Anda di halaman 1dari 85

TUGAS BESAR

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


KABUPATEN SITUBONDO

Disusun Oleh
Gian Ilham Ramadhan (19513169)
Nong Muhammad Ramadhani (19513147)
Rahmat (19513151)
Rivaldi Pratama (19513168)

Asisten Dosen
Andik Yulianto

Dosen Pembimbing
Adelia Anju Asmara, S.T., M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS BESAR PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


KABUPATEN SITUBONDO

Laporan ini disusun sebagai syarat mata kuliah Perecanaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah dan sebagai syarat untuk mengambil mata kuliah selanjutnya

Disusun Oleh
Gian Ilham Ramadhan (19513169)
Nong Muhammad Ramadhani (19513147)
Rahmat (19513151)
Rivaldi Pratama (19513168)

Telah dikoreksi dan disetujui oleh :

Asisten Pembimbing Dosen Pengampu Mata Kuliah

Andik Yulianto Adelia Anju Asmara, S.T., M.Eng

Kelompok 48 | 2
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KATA PENGANTAR

Kelompok 48 | 3
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR ISI

Kelompok 48 | 4
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR TABEL

Kelompok 48 | 5
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

Kelompok 48 | 6
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan makhluk hidup di muka Bumi.
Manusia merupakan salah satu makhluk di muka Bumi yang sangat bergantung pada
ketersediaan air bersih. Penggunaan air dalam kegiatan sehari-hari oleh manusia akan
menghasilkan air limbah. Air limbah yang dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama disebut
sebagai air limbah domestik.
Penduduk Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah
penduduk. Hal ini berhubungan dengan penggunaan air yang mengalami kenaikan pula
disebabkan oleh kenaikan penduduk. Begitu pula halnya dengan air limbah, semakin
banyak air yang digunakan maka akan semakin banyak pula air limbah yang
dihasilkan.
Air limbah dapat menimbulkan berbagai masalah apabila tidak diolah dengan baik
sebelum dibuang ke lingkungan. Pencemaran lingkungan serta timbulnya penyakit-
penyakit yang dapat mengganggu aktivitas manusia merupakan contoh dari masalah
yang sering terjadi akibat air limbah. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya
masalah akibat dari air limbah yang tidak diolah dengan baik maka suatu wilayah
dianjurkan untuk membuat suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan suatu proses pengolahan air
limbah agar effluent yang dihasilkan menjadi lebih aman saat dibuang ke lingkungan
guna menghindari timbulnya permasalahan. Kualitas effluent yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh pengolahan air limbah yang dilakukan. Maka dalam perencanaan
pengolahan air limbah diperlukan perencanaan unit-unit pengolahan yang tepat dan
sesuai serta memiliki pertimbangan yang jelas agar kualitas effluent sesuai dengan
yang diharapkan. Dalam perencanaan ini, effluent air limbah akan dimanfaatkan
kembali untuk kegiatan pertanian dan perikanan.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud

Kelompok 48 | 7
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1. Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk air buangan pada kesehatan


manusia dan lingkungannya yang akan berdampak pada terciptanya suatu
kondisi lingkungan yang sehat.
2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan, dan
atau pemanfaatan air buangan untuk pertanian dan perikanan.
3. Mencegah timbulnya penyakit bawaan air (water born diseases) dan secara
estetika mencegah bau tidak sedap yang ditimbulkan air buangan
b. Tujuan
1. Menentukan unit proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang akan
digunakan.
2. Menghitung dimensi unit IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang
digunakan.
3. Merencanakan desain IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di wilayah
perencanaan, yaitu Kabupaten Situbondo.

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan


Ruang lingkup dalam perencanaan instalasi pengolahan air limbah, yaitu
menjelaskan tentang tahapan dalam merencanakan sistem yang akan dibangun di
Kabupaten Situbondo, meliputi :
a. Penentuan daerah pelayanan pada Kabupaten Situbondo.
b. Perhitungan debit air limbah.
c. Perhitungan beban pengolahan dan kualitas effluent.
 Penentuan proyeksi penduduk
 Penentuan sub-area pelayanan
 Perhitungan kapasitas aliran (Rumah tangga dan fasilitas umum)
d. Rencana unit pengolahan dengan pengolahan sekunder berupa.
e. Bill of Quantity (BOQ) dan RAB.
f. Gambar perencanaan, yaitu :
 Gambar unit proses (skalatis) minimal 2 potongan
 Sketch design pada setiap perhitungan desain unit
 Plant layout IPAL berskala
 Profil hidrolis IPAL

Kelompok 48 | 8
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

g. Acuan baku mutu effluent menggunakan Guidelines WHO dan acuan baku
mutu limbah domestik menggunakan Permen. LHK 68/2016.
h. Kualitas air limbah mengacu pada kualitas medium strength dari Metcalf &
Eddy (2003).

Kelompok 48 | 9
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
STUDI KELAYAKAN

2.1 Deskripsi Daerah Perencanaan


2.1.1 Batas Wilaya dan Administrasi
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Situbondo terletak pada
7º35’ – 7º 44’ Lintang Selatan dan 113º 30’ –114º 42’ Bujur Timur. Kabupaten
Situbondo merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
Timur. Secara geografis Kabupaten Situbondo terletak pada 7º35’ – 7º 44’
Lintang Selatan dan 113º 30’ –114º 42’ Bujur Timur. Secara administratif
letaknya berbatasan dengan

Gambar Peta Administrasi Kabupaten Situbondo

Bagian utara : Desa Pelean, Alas Malang dan Kecamatan Mangaran


Bagian timur : Desa Panji Lor Kecamatan Panji
Bagian selatan : Desa Panji Kidul Kabupaten Bondowoso
Bagian barat : Wringinanom Kecamatan Panarukan

Secara administrasi Kabupaten Situbondo terdiri atas 17 (Tujuh Belas)


kecamatan, Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Situbondo adalah 163.850
Ha atau sekitar 3,45% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Kelompok 48 | 10
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Situbondo memiliki jumlah penduduk sebanyak 658.967 jiwa yang terdiri dari
336.757 jiwa laki-laki dan 349.210 jiwa perempuan, maka kepadatan yang
berada di Kabupaten Situbondo sebanyak 419 jiwa per Km2. Berikut
merupakan tabel dari Batas Wilayah Kabupaten Situbondo.

2.1.2 Kondisi Fisik dan Ruang Wilayah


Secara topografi Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0 – 1.250 m
di atas permukaan laut. Wilayah dengan rata-rata ketinggian ada pada wilayah
selatan barat seperti Kecamatan Jatibanteng dan Sumbermalang. Dan di
wilayah utara ada Kecamatan Bungatan tang wilayah tertingginya pada
ketinggian 1.250 m.
Secara geografis Letak Kabupaten Situbondo di sebelah utara berbatasan
dengan Selat Madura, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah
selatan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi serta
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Lalu Luas Kabupaten
Situbondo adalah 1.638,50 Km2 atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari
barat ke timur lebih kurang 140 Km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah
dan di sebelah selatan berdataran tinggi. Wilayah kecamatan terluas adalah
Kecamatan Banyuputih, dengan luas 481,67 Km2. Disebabkan oleh luasnya
hutan jati di perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dengan wilayah
Banyuwangi Utara.
Sedangkan wilayah kecamatan terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu
26,41 Km2. Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14
kecamatan yang memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu
Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo dan
Kecamatan Panji.
Keadaan tanah menurut teksturnya, pada umumnya tergolong sedang
96,26%, tergolong halus 2,75%, dan tergolong kasar 0,99%. Drainase tanah
tergolong tidak tergenang 99,42%, kadang-kadang tergenang 0,05% dan selalu
tergenang 0,53%. Kabupaten Situbondo mempunyai ketinggian antara 0 –
1.250 m/dpl, temperatur tahunan 24,7°C - 27,9°C, dengan 3 - 4 bulan basah
dan 8 s/d 9 bulan kering per tahun (puncak musim kering antara Juli –
September).

Kelompok 48 | 11
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.1.1 Fasilitas Pendidikan


Kabupaten Situbondo memiliki sekolah dasar dan MI sebanyak 536
sekolah dengan jumlah guru sebanyak 6.276 guru dan murid sebanyak
55.156, lalu ada sekolah menengah pertama memiliki 194 sekolah
dengan jumlah gurus sebanyak 3.001 guru dan murid sebanyak 32.250
murid, dan terakhir sekolah menengah keatas memiliki 135 sekolah
dengan guru 2.501 guru dan murid sebanyak 32.329 nurid.
Berikut merupakan Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Taman
Kanak-Kanak (TK) di Bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Menurut Kecamatan di tahun 2020/2021

Tabel Data Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Situbondo

2.1.1.2 Fasilitas Kesehatan


Sarana Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

Kelompok 48 | 12
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dan ekonomis. Sarana kesehatan merupakan elemen penting dalam hal


menjaga kesehatan masyarakat terutama jika ditemukan adanya suatu
penyebaran wabah penyakit. Kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten
Situbondo dilayani oleh beberapa fasilitas, berupa tempat pengobatan
sementara hingga untuk perawatan intensif yang disediakan oleh
pemerintah dan swasta. Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten
Situbondo adalah rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai
pengobatan, RS bersalin, serta apotik. Berikut ini tabel sarana
kesehatan yang terdapat di Kabupaten Situbondo. Berikut merupakan
tabel Fasilitas Kesehatan yang ada di Kabupaten Situbondo :

Tabel Data Failitas Kesehatan Di Kabupaten Situbondo

2.1.1.3 Sarana Peribadatan


Fasilitas peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan ibadah
umat beragama secara berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani.
Pendekatan perencanaan yang dianut adalah dengan memperkirakan
komunitas dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian

Kelompok 48 | 13
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

merencanakan lokasi bengunan peribadatan secara planologis dan


religius. Berikut merupakan agama yang dianut dan tempat peribadatan
di Kabupaten Situbondo :

Tabel Data Fasilitas Peribadatan Di Kabupaten Situbondo.

2.1.2 Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten situbondo yang rinciannya dapat dilihat


pada tabel di bawah ini. Berikut merupakan tabel Jumlah Penduduk Kabupaten
Situbondo :

Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)

2010 649.000

Kelompok 48 | 14
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2011 653.600

2012 657.800

2013 660.700

2014 666.000

2015 669.700

2016 673.200

2017 676.700

2018 679.900

2019 682.900

2020 685.700

Tabel Data Pensusuk Kabupaten Situbonso 10 Tahun Terakhir

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.


Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukan bahwa semakin padat
penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Rasio jenis kelamin adalah
perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Laju pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu. Laju
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menyebabkan kepadatan penduduk.

a. Metode Aritmatika

Kelompok 48 | 15
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel Proyeksi Penduduk Metode aritmatika


Perhitungan metode aritmatika menggunakan rumus :
Pn = Po + Ka (Tn – To)
Dimana :
Pn : penduduk tahun ke n
Po : penduduk tahun dasar
Ka : konstanta aritmatik
Tn : tahun ke n
To : tahun dasar
Standar Deviasi :


2
Standar Deviasi = (
x −x mean)
n
b. Metode Geometrik

Kelompok 48 | 16
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel Proyeksi Penduduk Metode Geometrik

Perhitungan metode geometrik menggunakan rumus :


Pn = Po x (1 + r)n
Dimana :
Pn : penduduk tahun ke n
Po : penduduk tahun dasar
r : konstanta geometrik
Tn : tahun ke n
To : tahun dasar
c. Metode Least Square

Kelompok 48 | 17
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel Proyeksi Penduduk Metode Least Square

Perhitungan metode Least Aquare menggunakan rumus :


Yn=a+b . x
Y −b x
a=
n
n x . y−x . y
b=
n x 2−( x ) 2
Dimana :
Yn : Jumlah penduduk pada waktu n tahun mendatang
a, b : Konstanta
X : Pertambahan tahun
n : Jumlah data
Standar Deviasi :


2
Standar Defiasi = (
x −x mean)
n

2.2 Evaluasi Wilaya Perencanaan


Sampai saat ini Kabupaten Situbondo belum atau minim memiliki sistem
jaringan penyaluran air limbah perpipaan maupun instalasi pengolahan air

Kelompok 48 | 18
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

limbah (IPAL). Prasarana yang digunakan dalam pengolahan air limbah antara
lain berupa jamban keluarga, MCK, dan saluran terbuka. Air limbah yang
ditangani oleh masyarakat/rumah tangga terbatas pada pembuangan langsung
ke saluran atau sungai terdekat tanpa melalui tangki septik atau cubluk. Air
bekas dapur dan kamar mandi disalurkan ke saluran drainase, sungai atau
dibuang ke lahan kosong./persawahan. Melihat kondisi tersebut, maka perlu
adanya perbaikan dalam konstruksi tangki septik dan cubluk yang ada. Pada
tangki septic dibangun bidang resapan dan pipa udara sedang pada dinding
cubluk dibuat lapisan kerikil dan pasir yang dapat menyaring air rembesan
sehingga tidak mencemari sumur dangkal yang ada disekitar. Pembangunan
tangki septik atau cubluk harus berjarak 10 meter dari sumur terdekat, hal ini
untuk menghindari pencemaran bibit penyakit terhadap sumur.
2.2.1 Kondisi EksistingWilayah Perencanaan
Dari survey studi EHRA yang dilakukan kepada masyarakat
Kabupaten Situbondo pada tahun 2015, didapatkan data sebesar 69,9%
masyarakat menggunakan jamban pribadi ; 3,6% menggunakan
MCK/WC umum ;1,1% menggunakan WC helikopter ; 23,8%
menggunakan sungai/pantai/laut ; 1,5% mengenakan kebun/pekarangan
; 2,3% menggunakan selokan/parit/got ; 1,4% menggunakan lubang
galian ; 1,5% menggunakan lainnya dan 0,3% tidak tahu.
2.2.2 Analisis kondisi sanitasi
Menurut instrumen sanitarian Kabupaten situbondo, masih terdapat
masyarakat yang melakukan BABS dan cubluk dengan jamban tidak
aman. Pada kecamatan tertentu terdapat 6.917 KK yang melakukan
BABS. Sedangkan untuk cubluk tidak aman paling banyak terdapat
dengan angka 4.921KK.
Sedangkan sanitasi yang layak di Kabupaten situbondo
menggunakan jamban keluarga dengan septik aman, MCK/jamban
bersama, MCK komunal, Tangki Septik komunal >10KK, dan IPAL
komunal serta sambungan rumah.
2.2.3 Analisis tingkat kepadatan penduduk
Dengan data kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk yang
selalu mengalami kenaikan. Menurut data BPS pada tahun 2019 jumlah

Kelompok 48 | 19
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

penduduk adalah 682.900 jiwa, pada tahun 2020 penduduk Kabupaten


Situbondo mengalami kenaikan penduduk menjadi 685,700 jiwa.
Diketahui kecamatan Panji adalah daerah yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak dibanding wilayah lainnya, Sedangkan kepadatan
penduduk terendah berada di kecamatan Jatibanteng.
Akibat dari kepadatan penduduk yang relatif tinggi ini merupakan
salah satu permasalah yang harus dihadapi pemerintah terkait penataan
ruangan dan kota serta pemerintah harus bisa menyediakan pelayanan
dasar kepada masyarakat. Faktor lain yang menjadi penghambat adalah
dikarenakan keterbatasan lahan untuk permukiman.
2.3 Strategi Pentahapan Wilaya Perencanaan SPAL
2.3.1 Penetapan Zona Prioritas
Zona prioritas dalam pelayanan SPAL ditentukan dengan
mempertimbangkan lokasi atau wilayah yang bermasalah terhadap
pencemaran lingkungan akibat penduduk yang terlalu padat dan
umumnya terletak di pusat perkotaan, selain itu juga memperhatikan
keadaan topografi, perkembangan daerah, dan juga tata guna lahan
2.3.2 Pembagian Zona Pengembangan
Analisis tujuan dan sasaran serta pentahapannya sektor air limbah di
Kabupaten Situbondo dibagi dalam 3 zona prioritas, sebagai berikut :
1. Zona 1, merupakan sistem off site medium, zona ini mencakup,
tetapi untuk di Kabupaten Situbondo belum ada sistem off site
medium
2. Zona 2 merupakan sistem on site individu, zona ini mencakup
3. Zona 3 merupakan sistem STBM, zona Ini mencakup
2.3.3 Penetapan Areah Pengembangan
Tahapan pengembangan sanitasi merupakan rencana pentahapan
pembangunan sanitasi di suatu Kabupaten/Kota mulai dari pelaksanaan
sistem skala rumah sampai ke skala komunal dan kota. Tahapan
pengembangan dituangkan dalam bentuk tabel serta digambarkan
dalam bentuk peta zonasi sistem. Tabel tahapan pengembangan sanitasi
memberikan gambaran mengenai rencana pengelolaan air limbah
domestik/ persampahan/ drainase hingga 10 tahun mendatang serta

Kelompok 48 | 20
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

pentahapannya yang dituangkan dalam bentuk persentase target per


tahapan jangka waktu pengembangan, tahapan pengembangan sanitasi
dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1. Tahapan jangka pendek
Tahapan jangka pendek dihitung 2 tahun dari tahun penyusunan
dokumen
2. Tahapan jangka menengah
Tahapan jangka menengah dihitung 5 tahun dari tahun
penyusunan dokumen Tahapan jangka menengah dirumuskan
berdasarkan kebijakan sanitasi di tingkat nasional, Provinsi dan
Kabupaten/ Kota dan hasil analisis zonasi pada Instrumen SSK.
3. Jangka panjang
Tahapan jangka panjang dihitung 10 tahun dari tahun
penyusunan dan mengacu pada kebijakan sanitasi di tingkat
nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan visi misi sanitasi
kabupaten/kota
Dalam merumuskan pengembangan pengelolaan sanitasi di
Kabupaten Situbondo memerlukan skenario tahapan pengembangnya.
Tahapan pengembangan pengelolaan sanitasi tersebut menunjukkan
persentase eksisting air limbah domestik serta target jangka pendek,
menengah dan panjang dari sistem pengelolaan air limbah yang
direncanakan

Kelompok 48 | 21
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
PERENCANAAN DEBIT DAN BEBAN PENGELOLAAN LIMBAH

3.1 Perencanaan Debit Air Limbah


Berdasarkan data perencanaan jaringan pipa sewerage Kabupaten Situbondo yang
telah direncanakan sebelumnya dan didapatkan data debit air limbah sebagai berikut :

perencanaan
Densitas= penduduktahun
jumlahluas blok

Jumlah penduduk tiap blok = luas blok x densitas


Debit rata - rata air limbah diperoleh dengan mengalikan 70% hingga 80% faktor
air limbah terhadap debit air bersih. Dalam perencanaan ini dipilih 80% sebagai faktor
ai limbah.

Qr=Qb× 80 %
Dimana :
Qr : Debit rata-rata air limbah (m3/s)
Qb : Debit air bersih
Contoh perhitungan debita air limbah blok 1 :
Luas Blok = 22,092 Ha
Densitas = 12,74 jiwa/Ha
Kebutuhan air bersih = 0,15 m3/jiwa/hari
Jumlah Penduduk tiap blok = luas blok x densitas
= 22,092 Ha x 12,74 jiwa/Ha
= 281,4520 jiwa
Debut air bersih (Qb) = Jumlah penduduk per blok x kebutuhan air bersih
= 281,4520 jiwa x 0,15 m3/jiwa/hari
= 422,178 m3/jiwa/hari
Debit Air Limbah (Qr) = 80 % x 422,178 m3/jiwa/hari
= 337,7424 m3/hari
= 1,0494 m3/detik

Kelompok 48 | 22
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut adalah tabel hasil perhitungan debit air limbah domestik :

Debit Saluran Non Domestik


Q saluran non domestic = 20% x Q domestic
= 20% x 1,0494 m3/detik
= 0,209 m3/detik
Debit Infiltrasi
Qinf = 10% x Q domestic
= 10% x 1,0494 m3/detik
= 0,104 m3/detik
Debit Total
Q Total = Q domestic + Q non domestic + Q infiltrasi
= 1,0494 m3/detik + 0,209 m3/detik + 0,104 m3/detik
= 1,362 m3/detik
Faktor Puncak
5
Fp = 0,67
jumlah pendudu k
= 1,94

Debit Puncak

Q Puncak = Faktor Puncak (Fp) x Q total

= 1,94 x 0,19 m3/detik

= 0,368 m3/detik

3.2 Pemilihan Alternatif Teknologi

Kelompok 48 | 23
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berdasarkan PERMENLHK No. 68 Tahun 2016 mengenai Baku Mutu Limbah


Domestik, Perencanaan ini akan menargetkan hasil olahan limbahnya mampu
dikembalikan dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan. Berdasarkan parameter
kunci yang ada didapatkan kualitas effluent yang harus dicapai sebagai berikut

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum*

1 Ph - 6–9

2 BOD Mg/L 30

3 COD Mg/L 100

4 TSS Mg/L 30

Minyak &
5 Mg/L 5
Lemak

6 Amoniak Mg/L 10

7 Total Coliform Jumlah/100mL 3000

8 Debit L/org/hari 100

Setiap jenis pengolahan teknologi memiliki efisiensi removal yang berbeda-beda


Pemilihan sistem IPAL berdasarkan penilaian terhadap efisiensi removal masing -
masing jenis pengolahan limbah.
3.2.1 Metode Scoring

Kelompok 48 | 24
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.2 Metode Ipal Terpilih


Dari Metode Skoring dapat disimpulkan bahwa teknologi yang akan
digunakan dalam perencanaan IPAL pada Kabupaten Situbondo yaitu
Sequencing batch reactor (SBR). Teknologi ini merupakan pengolahan air
limbah tertua. Teknologi SBR konvensional adalah proses pengolahan yang
berdasarkan reaktor pengolahan lumpur aktif tunggal. Pada masa lalu
pengembangan teknologi ini dihentikan karena penerapan teknologi
pengolahan air limbah lebih berfokus kepada sistem pengolahan air dengan
sistem input yang terus menerus. Saat ini SBR sering diusulkan untuk
mengolah air limbah industri dalam skala kecil. Dibandingkan dengan proses
berkelanjutan, SBR dikenal sebagai operasi proses yang lebih stabil, tetapi
membutuhkan tingkat kontrol dan otomatisasi proses yang lebih tinggi. Sistem
kontrol komputer terbaru juga dapat mengimplementasikan algoritma yang
lebih maju, yang berkontribusi pada operasi SBR yang optimal (Brenner,
1997).

Kelompok 48 | 25
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.3 Efisiensi Removal dan Beban Pengelolaan


3.3.1 Efisensi Removal
Alternatif Teknologi 1

Alternatif Teknologi 2

Alternatif Teknologi 3

Kelompok 48 | 26
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.2 Beban Pengolahan


Pada wilayah perencanaan Kabupaten situbondo ini didapat sumber air
limbah utamanya berasal dari kegiatan domestik, diantaranya seperti MCK,
limbah dapur dan dengan karakteristik medium strength. Berdasarkan buku
Wastewater Engineering Treatment, Disposal, and Reuse Oleh Metcalf and
Eddy, dalam buku tersebut ditulis karakteristik air limbah terbagi menjadi low
strength, medium strength, dan high strength. Pembagian itu bertujuan untuk
mengetahui besaran efisiensi yang dimiliki oleh unit tersebut. medium strength
dari Metcalf & Edy dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Kelompok 48 | 27
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sumber : Buku Wastewater Engineering Treatment & Reuse, Medcalf & Eddy
(2003)
Beban Pengolahan Perencanaan

Kelompok 48 | 28
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV
KRITERIA DESAIN
4.1 Kriteria Perencanaan
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi jenis beban
pencemar berlebih yang ada di dalam suatu air limbah sebelum dikembalikan ke
badan air. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan-bahan
tercemar dapat dikurangi. Pengolahan air buangan dapat diklasifikasikan berdasarka
proses pengolahan dan tingkat pengolahanya sebagai berikut :
1. Pengolaha secara fisik, dilakukan untuk menghilangkan benda benda fisik atau
memperbaiki sifat-sifat fisik air buangan.
2. Pengolahan secara kimiawi, pengolahan yang menggunakan bahan-bahan kimia
untuk memperbaiki kualitas air buangan
3. Pengolahan biologis, pengolahan dengan bantuan mikroorganisme untuk
mengolah air buangan

4.2 Kriteria Limbah


Air limbah yang akan diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
terpusat/on site yang melayani wilayah perencanaan memiliki kualitas air limbah
sesuai dengan kualitas air limbah medium strength. Parameter yang harus dihilangkan
mengacu pada empat parameter khusus yaitu pada parameter BOD, COD, minyak atau
lemak,TSS dan Total Coliform.
Pemilihan instalasi pengolahan yang digunakan untuk pengolahan limbah
bergantung pada tingkat pencemaran yang harus dihilangkan, besaran beban
pencemaran dan standar effluent yang diperbolehkan. Sebelum melakukan pengolahan
lebih lanjut mengenai keempat parameter diatas maka harus diketahui definisi
pencemar yang akan dihilangkan dalam IPAL.
 BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
menguraikan zat-zat organik dalam air. Secara umum, derajat pengolahan yang
dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikan rupa sehingga BOD
effluent tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat

Kelompok 48 | 29
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

tertentu pada badan air penerima, agar badan air dapat berfungsi sesuai
peruntukanya.
 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa
organik yang dioksidasi secara kimia. Tes COD digunakan utuk menghitung
kadar bahan organik yang dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan
kimia oksidator kuat dalam media asam. (Metcalf & Eddy, 2003).
 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang terdapat pada air limbah merupakan hasil dari cucian sisa
makanan dan juga sisa minyak yang dibuang biasanya dari limbah domestik.
Apabila Komponen minyak dan lemak tidak dihilangkan akan tejadi penyumbatan
dan juda dapat menyebabkan kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut
menempel yang bisa berakibat timbulnya kebocoran pada pipa.
 TSS (Total Suspended Solid)
Merupakan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada di dalam air limbah
setelaah mengalami penyaringan dengan membrane yang berukuran 0,45 mikron.
Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida. TSS umunya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS berpengaruh terhadap
kekeruhan
4.3 Kriteria Desain Unit Pengolahan
4.3.1 Sumur atau Bak Pengumpul
Unit sumur pengumpul merupakan bangunan pengolahan pendahuluan,
yang berfungsi untuk menampung air limbah domestik dari jaringan
pengumpulan air limbah domestik yang memiliki elevasi lebih rendah dari
IPALD. Sumur pengumpul dapat dilengkapi dengan pompa dan bak
penangkap lemak. Sumur pengumpul terdiri dari sumur basah dan sumur
kering. Sumur basah menggunakan pompa submersible atau suspended yang
dipasang terendam dalam sumur. Sumur kering menggunakan self-
priming/suction lift centrifugal pump yang dipasang dalam kompartemen
terpisahan dengan air yang dihisap. Perencanaan sumur pengumpul
dilaksanakan berdasarkan kriteria desain yaitu waktu retensi air limbah

Kelompok 48 | 30
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

domestik dalam sumur pengumpul yaitu tidak lebih dari 10 menit (PerMen
PUPR No.4, 2017).

Tabel 1 Kriteria Desain Sumur Pengumpul

Sumur Pengumpul
Parameter Unit Range
Diameter screw meter 0.3-3
Kapasitas Debit m3/s 0.01-3.2
Sudut kemiringan derajat 30-38
Head total meter 9
Kecepatan motor penggerak rpm 30-50
Sumber : Metcalf & Eddy. 1981 Wastewater Engineering :
Collection and Pumping of Wastewater

4.3.2 Screen
Screen adalah sebuah alat yang memiliki lubang -lubang, umumnya
memiliki ukuran yang seragam, screening terdiri atas batang paralel, balok atau
kawat, kisi/jeruji, mata lubang atau plat yang penuh lubang, dan lubang
tersebut dapat berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Unit saringan sampah
berfungsi untuk mencegah masuknya sampah atau benda berukuran besar
(contoh: plastik, kertas, atau daun) kedalam unit pengolahan air limbah
domestik, yang dapat mengakibatkan gangguan pengolahan, terutama pada
unit pompa (PerMen PUPR No.4, 2017).
Dari semua peralatan unit pengolahan air buangan, bar screen ditempatkan
paling awal. Berupa peralatan dengan bukaan berukuran tertentu yang
mempunyai bentuk beraturan. Tipe bar screen yang digunakan dalam Tugas ini
adalah bar screen dengan pembersihan secara manual karena biaya operasional
dan pemeliharaan yang dibutuhkan lebih murah. Sedangkan kelemahannya
adalah harus diperiksa setiap hari karena padatan kasar yang mengumpul di
saringan dapat menghambat aliran air buangan. Unit saringan sampah berupa
jaring kawat atau plat berlubang yang dirancang berdasarkan kriteria desain
berikut.

Tabel 2 Kriteria Desain Screen

Screen
Manual Barscreen

Kelompok 48 | 31
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pembersihan Pembersihan
Parameter
Manual Mekanik
Kecepatan aliran lewat
0.3 - 0.6 0.6 - 1
celah (m/s)
Ukuran penampang batang
Lebar (mm) 4-8 8 -10
Tebal (mm) 25 - 50 50 -75
Jarak bersih dua batang
25 - 75 10 -50
(mm)
Kemiringan thd.
45 - 60 75 - 85
Horizontal (derajat)
Kehilangan tekanan lewat
150 150
celah (mm)
Kehilangan tekanan max
800 800
(cloging) (mm)
Sumber : Lampiran II Permen PUPR No. 04 Tahun 2017

Tabel 3 Kriteria Faktor Bentuk Batang

Bentuk Batang
Tipe Bar β
Segi empat dengan sisi tajam 2.42
Segi empat sisi semi circular menghadap up-
1.83
stream
Circular 1.79
Segi empat sisi semi circular menghadap up-stream
1.67
dan down-stream
bentuk tear 0.76
Sumber : Qasim (1985)

4.3.3 Grit Chamber (Bak Penangkap Pasir)


Unit bak penangkap pasir berfungsi untuk mengendapkan kandungan pasir
secara gravitasi dari aliran air limbah domestik dengan kecepatan horizontal.
Unit bak penangkap pasir dirancang untuk memiliki kecepatan aliran tertentu
sehingga dapat mengendapkan pasir. Pelaksanaan perencanaan unit bak
penangkap pasir dilaksanakan berdasarkan persyaratan teknis dan kriteria
teknis . Persyaratan teknis perencanaan unit bak penangkap pasir meliputi :
1. Unit bak penangkap pasir dibagi menjadi dua kompartemen atau lebih,
yang memiliki kondisi kecepatan aliran yang berbeda. Kompartemen
pertama dialirkan dengan kecepatan minimum, sedangkan kompartemen
kedua dialirkan dengan kecepatan maksimum.

Kelompok 48 | 32
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Penampang melintang unit bak penangkap pasir dibuat mendekati


bentuk parabola untuk mengakomodasi perubahan debit dengan
kecepatan konstan.
3. Dilengkapi dengan alat pengatur aliran (flume control) yang dipasang
diujung aliran (PerMen PUPR No.4, 2017).

Tabel Kriteria Desain Grit Chamber

Grit Chamber
Faktor Rencana Kriteria Keterangan
Dimensi 1. Jika diperlukan untuk menangkap
2-5
Kedalaman (m) pasir halus (0.21 mm), gunakan td yang
Panjang (m) 7.5 - 20 lebih lama
Lebar (m) 2.5 - 7 2. Lebar disesuaikan juga untuk
1 : 1 s/d peralatan pengeruk pasir mekanik,
Rasio lebar/dalam
5:1 kalau terlalu lebar dapat menggunakan
2.5 : 1 s/d buffle pemisah aliran untuk mencegah
Rasio panjang/lebar
5:1 aliran pendek
Kecepatan Aliran,
0.6 - 0.8
(m/s)
Waktu detensi pada Dipermukaan air
aliran puncak 45 - 90
(detik)
Suplai udara (L/s.m
5 - 12 Jika menggunakan aerated grit chamber
panjang tangki)
Sumber : Lampiran II Permen PUPR No. 04 Tahun 2017

4.3.4 Unit Bak Pengendapan 1 (Primary Clarifier)


Unit bak pengendapan I berfungsi untuk mengendapkan partikel diskrit
melalui pengendapan bebas dan pengurangan BOD/COD dari air limbah
domestik. Unit ini dapat mengendapkan 50 – 70% padatan yang tersuspensi
dan mengurangi BOD 30 – 40% (PerMen PUPR No.4, 2017).

Tabel 4 Kriteria Desain Bak Sedimentasi

Bak Sedimentasi
Tipika
Parameter Range l

Pengendapan primer yang diikuti oleh pengolahan sekunder


> Waktu detensi (Jam) 1.5 - 2.5 2
> Overflow rate (m3/m3.hari)    

Kelompok 48 | 33
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

i. Average flow 30 - 45 -
ii. Peak hourly flow 80 - 120 100
>Weir Loading (m3/m.hari) 125 - 500 250
Pengendapan primer dengan waste active-sludge return

1.5 - 2.5 2
> Waktu detensi (Jam)
> Overflow rate (m3/m3.hari)      
i. Average flow   25 - 30 -
ii. Peak hourly flow   50 - 70 60
> Wear loading (m3/m.hari)   125 - 500 250
Sumber : Metcalf & Eddy (1991)

Tabel 5 Kriteria Desain untuk Bak Sedimentasi Segiempat


dan Lingkaran

Bak sedimentasi segiempat dan lingkaran

Jenis Range Tipikal

Rectangular (segiempat)  
Kedalaman (m) 3 - 4.5 3.5
Panjang (m) 15 - 90 20 - 40
Lebar (m) 3 - 20 5 - 10
Flight speed (m/menit) 0.6 - 1.2 0.9
Circular (Lingkaran)  
Kedalaman (m) 3 - 4.5 3.5
Diameter (m) 3 - 60 10 - 45
Slope dasar (mm/m) 60 - 165 80
Flight speed (r/menit)   0.02 - 0.05 0.03
Sumber : Metcalf & Eddy (1991)

Tabel 6 Waktu Detensi untuk Variasi Overflow Rate dan


kedalaman bak.

Kedalaman (m)
Waktu detensi (jam) Dalam
Overflow rate m3/m2.hari
2m 2.5 m 3m 3.5 m
30 1.6 2 2.4 2.8
40 1.2 1.5 1.8 2.1
50 1 1.2 1.4 1.7
60 0.8 1 1.2 1.4
70 0.7 0.9 1 1.2
80 0.6 0.8 0.9 1.1
Sumber : Qasim (1985)

4.3.5 Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)

Kelompok 48 | 34
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Unit UASB merupakan unit digunakan untuk pengolahan air limbah black
water. Unit ini menstimulasi pembentukan selimut lumpur yang terbentuk di
tengah tangki oleh partikel dan mengendapkan partikel yang dibawa aliran ke
atas. Dengan kecepatan aliran naik ke atas yang perlahan, maka partikel yang
semula akan mengendap akan terbawa ke atas, tetapi aliran juga tidak terlalu
lambat karena akan mengakibatkan terjadi pengendapan di dasar. Jadi
pengaturan aliran konstan dalam tangki mutlak diperlukan, maka dibutuhkan
pelengkap unit sistem buffer untuk penampungan fluktuasi debit yang masuk
sebelum didistribusikan ke tangki UASB (PerMen PUPR No.4, 2017).

Tabel 7 Kriteria Desain Perencanaan UASB

UASB
Faktor Perencanaan Kriteria Keterangan
Hydraulic Loading
(m3/m2.hari) 2  

Kecepatan aliran keatas


(konstan) (m/jam) 0.83  
Waktu retensi (jam) 6-8  
Jika beban organik
rendah akan sukar
terbentuk sludge
BOD minimal 1000 mg/L blanket

COD 3 - 12 mg COD/m3  
Konsentrasi biomas 30000 - 80000 mg/L  
Hydraulic Detention Time 4 - 12 jam  
Efisiensi Penyisihan 75 - 90%  
Upflow velocity 0.6 - 0.9 m/jam  
Sumber : Lampiran II PerMen PUPR No. 04 Tahun 2017

4.3.6 Desinfektan
Desinfeksi merupakan salah satu proses pengolahan yang berfungsi untuk
mengurangi mikroorganisme patogen yang berpotensi terkandung di dalam air
limbah domestik. Mikroorganisme patogen dapat menjadi sumber penyebab
penyakit bagi manusia. Klorinasi merupakan salah satu bahan kimia yang
sering digunakan sebagai desinfektan sejak tahun 1850. Penggunaan klorinasi
sudah dilakukan untuk mengurangi mikroorganisme patogen baik pada air
minum maupun air limbah domestik. Namun, senyawa tersebut berpotensi

Kelompok 48 | 35
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

bersifat karsinogenesis karena proses klorinasi berpotensi dapat membentuk


chlorinated hydrocarbon (Qasim, 1999). Oleh karena itu, metode lain perlu
dipertimbangkan untuk dapat digunakan dalam proses desinfeksi.
Kriteria Desinfektan :
1. Jenis densifektan yang digunakan :
a. Gas klor (Cl2), kandungan klor aktif minimal 99%;
b. Kaporit atau kalsium hipoklorit (CaOCl2 ) x H2O kandungan klor aktif
(60 — 70) %;
c. Sodium hipoklorit (NaOCl), kandungan klor aktif 15%;
2. Dosis klor ditentukan berdasarkan dpc yaitu jumlah klor yang dikonsumsi
air besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi serta
ditentukan dari sisa klor di instalasi (0,25 – 0,35) mg/l.
Pembubuhan Desinfektan
Keperluan perlengkapan desinfeksi adalah sebagai berikut :
1. Pembubuhan gas klor
a. peralatan gas klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya;
b. tabung gas klor harus ditempatkan pada ruang khusus yang tertutup;
c. ruangan gas klor harus terdapat peralatan pengamanan terhadap
kebocoran gas klor;
d. alat pengamanan adalah pendeteksi kebocoran gas klor dan sprinkler air
otomatik atau manual.
e. harus disediakan masker gas pada ruangan gas klor.

Tabel 8 Kriteria Desain Perencanaan Desinfeksi

Desinfeksi
Jenis Desinfektan yang
Kriteria
digunakan
Kandungan klor aktif min. 99% Gas klor (Cl2)

Kandungan klor aktif (60-70%) CaOCL2, H2O


Kandungan klor aktif 15% Sodium hipoklorit (NaOCl)

Dosis klor ditentukan berdasarkan


 
dpc (0,25 - 0,35) mg/l

Sumber : Qasim (1999)

Kelompok 48 | 36
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Bak kaporit
a. bak dapat menampung larutan selama 8 sampai dengan 24 jam;
b. diperlukan 2 buah bak yaitu bak pengaduk manual/mekanis dan bak
pembubuh;
c. bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit.
4.3.7 Sludge Treatment
a. Thickener
Lumpur merupakan hasil sampingan dari suatu instalasi pengolahan
air buangan. Lumpur berasal dari bak pengendap pertama, grit chamber
dan pengolahan biologis. Lumpur yang dihasilkan mengandung air dalam
volume yang cukup besar, selain itu juga mengandung mikroorganisme
patogen yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan. Proses
pengolahan lumpur dimaksudkan untuk mengolah lumpur agar tidak
menimbulkan bau yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan. Pada
umumnya unit pengolahan lumpur meliputi thickening (Pemekatan),
digestion (stabilisasi), dan dewatering (pengeringan).
Proses thickening dimaksudkan untuk mereduksi volume lumpur
dengan mengurangi kandungan air yang terdapat di dalam lumpur. Salah
satu metode thickening adalah :
 Gravity Thickening
Proses dalam gravity thickening ini sama dengan bak pengendap
konvensional, pada umumnya berbentuk bulat. Inlet lumpur dalam
proses ini berada di tengah reaktor yang memberikan kemungkinan
pengendapan lumpur yang kompak, sedangkan outlet lumpur berada di
dasar reaktor. Dalam reaktor gravity thickener, akan terbentuk tiga
lapisan, yaitu lapisan jernih di bagian atas, zona sedimentasi di bagian
tengah dan zona thickening di bagian bawah. Keuntungan gravity
thickener adalah dapat mengkonsentrasikan lumpur dari empat sampai
enam kali dari lumpur influen, biaya operasional dan pemeliharaannya
lebih murah. (Qasim, 1985).

Tabel 9 Kriteria Desain Sludge Treatment Thickener

Sludge Treatment
Thickener

Kelompok 48 | 37
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kriteria Tipikal
Konsentrasi sollid dari bak pengendap 3-8%
Konsentrasi solid dari gravity thickener 2-8%
Hydraulic loading 4 - 10 m3/m2.hari
solid loading 25 - 80 kg/m2.hari
Solid capture 80 - 95%
Kemiringan bak 1:4-1:6
0.5 - 3 hari
Sludge Vol. Ratio (SVR)
2 - 8 ft
Sludge blanket depth
Kadar solid yg dipisahkan 0.8 - 10 %
Surface loading 400 -900 gpd/ft2
Pembebanan solid 8 - 16 lb/ft.d
Tinggi sludge thickener 10 - 15 ft
Presentasi solid dalam sludge
Unthickened 3-6%
Thickened 7-9%
Sumber : Qasim (1985)
b. Anaerobic Sludge Digester
Anaerobic Sludge Digester berfungsi untuk menguraikan senyawa
organik yang terdapat di lumpur tinja menggunakan mikroba anaerobik
berupa kolam tertutup yang dapat dilengkapi dengan pengadukan. Lumpur
biologis selanjutnya diolah di unit pengolahan lumpur. Filtrat atau air hasil
olahan diolah kembali melalui unit pengolahan cairan sebelum filtrat
dibuang ke badan air penerima (Lampiran II PerMen PUPR, 2017).

Tabel 10 Kriteria Desain Sludge Treatment Anaerobic Sludge Digester

Sludge Digester
Parameter Simbol Besaran Satuan
BOD BOD 5 kg/m3
SS SS 20 kg/m3
VSS Loading (Volumetric
SS 1 - 3.5 Kg.VSS/hari/m3
loading)
Solid retention time   SRT 10 - 25 hari
Hydraulic Retention time HRT 10 - 25 hari
Ratio panjang dan lebar p:1 2:1 -
% removal SS %SS 50 - 75 %
Kedalaman h >6 meter
Sumber : Lampiran PerMen PUPR No. 4 tahun 2017

c. Sludge Drying Bed

Kelompok 48 | 38
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sludge drying bed berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang telah


stabil. Lumpur yang telah dikeringkan pada sludge drying bed diharapkan
sudah memiliki kandungan padatan yang tinggi (70% solid). Sludge drying
bed terdiri dari :
1. bak pengering, berupa bak dangkal berisi pasir sebagai media
penyaring dan batu kerikil sebagai penyangga pasir; dan
2. saluran air tersaring (filtrat) yang terdapat di bagian dasar bak
(Lampiran II PerMen PUPR, 2017).

Tabel 11 Kriteria Desain Sludge Drying Bed

Drying Bed
Parameter Range

Tebal pasir 23 - 30 cm
Tebal kerikil 20 - 30 cm

Sludge loading rate 100 - 300 kg/m2.tahun


Tebal bed 20 -30 cm

Lebar bed 5 - 8 cm
Panjang bed 6 - 30 m

t pengeringan 10 - 15 hari
Uniformity Coefficient <4
Effective size 0.3 - 0.75 mm
V. air dalam inlet 0.75 m/detik

V. air dalam drain 0.75 m/detik


Sumber : Qasim (1985)

Kelompok 48 | 39
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB V
PERENCANAAN TEKNIK TERINCI

5.1 Desain teknologi Pengolahan Terpilih


Dari ketiga alternatif yang ada, alternatif pengolahan yang terpilih adalah alternatif 1
yang mana secondary treatment nya menggunakan Terpilih opsi pertama dengan
teknologi SBR dengan effluent yg dihasilkan paling rendah, Hal ini dikarenakan SBR
tidak membutuhkan lahan yang luas untuk peletakkannya, ditambah dengan lokasi
IPAL yang akan dipasang pada Kabupaten Situbondo berada di pusat kota yang padat
penduduk dan minim lahan kosong. Selain itu pemeliharaan yang tergolong mudah,
karena produksi lumpur rendah. SBR cocok untuk mengolah air limbah rumah tangga
konvensional yang mengandung zat organik tinggi, dan mampu menurunkan
kandungan zat organik yang tinggi di dalam air limbah. Serta biogas yang dihasilkan
dari proses pengolahan air limbah dapat dimanfaatkan dan dipakai sebagai energi.
Adapun efisiensi removal tiap unit pengolahan adalah sebagai berikut:
Medium Screen Trap Oil and Grease Bak Pengendap Awal SBR Bak Pengendap akhir Desinfeksi Sludge Drying Bed
Parameter Strenght Satuan rev. out rev. out rev. out rev. out rev. out rev out rev. out Effluent Baku Mutu
BOD 190 mg/l 0% 190 0% 190 35% 123,5 85% 18,5 50% 9,3 0% 9,3 97,30% 0,2500875 0,2500875 30
COD 430 mg/l 0% 430 0% 430 30% 301,0 84% 48,5 40% 29, 1 0% 29, 1 99,98% 0,00581532 0,00581532 100
MinTSS
yak dan 210 mg/l 0% 210 0% 210 50% 105,0 90% 10,5 60% 4,2 0% 4,2 98,27% 0,07266 0,07266 30
Lemak 90 mg/l 0% 90 90% 9 0% 9,0 0% 9,0 50% 4,5 0% 4,5 0,00% 4,5 4,5 5
Amonia 25 mg/l 0% 25 0% 25 0% 25,0 97% 0,8 0% 0,8 0% 0,8 96,47% 0,026475 0,026475 10
Total Coliform 10000000 cfu/100ml 0% 10000000 0% 10000000 0% 10000000,0 0% 10000000,0 0% 10000000,0 99,99% 1000,0 94,50% 55 55 3000

5.1.2 Unit Pengolahan Awal


Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah untuk
mengoptimalkan dalam pengolahan selanjutnya. Beberapa proses pengolahan
yang berlangsung pada tahap ini ialah bak pengumpul, screening dan grit
chambers.
1. Sumur Pengumpul
Bak pengumpul merupakan unit pengolahan awal air limbah yang
digunakan untuk mengumpulkan air limbah dari berbagai sumber. Debit air
limbah, direncanakan waktu tinggal di bak pengumpul adalah 5 menit atau
sama dengan 300 detik.

Kelompok 48 | 40
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Debit (Qp) Waktu Tinggal


DATA
Kedalaman
PERENCANAAN
(h) Freeboa rd (fb) Ras io P
Jumlah (n) (m³/s ) (Td) (s ) (m) (m) H total (m) :L
1 0,80 300 5 0,5 5,5 2:1

PERHITUNGAN Satuan Rumus


Volum e S umur (V) 240,1 m³ Qp × td
Lua s s umur (A) 43,7 m² V s um ur / h
Le bar s umur (L) 5 m (A/2)^0,5
P anja ng S umur (P) 9 m 2xL
Cek waktu tinggal 300 s V s um ur / Qp

Contoh Perhitungan :

 Volume :
V = Q x td
= 2,33 m3/s x 300 detik
= 699 m3
 H Total : tinggi efektif sumur + freeboard
= 3 m + 0,5 m
= 3,5 m
 Luas :
V
A = Asumsi ketinggian unit
291m 3
=
3,5 m
= 83 m2
 Lebar Sumur :

A = p× l
A = 2L × L
A = 2L2
2
83 m2 = 2 L

L2 =
83
2√
= 6,4 m
 Panjang Sumur :
A =P×L
83 m2= P × 6.4 m
83 m3
P =
3,5 m
P = 13 m

Kelompok 48 | 41
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Cek Volume :
V =P x L x H
V =13 m x 6,4 m x 3,5 m
3
V =291m OK
 Cek Td :
Td = V/Q
291 m3
Td= 3
0,97 m /s
Td = 300 detik = 3 menit OK

2. Bar Screen
Bar Screen yang akan digunakan adalah screen dengan tipe manual cleaning
dengan bentuk bar berupa segi empat ujung tajam yang memiliki faktor bentuk
sebesar ß = 2,42.
DATA PERENCANAAN
Lebar batang Kemiringan De bit P uncak Ke dalama n Kecepa ta n (v) Jarak antar Jumlah Celah
(m) Batang (°) (Qp) (m³/s ) batang (h) (m) (m/s ) bata ng (m) (buah)
0,006 50 0,80 1 0,5 0,05 50

PERHITUNGAN Satuan Rumus


Pe rhitung an Das ar S cre e ning
Kedalaman a ir (h) 1,00 m As ums i
Total a rea S c reening 1,60 m² Qp/v
Lebar total bukaan s creening 1,60 m Total area/h
Leba r s cree ning 2,5 m jumlah cela h x ja rak antar batang
Total batang 50 jumlah c elah
Lebar s aluran s cre en (L) 2,8 m L s cree ning + L ba tang x total batang
P anjang S creening 11,2 m 4L
Efis ie ns i s creening 0,57 L buka an / L s aluran

Contoh Perhitungan :
 Mencari bukaan saringan (A)
= Debit puncak/Kecepatan
= 2.33 m3/s / 0.5 m/s
= 4.67 m2
 Bukaan yang dibutuhkan
= Luas bukaan saringan / rencanaa tinggi saluran
= 4.67 m2 / 0.5 m
= 9.33 m
 Jumlah bukaan
= Lebar bukaan / Jarak bukaan

Kelompok 48 | 42
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 9.33 m / 0.03 m
= 311
 Jumlah Batang
= Jumlah bukaan – 1
= 311 – 1
= 310
 Lebar saluran
= (Jumlah bukaan x jarak bukaan) + (Jumlah
batang x lebar batang)
= (311 x 0.03 m) + (310 x 0.008 m)
= 11.81 m
 Efisiensi screen
= Lebar bukaan/Lebar saluran
= (9.33 m / 11.81) x 100%
= 79%
3. Screw Pump
DATA PERENCANAAN
Kecepatan
Motor
Debit (Qp) Jarak antar Diameter (d) Penggerak Level Muka air
Jumlah (n) (m³/s ) Kemiringan pompa (m) (m) (rpm) Efis iens i (m) Lebar (m)
2 0,80 30° 1 1,07 48 80% 5 7

PERHITUNGAN Satuan Rumus


a. Level Air Minimum Pada Sumur Pengumpul (h1) 0,6 m 3/4 x D × cos θ
b. Total Head (H) 4,4 m h2 – h1
c. Daya Pompa 43,18 kWh (Q × ρ × g × H) / Efis iens i pompa
d. Daya Tiap P ompa 21,59 kWh P/2
e. Panjang Pompa 10 m (h1 + H)/ s in 30
f. Jarak Horizontal Pipa 8,660254 m Panjang pompa × cos 30°

g. Luas Ruang Pompa Pada Sumur Pengumpul 378,06 m² L s umur pengumpul × Jarak Horizontal P ipa

Contoh Perhitungan :
 Volume
= Debit x waktu detensi
= 2.33 m3/s x 60 s
= 139.97 m3
 Luas Permukaan
= Debit /overflow rate

Kelompok 48 | 43
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 2.33 m3/s / 0.021 m3/m2.s


= 111.09 m2
 Luas Melintang
= Debit / Kecepatan
= 2.33 m3/s / 0.5 m/s
= 4.67 m2
 Panjang Bak
= Volume / Luas melintang
= 139.97 m3 / 4.67
= 30 m
 Lebar bak
= Luas permukaan / panjang bak
= 111.09 m2 / 30 m
= 3.7 m
 Kedalaman air
= Luas melintang / lebar bak
= 4.67 m2 / 3.7 m
= 1.26 m

4. Grease Trap and oil


DATA PERENCANAAN
Debit (Qp) Debit tiap grit Waktu Tinggal
Jumlah (n) (m³/s ) (Qp) (m³/s ) (Td) (s ) Tinggi Rencana (h)
2 0,80 0,4 300 5

PERHITUNGAN Satuan Rumus


a. Volume Bak 240,1 m³/s Q x Td
b. Luas area bak (A bak) 48,02055139 m² V bak / h perencanaan
c. Lebar (l) bak 4,90 m (A/2)^0,5
d. Panjang (p) bak 9,80 m 2L

e. Kons entras i tangkapan Minyak dan Lemak 6223463,5 kg/day kons entras i (medium s trength) x Qp
f. Debit Endapan Minyak 7779,3 m³/day Kons entras i / Berat jenis minyak

Contoh Perhitungan :
 Volume
= Qpeak x waktu detensi
= 0.583 m3/s x 300 s
= 174.96m3
 A bak

Kelompok 48 | 44
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= volume / h
= 174.96 m3 / 3 m
= 58.32 m2
 Lebar bak
=3:1
 Panjang bak
=3:1
 C tangkapan minyak dan lemak
= 0.0002 x 86400
= 17.28 kg/hari
 Debit endapan
= C tangkapan mimnyak dan lemak/ (0.8 x
1000)
= 0.022 m3/hari

5.1.3 Unit Pengolahan Primer


Pada tahap primary treatment ini memiliki Pengolahan Tahap Pertama
bertujuan untuk menyisihkan material kasar, diskrit, dan tersuspensi
(suspended solid) sebelum dialirkan menuju ke unit pengolahan selanjutnya.
Jenis bak yang direncanakan adalah berbentuk segi empat (rectangular).
Berikut ini merupakan data perencanaan dari primary clarifier atau bak
Prasedimentasi yang akan direncanakan :
Data Pe re ncanaan
Debit puncak (Qp) 0,8003 m3/s
Debit rata-rata (Qr) 0,266780841 m3/s
Kecepatan aliran s aat Qp (v) 1 m/s
Waktu tinggal (td) 1 jam
Tinggi air (H) 4 meter
Tinggi tangki 4,5 meter
Freeboard 0,5 meter
P anjang : Lebar 4 : 1
Overflow 50 m3/m2.s
Beban ware 200 m3/m2.s
V-Notch 5 m/s
Jumlah bak 2

Kelompok 48 | 45
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pe rhitung an
Qp 0,40 m3/s
Qr 0,13 m3/s
A 230 m2
Lebar 7,6
P anjang 30
Ce k o ve rflo wrate
Debit rata-rata 50 m3/m2.d
Debit puncak 150 m3/m2.d
Ce k waktu ting g al (td) 1037,24391 m3
td debit rata" 2,2 jam
td debit puncak 1 jam
Kehilangan pada s truktur 0,200 m3/s
Kecepatan s aluran 0,40 meter
P erkiraan panjang weir 172,873985 meter
P luar 30 m
Lluar 7,6 m
P dalam 29 m
Ldalam 6,6 m
P anjang actual weir 147,8 meter

Aktual beban weir 233,90 m3.m2/d


Jumlah v-notch 739 buah
Kecepatan aliran s aat debit rata" 0,000180 m3/s .notch
H 0,028 meter

Kecepatan aliran s aat debit puncak 0,000541 m3/s .notch


H 0,043 meter
Removal BOD5 32%
Removal TS S 69%
Removal NH3 80%
Removal COD 40%
TS S 210 mg/L
BOD 190 mg/L
Ammonia 25 mg/L
COD 430 mg/L

Kelompok 48 | 46
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TS S

Jumlah produks i s olid per hari s aat


debit rata-rata 1669,96 kg/day
Volume s ludge 0,03 m3/min.bas in

Kualitas inffluent (TS S influent) 2420,24 kg/day

TS S yang ters edimentas i di dalam


s ludge 1669,96 kg/day
TS S Effluent 750,27 kg/day

Volume s ludge di dalam tanki 36,03 m3/d


Volume primary effluent 23049,81463 m3/day
BOD

Jumlah produks i s olid per hari s aat


debit rata-rata 700,72 kg/day
Volume s ludge 0,01 m3/min.bas in

Kualitas influentt (BOD influent) 2189,737143 kg/day

BOD yang ters edimentas i di dalam


s ludge 700,72 kg/day
BOD Effluent 1489,02 kg/day

Volume s ludge di dalam tanki 15 m3/d


S cum Quantity
As ums i produks i s cum 0,008 kg/m3
S p. Gravity s cum 950 kg/m3
P roduks i s cum 0,097 m3/d
QInfluent 23049,86467 m3/hari
P article S ludge 5%
S p. Gravity s cum 1030 kg/m3
QP rimary S ludge 46,03 m3/day
Qprimary effluent 23003,83 m3/day

Kelompok 48 | 47
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Contohnya Perhitungan :

1. Dimensi Bak Pengendapan I


 Surface Area :
Qr x 86400 s /d
A=
overflow
0,034 m3 /s x 86400 s /d
A=
40 m3 /m2 . d
2
A=74.88 m
 Dimensi :
Panjang (P) : Lebar (L)
4: 1
A=P x L
A=4 L x L
199,8 m2=4 L2
2 2
L =49,95 m
L= √ 49,95m
2

L=7,07 m
P=4 L
P=4 (7,07 m)
P=28,27 m
 Cek overflow rate :
Debit rata – rata :
Qr x 86400 s/d
¿
A
3
0,0925 m / s x 86400 s/ d
¿
7,07 m x 28,27 m
¿ 40 m3 /m2 . d
Debit puncak :
Qp x 86400 s /d
¿
overflow
0,242m3 /s x 86400 s /d
¿
7,07 m x 28,27 m
¿ 672.92 m3 /m2 . d

Kelompok 48 | 48
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Cek waktu tinggal (td) :


Volume=P x L x T =28,27 m x 7,07 m x 4 m
3
¿ 799,2 m
Debit rata – rata :
V
td=
Q x 3600 s/h
3
799,26 m
td =
0,0925m3 /s x 3600 s / h
td =2,40 jam
Debit puncak :
V
td=
Q x 3600 s/h
3
799,2m
td = 3
0,242m /s x 3600 s /h
td =0,92 jam

2. Menghitung box efluen


Kecepatan yang melewati box
Qp
v=
A
0,242m3 /s
v=
1 m x 1m
v=0,242 m/s

3. Menghitung efluen structure


Menghitung panjang weir
Beban weir = 372 m3/m.day
Perkiraan panjang weir (m) :
Qp x 86400 s /d
¿
beban weir
3
0,242m /s x 86400 s /d
¿
372
¿ 69,84 m
Actual panjang weir :
¿ 2 ( L. luar+ P . luar ) +2(L . dalam+ P .luar)
¿ 2 ( 7,57+10,01 )+ 2(9,2+8,3)

Kelompok 48 | 49
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

¿ 70,16 m
Actual beban weir :
Qp
¿
actual panjang weir
3
0,242m /s x 86400 s /d
¿
70,16 m
¿ 298,63 m3 /m. d

4. Menghitung jumlah V-notch


1 meter = 7 V-notch
Total V-notch = 7/m x actual panjang weir
Total V-notch = 7/m x 70,16 m
Total V-note = 491,12 V-note ≈ 492 V-note

5. Menghitung tinggi aliran air (H) melewati V-notch


Cd = jarak beban dengan weir
θ=derajat kemiringan V −notch (90 ° )
Ketinggian V-notch (H) = 8 cm
Kecepatan aliran saat debit rata-rata :
Q
¿
total V −notch
3
0,0925 m / s
¿
492
3
¿ 0,00019 m /s . notch
2
Kecepatan aliran rata−rata
H 5=
8 90
x Cd x √2 x 9,81m/s x tan
2
15 2


3
0,00019 m /s .notch
¿5
8 90
x 0,6 x √ 2 x 9,81 m/s x tan
2
15 2
¿ 0,1672 m=16,72 cm
Kecepatan aliran saat debit puncak :
Q
¿
total V −notch
3
0,242m /s
¿
492

Kelompok 48 | 50
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3
¿ 0,00049 m /s . notch
2
Kecepatan aliran rata−rata
H 5=
8 90
x Cd x √2 x 9,81m/s x tan
2
15 2


3
0,00049 m /s .notch
¿5
8 90
x 0,6 x √ 2 x 9,81 m/s2 x tan
15 2
¿ 0,2027 m=20,27 cm
 Mengecek kedalaman V-notch
H mak V-notch : H at Qr : H at Qp
8 cm : 16,72 cm : 20,27 cm
 Sludge production
Actual overflow rate : 40 m3/m2 day

Gambar 6 Grafik Hubungan Overflow Rate dengan Persen Removal

Dari grafik, dapat didapatkan data berikut


Removal BOD5 = 33 %
Removal TSS = 60%
Spesific gravity (S) = 1.03 mg/L
Solid konten = 3% - 6% = 6%
Medium strength :
TSS = 210 mg/L
BOD = 190 mg/L
 BOD
 Jumlah produksi solid per hari saat debit rata-rata

Kelompok 48 | 51
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

¿
concentration BOD
( )
g
m
3
×%removal BOD ×Qr × 86400 s /d

1000 g /kg
g
190 3
×0.33 × 0,0925× 86400 s /d
m
¿
1000 g/kg
= 501,1 kg/day

 Volume sludge
Jumlah sludge yang diproduksi
¿
1g cm 3
1.03× 3 × 0.045 ×106 × 3 ×1440 min/ day
cm m
501,1 kg/day
¿ 3
1g 6 cm
1.03× 3 × 0.045 ×10 × 3 ×1440 min/ day
cm m
= 0.0075 m3/min basin
 TSS
 Jumlah produksi solid per hari saat debit rata-rata

¿
concentration BOD
( )
g
m3
×%removal BOD ×Qr × 86400 s /d

1000 g /kg
g
210 ×0.6 × 0.0925 ×86400 s /d
m3
¿
1000 g / kg
= 1007 kg/day

 Volume sludge
Jumlah sludge yang diproduksi
¿ 3
1g cm
1.03× 3 × 0.045 ×106 × 3 ×1440 min/day
cm m
1007 kg/day
¿
1g cm 3
1.03× 3 × 0.045 ×106 × 3 ×1440 min/ day
cm m
= 0.0259 m3/min basin

6. Effluent quality
 BOD influent :

Kelompok 48 | 52
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

¿
concentration BOD
( )
m
g
3
×Qp× 86400 s /d

1000 g /kg
g 3
190 3
×0.97 m/ s ×86400 s/d
m
¿
1000 g /kg
= 15923,52 kg/day
 BOD yang tersedimentasi di dalam sludge :
= BOD influent × % BOD removal
= 615923,52776,92 kg/day × 0.33
= 5254,76 kg/day
 BOD volume sludge di dalam tangki :
BOD tersedimentasi
¿
kg
% partikel solid × sp . gravity (1030 )
m3
5254,76 kg / day
¿
kg
0,045× 1030 3
m
= 113,37 m3/day

 TSS influent :

¿
concentrationTSS
( mg ) ×Qp ×86400 s/ d
3

1000 g /kg
g 3
210 3
×0.97 m/ s ×86400 s/d
m
¿
1000 g /kg
= 17599,68 kg/day
 TSS yang tersedimentasi di dalam sludge :
= TSS influent × % BOD removal
= 17599,68 kg/day × 0.6
= 10599,81 kg/day

 TSS volume sludge di dalam tangki :


TSS tersedimentasi
¿
kg
% partikel solid × sp . gravity (1030 )
m3

Kelompok 48 | 53
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

10599,81kg /day
¿
kg
0.045 ×1030 3
m
= 227,83 m3/day

7. Scum quantity
Asumsi produksi scum = 8 kg/103 m3
Sp gravity scum = 0.95 kg/L = 950 g/cm3
Produksi scum :
Asumsi produksi scum× Qp× 86400 s /d
¿ 3
Sp . gravity scum× 1000 m
3
8 kg ×0.97 m / s ×86400 s/ d
¿
950 kg/m3 × 1000 m3
= 0.71 m3/day
Ne raca mas s a Primary Clarifie r
Influe nt Primary Sludge Primary Efflue nt
Kompone n Conc (mg/L) Be ban (kg/d) Re moval (%) Be ban (kg/d) Be ban (kg/d) Conc (mg/L)
BOD 190 2189,737143 36% 700,72 1489,02 64,60
TSS 210 2420,24 64% 1669,96 750,27 32,55

Contoh Perhitungan :

 Beban influent
mg
Q× Kons ( )
L
¿
1000
3 mg
83808 m /day ×210 ( )
L
¿ =17599.6 kg/hari
1000
 Beban Primary Sludge
= Beban influent × % removal
= 17599.6 kg/hari × 60%
= 10599,808 kg/hari
 (1)
= BOD sludge di dalam tangki + TSS volume sludge di dalam tangki
= 113,37 m3/day + 227,83 m3/day

Kelompok 48 | 54
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 341,2 m3/day

 Beban Primary Effluent


= 17599,68 kg /hari – 10599,808 kg/hari
= 7039,872 kg/hari
 (2)
= Q – (1) = 83808m3 /day – 341,2 m3/day = 83466,8 m3/day
 Konsentrasi Primary Effluent
Beban = Q × C
Beban
C=
Q
Beban Primary Effluent
TSS=
(2)
7039,872 kg /hari
TSS= 3
83466,8 m
3
TSS=0.084 kg /m
6 3
kg 10 mg 1m
TSS=0.084 × × 3 =84 mg/L
m3 1 kg 10 L

5.1.4 Unit Pengolahan Sekunder


Bak Pengendapan Pertama berfungsi untuk mengurangi kandungan suspended
solid dalam air limbah domestik. Bak pengendap didesain pada waktu tinggal
tertentu untuk memberikan kesempatan sebagian partikel mengendap pada
kecepatan pengendapan (vs) tertentu. Secara teori, efisiensi penyisihan padatan
di dalam bak pengendap dapat dihitung berdasarkan kecepatan pengendapan
dan kecepatan permukaan atau Overflow Rate (OR atau vo). OR juga disebut
sebagai Hydraulic Surface Loading atau Surface Loading dengan satuan
m3/hari.m2.

Kelompok 48 | 55
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DATA P ERENCANAAN SBR

Debit puncak (m3/hr) 69149,59

jumlah bak 2

-perbak m3/hari 34574,797

So (BOD Influen) 0,0

BODs (dapat diasumsikan menurut SP ALDT) 78,5

Xe (TSS efluen) (mg/L) 78,6

f(Rasio BOD/BODu) Ketetapan 0,7 0,7

G(Fraksi VSS/TSS,)Nilai tipikalnya 0,8-0,85 0,8


Y (berdasarkan kriteria desain) = 0,3-0,5 g/g
0,3
Kd (berdasarkan kriteria desain) (0,06-0,2) g/g.hari
0,1

Nilai SVI (50-150) mL/g 150

SRT 10-30 hari 15

Ked.Tangki menurut SP ALDT dapat diasumsikan dalam rentang 3-4 meter 4

1 siklus (jam) 7

Lama jam kerja/hari 15

MLSS (g/m3) 3000

Faktor keamanan 1,2

Beban BOD (berdasarkan kriteria desain) kg/m3.hari 0,2

P ENYELESAIAN

siklus/hari 8

Volume limbah yang diolah (m3) 8643,69925

XMLVSS (g/m3)=(mg/L) 6667

Fraksi yang mengendap 0,5

P engeluaran air dari reaktor 0,5

Fraksi P engisian 0,5

Volume total reaktor 18791

A 4698

L 48

P 96,92948608

S ->BOD efluen suspended solid 62,52848448

Konsentrasi BODe 15,97151552

Efisensi P engolahan 0

Yobs 0,12

P ertambahan MLVSS (P x) -259429,1589

P ertambahan MLSS(P xss) -576509,242

Lumpur yang akan dibuang (kg/hari) 207448,782

BOD influent tiap bak (kg/hari) 22,47361805

TSS influent (kg/ hari) 35

Efisiensi BOD removal 18,87783916

Efisiensi TSS removal 31,1173173

Bod5 (g/m3) 0,104

TSS (g/m3) 0,1

Kelompok 48 | 56
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Squencing Batch Reactor

Data Perencanaan

Qp 1,61 m3/s

MLSS 3000 mg/L

SVI 150 mL/gr

Kedalaman bak 4 meter

Kedalaman decant 20% dari kedalaman bak

BOD 64,60 mg/L

sBOD 80 mg/L

COD 145,4 g/m3

sCOD 160 g/m3

rbCOD 80 g/m3

TSS 32,55 mg/L

VSS 200 mg/L

TKN 35 mg/L

NH4-N 25 mg/L

TP 6 mg/L

Alkalinity 200 as CaCO3

bCOD/BOD ratio 1,6

Jumlah bak 2

Qp masing-masing bak 0,805 m3/s

Qp masing-masing bak 69552 m3/hari

Kelompok 48 | 57
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Perhitungan

Menentukan bCOD

bCOD 103,3602244 g/m3

Menentukan nbVSS

bsCOD 128 g/m3

nbsCODc 32 g/m3

nbpCOD 10,03977561 g/m3

VSSCOD -0,073 g COD/g VSS

nbVSS -137,53 g/m3

Menentukan iTSS

iTSS -167,45 g/m3

Menentukan Siklus Pengoperasian SB R

T 6 jam

Jumlah pengolahan (cycle) 4 cycle

Total cycle/hari 8 cycle/ hari

Vf 8694 m3

Dimensi Reactor

SVI 150 mL/gr

Xs 6666,666667 mg/L

Fraksi yang mengendap

Vs/Vt = X/Xs 0,45

Faktor keamanan 1,2

Vs/Vt 0,54

Vs/Vt 0,55

Volume total reactor

Vt 15807,27

A (luas) 3951,82

P =L 62,86

HRT 0,23 hari

Kelompok 48 | 58
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Menentukan volume tangki dan keseluruhan waktu retensi


hidrolik

Kedalaman decant 0,8

VT 43470

Overall Ʈ 30 jam

Menentukan SRT

(P XTSS) SRT 130410000 gram

nbVSS 32 g/m3

So = bCOD 103,3602244 g/m3

Q 34776 m3/hari

iTSS0 167,4499293 g/m3

Nox 28 g/m3

Koef isien Kinetik

Y 0,45 g VSS/ g BOD

b12 0,088 g/g.d

Yn 0,15 g VSS/g Nox

Aerobik

bn12 0,135 g/g.d

Anoxic

bn12 0,056 g/g.d

Average

(QYh So-SSRT[1+b12 SRT](0,85) 1749032,032

Q(nb)VSS)SRT 1112832

(Q . Yn . NOx . SRT)[1+bn SRT](0,85) 151395,9057 8859585,903

fd x b12 (QYh So-SSRT^2[1+12 SRT](0,85) 23087,22283

Q(TSS-VSS0)SRT 5823238,743

(P XTSS)SRT 14,71964959 hari

Decant pumping rate 289,8 m3/menit

Total Kebutuhan Oksigen yang Dibutuhkan per Tangki 8938,18 kg/day

Kebutuhan oksigen per cycle 1117,27 kg/day

Aeration time/cycle 2 jam

Average oxygen transfer rate 558,64 kg O2/day

Menentukan Produksi Lumpur

Contoh Perhitungan :

1. Menentukkan total kebutuhan volume proses


Mass COD loading in the influent,
ΔSo = QSo = 31968 m3/d × 1.5 kg COD/m3
= 47952 kg COD/d
Diperlukan volume total proses reaktor :

Kelompok 48 | 59
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Δ So
V t=
Vol. Organic Loading
47952
V t=
COD
10 kg 3
.d
m
= 4795,2 m3
Menggunakan 4 reaktor UASB :
3
4795,2 m
V t=
4
= 1198,8 m3

2. Menentukan konsentrasi total dan konsentrasi COD terlarut


Konsentrasi COD total :
St,e = (1 – Efisiensi COD) × So
= (1 – 0.9) × 1500 mg COD/L
= 150 mg COD/L
Konsentrasi VSS effluent,
VSSe = TSSe × VSS/TSS ratio
= 84,01 mg TSS/L × 0.85 mg VSS/mg TSS
= 71.41 mg VSS/L
Konsentrasi COD partikulat efektif dalam VSS,
Sp,e = VSS × biodegradable VSS/VSS ratio × COD/biodegradable
VSS ratio
= 71.41 mg VSS/L × 0.65 g biodegradable VSS/g VSS × 1.42 g COD/g
biodegradable VSS
= 65,91 mg COD/L
Konsentrasi effluent soluble COD,
S = St,e - Sp,e
= 150 mg COD/L – 65,91 mg COD/L
= 84,09 mg COD/L

3. Menentukan desain SRT


Hitung SRT (θc) yang diperlukan oleh proses,
1 YkS
= −k d
θc Ks+ S

Kelompok 48 | 60
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

VSS COD
0.08 g COD ×7 g VSS . d × 84,09 mgCOD /L
g g
¿ −¿ 0.030 d-1
COD
800 mg + 84 mgCOD /L
L
¿ 0,023 d-1
1
θc = −1
0.023 d
= 42,99 days ≈ 43 days
Desain SRT, θcdesign = SF × θc
= 1.5 × 42,99 d
= 64,48 d
Provide θcdesign = 65 d
4. Menentukan padatan yang dihasilkan
a. Hitung jumlah biomassa (Px,bm) yang dihasilkan dari COD removed
Hitung Yobs,
Y
Yobs, =
1+ k d θ design
c

VSS
0.08 mg COD
= mg
−1
1+ 0.03 d × 65 d
= 0.03 g VSS/g COD
Jumlah biomassa (Px,bm) :
Px,bm, = YobsQ(So – S)
= 0.032 g VSS/g COD × 31968 m3/d × (1500 – 84,09) g COD/m3 × 10-3 kg/g
= 1234,11 kg VSS/d

b. Hitung jumlah serpihan (Px,cd) yang tersisa di reaktor


fcd = 0.15
Jumlah serpihan (Px,cd) :
Px,cd = fdkd θcdesign Px,bs
= 0.15 × 0.03 d-1 × 65 d × 1234,11 kg VSS/d
= 358,08 kg VSS/d
c. Hitung jumlah non biodegradable VSS (Px,nb)
Biodegradable VSS = 90% of TSS
Nonbiodegradable VSS concentration in the influent :
VSSnb,0 = TSS0 × VSS/TSS ratio × (1 – biodegradable fraction of VSS)
= 210 mg TSS/L × 0.85 mg VSS/mg TSS × (1 – 0.9)

Kelompok 48 | 61
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 17,85 mg VSS/L atau 17,85 g VSS/m3


Jumlah Px,nb in the influent :
Px,nb = Q VSSnb,0
= 31968 m3/d × 17,85 g VSS/m3 × 10-3 kg/g
= 570,63 kg VSS/d
d. Hitung jumlah total padatan volatil (Px,t) yang dihasilkan dari proses
Px,t = Px,bm + Px,cd + Px,nb
= (1234,11 + 358,08 + 570,63) kg VSS/d
= 2162,82 kg VSS/d
e. Hitung jumlah TSS yang dihasilkan dari proses (ΔTSS)
P x ,t
ΔTSS =
VSS/TSS ratio
2162,82kg VSS /d
=
0.85 kg VSS/kg TSS
= 2544,49 kg TSS/d

Without wasting sludge the total amount of TSS generated from the process is
discharge in the effluent.
Hitung the expected TSS concentration in the effluent :
ΔTSS
TSSe =
Q
2544,49 kg TSS/d
=
31968 m3 /d
= 0,08 kg TSS/m3 atau 80 g TSS/L
Pada dasarnya ini adalah konsentrasi TSS yang sama dengan yang diberikan dalam
pernyataan masalah. Karenanya, limbah lumpur tidak diperlukan.
5. Perkiraan konsentrasi padatan dalam reaktor
Qwa =0
design
θc
Xpv = (Qwa X + ( Q−Qwa ) X e )
Vt
θdesign Q Xe
= c
Vt
65 d × 31968 m3 /d ×71.4 mg VSS/ L
=
1198,8m3
= 30695,77 mg VSS/L

Kelompok 48 | 62
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Diasumsikan bahwa mayoritas padatan dipertahankan sebagai butiran lumpur


dalam sludge blanket yang menempati sekitar dua pertiga dari total volume proses
reaktor. Perkiraan konsentrasi padatan dalam sludge blanket :
Tinggi sludge blanket
hsb = sludge blanket/reactor process volume ratio × hpv
2
= ×8m
3
= 5.3 m
X p, v
Xs,b =
sludge blanket /reactor process volume ratio
3
= ×30695,11 mgVSS / L
2
= 46043,65 mg VSS/L
= 46,04 g VSS/m3
6. Tentukan HRT dalam volume proses (θ)
Vt
Θ =
Q
Vt
=
Q
1198.8m3
= 3
7992m /d
= 0,15 hour
7. Menentukkan dimensi reaktor UASB
hcz = 0.5 m
hgs = 2.5 m
hez = 0.9 m
Kedalaman air total dalam reaktor :
Hw = hpv + hcz + hgs + hez
= (8 + 0.5 + 2.5 + 0.9) m
= 11.9 m
Free board (FB) = 0,8 m
Tinggi total reaktor :
H = Hw + FB
= (11.9 + 0.8) m
= 12.7 m
Menghitung total surface area yang dibutuhkan oleh proses UASB :

Kelompok 48 | 63
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Total surface yang dibutukan :


Vt
At =
h pz
1198,8 m3
=
8m
= 149,85 m2
Berikan dua reaktor melingkar dan surface area masing-masing reaktor:
1
A = A
2 t
1 2
= ×149,85 m
2
= 74,93 m2
Diameter masing-masing reaktor :

D =
√ 4A
π


2
= 4 ×74,93 m
3.14
= 9,77 m

Assumse the surface area of the gas-solids separator is 80% of reactor area.
Diameter of the gas-solids separator :

dgs =
√ 4
π
π
× 0.8 × ¿ ¿
4

=
√ 4
3.14
× 0.8×
3.14
4
¿¿

= 8,74 m
Slope gas collector plate = 45º
Assume that the baffle-ring is ectended 0.2 m inside the gas-solids separator
surface area.
Diamater of the opening area the baffle :
db = dgs – 2 × 0.2 m
= (8,74 – 2 × 0.2) m
= 8,34 m

8. Verifikasi kecepatan aliran naik


Menghitung kecepatan upflow :

Kelompok 48 | 64
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Q
Vh =
At
31968 m 3/d
= 2
149,85m ×24 h /d
= 8,89 m/h

5.1.5 Unit Pengolahan LumpurUnit Pengolahan Tersier


A. Thickening
Thickening berfungsi untuk mengurangi volume lumpur dengan
membuang supernatannya. Supernatan adalah cairan atau fase cair didalam
lumpur yang akan terpisah dengan fase padatan. Sludge thickener
menampung lumpur yang berasal dari bak pengendap pertama dan SBR.
Pada perencanaan ini digunakan Gravity Thickener dengan kriteria desain
sebagai berikut :
Data Pe re ncanaan
Dens itas 1030 kg/m3
S olid loading 50 kg/m3.hari
Kadar air 95% dari lumpur
Dens itas Air 1000 kg/m3
Hydraulic Loading 1 s .d. 4 m3/m3.hari
Jumlah bak 2 buah
Waktu detens i 1 hari
4%
Kons entras i s olid di das ar zona thickening
S ludge Vol. Ratio (S VR) 0.5 s .d. 3 hari

Kelompok 48 | 65
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pe rhitungan
S olid yg mas uk dalam thickening
Bak P rimary Clarifier+S BR 9222,68 kg/hari
Total 9222,68
Berat lumpur 230566,95 kg/hari
Debit s olid 8,95 m3/hari
Debit lumpur 223,85 m3/hari
Debit air 214,90 m3/hari
Luas permukaan
As urface 184,45 m2
Diameter 15,33 m
As cek 184,45
Kedalaman rencana 2 m
Kedalaman ditengah bak kemiringan 1:4 3,92 m
Kedalaman total direncanakan 4 m 0,08 m
Volume thickener 722,34
S VR 3,36 hari
HL 1,21 m3/m2.hari

Pe ng urus an lumpur
Efis iens i s olid capture 80%
Berat s olid 9222,68 kg/hari
Jumlah penarikan lumpur 7378,14 kg/hari
Kecepatan pemompaan 6,05 m3/hari
Pe limpah
Qtotal = Qair 214,90 m3/hari
Weir v-notch 90 derajat
Jarak antar v-notch direncanakan 0,5 m
Kedalaman rencana 0,8 m
P anjang weir 2,5 meter
Jumlah v-notch 13 buah
Qair 0,00248724 m3/detik
Debit melalui v-notch 0,0001913 m3/detik
Tinggi air v-notch m
Dime ns i s aluran pe limpah 0,066
Lebar s aluran direncanakan 0,2 m
Q 214,897 0,00248724
h 0,029 m

Contoh Perhitungan :

Perhitungan Desain Gravity Thickener :

Kelompok 48 | 66
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1. Solid yang masuk ke dalam thickener:


Solid yang masuk : BP I = 5254,76 kg/hari
UASB = 2158 kg/hari
Total = 7412,76 kg/hari

100
Berat lumpur = x total solid
4
100
= x 7412,76=185318,923kg/hari
4
Berat solid
Volume Solid =
desnitas
602,71 kg/ hari 7412,76 kg/hari
= = 7,06 m³/hari
1050 kg/m3 1050 kg /m3
Berat lumpur
Volume lumpur =
densitas
kg
185318,923
hari
= 3
m
1050
hari
= 176,5 m³/hari
Volume air = Volume lumpur – volume solid
= 176,5 m³/hari – 7,06m³/hari
= 169,43 m³/hari
2. Dimensi
Berat solid
Asurface =
solid loading
7412,76 kg/hari
= kg
80 3 . hari
m
= 92,65 m²

Diameter (D) = √ 4×A surface


π

=
√ 4 x 92,65 m²
3,14
= 10,86 m
AS cek = ¼ π D2 = ¼ π (10,86)2 = 92,65 m2
Kedalaman (h) rencana =2m

Kelompok 48 | 67
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kedalaman di tengah bak dengan kemiringan 1 : 5 (d)


d = h + (½ D × 1/5)

d =
2+( 0,5×10,86
5 )
d = 3,1 m
freeboard = 0,7 m

3. Volume Thickener
V = AS × h
= 92,65 m2 × 2 m
= 185,3 m3

4. Cek Sludge Volume Ratio (SVR)


SVR = Vol. Thickener / Vol. air influen
= 185,3m3 / 169,43 m3
= 1,1 hari = 2 hari  (Kriteria: 0,5 – 3 hari) OK!!

5. Cek Hydraulic Loading


HL = Vol. Lumpur / ASurface
= 176,5 m3 / 92,65 m2
= 1,9 m3/m2.hari

6. Pengurasan lumpur
Efisiensi Solid Capture = 80%
Berat Solid = 7412,76 kg/hari
Jumlah penarikan lumpur = 80% × 7412,76 kg/hari = 5930,2 kg/hari
Kecepatan pemompaan = Berat solid per bak / ρ solid
= (5930,2 kg/hari) / (1220 kg/m3)
= 4,86 m3/hari

7. Pelimpah (weir)
Q total = Q air = 169,43 m3/hari
Weir v-notch dengan sudut 90°
Jarak antar v-notch direncanakan 0,2 m
h rencana = 0,5 m
a. Panjang weir = π × D

Kelompok 48 | 68
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 3,14 × 0,5 m = 1,57 m


b. Jumlah v-notch = panjang weir total / jarak antar v-notch
= 1,57 m / 0,2 m
= 7,85 ≈ 8 buah v-notch
c. Debit yang melalui v-notch
Q = Q air / jumlah v-notch
= [(169,43 m3/hari) × (1 hari/86400 detik)] / [8]
= 0,015 m3/detik
d. Tinggi air di v-notch

( )
2
15×Q
h= 5

8×Cd× √2 g×tan ()
θ
2

( )
2
15×0,015
h= 5

8×0,584× √2×9,81×tan
90∘
2 ( )
h = 0,12 m

f. Dimensi Saluran Pelimpah


Lebar saluran direncanakan sebesar 20 cm = 0,2 m
Q = 169,43 m3/hari = 0,00196 m3/detik
2 2
h= (
2 ,49×b
= ) (
Q 3 0,00196 3
2 ,49×0,2
=0,025 m )
B. Anaerobic Sludge Digester

Sludge digester berfungsi untuk mengolah lumpur yang telah dipekatkan

dari Sludge Thickener. Hasil pengolahan lumpur ini dapat menstabilisasi

lumpur tersebut. Pada perencanaan ini digunakan Aerobic Sludge Digester

dengan kriteria desain sebagai berikut:

Kelompok 48 | 69
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Data Perencanaan
Waktu pengeringan (hari) 10
Kondisi lumpur Sludge thickening
Tinggi lumpur (m) 1
Freebord 0,3
Tinggi pasir (m) 0,1
Tinggi kerikil (m) 0,1
Tinggi total (m) 1,5
Tebal Bed 0,3
Lebar bed 8
Panjang Bed 30
Penyelesaian
Q lumpur (m3/hari) 223,85
Vbed (m3) 2238,51
As Pengeringan 2238,51
Luas bak 240
Jumlah unit bak 9,327142064

Contoh Perhitungan :

1. Volume lumpur sebelum di digest (Vb)


Vb = 176,5 m3/hari
2. Persentase dari volatile matter setelah didigester
TVS setelah digestion = Mass solid × % volatile matter × (100 – Vm)%
= 7412,76 kg/hari × 70% × (100 – 70) %
= 1556,68 kg/hari
TSS setelah digestion = Mass solid × (%solid sesudah / % solid
sebelum)
= 7412,76 kg/hari × (5% / 10%)
= 3706,38 kg/hari
TVS setelah digestion
×100 %
% volatile matter = TSS setelah digestion
1556,68 kg/hari
×100 %
= 3706,38 kg/hari
= 42 % (kriteria: 38 – 50%) OK!!

3. Sg rata-rata solid pada digested sludge (SS)

Kelompok 48 | 70
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

42
1−
100 42 %
+
1/SS = 2,5 1
1/SS = 0,652
SS = 1,53
4. Sg lumpurpada digested sludge (S)
10 % 90 %
+
1/S = Ss Sv

10% 90%
= +
1/S 1,53 1
1/S = 0,94
S = 0,94

5. Volume digested sludge (VDS)


mass solid setelah digestion
VDS = ( ρ air ×S×kadar solid )
3706,38 kg/hari
VDS = (1000×10 , 94×10 %)
VDS = 39,42 m3/hari

6. Persentase reduksi vol. lumpur setelah digestion


Vb−Vds
×100 %
% Reduksi = Vb
176,5 −39 ,42
×100 %
= 176,5
= 78%
7. Volume digester (V)
V = (Vf - 2/3 (Vf-Vd)) × t
dimana:
Vf = vol. lumpur yang ditambahkan setiap hari (m3/hari)
= 176,5 m3/hari
Vd = vol. digested lumpur yang diremoval tiap hari (m 3/hari)
= Vb – Vds
= 137,06 m3/hari
t = waktu digestion (hari)

Kelompok 48 | 71
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

a. Didapat T × t = 600 dari VSS removal pada perhitungan no.4.


b. Asumsi suhu rata-rata = 25° C
c. t = 600/25 = 24 hari

V = (Vf - 2/3 (Vf-Vd)) × t


V = {(176,5 – 2/3(176,5 – 137,06)} × 24 hari
V = 3605 m3

8. Dimensi tangki
a. Vol. tiap tangki = V / jumlah tangki
= 3605 m3 / 2
= 1802,5 m3
b. Bentuk : circular
c. H rencana =2m
d. A surface = Vol. tiap unit / H rencana
= 1802,5 m3 / 2 m
= 901,25 m2

e. Diameter = √ √4 A 4×901 , 25
π
=
π
=33 , 88 m

f. Cek As = ¼ π (33,88)2
= 901,25 m2
g. Cek H = 1802,5 m3/ 901,25 m2 = 2 m
h. Bottom slope rencana = 15 cm/m
i. Ketinggian slope = 0,15 m/m × 19 m = 2,85 m

9. Cek Solid Loading (SL)


SL = (mass solid/jumlah tangki) / vol. tiap tangki
SL = (7412,76 / 2) / 1802,5
SL = 2,05 kg/m3.hari (kriteria: 1,6 – 4,8 kg/m3.hari)

C. Sludge Drying Bed

Kelompok 48 | 72
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sludge drying bed berfungsi untuk mengeringkan lumpur. Lumpur tidak

dibuang begitu saja karena dapat mengurangi estetika maupun kondisi

lingkungan. Lumpur akan dibuang ketika lumpur tersebut telah mengering.

Pada perencanaan ini digunakan SDB konvensional dengan kriteria desain

adalah sebagai berikut :

Sludge Drying Bed


Data Perencanaan
Jumlah bak 2 buah
Tebal lapis an media 250 mm
Tebal cake dibed 0,5 m
Lebar bed 4 m
Waktu pengeringan 10 hari
berat s olid
60%
Berat air dalam cake s ludge (P i)
Tiap bak terdiri dari 1 drainage lateral line
S lope pipa 2%
Diameter pipa 50 mm
Kadar air 90%
Kadar s olid 10%
Berat s olid 9222,68 kg/day

Kelompok 48 | 73
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pe rhitung an
Volume air 193,41 m3/hari
Volume lumpur 223,85 m3/hari
Vol cake dari s olid 55,96 m3/hari
Dimens i bed
Kapas itas (V) 279,81 m3
Luas bed 559,63 m2
Direncanakan
Lebar bak 16,7 m
P anjang bak 33,5 m
Cek A 559,63 m2
Cek tebal cake 0,50 m
Htotal
Tebal cake di bed 0,50 m
h lumpur 0,25 m
h pas ir 0,15 m
h gravel 0,1 m
fb rencada 0,2
H total 1,20 m
Volume Air di bed
Qair tiap bed 96,70 m3/det
Volume air tiap bed 967,04 m3
Des ain pipa
Diameter pipa direncanakan 100 mm
Lebar letak pipa (S ) 8,36 m
Jarak pipa dari dinding 4,18 m
Kedalaman s entral
S lope 0,02
h s entral 0,167 m
Kedalaman bak s entral pipe line 1,37 m

Contoh Perhitungan :

1. Volume cake dari solid (Vi)


Vi = Vol. lumpur × (1-P) / (1-Pi)
39,43×(1−90 %)
Vi =
(1−60 %)
Vi = 9,85 m3/hari

2. Dimensi bed
Kapasitas (V) = Vi × T / n
= 9,85 m3/hari × 10 hari / 2

Kelompok 48 | 74
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 49,3 m3
Luas bed = V / tebal cake
= 49,3 m3 / 0,5 m
= 98,5 m2
Sehingga direncanakan:
Lebar bak = 9,76 m
Panjang bak = 10,1 m
Cek A = 9,76 m × 10,1 m = 98,5 m2
Cek tebal cake = V bak / A cek = 49,3 / 98,5 = 0,5 m
Kedalaman bak (H total)
Tebal cake di bed = 0,5 m
h lumpur = 0,25 m
h pasir = 0,15 m
h gravel = 0,1 m
fb rencana = 0,21 m
H total = h cake + h lumpur + h pasir + h gravel + fb
= 0,5 + 0,25 + 0,15 + 0,1 + 0,21
= 1,21 m
3. Volume air di bed
Q air tiap bed = Volume air / n
= 35,49 m3/hari / 2 bak
= 17,74 m3/hari
Vol. air di tiap bed = Q air tiap bed × t
= 17,74 m3/hari × 10 hari
= 177,4 m3
4. Desain pipa
Diameter pipa direncanakan = 100 mm
Lebar letak pipa (S) = L bak / 2
= 9,76 / 2 = 4,87 m
Jarak pipa dari dinding = (lebar bak – lebar letak pipa)/2
= (9,76 – 4,87)/2
= 2,43 m
5. Kedalaman sentral
slope = 0,02
h sentral = slope × L (dimana L = S)
= 0,02 × 4,87 m = 0,09 m

Kelompok 48 | 75
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Maka kedalaman bak dari sentral pipe line = Htotal + h sentral


= 1,21 m + 0,09 m
= 1,3 m

5.1.6 Unit Pengolahan Tersier

a. Desinfeki

Disinfeksi direncanakan dengan menggunakan kaporit Ca(OCl)2 sebagai

bahan desinfektan. Kaporit yang digunakan dalam bentuk serbuk, sehingga

perlu di buat bak pelarut kaporit kedalam air baru kemudian larutan kaporit

tersebut di larutkan kembali kedalam air yang diolah. Injeksi larutan klor

adalah dengan melewatkan air pada suatu bak injeksi yang memiliki baffle

sehingga air dengan larutan klor dapat homogen.

Data Pe re ncanaan
Kadar khlor dalam kaporit 70%
Berat Jenis Kaporit 2,35 kg/L
Kons entras i larutan Cl 5%
BP C 4 mg/L
S is a khlor 0,25-0,35 mg/L
Debit yang diolah 1,61 m3/detik

Kelompok 48 | 76
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pe rhitung an
Dos is Khlor 4,3 mg/L
Kebutuhan kaporit 11538,33 mg/detik
Volume Kaporit 424,217872 L/hari
Volume P elarut 8060,14
Volume larutan pelarut 8484,36 L/hari
Bak Pe larut
Kedalaman 2 m
P anjang bak 5 m
Lebar 3 m
Freeboard 0,2 m
Volume bak 30,0 m3
Waktu detens i 18,63 detik
Bak injeks i
Freeboard 0,5 m
Kedalaman 2 m
Kedalaman total 2,5 m
P=L 3 m
Volume bak 15 m3

Contoh Perhitungan :

1. Dimensions of contact chamber


a. Menghitung volume saat debit puncak
m3 detik
Volume = 0,97 × 20 menit ×60
detik menit
= 1164 m3
b. Memilih konfigurasi dan dimensi bak
Disediakan dua bak, tiap bak mempunyai three-pass-around-the-end baffled.
Panjang total three-pass-around-the-end baffles = 80 m
Lebar =4m
Kedalaman saat debit puncak =3m
Freeboard = 0,8 m
Total volume dari kedua bak = 80 m × 4 m × 3 m × 2
= 1920 m3
Asumsi panjang tangki =L
80 m=( L−2m ) +2 m+ ( L−2 m) +2 m+( L−1m)
80 m=3 L+4 m−5 m
3 L=81 m

Kelompok 48 | 77
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

L=27 m
c. Menghitung waktu kontak saat debit puncak
1164 m3
Waktu kontak saat kedua bak beroperasi = m3 detik
0,97 ×60
detik menit
= 20 menit

2. Influent Structure
a. Struktur influen terdiri dari channel persegi panjang dengan lebar 1.5 m untuk
membawa air dari parshall flume ke bak kontak klorin. Bukaan yang tenggelam dengan
lebar 1 m dan tinggi 1,5 m.
b. Menghitung headloss di struktur influen saat debit puncak saat hanya satu bak yang
berjalan (bak satunya sedang diperbaiki).
3
m
Q=0.129
detik
A=1m ×1,5 m=1,5 m2
C d=0.6

[ ]
2
m3
0,97
detik
∆ z= =0.06 m
0.6× √ 2× 9.81 m/ detik 2 ( 1× 1,5 ) m2
Jadi, perbedaan elevasi antara permukaan air di bak saat debit puncak dengan bak
kontak klorin, saat hanya satu bak yang beroperasi adalah 0,06 m.

3. Effluent structure
a. Struktur efluen terdiri dari proportional weir, solids-flushing orifices, effluent channel,
dan outlet sewer. Pada desain ini weir crest berada 1.5 m diatas bak.
b. Desain proportional weir
3
Q=1.57 × C √ 2 g × L × H 2

Dimana :
Q = debit saat melewati proportional weir, m3/det
H = head over weir, m
C = koefisien = 0.6
L = panjang bukaan weir saat ketinggian diatas weir crest, m
g = gravitasi = 9.81 m/s2

Kelompok 48 | 78
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Desain saat debit puncak :


Debit saat melewati tiap bak = 0.485 m3/detik
Kedalaman diatas weir crest = (2.5 – 1.5 m) = 1 m
Panjang weir =
3 3
m
=1.57 ×0.6 × √2 ×9.81 m/detik × L× ( 1 )
2 2
0.0645
detik
0.485=4.17 × L
L=0,12m
Kedalaman air di dalam bak = 2,5 m
3
m
0,485 ×60 detik /menit
Kecepatan di dalam bak = detik
4 m× 3 m
= 2,425 m/menit
volume
Waktu kontak di dalam bak =
debit
80 m× 4 m ×3 m 1
×
= m
3
60 detik /menit
0,485
detik
= 33 menit
 Desain saat debit rata-rata :
Debit saat melewati tiap bak = 0,37 m3/detik : 2 = 0,185 m3/detik
Kedalaman diatas weir crest =
m3
=1.57 ×0.6 × √2 × 9.81m/detik ×( 0.022 √ 1)× H
2
0,185
detik
0.185=0.091× H
H=2,03m

Panjang weir =
3
m3
=1.57 ×0.6 × √2 × 9.81m/detik × L × ( 2,03 )
2 2
0,185
detik
0.185=12,06 × L
L=0.02m

Kedalaman air di dalam bak =2m

Kelompok 48 | 79
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3
m
0,185 ×60 detik /menit
Kecepatan di dalam bak = detik
4 m× 3 m
= 0.925 m/menit
volume
Waktu kontak di dalam bak =
debit
80 m×2 m ×2.5 m 1
×
= m 3
60 detik /menit
0.185
detik
= 86,49 menit

c. Disediakan persegi panjang dengan ukuran 2 m x 0.4 m diatas proportional weir untuk
kondisi darurat ketika satu bak klorin mengalami perbaikan.
 Asumsi kedalaman di bak saat debit puncak ketika hanya satu bak yang bekerja = 2.75
m
 Total head proportional weir = 2.75 m – 1.5 m = 1.25 m
 Ketinggian diatas rectangular portion di proportional weir
= 1.25 m – 1 m
= 0.25 m

 Lebar di puncak proportional weir di ketinggian 1.25 m

=
√1 m× 0.12 m
√ 1.25
= 0.104 m
 Debit total yang melewati
= 1.57 ×0.6 × √ 2× 9.81m/ detik 2 × L × H
= 1.57 ×0.6 × √ 2× 9.81× 0.104 ×1.253 /2
= 0.606 m3/detik
 Debit saat melewati rectangular portion ketika diatas proportional weir, dihitung
menggunakan rumus :
2
Q= x C d x L' x √2 g H 3
3
Diketahui :
C = 0.624
H = 0.25 m
L’ = 2,48 m

Kelompok 48 | 80
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2
Q= x 0.624 x 2.48 x √2 × 9.18× 0.253
3
Q = 0,316 m3/detik
Jadi total debit yang melewati bak kontak klorin saat debit puncak ketika hanya bekerja
satu bak adalah
= 0.37 m3/detik + 0.316 m3/detik
= 0.69 m3/detik

d. Mendesain lubang untuk membilas padatan


Disediakan dua bukaan yang saling terhubung dengan diameter 12 cm.
Kecepatan pembilasan yang melewati lubang saat total drop adalah 4 m

( )
0.54
0.63 4
V =0.355× 120× ( 0.12 ) × =6.8 m/ detik
10
m π
Q=VA =6.8 × × ( 0.12 )2=0.07 m 3 /detik
detik 4
Pembilasan dalam bak kontak klorin dilakukan 2 kali seminggu dengan periode 10
menit.

e. Mendesain kotak efluen dan outlet sewer


Lebar saluran efluen direncanakan 1.5 m dan dan mempunyai outlet sewer terletak di
tengah saluran. Kedalaman direncanakan 0.8 m saat debit puncak dengan tinggi 0.2 m
untuk ketinggian antara muka air dengan proportional weir.

4. Desain Klorinator
a. Menghitung kuantitas rata-rata penggunaan klorin
Asumsi dosis rata-rata klorin = 5 mg/l (5 g/m3)
Debit rata-rata = 0.37 m3/detik
1
Rata-rata penggunaan klorin = 0.37 m3/detik × 5 g/m3 × 86400 ×
1000
= 79,92 kg/hari
b. Menghitung kebutuhan klorin maksimum
Maksimum dosis klorin = 10 mg/l (10 g/m3)
Debit maksimum = 0.97 m3/detik
1
Maksimum penggunaan klorin = 0.97 m3/detik × 10 g/m3 × 86400 ×
1000

Kelompok 48 | 81
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 838,08 kg/hari
c. Menghitung jumlah klorinator yang dibutuhkan
Disediakan klorinator dengan kapasitas 150 kg/hari
838,08 kg/hari
Jumlah klorinator =
150 kg/hari
= 5,59 ≈ 6 klorinator

5. Fasilitas penyimpanan klorin


Kontainer penyimpan gas klorin disediakan dengan ukuran 180 kg/hari.
a. Menghitung jumlah kontainer
838,08 kg/hari
Jumlah kontainer =
180 kg/hari kontainer
= 4,66 ≈51 kontainer

6. Peralatan dan control


A. Desain Flow Measurement System
a. Mendesain dimensi saluran awal di Parshall flume
Saluran = persegi panjang
Lebar saluran = 1.5 m
Kedalaman saat debit puncak, y 1= 0.8 m
Luas = 1.5 m x 0.8 m = 1.2 m2
luas
R =
perimeter
2
1.2 m
=
lebar+2 kedalaman
2
1.2m
= = 0.39 m
1.5 m+2 ×0.8 m
2 1
Slope = 1.2 m × × ( R )2/ 3 × S 1/ 2
0.013
2 1 2/ 3 1/ 2
3
0.97 m /detik = 1.2 m × × ( 0.38 ) × S
0.013
S
1 /2
= 0.00396
S = 0.04
b. Mendesain dimensi saluran akhir persegi panjang di Parshall flume
Lebar saluran = 1.5 m
Kedalaman saat debit puncak, y 2= 1 m

Kelompok 48 | 82
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Luas = 1.5 m x 1 m = 1.5 m2


luas
R =
perimeter
1.5 m2
=
lebar+2 kedalaman
1.5
= = 0.43 m
1.5 m+2 ×1 m
2 1
Slope = 1.2 m × × ( R )2/ 3 × S 1/ 2
0.013
2 1 2/ 3 1/ 2
3
0.97 m /detik = 1.2 m × × ( 0.43 ) × S
0.013
S
1 /2
= 0.00365
S = 0.19
c. Mendesain dimensi Parshall flume
Lebar (dari tabel) = 0.46 m
Tenggelam saat debit puncak = 70%
d. Menghitung free flow
0.026

Q=4 ×W × H a1.522. w
Dimana :
Q = free flow, m3/detik
W = lebar, m
Ha = kedalaman air di hulu gauging point, m
e. Menghitung H a dan H b
0.026
H a saat debit puncak = 0.97 m3/detik Q=4 ×W × H a1.522. w
0.026

0.97 m3 /detik =4 × 0.46 m× H a1.522× 0.46


1.49
Ha =1,89
H a =1,53m
H b saat 70% tenggelam, maka = 0.7 x 1,53 m = 1,071 m

f. Headloss saat melewati Parshall flume saat debit puncak


Debit puncak = 0.97 m3/detik = 6.78 cfs
Asumsi yang tenggelam = 70%
Menurut grafik didapat headloss = 0.5 ft = 1.524 m

Kelompok 48 | 83
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB VI
BILL OF QUANTITY DAN PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA

6.1 Bill of Quantity


6.2 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

Kelompok 48 | 84
TUGAS PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB VIII
GAMBAR TEKNIK

Kelompok 48 | 85

Anda mungkin juga menyukai