segi ekologi,estetika, maupun kondisi
sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan industri.
A. Maksud dari perencanaan drainase kawasan industri ini adalah sebagai upaya
menyalurkan buangan air permukaan sampai ke badan air.Selain itu juga untuk
mencegah terjadinya banjir akibat dari akumulasi limpasan air hujan,
menanggulangi daerah yang becek, dan sebagai upaya konseravsi sumber daya
air bagi kelangsungan kegiatan industri dan kehidupan masyrakat di
sekitarnya.Kegunaan atau fungsi drainase sendiri adalah sebagaimana maksud
dari pembuatan drainase tersebut :
1. Mengeringkan bagian wilayah kota/kawasan industri yang permukaan
lahannya rendah dari genangan.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya
agar tidak membanjiri/menggenangi kawasan industri
3. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
(H.A. Halim Hasmar 2012 : 1)
Untuk memastikan bahwa perencanaan drainase dapat berjalan dengan baik, maka
dibuat sesuai standar yang berlaku di Indonesia. Adapaun dasar hukum yang dipakai
pada perencanaan ini adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 142
Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri
Pasal 11
Pasal 6
3.1 Drainase
BAB II
BAB III
Pada perencanaan ini intensitas curah hujan sudah ditentukan oleh Dosen
yaitu sebesar sebesar 50 mm/jam.Sehingga tidakdiperlukan penghitungan
curah hujan karena intenstas curah hujan dalam satu wilayah cenderung sama,
dalam hal ini adalah Kawasan Industri Tigaraksa, Tangerang.
3.1.3 Peran Drainase
Sistem Drainase diperlukan untuk melakukan tindakan teknis dalam
mengendalikan :
a. Kelebihan Air.
Adanya arus limpasan air hujan menuju badan air penerima maka akan timbul
kemungkinan naiknya elevasi badan air permukaan. Selain itu, dampak lain
yang dapat menggangu adalah kemungkinan terjadinya air balik ( back water )
dan kerusakan terhadap badan air permukaan yang disebabkan oleh
melimpahnya air permukaan.
Bila ada air hujan tanpa adanya saluran drainase, maka yang akan terjadi
adalah menggenangnya jalan tanah dan lain sebagainya tanpa terkendali.
Jadi kegunaan drainase secara umum adalah sebagai alat pematusan daerah
dari kelebihan air permukaan dan air tanah. Apabila tidak adanya pematusan
atau pengendali dan pengontrol, maka kiriman air hujan akan masuk secara
tidak terkendali ke dalam badan penerima. Selain fungsi utama dari drainase
adalah sebagai pemelihara dan pengendali sumber air yaitu untuk memelihara
elevasi air baik air tanah maupun air permukaan.
Menurut Suripin (2003), saluran drainase harus direncanakan untuk dapat
melewatkan debit rencana dengan aman. Dalam perencanaan ini, dapat disebutkan
sebagai berikut :
Tipe saluran yang digunakan yaitu jenis saluran terbuka dengan pertimbangan
memudahkan dalam memantau salurannya
Bentuk saluran yang digunakan yaitu bentuk ekonomis segi empat, dengan
pertimbangan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), dimana
bentuk saluran ini umumnya digunakan pada daerah yang lahannya tidak
terlalu lebar, dan harga lahan mahal. Umunya digunakan untuk saluran yang
relatif besar dan sedang. Hal ini sesuai untuk topografi di Kawasan Tigaraksa.
Berdasarkan material konstrusinya, saluran drainase perencanaan ini
menggunakan saluran beton (yang diberi lapisan). Menurut Kementrian PU
dan Kimpraswil (2003), umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai
topografi yang terlalu miring atau terlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah
yang relatif lepas. Lapisan saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran
dari erosi, serta untuk memudahkan pengaliran pada volume air yang kecil
Perhitungan drainase kota menggunakan perhitungan sistem drainase , dari
peta situasi diperoleh data :
Kemiringan saluran rencana
b. Saluran Terbuka. Saluran ini terdiri dari dua bentuk yang berbeda dengan
karakteristik yang berbeda :
Saluran berbentuk segi empat modifikasinya. Saluran ini terbuat dari
pasangan batu kali atau batu belah dan biasanya di terapkan pada suatu
daerah dengan ruang yang tersedia terbatas seperti pada lingkungan
pemukiman atau lingkungan indutri diaman ambang saluran dapat
berfungsi sebagai inlet dari air hujan yang turun atau limpasan air hujan
tersebut.
Saluran berbetuk trapesium dengan modifikasinya, saluran ini di buat tenpa
pengerasan, di terapkan pada daerah kepadatan penduduk rendah dimana
ruang yang tersdia masih cukup luas, seperti daerah pertanian,
dan pada daerah tertentudilakukan pengerasan biala batas kecepatan
maksimum tidak terpenuhi.
Kapasitas saluran dan pelengkapnya sesuai dengan beban keadaan serta sifat-
sifat hidrolis dimana saluran dan perlengkapan tersebut di tempatkan. Perencanaan
hidrolis juga harus di perhatikan, meliputi prinsip hidrolik penggunaan saluran
perencanaan. Sedangkan untuk hal teknis berupa segi-segi teknis yang lebih di
perhatikan dalam rencana penyaluran sesuai topografi.
a. Limpasan air hujan dari bawah saluran (tributary) selama masih belum
berbahaya, di hemat agar dapat kesempatan untuk melakukan infiltrasi
sebesar-besarnya sehingga dapat mengurangi limpasan ke bawah aliran dan
sekaligus berfungsi untuk konversi air tanah.
b) Penentuan kecepatan aliran dalam saluran di dasarkan pada kecepatan
minimum agar tetap selp cleanning (tidak ada pengendapan lumpur) dan
kecepatan maksimum agar kontruksi saluran tetap aman (tidak terjadi
penggerusan). Sesuai dengan bentuk saluran yang persegi dengan permukaan
diperkeras maka range kecepatan saluran adalah 0,3-3 m/s.
3.2 Kriteria Perencanaan Sewerage
3.2.1 Periode Desain
Sistem penyaluran air buangan yang akan digunakan untuk daerah perencanaan
ini adalah sistem terpisah, dengan pertimbangan bahwa daerah perencanaan terletak
di daerah tropis dengan periode musim hujan dan musim kemaraunya cukup panjang
sehingga dengan diterapkan sistem terpisah akan memerlukan dimensi saluran air
buangan yang kecil.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah
sebagai berikut :
Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di tepi
jalan, di bawah trotoar, hal ini mengingat kemungkinan penggalian jika
diperlukan perbaikan, atau ditengah median (jalur hijau) yaitu jalur antara
jalur lambat dan jalur cepat
Kedalaman minimal saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran terhadap
beban – beban diatasnya. Kedalaman saluran harus disesuaikan dengan
kedalaman maksimum:
3 – 6 m.
3.2.6 Kriteria Perencanaan Sewerage industri
Dalam menentukan dimensi SPAL dilihat berdasarkan debit total yang masuk
ke dalam saluran air limbah. Besarnya debit total tergantung pada besarnya debit air
buangan dan debit infiltrasi pada waktu puncak. Langkah-langkah dalam perhitungan
debit total sebagai berikut :
Dalam perhitungan tinggi galian pipa, harus diketahui beda tinggi/elevasi tanah
dari tiap-tiap node pipa. Langkah-langkah dalam penentuan tinggi galian pipa sebagai
berikut :
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE
Blok yang dilayani dalam perencanaan ini dibagi dalam 2 blok, yang dibagi
berdasarkan jalan utama di Kawasan Tigaraksa Tangerang (gambar terlampir).
Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka yang permukaannya terbuat dari beton
dengan blok pelayanan sebanyak 2 blok (gambar terlampir).
= 0,585
Penentuan nilai C tiap blok pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Koefisien Limpasan per area
BLOK I
JALUR SEKUNDER
JALUR LUAS (Ha) TIPE DAERAH PENGALIRAN C A% A C*A C gab
LAPANGAN RUMPUT 0.15 61% 7.87632 1.181448
1-B 12.912 INDUSTRI BERAT 0.7 29% 3.74448 2.621136
0.3745
JALAN RAYA BerASPAL 0.8 10% 1.2912 1.03296
Jumlah 100% 12.912 4.835544
BLOK II
JALUR SEKUNDER
JALUR LUAS (Ha) TIPE DAERAH PENGALIRAN C A% A C*A C gab
LAPANGAN RUMPUT 0.15 65% 4.7275 0.7091
4-B 7.273 INDUSTRI BERAT 0.7 21% 1.5273 1.0691
0.3565
JALAN RAYA BerASPAL 0.8 14% 1.0182 0.8146
Jumlah 100% 7.2730 2.5928
JALUR PRIMER
So = ΔAB / Lo
Lo = Panjang limpasan
BLOK I
JALUR SEKUNDER
ELEVASI TANAH
JALUR LO (m) SO
AWAL AKHIR
BLOK II
JALUR SEKUNDER
ELEVASI TANAH
JALUR LO (m) SO
AWAL AKHIR
JALUR PRIMER
ELEVASI TANAH
JALUR LO (m) SO
AWAL AKHIR
Keterangan :
BLOK I
SEKUNDER
Elevasi Muka Tanah I A Q
Jalur LO Muka Muka SO C
(m/s) (m2) (m3/s)
Tanah Awal Tanah Akhir
1-B 112.300 12.3 11.7 0.0053 50 0.3745 12.912 0.6721
2-C 223.300 9.2 8.7 0.0022 50 0.3160 21.760 0.9558
3-D 115.800 8.3 7.9 0.0035 50 0.3600 6.195 0.3100
BLOK II
SEKUNDER
Elevasi Muka Tanah I A Q
Jalur LO Muka Muka SO C
(m/s) (m2) (m3/s)
Tanah Awal Tanah Akhir
4-B 91.000 9.700 9.400 0.0033 50 0.3565 7.273 0.3604
5-C 137.000 9.300 8.600 0.0051 50 0.5075 13.432 0.9475
6-D 185.000 8.200 7.800 0.0022 50 0.2765 20.415 0.7846
PRIMER
Elevasi Muka Tanah I A Q
Jalur LO Muka Muka SO C
(m/s) (m2) (m3/s)
Tanah Awal Tanah Akhir
A-B 100.200 10.300 9.400 0.0090 50 0.2875 9.235 0.3691
B-C 106.000 9.300 8.700 0.0057 50 0.2830 12.321 0.4847
C-D 152.000 8.600 8.300 0.0020 50 0.3050 14.962 0.6343
D-E 73.000 8.100 8.000 0.0014 50 0.2645 7.273 0.2674
Penyelesaian :
𝑄𝑥𝑛
h = 0,917 x ( 𝑆𝑜½ )¾
1,7896 𝑥 0,013
= 0,917 x ( )¾
0,0054 ½
= 0,05963 m
b = 2h A=bxh
= 2 x 0,05963 = 0,05963 x 1,1926
= 1,1926 m = 0,7111 m³
𝑄 1,7896
V = 𝐴 = 0,7111
= 2,5166 m/s
1
V kontrol = 𝑛x R⅔ x So½
1 ℎ 1 0,05963
= 𝑛 (2) ⅔ x So½ = 0,013 𝑥 ( ) ⅔ x 0,2981½
2
= 2,5166 m/s
Keterangan :
Angka kekasaran (n) menggunakan permukaan beton, n = 0,013
Radius hidrolik (R) = 0,5 x h
Kontrol kecepatan menggunakan rumus kecepatan aliran menurut Metcalf and
Eddy (1999) : Q = V/A
SEKUNDER BLOK I
Jalur Q H b R A V V cek FB
so C
Saluran
(m3/s) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (m/s) (meter)
1-B 0.6721 0.0053 0.4135 0.8269 0.2067 0.3419 1.9659 1.9658 0.1400 0.2406
2-C 0.9558 0.0022 0.5554 1.1108 0.2777 0.6169 1.5493 1.5493 0.1400 0.2788
3-D 0.3100 0.0035 0.3357 0.6713 0.1678 0.2254 1.3756 1.3756 0.1400 0.2168
SEKUNDER BLOK II
Jalur Q H b R A V V cek FB
so C
Saluran
(m3/s) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (m/s) (meter)
0.3604 0.0033
4-B 0.3583 0.7166 0.1792 0.2568 1.4036 1.4036 0.1400 0.2240
0.9475 0.0051
5-C 0.4742 0.9485 0.2371 0.4498 2.1065 2.1065 0.1400 0.2577
6-D 0.7846 0.0022
0.5192 1.0383 0.2596 0.5391 1.4555 1.4555 0.1400 0.2696
PRIMER
Jalur Q h b R A V V cek FB
so C
Saluran (m3/s) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (m/s) (meter)
A-B 0.3691 0.0090 0.2996 0.5991 0.1498 0.1795 2.0562 2.0562 0.1400 0.2048
B-C 1.8863 0.0057 0.6023 1.2045 0.3011 0.7255 2.6001 2.6001 0.1400 0.2904
C-D 4.4239 0.0020 1.0102 2.0204 0.5051 2.0410 2.1675 2.1674 0.1400 0.3761
D-E 5.7859 0.0014 1.1964 2.3927 0.5982 2.8625 2.0213 2.0212 0.1400 0.4093
DAFTAR PUSTAKA