PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI
PSF
KATA PENGANTAR
Rangkaian erupsi merapi yang terjadi pada 26 Oktober sampai awal November 2010 telah
mengakibatkan 2.856 rumah rusak berat dan kerusakan pada infrastruktur permukiman di
Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Erupsi tersebut berdampak sangat serius pada 45 desa yang
selama ini menjadi wilayah kegiatan REKOMPAK dan 43 desa yang belum menjadi lokasi
dampingan REKOMPAK. Perkembangan selanjutnya, banjir lahar yang merupakan dampak
sekunder erupsi merapi telah menghacurkan 1.087 unit rumah dan kerusakan infrastruktur
pada 14 desa di Kabupaten Magelang dan 3 desa di Kabupaten Sleman
Sesuai dengan Perka No.5 Tahun 2011, Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Erupsi Merapi, kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi rumah dan infrastruktur permukiman dilakukan dengan skema REKOMPAK,
yakni dilaksanakan secara swakelola melalui pendekatan pemberdayaan. Permukiman warga
yang rusak dan hancur direlokasi ke daerah yang dinyatakan aman untuk permukiman
berdasarkan peta kawasan rawan bencana Gunung Merapi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi
Kementerian ESDM.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sanitasi ini disusun dengan memperhatikan kaidah teknis dan
aturan yang berlaku untuk menjadi acuan perencanaan dan pelaksanaaan pembangunan
prasarana dan sistem sanitasi bagi warga korban erupsi Merapi yang akan membangun
permukimannya di tempat baru yang lebih aman.
Apabila dalam pelaksanaan tata cara ini di lapangan terdapat kekurangjelasan atau
ketidaksesuaian kami mengharapkan masukan sebagai bahan penyempurnaannya.
Jakarta, Juli 2011
Kepala PMU REKOMPAK
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Istilah dan Singkatan
i
ii
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Landasan Operasional dan Acuan
1.3
Maksud dan Tujuan
1.4
Sasaran
1.5
Pelaku
1.6
Definisi-definisi
1
1
1
3
3
4
4
BAB II
2.3
2.4
Ketentuan Umum
MCK (Mandi Cuci dan Kakus)
2.2.1 Bilik MCK
2.2.2 Kamar Mandi
2.2.3 Sarana Tempat Cuci
2.2.4 Pencahayaan dan Ventilasi
2.2.5 Bahan Bangunan
Rancangan Bangunan Komponen Sistem Pengolahan Air Limbah
7
7
8
9
9
9
9
9
9
13
14
17
19
21
21
21
ii
2.5
BAB III
21
22
22
22
22
BAB IV
23
23
23
25
28
Ketentuan Umum
Jenis Sampah
Pola Pemilahan 3R (Recycle, Reuse and Reduce)
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM)
4.5
30
30
30
31
33
33
34
35
36
38
Ketentuan Umum
Sistem Drainase Utama/ Perkotaan
Penampang Saluran
Jenis konstruksi Saluran
4.4.1 Saluran tanpa Perkerasan
4.4.2 Saluran dengan Perkerasan
4.4.3 Saluran Swale
4.4.4 Parit Infiltrasi
Kriteria Penerapan Sistem Saluran
DAFTAR GAMBAR :
Gambar 2-1
Gambar 2-2
Gambar 2-3
Gambar 2-4
Gambar 2-5
Gambar 2-6
Gambar 2-7
Gambar 3-1
Gambar 3-2
Gambar 3-3
Gambar 3-4
Gambar 3-5
Gambar 4-1
10
13
15
15
17
19
20
26
26
27
27
28
31
iii
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
4-2
4-3
4-4
4-5
4-6
4-7
Tipikal
Tipikal
Tipikal
Tipikal
Tipikal
Tipikal
32
33
34
35
36
37
DAFTAR TABEL :
Tabel 2-1
Tabel 2-2
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
2-3
2-4
3-1
4-1
12
16
18
24
38
iv
DAFTAR
ISTILAH DAN SINGKATAN
ABR
BAPPEDA
BPD
BDL
BDR
BKM
DMC
DTPL
DTPP
DED
CSP
JRF
LPD
LSM
MCK
NMC
P2KP
PJM
PP
PPD
PSBM
PSF
POT
POU
RAB
RKS
RPP
RPLS
R3/ 3R
TA
TIP
TPK
Rekompak
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Surabaya
o
o
o
1.4 Sasaran
Kelompok sasaran utama standar operasional prosedur ini, adalah:
1. Tingkat komunitas desa, yaitu para calon pengelola dan pelaksana pembangunan
prasarana Sistem Sanitasi serta para Panitia Pembangunan (PP) desa/kelurahan,
2. Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping
masyarakat desa (faskel, building controler/BC),
Sasaran selanjutnya adalah:
1. Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP), Panitia Pembangunan (PP)
2. Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
3. Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),
4. Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) - Kabupaten/Kota,
5. Konsultan Rekompak; National Management Consultant (NMC), District
Management Consultant (DMC),
6. Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan panduan tata cara ini.
1.5 Pelaku
Penanggungjawab keseluruhan dalam pembangunan prasarana Sistem Sanitasi yang
dibiayai melalui dana BDL adalah Panitia Pembangunan (PP) dengan koordinasi dan
bimbingan dari BKM/TPK. Pelaksana penyusunan rencana detail teknis dan
pembangunan prasarana Sistem Sanitasi adalah Tim Inti Perencana (TIP) dengan
melibatkan warga masyarakat desa/kelurahan dan Pemerintah Desa/Kelurahan serta
instansi Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan penyusunan rencana
detail teknis dan pembangunan prasarana Sistem Sanitasi, TIP mendapatkan
pendampingan atau bantuan teknis dari Tim Fasilitator REKOMPAK.
1.6 Definisi-Definisi
Dalam SOP ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bantuan Dana Lingkungan (BDL) merupakan bantuan dana hibah dari multi
donor, luar negeri atau
dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
masyarakat desa/ kelurahan yang ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi
masyarakat serta kerusakan sarana-prasarana lingkungan akibat dampak
bencana. BDL merupakan dana stimulan dalam rangka merealisasikan PJM hasil
RPP yang disusun oleh komunitas warga masyarakat sendiri.
7.
Bantuan Dana Rumah (BDR) merupakan bantuan dana hibah dari multi
donor, luar negeri atau
dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
desa/kelurahan, ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi dan pembangunan
rumah warga yang hunian tempat tinggalnya rusak akibat dampak bencana.
BDR merupakan bantuan dana stimulan agar warga korban bencana dapat
membangun rumahnya kembali dengan layak (sederhana, sehat, aman), bukan
merupakan ganti rugi rumah.
8.
9.
10.
11.
Tim Inti Perencana (TIP), TIP dibentuk oleh BKM/TPK untuk melaksanakan
kegiatan perencanaan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang
dipilih melalui musyawarah warga desa. TIP sekurang-kurangnya terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota,
12.
13.
Tim Pengadaan atau Panitia Lelang adalah tim yang dibentuk untuk
melaksanakan pengadaaan barang atau jasa beranggota ganjil terdiri 3 orang
atau lebih dengan minimal 1 anggotanya adalah perempuan. Untuk Tim
Pengadaan Tingkat KP/PP dibentuk oleh Ketua KP/PP yang disepakati
anggotanya. Untuk Tim Pengadaan Tingkat Desa dibentuk oleh para ketua
KP/PP yang disepakati oleh BKM/TPK.
14.
15.
16.
17.
18.
Site plan, atau rencana tapak adalah rancangan tatap-tapak bangunan dan
sarana prasarana serta tata ruang & lingkungan rumah dan pemukiman yang
memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan disusun melalui proses
rembug warga.
BAB II
PERENCANAAN TEKNIS SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini
idealnya harus ditengah para penggunanya/pemanfaatnya dengan radius +/- 50
m.
Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat
sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna
dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang sehat.
Komponen MCK terdiri dari :
Bilik MCK (bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air besar atau kakus).
Pengolahan limbah yang terdiri dari:
Tangki Septik
Anaerobik Bafel Reaktor
Resapan
Lahan Basah Buatan
Sumber air bersih (termasuk water toren)
Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa listrik
dan drainase air bekas mandi dan cuci.
Pada kondisi tertentu MCK bisa diberi pagar.
2.2.1. Bilik MCK
Disain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebiasaan dan
budaya masyarakat penggunanya sehingga perlu dimusyawarahkan. Hal-hal tersebut
biasanya terkait dengan antara lain tata letak, pemisahan pengguna laki-laki dan
perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu dipertimbangkan disain untuk
pengguna yang menggunakan kursi roda (defabel)
Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat menampung
pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap
satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu tercantum dalam tabel dibawah .
Tabel 2-1 :.
Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang Diperlukan
Banyak bilik/ruangan
Mandi
Cuci
Kakus
10 - 20
2
1
2
21 - 40
2
2
2
41 - 80
2
3
4
81 - 100
2
4
4
101 - 120
4
5
4
121 - 160
4
5
6
161 - 200
4
6
6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum -SNI 03 - 2399 - 2002
Jumlah Pemakai
Catatan : Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan
didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas,
dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan air limbah
cucian tidak kembali masuk ke sumur.
dari tangki septik sebaiknya dua kali panjang ruangan kedua, dan panjang
ruangan kedua sebaiknya tidak kurang dari 1 m dan dalamnya 1,5 m atau lebih,
dapat memperbaiki kinerja tangki. Kedalaman tangki sebaiknya berkisar antara
1,0 1,5 m. Sedangkan celah udara antara permukaan air dengan tutup tangki
(free board) sebaiknya antara 0,3 sampai 0,5 m .Tangki septik harus dilengkapi
dengan lubang ventilasi (dipakai pipa Tee) untuk pelepasan gas yang terbentuk
dan lubang pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan kedalaman lumpur
serta pengurasan.
lubang ventilasi
Lumpur terapung
Limbah masuk
keluaran
Muka air
sekat
lumpur
10
A=PxNxS
Di mana :
A : Penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
N : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)
S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun).
25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia.
40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar mandi.
11
Tabel 2-2 :
Jumlah Pemakai MCK dan Kapasitas Tangki Septik yang Diperlukan
Jml
Pengguna
(Jiwa)
Kapasitas
Tanki
Septik
(m3)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1,0
1,5
2,0
2,4
2,9
3,4
3,9
4,4
4,8
5,3
5,8
6,3
6,8
7,2
7,7
8,2
8,7
9,1
9,6
10,5
11,5
12,4
13,4
14,3
15,3
16,2
17,1
18,1
19,0
Lebar
(m)
Panjang
(m)
1,8
0,80
0,80
0,80
0,90
1,00
1,00
1,20
1,20
1,30
1,30
1,40
1,50
1,50
1,60
1,60
1,70
1,70
1,80
1,80
1,90
2,00
2,00
2,10
2,20
2,30
2,30
2,40
2,50
2,50
1,60
1,60
1,60
1,80
2,00
2,10
2,30
2,40
2,60
2,70
2,80
2,90
3,00
3,00
3,20
3,30
3,40
3,50
3,60
3,75
3,90
4,00
4,20
4,40
4,50
2,70
4,80
4,90
5,00
12
Pemeliharaan
Pengendalian biomassa/ padatan/ lumpur (sludge) harus dilakukan untuk setiap
ruang (kompartemen). Lumpur / endapan harus dibuang setiap 23 tahun dengan
memakai truk penyedot tinja.
Aplikasi
Cocok untuk semua macam air limbah seperti air limbah dari permukiman, rumahsakit, hotel/penginapan, pasar umum, rumah jagal, industri makanan. Semakin
banyak beban organik, semakin tinggi efisiensinya.
Cocok untuk lingkungan kecil. Bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk
(inflow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (10.000
liter/hari).
ABR terpusat (setengah-terpusat) sangat cocok jika teknologi pengangkutan
sudah ada.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sanitasi
13
Tidak boleh dipasang jika permukaan air tanah tinggi, karena perembesan
(infiltration) akan mempengaruhi efisiensi pengolahan dan akan mencemari air
tanah.
Truk tinja harus bisa masuk ke lokasi.
Digunakan pada beberapa lokasi Sanimas dan MCK di Indonesia
2.3.3 Peresapan
Peresapan berfungsi untuk meresapkan cairan yang keluar dari tangki septik ke
tanah secara horisontal dan vertikal melalui pori pori tanah. Material organik akan
diolah oleh bakteri yang hidup dalam tanah. Perubahan temperatur dan karakteristik
kimiawi serta persaingan makanan dengan bakteri tanah juga akan bisa
mengakibatkan bakteri dan virus yang ada dalam cairan yang keluar dari tangki
septik terbunuh. Air limbah umumnya akan meresap kedalam tanah dan akhirnya
masuk ke dalam air tanah sedangkan sebagian akan bergerak keatas akibat gaya
kapiler selanjutnya menguap serta diserap tanaman. Peresapan disini berfungsi
sebagai pengolahan sekunder dan pembuangan akhir.
Jenis peresapan yang bisa digunakan sebagai berikut:
Bidang peresapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk seperti parit (arah
Sumur peresapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk sumur (arah vertikal),
dengan dinding yang bisa meresapkan air (dinding berlubang) dengan dasar tanah
(tanpa perkerasan). Jenis ini digunakan jika ketersediaan tanah tidak memungkinkan
dibuat bidang resapan dan kedalaman muka air tanah tertinggi (saat musim hujan)
minimal 1,5 m. dari dasar sumur resapan
a. Bidang Peresapan
Komponen dan Konstrusi Bidang Peresapan
Bidang peresapan terdiri dari, pipa PVC diameter 4 (100mm) berlobang yang
berfungsi menyebarkan/ mendistribusikan cairan, yang diletakkan dalam parit
dengan lebar 60 cm 90 cm. Pipa berlobang ditempatkan dan dikubur dengan
kerikil selanjutnya berturut turut keatas adalah lapisan ijuk untuk mencegah
material halus masuk ke kerikil, lapisan pasir untuk mencegah bau dan
pertumbuhan akar tanaman agar tidak mencapai kerikil dan pipa, lapisan tanah
secukupnya untuk mengurangi infiltrasi air hujan. Berikut gambar tipikal bidang
resapan. Untuk bidang resapan yang terdiri dari lebih dari 1 lajur maka jarak
minimum antar lajur adalah 150 cm. Pipa harus diletakkan 5 15 cm dari
permukaan agar air limbah tidak naik keatas. Parit ini harus digali dengan
panjang tidak lebih dari 20 meter. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1
jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi.
14
Gambar 2-3 :
Tipikal Tata Letak Bidang Peresapan.
Pilihan bentuk A atau B dibawah ini tergantung ketersediaan lahan dan
kebutuhan
Tangki
Septik
Keikil
pasir
Pipa
Bak pembagi
Tangki
Septik
Gambar 2-4 :
Tipikal Penampang Bidang Peresapan
Pasir
Pipa berlubang
Tanah
10 cm
Ijuk
kerikil
pasir
5cm
Tanah
asli
Kerikil dibawah pipa
30 cm
Luas bidang resapan ditentukan oleh besarnya aliran dari tangki septik dan
kecepatan perkolasi/ peresapan tanah yang besarnya tergantung jenis tanah
sebagaimana tabel dibawah.
15
Tabe 2-3 :
Jenis Tanah dan Kapasitas Peresapan.
Kapasitas peresapan/ hari
Jenis Tanah
liter/m2
40 - 60
60 - 80
Lempung kepasiran
100
Pasir halus
160
200
Kapasitas peresapan akan lebih baik atau lebih akurat jika ditentukan dengan tes
perkolasi
Pemeliharaan
Jika sistem ini berhenti berfungsi secara efektif, maka pipa harus dibersihkan
dan/atau diganti. Pohon dan tanaman berakar dalam harus dijauhkan dari bidang
resapan karena bisa merusak dan mengganggu dasar parit. Tidak boleh ada
lalulintas berat yang bisa memecahkan pipa atau memadatkan tanah.
Aplikasi
1. Jika kemampuan resapan tanah bagus, maka air limbah yang keluar bisa
terbuang secara efektif
2. Tidak cocok untuk daerah perkotaan yang padat.
b. Sumur Peresapan
Komponen dan Konstruksi Sumur Peresapan
Secara umum sumur peresapan lebih sederhana dibanding dengan bidang
peresapan sebagaimana terlihat dalam gambar tipikal dibawah.
Sumur peresapan bisa dibiarkan kosong dan dilapisi dengan bahan yang bisa
menyerap (untuk penopang dan mencegah longsor), atau tidak dilapisi dan diisi
dengan batu dan kerikil kasar. Batu dan kerikil akan menopang dinding agar
tidak runtuh, tapi masih memberikan ruang yang mencukupi untuk air limbah.
Dalam kedua kasus ini, lapisan pasir dan kerikil halus harus disebarkan diseluruh
bagian dasar untuk membantu penyebaran aliran. Kedalaman sumur resapan
harus 1,5 s/d 4 meter, tidak boleh kurang dari 1,5 meter diatas tinggi permukaan
air tanah, dengan diameter 1,0 3,5 meter. Sumur ini harus diletakkan lebih
rendah dan paling tidak 11-15 meter dari sumber air minum dan sumur. Sumur
resapan harus cukup besar untuk menghindari banjir dan luapan air. Kapasitas
minimum sumur resapan harus mampu menampung semua air limbah yang
dihasilkan dari satu kegiatan mencuci atau dalam satu hari, volume manapun
yang paling besar.
16
Gambar 2-5 :
Tipikal Sumur Peresapan
M uka
t
h
K e d a la m a n ta n a h i b l
D a ri ta n g k i
tik
T u tu p b e to n
P asan gan
b a ta d e n g a n
sp esi
s e te n g a h
K e rik il d e n g a n k e te b a la n m in im u m 1 5 c m a ta u iju k
k e te b a la n m in i m u m 5 c m
Pemeliharaan
Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak
masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus
jauh dari daerah berlalu-lintas padat agar tanah diatas dan disekitar sumur tidak
terpadatkan. Jika kinerja sumur resapan menurun, maka bahan didalam sumur
resapan bisa dikeluarkan dan diganti. Untuk akses di masa depan, penutup yang
bisa dilepas harus dipakai untuk menutup sumur sampai sumur perlu dirawat.
Lapisan lumpur bisa dibuang secara efektif oleh pompa diafrakma (diaphragm)
sederhana, jika perlu.
Aplikasi
1. Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang
bagus;
2. Tanah liat, padat keras atau berbatu tidak cocok.
3. Sumur resapan cocok untuk permukiman perkotaan dan pinggiran kota.
4. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang permukaan air
tanahnya tinggi.
5. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap tidak praktis, jika
tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang
tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air.
2.3.4 Bio Digester
Instalasi pengolahan secara anaerob biogas atau dikenal dengan nama digester
merupakan suatu bangunan yang dibangun di bawah tanah, terbuat dari semen,
batu-bata/batu, pasir dan pipa serta peralatan untuk me-ngurai bahan organic dan
menghasilkan biogas hal ini guna menambah sumber bahan bakar konvensional.
Digester ini juga menghasilkan slurry yakni kotoran ternak yang telah diuraikan
gasnya yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk pertanian. Dengan memasukkan
kotoran hewan ternak dan air dalam jumlah yang cukup ke dalam digester, maka gas
bersih dapat dihasilkan. Bahan bakar ini umumnya digunakan untuk memasak dan
penerangan listrik dan pupuk yang dihasilkan dari kotoran hewan yang telah hilang
gas nya (slurry) digunakan sebagai pupuk di kebun sayuran dan lahan pertanian
lainnya.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sanitasi
17
18
Gambar 2-6 :
Tipical Bio Digester
19
Gambar 2-7 :
Tipikal Kolam Sanita/ Lahan Basah Buatan
Volume air limbah grey water (air kamar mandi, cuci dan dapur) adalah 85
liter/org/hari
Waktu tinggal air di Kolam Sanita 7 hari
Ketinggian air di Kolam Sanita 1,0 m
Volume rongga antara media yang terisi air 10 %
Pemeliharaan
Lama kelamaan, kerikil akan tersumbat bersama padatan dan lapisan bakteri yang
mengumpul. Bahan penyaring (filter) perlu dibersihkan secara berkala dan diganti
setiap 8 hingga 15 tahun.
Kegiatan perawatan harus terfokus untuk memastikan bahwa pengolahan primer
berfungsi efektif dalam mengurangi konsentrasi padatan dalam air limbah, sebelum
air limbah masuk ke kolam sanita.
Perlu perhatian agar orang tidak bersentuhan langsung dengan aliran limbah karena
potensi penularan penyakit.
20
Aplikasi
Sistem ini cocok hanya jika mengikuti beberapa tipe pengolahan primer untuk
memperkecil BOD. Sistem ini adalah teknologi pengolahan yang bagus untuk
masyarakat yang mempunyai fasilitas pengolahan primer, misalnya tangki septik.
Tergantung volume air dan ukurannya, kolam sanita bisa cocok untuk bagian daerah
perkotaan yang kecil, daerah pinggiran kota dan perdesaan.
2.3.6. Perpipaan dan Persyaratan Jarak
Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik atau beton yang berada diluar bangunan
harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 % dipasang clean
out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya dihindari atau dengan dua kali
belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar,
pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat, pipa aliran
keluar harus 5 - 10 cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. Jarak tangki septik dan
bidang resapan ke bangunan kolam sanita = 1,5 m, ke sumur air bersih = 11 m dan
Sumur resapan air hujan 5 m.
2.4
Air tanah
sumber air bersih yang berasal dan air tanah, lokasinya minimal 11 m dari sumber
pengotoran sumber air bersih dan pengambilan air tanah dapat berupa :
Sumur bor
sekeliling sumur harus terbuat dan bahan kedap air selebar minimal 1,20 m dan pipa
selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai kedalaman minimal 2,00
m dari permukaan lantai
Sumur gali
sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal 1,20 m dan
dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai
ketinggian ke atas 0,75 m dan ke bawah minimal 3,00 m dari permukaan lantai .
Air hujan
bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun dapat dibuat bak
penampung air hujan
Mata air
21
22
BAB III
PERENCANAAN TEKNIS SISTEM
PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK
3.1 Ketentuan Umum
a. Kegiatan ini adalah bersifat partisipatif, yang mendorong sebesar besarnya
keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam proses perencanaan sistem
pengelolaan sampah domestik untuk kebutuhan masyarakat sendiri sebagai
bagian dari upaya membangun rasa memiliki terhadap prasarana sistem
pengelolaan sampah domestik yang akan dibangun.
b. Masyarakat di lokasi sasaran, yang diwakili oleh perwakilan masyarakat
setempat, dengan didampingi oleh fasilitator dan pendamping teknis
mengadakan musyawarah untuk memutuskan usulan prasarana sistem
pengelolaan sampah domestik yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi setempat,
dan ketersediaan dana yang tersedia (alokasi dana JRF untuk desa setempat
ditambah kontribusi masyarakat).
c. Standar, kriteria atau besaran yang ada dalam SOP ini bersifat minimum
sedangkan yang lebih menentukan adalah kebutuhan dan kondisi setempat serta
ketersediaan dana yang dialokasikan oleh REKOMPAK untuk desa tersebut
beserta dana kontribusi masyarakat sendiri.
d. Rancang bangun sistem pengelolaan sampah domestik disini adalah sistem
komunal bukan individu dan menggunakan teknologi tepat guna. Titik berat
kajian disamping kehandalan kinerjanya, adalah kemudahan serta berbiaya
rendah dalam operasi dan pemeliharaan sistem pengelolaan sampah domestik
untuk masyarakat desa, sehingga diharapkan pemanfaatannya akan bisa
berkesinambungan (sustainable).
23
dikendalikan,
yang
dikenal
dengan
b. Sampah Non-Organik
Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk
adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari
sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari
proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan
logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama
sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber
daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan
pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.
Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat
pada tabel berikut:
24
menjadikan bijih plastik sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini membutuhkan
mesin yang relative mahal dan dapat mengganggu permukiman, sehingga tidak
dianjurkan bagi rumah tangga. Yang dapat kita lakukan adalah memakai barangbarang dari plastik secara berulang-ulang atau membuat kreativitas sampah
plastic
Styrofoam
Penduduk perkotaan saat ini cukup akrab dengan styrofoam yang sering
digunakan sebagai pembungkus barang. Bahan ini dibuat dari zat kimia yang
berbahaya, yang apabila dibakar akan menimbulkan gas beracun. Pemakaian
styrofoam sebisa mungkin perlu dihindari, karena selain berbahaya bagi
kesehatan, sampahnya TIDAK DAPAT HANCUR secara alami.
Kertas
Menghemat penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah
sampah, kita sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur ulang
kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas
sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini dapat juga dilakukan oleh rumah
tangga, namun tidak dianjurkan untuk kertas koran karena banyak mengandung
logam berat.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sampah B3 adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Sampah B3 yang sering terdapat di rumah tangga misalnya adalah baterei,
pestisida (obat serangga), botol aerosol, cairan pembersih (karbol), dan lampu
neon. Jika dibuang ke lingkungan atau dibakar, sampah-sampah ini dapat
mencemari tanah dan membahayakan kesehatan. Pengolahan sampah B3 ini
dilakukan secara khusus di lokasi khusus yang membutuhkan pengawasan ketat
dari pemerintah. Pemerintah Indonesia telah menentukan lokasi khusus di
Cileungsi, Jawa Barat sebagai instalasi pengolahan limbah B3.
25
Pemilahan sampah non organik yang dapat didaur ulang kemudian di tindak lanjuti
untuk dijual agar dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.
26
3R adalah singkatan dari Reduce, Reuse dan Recycle. (3R) adalah prinsip utama
mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber, seperti contoh gambar diatas.
Reduce artinya mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian
barang. Misalnya dengan membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat
mengurangi sampah plastik dan mencegah pemakaian styrofoam.
Reuse artinya pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung
dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya
menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang.
Recycle artinya daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat hasta karya, demikian pula
dengan sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik
dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun
penghijauan.
27
28
29
BAB IV
PERENCANAAN TEKNIS SISTEM
DRAINASE PERMUKIMAN/ TERSIER
30
Flood Control
(Pengendali Banjir)
Sistem Drainase
Utama
Definisi : Terdiri
dari saluran
primer,
sekunder dan
tersier beserta
bangunan
pelengkapnya.
Pengelola :
Pemerintah
Sistem Drainase-Tersier
Definisi: Sistem saluran awal yang melayani kawasan kota
tertentu seperti kompleks perumahan, areal pasar,
perkantoran, areal industri dan komersial
Pengelola: Masyarakat, pengembang atau instansi lainnya
31
32
Kriteria Desain
Kemiringan longitudinal < 4 %, direkomendasikan antara 1 2 %
Baik digunakan pada tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tinggi.
Penampang saluran berbentuk trapesium, kemiringan lereng antara (1:1,5)
hinga (1:3); Luas penampang basah minimum 0,5 m2. Untuk bentuk
trapesium dengan kemiringan lereng (1:1,5),lebar dasar saluran sekitar 0,4 m
Untuk kompleks perumahan, saluran didesain untuk menampung debit
perode ulang 5 tahun.
Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan rendah,
dan sulit diaplikasikan untuk permukiman dengan kepadatan tinggi.
Perbedaan antara elevasi dasar saluran dengan elevasi muka air tanah
sebaiknya lebih dari 60 cm.
Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2 Ha.
Kelebihan
Merupakan kombinasi antara sistem untuk meminimalisir kuantitas aliran
permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff.
Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran dengan
perkerasan.
Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sanitasi
33
Kekurangan
Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan struktur saluran dengan
perkerasan.
Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang curam..
Memungkinkan terjadinya erosi dasar.
4.4.2 Saluran dengan Perkerasan
Drainase dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa
perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan
drainase jalan.
Kriteria Desain
Baik digunakan pada tanah yang mudah tererosi.
Pada lahan yang terbatas, dapat digunakan penampang saluran berbentuk
persegi.
Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi dan
pada lahan dengan kemringan yang terjal.
Kelebihan
Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran tanpa
perkerasan.
Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran tanpa
perkerasan.
Kekurangan
Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran dengan tanpa
perkerasan
Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi dari saluran,
debit akumulasi runoff tinggi.
34
Struktur ini adalah berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan
penyaring di dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air.
Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik untuk digunakan di
daerah permukiman.
Gambar 4-5 : Tipikal Konstruksi Drainase Swale Sistem Kering
35
Kriteria Desain
Kemiringan longitudinal < 4 %
Kemiringan lereng (1:2) atau lebih landai, direkomendasikan (1:4)
Lebar dasar saluran 0,5 2,5 m
Didesain untuk menampung debit periode ulang 25 tahun dengan freeboard
sekitar 15 cm
Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi
Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha
Kelebihan
Merupakan kombinasi antara system untuk meminimalisir kuantitas aliran
permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff.
Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran struktur perkerasan
Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Kekurangan
Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran struktur
perkerasan.
Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang curam.
Memungkinkan terjadinya akumulasi sedimen
Memungkinkan timbulnya bau yang tidak sedap serta berkembangnya nyamuk
(jika air selalu menggenang).
36
air limpasan hujan sesuai rencana. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit ini
diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah.
Sistem ini memerlukan struktur pencegah sedimen, sehingga sedimen yang mengalir
bersama air limpasan hujan dapat tertahan dan tidak ikut masuk ke dalam parit.
Struktur tambahan seperti saringan, atau struktur penahan sedimen lainnya perlu di
desain bersamaan dengan parit infiltrasi.
Gambar 4-7 : Tipikal Konstruksi Parit Infiltrasi
Kriteria Desain
Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha. Tingkat infiltrasi
tanah harus lebih besar dari 1,5 cm/jam.
Kedalaman parit antara 1 2,5 m diisi dengan agregat batu berdiameter
4 7 cm.
Memerlukan adanya struktur pencegah sedimen dan sumur pengamatan
perkolasi
Kelebihan
Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan dapat menambah volume air
tanah.
Dapat diaplikasikan pada daerah yang tidak terlalu luas dengan jenis tanah
yang relatif lolos air (porous)
Dapat digunakan untuk permukiman daerah padat maupun tidak padat.
Kekurangan
Kemungkinan terjadinya aliran polutan ke dalam air tanah, karena itu tidak
dipakai untuk sistem tercampur.
Potensi penyumbatan tinggi, sehingga sebaiknya tidak digunakan di daerah
dengan jenis tanah yang relatif halus (lempung, lanau)
Tidak dapat digunakan di daerah komersial.
Memerlukan penyelidikan geoteknik sebelum diaplikasikan.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sanitasi
37
Morfologi Lokasi
Drainase
Tanpa
Perkerasan
Drainase
Dengan
Perkerasan
Drainase
Swale
Sistem
Kering
Drainase
Swale
Sistem
Tergenang
Parit
Infiltrasi
1 Daerah Dataran /
Pantai
(slope 0 - 5 %)
Kepadatan penduduk
rendah
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk
tinggi
(>= 150 jiwa/ha)
Daerah Aliran Sungai
(slope 5 - 15 %)
Kepadatan penduduk
rendah
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk
tinggi
(>= 150 jiwa/ha)
3 Daerah Berbukit
(slope > 15 %)
Kepadatan
penduduk rendah
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan
penduduk tinggi
(>= 150 jiwa/ha)
XX
0
0
XX
XX
X (m.a.t.
tinggi)
X (m.a.t.
tinggi)
XX
XX
X (cek
dam)
X (cek
dam)
XX
XX
XX
XX
XX
XX
Keterangan :
XX = sangat layak
X = layak dengan syarat tertentu
0 = kurang layak
38