Laporan ini disusun sebagai syarat mata kuliah Plambing, dan sebagai syarat untuk mengambil
mata kuliah selanjutnya.
Disusun Oleh:
Intan Nuraeni
20513245
ASISTEN:
Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng
DOSEN:
Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng
Disusun Oleh:
Intan Nuraeni
20513245
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur perencana panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga perencana dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan
Plambing ini.
Tujuan dari Tugas perencanaan Plambing agar dapat memberi manfaat bagi
perencana dan orang lain yang membacanya. Dan juga dalam rangka untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Plambing sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus mata kuliah
Plambing. Dengan tugas ini diharapkan mahasiswa dapat merencanakan sistem plambing
apabila nantinya telah terjun di dunia kerja.
Pada kesempatan ini, perencana mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Bapak Yebi Yuriandala, S.T.,M.Sc selaku dosen Mata Kuliah Plambing serta
selaku asisten yang telah mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang
Tugas Besar Plambing.
2. Kedua orang tua perencana yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga
lancar dalam pengerjaan Tugas Perencanaan Plambing ini.
Tugas Perencanaan Sistem Plambing yang perencana susun ini belum mencapai
sempurna. Maka perencana berharap kritik serta saran untuk disampaikan sebagai koreksi
bagi perencana dalam menyusun tugas perencanaan selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Maret 2022
Perencana
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1
1.3 RUANG LINGKUP PERENCANAAN 2
BAB 2 4
KRITERIA PERENCANAAN 4
2.1 GAMBARAN UMUM PERKANTORAN 4
2.2 PERSYARATAN SISTEM PLAMBING 5
2.2.1 Persyaratan Umum 5
2.2.2 Penandaan pipa 7
2.3 PRINSIP DASAR SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 7
2.3.1 SUMBER KEBUTUHAN AIR BANGUNAN 8
2.3.2 PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR 9
2.3.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 10
Sistem sambungan langsung 10
Sistem tangki atap 11
Sistem tangki tekan 12
Sistem tanpa tangki (booster system) 13
2.3.4 TEKANAN AIR DAN KECEPATAN ALIRAN 14
2.3.5 PENENTUAN KEBUTUHAN AIR BERSIH 15
1. Berdasarkan Jumlah Penghuni 15
2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing 20
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing 20
2.3.6. Jenis Pipa Untuk Air Bersih 23
2.3.7. Groundwater dan rooftank 23
2.4 PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN DAN VENT 26
2.4.1 JENIS AIR BUANGAN 26
2.4.2 KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN 26
2.4.3 JENIS-JENIS PIPA PEMBUANGAN 29
2.4.4 KEMIRINGAN PIPA DAN KECEPATAN ALIRAN 30
2.4.5 UKURAN PIPA PEMBUANGAN 31
2.4.6 SISTEM VENT 31
2.4.7 TUJUAN SISTEM VENT 31
2.4.8 JENIS-JENIS PIPA VENT 32
2.5 KRITERIA PERENCANAAN SISTEM AIR HUJAN 33
2.5 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 35
2.5.1 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 36
2.5.2 JENIS-JENIS SISTEM PERENCANAAN 37
BAB 3
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING 40
3.1 PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH 40
3.1.1.1 Perhitungan air bersih berdasarkan luas lantai 40
3.1.1.2 Perhitungan air bersih berdasarkan jumlah alat plambing 42
3.1.1.3 Perhitungan air bersih berdasarkan UBAP 45
3.1.2 Dimensi Pipa 47
3.1.3 Ground Reservoir 51
3.1.4 Roof Tank 52
3.1.5 Perhitungan Pompa Air Bersih 54
3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN DAN VENT 58
3.2.1 IPAL Biofilter 58
3.2.2 Bio Septic Tank 60
3.2.3 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan ( Grey water dan Black water ) Dan Vent
61
3.2.4 Perhitungan Dimensi Septic Tank 68
3.3 PERENCANAAN JARINGAN AIR HUJAN 70
3.3.1 Sistem Jaringan Air Hujan 70
3.3.2 Perhitungan Debit Curah Hujan 71
3.3.2 Penentuan Diameter Pipa Jaringan Air Hujan 71
3.3.3 Penentuan Dimensi Bak Penampung Air Hujan 72
3.3.4 Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Luas 73
3.3.5 Sumur Resapan 74
3.4 PERENCANAAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 75
3.4.1 Penentuan Ukuran Diameter Pipa Pemadam Kebakaran 76
3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran 79
3.4.3 Perhitungan Sprinkler 81
3.4.4 Pompa Untuk Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran 82
3.4.5 Perencanaan Pompa 86
3.5 KONSEP RESOURCES RECOVERY DAN GREEN BUILDING 87
BAB 4
BILL OF QUALITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) 88
4.1 Pengadaan Alat Plambing dan Saniter 88
4.1.1 Pipa Air Bersih (PVC Wafin) 88
4.1.2 Aksesoris Pipa (PVC Rucika) 89
4.1.3 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih 89
4.2. Pekerjaan Air Buangan 90
4.2.1 Pipa Air Buangan dan Vent 90
4.2.2 Aksesoris Air Buangan dan Vent 90
4.3 Pekerjaan Air Hujan 91
4.3.1 Pipa Air Hujan 91
4.3.2 Aksesoris Pipa 91
4.4 Pekerjaan Air Hydrant 92
Pipa Pemadam Kebakaran 92
4.4.2 Aksesoris Pipa 92
4.4.3 Pengadaan Unit Pemadam Kebakaran 92
4.5 Perhitungan Jasa 93
4.6 Total Anggaran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN 96
Lampiran 1 Diagram Alir Air Bersih dan Denah 96
Lampiran 2 Diagram Alir Grey Water dan Denah 97
Lampiran 3 Diagram Alir Black Water dan Denah 98
Lampiran 4 Diagram Alir Vent dan Denah 99
Lampiran 5 Diagram Alir Air Hujan 100
Lampiran 6 Diagram Alir Sistem Pemadam Kebakaran 100
Lampiran 7 Isometri Air Bersih 101
Lampiran 8 Isometri Grey Water 101
Lampiran 9 Isometri Black Water 102
Lampiran 10 Isometri Pipa Vent 102
Lampiran 11 Isometri Air Hujan 103
Lampiran 12 Detail Perencanaan 104
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari 16
Tabel 2.2. Faktor pemakaian dan jumlah alat plambing 20
Tabel 2.3. Unit Beban Alat Plumbing 21
Tabel 2.4. Tabel penentuan ukuran pipa air hujan 34
Tabel 3.1 : Tabel serentak ( menggunakan interpolasi ) 43
Tabel 3.2 Dimensi Pipa Grey Water Tipe X 61
Tabel 3.3 Dimensi Pipa Grey Water Tipe Z 62
Tabel 3.4 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe X 63
Tabel 3.5 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe Z 63
Tabel 3.6 Tabel Dimensi Pipa Black Water Tipe X 64
Tabel 3.7 Dimensi Pipa Black Water Tipe Z 64
Tabel 3.8 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe X 65
Tabel 3.9 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe Z 65
Tabel 3.10 Dimensi Pipa Vent Tipe X 66
Tabel 3.11 Dimensi Pipa Vent Tipe Z 66
Tabel 3.12 UBAP 1 Lantai 67
Tabel 3.13 Penentuan diameter pipa vent 67
Tabel 3.14 Diameter pipa vent setiap lantai 68
Tabel 3.15 Penentuan Ukuran Pipa Horizontal Air Hujan 72
Tabel 3.16 Penentuan Ukuran Pipa Tegak Air Hujan 72
Tabel 3.17 Penentuan Ukuran Talang Atap 73
Tabel 4.1 Pengadaan alat plambing dan saniter 88
Tabel 4. 2 Pipa Air Bersih (PVC Wafin) 88
Tabel 4. 3 Aksesoris Pipa (PVC Rucika) 89
Tabel 4. 4 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih 89
Tabel 4. 5 Air Buangan dan Vent 90
Tabel 4. 6 Aksesoris Air Buangan dan Vent 90
Tabel 4. 7 Pipa Air Hujan 91
Tabel 4. 8 Aksesoris Pipa dan Sumur Resapan 91
Tabel 4. 9 Pipa Pemadam Kebakaran 92
Tabel 4. 10 Perhitungan Jasa 93
Tabel 4. 11 Total Anggaran 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Perencanaan Denah 4
Gambar 2.1 Pipa PVC 5
Gambar 2.2 Kloset Duduk 6
Gambar 2.3 Lavatory 6
Gambar 2.4 Sink 7
Gambar 2.5 Urinoir 7
Gambar 2.6 Sistem Sambungan Langsung 11
Gambar 2.7 Sistem Tangki Atap 12
Gambar 2.8 Sistem Tangki Tekan 13
Gambar 2.9 Tangki Atap 23
Gambar 2.10 Tangki Air Bawah 24
Gambar 2.11 Sistem Pembuangan Air Kotor 27
Gambar 2.12 Sistem pembuangan air bekas 28
Gambar 2.13 Sistem pembuangan air hujan 28
Gambar 2.14 Sistem pembuangan air dari dapur 29
Gambar 2.15 Sistem Vent 32
Gambar 2.15 Sistem Perencanaan Air Hujan 34
Gambar 2.16 Hidrant 35
Gambar 2.17 Sprinkler 36
Gambar 2.18 Pipa Tegak 36
Gambar 2.19 Pipa Tegak Kering 38
Gambar 2.20 Pipa Tegak Basah 39
Gambar 3.1 Denah Gedung Perkantoran 40
Gambar 3.2 Grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju
aliran 46
Gambar 3.3 Komponen utama pompa sentrifugal 54
Gambar 3.4 IPAL Biofilter 59
Gambar 3.5 Septic Tank 61
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan harta yang berharga untuk setiap manusia. Kesehatan juga sangat
berkaitan dengan lingkungan dimana kita berada. Entah itu lingkungan tempat tinggal kita
atau lingkungan kita melakukan aktivitas lain seperti kantor tempat kita kerja atau kampus
tempat kita menuntut ilmu. Untuk mencapai kesehatan itu tersendiri salah satu yang harus
diperhatikan adalah sanitasi dari gedung itu. Sanitasi yang sehat itu harus direncanakan
dengan baik agar tercapai lingkungan yang sehat pula.
Plumbing atau plumbing adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan,
pemeliharaan, dan perbaikan alat plambing dan pipa serta peralatanya di dalam atau di luar
gedung dengan sistem drainase saniter, drainase air hujan, ven, air minum yang dihubungkan
dengan sistem kota.
Dalam suatu bangunan gedung sistem plambing adalah sistem yang tak bisa dipisahkan
dan tak bisa dilupakan. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan plambing harus
dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapannya dengan memperhatikan
hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung dan peralatan peralatan lain yang ada
di gedung tersebut.
Dilihat dari jumlah lantainya gedung perkantoran ini terdiri dari 8 lantai. Demi
mendukung fungsi dari gedung ini maka harus disediakan air bersih, pembuangan air kotor
dan sistem untuk air hujan. dan untuk keamanannya harus tersedia sistem untuk pencegahan
kebakaran. Semua itu bertujuan untuk memberi kenyamanan penghuni gedung serta
memberikan kehidupan yang sehat penghuninya selamat menempati gedung tersebut.
1
dan sebagainya. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
a. Mampu mengalirkan air bersih dari lantai bawah atau basement hingga lantai yang
tertinggi juga ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup.
b. Mampu mengalirkan air buangan dari tempat-tempat yang diinginkan tanpa
menimbulkan gangguan dan pencemaran.
c. Mampu mengalirkan air hujan dari bagian atap tanpa menimbulkan masalah
kebocoran dan genangan untuk menghindari terjadi genangan air disuatu kawasan
yang tidak dapat menyerap air hujan secara optimal.
d. Mampu mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan guna menjaga aliran air
tetap lancar serta menjaga sekat air dari efek tekanan
e. Mampu mengantisipasi bahaya kebakaran dengan sistem pemadam kebakaran (fire
hydrant).
f. Mampu menyusun Bill of Quantity ( BOQ ) dan Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
dari perencanaan sistem plambing.
Ruang lingkup dalam tugas perencanaan mendesain sistem plambing ini adalah
perencanaan bangunan berlantai 8 dengan perpipaan dan perlengkapan yang meliputi :
1 Air Bersih :
● Kebutuhan air
● Reservoir (ground dan/atau elevated)
2
● Pompa
● Pipa air bersih
2 Air Buangan :
● Pipa air buangan dan vent
● Pipa pembuangan gedung menuju septic tank atau IPAL
3 Air Hujan :
● Perencanaan jaringan dan dimensi penyaluran air hujan
● Bangunan resapan
● Saluran drainase
4 Pemadam kebakaran :
● Kebutuhan air dan unit pemadam kebakaran
● Pompa
❖ Bentuk bangunan dan tipe ruang saniter harus mencakup diantaranya :
➢ Teori alasan yang digunakan
➢ Perhitungan
➢ Gambar denah dan isometri pipa
➢ BOQ (Bill of Quantity) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
3
BAB 2
KRITERIA PERENCANAAN
Perencanaan sistem plambing ini akan diaplikasikan pada sebuah gedung perkantoran
seluas 1600 m2 untuk 1 (satu) lantai, memiliki 8 lantai serta menggunakan tipe denah III. Dalam
gedung perkantoran tersebut memuat dua tipe ruangan saniter yaitu tipe x, dan z.
4
2.2 PERSYARATAN SISTEM PLAMBING
Alat-alat plambing yang dipasang sebaiknya memenuhi standar yang diacu dan standar
produk lain yang terkait di luar acuan normatif. Alat plambing yang memenuhi persyaratan
standar (pada lampiran E SNI 8153 : 2015) melalui pengujian oleh laboratorium uji terakreditasi
dapat memperoleh sertifikat SNI untuk alat plambing tersebut. Bahan-bahan yang digunakan
sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat berikut :
Jenis alat plambing yang ada di Indonesia kini sangat beragam mulai dari varian bentuk
ataupun manfaatnya. Namun, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan serta anggaran
yang disediakan. Dalam konsep gedung perkantoran ini ada beberapa alat plambing utama yang
akan digunakan, diantaranya adalah :
a. Pipa : Jenis alat plambing berbentuk tabung yang berfungsi untuk mengalirkan zat cair
dari suatu tempat ke tempat yang lain.
5
Gambar 2.2 Kloset Duduk
c. Lavatory: Bak yang digunakan untuk mencuci tangan dan muka, biasa disebut dengan
wastafel.
6
Gambar 2.4 Sink
e. Urinoir : Sebuah tempat buang air kecil berdiri yang biasanya digunakan untuk laki-laki.
Tempat tersebut kebanyakan di tempat-tempat umum seperti mall, bioskop, restoran, kafe,
atau fasilitas umum lain.
Pemasangan sistem penyediaan air minum dan non air minum dalam gedung harus diberi
tanda dengan jelas dan dapat diidentifikasi. Setiap sistem harus diberi tulisan dan tanda arah
aliran pada pipa dengan cat berwarna.
a. Pipa air bersih harus diberi tulisan “air minum” berlatar biru dengan tulisan huruf besar
b. Pipa air limbah harus diberi tulisan “grey water” berlatar kuning untuk air buangan yang
berasal dari floor drain dan wastafel dan bertulisan “black water” berlatar coklat untuk air
limbah dari kloset dan urinoir dengan tulisan huruf besar.
c. Pipa air kebakaran harus ditandai dengan kata “hydrant” berlatar merah dalam huruf besar
d. Pipa air hujan harus ditandai dengan kata-kata “air hujan” dalam huruf besar
e. Pipa air daur ulang harus diberi tulisan air “daur ulang” dengan huruf besar
7
2.3.1 SUMBER KEBUTUHAN AIR BANGUNAN
Sumber utama air bersih dalam gedung perkantoran ini adalah air dari PDAM
yang akan didistribusikan menggunakan sistem tangki atap. Dalam sistem ini air
ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (ground reservoir), dipasang pada lantai
terendah gedung atau di bawah muka tanah, kemudian dipompakan ke suatu tangki
atas (roof tank) yang dipasang di atas lantai tertinggi gedung, dalam hal ini adalah
lantai delapan. Dari tangki ini, air akan didistribusikan ke setiap lantai secara merata.
Dengan memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis
penggunaan gedung yang sudah tercantum di buku panduan maupun SNI
8153-2015, jumlah air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Pemakaian air
rata-rata dapat pula dihitung dengan membaginya untuk 24 jam. Pada waktu-waktu
tertentu pemakaian air ini akan melebihi pemakaian air rata-rata, dan yang tertinggi
dinamakan pemakaian air jam puncak. Laju aliran air pada jam puncak inilah yang
digunakan untuk menentukan ukuran pipa dinas maupun pipa utama pompa
penyediaan air. Untuk menghitung kebutuhan air bersih per hari setiap pegawai
gedung perkantoran dapat diperoleh melalui tiga cara perhitungan, berdasarkan
jumlah penghuni, berdasarkan jumlah alat plambing, dan berdasarkan unit beban alat
plambing
8
2.3.2 PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR
9
c) Pukulan Air (water hammer)
Pukulan air atau water hammer dapat terjadi apabila aliran air
dalam pipa dihentikan secara mendadak misalnya dengan menggunakan
katup atau keran. Penghentian secara tiba-tiba ini menyebabkan
kenaikan tekanan yang tajam dalam pipa sehingga seringkali
menimbulkan getaran pada pipa. Selain itu, apabila pukulan air ini
mengenai peralatan plambing dapat menyebabkan kerusakan. Seperti
patahnya pipa, kebocoran dan suara berisik. Artinya, dapat mengurangi
umur kerja peralatan dan sistem pipa. Langkah pencegahan pukulan air
dapat dilakukan dengan cara :
- Menghindari tekanan kerja yang terlalu tinggi pada sistem
perpipaan
10
tidak mencukupi. Biasanya sistem ini diterapkan untuk perumahan dan
gedung-gedung rendah. Begitupun sama halnya dengan sistem tanpa
tangki atau booster system.
Untuk sistem tangki atap, air dari pipa utama milik perusahaan
penyedia air minum ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground
reservoir) lalu dipompakan ke atas menuju tangki atap (roof tank). Tidak
seperti sistem tangki tekan, perubahan tekanan air dalam pipa tidaklah
begitu besar sehingga ketersediaan air di tiap waktunya cukup
stabil.Perawatannya juga lebih mudah dibandingkan dengan tangki tekan
yang harus dikuras setiap beberapa hari sekali. Dengan menggunakan sistem
ini, tekanan air yang rendah dari pipa utama juga tidak begitu menjadi
masalah karena air akan dipompa terlebih dahulu ke tanki atap baru
dialirkan ke seluruh gedung dengan menggunakan gaya gravitasi. Pada
setiap tangki bawah dan tangki atap biasanya dipasangkan alarm guna
memberikan tanda bahwa muka air telah rendah dan air penuh. tanda atau
11
alarm ini juga bisa difungsikan sebagai pemicu pompa untuk bekerja
otomatis sehingga tidak harus bekerja terlalu sering yang dapat
memperpendek usia pompa.
12
tangki.
Pada sistem ini tidak digunakan tanki sama sekali, air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air
langsung dari pipa utama. Pada sistem tanpa tangki ini dapat mengurangi
resiko pencemaran terhadap air karena tidak menggunakan tangki atap
atau pun tangki bawah, namun untuk penyediaan air sangat bergantung
pada pelayanan penyedia air minum dalam hal ini PDAM.
Untuk perencanaan gedung ini digunakan sistem tangki atap. Dalam sistem
ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan tersebut:
13
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hamper tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahan muka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara
otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.
3. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan tangki
tekan.
Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang
memberikan tanda suara untuk muka air rendah dan air penuh. Tanda suara
(alarm) ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi
bangunan.
Tekanan dan kecepatan aliran air cukup vital dalam kaitannya dengan
pergerakan air dalam pipa. Tekanan air yang terlalu tinggi dapat mempercepat
kerusakan peralatan plambing karena seringnya terjadi pukulan air. Selain itu
pancaran air yang keluar dari pipa juga akan terlalu keras sehingga apabila
terkena pemakai akan menimbulkan rasa sakit dan mengurangi kenyamanan.
Sedangkan apabila tekanan airnya terlalu rendah akan menyebabkan beberapa
kesulitan seperti penyediaan air yang kurang merata ke seluruh lantai gedung
atau tidak dapat beroperasinya alat plambing yang membutuhkan tekanan tinggi,
seperti contohnya kloset yang menggunakan katup gelontor.
Adapun untuk kecepatan aliran air, apabila terlalu tinggi akan
menyebabkan seringnya terjadi pukulan air yang dapat merusak peralatan
plambing, menimbulkan suara berisik dari pipa dan menyebabkan cepat
ausnya permukaan pipa. Ausnya permukaan pipa tersebut tentu saja dapat
mengurangi kekuatan pipa dan menimbulkan kemungkinan terjadinya
14
kebocoran yang tidak diinginkan. Sedangkan apabila kecepatan terlalu
rendah, akan memicu terjadinya pengendapan kotoran pada dinding pipa dan
juga korosi.
Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), secara umum tekanan
standar ditetapkan sebesar 1,0 kg/cm2 sedangkan untuk tekanan statisnya
bagi hotel dan perumahan (termasuk juga apartemen) diusahakan sebesar
2,5-3,5 kg/cm2. Sedangkan untuk kecepatan air, umumnya digunakan standar
kecepatan sebesar 0,3-2,5 m/detik.
Dari ketiga metode tersebut, yang dinilai paling akurat yaitu melalui
metode berdasarkan jumlah pemakai. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
jumlah penghuni dalam gedung (dalam hal ini adalah gedung apartemen)
telah diketahui secara pasti jumlahnya, sehingga upaya penaksiran
kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan lebih baik.
Metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata air dari setiap penghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni. Apabila jumlah penghuni ketehui atau ditetapkan,
angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari
15
berdasarkan standar yang berlaku. Namun apabila jumlah penghuni tidak
diketahui biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan
hunian per luas lantai.
Qh = Qd / T
Dimana :
Pemakaian rbandingan
rata-rata air dengan luas
Pemakai
sehari Lantai (%)
No Jenis gedung an air Keterangan
(Jam)
rata-rata
(Liter)
16
gah
4. Asrama 120 8 Bujangan : 120 liter
Bujangan
17
pria : 60
Wanita : Setiap
100 penumpang (yang tiba
maupun berangkat)
13. Stasiun/terminal 3 15 Untuk penghuni : 160
liter
Untuk penghuni : 160
liter;
14. Restoran 30 5 Pelayan 100 liter;
: 70% dari
jumlah tamu perlu 15
15. Restoran umum 15 7 liter/orang untuk kakus,
cuci
tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
16 Gedung 30 5 53-55 pemakaian air
. pertunjukan Dihitung per
penonton.
Jam pemakaian air
dalam tabel adalah
17 Gedung bioskop 10 3 untuk satu kali
. pertunjukan
18 Toko pengecer 40 6 -
. idem- Pedagang besar
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “Plambing”, PT. Pradnya
19
2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui,
misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya, serta jumlah dari setiap jenis
alat plambing dalam gedung tersebut. Perhitungannya dilakukan pada setiap alat
plambing.
Hasil perkalian dikalikan dengan faktor penggunaan serentak sesuai dengan tabel 2,
kemudian dijumlahkan.
Dalam metode ini untuk setiap alat plambing mempunyai nilai unit beban
tersendiri. Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban alat plambing
yang dilayani nya. Suplai air yang diperlukan pada setiap perlengkapan plambing
dinyatakan dalam fixture unit (FU) atau unit beban alat plambing (UBAP), seperti
ditunjukkan pada tabel berikut yang mencakup kebutuhan air panas dan dingin.
20
Tabel 2.3. Unit Beban Alat Plumbing
Kemudian dari jumlah total Unit Beban Alat Plambing (UBAP) dicari besarnya
laju aliran air dengan melihat kurva hubungan antara Unit Beban Alat Plambing
(UBAP) dengan laju aliran. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit
beban alat plambing dengan laju aliran air dengan memasukan faktor kemungkinan
alat serempak dari alat-alat plambing.
21
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban plumbing dengan
laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari
alat-alat plambing.
Sistem pipa yang diterapkan dalam perencanaan ini adalah sistem pengaliran air
ke bawah dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Desain gedung sangat cocok untuk sistem pengaliran air ke bawah karena pada
lantai teratas memiliki langit – langit yang cukup untuk memasang pipa mendatar.
2. Pipa utama yang akan digunakan lebih pendek dibanding sistem pengaliran air ke
atas.
3. Pipa ke bawah yang dipakai lebih dari satu guna untuk menyamakan tekanan air.
22
2.3.6. Jenis Pipa Untuk Air Bersih
● Kuat
● Ekonomis
● Tahan terhadap guncangan dan tekanan
● Tidak membebani terlalu berat pada kolom-kolom gedung
● Tidak rusak akibat pengangkutan kasar
2.3.7. Groundwater dan rooftank
A. Tangki air
Tangki air dibagi menjadi dua jenis yaitu :
23
yang dapat dimasukkan dalam waktu 10 sampai 15 menit oleh pompa angkat (yang
memompakan air dari tangki bawah ke tangki atas). Kapasitas efektif tangki atas
dinyatakan dalam rumus :
Diketahui :
Ground reservoir ini berfungsi menampung air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk menentukan kapasitas ground reservoir ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Vgr = Qd – (Qs × T)
Diketahui :
Vgr = Volume tangki air bawah (m3)
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/menit)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/menit)
24
T = Rata-rata pemakaian air per hari (jam/hari)
a. Penentuan ukuran pipa
Ukuran dari pipa pelayanan dan meteran air dalam bangunan gedung dapat
ditentukan sebagai berikut :
1. Tentukan tekanan yang tersedia pada meter air;
2. Tambahkan atau kurangi tekanan dengan melihat perubahan elevasi. Untuk
perubahan tekanan sebesar ½ psi (0,35 m) adalah untuk setiap perubahan perbedaan
tinggi sebesar 0,305 m antara tinggi air di meteran air dengan tinggi air yang keluar
di gedung.
3. Pilih “rentang tekanan” yang diinginkan pada Tabel 4;
4. Pilih “panjang pipa” sesuai dengan yang dibutuhkan;
5. Tentukan “nilai UBAP” sama atau melebihi jumlah unit perlengkapan plambing
yang dibutuhkan;
6. Setelah mendapatkan butir e), maka jumlah UBAP yang tepat dapat digunakan
untuk menentukan panjang pipa, diameter pipa, dan meter air. Tidak ada pipa
layanan bangunan gedung berdiameter kurang dari ¾ inci (20 mm
25
2.4 PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN DAN VENT
26
Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan
dikumpulkan dalam suatu saluran terpisah yang kemudian
dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.
3. Sistem pembuangan tak langsung
Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai
gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.
Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya jenis-jenis
air buangan tersebut disalurkan sesuai dengan klasifikasi di bawah ini :
● Klasifikasi menurut jenis air buangan:
1. Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan
lain-lain dalam gedung yang selanjutnya dialirkan keluar gedung
atau menuju riol umum.
27
Gambar 2.12 Sistem pembuangan air bekas
3. Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap
gedung ataupun tempat lainnya, yang kemudian dikumpulkan
dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.
28
Gambar 2.14 Sistem pembuangan air dari dapur
2.4.3 JENIS-JENIS PIPA PEMBUANGAN
Pada perencanaan ini akan digunakan pipa PVC karena tidak mempunyai
sifat korosif sehingga tahan lama dan juga lebih ringan serta harganya lebih
murah dibanding pipa lain.
Berikut ini merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari
sistem pembuangan, yaitu antara lain :
1. Pipa Pembuangan Alat Plambing
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat
plambing dengan pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya
dipasang tegak dan ukurannya harus sama atau lebih besar dari
lubang keluar perangkap pada alat plambing.
2. Pipa Cabang Mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan
pipa pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air
buangan.
3. Pipa Tegak Air Buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air
buangan dari pipa-pipa cabang mendatar.
29
4. Pipa Tegak Air Kotor
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air
kotor dari pipa-pipa cabang mendatar.
5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air
bekas dari pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air
dalam gedung, pipa pembuangan gedung ini umumnya dibatasi
hingga jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar gedung.
6. Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan
gedung dengan riol umum ataupun instalasi pengolahan.
2.4.4 KEMIRINGAN PIPA DAN KECEPATAN ALIRAN
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari
satu per diameternya (dalam mm). Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6
sampai 1,2 m/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat
dibuat lebih landai daripada ukuran standar asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6
m/detik. Jika kurang, kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada
akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya kalau terlalu cepat akan
menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak tekanan
dalam pipa. Hal ini mungkin akan merusak fungsi air penutup dalam perangkap alat
plambing. Di samping itu, kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung
30
menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat
plambing.
Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak,
walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang
panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm.
31
Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, maka pipa vent harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Sekat air dalamnya harus
sekurang-kurangnya 50 mm.
1) Ven tunggal. Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.
2) Ven lup. Pipa ven ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan
disambungkan kepada ven pipa tegak.
3) Ven pipa tegak. Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan,
di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.
4) Ven bersama. Pipa ven satu ini adalah salah satu pipa ven yang melayani
perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar
dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut
disambungkan bersama.
5) Ven basah. Pipa ven basah adalah pipa ven yang juga menerima air buangan
berasal dari alat plambing selain kloset.
32
6) Ven pelepas, adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dalam pipa
pembuangan.
7) Pipa ven balik, adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah,
setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah
dipasang mendatar di bawah lantai.
8) Pipa ven yoke. Pipa ven ini adalah suatu ven pelepas yang menghubungkan
pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan
tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem perencanaan air hujan yaitu :
Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen pendukung
seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette and
Van Hattum, Tim 2006: Chao-Hsien Liaw and Yao-Lung Tsai 2004). Kendala yang dihadapi
dalam memanen air hujan belum memenuhi pedoman standar air hujan yang fluktuatif serta
kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Pengambilan air baku
dari air hujan dengan menggunakan desain bak penampung air hujan (PAH) yang harus
memenuhi volume minimal 15 t/orang/hari untuk kebutuhan maksimal jumlah bulan musim
kering dalam satu tahun.
Bangunan gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan
dari atap dan halaman. Air hujan yang jatuh di atas atap bangunan gedung harus disalurkan
melalui talang datar dan vertikal ke bidang resapan atau direkayasa dengan pemilihan
tekhnologi drainase. Rekayasa tersebut sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, ekonomis, maupun berwawasan lingkungan.
33
Saluran air hujan tersebut direncanakan agar dapat mengalirkan air sesuai dengan syarat-syarat
teknis yang dapat ditetapkan, baik kapasitas aliran maupun stabilitas konstruksi.
Ukuran perpipaan pada bidang datar, seperti lahan terbuka pada atap, basement, atau
lainnya, ditentukan sesuai dengan Tabel di bawah ini.
34
2.5 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Sistem pemadam kebakaran harus ada dalam setiap gedung-gedung dan fasilitas
umum. Sistem perencanaan pemadam kebakaran bertujuan untuk melindungi gedung,
fasilitas yang ada, di dalam gedung dan di sekitar gedung serta penghuni atau pemakai
gedung dari bahaya kebakaran yang mungkin timbul serta untuk memudahkan
penyelamatan dan operasi pemadam kebakaran agar dapat dilakukan secara efektif.
Dalam perencanaan sistem pemadam kebakaran ini ada beberapa istilah yang akan
sering digunakan, antara lain :
Hidran : Alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle = nozel) untuk
mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
Sprinkler : Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata. Berdasarkan SNI 03-3989- 2000 radius maksimum pancaran
air dari sprinkler adalah 4.6 m.
35
Gambar 2.17 Sprinkler
Pipa Tegak : Pipa vertikal yang mengalirkan air dari sumber pemadam kebakaran
menuju pipa hydrant dan sprinkler.
2. Kebutuhan air
3. Tekanan air
Tekanan air yang dibutuhkan untuk alat pemadam kebakaran cukup besar.
Hal ini disebabkan karena fire hydrant harus mampu menyuplai air dengan debit
yang besar dan pancaran air yang kuat. Sisa tekanan air yang biasanya dipakai
dalam perencanaan sistem fire hydrant adalah sebesar 10 meter kolom air (1
kg/cm2).
38
b. Pipa tegak basah
Pipa yang dipasang tegak dalam bangunan untuk tujuan pemadaman kebakaran
dan diisi secara tetap dengan air dari pasokan yang bertekanan, dan dilengkapi dengan
katup landing pada berbagai lantai. Ketentuan pipa tegak basah dipersyaratkan jika
tinggi bangunan yang dihuni lebih dari 40 meter. Diameter nominal pipa tegak untuk
bangunan lebih dari 40 m adalah 150 mm. (SNI 03-1735- 2000)
39
BAB 3
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING
Perencanaan sistem plambing ini akan diaplikasikan pada sebuah gedung perkantoran
seluas 1600 m2 untuk 1 (satu) lantai, memiliki 8 lantai serta menggunakan tipe denah III.
Dalam gedung perkantoran tersebut memuat dua tipe ruangan saniter yaitu tipe x, dan z. Tiap
ruang saniter terbagi atas dua, yaitu toilet pria dan toilet wanita. Pada toilet pria terdiri atas 3
buah kloset katup gelontor, 4 buah urinoir, 2 buah wastafel, dan 3 buah keran air. Pada toilet
wanita terdiri atas 3 buah kloset katup gelontor, 3 buah wastafel, dan 3 buah keran air. Gambar
ruang saniter adalah sebagai berikut:
● Jumlah penghuni luas lantai (d) yaitu 5 – 10 m²/orang dan menggunakan nilai 10 m²
Jumlah Penghuni = Luas Efektif/d = 7680 m²/8 m²/orang = 960 orang
● Debit aliran per hari dengan rata rata pemakaian air/orang/hari = 100 lt/orang/hari
Q = jumlah penghuni × pemakaian air/orang/hari
= 960 orang ×100 lt/orang/hari
= 96000lt/hari
= 96 m³/hari
● Diperkirakan perlu tambahan sampai sekitar 20% untuk mengatasi kebocoran pancuran
pipa, tambahan air, tambahan air untuk ketel pemanas gedung atau mesin pendingin
gedung, penyiraman taman dsb
Qd = ( 96000 x 20% ) + 96000
= 115200 lt/hari
= 115,2 m³/hari
● Jangka waktu pemakaian rata rata sehari gedung perkantoran adalah 8 jam/hari, maka
untuk kebutuhan air bersih rata rata adalah
Qh = Qd/t
= 115,2 m³/hari / 8 jam/hari
= 14,4 m³/jam
● Perhitungan debit puncak digunakan konstanta C₁ yang berkisar 1.5 – 2.0 maka
pemakaian air pada jam puncak adalah
Qh-max = C₁ ×Qh
41
= 2 × 14,4 m³/jam
= 28,8 m³/jam
● Sedangkan pemakaian air untuk menit puncak dimana konstanta C₂ berkisar antara 3.0
– 4.0
Qm-max = ( C₂ × Qh )/60 menit
= (3 × 14,4 )/60 menit
= 0.72 m³/menit
(1) Perhitungan faktor pemakaian (%) dari masing-masing alat plambing berdasarkan tabel
adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan tabel jumlah total kloset adalah 12 x 8 (lantai) ada 96, maka terletak
diantara 70 dan 100 maka : Faktor penggunaan serentak untuk kloset
sebesar 10%. Jadi kebutuhan air bersih untuk kloset dengan katup gelontor adalah
= 96 buah x 15 liter x 12 jam x 10%
= 1728 liter / jam
b. Berdasarkan tabel jumlah total urinoir adalah 8 x 8 (lantai) ada 64, terletak di
antara 50 dan 70 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir adalah 35 %.
Jadi kebutuhan air bersih untuk urinoir dengan alat plambing biasa adalah
43
= 64 buah x 5 liter x 12 jam x 35%
= 1267,2 liter / jam
c. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total wastafel adalah 10 x 8 (lantai) ada 80, maka
terletak diantara 70 dan 100 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir
adalah 33%. Jadi kebutuhan air bersih untuk wastafel adalah
= 80 buah x 10 liter x 12 jam x 33 %
= 3360 liter / jam
d. Berdasarkan tabel jumlah total keran adalah 12 x 8 (lantai) ada 96, maka terletak
diantara 70 dan 100 maka :
Faktor penggunaan serentak untuk keran adalah 33%. Jadi kebutuhan air bersih
untuk kran (bak cuci tangan kecil) adalah
= 96 buah x 35 liter x 3 jam x 33%
= 3326,4 liter / jam
45
Jenis Alat Jumlah Alat Unit Beban Alat Jumlah Total Beban
Plambing Plambing Unit Alat Plambing
Kloset 96 5 480
Urinal 64 5 320
Lavatory 80 2 160
Keran 96 2 192
Jumlah 1152
Gambar 3.2 Grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran
Dengan menggunakan kurva (1) gambar 3.4 diperoleh pemakaian air serentak 8 lantai
sebesar 856 m3 / menit. Pemakaian air pada menit puncak (Qm-maks)
● Qm – Maks = 856 m³/menit
● Menghitung Qh
𝑄ℎ
Qm – Maks = C₂ × 60
𝑄ℎ
856 =3× 60
17120 m³/jam = Qh
46
● Menghitung Qd
𝑄𝑑
Qh = 𝑡
𝑄𝑑
17120 = 8
Qd = 17120 × 8
= 136,96 m³/hari
Penentuan dimensi pipa jaringan air bersih dapat dilakukan dengan membuat
UBAP pada masing-masing sistem. Setelah UBAP diketahui maka dimensi pipa dapat
diketahui juga dengan menggunakan tabel UBAP unit untuk menentukan ukuran pipa
dan diameter pipa, seperti berikut ini ;
SANITER X
A1 1 2 0.75 1
A2 1 2 0.75 0.5
A3 1 2 0.75 1
47
A4 1 2.5 0.75 3
A5 1 2 0.75 1
A6 1 2.5 0.75 0.5
A7 1 2 0.75 1
A8 1 3 0.75 0.5
A9 1 3 0.75 1
A10 1 3 0.75 0.5
A11 1 3 0.75 1
A12 1 3 0.75 4
A13 1 2 0.75 3
A14 1 2.5 0.75 0.5
A15 1 1 4.5 0.75 1.7
A16 1 1 4.5 0.75 0.7
A17 1 2 0.75 1.7
A18 1 2.5 0.75 0.3
A19 1 1 4.5 0.75 0.5
A20 1 1 4.5 0.75 0.5
A21 1 2.5 0.75 1
A22 1 2.5 0.75 1.7
A23 1 1 4.5 0.75 0.3
A24 1 1 4.5 0.75
0.5
A25 1 2.5 0.75
0.5
A26 1 2.5 0.75
7.5
A27 1 2 0.75
0.7
A28 1 2 0.75
0.7
A29 1 2 0.75
1.7
48
A30 1 2 0.75
0.7
A31 1 2 0.75
1
A32 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A33 1 2 6.5 0.75
0.7
A34 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A35 1 2 0.75
0.7
A36 1 1 4.5 0.75
1
A37 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A38 1 2.5 0.75
0.7
A39 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A40 1 2 0.75
0.7
A41 1 1 4.5 0.75
1
A42 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A43 1 2.5 0.75
0.7
A44 1 2 0.75
2.5
A45 2 4 0.75
0.7
A46 3 1 2 13.5 0.75
1
A47 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A48 6 4 5 6 392 2.5
0.5
SANITER Z
Beban yang ditanggung LANTAI 1
Panjang
Notasi Peturasa DIAME
kloset sink shower BEBAN (m)
n TER
B1 1 2 0.75 0.7
B2 2 4 0.75 0.5
B3 1 2 0.75 0.7
49
B4 1 1 4 0.75 0.7
B5 2 1 6 0.75 0.5
B6 1 1 4.5 0.75 0.7
B7 1 3 0.75 0.5
B8 1 3 0.75 0.7
B9 1 3 0.75 0.7
B10 4 3 18 1 0.5
B11 1 2.5 0.75 0.5
B12 1 2.5 0.75 0.7
B13 1 2 0.75 2
B14 1 1 4.5 0.75 0.5
B15 3 1 9.5 0.75 1.5
B16 1 2.5 0.75 0.5
B17 1 2.5 0.75 0.5
B18 1 2 0.75 0.7
B19 1 2.5 0.75 0.3
B20 3 1 9.5 0.75 0.5
B21 1 2 0.75 1
B22 4 3 18 1 1.7
B23 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B24 1 3 0.75 0.7
B25 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B26 1 3 0.75 0.7
B27 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B28 1 2 0.75 0.7
B29 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B30 1 3 0.75 0.7
B31 3 4 3 1 27.5 1 0.7
B32 1 2.5 0.75 0.7
B33 3 7.5 0.75 0.5
B34 1 2.5 0.75 0.5
B35 1 2 0.75 0.7
B36 1 2 0.75 0.7
B37 1 2 0.75 0.7
B38 2 1 7 0.75 0.7
B39 1 2.5 0.75 0.5
B40 1 2 0.75 0.7
50
B41 1 2 0.75 0.7
B42 1 2 0.75 0.7
B43 2 1 7 0.75 0.7
B44 6 4 5 6 49 1.25 0.5
B45 1 2.5 0.75 4
B46 1 2.5 0.75 0.7
B47 6 4 5 6 49 1.25 0.7
B48 6 4 5 6 392 2.5 0.5
Kebutuhan rata-rata air bersih adalah sebesar 136,96 m3/hari, dimana angka
tersebut diambil dari nilai Qd pada perhitungan unit beban alat plambing. Rumus yang
digunakan adalah
(
𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 )
Dimana :
Vr = Volume Ground Reservoir
Qd = Kebutuhan air per hari
Qs = Kebutuhan air dinas
t = Rata-rata pemakaian air per hari
Vf = Volume kebutuhan untuk pemadam kebakaran
Dalam perencanaan ini, kebutuhan air untuk fire hydrant dibuat terpisah
sehingga rumus diatas menjadi :
(
𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 )
2
Diasumsikan kapasitas pipa dinas (Qs) adalah 3
dari rata-rata per jam,
𝑄𝑠 =
2
3 ( )𝑚 /𝑗𝑎𝑚
×
𝑄𝑑
𝑡
3
𝑄𝑠 =
2
3 (
×
136,96
8 )𝑚 /𝑗𝑎𝑚
3
3
𝑄𝑠 = 11, 41 𝑚 /𝑗𝑎𝑚
51
Diasumsikan bahwa durasi jam kerja kantor adalah 8 jam.
● 𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 ( )
( )
3
3 𝑚
𝑉𝑟 = 136, 96 𝑚 − 11, 41 𝑗𝑎𝑚
𝑥 8 𝑗𝑎𝑚 + 27,39
𝑉𝑟 = 73,04 m3/jam
Dimensi ground reservoir yang direncanakan yaitu berjumlah dua berbentuk segiempat
dengan ketinggian rencana 3 m, serta ukuran panjang sama dengan lebar reservoir.
Maka dimensinya:
𝑉 = 𝑝 ×𝑙×𝑡
3
73,04 𝑚 2
2 𝑗𝑎𝑚
= 𝑝 ×3𝑚
73,04 3
2 2
𝑚 /𝑗𝑎𝑚
𝑝 = 3
2
𝑝 = 12,17422
𝑝 = 3, 49 m
Maka didapatkan p = 3,49 m dan l = 3, 49 m
Qp = Kebutuhan puncak ( 𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 )
Qmax = Kapasitas pompa pengisi ) ( 𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
52
Diasumsikan Tp = 30 menit, Tpu = 10 menit, dan berdasarkan unit beban alat plambing
didapatkan nilai Qp = 0.85 m3/menit dan Q max = 0,57 m3/menit.
17,12 𝑚3
= 2
= 8,56 m3
Merencanakan dimensi roof tank berbentuk tabung dengan tinggi sebesar 3 m + ruang
ambang bebas (free board) 0,3 m, sehingga :
1 2
𝑉𝐸 = 4
×π×𝐷 ×𝑡
1 2
17, 12 = 4
×3, 14×𝐷 ×3 𝑚
2
17, 12 = 2, 355 𝐷
3
2 17,12 𝑚
𝐷 = 2,355
𝐷 = 1, 817 𝑚
53
Maka dimensi masing-masing roof tank yang diperlukan untuk dapat menampung
volume efektif roof tank (VE) yang sebesar 17,12m3 adalah :
Pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dari ground reservoir ke roof tank
adalah pompa jenis sentrifugal. Prinsip kerja pompa sentrifugal yaitu dengan
mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial melalui suatu
impeller yang berputar dalam casing. Gaya sentrifugal yang timbul karena adanya
gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar).
54
Gambar 3.3 Komponen utama pompa sentrifugal
1,85
𝑄 ×𝐿
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
1,85
0,00125 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×100
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×130×0,05 )
𝐻𝑓 = 0,0016 m
⮚ Hf mayor discharge (Pompa-Rooftank)
1,85
𝑄 ×𝐿
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
3 1,85
0,00125 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×37
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×130×0,05 )
𝐻𝑓 = 0,000258 m
Headloss mayor total = Hf suction + Hf discharge
= 0,0016 m + 0,000258 m
Headloss mayor total = 0,001882 m
a. Minor losses (Hm)
Suction
Dengan : K= 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔
( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81 × 2×9,81
56
Hf = 0,420241 m
Discharge
Dengan : K = 1,5
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔
( )×4
2
3,19
𝐻𝑓 = 1, 5 × 2×9,81
Hf = 3,11 m
Dengan : K= 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔
( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81× 2×9,81
Hf = 0,42 m
Dengan : K = 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
57
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔
( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81 × 2×9,81
Hf = 0,42 m
Headloss minor total= suction + discharge
Headloss minor total= 0,42 + 3,95
Headloss minor total= 4,37 m
b. Sisa Tekan
Sisa tekan yang digunakan adalah 2 m
c. Head Sistem
2
𝑣
Hsistem = Hf mayor + Hf minor + sisa tekan + 2𝑔
2
3,19
= 0,001882 m + 4,373 m + 2 m + 2 𝑥 9,81
m
Hsistem = 6,8943 m
Setelah diketahui Head sistem dan Head statis maka Head pompa dapat
diketahui :
Head pompa = Hstatis + Hsistem
= 38,19 m + 6,8943 m
Head pompa = 45,0848 m
d. Perhitungan Daya Pompa
Pompa berfungsi untuk memompa air di ground reservoir agar sampai ke
rooftank. Untuk menghitung daya pompa dapat dihitung dengan rumus:
P=Qx ρxHxg
= 0,00125 x 1000 x 45,0848 x 9,81
= 552,8524 watt
58
3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN DAN VENT
Dalam perencanaan penyaluran air buangan pada gedung ini dibedakan menjadi 2
macam air buangan yaitu Black water dan Grey water. Black water adalah air buangan dari
limbah manusia sedangkan Grey water adalah air buangan non-manusia seperti berasal dari
floor drain dan lavatory. Seluruh air buangan black water diarahkan ke septictank dan untuk
grey water disalurkan ke bak penampung kemudian lanjut disalurkan ke sebuah IPAL
dengan pengolahan yang berbeda, setelah itu lalu dibuang ke drainase perkotaan.
Ruang saniter juga diberi pipa vent supaya udara dari pipa penyaluran air buangan
alat saniter tetap bersirkulasi. Pipa vent manfaatnya untuk menjaga sekat perangkap dari
efek sifon atau tekanan, menjaga aliran tetap lancar dalam pipa pembuangan dan
mensirkulasi udara dalam pipa pembuangan.
59
Gambar 3.4 IPAL Biofilter
60
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan
(overflow) dialirkan ke bak klorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses klorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob
tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), juga dapat menurunkan
konsentrasi ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
3.2.3 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan ( Grey water dan Black water ) Dan Vent
Perhitungan diameter pipa air buangan dan vent mengacu pada tabel 10 UBAP
yang tertera dalam SNI 8153:2015. Untuk menentukannya pipa air buangan perlu
61
diperhatikan apakah berbentuk vertikal atau horizontal. Dan untuk penentuan
diameternya bisa dilihat pada tabel pada SNI 8153:2015.
Memuat pembuatan jalur dan isometri jaringan pipa air buangan dan vent,
perhitungan dimensi pipa, sistem pengolahan sederhana (septic tank dan resapan)
A. Grey Water
Tabel 3.2 Dimensi Pipa Grey Water Tipe X
B. Black Water
64
Tabel 3.6 Tabel Dimensi Pipa Black Water Tipe X
65
20 10 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0
24 10 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0
192 8 4.0 168 4.0 144 4.0 120 4.0 96 4.0 72 4.0 48 4.0 24 4.0
C. Vent
Akhir dari jalur pipa vent nantinya akan dikeluarkan keluar gedung melewati atap
gedung.
Tabel 3.10 Dimensi Pipa Vent Tipe X
A2 -Horizontal 2 3,3
A3-Vertikal 1 4,7
A4 -Horizontal 3 2,5
66
A5-Vertikal 2 4,7
A6 -Horizontal 3 3,5
A7-Vertikal 1 3,7
A8 -Horizontal 2 3,3
A9-Vertikal 2 4,7
A10 -Horizontal 3 1
A11-Vertikal 3 3,7
B1-Vertikal 1 3,7
B2 -Horizontal 3 3,3
B3-Vertikal 1 4,7
B4-Horizontal 3 2,5
B5-Vertikal 2 4,7
B6-Horizontal 3 6,7
B7-Horizontal 3 4,2
B8-Vertikal 2 4,7
B9-Vertikal 2 4,7
B10-Horizontal 3 1
B11-Vertikal 3 3,7
Berdasarkan jenis tipe vent yang digunakan dalam pembangunan gedung perkantoran 8
(delapan) lantai tersebut yaitu menggunakan jenis pipa vent loop maka diameter pipa vent
tersebut dapat diperoleh setengah dari diameter pipa pembuangan, sehingga diperoleh pada
tabel diatas tersebut.
67
Jenis alat
plambing Jumlah Beban Total
kloset 6 4 24
wastafel 10 1 10
Urinal 8 2 16
Floordrain 16 2 32
Total 82
Tabel 3.12 UBAP 1 Lantai
1 82 3
2 82 164 4
68
LANTAI UBAP UBAP KUMULATIF DIAMETER
3 82 246 4
4 82 328 5
5 82 410 5
6 82 492 5
7 82 574 5
8 82 656 6
Pada bangunan gedung perkantoran 8 lantai ini akan dibuat septic tank dengan bentuk
persegi panjang. Dalam gedung ini, terdapat dua wadah untuk pembuangan akhir, yaitu septic
tank (buangan dari kloset) serta IPAL (buangan dari floor drain, urinal dan lavatory). Oleh
karena itu, perlu diketahui volume yang dapat ditampung oleh septic tank dan IPAL beserta
dimensinya dengan cara sebagai berikut :
Volume Tangki Septik
● Volume Lumpur (VLumpur)
𝐴 = 𝑃𝑥𝑁𝑥𝑆
Dimana :
ALumpur = Volume lumpur yang dapat ditampung (liter)
P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik (orang)
N = Jangka waktu pengurasan lumpur (tahun)
S = Rata-rata lumpur terkumpul (l/orang/tahun)
𝐴 = 𝑃×𝑁×𝑆
𝑙
𝐴 = 960 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔× 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛×40 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔.𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
3
𝐴 = 192000 𝑙 = 192 𝑚
● Volume Cairan (VCairan)
𝐵 = 𝑃 𝑥 𝑞 𝑥 𝑇ℎ
Dimana :
B = Volume cairan yang dapat ditampung (Liter)
P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
q = Kuantitas air limbah (Liter/orang/hari)
Th = waktu penahanan minimum (hari)
Dimana,
𝑞 = 80%×100 𝑙(𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝑙
𝑞 = 80 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐵 = 2641,27 L
𝐵 = 2,64 m3
● Volume Septic Tank Total
70
Volume Total =A+B
= 192 m3 + 2,64 m3
= 194,64 m3
❖ Dimensi Perbandingan = 2:1 (SNI 03-2398-2002)
❖ Direncanakan panjang dan lebar septic tank adalah 10 m dan 5 m, dan tinggi septic
tank dapat dihitung dengan:
V = 𝑝×𝑙×𝑡
3
194,64 𝑚 = 10 𝑚×5 𝑚×𝑡
𝑡 = 3, 89 𝑚
Dalam gedung perkantoran 8 lantai yang telah direncanakan ini atap yang digunakan
adalah atap berbentuk pelana yang menggunakan roof drain sebagai perlengkapan drainase
untuk menyalurkan air hujan dari atap menuju tangki air hujan. Dalam perencanaan sistem
jaringan air hujan ini terdapat 2 buah roof drain. Air hujan dimasukkan ke dalam recycle
tank agar air hujan ini dapat dimanfaatkan untuk hidran box.
Pipa jaringan air hujan terbagi 2, ada pipa tegak dan pipa mendatar. Dalam
perencanaan ini yang menjadi pipa tegak adalah pipa yang mengalirkan air hujan dari atas
menuju dasar gedung. Sedangkan pipa mendatar adalah pipa yang menghubungkan dari
roof drain menuju pipa tegak dan yang menghubungkan dari pipa tegak menuju recycle
tank.
Penentuan debit air hujan berdasarkan pada intensitas curah hujan pada daerah
di mana lokasi gedung tersebut. Gedung perkantoran yang direncanakan berada di
71
Kota Indramayu, Jawa Barat dan intensitas hujan yang dimiliki yaitu 1.869 mm/tahun
dengan luas atap 1600 m2. Maka rumus debit air hujannya yaitu:
Q =C×I×A
Dimana :
Q = debit air hujan (m3/detik)
C = konstanta (0,5-1) = 0,7
I = intensitas hujan (mm/jam) = 90 mm/jam
A = luas atap = 1600 m2
Maka, debit air hujannya adalah:
Q =C×I×A
= 0,7 × 90 m/jam × 1600m2
= 100,8 m3/jam
Q = 28 liter/detik
3.3.2 Penentuan Diameter Pipa Jaringan Air Hujan
Penentuan diameter pipa jaringan air hujan didapatkan dari Tabel 16,Tabel
17,dan Tabel 18 pada SNI 8153:2015. Dengan data sebagai berikut :
Luas Atap = 1600 m 2
Debit (Q) = 100,8 m3/jam
= 28 liter/detik
Intensitas Hujan = 90 mm/jam
Kemiringan = 2 % (asumsi)
Tabel 3.15 Penentuan Ukuran Pipa Horizontal Air Hujan
72
Berdasarkan Tabel 16 pada SNI 8153:2015,dapat diketahui bahwa ukuran Pipa
Horizontal dari sistem drainase pada gedung ini berukuran yaitu sebesar 8 inci.
Tabel 3.16 Penentuan Ukuran Pipa Tegak Air Hujan
Berdasarkan Tabel 17 pada SNI 8153:2015,dapat diketahui bahwa ukuran Pipa Tegak
dari sistem drainase pada gedung ini berukuran yaitu sebesar 6 inci
2
Luas 1 = 50 x 20 = 1000 𝑚
73
2
𝑚
74
ukuran sumur resapan dengan diasumsikan bahwa kedalaman (t) sumur sebesar 6
meter.
1 2
V= 4
π1, 4 6
V = 9,2316 m3
V = 9,2316 m3
Sumur resapan yang direncanakan akan digunakan sebanyak 1 buah dengan
berbentuk balok dengan kedalaman 6 meter.
Perhitungan dimensi sumur resapan :
V =PxLxT
9,2316 m3 = a x a x 6
a2 = 1,5386 m2
a = 1,24 m = P = L
Pada perencanaan ini, jika terdapat kelebihan debit akan dialirkan ke drainase kota.
76
3.4.1 Penentuan Ukuran Diameter Pipa Pemadam Kebakaran
Persyaratan untuk menentukan diameter pipa antara lain adalah debit minimum tiap
box hydrant adalah 400 L/menit dan debit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan satu
hydrant pillar adalah 38 L/detik dan 19 liter/detik untuk hydrant pillar kedua sedangkan
hydrant pillar ketiga dan keempat masing-masing debitnya bertambahnya sebesar 20 L/detik.
Tiap post hydrant harus menjangkau 38 m jauhnya api dan tekanan minimum 3,5 bar. Pada
gedung ini didesain 4 pillar hydrant dan 2 hydrant box disetiap lantainya.
Tabel 3.18 Jumlah Pasokan Air Hydrant Halaman
Berdasarkan SNI 03-1735:2000 , diameter nominal pipa tegak adalah 100 mm (4 inch)
untuk bangunan dengan ketinggian 10 m s/d 40 m. Sedangkan untuk pipa horizontalnya
sebagai berikut;
● Hydrant Pillar
a. Hydrant Pillar 1
Q = 38 L/detik = 0,04 m3/detik
Q =AxV
𝑄
A = 𝑉
3
1 2 0.038 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠
77
D2 = 0,019
D = 0,14 m
D = 140 mm = 6 inch
b. Hydrant Pillar 2
Q = 19 L/detik = 0,019 m3/detik
Q =AxV
𝑄
A = 𝑉
3
1 2 0.019 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠
D2 = 0,01
D = 0,1 m
D = 100 mm = 4 inch
c. Hydrant Pillar 3
Q = 20 L/detik = 0,02 m3/detik
Q =AxV
𝑄
A = 𝑉
3
1 2 0.02 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠
D2 = 0,01
78
D = 0,1 m
D = 100 mm = 4 inch
d. Hydrant Pillar 4
Q = 20 L/detik = 0,02 m3/detik
Q =AxV
𝑄
A = 𝑉
3
1 2 0.02 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠
D2 = 0,01
D = 0,1 m
D = 100 mm = 4 inch
● Hydrant Box
Q = 400 L/menit = 0,4 m3/menit = 0,0067 m3/detik
Q =AxV
𝑄
A = 𝑉
3
1 2 0.0067 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠
D2 = 0,00341
D = 0,058 m
79
D = 58 mm = 3 inch
= 102600 L
= 102,6 m3
b. Hydrant Pillar 2
HP2 = 19 L/detik = 1140 L/menit
Vhp = Qhp x t
= 51300 L
= 51,3 m3
c. Hydrant Pillar 3
HP3 = 1200 L/menit
Vhp = Qhp x t
= 54000 L
= 54 m3
d. Hydrant Pillar 4
HP3 = 1200 L/menit
Vhp = Qhp x t
80
= 1200 L/menit x 45 menit
= 54000 L
= 54 m3
Total Vhp = HP1 + HP2 + HP3 + HP4
= 102,6 + 51,3 + 54 + 54
= 261,9
● Hydrant Box
Terdapat 2 Hydrant box pada setiap lantai sehingga total hydrant box pada
gedung 8 lantai ini sebanyak 16 hydrant box.
Vhb = Qhb x t x jumlah hydrant
= 192000 L
= 192 m3
81
c. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping
sebesar ¼ area jangkauan sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air
Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut:
X=4m–(¼ x4m)
=3m
Maka, luas daerah efektif yang dilindungi adalah
A=3mx3m
= 9 m2
Jadi, jumlah sprinkler yang dibutuhkan
7680 𝑚2
= 9 𝑚2
= 854 sprinkler
Untuk 1 lantai jumlah sprinkler yang dipasang sebanyak 107 buah
V=QXT
Dimana,
V = volume kebutuhan air (m3)
Q = kapasitas air (m3/s)
T = waktu operasi sistem
V = Q tiap sprinkler x jumlah sprinkler yang pecah (asumsi)
= 0,00061 m3 /s x 35 x 8
= 0,1711 m3 /s = 0,00285 m3 /menit
Misalkan T = waktu operasi sistem selama 30 menit, maka kebutuhan air
sebagai berikut:
V=QxT
82
= 0,1711 m3 /s x 30 menit (1800 sekon)
= 309 m3
1,85
𝑄 ×𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
1,85
0,04 × 1,3
= 2,63 1,85
(0,2785×130×0,03 )
= 102, 9 𝑚
● Minor Losses Suction
2
𝑉
𝐻𝑓 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 90 × 2×𝑔
2
(2,5)
= (0, 35)× 2×9,81
= 0, 1115 𝑚
1,85
0,0067 ×36
= 2,63 1,85
(0,2785×130×0,03 )
= 113,9 m
2
(2,5)
= (0. 35 + 0, 35 + 3, 6)× 2×9,81
= 1,37 m
Head Statis = Beda tinggi ground reservoir dengan ujung pipa discharge
2
(2,5)
= 12,23 + (103) + (115,24) + 2+ 2×9,81
= 232,8 m
a. Daya Pompa
Daya Pompa = ρ x g x H x Q
Dimana
84
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
G = percepatan grafitasi (m/s2)
H = head total dari pompa (m)
Q = debit air (m3/s)
Daya Pompa =ρxgxHxQ
= 1000 x 9,81 x 232,8 x 0,0067
= 15224,8 watt
= 15,225 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 15,225 kw.
1,85
𝑄 ×𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
1,85
0,0067 × 17
= 2,63 1,85
(0,2785×140×0,058 )
= 1, 85 𝑚
● Minor Losses Suction
2
𝑉
𝐻𝑓 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 90)× 2×𝑔
2
(2,5)
= (0, 35)× 2×9,81
= 0, 1115 𝑚
2
(2,5)
= (0, 35 + 0. 75 + 28, 8)× 2×9,81
= 9,524 m
Head Statis = Beda tinggi ground reservoir dengan ujung pipa discharge
= 18,68 - 1,96
= 16,71 m
2
𝑉
Head pompa total = Head statis + Hf Mayor + Hf Minor + sisa tekan (2 m)+ 2×𝑔
2
(2,5)
= 16,71 + 1,96 + 18,68 + 2 + 2×9,81
= 37,67 m
b. Daya Pompa
Daya Pompa = ρ x g x H x Q
86
Dimana
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
G = percepatan grafitasi (m/s2)
H = head total dari pompa (m)
Q = debit air (m3/s)
Daya Pompa =ρxgxHxQ
= 1000 x 9,81 x 37,67 x 0,0067
= 2463,65 watt
= 2,5 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 2,5 kw.
87
3.5 KONSEP RESOURCES RECOVERY DAN GREEN BUILDING
Gedung perkantoran ini akan dibangun dengan konsep green building. Berikut beberapa
konsep yang akan diterapkan pada gedung perkantoran 8 lantai :
1. Rainwater Harvesting
Bangunan kantor akan direncanakan menggunakan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan air hujan dari atap kemudian air hujan akan ditampung menuju sumur
resapan yang terletak di dasar bangunan. Saat di dasar bangunan air tersebut akan
merembes kebawah dan akan digunakan kembali untuk air tanah. Air hujan yang
ditampung juga akan digunakan sebagai air cadangan sumber air bersih. Selain itu air
hujan juga dapat digunakan untuk menyiram tanaman yang ditanam di sekitar gedung,
sehingga dapat menghemat kebutuhan air bersih yang digunakan.
2. Pembuatan Taman atau Penanaman tumbuhan hijau di area rooftop
Pembuatan taman hijau ini agar terjadinya keseimbangan lingkungan tetap
terjaga dan tidak terganggu. Fungsi dari tanaman ini untuk penyerapan air hujan
menjadi air tanah, dan untuk menyediakan kebutuhan oksigen. Dan taman atau
tanaman hijau ini dibangun sebagai isolator yang nantinya bisa mengurangi panas dari
terik matahari agar suhu di gedung perkantoran tetap stabil.
3. Pembuatan sejenis pabrik kecil untuk mengolah grey water dan black water
Tujuan pembuatan pabrik kecil ini mempunyai alasan yang sederhana yaitu
pabrik kecil ini digunakan untuk pengolahan grey water dan black water dengan
canggih mendaur ulang grey water dan black water yang kembali ke kamar mandi
untuk menyiram toilet dan digunakan untuk irigasi atap selama cuaca hangat atau pada
musim panas.
88
BAB 4
BILL OF QUALITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
alat plambing
NO URAIAN SPESIFIKASI JUMLAH HARGA SATUAN SUB TOTAL
Toto Tipe
1 Kloset duduk 96 Rp 2,520,000 Rp 241,920,000
CW702J/SW78
2 Wastafel Tipe L237V1B 80 Rp 1,631,000 Rp 130,480,000
3 Shower TOTO T23BQ13 96 Rp 454,000 Rp 43,584,000
4 Urinoir TOTO UW447JT1 64 Rp 5,000,000 Rp 320,000,000
5 Floor drain Tipe TX 1AN 128 Rp 115,000 Rp 14,720,000
Total Rp 750,704,000
air
bersih
DIAMETER PANJANG HARGA
NO URAIAN PANJANG JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PIPA PERBATANG
90
PANJANG
DIAMETER PANJANG JUMLA HARGA
NO URAIAN PERBATANG( SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PIPA(METER) H PERBATANG
METER)
91
18 T-90 3/4 83 100 1 Rp 280,000 Rp 280,000
Total Rp 33,747,350
air hujan
PANJANG
PANJANG
DIAMETER PERBATA HARGA
NO URAIAN PIPA(MET JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) NG PERBATANG
ER)
(METER)
1 Pipa PVC 5 222 4 56 Rp 68,000 Rp 3,774,000
2 Pipa PVC 6 0 4 0 Rp 76,120 Rp -
3 Pipa PVC 8 0 4 0 Rp 85,630 Rp -
Total Rp 3,774,000
aksesoris
JUMLAH
DIAMETER KEBUTUH PER HARGA
NO URAIAN JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) AN KOTAK PERKOTAK
(PCS)
1 Belokan 90 6 27 8 3.375 Rp 161,400 Rp 544,725
2 T-90 6 16 5 3.2 Rp 194,300 Rp 621,760
3 T-90 5 14 16 0.875 Rp 50,800 Rp 44,450
4 Reducer 6x5 10 8 1.25 Rp 77,200 Rp 96,500
5 Reducer 6x8 18 5 3.6 Rp 87,920 Rp 316,512
Total Rp 1,623,947
Rp
1 Pipa baja 3 1856 4 464 Rp 287,400
133,353,600
2 Pipa baja 5 192 4 48 Rp 365,000 Rp 17,520,000
3 Pipa baja 6 0 4 0 Rp 428,900 Rp -
4 Pipa baja 8 0 4 0 Rp 542,800 Rp -
Total 150,873,600
aksesoris
JUMLAH
DIAMETER HARGA
NO URAIAN KEBUTUHAN PERKOTAK JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PERKOTAK
(PCS)
1 Belokan 90 6 7 8 2 Rp 185,000 Rp 370,000
2 Belokan 90 3 30 24 2 Rp 241,900 Rp 483,800
3 T-90 5 20 16 2 Rp 158,700 Rp 317,400
Total Rp 1,171,200
93
Rp
5 Selang Hydrant 16 Rp 1,705,000
27,280,000
Head Pendant 3-4 Rp
6 Sprinkler 854 Rp 40,000
Green 93° - ZST 34,160,000
Rp
Total
147,094,000
HARGA
JUMLAH
URAIAN KOEFISIE SATUAN
NO SATUAN PEKERJ HARGA
PEKERJAA N UPAH/HA
A
N RI
rekapan RAB
NO URAIN SUB TOTAL
1 Alat plambing Rp 750,704,000
2 Sistem air bersih Rp 200,514,780
3 Sistem air buangan dan ven Rp 50,070,010
4 Sistem air hujan Rp 5,397,947
5 Total Upah Pekerja Rp 650,025,000
6 Sistem pemadam kebakaran Rp 299,138,800
Total Rp 1,955,850,537
94
95
DAFTAR PUSTAKA
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 2 Diagram Alir Grey Water dan Denah
98
Lampiran 3 Diagram Alir Black Water dan Denah
99
Lampiran 4 Diagram Alir Vent dan Denah
100
Lampiran 5 Diagram Alir Air Hujan
101
Lampiran 7 Isometri Air Bersih
102
Lampiran 9 Isometri Black Water
103
Lampiran 11 Isometri Air Hujan
104
Lampiran 12 Detail Perencanaan
105