Anda di halaman 1dari 57

TUGAS BESAR

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


KABUPATEN BONDOWOSO

Disusun oleh:

Olivia Syahbilla (19513032)


Ibnu Subagiyo (19513045)
Alfi Lail Arifin (19513049)
Muhammad Hanif Alshidqi (19513074)

DOSEN:
Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M.Eng

ASISTEN DOSEN:
Nelly Marlina, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2022

LEMBAR PENGESAHAN
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Judul : PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Nama :

NIM :

Telah diperiksa dan disetujui sebagai persyaratan laporan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Yogyakarta, ………………………...

Asisten Pembimbing, Dosen Pengampu Mata Kuliah,

Nelly Marlina S.T., M.T. Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M.Eng

2
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Besar Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah di Bondowoso ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah
membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang bederang.

Tugas Besar Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kabupaten Bondowoso ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi perencana dan orang lain yang membacanya untuk
membantu dan memberikan pengetahuan mengenai Perencanaan Pengolahan Air limbah di
Kabupaten Bondowoso. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan
3. Bapak Joni Aldilla Fajri selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Perencanaan
Pengolahan Air Limbah yang telah memberikan materi dan bimbingannya
4. Ibu Nelly Marlina selaku asisten yang telah membimbing dan memberikan
masukan dalam pengerjaan tugas besar ini
5. Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu menyelesaikan tugas
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah ini

Demikian yang dapat kami sampaikan kurang dan lebihnya kami mohon maaf

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

Yogyakarta,14 Oktober 2020

DAFTAR ISI

3
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

DAFTAR TABEL 6

DAFTAR GAMBAR 7

BAB 1
PENDAHULUAN 8
1.1 Latar Belakang 8
1.2 Maksud dan Tujuan 8
1.3 Ruang Lingkup 9

BAB II
STUDI KELAYAKAN 11
2.1 Deskripsi Daerah Perencanaan 11
2.1.1 Batas Wilayah dan Administrasi 11
2.1.2 Kondisi Fisik dan Tata Ruang Wilayah 12
2.1.2.1. Kondisi Geografis 12
2.1.2.2 Topografi Dan Geomorfologi 13
2.1.2.3 Geologi dan Hidrologi 13
2.1.3. Proyeksi Penduduk 14
2.2 Evaluasi Wilayah Perencanaan 17
2.2.1 Kondisi eksisting wilayah perencanaan 17
2.2.2 Analisis Kondisi Sanitasi 17
2.2.3 Analisis tingkat kepadatan penduduk 18
2.3 Strategi Pentahapan Wilayah Pelayanan SPAL 18
2.3.1 Penetapan Zona Prioritas 18
2.3.2 Pembagian Zona Pengembangan 19
2.3.3 Penetapan Arah Pengembangan 20

BAB III
PERENCANAAN DEBIT & BEBAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH 21
3.1. Perencanaan Debit Air Limbah 21
3.1.1. Perhitungan Debit Rata-Rata 21
3.1.2. Perhitungan Debit Puncak 23
3.1.3. Perhitungan Debit Infiltrasi 23
3.1.4. Debit Maksimum Air Limbah 24
3.2. Pemilihan Opsi / Alternatif Teknologi 24
3.3. Efisiensi Removal dan Beban Pengolahan 28
3.3.1. Efisiensi Removal 28
3.3.2. Kualitas Effluen 30

4
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV
KRITERIA DESAIN 32
4.1. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah 32
4.2 Kriteria Air Limbah 33
4.3 Unit Pengolahan Air Limbah 33
4.3.1 Bar Screen 35
4.3.2 Aerated Grit Chamber 37
4.3.3 Clarifier 38
4.3.4 Sequencing Batch Reactor (SBR) 39
4.3.5 Ultraviolet (UV) 40
4.3.6 Pengolahan Lumpur 41

BAB V
PERENCANAAN BASIC DESIGN 43
5.1 Desain Teknologi Pengolahan Terpilih 43
5.1.1 Unit Pengolahan Awal 43
5.1.2 Unit Pengolahan Primer 51
5.1.3 Unit Pengolahan Sekunder 56

5
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR TABEL

6
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

7
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sanitasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu usaha untuk
membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat. Secara praktis, istilah sanitasi dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan
pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak
membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan.
(Depledge, 1997). Secara garis besar, pengertian dasar penanganan sanitasi adalah air
buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water) yaitu air limbah yang
berasal dari pemukiman penduduk. Limbah yang diolah dilakukan dengan sistem pengelolaan
Off Site yaitu pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.

Sebagian besar pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga di lingkungan masyarakat


Kabupaten Bondowoso dengan sistem septic tank dan sebagian lainnya dibuang ke drainase
(SPAL) baik saluran terbuka/tertutup maupun langsung dibuang di area terbuka/sungai.
Dalam jangka menengah ke depan terutama untuk daerah perkotaan, perlu adanya pemikiran
Limbah Cair Rumah Tangga diolah secara khusus melalui suatu sistem komunal maupun
terpusat untuk skala kota (off site system) (SSK Kabupaten Bondowoso 2012).

Mengingat bahwasanya limbah domestik mengandung senyawa-senyawa tertentu,


oleh sebab itu penting kiranya untuk tidak langsung mengalirkan limbah tersebut ke
lingkungan akan tetapi dengan melalui sistem sewerage yang akan berujung pada suatu
pengolahan limbah yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Dengan begitu limbah
akan tersalurkan dengan baik dan dilakukan pengolahan yang tepat sehingga akan
mengurangi tingkat pencemaran ke lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah :

8
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1. Mengurangi dan menghilangkan dampak negatif air buangan pada kesehatan


manusia dan lingkungannya agar tercipta suatu kondisi lingkungan yang sehat.
2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan atau
pemanfaatan air buangan untuk kepentingan hidup manusia dan lingkungannya.
3. Mencegah timbulnya penyakit bawaan air (waterborne disease) dan mencegah bau
tidak sedap yang ditimbulkan oleh air buangan.

Tujuan dari Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah :

1. Menentukan unit proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang akan
digunakan.
2. Menghitung dimensi unit IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang akan
digunakan.
3. Merencanakan desain IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di wilayah
perencanaan, yaitu Kabupaten Banyumas
4. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam pelaksanaan pekerjaan
operasional dan pemeliharaan dari sistem yang direncanakan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari perencanaan instalasi pengolahan air limbah yaitu menjelaskan
tentang tahap-tahap di dalam merencanakan sebuah sistem yang nantinya akan dibangun di
Kabupaten Bondowoso meliputi :
1. Penentuan daerah pelayanan pada Kabupaten Bondowoso
2. Perhitungan Debit Air limbah
3. Perhitungan beban pengolahan dan kualitas effluent
a. Perhitungan Proyeksi Penduduk
b. Penentuan Sub Area Pelayanan
c. Perhitungan kapasitas aliran (Rumah tangga dan Non-Rumah tangga)
4. Kriteria Desain
a. Rencana Bangunan Pelengkap
5. Perencanaan IPAL
6. BOQ

9
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

7. RAB
8. Gambar Perencanaan

10
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
STUDI KELAYAKAN

2.1 Deskripsi Daerah Perencanaan

Kabupaten Bondowoso adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Bondowoso adalah Kecamatan Bondowoso. Ibu kota
kabupaten berada di persimpangan jalur dari Kecamatan Besuki dan Kabupaten Situbondo
menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak
memiliki wilayah pesisir laut di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Adapun potensi dari
Kabupaten Bondowoso antara lain pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan, dan
pariwisata. Dikutip dari Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2021, hasil survei penduduk
tahun 2020 penduduk Kabupaten Bondowoso berjumlah 776.151 jiwa dengan 382.226 jiwa
penduduk laki-laki dan 393.926 jiwa penduduk perempuan, dan kepadatan penduduk 498
jiwa/km2.

2.1.1 Batas Wilayah dan Administrasi


Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso secara Keseluruhan 1.560,10 Km²
atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur yang terbagi menjadi 23 kecamatan,
10 kelurahan, 209 desa dan 913 dusun. Secara astronomis Kabupaten Bondowoso terletak
diantara 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″ LS. Kabupaten Bondowoso

11
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

memiliki suhu udara yang berkisar antara 25°C - 28°C. Batas dari wilayah Kabupaten
Bondowoso adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo
• Sebelah Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo
• Sebelah Selatan : Kabupaten Jember
• Sebelah Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi

2.1.2 Kondisi Fisik dan Tata Ruang Wilayah


Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten Bondowoso, mencakup perwujudan
kawasan lindung dan perwujudan kawasan budi daya. Selanjutnya adalah indikasi program
utama dalam upaya perwujudan kawasan kawasan strategis di Kabupaten Bondowoso. Untuk
mendukung terwujudnya struktur ruang dan pola ruang sebagaimana diarahkan dalam
RTRW, maka salah satu strategi yang harus dilaksanakan adalah optimalisasi
pemanfaatan/pengelolaan aset-aset pemerintah dan daerah, khususnya yang berupa lahan dan
bangunan untuk difungsikan sesuai arahan rencana tata ruang, serta perlunya pencadangan
lahan secara bertahap pada lokasi strategis, yang sangat vital dalam pengembangan daerah.
Dengan demikian kinerja pembangunan daerah dapat terlihat melalui perkembangan pola
pengembangan wilayah
2.1.2.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur Provinsi Jawa
Timur dengan jarak dari ibu kota provinsi (Surabaya) sekitar 200 km. Koordinat wilayah
terletak antara 113°48’10” -113°48’26” BT dan antara 7°50’10” - 7°56’41” LS dengan
temperatur antara 25°C - 15°C. Hamparan wilayah Kabupaten Bondowoso berada pada
ketinggian antara 78-2.300 meter di atas permukaan air laut, 3,27 % berada pada ketinggian
di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100-500 m dpl, 17,75 % berada
pada ketinggian 500-1.000 m dpl, dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl.
Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng Utara dengan puncak
Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren di sebelah Timur, Pegunungan Hyang
dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap dan Gunung Krincing di sebelah Barat,
sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung
Bendusa.

12
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.2.2 Topografi Dan Geomorfologi


Ditinjau dari ketinggiannya, hamparan wilayah Kabupaten Bondowoso berada pada
ketinggian rata-rata sekitar 253 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan puncak tertinggi
3.287 meter dpl dan terendah 73 meter dpl. Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan
Pegunungan Kendeng Utara dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung
Widodaren disebelah Timur, Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung
Kilap dan Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung
Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Daerah terluas berada pada ketinggian 100-
500 m dpl, dengan 49,11 % dari keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0
– 100 m dpl. Seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana 44,4%
wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan
24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan tanah bervariasi namun sebagian besar
memiliki derajat kemiringan cukup tinggi dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2,
landai (3-15%) seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat
curam di atas 40% seluas 496,40 km2.
Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu
hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%,
alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur
sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1%
bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi,
topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki
karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan
longsor.
2.1.2.3 Geologi dan Hidrologi
Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai terpanjang yaitu
sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bondowoso merupakan
sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar
alam bersifat tetap, selain sungai sampean di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sungai
Deluweng yang mengalir dari kecamatan Pakem dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait
yang terdapat di Kecamatan Sempol. Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten
Bondowoso menjadi dua bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran

13
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

serta pegunungan sebelah barat. Sumber air dari Sungai Sampean ditunjang dari sungai-
sungai kecil yang lain, sungai-sungai kecil tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena
itu debit Sungai Sampean juga tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai
kecil tersebut antara lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring, Klampokan,
Pakisan dan lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut dibuat bendungan atau dam kecil
yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.
Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten Bondowoso didukung juga
dengan adanya mata air yang berjumlah ± 126 buah. Saluran Dam Sampean Baru memanjang
dari Kecamatan Tapen sampai Kecamatan Cerme ± 23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso
juga terdapat sumber mata air mineral (air panas) sebanyak tiga buah yang terletak di
Kecamatan Sempol.
Menurut tinjauan geologis, stratigrafi wilayah Kabupaten Bondowoso disusun oleh
batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda
62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5%
dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau
berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah
(±3,1%). Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter
yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit –
Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktivitas gunung api kwarter
muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation).

2.1.3. Proyeksi Penduduk


Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kabupaten Bondowoso
dilakukan dengan selang waktu 10 tahun. Perkiraan perkembangan jumlah penduduk
diproyeksikan untuk masa 10 tahun yang akan datang. Proyeksi perkembangan
penduduk menggunakan rumus yang sesuai dengan pola kecenderungannya, yaitu
dengan cara dilakukan pengujian terhadap data jumlah penduduk terdahulu
menggunakan standar deviasi atau koefisien korelasi. Laju pertumbuhan diperoleh
berdasarkan data perkembangan jumlah penduduk 10 tahun ke belakang (2011 –
2020).

14
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut ini merupakan cara pengerjaan untuk memproyeksikan jumlah


penduduk Kecamatan Bondowoso untuk 10 tahun mendatang. Hasil perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut :

a) Metode Aritmatik
1. Proyeksi
Menentukan proyeksi penduduk dengan menggunakan metode aritmatik, dengan
rumus:

Pn = Po+ Ka(Tn−¿)

Keterangan :

Pn = jumlah penduduk tahun ke-n

Po = jumlah penduduk tahun dasar

Ka = konstanta aritmatik (rerata selisih penduduk)

Tn = tahun ke-n

To = tahun dasar ( terakhir )

Contoh perhitungan:

Pn = Po+ Ka(Tn−¿)

Tahun 2011 Pn = Po+ Ka(Tn−¿)

= 748,127 - 3642,4 (2020-2011) = 715345 jiwa

2. Standar Deviasi

15
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Metode yang memperoleh standar deviasi terkecil adalah metode aritmatik sehingga
proyeksi penduduk 20 tahun mendatang pada perencanaan ini dihitung dengan metode
aritmatik. Berikut merupakan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode arit

16
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.2 Evaluasi Wilayah Perencanaan


2.2.1 Kondisi eksisting wilayah perencanaan
Kawasan pertanian lahan sawah tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan
Sempol. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian menjadi kawasan
terbangun, maka untuk mempertahankan kawasan pertanian khususnya sawah beririgasi
teknis dan lahan pertanian pangan (sawah berkelanjutan) ini perlu ditingkatkan dengan
cara teknik Intensifikasi. Untuk menunjang peningkatan dari nilai manfaat melalui
peningkatan pelayanan irigasi dari setengah teknis menjadi teknis dan sederhana menjadi
setengah teknis. Lahan sawah irigasi banyak dijumpai di beberapa kecamatan,
antara lain:
Kecamatan Maesan, Kecamatan Grujugan, Kecamatan Tamanan, Kecamatan Jambesari
DS, Kecamatan Pujer, Kecamatan Tlogosari, Kecamatan Sukosari, Kecamatan
Sumberwringin, Kecamatan Botolinggo, Kecamatan Tapen, Kecamatan Wonosari,
Kecamatan Tenggarang, Kecamatan Bondowoso, Kecamatan Curahdami, Kecamatan
Binakal, Kecamatan Pakem, Kecamatan Wringin, Kecamatan Tegalampel, Kecamatan
Klabang, Kecamatan Prajekan, dan Kecamatan Cermee.

2.2.2 Analisis Kondisi Sanitasi


Strategi Sanitasi Kota Bondowoso menurut dokumen rencana strategis berjangka
menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu
Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana
tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam
menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip: Berdasarkan data
aktual (Buku Putih Sanitasi); Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,
persampahan); Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan Menggabungkan pendekatan
‘top down’ dengan ‘bottom up’.

2.2.3 Analisis tingkat kepadatan penduduk


Penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2021 berdasarkan Hasil Proyeksi Penduduk
Interim sebanyak 778.525 jiwa yang terdiri atas 383.325 jiwa penduduk laki-laki dan 395.200

17
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan Sensus Penduduk tahun 2020, laju
pertumbuhan penduduk Bondowoso mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 0,31
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2021 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 97,0 yang artinya diantara 100 perempuan terdapat 97
orang laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bondowoso tahun 2021 mencapai 499
jiwa/km2 . Kepadatan penduduk di 23 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan
penduduk tertinggi terletak di kecamatan Bondowoso dengan sebesar 3.317 jiwa/km2 dan
terendah di Kecamatan Ijen sebesar 58 jiwa/ Km2

2.3 Strategi Pentahapan Wilayah Pelayanan SPAL


2.3.1 Penetapan Zona Prioritas
Pembagian zona prioritas air limbah ditetapkan berdasarkan Pengembangan Saluran
pengelolaan limbah perkotaan yang dilaksanakan pada kawasan –kawasan yang memiliki
tingkat permukiman penduduk yang padat,beban pencemar, kondisi sanitasi, dan angka
kesakitan yang tinggi. Masyarakat merupakan elemen utama dalam proses pembangunan
saluran SPAL tersebut, karena di masyarakat merupakan Objek yang vital yang akan
melaksanakan serta mengelola program pembangunan SPAL tersebut. Berdasarkan analisis
area beresiko telah terpilih beberapa area beresiko sanitasi yang akan menjadi prioritas
pembangunan sanitasi, berikut merupakan area resiko sanitasi yang sangat tinggi yakni :

1. Kecamatan Bondowoso
2. Kecamatan Pujer
3. Kecamatan Tamanan
4. Kecamatan Tenggarang
Berikut merupakan Peta Zona Prioritas Kabupaten Bondowoso

18
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 2. 3 Zona Prioritas Perencanaan IPAL


2.3.2 Pembagian Zona Pengembangan
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pengembangan
permukiman baik di perdesaan maupun di perkotaan pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni aman, nyaman, damai dan
sejahtera serta berkelanjutan. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan
prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman, pengembangan permukiman yang
terjangkau, khususnya bagi masyarakat kurang mampu, pengembangan ekonomi kota serta
penciptaan sosial budaya di perkotaan. Pengembangan Saluran pengelolaan limbah perkotaan
dilaksanakan pada kawasan –kawasan yang memiliki tingkat permukiman penduduk yang
padat , diarahkan pada 20 (dua puluh) kawasan perkotaan yang terdiri dari: kawasan
perkotaan Bondowoso sebagai ibukota kabupaten yang mencakup wilayah 4 kecamatan dan
19 ibukota kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso sebagai pusat
pelayanan kabupaten, pusat pertumbuhan skala kabupaten, dan pusat pelayanan perkotaan
kecamatan.Sedangkan untuk kawasan pedesaan Pengelolaan air limbah dilakukan dengan
proses drainasisasi. Adapun penentuan zona pengembangan sebagai berikut :
1. Zona pengembangan diambil dari zona prioritas, ditetapkan Kecamatan Pujer
2. Zona pengembangan jangka panjang ditetapkan berdasarkan
Agriladang,Agritanam campur yang berpotensi untuk pengembangan di
daerah perencana. Maka di tetapkan Kecamatan Tamanan.

19
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.3.3 Penetapan Arah Pengembangan


Penetapan arah pengembangan ditujukan untuk menyediakan dasar dan acuan bagi
pekerjaan pengembangan sanitasi yang lebih terintegrasi dan menjadi panduan kebijakan
kota/daerah dalam kegiatan pengelolaan sanitasi. Untuk Arahan Pengembangan SPAL agar
dapat dikembangkan kedalam wilayah pedesaan khususnya perkotaan adalah bagaimana hal
tersebut itu menjadikan system itu berjalan dengan normal, misalkan kemana air mengalir
maupun dikelola dengan kondisi air yang seperti apa ataupun jenis tanah yang seperti apa
yang diperlukan dalam program pembangunan SPAL ini. Berikut merupakan tabel kegiatan
Kegiatan Dan Rincian Program Sistem Pembuangan Air Limbah kabupaten Bondowoso
2.3 Tabel Kegiatan Dan Rincian Program Sistem Pembuangan Air Limbah kabupaten
Bondowoso
No PROGRAM/KEGIATAN OUTPUT OUTCOME

1 Pembangunan sarana dan Prasarana Terbangunnya Terciptanya


sistem Pembuangan air limbah Sarana Pengelolaan Lingkungan Yang
Air Limbah Sehat dan Bersih

2 Pembangunan Sarana Air bersih Terbangunnya Terciptanya


Sistem Sarana dan Lingkungan Yang
Prasarana Air Bersih Sehat dan Bersih
dan Perpipaan
Sumber : Rencana Investasi Jangka Menengah Kabupaten Bondowoso

20
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
PERENCANAAN DEBIT & BEBAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH

3.1. Perencanaan Debit Air Limbah


Perhitungan debit air limbah dibagi menjadi dua jenis yaitu debit air limbah domestik
dan debit air limbah non domestik. Pembagian ini berdasarkan sumber air bersih yang
digunakan. Air limbah domestik berasal dari air bersih yang digunakan pada daerah
pemukiman penduduk, sedangkan non domestik dari fasilitas sarana umum yang ada di
daerah perencanaan. Dalam menghitung limbah domestik merupakan 60% - 80% dari
kebutuhan air bersih per orang. Pada perencanaan ini digunakan 80% debit air bersih untuk
menghitung debit air limbah per hari.
Perhitungan debit air limbah didasarkan pada buku Panduan Perencanaan Teknik
Terinci Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) Buku A yang
meliputi perhitungan debit rata-rata, debit jam maksimal (puncak), dan debit infiltrasi.
Berikut ini adalah perhitungan debit air limbah pada daerah perencanaan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) di Kabupaten Bondowoso :
3.1.1. Perhitungan Debit Rata-Rata
Perhitungan debit air limbah domestik yang bersumber dari permukiman dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan populasi terhadap pemakaian air minum yang
menjadi air limbah domestik pada setiap blok pelayanan. Adapun persentase timbulan air
limbah domestik yakni sebesar 60-80% dari pemakaian air minum. Dalam perencanaan ini
dipilih 80% sebagai faktor air limbah sehingga persamaan yang dapat digunakan yaitu:
Qair limbah =( 60 %−80 %)x Qair minum
di mana:
Qair limbah = debit air limbah domestik (L/orang/ hari)
Qair minum = pemakaian air minum (L/orang/hari)

3.1 Tabel Limbah Domestik Kabupaten Bondowoso

21
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Qr = 80 % x (150L/orang.hari x jumlah penduduk x tingkat pelayanan)


Qr Non domestik = Qr Domestik x 20%
Qr total = + (L/hari)
Contoh perhitungan :
Blok 1 (Bondowoso) :
1. Q air bersih = jumlah penduduk terlayani x jumlah pemakaian air
= 142798 jiwa x 150 ltr/org/hr
= 21.419.733 Lt/hari
= 0,253 m3/s
2. Q domestik = Q air bersih x % Pelayanan
= 0,253 x 80%
= 0,203 m3/det

3.2 Tabel Limbah Non Domestik dan Debit Rata-rata Kabupaten Bondowoso

3. Q non Domestik = 20% x Qd


= 20% x 0,203 ltr/hari
= 0.041 m3/det
4. Q rata-rata = Q total + Q infiltrasi
= 0,243 + 0,024

22
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 0,267 m3/det
3.1.2. Perhitungan Debit Puncak
Debit puncak harian ditentukan dengan mengalikan debit rata-rata harian dengan
faktor puncak. Ada beberapa metode perhitungan faktor puncak, yakni metode Ten-state
Standard, Harmon, Babbit, dan Federov. Untuk perencanaan ini dipilih metode Babbit.
Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :
Q Puncak=Q rerata x Faktor Puncak , dengan
5
PF= , dimana
( P/1000) 0,2
PF = Faktor Puncak
P = Populasi (jiwa)
Contoh perhitungan :
Blok 1 (Bondowoso) :

5
PF = 0,2
( P/ 1000)
5
¿
(142798/1000)0,2
Pf = 0,131
Q puncak (qp) = 0,366 m3/det
3.1.3. Perhitungan Debit Infiltrasi
Debit infiltrasi merupakan aliran air yang berpotensi masuk dari celah pada
manhole/bak inspeksi. Perhitungan debit aliran permukaan yang masuk dalam jaringan
perpipaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan koefisien infiltrasi permukaan
(Cr). Nilai Cr di Indonesia berkisar antara 0,1 – 0,3. Dalam perencanaan ini digunakan Cr
sebesar 0,1 (10 %). Adapun persamaan yang digunakan yakni:
Q infiltrasi=Qr x Cr
di mana:
Cr = koefisien infiltrasi (0,1 – 0,3)
Qr = debit rata-rata (l/detik)

3.2 Tabel Debit Infiltrasi Kabupaten Bondowoso

23
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Contoh Perhitungan :
Blok 1 (Bondowoso) :
Q infiltrasi = 10% x (Qd+Qd non)
= 10% x (0,203+0,041)
= 0,024 m3/s
3.1.4. Debit Maksimum Air Limbah
Debit puncak total diperoleh dengan menjumlahkan debit puncak air limbah dengan
debit infiltrasi.
Contoh perhitungan :
Blok 1 (Bondowoso)
Qp= qp + qi
Qp= 0,366 m3/detik + 0,024 m3/detik
Qp= 0,390 m3/detik

3.2. Pemilihan Opsi / Alternatif Teknologi


Pemilihan opsi / alternatif teknologi pengolahan pada perencanaan ini didasarkan
pada hasil perhitungan dari metode skoring yang dilakukan sebelum menentukan opsi
teknologi. Penilaian dilakukan berdasarkan pada beberapa kriteria seleksi seperti perencanaan
kota, desain dan konstruksi, pembiayaan, operasi dan perawatan, serta kinerja dari opsi
teknologi. Hasil dari skoring ini menghasilkan opsi teknologi yang sesuai dengan kriteria
lokasi yang tersedia karena disesuaikan dengan faktor pembobotan. Pada perencanaan ini
terdapat empat opsi teknologi yang akan dipilih, yakni teknologi SBR, Oxidation Ditch,
RBC, dan MBR.
Nilai dari skoring berkisar antara 0 (rendah) - 5 (tinggi). Semakin tinggi nilai skoring
menunjukan bahwa pada kriteria seleksi tersebut semakin tinggi pula skor teknologi tersebut.
Nilai ini berdasarkan dari spesifikasi dan perbandingan dari masing-masing metode.

24
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kriteria Seleksi Faktor SBR Trickli Anaer Skoring


Pembo ng obic
botan Filter Filter SBR Trickli Anaero
ng bic
Filter Filter

Perencanaan Kota

Luas IPAL 3 5 3 3 15 9 9

Gangguan berupa bau 2 4 2 3 8 4 6


dan bising

Desain Kontruksi

Pentahapan 3 3 3 3 9 9 9
Pembangunan

Struktur dan peralatan 4 2 4 4 8 16 16


mekanik sederhana

Kebutuhan Peralatan 4 2 4 5 8 16 20
mekanik dan Elektrikal

Pembiayaan 0 0 0

Biaya Investasi 5 2 2 3 10 10 15

Biaya Operasi 5 3 2 4 15 10 20

Operasi dan Perawatan

Kemudahan Operasi 4 4 4 4 16 16 16

Kemudahan Perawatan 4 3 4 4 12 16 16

Kinerja

Sensitif terhadap 4 3 3 2 12 12 8
kualitas influen

Kepatuhan terhadap 5 5 3 1 25 15 5
baku mutu lingkungan

Lumpur yang 4 3 2 3 12 8 12

25
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dihasilkan

Reliabilitas 3 5 3 2 15 9 6

Total Score 50 44 39 41 165 150 158

Scoring Teknologi 66,00 60 63,2

Perhitungan Scoring dari Metode Terpilih

1. Perhitungan Scoring untuk Sistem SBR


165
Scoring = x 20 = 66
50
2. Perhitungan Scoring untuk Sistem Trickling Filter
150
Scoring = x 20 = 60
50
3. Perhitungan Scoring untuk Anaerobic Filter
158
Scoring = x 20 = 63,2
50
Dari hasil perhitungan skoring didapatkan hasil skor tertinggi yaitu SBR sebagai alternatif 1,
Anaerobic Filter sebagai alternatif 2, Trickling Filter sebagai alternatif 3. Adapun diagram
proses dari teknologi pengolahan dari setiap alternatif ditunjukkan pada berikut :

1. Alternatif 1 (Sequencing Batch Reactor)

26
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Alternatif 2 (Anaerobic Filter)

3. Alternatif 3 (Trickling Filter)

27
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.3. Efisiensi Removal dan Beban Pengolahan


3.3.1. Efisiensi Removal
Wilayah perencanaan Kabupaten Bondowoso merupakan suatu wilayah dimana
sumber air limbah utamanya berasal dari kegiatan domestik, seperti dapur dan MCK.
Karakteristik air limbah di wilayah perencanaan dikategorikan ke dalam medium strength
yang diadaptasi dari Tabel 3-15 (Metcalf and Eddy, 2002). Karakteristik air limbah ini adalah
konsentrasi dari beberapa parameter limbah yang baru dihasilkan atau yang belum terolah.

28
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

29
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Setelah diketahui kualitas efluen hasil pengolahan IPAL yang harus dicapai dan kualitas
influen yang perlu diolah IPAL, dapat dihitung beban pengolahan removal yang harus
diproses.

Parameter Medium Baku kualitas Debit Debit Beban Beban


Strength mutu effluent Air Air Pengolah Pengolaha
(mg/l) Perme (mediu Limbah Limbah an n (kg/hari)
n LHK m (m3/det (liter/d (kg/detik)
(mg/l) strength) ik) etik)
kg/l

BOD 190 30 0,00019 0,717 717 0,14 11763

COD 430 100 0,00043 0,717 717 0,31 26621

TSS 210 30 0,00021 0,717 717 0,15 13001

Minyak 90 5 0,00009 0,717 717 0,06 5572


dan Lemak

Amonia 25 10 0,00002 0,717 717 0,02 1548


5

Total 1000000 3000 100 0,717 717 71653 61908560


Coliform 00 88

3.3.2. Kualitas Effluen


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : p68/ Menlhk/ Setjen/ Kum.1/ 8/ 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, diketahui kadar maksimum untuk IPAL kawasan, IPAL permukiman, dan IPAL
perkotaan adalah sebagai berikut dengan perbandingan dari efisiensi removal pada IPAL
yang direncanakan:
Kadar Kadar pada
Parameter Satuan
No. Maksimum Efluen IPAL
(1) (2) (3) (4)
1 pH - 6-9 -
2 BOD mg/L 30 12,74
3 COD mg/L 100 21,233
4 TSS mg/L 30 2

30
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

5 Minyak dan lemak mg/L 5 -


6 Amoniak mg/L 10 9,35
7 Total Coliform Jumlah/100 mL 3000 18

Sumber : Permen LHK nomor P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016

31
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV
KRITERIA DESAIN

4.1. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah


Dalam Permen PUPR no.4/PRT/M tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan
Air Limbah disebutkan bahwa Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) adalah
serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah domestik. Air Limbah Domestik adalah air limbah yang berasal dari
usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.
Berdasarkan tempat pengolahannya SPALD terbagi menjadi dua yakni terpusat (SPALD-T) dan
setempat (SPALD-S). SPALD-T adalah sistem pengolahan air limbah dimana air limbah dialirkan
dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke
badan air permukaan. Adapun SPALD-S adalah sistem pengolahan air limbah dimana dilakukan di
lokasi sumber dan kemudian lumpur hasil olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-sistem
Pengolahan Lumpur Tinja.
Penetapan lokasi IPAL wajib memenuhi syarat, yaitu berdekatan dengan wilayah yang
dilayani, terdapat akses jalan, bukan terletak di kawasan patahan, genangan dan/atau banjir, dan rawan
longsor. Proses pemilihan lokasi IPAL terdapat pada diagram alir di bawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Alir Pemilihan Lokasi IPAL


Studi kelayakan adalah acuan untuk mengetahui tingkat kualitas atau kelayakan
pengembangan IPAL. Studi kelayakan disusun dengan mempertimbangkan kajian teknis, keuangan,
ekonomi, dan lingkungan. Tahapan perencanaan teknik terinci adalah perencanaan detail prasarana

32
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dan sarana IPAL yang pada tugas besar ini ditunjukkan dengan perhitungan desain dan gambar teknik
dari unit IPAL yang didesain. Proses pemilihan sistem IPAL secara umum dapat dilihat sebagai
berikut.

Gambar 4.2 Diagram Alir Pemilihan Sistem IPAL


4.2 Kriteria Air Limbah
Menurut PermenLHK no 68 tahun 2016 Kualitas air limbah yang akan diolah di
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada tugas besar ini adalah kualitas air limbah
medium strength. Parameter yang harus dihilangkan mengacu pada tujuh parameter berikut,
yaitu BOD, COD, minyak lemak, PH, Ammonia, TC dan TSS.
4.3 Unit Pengolahan Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah berdasarkan jenisnya, dikategorikan dalam sistem
pengolahan fisik, pengolahan biologis, dan pengolahan kimiawi. Adapun unit pengolahan air
limbah dari Teknologi SBR adalah sebagai berikut :

1. Alternatif 1 SBR

33
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Alternatif 2 Anaerobic Filter

3. Alternatif 3 Tricking Filter

34
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Metode yang dipilih :

Gambar 4.3 Jenis Sistem Pengolahan Air Limbah


4.3.1 Bar Screen
Bar screen biasanya terdiri dari screen chamber dengan struktur inlet dan outlet serta
saringan. Bar screen terdiri dari batang baja yang dilas pada kedua ujungnya terhadap dua
batang baja horizontal. Hal yang harus diperhatikan untuk mendesain bar screen adalah
kecepatan atau kapasitas rencana, jarak antar bar, ukuran bar (batang), sudut inklinasi, head
loss yang diperbolehkan. Kriteria perencanaan bar screen terdapat pada tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Kriteria Desain Bar Screen

35
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel Kriteria Desain Screen dari Pembersihan Manual dan Pembersihan Mekanik

Tabel Koefisien Jenis dan Bentuk Saringan (β)


Sumber: Pedoman Perencanaan Teknik Terinci Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
(SPALD-T) BUKU B, 2018
Berikut merupakan sketsa dari Bar Screen

Gambar 4.4 Desain Bar Screen


4.3.2 Aerated Grit Chamber
Aerated Grit Chamber digunakan untuk memisahkan pasir yang berasal dari air
limbah. Pemisahan pasir dilakukan dengan prinsip pengendapan pasir oleh kecepatan
horizontal yang kemudian menyebabkan pasir mengendap. Untuk mengatur kondisi

36
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

kecepatan selalu stabil sehingga bahan organik lainnya, selain pasir, dapat terendapkan, maka
perlu dilakukan hal sebagai berikut.
a. Grit chamber dibagi menjadi dua kompartemen atau lebih, untuk aliran
minimum bekerja hanya satu kompartemen dan maksimum bekerja keduanya,
b. Penampang melintang grit chamber tersebut dibuat mendekati bentuk parabola
untuk mengakomodasi setiap perubahan debit dengan kecepatan konstan,
c. Melengkapi grit chamber dengan pengatur aliran yang disebut control flume,
yang dipasang diujung aliran.
Tabel 4.2 Kriteria Desain Aerated Grit Chamber

Sumber : Kriteria Teknis Prasarana dan sarana Pengelolaan Air Limbah, PU, 2006
Berikut merupakan sketsa dari Grit Chamber

37
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 4.5 Desain Grit Chamber

4.3.3 Clarifier
Clarifier adalah salah satu unit IPAL yang berfungsi sebagai unit sedimentasi zat
padat tersuspensi (suspended solid) sehingga padatan tersuspensi tidak terikut pada overflow.
Pengendalian konsentrasi / volume zat padat tersuspensi pada Clarifier sangat penting untuk
menjaga kualitas overflow Clarifier untuk proses lanjutan dalam pengolahan limbah cair.
Inkonsistensi dalam proses pengendalian sedimen lumpur yang terbentuk pada Clarifier
berpotensi menurunkan kualitas outlet limbah cair karena meningkatnya beberapa parameter
cemar yang lain sehingga proses pengolahan limbah cair (pengolahan secara biologi) akan
menjadi semakin berat. Ammonia, Nitrat dan Nitrit adalah beberapa bahan cemar yang dapat
mengindikasikan kualitas proses IPAL maupun perairan. Adapun kriteria desain dari clarifier
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Kriteria Desain Clarifier

38
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 4.6. Clarifier


4.3.4 Sequencing Batch Reactor (SBR)
Sequencing batch reactor (SBR) adalah jenis proses lumpur aktif untuk pengolahan
air limbah. Reaktor SBR mengolah air limbah atau output dari digester anaerobik atau
fasilitas pengolahan biologis mekanis secara berkelompok. Oksigen digelembungkan melalui
campuran air limbah dan lumpur aktif untuk mengurangi bahan organik (diukur sebagai BOD
dan COD). Instalasi terdiri dari satu atau lebih tangki yang dapat dioperasikan sebagai aliran
steker atau reaktor yang sepenuhnya dicampur. Tangki memiliki sistem "flow through",
dengan influen masuk di satu ujung dan air yang diolah (limbah) mengalir keluar yang lain.
Dalam sistem dengan beberapa tangki, satu tangki dalam mode settle / decant yang lain
dalam mode adalah aerasi dan pengisian. Dalam beberapa sistem, tangki berisi bagian yang
dikenal sebagai bio-selektor, yang terdiri dari serangkaian dinding atau baffle yang
mengarahkan aliran baik dari sisi ke sisi tangki atau di bawah dan di atas baffle berturut-turut.
Ini membantu mencampur Influen yang masuk dan lumpur aktif (RAS) yang dikembalikan,
memulai proses pencernaan biologis sebelum limbah memasuki bagian utama tangki. ( Irvine,
Robert & Busch, A.W.. (1979). Sequencing Batch Biological Reactors - An Overview. Journal - Water
Pollution Control Federation. 51. 235 - 243.)

Gambar 4.7. Sequencing Batch Reactor

39
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kriteria Desain Sequencing Batch Reactor (SBR) (Sumber : Buku B SPALDT, 2018)
No Parameter

1 Waktu tinggal padatan (hari) 10 - 30

2 Rasio F/M 0,04 - 0,10

3 Muatan Volumetrik 0,1 - 0,3

4 MLSS 2000 - 5000

5 Total waktu hidrolis 15 - 40

6 Rasio RAS (return activated sludge) NA

7 Kecepatan aliran -

4.3.5 Ultraviolet (UV)


Metode desinfeksi dengan memanfaatkan radiasi ultraviolet dinilai merupakan metode
fisik yang terbaik karena tidak memiliki resiko keamanan dan tidak meninggalkan residu
bahan kimia berbahaya bagi manusia. Proses desinfeksi dengan menggunakan radiasi
ultraviolet sudah cukup banyak diterapkan di IPALD maupun IPLT di Indonesia. Desinfeksi
dengan menggunakan radiasi ultraviolet dapat terjadi pada Kolam Maturasi yang merupakan
rangkaian dari Kolam Stabilisasi (Anaerobik/Aerobik – Fakultatif – Maturasi). Penetrasi sinar
matahari menjadi sangat penting dalam proses desinfeksi pada kolam maturasi. Oleh karena
itu, pengaturan kedalaman yang efektif harus dilakukan sehingga penetrasi sinar matahari
dapat terjadi. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses desinfeksi pada kolam
maturasi dengan menggunakan radiasi ultraviolet yakni waktu kontak atau detention time dan
kekeruhan atau materi tersuspensi yang dapat mengganggu penetrasi sinar ke dalam air di
dalam kolam. Selain metode kolam, penyinaran ultraviolet saat ini juga dapat dilakukan

40
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dengan memanfaatkan sinar ultraviolet buatan. Teknologi sinar ultraviolet buatan saat ini
telah cukup banyak berkembang untuk mengolah baik air limbah maupun air bersih/minum.
(Pedoman Perencanaan Teknik Terinci SPALDT Buku B, 2018)

Gambar 4.8. Ultraviolet buatan


4.3.6 Pengolahan Lumpur
Pengolahan lumpur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu instalasi
pengolahan air limbah domestik. Pengolahan lumpur memiliki beberapa tujuan, yakni
mengurangi kadar air, menstabilkan, serta menghilangkan mikroorganisme patogen yang
berpotensi terkandung di dalam lumpur. Hal ini dilakukan agar lumpur yang telah diproses
dapat lebih aman ketika dibuang atau dimanfaatkan untuk keperluan terbatas. Hasil lumpur
dari Clarifier akan diolah melalui sludge thickening dan sludge drying bed.
- Sludge Drying Bed
Sludge Drying Bed (SDB) merupakan bangunan pengolahan lumpur dengan
sistem pengeringan. Prinsip pengolahan lumpur pada SDB yaitu mengurangi kadar air
dan volume lumpur. Pengeringan mampu mengurangi volume lumpur dengan
meningkatkan kadar TS dan pengurangan pada komponen organic volatile sebesar 51-
65%. Operasi unit SDB terdiri atas periode pengisian lumpur (dari 1 sampai 10 hari)
diikuti dengan periode pengeringan (dari 4 hari sampai 3 bulan) yang kemudian
dilakukan pengurasan. Susunan media filter yang ada pada unit SDB yaitu pada
bagian bawah terdapat saluran underdrain sebagai tempat keluarnya filtrat, kemudian
diatasnya terdapat lapisan kerikil dengan ketinggian 20-30 cm, di lapisan tengah
terdapat media pasir dengan ketinggian 20-30 cm, dan lapisan paling atas terdapat
lumpur yang akan dikeringkan.

41
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 4.9. Sludge Drying Bed


- Sludge Storage Area
Sludge Storage Tank selain berfungsi menampung lumpur aktif juga berfungsi
memisahkan zat padat maupun ringan yang di transfer oleh airlift dan scum scimmer
dari bak sedimentasi. Kemudian zat cair yang kaya akan bakteri dan nutrisi
dikembalikan lagi ke aerasi untuk menunjang kehidupan bakteri secara
berkesinambungan. Namun zat padat akan ditampung selama titik jenuh belum
timbul. Setelah terjadi kejenuhan baru diadakan pengurasan / pembuangan keluar atau
dijadikan pupuk tanaman.

42
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB V
PERENCANAAN BASIC DESIGN

5.1 Desain Teknologi Pengolahan Terpilih


Dari ketiga alternatif yang ada, alternatif pengolahan yang terpilih adalah alternatif 1 yang
mana secondary treatment nya menggunakan teknologi Sequencing Batch Reactor (SBR).
Metode pengolahan air limbah yang jauh lebih mudah dengan luas lahan jauh lebih kecil
(hanya terjadi dalam satu reaktor) dibandingkan IPAL tradisional serta mampu digunakan
untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang banyak. Prinsip kerja SBR adalah pengisian,
pereaksian, pengendapan dan pemisahan, pembuangan, stabilisasi (Nugroho, 2004)

Gambar 5.1. Layout Sequencing Batch Reactor (SBR)


Adapun perencanaan setiap unit adalah sebagai berikut :
5.1.1 Unit Pengolahan Awal
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah untuk mengoptimalkan dalam
pengolahan selanjutnya. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini
ialah bar screen, bak pengumpul / ekualisasi, dan grit chambers.
1. Bar Screen
Saringan/screen biasanya dipasang pada bagian awal unit pengolahan limbah
untuk menangkap/menyaring sampah padat yang berukuran besar yang terikut
dalam aliran air limbah seperti plastik, kain, kayu dan lain sebagainya. Jika

43
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

tidak ditangkap terlebih dahulu, sampah tersebut akan menyumbat pipa,


memacetkan pompa dan peralatan mekanik lainnya, selain itu juga
mengganggu proses treatment selanjutnya.
Data perencanaan :
Debit max = 0,761 m3/s
Debit puncak = 0,717 m3/s
Kecepatan melewati bar (v bar) = 0,8 m/s
Space batang (b) = 4 cm
Kriteria Desain :

Hasil Perhitungan :
Perhitungan Bar screen mengacu pada buku SPALDT B
Tahap A : Menghitung dimensi saringan

a. Debit masing-masing bar screen(Q’maks)

Q maks / 2 = 0,761 / 2 = 0,3805 m3/s

b. Luas total bukaan batang (A)

Q / Vbar = 0,3805 / 1 = 0,3805 m2

c. Lebar bersih bukaan (l)

Luas bukaan/kedalaman aliran = 0,3805 / 0,1 = 3,81 m

d. Jumlah batang (n)

Dengan lebar satu bukaan = 30 mm, maka

jumlah bukaan = Lebar bersih bukaan / 0,03 m

= 3,81 / 0,03 = 127

Jumlah batang yang diperlukan = jumlah bukaan - 1

44
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 127 - 1 = 128

e. Lebar total bangunan saringan (Wc)

Lebar saluran = Lebar saringan maka,


= (jumlah bukaan x lebar bukaan) + (jumlah
batang x lebar batang)
= (128 x 0,03 m) + (127 x 0,01 m) = 5,11 ≈ 5,1
m

f. Panjang saringan yang terendam air (Ls)

Dirancang tinggi saluran = 1 m dan kemiringan saringan


terhadap horizontal = 60o

Ls = d/sin α

Ls = 1/sin 60o

Ls = 1,2 m

Tahap B : Menghitung kecepatan aliran setelah melewati saringan

V2 = 1/n R^⅔ S^½

n = koefisien kekasaran yang digunakan dalam persamaan


Manning
R = Rerata radius hidraulik = A/P, m
A = Luas penampang basah, m2
P = Panjang penampang basah, m
S = Kemiringan energi, m/m

Maka :

A = lebar saluran x tinggi air

A = 1,2 x 0,1 = 0,12 m^2

P = lebar saluran + (2 x tinggi air)

P = 1,2 m + (2 x 0,1 m) = 1,4 m

R = A/P = 0,12 m^2 / 1,4 m = 0,09 m

S = (Qd n)^2 / (A^2 R^4/3)

S = (0,027 m3/detik x 0,015)^2 / ((0,12 m2)^2 (0,09 m)^4/3)

= 2,75 x 10-4 m/m

45
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

v2 = 1/0,015 (0,09 m)^2/3 (2,75 x 10-4 m/m)^1/2 = 0,22


m/detik

Tahap C : Menghitung Headloss

g. Kecepatan aliran saat clogging 50%

Wc’ = ½ x Wc

Wc’ = ½ x 1 = 0,5 m

Q
Vs’ =
(1/2 x Wc x L)

0,3805
Vs’ = = 0,124 m/s
(0,5 x 1,2 x 5,1)

h. Head Loss pada bar rack

hv = Vs^2 / 2g = 0,22^2 / (2 x 9,81) = 0,0025 m

i. Efisiensi screen = Lebar bukaan/Lebar saluran

= (3,81 / 5,1) x 100% = 75%

Berikut merupakan sketsa unit dari Bar Screen

46
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Bak pengumpul dan ekualisasi


Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
Data perencanaan :
• Jumlah = 1 buah
• Debit puncak (Qp) = 0,72 m3 /detik
• Debit rata-rata (Qr) = 0,179 m3 /detik
• Waktu detensi (td) = 5 menit = 300 detik
• Kedalaman (h) = 5 m
• Freeboard (fb) = 0,5 m
• Htotal = 5 m
• Rasio P : L = 2 : 1
Kriteria Desain :

Hasil Perhitungan :
a. Volume
= Qp × td
= 0,72 m3 /detik × 300 detik = 216 m3
b. Luas
V sumur 216 m 3
= = =61,71 m2
h 3,5 m
c. Lebar (P = 2L)
A=PxL
A = 2L x L
A =2 L2
61,71 m3 = 2 L2
2
L = 61,71 / 2 = 30,89 m2; L = 5,56 m
d. Panjang sumur

47
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

P = 2L
P = 2 x 5,56
P = 11,12 m
e. Cek Volume
V=PxLxt
V = 11,12 x 5,56 x 3,5 = 218 m3 (memenuhi)
f. Cek waktu tinggal
Td = V/Q
Td = 218/0,72 = 302 s = 5 menit (memenuhi)
Berikut merupakan sketsa unit Bak pengumpul dan ekualisasi

3. Grit Chamber
Grit Chamber berfungsi untuk menyisihkan partikel grit seperti pasir, serpihan
halus kaca, kerikil kecil, lanau (silt), ampas kopi, dan material yang tak
membusuk dengan berat jenis lebih besar daripada berat jenis air. Jenis grit
chamber yang direncanakan yakni grit chamber aliran horizontal dengan
kontrol kecepatan berupa bak pengendap panjang dan sempit dengan kontrol
kecepatan yang baik. Grit chamber aliran horizontal didesain untuk mencapai
kecepatan pengaliran >> 0,3 m/det dan waktu yang cukup untuk
mengendapkan partikel grit di dasar saluran

48
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Data perencanaan :
Debit = 0,72 m3/s
Kecepatan = 0,5 m/s (tabel kriteria desain)
Waktu detensi = 90 detik
Rasio panjang : lebar = 4 : 1 (tabel kriteria desain)
Hasil Perhitungan :
Luas Permukaan = Debit / overflow rate
= 0,72 m3/s / 0.023 m3/m2.s = 31,3 m2
Luas Melintang = Debit / Kecepatan
= 0,72 m3/s / 0.4 m/s = 1,8 m2
Volume = Debit x waktu detensi
= 0,72 m3/s x 90 s = 64,8 m3
Tinggi muka air di bak pada saat maksimum (d) = V / A
= 64,8 / 31,3 = 2,1 m
Panjang dan lebar bak (4 : 1)
A=PxL
A = 4 L x L = 4 L^2
31,3 / 4 = L^2; L^2 = 7,825 m2 ; L = 2,8 m, P = 11,2 m
Cek Kriteria Desain :
V=PxLxT
V = 11,2 x 2,8 x 2,1 = 65,86 m3 (memenuhi)
Td = V / Qmaks
Td = 65,86 / 0,72 = 91,5 s = 1,5 menit (memenuhi)

49
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

OR = Q maks / A surface
OR = 0,72 / 31,3 = 0,023 (memenuhi)
Berikut merupakan sketsa unit grit chamber :

5.1.2 Unit Pengolahan Primer


Unit pengolahan primer atau Primary Clarifier adalah merupakan bak
sedimentasi awal. Untuk desainnya adalah menggunakan 2 unit, dengan perhitungan 1
unit, dan unit lainnya identik. Sehingga, debit yang digunakan adalah debit air total
dibagi 2 (dua).
Data Perencanaan
Qp = 0,366 m3/det
Qr = 0,276 m3/det / 2 = 0,138 m3/det
Kriteria desain :

50
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Data Perhitungan Clarifier


1. Perhitungan Dimensi
Surface area
0,138 x 86400 11.923,2
A= = =298,08 m2
overflow saat debit rata−rata 40
Dimensi = Panjang : lebar = 4 : 1
A=PxL
A = 4L x L
A = 4L^2
298,08 m2 = 4L^2
L^2 = 74,52 m2 ; L = 8,63 m, P = 4L = 34,52 m
Waktu tinggal, td actual
Volume = P x L x T
Volume = 34,52 x 8,63 x 4
Volume = 1191,62 m3
Waktu tinggal Debit Rerata =

51
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

V
td=
Qr x 3600 s /h
1191,62
td= = 2,4 jam
0,138 x 3600 s /h
Waktu tinggal Debit Puncak =
V
td=
Qp x 3600 s /h
1191,62
td= = 0,9 jam
0,366 x 3600 s /h
2. Menghitung Box Effluent (kecepatan yang melewati box)
Qp
v=
A
0,366
v= = 0,366 m/s
1x 1
3. Menghitung Effluent Structure
Menghitung panjang weir
Beban weir = 200 m3/m.day
Perkiraan panjang weir (m) :
Qp x 86400
¿
beban weir
0,366 x 86400
¿ = 131,76 m
200

Actual panjang weir :


= 2 (L luar + P luar) + 2(L dalam + P dalam)_
131,76 = 2 (8,63 + x) + 2 ((8,63 - 1) + (x-1))
131,76 = 2x + 17,26 + 15,26 + 2x - 2
101,24 = 4x; x = 25,31 (P luar); 24,31 (P dalam)

4. Menghitung jumlah V-notch


1 meter = 5 V-notch
Total V-notch = 5/m x actual panjang weir
Total V-notch = 5/m x 131,76 m
Total V-note = 658,8 V-note ≈ 659 V-note
5. Menghitung tinggi aliran air (H) melewati V-notch

52
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Cd = jarak beban dengan weir


Θ = derajat kemiringan V-Notch 90 0
Ketinggian V-notch (H) = 8 cm
Kecepatan aliran saat debit rata-rata :
Q
¿
total v −notch
0,138 x 86400
= = 0,00021 m3/s.notch
659
2 /5 kecepatan aliran rata−rata
H =
18/15 x Cd x √❑
2 /5 0,00021
H = = 0,0548 m
18/15 x 0,6 x √ ❑
Kedalaman V-notch
H mak V-notch : H at Qr
8 cm : 5,5 cm
Sludge production Actual overflow rate : 40 m3 /m2 day

Dari grafik, dapat didapatkan data berikut


Removal BOD5 = 31 %
Removal TSS = 59 %
Solid konten = 3% – 6% = 4%
Medium strength :

53
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TSS = 210 mg/L


BOD = 190 mg/L
Laju BOD = CBOD x Q x (1000 g/kg)
Laju BOD = 190 mg/L x 15465,6 m3/day x (1000 g/kg)
Laju BOD = 2938,5 m3/d
Laju Pengendapan BOD = % penyisihan x laju BOD
Laju pengendapan BOD = (100 - 31) % x 2938,5 m3/d
Laju Pengendapan BOD = 2,027,6 m3/d
Jumlah solid yang diproduksi
V sludge dalam tangki=
1g 1 kg 6 cm 3
1,03 x x x 0,04 x 10 x
1 cm3 1000 g m3
2027,6 m 3/d
V sludge dalam tangki=
1g 1 kg cm 3
1,03 x x x 0,04 x 10 6 x
1 cm3 1000 g m3
V sludge dalam tangki=¿ 49,214 m3/d
Laju TSS = CTSS x Q x (1000 g/kg)
Laju TSS = 210 mg/L x 15465,6 m3/day x (1000 g/kg)
Laju TSS = 3247,8 m3/d
Laju Pengendapan TSS = % penyisihan x laju BOD
Laju pengendapan TSS = (100 - 59) % x 3247,8 m3/d
Laju Pengendapan TSS = 1006,8 m3/d
Jumlah solid yang diproduksi
V sludge dalam tangki=
1g 1 kg cm 3
1,03 x x x 0,04 x 10 6 x
1 cm3 1000 g m3
1006,8 m3 /d
V sludge dalam tangki=
1g 1 kg 6 cm 3
1,03 x x x 0,04 x 10 x
1 cm3 1000 g m3
V sludge dalam tangki=¿ 24,437 m3/d
Debit Primary Sludge = volume sludge BOD + volume sludge TSS
= 49,214 m3/day + 24,437 m3/day
= 73,651 m3/day
Tabel Neraca Massa Pengolahan Primer

Komponen Influen Primary Sludge Effluen

54
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Debit (m3/d) 15465,6 73,651 15391,949

Kons Beban Removal Beban Beban Kons


(mg/L) (Kg/d) (%) (Kg/d) (Kg/d) (mg/L)

BOD 190 2938,5 31% 910,935 2026 131

TSS 210 3247,8 59% 1948,68 1330 86


5.1.3 Unit Pengolahan Sekunder
Bak Pengendapan Pertama berfungsi untuk mengurangi kandungan suspended solid dalam air
limbah domestik. Bak pengendap didesain pada waktu tinggal tertentu untuk memberikan
kesempatan sebagian partikel mengendap pada kecepatan pengendapan (vs) tertentu. Secara
teori, efisiensi penyisihan padatan di dalam bak pengendap dapat dihitung berdasarkan
kecepatan pengendapan dan kecepatan permukaan atau Overflow Rate (OR atau vo). OR juga
disebut sebagai Hydraulic Surface Loading atau Surface Loading dengan satuan m3/hari.m2.
Teknologi pengolahan sekunder yang dipilih adalah Sequencing Batch Reactor (SBR) dengan
kriteria desain sebagai berikut :
Tabel Kriteria Desain Sequencing Batch Reactor (SBR)

No Parameter

1 Waktu tinggal padatan (hari) 10 - 30

2 Rasio F/M 0,04 - 0,10

3 Muatan volumetrik 0,1 - 0,3

4 MLSS 2000 - 5000

5 Total waktu hidrolik 15 - 40

6 Rasio RAS NA

7 Kecepatan aliran (ditch velocity) -

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut

1. Konsentrasi BOD5

Penghitungan konsentrasi final BODe di dalam efluen dapat dihitung dengan tahapan
sebagai berikut:

55
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BODe = BODs – BOD (efluen suspended solid, mg/L)

di mana BODs merupakan asumsi konsentrasi BOD terlarut yang dapat diasumsikan.
Nilai ini merupakan konsentrasi BOD5 yang keluar dari unit lumpur aktif. BOD
efluen suspended solid dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan sebagai
berikut:

BOD efluen suspended solid (S) = 1,42 f G Xe

di mana: f = rasio BOD/BODu, nilai tipikalnya yakni 0,70

G = Fraksi VSS/TSS, nilai tipikalnya 0,8–0,85

Xe = konsentrasi TSS pada efluen (mg/L), dari beban pengolahan diketahui nilai Xe
= 19 mg/L

S = 1,42 x f x G x Xe

S = 1,42 x 0,70 x 0,8 x 19

S = 15,1008 mg/L

2. Efisiensi Pengolahan

Efisiensi pengolahan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

μ = (So - S)/So

di mana:
So = konsentrasi BOD influen (mg/l), dari beban pengolahan untuk unit sekunder
diketahui nilai So = 127,4 mg/L
S = konsentrasi BOD efluen (mg/l) yang dihitung pada nomor 1.

μ = (So - S)/So

μ = (127,4 - 15,1)/127,4

μ = 88,15 %

3. Volume tangki

56
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

57

Anda mungkin juga menyukai