Anda di halaman 1dari 52

TUGAS BESAR

PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR


LIMBAH KABUPATEN SUKABUMI

Disusun Oleh:

Maharani Fitrah Sawala


20513224
ASISTEN:
Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc.
DOSEN:
Dr. Joni Aldilla Fajri, St, M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TENIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS PERENCANAAN PERENCANAAN


INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KABUPATEN SUKABUMI

Disusun Oleh:

Maharani Fitrah Sawala

20513224

Disetujui Oleh: Diperiksa Oleh:

Dosen Pengampu Mata Kuliah Asisten Pembimbing

Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T.,


Dr. Joni Aldilla Fajri, St, M.Eng.
M.Sc.

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Perencanaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah ini dengan baik dan tepat waktunya.
Tujuan dari tugas perencanaan instalasi pengolahan air limbah ini adalah
agar dapat memberi manfaat bagi perencana dan orang lain yang membacanya.
Tujuan lainnya adalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sistem
perencanaan instalasi pengolahan air limbah. Dengan tugas ini, diharapkan
mahasiswa dapat merencanakan sistem perencanaan instalasi pengolahan air
limbah di kemudian hari.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat-Nya serta izin karunia-Nya

2. Bapak Dr. Joni Aldilla Fajri, St, M.Eng.. selaku dosen Mata Kuliah
Sistem Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Ibu Elita
Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc. selaku asisten yang telah mengajarkan
dan memberikan pemahaman tentang Tugas Besar Sistem Perencanaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah.
3. Kedua orang tua perencana yang selalu memberikan doa dan dukungan
sehingga lancar dalam pengerjaan Tugas Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah ini.
4. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat kepada kami.

Kami menyadari bahwa tugas perencanaan instalasi pengolahan air


limbah ini masih belum sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan dengan
sangat kritik dan saran sebagai koreksi kami dalam menyusun tugas perencanaan
selanjutnya.
Terimakasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 Maret 2023

ii
Maharani
Fitrah Sawala

DAFTAR ISI

TUGAS BESAR......................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
1.1. Latar Belakang..........................................................................................6
1.2. Maksud dan Tujuan...................................................................................7
1.3. Ruang Lingkup..........................................................................................8
1.4. Acuan Dalam Perencanaan........................................................................8

iii
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR TABEL

4
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

5
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

6
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua
mahluk hidup. Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk
berbagai keperluan mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan
kegiatan vital lainnya, sehingga pengelolaan air menjadi pertimbangan yang
utama untuk menentukan apakah sumber air yang telah diolah menjadi
sumber air yang dapat digunakan atau tidak. Penggunaan air dalam kegiatan
sehari-hari oleh manusia akan menghasilkan air limbah. Air limbah yang
dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan permukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama disebut sebagai air limbah
domestik.
Dari air limbah yang dihasilkan oleh manusia dari pemakaian sehari-hari
dapat menimbulkan masalah apabila tidak diolah dengan baik sebelum
dibuang ke lingkungan. Akibatnya akan timbul permasalahan lingkungan
dari limbah tersebut yang juga berdampak pada kesehatan manusia dan
menganggu aktivitas sehari-hari dari berbagai aspek kehidupan. Oleh karena
itu, untuk mencegah timbulnya masalah tersebut harus diolah dengan baik
maka di wilayah atau daerah dianjurkan untuk memiliki suatu Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan suatu proses
pengolahan air limbah agar effluent yang dihasilkan menjadi lebih aman saat
dibuang ke lingkungan guna menghindari timbulnya permasalahan. Kualitas
effluent yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengolahan air limbah yang
dilakukan. Maka dalam perencanaan pengolahan air limbah diperlukan
perencanaan unit-unit pengolahan yang tepat dan sesuai serta memiliki
pertimbangan yang jelas agar kualitas effluent sesuai dengan yang

7
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

diharapkan. Dalam perencanaan ini, effluent air limbah akan dimanfaatkan


kembali untuk kegiatan pertanian dan perikanan
Berdasarkan uraian diatas maka sangat penting untuk memahami
mengenai sistem pengolahan air limbah. Pada tugas perencanaan ini,
dilakukan perencanaan instalasi pengolahan air limbah pada Kota Kediri.
Dengan adanya perencanaan ini diharapkan nantinya dapat mengolah limbah
sehingga effluent yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu dan berdampak
positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari tugas perencanaan instalasi pengolahan air limbah
ini adalah :
- Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk air
buangan pada kesehatan manusia dan lingkungannya yang
akan berdampak pada terciptanya suatu kondisi lingkungan
yang sehat
- Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan,
pembuangan, dan pemanfaatan air buangan untuk pertanian
dan perikanan
- Mencegah timbulnya penyakit bawaan air (waterborne
disease) dan secara estetika mencegah bau tidak sedap yang
ditimbulkan air buangan

1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas perencanaan instalasi pengolahan air limbah
ini adalah :
- Menentukan unit proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) yang akan digunakan
- Menghitung dimensi unit IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) yang akan digunakan

8
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

- Merencanakan desain IPAL (Instalasi Pengolahan Air


Limbah) di wilayah perencanaan yaitu Kabupaten
Sukabumi.
1.3 Ruang Lingkup

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ini


dilaksanakan pada wilayah pemukiman Kota Kediri dengan ruang
lingkup sebagai berikut :
1. Penentuan Daerah Pelayanan
2. Perhitungan Perencanaan, meliputi :
a. Proyeksi Penduduk
b. Kapasitas Perencanaan
c. Debit Perencanaan
d. Beban Pengolahan
e. Kualitas Effluent
3. Perencanaan IPAL, meliputi
a. Unit Pengolahan Awal
b. Unit Pengolahan Primer
c. Unit Pengolahan Sekunder berupa
d. Unit Pengolahan Lumpur
e. Unit Pengolahan Tersier (unit desinfeksi)
4. Menyusun BOQ dan RAB

9
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
KONDISI UMUM DAEARAH PERENCANAAN

2.1. Deskripsi Daerah Perencanaan


2.1.1. Batas Wilayah dan Administrasi
Secara astronomis Kabupaten Sukabumi terletak antara 6˚57’-7˚25’
Lintang Selatan dan 106˚49’-107˚ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
ini adalah berupa daratan seluas 4.145km2, dengan batas administratif
sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

Kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 Kecamatan, 381 Desa dan 5


Kelurahan yang secara keseluruhan mempunyai luas 4.145 km². Dari 47
Kecamatan tersebut, terlihat bahwa kecataman Ciemas merupakan
kecamatan terluas yaitu 314,14 km².

10
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.2 Kondisi Fisik dan Tata Ruang


Secara Administrasi, Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi 47 Kecamatan
antara lain :

No. Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa Luas (km2)


1 Ciemas 9 314,14
2 Ciracap 8 134,22
3 Waluran 6 100,64
4 Surade 12 119,59
5 Cibitung 6 90,76
6 Jampang Kulon 11 69,66
7 Cimanggu 6 146,16
8 Kalibunder 7 85,78
9 Tegalbuleud 8 255,52
10 Cidolog 5 97,22
11 Sagaranten 12 116,65
12 Cidadap 6 83,82
13 Curug Kembar 7 62,03
14 Pabuaran 7 115,81
15 Lengkong 5 141,36

11
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

16 Palabuhanratu 10 91,86
17 Simpenan 7 170,69
18 Warungkiara 12 89,66
19 Bantargadung 7 75,85
Jampang
20 11 204,21
Tengah
21 Purabaya 7 103,37
22 Cikembar 10 81,68
23 Nyalindung 10 107,92
24 Gegerbitung 7 68,97
25 Sukaraja 9 42,13
26 Kebonpedes 5 11,36
27 Cireunghas 5 29,56
28 Sukalarang 6 30,72
29 Sukabumi 6 30,34
30 Kadudampit 9 69,62
31 Cisaat 13 23,09
32 Gunungguruh 7 26,31
33 Cibadak 10 64,03
34 Cicantayan 8 35,81
35 Caringin 9 36,89
36 Nagrak 10 69,04
37 Ciambar 6 61,34
38 Cicurug 13 46,59
39 Cidahu 8 34,58
40 Parakan Salak 6 38,08
41 Parung Kuda 8 25,87
42 Bojong Genteng 5 17,32
43 Kalapanunggal 7 49,09
44 Cikidang 12 155,59
45 Cisolok 13 173,49
46 Cikakak 9 113,61
47 Kabandungan 6 136,77
Jumlah 386 4145,7

2.1.3 Proyeksi Penduduk


Penduduk Kabupaten Sukabumi berdasarkan data proyeksi penduduk
tahun 2021 sebanyak 2.761,48 ribu jiwa. Sementara itu, Kepadatan penduduk
terbesar di Kabupaten Sukabumi tahun 2021 mencapai 5.676 jiwa/km2, yang
berada di Kecamatan Cisaat, dan kepadatan penduduk terkecil berada di

12
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kecamatan Tegalbuleud yaitu sebesar 144 jiwa/ km2. Laju pertumbuhan


penduduk per tahun 2010-2021 sebesar 1,66 persen. Rasio jenis kelamin tertinggi
berada di Kecamatan Ciambar sebesar 108,1 dan terendah sebesar 99,2 yang
berada di Kecamatan Sukalarang. Untuk terus mendorong pemerataan
perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, Pemerintah Kota
Kediri telah melakukan upaya-upaya penyebaran pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi baru di sejumlah kawasan.

Laju pertumbuhan diperoleh berdasarkan minimal data perkembangan


jumlah penduduk. Terdapat 3 metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk
dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 18/ PRT/ M/ 2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yaitu
metode Aritmatik, Geometrik, dan Least Square. Metode yang menghasilkan nilai
standar deviasi terkecil pada proyeksi mundur atau Backward Projection
selanjutnya akan digunakan sebagai metode proyeksi maju atau Forward
Projection.

Jumlah Pertambahan Jumlah Penduduk


No Tahun
Penduduk (jiwa) Jiwa Persentasi %
1 2012 2408338
2 2013 2408417 79 0,003
3 2014 2422113 13696 0,565
4 2015 2434221 12108 0,497
5 2016 2444616 10395 0,425
6 2017 2453498 8882 0,362
7 2018 2460693 7195 0,292
8 2019 2466272 5579 0,226
9 2020 2725450 259178 9,510
10 2021 2761480 36030 1,305
Jumlah 24985098 353142 13,2
Rata-rata 2498510 39238 1,5
Rata-rata pertumbuhan penduduk
Ka 39238

13
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.3.1 Backward Projection


Backward projection adalah metodeyang digunakan untuk
memproyeksikan jumlah penduduk ke belakang. Terdapat tiga metode untuk
menghitung proyeksi penduduk.

a. Metode Aritmatik

Perhitungan metode aritmatika menggunakan rumus:


Pn = Po + Ka (Tn – To)
Dimana:
Pn : penduduk tahun ke n
Po : penduduk tahun dasar
Ka : konstanta aritmatik T
n : tahun ke n
To : tahun dasar
b. Metode Geometrik
Perhitungan metode geometrik menggunakan rumus:
Pn = Po x (1 + r)n
Dimana
Pn : penduduk tahun ke n
Po : penduduk tahun dasar
r : konstanta geometrik
Tn : tahun ke n
To : tahun dasar
c. Metode Least Square
Perhitungan mencari nilai a dan b
❑ ❑ ❑
n ∑ ❑ X . Y −∑ ❑ X ∑ ❑Y
❑ ❑ ❑
b= ❑ ❑
n ∑ ❑ X −(∑ ❑ X )
2 2

❑ ❑
❑ ❑


❑Y −b ∑ ❑ X

a=
n

14
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

d. Perbandingan Hasil Perhitungan Proyeksi Mundur


Hasil perhitungan mundur proyeksi penduduk untuk Kota Kediri dengan
Metode Least Square menunjukkan nilai standar deviasi terkecil. Dengan
demikian Metode Least Square digunakan untuk memproyeksikan
penduduk 10 tahun mendatang.

2.2 Evaluasi Daerah Perencanaan


2.2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Perencanaan
Kondisi eksisting pada Kabupaten Sukabumi saat ini menggunakan sistem
on-site yaitu dengan menggunakan tangki septik untuk limbah black water.
Sedangkan untuk limbah grey water saat ini dibuang langsung ke saluran
drainase maupun sungai. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Kabupaten
Sukabumi, tidak pernah menguras tangki septik dan kondisi IPLT (Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja) di Kabupaten Sukabumi tidak berfungsi. Hal ini
berpotensi menyebabkan terjadinya rembesan air dari tangki septik dan dapat
mencemari air tanah sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat
penggunanya.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi belum memiliki struktur kelembagaan
secara khusus dalam menangani sektor pengelolaan air limbah dan sanitasi
Kabupaten Sukabumi. Saat ini Kabupaten Sukabumi memiliki beberapa
institusi dan lembaga yang membidangi sanitasi dan untuk kedepannya
diharapkan koordinasi yang lebih intens terutama pada pelaksanaan program
sanitasi dan pengelolaan air limbah.
2.2.2 Analisi Kondisi Sanitasi
Pengelolaan air limbah di Kota Kediri belum sepenuhnya berjalan optimal.
Terlihat dari Kecamatan Citamiang, Warudoyong, dan Cibeureum memiliki
kondisi jamban yang buruk. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat, untuk itu perlu dilakukan penyuluhan agar kondisi
jamban di wilayah tersebut dapat meningkat.

15
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di lingkungan masyarakat


Kabupaten Sukabumi sebagian besar dengan sistem septic tank (tangki septik)
tingkat rumah tangga dan komunal, sebagian masih menggunakan septic tank
yang diindikasikan sebagai cubluk, dan sebagian lainnya dibuang ke drainase
(SPAL) baik saluran terbuka maupun tertutup. Sanimas (Sanitasi Masyarakat
berupa MCK plus) menjadi salah satu alternatif yang dikembangkan di Kabupaten
Sukabumi meskipun skalanya masih terbatas dan masih perlu ditingkatkan di
masa mendatang.
2.2.3 Analisis Tingkat Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Sukabumi berdasarkan data proyeksi penduduk
tahun 2022 sebanyak 2.806.664 jiwa. Sementara itu, Kepadatan penduduk
terbesar di Kabupaten Sukabumi tahun 2022 mencapai 5.756 jiwa/ km2, yang
berada di Kecamatan Cisaat, dan kepadatan penduduk terkecil berada di
Kecamatan Tegalbuleud yaitu sebesar 145 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk
per tahun 2020-2022 sebesar 2,98 persen. Rasio jenis kelamin tertinggi berada di
Kecamatan Ciambar sebesar 108,1 dan terendah sebesar 98,5 yang berada di
Kecamatan Cidolog.
Jumlah penduduk di Kota Sukabumi mengalami peningkatan dari tahun
2012 ke tahun 2013, tapi jika kita melihat laju pertumbuhan penduduknya (LPP),
Kota Sukabumi mengalami trend penurunan LPP dari 1,214 di tahun 2012
menjadi 1,102 di tahun 2013. Penurunan LPP dari tahun ke tahun di Kota
Sukabumi tidak terlepas dari keberhasilan program keluarga berencana (KB) yang
terus digalakkan di daerah ini. Namun demikian, pemerintah Kota Sukabumi
harus lebih memberikan perhatian terhadap masalah kependudukan ini karena
berdasarkan data Sensus Penduduk (SP 2010). LPP Kota Sukabumi termasuk
urutan ke-11 tertinggi dari 27 kota/kab di Jawa Barat,sementara berdasarkan luas
nya, wilayah Kota Sukabumi adalah wilayah tingkat II tersempit di Jawa Barat
bersama dengan Kota Cirebon dan Kota Cimahi. Salah satu sebabnya LPP kota
sukabumi tinggi adalah TFR 1 dan ASFR 2 yang cukup tinggi dibanding kota/kab
lainnya di provinsi Jawa Barat. Data hasil dari Sensus Penduduk 2010, TFR Kota

16
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sukabumi sebesar 2,5 dan itu merupakan rangking ke-8 tertinggi di Jawa Barat
dan ASFR yang tergolong masih tinggi. Secara keseluruhan, kepadatan penduduk
Kabupaten Sukabumi dapat dilihat dari table berikut :
Penduduk (ribu) Kepadatan Penduduk (per km2) Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun (%)
No. Kecamatan
2020 2021 2020 2021 2010-2020 2020-2021
1 Ciemas 55,84 56,89 178 180 1,51 1,64
2 Ciracap 56,07 31,25 418 424 1,67 1,82
3 Waluran 30,79 83,08 306 311 1,72 1,88
4 Surade 82,17 30,22 687 695 1,32 1,43
5 Cibitung 29,77 48,05 328 333 1,73 1,89
6 Jampang Kulon 47,5 26,61 682 690 1,38 1,5
7 Cimanggu 26,21 32,19 179 182 1,72 1,87
8 Kalibunder 31,76 36,8 370 375 1,57 1,71
9 Tegalbuleud 36,55 17,67 143 144 0,89 0,96
10 Cidolog 17,61 53,72 180 181 0,05 0,08
11 Sagaranten 53,2 19,97 456 460 1,18 1,28
12 Cidadap 19,88 31,56 237 238 0,63 0,68
13 Curug Kembar 31,32 45,07 505 509 0,96 1,04
14 Pabuaran 44,62 33,82 385 389 1,2 1,3
15 Lengkong 33,44 117,66 237 239 1,36 1,47
16 Palabuhanratu 115,81 58,92 1261 1281 1,82 1,98
17 Simpenan 57,98 66,24 340 345 1,85 2,01
18 Warungkiara 65,27 41,89 728 739 1,72 1,87
19 Bantargadung 41,32 41,89 545 552 1,61 1,75
20 Jampang Tengah 71,01 45,29 348 351 1,2 1,3
21 Purabaya 44,82 96,17 434 438 1,27 1,38
22 Cikembar 94,69 52,91 1159 1177 1,79 1,95
23 Nyalindung 52,36 52,91 485 490 1,27 1,37
24 Gegerbitung 42,38 42,93 615 622 1,5 1,63
25 Sukaraja 94,06 95,74 2233 2272 2,02 2,2
26 Kebonpedes 33,51 34,14 2949 3006 2,15 2,34
27 Cireunghas 36,16 36,6 1223 1238 1,43 1,56
28 Sukalarang 50,56 51,42 1646 1674 1,93 2,1
29 Sukabumi 51,51 51,96 1698 1713 1,08 1,17
30 Kadudampit 58,69 59,47 843 854 1,55 1,68
31 Cisaat 129,64 131,06 5615 5676 1,4 1,41
32 Gunungguruh 56,76 57,59 2158 2189 1,67 1,82
33 Cibadak 122,29 123,6 1910 1930 1,29 1,39
34 Cicantayan 60,99 61,75 1703 1724 1,47 1,59
35 Caringin 51,24 52 1389 1409 1,71 1,86
36 Nagrak 90,3 91,46 1308 1325 1,5 1,63
37 Ciambar 43,25 43,87 705 715 1,64 1,78
38 Cicurug 137,02 138,22 2941 2967 1,08 1,17
39 Cidahu 74,01 75,34 2140 2179 2,02 2,21
40 Parakan Salak 45,91 46,52 1206 1222 1,54 1,67
41 Parung Kuda 78,04 78,81 3016 3047 1,21 1,31
42 Bojong Genteng 40,53 41,06 2340 2370 1,51 1,64
43 Kalapanunggal 52,73 53,51 1074 1090 1,69 1,84
44 Cikidang 68,84 70,13 442 451 2,11 2,3
45 Cisolok 76,24 77,64 439 448 2,08 2,26
46 Cikakak 45,32 46,09 399 406 1,94 2,11
47 Kabandungan 45,53 46,37 333 339 2,09 2,27
Sukabumi 2.725,45 2.761 657 666 1,53 1,66

2.3 Strategi Pentahapan Wilayah Pelayanan SPAL


2.3.1 Penetapan Zona Perioritas
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di lingkungan

17
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

masyarakat Kabupaten Sukabumi sebagian besar masih


menggunakan sistem septic tank (tangki septik) tingkat rumah
tangga dan komunal, sebagian masih menggunakan septic tank
yang diindikasikan sebagai cubluk, dan sebagian lainnya
dibuang ke drainase (SPAL) baik saluran terbuka maupun
tertutup. Sanimas (Sanitasi Masyarakat berupa MCK plus)
menjadi salah satu alternatif yang dikembangkan di Kabupaten
Sukabumi meskipun skalanya masih terbatas dan masih perlu
ditingkatkan di masa mendatang. Penentuan zona prioritas
wilayah IPAL mengacu pada buku Strategi Sanitasi Kota
(SSK) dengan cakupan akses pengelolaan air limbah dibagi
menjadi 4 yaitu, merah (area berisiko tinggi), kuning (area
berisiko sedang), hijau (area berisiko rendah), dan biru (area
berisiko sangat rendah). Berikut merupakan gambar peta
cakupan air limbah Kabupaten Sukabumi :

18
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

19
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Kriteria Perencanaan Drainase


Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan menyebutkan bahwa prasarana drainase adalah lengkungan atau
saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi mengalirkan kelebihan air
dari suatu kawasan ke badan air penerima.
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan menganut sistem
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah
(sewerage) pada wilayah perkotaan. Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya. (Permen PU
nomor 12 tahun 2014)
Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan meliputi:
a. Penyusunan rencana induk;
b. Studi kelayakan; dan
c. Perencanaan teknik terinci/detail design. (Pasal 6 Permen PU nomor 12
tahun 2014)
Kriteria Perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan lokasi proyek,
agar didapat hasil seperti yang diharapkan. Kriteria Perencanaan untuk
proyek Drainase Perkotaan terdiri dari 5 (lima) pembahasan teknis utama
yaitu:
1. Kriteria Penentuan/Pembagian Daerah Layanan
2. Kriteria Pengukuran Topografi
3. Kriteria Hidrologi
4. Kriteria Hidrolika saluran dan bangunan

20
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

5. Kriteria Struktur
Dalam perencanaan kali ini sistem yang akan digunakan adalah sistem
terpisah. Sehingga drainase hanya menampung air hujan sedangkan air
buangan disalurkan pada sewerage. Sistem penyaluran air hujan ini
menggunakan beberapa parameter yang merupakan dasar perencanaan sistem.
Perencanaan arah jalur air hujan terdapat batasan-batasan antara lain:
1. Arah aliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada, diharapkan
pengaliran secara gravitasi dan menghindarkan pemompaan.
2. Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan sehingga
mengurangi penggunaan gorong-gorong.
3. Pemanfaatan sungai atau anak sungai sebagai badan air penerima dan
outfall yang direncanakan.
Pada perencanaan ini menurut Kementerian PU dan Kimpraswil (2003).
Dimana fungsi drainase perkotaan yaitu:
a. Membebaskan suatu wilayah terutama pemukiman yang padat dari
genangan air, erosi dan banjir.
b. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka
memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air (water borne
disease) dan penyakit lainnya.
c. Dengan sistem drainase yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan
juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan
bangunan-bangunan lainnya.
d. Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan
pengaturan tata-air; yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang
berlimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
3.1.1 Sistem Drainase Perkantoran
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi menjadi 2 bagian,
diantaranya :
1. Sistem Drainase Mayor

21
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air


dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem
saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer.
Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas
seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode
ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail
mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung
dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit
air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya
drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5
atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem
drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.
Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah :
1. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis
2. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat
3. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana
4. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada
5. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya
6. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat
3.1.2 Bentuk Saluran
Bentuk dan tipe saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Bentuk dan tipe salurannya antara lain:

22
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

a. Saluran tertutup
Drainase sistem tertutup adalah sistem saluran yang permukaan
airnya tidak terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Saluran drainase
tertutup sering digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor
yang menggangu kesehatan lingkungan dan menggangu keindahan.
Konstruksi saluran tertutup terkadang ditanam pada kedalaman tertentu
di dalam tanah yang disebut dengan sistem sewerage. Walaupun
tertutup alirannya tetap mengikuti gravitasi yaitu aliran pada saluran
terbuka.
b. Saluran terbuka
Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan
airnya terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran
terbuka biasanya mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk
mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak membahayakan
kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu keindahan.saluran ini
yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak didaerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan
yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan. Saluran
ini dibedakan menjadi :
 Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil
dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
 Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit
pembuangan, dll. Menurut asalnya dibedakan menjadi:
a. Saluran (canal) Biasanya panjang dan merupakan selokan
landai yang dibuat ditanah.
b. Got miring (chute) merupakan selokan yang curam.
c. Terjunan (drop) contohnya got miring dimana perubahan
tinggi air terjadi dalam jangka pendek.

23
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

d. Gorong-gorong (culvert) merupakan saluran tertutup (pendek)


yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau
timbunan lainnya.
e. Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) merupakan
selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk
mengalirkan air menembus
f. Bukit/gundukan tanah.
3.1.2.1 Pola Jaringan Drainase
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di
tengah kota.

2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

24
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

6. Jaring – Jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar.

3.1.3 Analisis Hidrologi


Siklus hidrologi adalah proses air yang berasal dari atmosfer ke
bumi, lalu air tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan demikian siklus
ini terus berjalan seterusnya. Siklus evaporasi dimulai dari air yang berada
di laut, daratan, sungai, tanaman, dan sebagainya akan menguap ke

25
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air
(awan) akan menjadi bintik-bintik yang selanjutnya akan turun dalam
bentuk hujan, salju, dan es. Siklus infiltrasi atau perkolasi dalam tanah
dimulai dari air yang bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Siklus air sendiri
merupakan salah satu siklus biogeokimia yang terjadi di bumi dengan
tujuan mempertahankan jumlah dan ketersediaan air.
Hujan memiliki beberapa karakteristik, meliputi:
a. Durasi
Lama kejadian hujan (menit, jam, hari) yang diperoleh
terutama dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis. Dalam
perencanaan drainase durasi hujan sering dikaitkan dengan waktu
konsentrasi khususnya pada drainase perkotaan diperlukan durasi
yang relatif pendek.
b. Intensitas
Jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan
berbeda-beda bergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi
kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melkukan
analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris.
c. Lengkung Intensitas
Lengkung intensitas biasa disebut juga Kurva IDF
(Intensitas-Durasi-Frekuensi). Lengkung intensitas hujan adalah
grafik yang menyatakan hubungan antara intensitas hujan dengan
durasi hujan, hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung
intensitas hujan dengan kala hujan tertentu.
d. Waktu Konsentrasi
Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang

26
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Waktu konsentrasi dapat


dihitung dengan persamaan :
tc = to +td
Lama waktu mengalir di dalam saluran (td) ditentukan
dengan rumus sesuai dengan kondisi salurannya. Untuk saluran
alami sifat-sifat hidroliknya sukar ditentukan maka td dapat
ditentukan dengan menggunakan perkiraan kecepatan air. Waktu
konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor
luas daerah pengaliran, panjang saluran drainase, kemiringan dasar
saluran, debit dan kecepatan aliran.
3.1.3.1 Analisis Curah Hujan Rata – Rata Kawasan
Curah hujan wilayah dinyatakan dalam satuan milimeter. Ada 3 cara
perhitungan curah hujan rata-rata, diantaranya :
1) Aritmatika
Untuk daerah relatif sempit, datar, dan jumlah penakara hujannya
banyak dengan curah hujan relative sama. Cara paling sederhana dan
curah hujannya dianggap seragam. Pengukurannya dilakukan di
beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan kemudia
dibagi jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan
biasanya adalah yang berada dalam DAS tetapi stasiun di luas DAS
yang masih berdekatan masih bisa diperhitungkan.
1
R= ( R + R + …+ Rn )
n 1 2
Dimana:
R = curah hujan rata-rata suatu daerah (mm)
n = jumlah titik pengamatan
R1, R2, …Rn = curah hujan di setiap titik pengamatan (mm)
2) Polygon Thiessen
Untuk daerah yang relative luas (500-5000 km 2) dengan perbedaan
curah hujan relatif besar. Cara ini memasukkan factor pengaruh daerah

27
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

hujan yang diwakili stasiun penakar hujan yang disebut sebagai faktor
pembobot. Besarnya faktor pembobot tergantung dari luas daerah
pengaruh yang diwakili oleh stasiun yang dibatasi oleh poligon yang
memotong tegak lurus pada tengah garis penghubung 2 stasiun.

Rumus perhitungan dengan cara Poligon Theissen adalah sebagai


berikut :
A 1 R1 A 2 R 2 A R
R= + + …+ n n
A A A
Dimana:
A = luas daerah keseluruhan
An= luas daerah pengaruh stasiun n
Rn = tinggi hujan pada stasiun n
3) Isohyet
Untuk menghubungkan titik-titik dengan tinggi hujan sama di
suatu daerah yang luasnya >5000 km2 kemudian dicari rata-ratanya.
Isohyet Digambar pada peta topografi dengan interval 10-20 m
berdasarkan curah hujan pada titik daerah.

28
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Cara ini merupakan cara rasional terbaik jika garis isohyet dapat
digambar teliti dengan rumus:
A 1 R1 + A 2 R2 +…+ A n Rn
R=
A1 + A2 +…+ A n
Dimana:
A1, A2, …, An =luas bagian antar isohyet
R1, R2, …, Rn = curah hujan pada daerah A1, A2, …, An
3.1.3.2 Analisis Hujan Harian Maksimum
Hujan harian maksimum adalah nilai curah hujan tertinggi dalam satu
hari (24 jam) yang mungkin terjadi pada Periode Ulang Hujan (PUH)
tertentu. Periode Ulang Hujan (PUH) adalah waktu hipotetik dimana
debit atau hujan dengan suatu besaran tertentu X T akan disami atau
dilampaui sekali dalam jangka waktu T tahun.
1) Metode Gumbel
Untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode gumbel,
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data-data curah hujan (X) mulai dari harga yang
terbesar sampai harga terkecil.
b. Menghitung besarnya harga rata-rata curah hujan tahunan ( X )
c. Mengisi kolom 3-5 pada tabel.
d. Menentukan besarnya nilai reduksi varian (Yt) dari variabel yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu (PUH 5, 10, 20,

29
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

25) hubungan antara periode ulang T dengan Yt dapat dilihat pada


tabel Gumbel, atau dihitung dengan persamaan:

Y t =−ln ⁡(ln ( T T−1 ))


e. Menentukan besarnya nilai rata-rata dari reduksi variant (mean of
reducevariate, Yn). Nilainya tergantung dari jumlah data (n = 20)
dan dapat dilihat berdasarkan Yn
f. Menghitung besarnya harga standar deviasi rata-rata dengan
persamaan:
S x =√ Σ ¿ ¿ ¿
g. Menentukan besarnya nilai karakteristik distribusi peluang
gumbel,dengan persamaan:
Y t−Y n
k=
σn
h. Menentukan besarnya deviasi standar dari reduksi variant (Sn)
yang nilainya tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat
dilihat pada tabel Sn.
i. Menentukan nilai curah hujan dengan periode ulang T tahun
(PUH 5, 10,20, dan 25) dalam mm.
(Buku Jilid I Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase
Perkotaan Permen PU 2012)
2) Metode Log Pearson Tipe III
Dalam menghitung curah hujan maksimum dengan metode log
person III terdapat beberapa tahapan, yaitu:
a. Memproyeksi data yang terbesar dan yang terkecil
b. Menghitung rata – rata curah hujan

c. Mengubah curah hujan rata – rata (Xi) ke dalam bentuk


logaritma

30
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

d. Menghitung nilai X rata – rata

e. Menghitung nilai standar deviasi

f. Menghitung Nilai Koefisien Kemiringan (Cs)

g. Menentukan nilai K dari Cs dengan melihat Tabel Log Pearson


III
(Buku Jilid I Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem
Drainase Perkotaan Permen PU 2012)

3) Metode Iwai Kadoya


Adapun tahapan perhitungan curah hujan maksimum dengan metode
Iway Kadoya, yaitu:
a. Mencari data yang terbesar dan terkecil (dapat dilihat pada tabel)
b. Menghitung curah hujan rata – rata

c. Mengubah curah hujan rata – rata (Xi) ke dalam bentuk logaritma


X = log Xi
d. Menghitung nilai X rata-rata

e. Menghitung nilai Xo

f. Menghitung nilai b

31
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

g. Menghitung nilai (nilai ζ dapat dilihat dari tabel Iway Kadoya)

(Buku Jilid I Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase


Perkotaan Permen PU 2012)

3.1.3.3 Distribusi Intensitas Hujan


Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam
yang disebut intensitas curah hujan. Besarnya intensitas hujan berbeda-
beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi
kejadiannya. Untuk mendapatkan intensitas hujan pada durasi tertentu
dapat digunakan beberapa cara peramalan antara lain Metode Van Breen,
Hasper Weduwen, dan Bell.
R
I= mm / jam
t
Analisis tahap ini dimulai dari data curah hujan harian maksimum
yang kemudian diubah ke dalam bentuk intensitas hujan. Pengolahan
data dilakukan dengan metode statistic yang umum digunakan dalam
aplikasi hidrologi. Data yang digunakan sebaiknya adalah data hujan
jangka pendek misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, dan jam-
jaman. Bila tidak diketahui data untuk durasi hujan maka diperlukan
pendekatan empiris yang berpedoman pada durasi 60 menit dan pada
curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun.
1) Mononabe
Pendekatan empiris
R 24
I= ¿
24
Dimana:
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)
Tc = waktu konsentrasi (jam)
M = tetapan (2/3)

32
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2) Van Breen
Lama durasi hujan harian adalah terpusat selama 4 jam dengan
hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam.
2
54 Rt +0,07 RT
I t=
t c +0,3 Rt
Dimana:
IT = intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT = tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
tC = durasi hujan dalam menit
3) Haper Weduwen
Curah hujan yang memiliki distribusi yang simetris dengan durasi
curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan dari 1
sampai 24 jam.


Setelah R dihitung, kemudian dihitung intensitas menggunakan
rumus :
R
I=
t
Dimana:
t dalam jam
XT = hujan harian maksimum pada periode T
4) Bell-Tanimoto
Data hujan selama selang waktu yang cukup panjang harus
tersedia untuk keperluan analisis frekuensi hujan. Bila data tidak
tersedia, maka curah hujan 1 jam (60 menit) dengan periode ulang
10 tahun dijadikan sebagai dasar. Berikut persamaan Bell Tanimoto

33
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

yang dapat dipakai untuk menentukan curah hujan dengan periode


ulang hujan 2 – 100 tahun :
t 0,25 60
RT =(0,2lnT +0,52)(0,54 t −0,50) R10
Intensitas hujan (mm/jam) menurut Bell dihitung dengan
menggunakan persamaan :
t 60 t
I T= R
t T
Dimana:
R = curah hujan (mm)
T = periode ulang (tahun)(2≤T≤100) tahun
t = durasi hujan (menit)
R1, R2 = besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 1 menurut
Tanimoto

3.1.3.4 Kurva Intensitas Hujan


Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan
dinyatakan dalam lengkung IDF (Intensity-Duration-Frequency Curve).
Diperlukan data hujan jangka pendek misalnya 5,10,30 menit dan jam-
jaman untuk membentuk lengkung IDF. Lengkung intensitas adalah
grafik yang menyatakan hubungan antara intensitas hujan dengan durasi
hujan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas
hujan dengan kala ulang hujan tertentu. Data hujan jenis ini hanya dapat
diperoleh dari pos penakar hujan otomatis atau dari hasil analisis yang
dibahas sebelumnya. Selanjutnya berdasarkan data hujan jangka pendek
tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari beberapa
persamaan antara lain rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro.
1) Metode Talbot
a
I=
t+b
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)

34
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

t = lamanya hujan (jam)

2) Metode Sherman
a
I= a
t
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)

Dimana:
t = lama hujan (jam)
N = banyaknya data
3) Metode Ishiguro
a
I=
√t +b
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)

Dimana:

35
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

t = lama hujan (jam)


N = banyaknya data

3.1.4 Debit Rencana


Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh
saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase
perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana debit banjir maksimum
periode ulang 5 tahun, mempunyai makna kemungkinan banjir maksimum
tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10
tahun atau 20 kali dalam 100 tahun. Penetapan debit banjir maksimum
periode 5 tahun berdasarkan pada pertimbangan :
a. Risiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil
dibandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah
sungai.
b. Luas lahan di perkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan
saluran yang melayani debit rencana banjir maksimum periode lebih
besar dari 5 tahun.
c. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu
sehingga mengakibatkan perubahan pada saluran drainase. Perencanaan
debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi dengan
persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan
debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antar air
hujan dengan limpasannya (metode rasional).
Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya
dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk
menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional
antara air hujan dengan limpasannya (Metode Rasional). Untuk debit air
limbah rumah tangga diestimasikan 25 liter per orang per hari. Adapun
rumusan perhitungan debit rencana Metode Rasional adalah sebagai berikut:

36
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dimana:
Q = Debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dtk)
C = Koefisien aliran permukaan
Cs =Koefisien tampungan oleh cekungan terhadap debit rencana
I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km2).
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
Td = Waktu aliran air mengalir di dalam saluran dari hulu hingga ke tempat
pengukuran (jam)
3.1.5 Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air hujan
yang mengalir atau melimpas di permukaan tanah (surface run-off) dengan
jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfer (hujan total yang terjadi). Besaran
ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi
tanah. Pemilihan koefisien pengaliran harus mempertimbangkan
kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien
pengaliran mempunyai nilai antara dan sebaiknya nilai pengaliran untuk
analisis dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum.

37
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.1.6 Waktu Konsentrasi


Menurut Wesli (2008) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah
aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Pada
prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi:
a. Inlet Time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas pemukaan tanah menuju saluran drainase.
b. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
di sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian
hilir.
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini:
a. Luas daerah pengaliran
b. Panjang saluran drainase
c. Kemiringan dasar saluran
d. Debit dan kecepatan aliran

38
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Harga Tc ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :

Dimana:
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
To = Inlet time ke saluran terdekat (menit)
Td = Conduit time sampai ke tempat pengukuran (menit)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan (m)
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)
3.2. Kriteria Perencanaan Sawerage
Sewerage adalah limbah cair yang dihasilkan oleh aktifitas
masyarakat perkotaan. Pembuangan limbah cair dilakukan dengan bantuan
rangkaian saluran yang disebut sewer system. Sewer system berarti sistem
yang mengatur rangkaian proses pembuangan atau penyaluran air buangan.
Proses pembuangan tersebut disebut sebagai sewerage dan sistem yang
mengatur rangkaian saluran tersebut dan pengaruhnya disebut sistem
sewerage atau sistem penyaluran air buangan. Limbah cair domestik dibuang
menggunakan sebuah jaringan saluran air buangan dan jaringan lainnya yang
digunakan untuk pengumpulan air hujan. Perencanaan dan pengoperasian
saluran air buangan mempengaruhi proses yang terjadi di dalamnya. Jenis
saluran air buangan turut menentukan apakah kondisi aerob atau anaerob
yang akan terjadi, penambahan ventilasi di saluran air buangan dapat
mendispersikan gas berbahaya hasil proses mikrobial dan menambahkan
oksigen ke dalam saluran.

39
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pembuangan limbah cair merupakan tahap terakhir yang diterapkan pada


ujung saluran air buangan. Tahap ini bisa dilanjutkan oleh Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan bisa juga tidak. Tujuan dari sistem
penyaluran air buangan adalah untuk menyalurkan limbah cair yang diterima
dari berbagai titik ke sebuah tempat pembuangan dalam waktu paling singkat
dan dapat dilakukan terus-menerus. Idealnya, tidak ada bagian dari limbah
cair yang tertahan di sistem, baik dalam bentuk cairan atau sedimen yang
menempel di dasar atau dinding saluran.
Saluran air buangan merupakan sistem yang kompleks, dimana perubahan
di dalamnya bisa terjadi karena faktor panjang saluran atau karena waktu.
Perubahan bisa terjadi secara diurnal, mingguan atau terjadi secara acak
tergantung pada kondisi hujan. Sistem yang ada di saluran air buangan bisa
dibagi menjadi empat bagian :
 Atmosfer atau situasi udara yang berada di dalam saluran.
 Air buangan : Hanya memenuhi sekitar 10% dari volume saluran. Air
buangan ini mengalirkan limbah yang juga mengandung biomassa yang
aktif.
 Biofilm : Lapisan lendir yang menempel di dinding pipa. Lapisan ini
merupakan tempat hidupnya bakteri dan merupakan bagian yang
menahan agar bakteri tidak terbuang dari saluran.
 Sedimen : Merupakan zat yang muncul akibat kecepatan aliran air berada
di bawah rata-rata.
Interaksi keempat bagian sistem tersebut dipengaruhi oleh empat hal :
- Kondisi fisik saluran: dimensi, kemiringan dan kekasaran saluran.
- Kondisi hidrodinamik: sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik saluran.
Hidrodinamika ini terjadi karena adanya infiltrasi, asupan air hujan
dan fluktuasi dari air buangan.
- Kondisi lingkungan: Suhu dan Tekanan
- Proses biologi, kimia dan fisika.

40
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran air buangan dirancang agar bisa menampung aliran maksimum,


yaitu aliran yang lebih besar dari keadaan rata-rata tiap tahun. Jumlah air
buangan yang dihasilkan bisa mencapai 20 – 30 % di atas rerata tahunan
selama beberapa minggu secara berurutan, 50 % lebih tinggi selama beberapa
hari berurutan dan 100 % lebih tinggi untuk beberapa jam. Tingkat aliran
maksimum air buangan domestik bisa diasumsikan mencapai 70 – 100 %
lebih besar dari rata-rata harian. Kondisi ini terjadi karena adanya aliran
gabungan dari banyak titik masuk ke pipa utama yang berasal dari pipa
cabang.
3.2.1 Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis untuk tata cara survei dan pengkajian demografi
adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan wilayah sasaran survei ke dalam kategori wilayah
berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:

2. Mengkaji data jumlah penduduk awal perencanaan


3. Menentukan nilai persentase pertambahan penduduk pertahun
4. Menghitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun
3.2.2 Penentuan Blok Pelayanan
Daerah pelayanan jaringan penyaluran air buangan disesuaikan
dengan kebutuhan. Pada perencanaan ini luas Kabupaten Sukoharjo adalah
63,404 km2 dan daerah yang akan terlayani adalah 80% dari luas total
daerah perencanaan. Penentuan blok pelayanan ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa daerah tersebut mempunyai kepadatan yang cukup
tinggi, sehingga sistem penyaluran air buangan tidak mungkin
menggunakan sistem on site, karena terbatasnya lahan yang tersedia.

41
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sedangkan untuk daerah – daerah yang mempunyai kepadatan yang cukup


rendah, penyaluran air buangannya dapat menggunakan sistem on site.
Penentuan luas blok daerah pelayanan berguna untuk mempermudah
perencanaan penyaluran air buangan dan untuk mempermudah penentuan
beban aliran air buangan yang akan disalurkan ke pipa yang akan melayani
daerah pelayanan. Pembagian blok pelayanan penyaluran air buangan
biasanya berdasarkan kepadatan penduduk, keadaan topografi,
perkembangan daerah, dan tata guna lahan.
3.2.3 Pengkajian Demografi
Dalam pengkajian demografi melalui beberapa tahap, diantaranya:
a) Hitung mundur jumlah penduduk per tahun untuk tahun-tahun
sebelumnya dengan menggunakan metoda aritmatik, geometrik dan
least square dengan menggunakan data jumlah penduduk tahun terakhir;
b) Hitung standar deviasi masing-masing hasil perhitungan mundur
tersebut terhadap data penduduk eksisting, nilai standar deviasi terkecil
dari tiga perhitungan di atas adalah paling mendekati kebenaran.
Standar deviasi yang digunakan adalah yang nilainya paling mendekati
satu.
3.2.4 Desain Aktual
3.2.4.1 Desain Kapitalis
Pada setiap segmen pipa dengan awal manhole yang mendapat tambahan
debit, dibuat khusus dalam lembar kerja perhitungan, seperti debit rata-
rata, debit minimal, dan debit puncak dari domestik, industri dan infiltrasi.
Data debit ini digunakan lebih lanjut dalam lembar perhitungan desain
hidrolika.
a. Debit Rata-Rata
1. Debit rata-rata suatu seksi pipa merupakan kumulatif debit rata-
rata segmen pipa hulu yang mengkontribusikan.
2. Debit rata-rata suatu seksi pipa (qR) bisa terdiri dari debit satu
atau beberapa sumber air limbah dengan debit air limbah spesifik,

42
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

qr [m3/hr.ha] dan luas, a [m2] yang berbeda.


3. Debit air limbah spesifik dari daerah permukiman.
4. Debit air limbah spesifik dari daerah komersil, perkantoran atau
high rise building.
5. Debit air limbah spesifik dari rumah sakit.
6. Besarnya debit air limbah tergantung pada data pemakaian air
bersih dan faktor air limbah (70%- 80%)
b. Debit Jam Maksimal (Puncak)
1. Debit puncak suatu seksi pipa merupakan debit rata-rata di seksi
yang bersangkutan (tanpa infiltrasi) dikalikan dengan faktor
puncak sesuai dengan dimensi pipanya.
2. Faktor puncak (praktis) untuk berbagai dimensi pipa air limbah

3.2.4.2. Desain Hidrolika


Dibuat dalam lembar perhitungan tersendiri dengan berbagai keluaran
seperti diameter, kemiringan, kecepatan, elevasi invert saluran, dan
manhole.
a. Kecepatan dan Kemiringan Pipa
1) Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam
pengoperasiannya diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan
daya pembilasan sendiri (tractive force) guna mengurangi
gangguan endapan di dasar pipa;
2) Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai bahan pipa

43
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3) Kecepatan pengaliran pipa minimal saat full flow atas dasar

4) Kemiringan pipa minimal praktis untuk berbagai diameter atas


dasar kecepatan 0,6 m/dt saat pengaliran penuh

5) Kemiringan muka tanah yang lebih curam daripada kemiringan


pipa minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain selama
kecepatannya masih dibawah kecepatan maksimal.
b. Kedalaman Pipa
1) Kedalaman peletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan
pipa dari beban di atasnya dan gangguan lain.
2) Kedalaman galian pipa:
i. Pipa Persil ≥ 0,4 m (beban ringan), ≥ 0,8 m (beban berat)
ii. Pipa Servis 0,75 m
iii. Pipa Lateral (1 – 1,2) m
3) Kedalaman maksimal pipa induk untuk open trench 7 m atau
dipilih kedalaman ekonomis atas pertimbangan biaya dan

44
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

kemudahan/ risiko pelaksanaan galian dan pemasangan pipa.


c. Hidrolika Pipa
1) Metode atau formula desain pipa full flow yang digunakan dalam
pedoman ini adalah Manning.
2) Ada 4 (empat) parameter utama dalam mendesain pipa full flow,
yaitu debit, QF (m3/s), VF (m/s), kemiringan S (m/m), dan
diameter (mm). Dapat digunakan nomogram untuk berbagai
koefisien manning atau grafik elemen hidrolik untuk saluran
circular.

3) Pengaliran di dalam pipa air limbah adalah pengaliran secara


gravitasi (tidak bertekanan) kecuali pada bangunan perlintasan
(sifon) dan bila ada pemompaan.
4) Pada pengaliran secara gravitasi air limbah hanya mengisi
penampang pipa dengan kedalaman air hingga < (70 – 80)%
terhadap diameter pipa,atau debit puncak = (70 – 80)% terhadap
debit full atau allowance = (20 – 30)%
3.2.4.3 Desein Struktur
Dalam mendesain saluran sewerage perlu memperhatikan kualitas
media kontak (cairan yang akan dialirkan, kualitas tanah dan tinggi muka
air tanah), beban, keamanan pekerja dan umur ekonomis struktur.
Beberapa konstruksi yang perlu diperhatikan antara lain:

45
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

a. Pemilihan Bahan Pipa


Pemilihan bahan pipa harus betul-betul diperimbangkan mengingat air
limbah banyak mengandung bahan yang mengganggu kekuatan pipa.
Demikian pula selama pengangkutan dan pemasangannya diperlukan
kemudahan serta kekuatan fisik yang memadai. Sehingga berbagai
faktor yang perlu diperhatikan pada pemilihan pipa secara menyeluruh
adalah:
1) Umur ekonomis
2) Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
3) Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
4) Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
5) Kemudahan transport and handling
6) Kekuatan struktur
7) Biaya suplai, transpor dan pemasangan
8) Ketersediaan di lapangan
9) Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
10) Kekedapan dinding
11) Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah adalah Vitrified
Clay (VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Stell,
Cast Iron, High Density Polyethylene (HDPE), Unplasticised
Polyvinyl Chloride (uPVC) dan Glass Reinforced Plastic (GRP).
b. Bentuk Penampang Pipa
Penampang pipa yang digunakan dapat berbentuk bundar, empat
persegi panjang atau bulat telur.
c. Beban di Atas Pipa dan Bedding
1. Perhitungan beban-beban yang bekerja di atas pipa dapat dipakai
untuk mengontrol atau merencanakan pemasangan pipa agar pipa
dapat menahan beban yang bekerja sesuai dengan kekuatannya.

46
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Kekuatan pipa dapat ditingkatkan dengan pemilihan konstruksi


landasan pipa (bedding)
3. Ada 6 (enam) tipe konstruksi bedding dengan load faktor 1,1-1,5;
1,9-2,4 dan 4,5
3.2.5 Penanaman Minimum Pipa
Penempatan saluran air buangan perlu dipertimbangkan terhadap
keadaan lapangan, keamanan sistem jaringan itu sendiri dan pengaruh
terhadap jaringan pipa distribusi yang ada ataupun yang direncanakan. Hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah
sebagai berikut:
 Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di
tepi jalan, di bawah trotoar, hal ini mengingat kemungkinan penggalian
jika diperlukan perbaikan, atau di tengah median (jalur hijau) yaitu jalur
antara jalur lambat dan jalur cepat.
 Kedalaman minimal saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran
terhadap beban – beban diatasnya. Kedalaman saluran harus
disesuaikan dengan kedalaman maksimum: 6 – 7 m

3.2.6 Bangunan Pelengkap


3.2.6.1 Manhole
a. Lokasi Manhole
 Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung
diameter saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap Panjang

47
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

peralatan pembersih yang akan dipakai.


 Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal.
 Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection)
dengan pipa atau bangunan lain.

b. Klasifikasi Manhole
 Manhole dangkal: kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
 Manhole normal: kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
 Manhole dalam: kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Khusus ’MH dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan kedalaman,
ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan.

c. Manhole Khusus
 Junction chamber
 Drop manhole
 Flushing manhole
 Pumping manhole
d. Eksentrisitas
 Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya.
 Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran.
 Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa.

48
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

e. Dimensi Manhole
 Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertical
tergantung pada kedalamannya.
 Lubang masuk (acces shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter 60
cm.
Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk.
- Untuk kedalaman sampai 0,8 m: 75 cm x 75 cm.
- Untuk kedalaman (0,8 - 2,1) m: 120 cm x 90 cm atau diameter 1,2
m.
- Untuk kedalaman > 2,1 m: 120 cm x 90 cm atau diameter 140
cm.

f. Manhole step atau laddering


 Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang dipasang
menempel di dinding manhole sebelah dalam untuk keperluan
operasional.
 Dipasang vertikal dan zig zag 20 cm dengan jarak vertikal masing-
masing (30-40) cm.
g. Bottom Invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U
dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching ke
kanan/kiri dengan kemiringan 1:6 hingga mencapai dinding manhole.

49
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.6.2 Gorong – Gorong


Gorong-gorong merupakan bangunan perlintasan karena adanya
saluran yang melintasi jalan. Perencanaan gorong-gorong didasarkan atas
besarnya debit pengaliran sesuai dengan keadaan saluran dan sifat-sifat
hidrolisnya. Umumnya dibuat dari pasangan batu dan ditutup atasnya
dengan plat beton bertulang.
Pengalirannya merupakan pengaliran saluran terbuka (tanpa
tekanan). Untuk maksud pemeliharaan, dimana gorong-gorong harus
terbebas dari endapan Lumpur, maka kecepatan aliran dalam gorong-
gorong harus lebih besar dari kecepatan selfcleaning yaitu sebesar 1,5 –
2,5 m/s. untuk sistem pengaliran dibutuhkan head loss yang besar sehingga
disarankan untuk menggunakan sistem saluran terbuka. Gorong-gorong
terdapat dua macam, yaitu:
a. Gorong-gorong jalan raya, yaitu gorong-gorong yang melalui jalan
raya. Dalam hal ini perhitungan harus secermat mungkin agar mampu
menahan beban kendaraan yang melewatinya.
b. Gorong-gorong silang, yaitu jenis gorong-gorong yang mampu
menahan rembesan air yang mengalir dari sekitarnya.

50
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224
TUGAS PERENCANAAN DRAINASE DAN SEWERAGE
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

51
MAHARANI FITRAH SAWALA | 20513224

Anda mungkin juga menyukai