Anda di halaman 1dari 113

TUGAS PERENCANAAN

PLAMBING SEMESTER GENAP 2021/2022


GEDUNG PERKANTORAN 8 LANTAI

Laporan ini disusun sebagai syarat mata kuliah Plambing, dan sebagai syarat untuk mengambil
mata kuliah selanjutnya.

Disusun Oleh:
Intan Nuraeni
20513245

ASISTEN:
Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng
DOSEN:
Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS PERENCANAAN PLAMBING SEMESTER
GENAP 2021/2022

Disusun Oleh:
Intan Nuraeni
20513245

Disetujui Oleh: Disetujui Oleh:

Dosen Mata Kuliah Plambing Asisten Pembimbing

Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng Yebi Yuriandala,S.T.,M.Eng


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur perencana panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga perencana dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan
Plambing ini.
Tujuan dari Tugas perencanaan Plambing agar dapat memberi manfaat bagi
perencana dan orang lain yang membacanya. Dan juga dalam rangka untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Plambing sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus mata kuliah
Plambing. Dengan tugas ini diharapkan mahasiswa dapat merencanakan sistem plambing
apabila nantinya telah terjun di dunia kerja.
Pada kesempatan ini, perencana mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Bapak Yebi Yuriandala, S.T.,M.Sc selaku dosen Mata Kuliah Plambing serta
selaku asisten yang telah mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang
Tugas Besar Plambing.
2. Kedua orang tua perencana yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga
lancar dalam pengerjaan Tugas Perencanaan Plambing ini.
Tugas Perencanaan Sistem Plambing yang perencana susun ini belum mencapai
sempurna. Maka perencana berharap kritik serta saran untuk disampaikan sebagai koreksi
bagi perencana dalam menyusun tugas perencanaan selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Maret 2022

Perencana
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

BAB 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1
1.3 RUANG LINGKUP PERENCANAAN 2

BAB 2 4

KRITERIA PERENCANAAN 4
2.1 GAMBARAN UMUM PERKANTORAN 4
2.2 PERSYARATAN SISTEM PLAMBING 5
2.2.1 Persyaratan Umum 5
2.2.2 Penandaan pipa 7
2.3 PRINSIP DASAR SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 7
2.3.1 SUMBER KEBUTUHAN AIR BANGUNAN 8
2.3.2 PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR 9
2.3.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 10
Sistem sambungan langsung 10
Sistem tangki atap 11
Sistem tangki tekan 12
Sistem tanpa tangki (booster system) 13
2.3.4 TEKANAN AIR DAN KECEPATAN ALIRAN 14
2.3.5 PENENTUAN KEBUTUHAN AIR BERSIH 15
1. Berdasarkan Jumlah Penghuni 15
2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing 20
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing 20
2.3.6. Jenis Pipa Untuk Air Bersih 23
2.3.7. Groundwater dan rooftank 23
2.4 PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN DAN VENT 26
2.4.1 JENIS AIR BUANGAN 26
2.4.2 KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN 26
2.4.3 JENIS-JENIS PIPA PEMBUANGAN 29
2.4.4 KEMIRINGAN PIPA DAN KECEPATAN ALIRAN 30
2.4.5 UKURAN PIPA PEMBUANGAN 31
2.4.6 SISTEM VENT 31
2.4.7 TUJUAN SISTEM VENT 31
2.4.8 JENIS-JENIS PIPA VENT 32
2.5 KRITERIA PERENCANAAN SISTEM AIR HUJAN 33
2.5 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 35
2.5.1 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 36
2.5.2 JENIS-JENIS SISTEM PERENCANAAN 37

BAB 3
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING 40
3.1 PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH 40
3.1.1.1 Perhitungan air bersih berdasarkan luas lantai 40
3.1.1.2 Perhitungan air bersih berdasarkan jumlah alat plambing 42
3.1.1.3 Perhitungan air bersih berdasarkan UBAP 45
3.1.2 Dimensi Pipa 47
3.1.3 Ground Reservoir 51
3.1.4 Roof Tank 52
3.1.5 Perhitungan Pompa Air Bersih 54
3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN DAN VENT 58
3.2.1 IPAL Biofilter 58
3.2.2 Bio Septic Tank 60
3.2.3 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan ( Grey water dan Black water ) Dan Vent
61
3.2.4 Perhitungan Dimensi Septic Tank 68
3.3 PERENCANAAN JARINGAN AIR HUJAN 70
3.3.1 Sistem Jaringan Air Hujan 70
3.3.2 Perhitungan Debit Curah Hujan 71
3.3.2 Penentuan Diameter Pipa Jaringan Air Hujan 71
3.3.3 Penentuan Dimensi Bak Penampung Air Hujan 72
3.3.4 Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Luas 73
3.3.5 Sumur Resapan 74
3.4 PERENCANAAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 75
3.4.1 Penentuan Ukuran Diameter Pipa Pemadam Kebakaran 76
3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran 79
3.4.3 Perhitungan Sprinkler 81
3.4.4 Pompa Untuk Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran 82
3.4.5 Perencanaan Pompa 86
3.5 KONSEP RESOURCES RECOVERY DAN GREEN BUILDING 87

BAB 4
BILL OF QUALITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) 88
4.1 Pengadaan Alat Plambing dan Saniter 88
4.1.1 Pipa Air Bersih (PVC Wafin) 88
4.1.2 Aksesoris Pipa (PVC Rucika) 89
4.1.3 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih 89
4.2. Pekerjaan Air Buangan 90
4.2.1 Pipa Air Buangan dan Vent 90
4.2.2 Aksesoris Air Buangan dan Vent 90
4.3 Pekerjaan Air Hujan 91
4.3.1 Pipa Air Hujan 91
4.3.2 Aksesoris Pipa 91
4.4 Pekerjaan Air Hydrant 92
Pipa Pemadam Kebakaran 92
4.4.2 Aksesoris Pipa 92
4.4.3 Pengadaan Unit Pemadam Kebakaran 92
4.5 Perhitungan Jasa 93
4.6 Total Anggaran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

LAMPIRAN 96
Lampiran 1 Diagram Alir Air Bersih dan Denah 96
Lampiran 2 Diagram Alir Grey Water dan Denah 97
Lampiran 3 Diagram Alir Black Water dan Denah 98
Lampiran 4 Diagram Alir Vent dan Denah 99
Lampiran 5 Diagram Alir Air Hujan 100
Lampiran 6 Diagram Alir Sistem Pemadam Kebakaran 100
Lampiran 7 Isometri Air Bersih 101
Lampiran 8 Isometri Grey Water 101
Lampiran 9 Isometri Black Water 102
Lampiran 10 Isometri Pipa Vent 102
Lampiran 11 Isometri Air Hujan 103
Lampiran 12 Detail Perencanaan 104
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari 16
Tabel 2.2. Faktor pemakaian dan jumlah alat plambing 20
Tabel 2.3. Unit Beban Alat Plumbing 21
Tabel 2.4. Tabel penentuan ukuran pipa air hujan 34
Tabel 3.1 : Tabel serentak ( menggunakan interpolasi ) 43
Tabel 3.2 Dimensi Pipa Grey Water Tipe X 61
Tabel 3.3 Dimensi Pipa Grey Water Tipe Z 62
Tabel 3.4 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe X 63
Tabel 3.5 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe Z 63
Tabel 3.6 Tabel Dimensi Pipa Black Water Tipe X 64
Tabel 3.7 Dimensi Pipa Black Water Tipe Z 64
Tabel 3.8 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe X 65
Tabel 3.9 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe Z 65
Tabel 3.10 Dimensi Pipa Vent Tipe X 66
Tabel 3.11 Dimensi Pipa Vent Tipe Z 66
Tabel 3.12 UBAP 1 Lantai 67
Tabel 3.13 Penentuan diameter pipa vent 67
Tabel 3.14 Diameter pipa vent setiap lantai 68
Tabel 3.15 Penentuan Ukuran Pipa Horizontal Air Hujan 72
Tabel 3.16 Penentuan Ukuran Pipa Tegak Air Hujan 72
Tabel 3.17 Penentuan Ukuran Talang Atap 73
Tabel 4.1 Pengadaan alat plambing dan saniter 88
Tabel 4. 2 Pipa Air Bersih (PVC Wafin) 88
Tabel 4. 3 Aksesoris Pipa (PVC Rucika) 89
Tabel 4. 4 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih 89
Tabel 4. 5 Air Buangan dan Vent 90
Tabel 4. 6 Aksesoris Air Buangan dan Vent 90
Tabel 4. 7 Pipa Air Hujan 91
Tabel 4. 8 Aksesoris Pipa dan Sumur Resapan 91
Tabel 4. 9 Pipa Pemadam Kebakaran 92
Tabel 4. 10 Perhitungan Jasa 93
Tabel 4. 11 Total Anggaran 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Perencanaan Denah 4
Gambar 2.1 Pipa PVC 5
Gambar 2.2 Kloset Duduk 6
Gambar 2.3 Lavatory 6
Gambar 2.4 Sink 7
Gambar 2.5 Urinoir 7
Gambar 2.6 Sistem Sambungan Langsung 11
Gambar 2.7 Sistem Tangki Atap 12
Gambar 2.8 Sistem Tangki Tekan 13
Gambar 2.9 Tangki Atap 23
Gambar 2.10 Tangki Air Bawah 24
Gambar 2.11 Sistem Pembuangan Air Kotor 27
Gambar 2.12 Sistem pembuangan air bekas 28
Gambar 2.13 Sistem pembuangan air hujan 28
Gambar 2.14 Sistem pembuangan air dari dapur 29
Gambar 2.15 Sistem Vent 32
Gambar 2.15 Sistem Perencanaan Air Hujan 34
Gambar 2.16 Hidrant 35
Gambar 2.17 Sprinkler 36
Gambar 2.18 Pipa Tegak 36
Gambar 2.19 Pipa Tegak Kering 38
Gambar 2.20 Pipa Tegak Basah 39
Gambar 3.1 Denah Gedung Perkantoran 40
Gambar 3.2 Grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju
aliran 46
Gambar 3.3 Komponen utama pompa sentrifugal 54
Gambar 3.4 IPAL Biofilter 59
Gambar 3.5 Septic Tank 61
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan harta yang berharga untuk setiap manusia. Kesehatan juga sangat
berkaitan dengan lingkungan dimana kita berada. Entah itu lingkungan tempat tinggal kita
atau lingkungan kita melakukan aktivitas lain seperti kantor tempat kita kerja atau kampus
tempat kita menuntut ilmu. Untuk mencapai kesehatan itu tersendiri salah satu yang harus
diperhatikan adalah sanitasi dari gedung itu. Sanitasi yang sehat itu harus direncanakan
dengan baik agar tercapai lingkungan yang sehat pula.
Plumbing atau plumbing adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan,
pemeliharaan, dan perbaikan alat plambing dan pipa serta peralatanya di dalam atau di luar
gedung dengan sistem drainase saniter, drainase air hujan, ven, air minum yang dihubungkan
dengan sistem kota.
Dalam suatu bangunan gedung sistem plambing adalah sistem yang tak bisa dipisahkan
dan tak bisa dilupakan. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan plambing harus
dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapannya dengan memperhatikan
hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung dan peralatan peralatan lain yang ada
di gedung tersebut.
Dilihat dari jumlah lantainya gedung perkantoran ini terdiri dari 8 lantai. Demi
mendukung fungsi dari gedung ini maka harus disediakan air bersih, pembuangan air kotor
dan sistem untuk air hujan. dan untuk keamanannya harus tersedia sistem untuk pencegahan
kebakaran. Semua itu bertujuan untuk memberi kenyamanan penghuni gedung serta
memberikan kehidupan yang sehat penghuninya selamat menempati gedung tersebut.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Sistem plambing dibuat dengan maksud untuk memberikan pelayanan bagi


masyarakat dalam hal penyediaan air bersih serta distribusinya, baik air bersih maupun
air buangan di dalam suatu bangunan seperti gedung perkantoran, sekolah, pemukiman,

1
dan sebagainya. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.

Tujuan utama diadakannya sistem plambing ini adalah untuk memenuhi


ketersediaan air bersih yang memenuhi kuantitas dan kualitas yang kontinu, serta
membuang air kotor tanpa adanya pencemaran, membuang air hujan, pendistribusian
saluran pemadam kebakaran, dan sebagainya, sehingga menjadi layak untuk ditempati
karena memenuhi syarat kesehatan, serta syarat lingkungan yang menyangkut segi etika
dan estetika.

a. Mampu mengalirkan air bersih dari lantai bawah atau basement hingga lantai yang
tertinggi juga ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup.
b. Mampu mengalirkan air buangan dari tempat-tempat yang diinginkan tanpa
menimbulkan gangguan dan pencemaran.
c. Mampu mengalirkan air hujan dari bagian atap tanpa menimbulkan masalah
kebocoran dan genangan untuk menghindari terjadi genangan air disuatu kawasan
yang tidak dapat menyerap air hujan secara optimal.
d. Mampu mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan guna menjaga aliran air
tetap lancar serta menjaga sekat air dari efek tekanan
e. Mampu mengantisipasi bahaya kebakaran dengan sistem pemadam kebakaran (fire
hydrant).
f. Mampu menyusun Bill of Quantity ( BOQ ) dan Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
dari perencanaan sistem plambing.

1.3 RUANG LINGKUP PERENCANAAN

Ruang lingkup dalam tugas perencanaan mendesain sistem plambing ini adalah
perencanaan bangunan berlantai 8 dengan perpipaan dan perlengkapan yang meliputi :
1 Air Bersih :

● Kebutuhan air
● Reservoir (ground dan/atau elevated)

2
● Pompa
● Pipa air bersih
2 Air Buangan :
● Pipa air buangan dan vent
● Pipa pembuangan gedung menuju septic tank atau IPAL
3 Air Hujan :
● Perencanaan jaringan dan dimensi penyaluran air hujan
● Bangunan resapan
● Saluran drainase
4 Pemadam kebakaran :
● Kebutuhan air dan unit pemadam kebakaran
● Pompa
❖ Bentuk bangunan dan tipe ruang saniter harus mencakup diantaranya :
➢ Teori alasan yang digunakan
➢ Perhitungan
➢ Gambar denah dan isometri pipa
➢ BOQ (Bill of Quantity) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)

3
BAB 2
KRITERIA PERENCANAAN

Standar ini mencakup spesifikasi peralatan plambing dan perencanaan, pemasangan,


perubahan, perbaikan, penggantian, penambahan, dan perawatan sistem plambing sesuai dengan
peraturan yang berlaku dengan memperhatikan peraturan lain yang berhubungan. Standar sistem
plambing ini berlaku bagi sistem plambing yang baru dipasang setelah standar ini dinyatakan
efektif berlaku, dan bagi sistem plambing lama yang mengalami perbaikan sebagian maka bagian
tersebut harus mematuhi standar plambing ini dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan
keamanan.

2.1 GAMBARAN UMUM PERKANTORAN

Perencanaan sistem plambing ini akan diaplikasikan pada sebuah gedung perkantoran
seluas 1600 m2 untuk 1 (satu) lantai, memiliki 8 lantai serta menggunakan tipe denah III. Dalam
gedung perkantoran tersebut memuat dua tipe ruangan saniter yaitu tipe x, dan z.

Gambar 2. Perencanaan Denah

4
2.2 PERSYARATAN SISTEM PLAMBING

2.2.1 Persyaratan Umum

Alat-alat plambing yang dipasang sebaiknya memenuhi standar yang diacu dan standar
produk lain yang terkait di luar acuan normatif. Alat plambing yang memenuhi persyaratan
standar (pada lampiran E SNI 8153 : 2015) melalui pengujian oleh laboratorium uji terakreditasi
dapat memperoleh sertifikat SNI untuk alat plambing tersebut. Bahan-bahan yang digunakan
sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat berikut :

o Tidak menyerap air (atau sedikit sekali)


o Mudah dibersihkan
o Tidak berkarat dan tidak mudah aus
o Relatif mudah dibuat
o Mudah dipasang

Jenis alat plambing yang ada di Indonesia kini sangat beragam mulai dari varian bentuk
ataupun manfaatnya. Namun, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan serta anggaran
yang disediakan. Dalam konsep gedung perkantoran ini ada beberapa alat plambing utama yang
akan digunakan, diantaranya adalah :

a. Pipa : Jenis alat plambing berbentuk tabung yang berfungsi untuk mengalirkan zat cair
dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Gambar 2.1 Pipa PVC


b. Kloset : Sebuah perangkat saniter yang berfungsi mengalirkan kotoran pada pipa
pembuangan.

5
Gambar 2.2 Kloset Duduk
c. Lavatory: Bak yang digunakan untuk mencuci tangan dan muka, biasa disebut dengan
wastafel.

Gambar 2.3 Lavatory


d. Sink : Bak yang digunakan untuk mencuci peralatan rumah tangga, seperti piring,
gelas, dll.

6
Gambar 2.4 Sink
e. Urinoir : Sebuah tempat buang air kecil berdiri yang biasanya digunakan untuk laki-laki.
Tempat tersebut kebanyakan di tempat-tempat umum seperti mall, bioskop, restoran, kafe,
atau fasilitas umum lain.

Gambar 2.5 Urinoir

2.2.2 Penandaan pipa

Pemasangan sistem penyediaan air minum dan non air minum dalam gedung harus diberi
tanda dengan jelas dan dapat diidentifikasi. Setiap sistem harus diberi tulisan dan tanda arah
aliran pada pipa dengan cat berwarna.

a. Pipa air bersih harus diberi tulisan “air minum” berlatar biru dengan tulisan huruf besar
b. Pipa air limbah harus diberi tulisan “grey water” berlatar kuning untuk air buangan yang
berasal dari floor drain dan wastafel dan bertulisan “black water” berlatar coklat untuk air
limbah dari kloset dan urinoir dengan tulisan huruf besar.
c. Pipa air kebakaran harus ditandai dengan kata “hydrant” berlatar merah dalam huruf besar
d. Pipa air hujan harus ditandai dengan kata-kata “air hujan” dalam huruf besar
e. Pipa air daur ulang harus diberi tulisan air “daur ulang” dengan huruf besar

2.3 PRINSIP DASAR SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH


Dalam perencanaan maupun perancangan sistem penyediaan air bersih
terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:

7
2.3.1 SUMBER KEBUTUHAN AIR BANGUNAN

Sumber utama air bersih dalam gedung perkantoran ini adalah air dari PDAM
yang akan didistribusikan menggunakan sistem tangki atap. Dalam sistem ini air
ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (ground reservoir), dipasang pada lantai
terendah gedung atau di bawah muka tanah, kemudian dipompakan ke suatu tangki
atas (roof tank) yang dipasang di atas lantai tertinggi gedung, dalam hal ini adalah
lantai delapan. Dari tangki ini, air akan didistribusikan ke setiap lantai secara merata.

a. Sumber Air Minum

Ketentuan mengenai sumber air minum adalah sebagai berikut :

● Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus mendapat air


minum yang cukup dari saluran air minum kota.
● Bila penyambungan tersebut tidak dapat dilakukan, karena tidak
tersedianya saluran air minum kota atau karena sebab lain, maka harus
disediakan sumber air lain yang memenuhi persyaratan air minum.
● Tiap persil berhak mendapat sambungan dari saluran air minum.
b. Kebutuhan Air Bersih

Dengan memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis
penggunaan gedung yang sudah tercantum di buku panduan maupun SNI
8153-2015, jumlah air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Pemakaian air
rata-rata dapat pula dihitung dengan membaginya untuk 24 jam. Pada waktu-waktu
tertentu pemakaian air ini akan melebihi pemakaian air rata-rata, dan yang tertinggi
dinamakan pemakaian air jam puncak. Laju aliran air pada jam puncak inilah yang
digunakan untuk menentukan ukuran pipa dinas maupun pipa utama pompa
penyediaan air. Untuk menghitung kebutuhan air bersih per hari setiap pegawai
gedung perkantoran dapat diperoleh melalui tiga cara perhitungan, berdasarkan
jumlah penghuni, berdasarkan jumlah alat plambing, dan berdasarkan unit beban alat
plambing

8
2.3.2 PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR

Pencegahan pencemaran yang terjadi di air adalah hal yang paling


utama dalam penyediaan air bersih, walaupun pada kenyataannya pencemaran
dapat dengan mudah terjadi. Maka langkah pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya pencemaran tersebut haruslah benar-benar diperhatikan. Berikut ini
adalah beberapa kemungkinan penyebab pencemaran beserta langkah
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :

a) Larangan Hubungan Pintas (cross connection)

Hubungan pintas yaitu suatu hubungan secara fisik antara dua


sistem perpipaan yang berbeda, misalnya antara sistem pipa untuk
air bersih dengan sistem pipa lain yang berbeda kualitas airnya.
Contohnya membuat hubungan pintas antara sebuah tangki air
minum dengan tangki untuk air bukan minum. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya aliran air dari satu sistem ke sistem
lainnya sehingga dapat menimbulkan perpaduan antara dua air yang
dari system yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kualitas
airnya. Hubungan pintas ini dapat dihindari salah satunya dengan
tidak memasang pipa air bersih maupun peralatannya dalam posisi
terendam air buangan atau bahan pencemar lainnya.

b) Aliran Balik (backflow)

Alian balik merupakan aliran air atau fluida lain yang


berasal dari sistem perpipaan atau peralatan lain yang bukan air
bersih ke dalam sistem perpipaan air bersih sehingga seringkali
menyebabkan pencemaran. Aliran balik ini terjadi karena timbulnya
tekanan negatif dalam pipa sehingga air bersih mengalir ke arah
sebaliknya diikuti dengan masuknya air dari sistem perpipaan lain.
Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menggunakan
celah atau rongga udara dan pemecah vakum.

9
c) Pukulan Air (water hammer)
Pukulan air atau water hammer dapat terjadi apabila aliran air
dalam pipa dihentikan secara mendadak misalnya dengan menggunakan
katup atau keran. Penghentian secara tiba-tiba ini menyebabkan
kenaikan tekanan yang tajam dalam pipa sehingga seringkali
menimbulkan getaran pada pipa. Selain itu, apabila pukulan air ini
mengenai peralatan plambing dapat menyebabkan kerusakan. Seperti
patahnya pipa, kebocoran dan suara berisik. Artinya, dapat mengurangi
umur kerja peralatan dan sistem pipa. Langkah pencegahan pukulan air
dapat dilakukan dengan cara :
- Menghindari tekanan kerja yang terlalu tinggi pada sistem
perpipaan

- Menghindari kecepatan pengaliran air yang terlalu tinggi

- Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air

- Menggunakan dua katup bola pelampung dalam tangki air

2.3.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993) pada sistem penyediaan air


bersih terdapat beberapa variasi yang saat ini biasa digunakan, diantaranya
adalah :

1. Sistem sambungan langsung

Sistem sambungan langsung mengalirkan air dari pipa utama


milik perusahaan penyedia air minum langsung menuju pipa distribusi
dalam gedung. Sistem ini kurang cocok diimplementasikan pada
gedung-gedung tinggi karena terbatasnya tekanan pada pipa utama serta
dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama sehingga dikhawatirkan
tidak dapat mengalirkan air hingga lantai teratas karena tekanan yang

10
tidak mencukupi. Biasanya sistem ini diterapkan untuk perumahan dan
gedung-gedung rendah. Begitupun sama halnya dengan sistem tanpa
tangki atau booster system.

Gambar 2.6 Sistem Sambungan Langsung

2. Sistem tangki atap

Untuk sistem tangki atap, air dari pipa utama milik perusahaan
penyedia air minum ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground
reservoir) lalu dipompakan ke atas menuju tangki atap (roof tank). Tidak
seperti sistem tangki tekan, perubahan tekanan air dalam pipa tidaklah
begitu besar sehingga ketersediaan air di tiap waktunya cukup
stabil.Perawatannya juga lebih mudah dibandingkan dengan tangki tekan
yang harus dikuras setiap beberapa hari sekali. Dengan menggunakan sistem
ini, tekanan air yang rendah dari pipa utama juga tidak begitu menjadi
masalah karena air akan dipompa terlebih dahulu ke tanki atap baru
dialirkan ke seluruh gedung dengan menggunakan gaya gravitasi. Pada
setiap tangki bawah dan tangki atap biasanya dipasangkan alarm guna
memberikan tanda bahwa muka air telah rendah dan air penuh. tanda atau

11
alarm ini juga bisa difungsikan sebagai pemicu pompa untuk bekerja
otomatis sehingga tidak harus bekerja terlalu sering yang dapat
memperpendek usia pompa.

Gambar 2.7 Sistem Tangki Atap

3. Sistem tangki tekan

Untuk sistem tangki tekan, harga awal pemasangan memang


lebih rendah daripada menggunakan sistem tangki atap. Namun,
kekurangan dari sistem ini adalah akan terjadi fluktuasi tekanan dalam
pipa sehingga aliran air tidak akan stabil. Padahal, untuk sistem
penyediaan air bersih pada gedung apartemen, air harus selalu tersedia
setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dalam gedung. Selain itu, setiap
beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke dalam tangki atau
dengan menguras seluruh air dari dalam tangki. Hal ini bertujuan untuk
mengganti kembali udara yang hilang atau terlarut ke dalam air yang
tersimpan dalam tangki sehingga tekanan dapat kembali normal. Jumlah
air efektif yang tersimpan dalam tangki juga relatif sedikit sehingga
pompa akan lebih sering bekerja untuk mengisi kembali air ke dalam

12
tangki.

Gambar 2.8 Sistem Tangki Tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)

Pada sistem ini tidak digunakan tanki sama sekali, air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air
langsung dari pipa utama. Pada sistem tanpa tangki ini dapat mengurangi
resiko pencemaran terhadap air karena tidak menggunakan tangki atap
atau pun tangki bawah, namun untuk penyediaan air sangat bergantung
pada pelayanan penyedia air minum dalam hal ini PDAM.

Untuk perencanaan gedung ini digunakan sistem tangki atap. Dalam sistem
ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan tersebut:

13
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hamper tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahan muka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara
otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.
3. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan tangki
tekan.
Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang
memberikan tanda suara untuk muka air rendah dan air penuh. Tanda suara
(alarm) ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi
bangunan.

2.3.4 TEKANAN AIR DAN KECEPATAN ALIRAN

Tekanan dan kecepatan aliran air cukup vital dalam kaitannya dengan
pergerakan air dalam pipa. Tekanan air yang terlalu tinggi dapat mempercepat
kerusakan peralatan plambing karena seringnya terjadi pukulan air. Selain itu
pancaran air yang keluar dari pipa juga akan terlalu keras sehingga apabila
terkena pemakai akan menimbulkan rasa sakit dan mengurangi kenyamanan.
Sedangkan apabila tekanan airnya terlalu rendah akan menyebabkan beberapa
kesulitan seperti penyediaan air yang kurang merata ke seluruh lantai gedung
atau tidak dapat beroperasinya alat plambing yang membutuhkan tekanan tinggi,
seperti contohnya kloset yang menggunakan katup gelontor.
Adapun untuk kecepatan aliran air, apabila terlalu tinggi akan
menyebabkan seringnya terjadi pukulan air yang dapat merusak peralatan
plambing, menimbulkan suara berisik dari pipa dan menyebabkan cepat
ausnya permukaan pipa. Ausnya permukaan pipa tersebut tentu saja dapat
mengurangi kekuatan pipa dan menimbulkan kemungkinan terjadinya

14
kebocoran yang tidak diinginkan. Sedangkan apabila kecepatan terlalu
rendah, akan memicu terjadinya pengendapan kotoran pada dinding pipa dan
juga korosi.
Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), secara umum tekanan
standar ditetapkan sebesar 1,0 kg/cm2 sedangkan untuk tekanan statisnya
bagi hotel dan perumahan (termasuk juga apartemen) diusahakan sebesar
2,5-3,5 kg/cm2. Sedangkan untuk kecepatan air, umumnya digunakan standar
kecepatan sebesar 0,3-2,5 m/detik.

2.3.5 PENENTUAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk bangunan bertingkat,


kapasitas peralatan dan dimensi pipa maupun tangki dibuat berdasarkan pada
jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan pada bangunan tersebut.
Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan air tersebut, diantaranya
adalah :
1. Metode berdasarkan jumlah pemakai

2. Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

3. Metode berdasarkan unit beban alat plambing

Dari ketiga metode tersebut, yang dinilai paling akurat yaitu melalui
metode berdasarkan jumlah pemakai. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
jumlah penghuni dalam gedung (dalam hal ini adalah gedung apartemen)
telah diketahui secara pasti jumlahnya, sehingga upaya penaksiran
kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan lebih baik.

1. Berdasarkan Jumlah Penghuni

Metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata air dari setiap penghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni. Apabila jumlah penghuni ketehui atau ditetapkan,
angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari
15
berdasarkan standar yang berlaku. Namun apabila jumlah penghuni tidak
diketahui biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan
hunian per luas lantai.

Qh = Qd / T

Pemakaian air pada jam puncak dinyatakan:

Qh – max = (c1) (Qh)

Pemakaian air pada menit puncak dinyatakan:

Qh – max = (c2) (Qh/60)

Dimana :

Qh : Pemakaian air rata-rata (m3/jam)

Qd : Pemakaian air rata rata sehari (m3)

T : Jangka waktu pemakaian (jam)

C1 : Konstanta, berkisar antara 1,5-2,0

C2 : Konstanta, berkisar antara 3,0 -4,0

Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari

Pemakaian rbandingan
rata-rata air dengan luas
Pemakai
sehari Lantai (%)
No Jenis gedung an air Keterangan
(Jam)
rata-rata
(Liter)

1. PerumahanMewah 250 8-10 42-45 Setiap penghuni


2. Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni
3. Apartemen 200-250 8-10 45-50 Mewah : 250 liter
Menen : 180 liter

16
gah
4. Asrama 120 8 Bujangan : 120 liter
Bujangan

5. Rumah sakit Mewah 8-10 45-48 (Setiap


>1000 tempat tidur pasien)
Meneng Pasien luar : 8 liter
ah 500-
1000 Staf/pegawai : 120 liter
Umum Keluarga pasien : 160
350-500 liter

Guru : 100 liter


6. Sekolah dasar 40 5 58-60 Guru : 100 liter
7. SLTP 50 6 58-60 Guru/dosen : 100 liter
8. SLTA dan lebih 80 6 Penghuninya :160 liter
tinggi
9. Rumah-toko 100-200 8 Setiap pegawai
10 Gedung kantor 100 8 60-70 Pemakaian air hanya
untuk
11. Toserba 3 7 55-60 kakus, belum termasuk
(Toko serba untuk
ada, department bagian restorannya
store)
Per orang,
setiap giliran
(kalau kerja lebih dari
8 jam
12. Pabrik/industri Buruh 8 sehari)

17
pria : 60
Wanita : Setiap
100 penumpang (yang tiba
maupun berangkat)
13. Stasiun/terminal 3 15 Untuk penghuni : 160
liter
Untuk penghuni : 160
liter;
14. Restoran 30 5 Pelayan 100 liter;

: 70% dari
jumlah tamu perlu 15
15. Restoran umum 15 7 liter/orang untuk kakus,
cuci
tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
16 Gedung 30 5 53-55 pemakaian air
. pertunjukan Dihitung per
penonton.
Jam pemakaian air
dalam tabel adalah
17 Gedung bioskop 10 3 untuk satu kali
. pertunjukan
18 Toko pengecer 40 6 -
. idem- Pedagang besar

: 30 liter/ tamu, 150


19 Hotel/penginapan 250- 300 10
liter/staf atau 5 liter
.
per hari tiap m2 luas
18
lantai
20 Gedung peribadatan 10 2
Untuk setiap tamu,
.
untuk staf
21 Perpustakaan 25 6
: 120-150
.
liter; penginapan : 200
22 Bar 30 6 liter. Didasarkan
. jumlah jamaah per hari.
23 Perkumpulan 30 Untuk setiap
. sosial pembacayang tinggal.
24 Kelab malam 120- 350 Setiap tamu
. Setiap tamu
25 Gedung 150- 200 Setiap Tempat
. perkumpulan duduk Setiap tamu
26 Laboratorium 100- 200 8 Setiap staf
.

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “Plambing”, PT. Pradnya

19
2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing

Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui,
misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya, serta jumlah dari setiap jenis
alat plambing dalam gedung tersebut. Perhitungannya dilakukan pada setiap alat
plambing.

Penggunaan air = pemakaian air × jumlahnya dalam gedung × frekuensi


pemakaian

Hasil perkalian dikalikan dengan faktor penggunaan serentak sesuai dengan tabel 2,
kemudian dijumlahkan.

Tabel 2.2. Faktor pemakaian dan jumlah alat plambing

3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing

Dalam metode ini untuk setiap alat plambing mempunyai nilai unit beban
tersendiri. Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban alat plambing
yang dilayani nya. Suplai air yang diperlukan pada setiap perlengkapan plambing
dinyatakan dalam fixture unit (FU) atau unit beban alat plambing (UBAP), seperti
ditunjukkan pada tabel berikut yang mencakup kebutuhan air panas dan dingin.

20
Tabel 2.3. Unit Beban Alat Plumbing

plambing (UBAP), seperti ditunjukkan pada tabel berikut yang mencakup


kebutuhan air panas dan dingin.

Kemudian dari jumlah total Unit Beban Alat Plambing (UBAP) dicari besarnya
laju aliran air dengan melihat kurva hubungan antara Unit Beban Alat Plambing
(UBAP) dengan laju aliran. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit
beban alat plambing dengan laju aliran air dengan memasukan faktor kemungkinan
alat serempak dari alat-alat plambing.

21
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban plumbing dengan
laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari
alat-alat plambing.
Sistem pipa yang diterapkan dalam perencanaan ini adalah sistem pengaliran air
ke bawah dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Desain gedung sangat cocok untuk sistem pengaliran air ke bawah karena pada
lantai teratas memiliki langit – langit yang cukup untuk memasang pipa mendatar.
2. Pipa utama yang akan digunakan lebih pendek dibanding sistem pengaliran air ke
atas.
3. Pipa ke bawah yang dipakai lebih dari satu guna untuk menyamakan tekanan air.

22
2.3.6. Jenis Pipa Untuk Air Bersih

Untuk perancangan plambing di suatu gedung perkantoran, tidak diperukan adanya


penyedia air panas sehingga pipa yang digunakan biasanya adalah jenis PVC. Berikut
adalah keuntungan pipa jenis ini yaitu:

● Kuat
● Ekonomis
● Tahan terhadap guncangan dan tekanan
● Tidak membebani terlalu berat pada kolom-kolom gedung
● Tidak rusak akibat pengangkutan kasar
2.3.7. Groundwater dan rooftank

A. Tangki air
Tangki air dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Tangki atap / roof tank:

Gambar 2.9 Tangki Atap

Tangki atas dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak dan biasanya


disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak tersebut yaitu
sekitar 30 menit. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa kebutuhan puncak dimulai
pada saat muka air terendah dalam tangki atas, sehingga perlu diperhitungkan jumlah air

23
yang dapat dimasukkan dalam waktu 10 sampai 15 menit oleh pompa angkat (yang
memompakan air dari tangki bawah ke tangki atas). Kapasitas efektif tangki atas
dinyatakan dalam rumus :

VR = [ ( Qp – Qmax ) × Tp ] + ( Qpu × Tpu ) ]

Diketahui :

VR = Kapasitas efektif tangki atas (L)


Qp = Kebutuhan puncak (L/menit)
Qmax = Kebutuhan jam puncak (L/menit)
Qpu = Kapasitas pompa pengisi (L/menit)
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
2. Tangki air bawah / ground reservoir :

Gambar 2.10 Tangki Air Bawah

Ground reservoir ini berfungsi menampung air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk menentukan kapasitas ground reservoir ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Vgr = Qd – (Qs × T)
Diketahui :
Vgr = Volume tangki air bawah (m3)
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/menit)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/menit)

24
T = Rata-rata pemakaian air per hari (jam/hari)
a. Penentuan ukuran pipa

Ukuran dari pipa pelayanan dan meteran air dalam bangunan gedung dapat
ditentukan sebagai berikut :
1. Tentukan tekanan yang tersedia pada meter air;
2. Tambahkan atau kurangi tekanan dengan melihat perubahan elevasi. Untuk
perubahan tekanan sebesar ½ psi (0,35 m) adalah untuk setiap perubahan perbedaan
tinggi sebesar 0,305 m antara tinggi air di meteran air dengan tinggi air yang keluar
di gedung.
3. Pilih “rentang tekanan” yang diinginkan pada Tabel 4;
4. Pilih “panjang pipa” sesuai dengan yang dibutuhkan;
5. Tentukan “nilai UBAP” sama atau melebihi jumlah unit perlengkapan plambing
yang dibutuhkan;
6. Setelah mendapatkan butir e), maka jumlah UBAP yang tepat dapat digunakan
untuk menentukan panjang pipa, diameter pipa, dan meter air. Tidak ada pipa
layanan bangunan gedung berdiameter kurang dari ¾ inci (20 mm

25
2.4 PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN DAN VENT

2.4.1 JENIS AIR BUANGAN

Di dalam sistem pembuangan suatu gedung perkantoran, umumnya


jenis-jenis air buangan yang dikeluarkan dapat digolongkan dalam tiga jenis
yaitu :
1. Air Kotor (Black Water)
Air kotor mencakup seluruh air buangan yang mengandung kotoran
atau sisa metabolisme manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari
kloset ataupun peturasan.
2. Air Bekas (Grey Water)
Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas
kegiatan manusia seperti mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain
sebagainya. Untuk gedung apartemen, air bekas ini umumnya berasal
dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang keluar lewat
floor drain.
3. Air Hujan
Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air
hujan yang jatuh ke atap ataupun ke halaman.

2.4.2 KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN AIR BUANGAN

Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi sistem pembuangan air yang


umumnya dilakukan untuk sistem pembuangan air dalam apartemen, yaitu :
● Klasifikasi menurut cara pembuangan air :
1. Sistem pembuangan air campuran
Sistem pembuangan dimana segala macam air buangan
dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung
tanpa memperhatikan jenis air buangan.
2. Sistem pembuangan air terpisah

26
Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan
dikumpulkan dalam suatu saluran terpisah yang kemudian
dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.
3. Sistem pembuangan tak langsung
Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai
gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.
Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya jenis-jenis
air buangan tersebut disalurkan sesuai dengan klasifikasi di bawah ini :
● Klasifikasi menurut jenis air buangan:
1. Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan
lain-lain dalam gedung yang selanjutnya dialirkan keluar gedung
atau menuju riol umum.

Gambar 2.11 Sistem Pembuangan Air Kotor


2. Sistem pembuangan air bekas
Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya
berasal dari peralatan lavatory ataupun sink di dalam gedung
akan dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.

27
Gambar 2.12 Sistem pembuangan air bekas
3. Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap
gedung ataupun tempat lainnya, yang kemudian dikumpulkan
dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.

Gambar 2.13 Sistem pembuangan air hujan


4. Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur harus
diperlakukan secara khusus guna mencegah timbulnya
pencemaran akibat aliran balik dari saluran air kotor atau air
bekas. Sedangkan apabila air buangannya banyak mengandung
lemak, maka perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.

28
Gambar 2.14 Sistem pembuangan air dari dapur
2.4.3 JENIS-JENIS PIPA PEMBUANGAN

Pada perencanaan ini akan digunakan pipa PVC karena tidak mempunyai
sifat korosif sehingga tahan lama dan juga lebih ringan serta harganya lebih
murah dibanding pipa lain. 
Berikut ini merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari
sistem pembuangan, yaitu antara lain :
1. Pipa Pembuangan Alat Plambing
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat
plambing dengan pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya
dipasang tegak dan ukurannya harus sama atau lebih besar dari
lubang keluar perangkap pada alat plambing.
2. Pipa Cabang Mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan
pipa pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air
buangan.
3. Pipa Tegak Air Buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air
buangan dari pipa-pipa cabang mendatar.

29
4. Pipa Tegak Air Kotor
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air
kotor  dari pipa-pipa cabang mendatar.
5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air
bekas dari pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air
dalam gedung, pipa pembuangan gedung ini umumnya dibatasi
hingga jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar gedung.
6. Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan
gedung dengan riol umum ataupun instalasi pengolahan.
2.4.4 KEMIRINGAN PIPA DAN KECEPATAN ALIRAN

Sistem pembuangan harus bisa mengalirkan air buangan yang biasanya


membawa zat-zat padat secara cepat. Oleh sebab itu, pipa pembuangan harus
memiliki ukuran dan kemiringan yang pas sesuai dengan jenis air buangan dan
kuantitas air buangan. Biasanya pipa hanya terisi 2/3 dari penampang pipa sehingga
bagian yang tidak terisi air cukup untuk mengalirkan udara.

Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari
satu per diameternya (dalam mm). Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6
sampai 1,2 m/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat
dibuat lebih landai daripada ukuran standar asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6
m/detik. Jika kurang, kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada
akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya kalau terlalu cepat akan
menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak tekanan
dalam pipa. Hal ini mungkin akan merusak fungsi air penutup dalam perangkap alat
plambing. Di samping itu, kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung

30
menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat
plambing.

Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak,
walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang
panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm.

2.4.5 UKURAN PIPA PEMBUANGAN

Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai


berikut:
1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur
setiap sistem tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air
buangan dilakukan berdasarkan unit alat plambing kumulatif.
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing
pada setiap jalur yang telah ditetapkan.

2.4.6 SISTEM VENT


Dalam perencaan sistem plambing ini sistem vent yang digunakan adalah
sistem vent loop. Dalam sistem ini mempunyai 2 atau lebih alat plambing (paling
banyak 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambung pada
vent pipa tegak. Penentuan sistem vent harus sesuai dengan SNI 03-7065-2005
Tata Cara Sistem Plambing dan SNI 8153:2015 Sistem Plambing Pada Bangunan
Gedung.

2.4.7 TUJUAN SISTEM VENT


Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu sistem buangan. Tujuan
pemasangan pipa vent adalah sebagai berikut :

▪ Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan. 

▪ Menjaga aliran tekanan yang lancar dalam pipa pembuangan.

▪ Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.

31
Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, maka pipa vent harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Sekat air dalamnya harus
sekurang-kurangnya 50 mm.

Gambar 2.15 Sistem Vent


2.4.8 JENIS-JENIS PIPA VENT

Jenis-jenis pipa ven adalah sebagai berikut :

1) Ven tunggal. Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.
2) Ven lup. Pipa ven ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan
disambungkan kepada ven pipa tegak.
3) Ven pipa tegak. Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan,
di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.
4) Ven bersama. Pipa ven satu ini adalah salah satu pipa ven yang melayani
perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar
dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut
disambungkan bersama.
5) Ven basah. Pipa ven basah adalah pipa ven yang juga menerima air buangan
berasal dari alat plambing selain kloset.

32
6) Ven pelepas, adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dalam pipa
pembuangan.
7) Pipa ven balik, adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah,
setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah
dipasang mendatar di bawah lantai.
8) Pipa ven yoke. Pipa ven ini adalah suatu ven pelepas yang menghubungkan
pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan
tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.

2.5 KRITERIA PERENCANAAN SISTEM AIR HUJAN

Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem perencanaan air hujan yaitu :

1. Catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap


2. Delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan
melalui talang.
3. Strong reservoir, yaitu tempat penyimpanan air hujan berupa tong, bak atau kolam.

Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen pendukung
seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette and
Van Hattum, Tim 2006: Chao-Hsien Liaw and Yao-Lung Tsai 2004). Kendala yang dihadapi
dalam memanen air hujan belum memenuhi pedoman standar air hujan yang fluktuatif serta
kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Pengambilan air baku
dari air hujan dengan menggunakan desain bak penampung air hujan (PAH) yang harus
memenuhi volume minimal 15 t/orang/hari untuk kebutuhan maksimal jumlah bulan musim
kering dalam satu tahun.

Bangunan gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan
dari atap dan halaman. Air hujan yang jatuh di atas atap bangunan gedung harus disalurkan
melalui talang datar dan vertikal ke bidang resapan atau direkayasa dengan pemilihan
tekhnologi drainase. Rekayasa tersebut sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, ekonomis, maupun berwawasan lingkungan.
33
Saluran air hujan tersebut direncanakan agar dapat mengalirkan air sesuai dengan syarat-syarat
teknis yang dapat ditetapkan, baik kapasitas aliran maupun stabilitas konstruksi.

Gambar 2.15 Sistem Perencanaan Air Hujan

Drainase bidang datar

Ukuran perpipaan pada bidang datar, seperti lahan terbuka pada atap, basement, atau
lainnya, ditentukan sesuai dengan Tabel di bawah ini.

Tabel 2.4. Tabel penentuan ukuran pipa air hujan

34
2.5 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Sistem pemadam kebakaran harus ada dalam setiap gedung-gedung dan fasilitas
umum. Sistem perencanaan pemadam kebakaran bertujuan untuk melindungi gedung,
fasilitas yang ada, di dalam gedung dan di sekitar gedung serta penghuni atau pemakai
gedung dari bahaya kebakaran yang mungkin timbul serta untuk memudahkan
penyelamatan dan operasi pemadam kebakaran agar dapat dilakukan secara efektif.
Dalam perencanaan sistem pemadam kebakaran ini ada beberapa istilah yang akan
sering digunakan, antara lain :

Hidran : Alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle = nozel) untuk
mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.

Gambar 2.16 Hidrant

Sprinkler : Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata. Berdasarkan SNI 03-3989- 2000 radius maksimum pancaran
air dari sprinkler adalah 4.6 m.

35
Gambar 2.17 Sprinkler

Pipa Tegak : Pipa vertikal yang mengalirkan air dari sumber pemadam kebakaran
menuju pipa hydrant dan sprinkler.

Gambar 2.18 Pipa Tegak

2.5.1 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pemadam


kebakaran adalah sebagai berikut :

1. Penempatan fire hydrant (lokasi)


36
● Mudah dicapai dan terlihat dari arah manapun. Hal ini tergantung pada bentuk
dan luas bangunan.
● Mampu menjangkau setiap sudut gedung.
● Mudah mendapat suplai air

2. Kebutuhan air

Harus tersedia cukup air bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Untuk


keperluan ini air diperoleh dari pasokan air hujan yang disimpan dalam reservoir
air hujan. Dengan demikian keadaan menjadi lebih aman daripada hanya
mengandalkan air dari pipa distribusi PDAM saja.

3. Tekanan air

Tekanan air yang dibutuhkan untuk alat pemadam kebakaran cukup besar.
Hal ini disebabkan karena fire hydrant harus mampu menyuplai air dengan debit
yang besar dan pancaran air yang kuat. Sisa tekanan air yang biasanya dipakai
dalam perencanaan sistem fire hydrant adalah sebesar 10 meter kolom air (1
kg/cm2).

2.5.2 JENIS-JENIS SISTEM PERENCANAAN

1) Jenis Fire hydrant :


a) Flush hydrant yaitu tipe fire fire hydrant yang diletakan dalam kotak
besi dan ditanam di bawah dengan ketinggian permukaan kotak rata
dengan permukaan tanah.
b) Post hydrant yaitu tipe fire hydrant yang mempunyai ketinggian sekitar
1 m dari muka tanah
c) Sprinkler yaitu tipe fire hydrant di atap setiap lantai dalam bentuk
jaring-jaring. Tiap-tiap outlet-outletnya ditutup dengan material tertentu
yang tidak tahan panas atau api jika terjadi percikan api atau kebakaran.
Tutup tersebut akan pecah dan air akan keluar secara otomatis.
37
Berdasarkan UU No 28 Tahun 2002 kebutuhan air untuk setiap kepala
sprinkler adalah 40-200 liter/menit.
d) Fire hose reel yaitu tipe fire hydrant yang terdiri dari 1 nozzle dan pipa
elastis, yang ditempatkan dalam suatu box dalam tembok. Biasanya tiap
kotak dilengkapi dengan martil untuk memecahkan kaca penutup kotak
bila terjadi kebakaran.

2) Jenis Pipa Tegak


a. Pipa tegak kering
Pipa dipasang tegak dalam bangunan gedung untuk tujuan pemadaman kebakaran,
dilengkapi dengan sambungan masuk untuk mobil pemadam kebakaran yang berada
pada permukaan akses dan katup landing pada berbagai lantai, yang dalam keadaan
normal kering, tetapi akan diisi dengan air yang dipompa dari mobil pompa pemadam
kebakaran. Ketentuan pipa tegak kering dipersyaratkan jika tinggi bangunan yang
dihuni lebih dari 10 meter dan tidak lebih dari 40 meter untuk menghindari tekanan
yang berlebihan. Diameter nominal pipa tegak untuk bangunan kurang dari 40 m adalah
100 mm. (SNI 03-1735- 2000)

Gambar 2.19 Pipa Tegak Kering

38
b. Pipa tegak basah
Pipa yang dipasang tegak dalam bangunan untuk tujuan pemadaman kebakaran
dan diisi secara tetap dengan air dari pasokan yang bertekanan, dan dilengkapi dengan
katup landing pada berbagai lantai. Ketentuan pipa tegak basah dipersyaratkan jika
tinggi bangunan yang dihuni lebih dari 40 meter. Diameter nominal pipa tegak untuk
bangunan lebih dari 40 m adalah 150 mm. (SNI 03-1735- 2000)

Gambar 2.20 Pipa Tegak Basah

39
BAB 3
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING

3.1 PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH

3.1.1.1 Perhitungan air bersih berdasarkan luas lantai

Gambar 3.1 Denah Gedung Perkantoran

Perencanaan sistem plambing ini akan diaplikasikan pada sebuah gedung perkantoran
seluas 1600 m2 untuk 1 (satu) lantai, memiliki 8 lantai serta menggunakan tipe denah III.
Dalam gedung perkantoran tersebut memuat dua tipe ruangan saniter yaitu tipe x, dan z. Tiap
ruang saniter terbagi atas dua, yaitu toilet pria dan toilet wanita. Pada toilet pria terdiri atas 3
buah kloset katup gelontor, 4 buah urinoir, 2 buah wastafel, dan 3 buah keran air. Pada toilet
wanita terdiri atas 3 buah kloset katup gelontor, 3 buah wastafel, dan 3 buah keran air. Gambar
ruang saniter adalah sebagai berikut:

● Luas gedung 1 lantai : P × L = ( 50 × 20 ) + ( 30 × 20 ) = 1600 m²


● Luas total 8 lantai = 1600 × 8 = 12.800 m²
40
● Luas Efektif ( Le ) diperkirakan 60% - 70% dari luas total lantai gedung perkantoran
dan menggunakan nilai minimum ( 60% ) yang diperoleh pada table 1

Luas Efektif = 60% × 12.800 = 7680 m²

● Jumlah penghuni luas lantai (d) yaitu 5 – 10 m²/orang dan menggunakan nilai 10 m²
Jumlah Penghuni = Luas Efektif/d = 7680 m²/8 m²/orang = 960 orang

● Debit aliran per hari dengan rata rata pemakaian air/orang/hari = 100 lt/orang/hari
Q = jumlah penghuni × pemakaian air/orang/hari
= 960 orang ×100 lt/orang/hari
= 96000lt/hari
= 96 m³/hari

● Diperkirakan perlu tambahan sampai sekitar 20% untuk mengatasi kebocoran pancuran
pipa, tambahan air, tambahan air untuk ketel pemanas gedung atau mesin pendingin
gedung, penyiraman taman dsb
Qd = ( 96000 x 20% ) + 96000
= 115200 lt/hari
= 115,2 m³/hari

● Jangka waktu pemakaian rata rata sehari gedung perkantoran adalah 8 jam/hari, maka
untuk kebutuhan air bersih rata rata adalah
Qh = Qd/t
= 115,2 m³/hari / 8 jam/hari
= 14,4 m³/jam

● Perhitungan debit puncak digunakan konstanta C₁ yang berkisar 1.5 – 2.0 maka
pemakaian air pada jam puncak adalah

Qh-max = C₁ ×Qh
41
= 2 × 14,4 m³/jam

= 28,8 m³/jam
● Sedangkan pemakaian air untuk menit puncak dimana konstanta C₂ berkisar antara 3.0
– 4.0
Qm-max = ( C₂ × Qh )/60 menit
= (3 × 14,4 )/60 menit
= 0.72 m³/menit

3.1.1.2 Perhitungan air bersih berdasarkan jumlah alat plambing

● Jenis dan jumlah alat plambing


Unit Jumlah Total
z 1 8
X 1 8

Jumlah Jumlah Jumlah per


per Unit Total di Unit
Jenis Alat Plambing
Seluruh Jumlah Total di
X z
Lantai Seluruh Lantai Jumlah Total
Kloset 6 48 6 48 96
Wastafel 5 40 5 40 80
Urinoir 4 32 4 32 64
Keran Air 6 48 6 48 96

Pemakaian Pemakaian Faktor


Jumlah Kebutuhan Air
Jenis Alat Plambing per jam Satu Kali Pemakaian
Total (liter/jam)
(sekali) (liter) Serentak
Kloset 96 12 15 10% 1728
Wastafel 80 12 10 35% 3360
Urinoir 64 12 5 33% 1267.2
Keran Air 96 3 35 33% 3326.4
Total 9681.6

Jadi total unit alat plambing adalah : 96+80+64+96 = 336 unit


42
● Penggunaan Air

- Kloset = 15 lt × 96 unit × 12 kali/jam = 1728 lt/jam


- Urinal = 5 lt × 64 unit × 12 kali/jam = 1267 lt/jam
- Wastafel = 10 lt × 80 unit ×12 kali/jam =3360 lt/jam
- Keran = 35 lt × 96 unit × 3 kali/jam = 3326 lt/jam
Jadi total kebutuhan air keseluruhan adalah = 9681,6 lt/jam

● Faktor penggunaan serentak ( menggunakan interpolasi )


Tabel 3.1 : Tabel serentak ( menggunakan interpolasi )

Rumus metode interpolasi untuk menghitung faktor pemakaian:


𝑥2−𝑥1 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖−𝑥1
𝑦2−𝑦1
= 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛−𝑦1

(1) Perhitungan faktor pemakaian (%) dari masing-masing alat plambing berdasarkan tabel
adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan tabel jumlah total kloset adalah 12 x 8 (lantai) ada 96, maka terletak
diantara 70 dan 100 maka : Faktor penggunaan serentak untuk kloset
sebesar 10%. Jadi kebutuhan air bersih untuk kloset dengan katup gelontor adalah
= 96 buah x 15 liter x 12 jam x 10%
= 1728 liter / jam

b. Berdasarkan tabel jumlah total urinoir adalah 8 x 8 (lantai) ada 64, terletak di
antara 50 dan 70 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir adalah 35 %.
Jadi kebutuhan air bersih untuk urinoir dengan alat plambing biasa adalah
43
= 64 buah x 5 liter x 12 jam x 35%
= 1267,2 liter / jam

c. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total wastafel adalah 10 x 8 (lantai) ada 80, maka
terletak diantara 70 dan 100 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir
adalah 33%. Jadi kebutuhan air bersih untuk wastafel adalah
= 80 buah x 10 liter x 12 jam x 33 %
= 3360 liter / jam

d. Berdasarkan tabel jumlah total keran adalah 12 x 8 (lantai) ada 96, maka terletak
diantara 70 dan 100 maka :
Faktor penggunaan serentak untuk keran adalah 33%. Jadi kebutuhan air bersih
untuk kran (bak cuci tangan kecil) adalah
= 96 buah x 35 liter x 3 jam x 33%
= 3326,4 liter / jam

e. Laju Aliran Air


Qh = (1728 l/jam + 2100 l/jam + 2970 l/jam + 2138 l/jam)
= 8936,4 liter / jam
= 8,93 m3 / jam
Dimana : C1 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0
C2 = Konstanta → berkisar antara 3,0 – 4,0
(Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, 2000)
Qh-maks = C1 x Q h
= 2 x 4840,8 liter / jam
= 9681,6liter / jam
Qm-max = C2 x (Qh / 60)
= 3 x (4840,8 / 60)
= 242,04 liter / menit
Qd = Qh x 8 jam / hari
44
= 4840,8 liter x 8 jam/ hari
= 38726,4 liter / hari

3.1.1.3 Perhitungan air bersih berdasarkan UBAP

Berdasarkan jenis tugas yang didapat, yaitu merencanakan gedung perkantoran


dengan 8 lantai dan alat plambing yang terdiri dari kloset dengan katup gelontor,
urinoir dengan katup gelontor, wastafel, dan keran ukuran air bak cuci tangan kecil
maka dapat diketahui UBAP-nya berdasarkan tabel 3.3 (Morimura & Soufyan, 2000)
berikut : Perhitungan Kebutuhan air berdasarkan UBAP

45
Jenis Alat Jumlah Alat Unit Beban Alat Jumlah Total Beban
Plambing Plambing Unit Alat Plambing

Kloset 96 5 480

Urinal 64 5 320

Lavatory 80 2 160

Keran 96 2 192

Jumlah 1152

● Jumlah tersebut untuk 8 lantai adalah: 1152

Gambar 3.2 Grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran

Dengan menggunakan kurva (1) gambar 3.4 diperoleh pemakaian air serentak 8 lantai
sebesar 856 m3 / menit. Pemakaian air pada menit puncak (Qm-maks)
● Qm – Maks = 856 m³/menit
● Menghitung Qh
𝑄ℎ
Qm – Maks = C₂ × 60

𝑄ℎ
856 =3× 60

17120 m³/jam = Qh

46
● Menghitung Qd
𝑄𝑑
Qh = 𝑡

𝑄𝑑
17120 = 8

Qd = 17120 × 8
= 136,96 m³/hari

Dari ketiga metode diatas diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Berdasarkan luas lantai = 115,2 m3/hari


b. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing = 38,73 m3/ hari
c. Berdasarkan unit alat plambing = 136,96 m3 /hari
Berdasarkan hasil dari 3 metode diatas jumlah kebutuhan air dalam gedung
perkantoran yang direncanakan menggunakan hasil perhitungan dengan metode unit beban
alat plambing, karena nilai Qd yang dihasilkan merupakan yang terbesar diantara 2 metode
yang lainnya yaitu 136,96 m3/hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan
suplai air bersih bagi gedung perkantoran yang telah direncanakan.

3.1.2 Dimensi Pipa

Penentuan dimensi pipa jaringan air bersih dapat dilakukan dengan membuat
UBAP pada masing-masing sistem. Setelah UBAP diketahui maka dimensi pipa dapat
diketahui juga dengan menggunakan tabel UBAP unit untuk menentukan ukuran pipa
dan diameter pipa, seperti berikut ini ;

SANITER X

Beban yang ditanggung LANTAI 1


Notasi Panjang
kloset Peturasan sink shower BEBAN DIAMETER (m)

A1 1 2 0.75 1
A2 1 2 0.75 0.5
A3 1 2 0.75 1
47
A4 1 2.5 0.75 3
A5 1 2 0.75 1
A6 1 2.5 0.75 0.5
A7 1 2 0.75 1
A8 1 3 0.75 0.5
A9 1 3 0.75 1
A10 1 3 0.75 0.5
A11 1 3 0.75 1
A12 1 3 0.75 4
A13 1 2 0.75 3
A14 1 2.5 0.75 0.5
A15 1 1 4.5 0.75 1.7
A16 1 1 4.5 0.75 0.7
A17 1 2 0.75 1.7
A18 1 2.5 0.75 0.3
A19 1 1 4.5 0.75 0.5
A20 1 1 4.5 0.75 0.5
A21 1 2.5 0.75 1
A22 1 2.5 0.75 1.7
A23 1 1 4.5 0.75 0.3
A24 1 1 4.5 0.75
0.5
A25 1 2.5 0.75
0.5
A26 1 2.5 0.75
7.5
A27 1 2 0.75
0.7
A28 1 2 0.75
0.7
A29 1 2 0.75
1.7

48
A30 1 2 0.75
0.7
A31 1 2 0.75
1
A32 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A33 1 2 6.5 0.75
0.7
A34 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A35 1 2 0.75
0.7
A36 1 1 4.5 0.75
1
A37 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A38 1 2.5 0.75
0.7
A39 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A40 1 2 0.75
0.7
A41 1 1 4.5 0.75
1
A42 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A43 1 2.5 0.75
0.7
A44 1 2 0.75
2.5
A45 2 4 0.75
0.7
A46 3 1 2 13.5 0.75
1
A47 6 4 5 6 49 1.25
0.5
A48 6 4 5 6 392 2.5
0.5

SANITER Z
Beban yang ditanggung LANTAI 1
Panjang
Notasi Peturasa DIAME
kloset sink shower BEBAN (m)
n TER
B1 1 2 0.75 0.7
B2 2 4 0.75 0.5
B3 1 2 0.75 0.7

49
B4 1 1 4 0.75 0.7
B5 2 1 6 0.75 0.5
B6 1 1 4.5 0.75 0.7
B7 1 3 0.75 0.5
B8 1 3 0.75 0.7
B9 1 3 0.75 0.7
B10 4 3 18 1 0.5
B11 1 2.5 0.75 0.5
B12 1 2.5 0.75 0.7
B13 1 2 0.75 2
B14 1 1 4.5 0.75 0.5
B15 3 1 9.5 0.75 1.5
B16 1 2.5 0.75 0.5
B17 1 2.5 0.75 0.5
B18 1 2 0.75 0.7
B19 1 2.5 0.75 0.3
B20 3 1 9.5 0.75 0.5
B21 1 2 0.75 1
B22 4 3 18 1 1.7
B23 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B24 1 3 0.75 0.7
B25 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B26 1 3 0.75 0.7
B27 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B28 1 2 0.75 0.7
B29 3 4 3 1 27.5 1 0.5
B30 1 3 0.75 0.7
B31 3 4 3 1 27.5 1 0.7
B32 1 2.5 0.75 0.7
B33 3 7.5 0.75 0.5
B34 1 2.5 0.75 0.5
B35 1 2 0.75 0.7
B36 1 2 0.75 0.7
B37 1 2 0.75 0.7
B38 2 1 7 0.75 0.7
B39 1 2.5 0.75 0.5
B40 1 2 0.75 0.7

50
B41 1 2 0.75 0.7
B42 1 2 0.75 0.7
B43 2 1 7 0.75 0.7
B44 6 4 5 6 49 1.25 0.5
B45 1 2.5 0.75 4
B46 1 2.5 0.75 0.7
B47 6 4 5 6 49 1.25 0.7
B48 6 4 5 6 392 2.5 0.5

3.1.3 Ground Reservoir

Kebutuhan rata-rata air bersih adalah sebesar 136,96 m3/hari, dimana angka
tersebut diambil dari nilai Qd pada perhitungan unit beban alat plambing. Rumus yang
digunakan adalah
(
𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 )
Dimana :
Vr = Volume Ground Reservoir
Qd = Kebutuhan air per hari
Qs = Kebutuhan air dinas
t = Rata-rata pemakaian air per hari
Vf = Volume kebutuhan untuk pemadam kebakaran
Dalam perencanaan ini, kebutuhan air untuk fire hydrant dibuat terpisah
sehingga rumus diatas menjadi :
(
𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 )
2
Diasumsikan kapasitas pipa dinas (Qs) adalah 3
dari rata-rata per jam,

sehingga untuk mencari nilai Qs sebagai berikut :

𝑄𝑠 =
2
3 ( )𝑚 /𝑗𝑎𝑚
×
𝑄𝑑
𝑡
3

𝑄𝑠 =
2
3 (
×
136,96
8 )𝑚 /𝑗𝑎𝑚
3

3
𝑄𝑠 = 11, 41 𝑚 /𝑗𝑎𝑚

51
Diasumsikan bahwa durasi jam kerja kantor adalah 8 jam.

● Penentuan Volume Ground Reservoir


● 𝑉𝑓 (Kebutuhan Hydrant) = 𝑄𝑑 x 20% = 136,96 x 20% =27,39 m3

● 𝑉𝑟 = 𝑄𝑑 − 𝑄𝑠×𝑡 + 𝑉𝑓 ( )
( )
3
3 𝑚
𝑉𝑟 = 136, 96 𝑚 − 11, 41 𝑗𝑎𝑚
𝑥 8 𝑗𝑎𝑚 + 27,39

𝑉𝑟 = 73,04 m3/jam
Dimensi ground reservoir yang direncanakan yaitu berjumlah dua berbentuk segiempat
dengan ketinggian rencana 3 m, serta ukuran panjang sama dengan lebar reservoir.
Maka dimensinya:

𝑉 = 𝑝 ×𝑙×𝑡
3
73,04 𝑚 2
2 𝑗𝑎𝑚
= 𝑝 ×3𝑚
73,04 3
2 2
𝑚 /𝑗𝑎𝑚
𝑝 = 3

2
𝑝 = 12,17422
𝑝 = 3, 49 m
Maka didapatkan p = 3,49 m dan l = 3, 49 m

3.1.4 Roof Tank

Volume Roof Tank dapat dihitung dengan rumus :

𝑉𝐸 = {(𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥)𝑇𝑝} + (𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢)


Dimana : VE = Kapasitas efektif roof tank

Qp = Kebutuhan puncak ( 𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 )
Qmax = Kapasitas pompa pengisi ) ( 𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= Rata-rata pemakaian air per hari( )


𝑙
Qpu 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Tp = Jangka Waktu kebutuhan puncak (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)


Tpu = Jangka Waktu kerja pompa pengisi (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

52
Diasumsikan Tp = 30 menit, Tpu = 10 menit, dan berdasarkan unit beban alat plambing
didapatkan nilai Qp = 0.85 m3/menit dan Q max = 0,57 m3/menit.

Maka didapatkan volume roof tank

𝑉𝐸 = {(𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥)𝑇𝑝} + (𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢)


𝑉𝐸 = {(0. 856 𝑚3 − 0, 57 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) × 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡} + (0. 856 𝑚3×10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)𝑉𝐸 = 17, 12 𝑚3
Pada sistem ini, air yang dipompakan ke atas dari masing-masing ground reservoir
akan ditampung pada roof tank sebelum akhirnya disalurkan ke tiap-tiap lantai. Alasan
dibangunnya roof tank dalam sistem penyediaan air bersih ini yaitu untuk menghindari
kerja pompa yang terlalu berat karena terlalu sering bekerja.
Setelah dihitung volume dari roof tank tersebut, selanjutnya dapat ditentukan
dimensi untuk masing-masing roof tank yaitu :

Volume roof tank = 17,12m3

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑜𝑜𝑓 𝑡𝑎𝑛𝑘


Volume masing-masing roof tank =
∑ 𝑟𝑜𝑜𝑓 𝑡𝑎𝑛𝑘

17,12 𝑚3
= 2

= 8,56 m3

Merencanakan dimensi roof tank berbentuk tabung dengan tinggi sebesar 3 m + ruang
ambang bebas (free board) 0,3 m, sehingga :

1 2
𝑉𝐸 = 4
×π×𝐷 ×𝑡
1 2
17, 12 = 4
×3, 14×𝐷 ×3 𝑚
2
17, 12 = 2, 355 𝐷
3
2 17,12 𝑚
𝐷 = 2,355
𝐷 = 1, 817 𝑚

53
Maka dimensi masing-masing roof tank yang diperlukan untuk dapat menampung
volume efektif roof tank (VE) yang sebesar 17,12m3 adalah :

● Tinggi total :3m


● Diameter : 1,817 m

3.1.5 Perhitungan Pompa Air Bersih

Pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dari ground reservoir ke roof tank
adalah pompa jenis sentrifugal. Prinsip kerja pompa sentrifugal yaitu dengan
mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial melalui suatu
impeller yang berputar dalam casing. Gaya sentrifugal yang timbul karena adanya
gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar).

Pompa sentrifugal merupakan pompa kerja dinamis yang paling banyak


digunakan karena mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang relatif murah.
Keuntungan pompa sentrifugal diantaranya adalah gerakan impeler yang kontinyu
menyebabkan aliran tunak dan tidak berpulsa, keandalan operasi tinggi disebabkan
gerakan elemen yang sederhana dan tidak adanya katup – katup, kemampuan untuk
beroperasi pada putaran tinggi, yang dapat dikopel dengan motor listrik, motor bakar
atau turbin uap ukuran kecil sehingga hanya membutuhkan ruang yang kecil, lebih
ringan dan biaya instalasi ringan, harga murah dan biaya perawatan murah.

54
Gambar 3.3 Komponen utama pompa sentrifugal

Bagian pompa terbagi menjadi 2, yaitu suction dan discharge. Suction


merupakan bagian pompa yang menghasilkan daya hisap untuk menyerap air bersih
dari ground reservoir dan discharge merupakan bagian pompa yang menghasilkan
tekanan untuk mengalirkan air tersebut ke roof tank.

Perhitungan head loss adalah sebagai berikut :


- Head Pompa
Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, sebagai berikut :
Head Pompa = Hstatis + Hsistem
● Hstatis = Tinggi Rooftank + Tinggi 8 Lantai + Tinggi Ground
= 3,19 + 32 + 3,0 = 38,19 m

● Hsistem = Mayor losses + Minor losses + Hsisa tekan + (v2/2g)


Mayor losses (Hf),meliputi:
-suction:
L Suction = 1m
Mayor losses (Hf) :
1,85
𝑄 ×𝐿
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
3
Q = Debit (m /s)
C = Konstanta
D = Diameter Pipa
55
L1 = Panjang pipa suction
L2 = Panjang pipa discharge
Sehingga:

⮚ Hf mayor suction (Ground Reservoir-Pompa)

1,85
𝑄 ×𝐿
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )

1,85
0,00125 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×100
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×130×0,05 )

𝐻𝑓 = 0,0016 m
⮚ Hf mayor discharge (Pompa-Rooftank)

1,85
𝑄 ×𝐿
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )

3 1,85
0,00125 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×37
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×130×0,05 )

𝐻𝑓 = 0,000258 m
Headloss mayor total = Hf suction + Hf discharge
= 0,0016 m + 0,000258 m
Headloss mayor total = 0,001882 m
a. Minor losses (Hm)
Suction

⮚ Headloss akibat 1 check valve

Dengan : K= 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔

( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81 × 2×9,81

56
Hf = 0,420241 m
Discharge

⮚ Headloss akibat 4 belokan 90o

Dengan : K = 1,5
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔

( )×4
2
3,19
𝐻𝑓 = 1, 5 × 2×9,81

Hf = 3,11 m

⮚ Headloss akibat 1 check valve

Dengan : K= 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔

( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81× 2×9,81

Hf = 0,42 m

⮚ Headloss akibat 1 gate valve

Dengan : K = 0,81
v = 3,19 m/s
g = 9,81 m/s2
maka :

57
2
𝑉
𝐻𝑓 = 𝐾 2𝑔

( )×1
2
3,19
𝐻𝑓 = 0, 81 × 2×9,81

Hf = 0,42 m
Headloss minor total= suction + discharge
Headloss minor total= 0,42 + 3,95
Headloss minor total= 4,37 m

b. Sisa Tekan
Sisa tekan yang digunakan adalah 2 m
c. Head Sistem
2
𝑣
Hsistem = Hf mayor + Hf minor + sisa tekan + 2𝑔
2
3,19
= 0,001882 m + 4,373 m + 2 m + 2 𝑥 9,81
m

Hsistem = 6,8943 m
Setelah diketahui Head sistem dan Head statis maka Head pompa dapat
diketahui :
Head pompa = Hstatis + Hsistem
= 38,19 m + 6,8943 m
Head pompa = 45,0848 m
d. Perhitungan Daya Pompa
Pompa berfungsi untuk memompa air di ground reservoir agar sampai ke
rooftank. Untuk menghitung daya pompa dapat dihitung dengan rumus:
P=Qx ρxHxg
= 0,00125 x 1000 x 45,0848 x 9,81
= 552,8524 watt

58
3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN DAN VENT

Dalam perencanaan penyaluran air buangan pada gedung ini dibedakan menjadi 2
macam air buangan yaitu Black water dan Grey water. Black water adalah air buangan dari
limbah manusia sedangkan Grey water adalah air buangan non-manusia seperti berasal dari
floor drain dan lavatory. Seluruh air buangan black water diarahkan ke septictank dan untuk
grey water disalurkan ke bak penampung kemudian lanjut disalurkan ke sebuah IPAL
dengan pengolahan yang berbeda, setelah itu lalu dibuang ke drainase perkotaan.
Ruang saniter juga diberi pipa vent supaya udara dari pipa penyaluran air buangan
alat saniter tetap bersirkulasi. Pipa vent manfaatnya untuk menjaga sekat perangkap dari
efek sifon atau tekanan, menjaga aliran tetap lancar dalam pipa pembuangan dan
mensirkulasi udara dalam pipa pembuangan.

3.2.1 IPAL Biofilter


IPAL Biofilter merupakan sistem pengolahan limbah domestik secara anaerob
yang diutamakan dari proses. Aliran secara vertikal dan horisontal dengan sistem
pembagian ruangan, sehingga akan terjadi proses fermentasi yang sempurna. IPAL
Biofilter adalah instalasi pengolah air limbah domestik dimana seluruh sistem dikemas
dalam satu tangki.
Proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan biofilter anaerob-aerob ini
merupakan pengembangan dari proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi
kontak Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari
beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob,
bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
Air limbah yang berasal dari rumah tangga dialirkan melalui saringan kasar
(bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun,
kertas, plastik dll. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal,
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai
senyawa organik yang

59
Gambar 3.4 IPAL Biofilter

berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.


Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak
kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air
baku yang diolah.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerob atau fakultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media
filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor
(biofilter) aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media kerikil, atau
dapat juga dari bahan plastik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil
diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-organisme
yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih
besar. Proses ini sering dinamakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke

60
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan
(overflow) dialirkan ke bak klorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses klorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob
tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), juga dapat menurunkan
konsentrasi ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.

3.2.2 Bio Septic Tank


Untuk pengolahan black water digunakan pengolahan jenis bio septic tank,
prinsip kerjanya kurang lebih sama dengan IPAL Biofilter. Bio Septic Tank di bagi
menjadi 2 sekat yang mana akan terjadi aliran in dan out. Mekanisme dari bio septic
tank ini yaitu, air tinja masuk ke dalam bio septictank lalu melewati media biofilter
setelah itu terjadi proses pengendapan limbah di bawah. Dan setelah itu air jernih akan
naik ke atas melewati media filter yang out, sebelum dibuang ke got air jernih
melewati media pembunuh kuman. Baru akan dilepaskan ke got atau badan air.

Gambar 3.5 Septic Tank

3.2.3 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan ( Grey water dan Black water ) Dan Vent
Perhitungan diameter pipa air buangan dan vent mengacu pada tabel 10 UBAP
yang tertera dalam SNI 8153:2015. Untuk menentukannya pipa air buangan perlu

61
diperhatikan apakah berbentuk vertikal atau horizontal. Dan untuk penentuan
diameternya bisa dilihat pada tabel pada SNI 8153:2015.

Memuat pembuatan jalur dan isometri jaringan pipa air buangan dan vent,
perhitungan dimensi pipa, sistem pengolahan sederhana (septic tank dan resapan)

A. Grey Water
Tabel 3.2 Dimensi Pipa Grey Water Tipe X

Tipe X Grey water


Beban yang ditanggung Beban Panjang Diameter
Notasi
kloset wastafel sink Urinal floordrain Total (m) (inchi)
A1 1 2 3 2.0
A2 2 4 2.5 2.0
A3 3 6 2 2.0
A4 4 8 1.5 2.0
A5 2 4 1 12 2 2.5
A6 1 1 1.5 2.0
A7 1 1 2 2.0
A8 1 2 3 2.0
A9 1 2 2.5 2.0
A10 1 2 2.5 2.0
A11 4 2 3 14 2 2.5
A12 1 1 3 2.0
A13 1 1 3 2.0
A14 5 1 7 2.5 2.0
A15 1 1 2 2.0
A16 1 2 1.5 2.0
A17 1 2 1.5 2.0
A18 1 2 1.5 2.0
A19 1 4 9 2.5 2.5

Tabel 3.3 Dimensi Pipa Grey Water Tipe Z

Tipe Z Grey Water


Beban yang ditanggung
Notasi Beban Panjang Diameter
62
kloset wastafel sink Urinal floordrain Total
B1 1 2 4.3 2
B2 1 2 2.2 2
B3 1 2 2.3 2
B4 1 2 0.4 2
B5 1 2 2.3 2
B6 1 1 1.4 2
B7 1 1 1.3 2
B8 1 2 0.3 2
B9 1 1 2.8 2
B10 1 1 1.3 2
B11 1 1 4.3 2
B12 1 1 2.2 2
B13 1 1 2.3 2
B14 3 3 9 0.4 2.5
B15 1 2 2.3 2
B16 1 2 1.4 2
B17 1 2 1.3 2
B18 1 2 0.3 2
B19 2 4 2.8 2
B20 2 4 5 20 1.3 3

Tabel 3.4 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe X

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8


Beban Panjan D Beban D Beban D(inch Beban D Beban D Beban D(inch Beban D Beban D
Total g (m) (inchi) Total (inchi) Total i) Total (inchi) Total (inchi) Total i) Total (inchi) Total (inchi)

2 3 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0


4 2.5 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0
6 2 2.0 6 2.0 6 2.0 6 2.0 6 2.0 6 2.0 6 2.0 6 2.0
8 1.5 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0
12 2 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5
1 1.5 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 2 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
2 3 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 2.5 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 2.5 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
63
14 2 2.5 14 2.5 14 2.5 14 2.5 14 2.5 14 2.5 14 2.5 14 2.5
1 3 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 3 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
7 2.5 2.0 7 2.0 7 2.0 7 2.0 7 2.0 7 2.0 7 2.0 7 2.0
1 2 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
2 1.5 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 1.5 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 1.5 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
72 2.5 4.0 63 4.0 54 4.0 45 4.0 36 4.0 27 3.0 18 3.0 9 2.5

Tabel 3.5 Dimensi Pipa Grey Water 8 Lantai Tipe Z

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8


Beban Panjan Beban D(inch Beban D(inch Beban D Beban D Beban D Beban D Beban D
D
Total g Total i) Total i) Total (inchi) Total (inchi) Total (inchi) Total (inchi) Total (inchi)

2 4.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0


2 2.2 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 2.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 0.4 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 2.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
1 1.4 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 1.3 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
2 0.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
1 2.8 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 1.3 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 4.3 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 2.2 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
1 2.3 2 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0 1 2.0
9 0.4 2.5 9 2.5 9 2.5 9 2.5 9 2.5 9 2.5 9 2.5 9 2.5
2 2.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 1.4 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 1.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
2 0.3 2 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0 2 2.0
4 2.8 2 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0
160 1.3 4 140 4.0 120 4.0 100 4.0 80 4.0 60 4.0 40 4.0 20 3.0

B. Black Water
64
Tabel 3.6 Tabel Dimensi Pipa Black Water Tipe X

Black water (Tipe X)


Beban yang ditanggung Beban Panjang Diamete
Notasi
kloset wastafel sink bathub floordrain Total (m) r (inchi)
A1 1 4 10 2.0
A2 2 8 10 2.0
A3 3 12 10 2.5
A4 4 16 8 4.0
A5 5 20 10 4.0
A6 6 24 10 4.0
A7 6 24 8 4.0

Tabel 3.7 Dimensi Pipa Black Water Tipe Z

Black water (Tipe Z)


Beban yang ditanggung Beban Panjang Diamete
Notasi
kloset wastafel sink bathub floordrain Total (m) r (inchi)
B1 1 4 10 2.0
B2 2 8 10 2.0
B3 3 12 10 2.5
B4 4 16 8 4.0
B5 5 20 10 4.0
B6 6 24 10 4.0
B7 6 24 8 4.0

Tabel 3.8 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe X

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8


Beb
Beba L D D Beba D Beba D Beba D Beba D Beba Beba D
an D(inc
n (m (inc (inch n (inch n (inch n (inch n (inch n n (inch
Tot hi)
Total ) hi) i) Total i) Total i) Total i) Total i) Total Total i)
al
4 10 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0
8 10 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0
12 10 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5
16 8 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0

65
20 10 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0
24 10 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0
192 8 4.0 168 4.0 144 4.0 120 4.0 96 4.0 72 4.0 48 4.0 24 4.0

Tabel 3.9 Dimensi Pipa Black Water 8 Lantai Tipe Z

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8


D
Pa
nj Beb
Beb D Beba D Beba D Beba D Beba D Beba D Beba
an an D(inc
an (inc n (inch n (inch n (inch n (inch n (inch n
g Tota hi)
Total hi) Total i) Total i) Total i) Total i) Total i) Total
(m l
) (inch
i)
4 10 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0 4 2.0
8 10 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0 8 2.0
12 10 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5 12 2.5
16 8 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0 16 4.0
20 10 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0 20 4.0
24 10 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0 24 4.0
192 8 4.0 168 4.0 144 4.0 120 4.0 96 4.0 72 4.0 48 4.0 24 4.0

C. Vent
Akhir dari jalur pipa vent nantinya akan dikeluarkan keluar gedung melewati atap
gedung.
Tabel 3.10 Dimensi Pipa Vent Tipe X

Notasi Diameter Panjang (m)

A1-Vertikal 1,25 3,7

A2 -Horizontal 2 3,3

A3-Vertikal 1 4,7

A4 -Horizontal 3 2,5

66
A5-Vertikal 2 4,7

A6 -Horizontal 3 3,5

A7-Vertikal 1 3,7

A8 -Horizontal 2 3,3

A9-Vertikal 2 4,7

A10 -Horizontal 3 1

A11-Vertikal 3 3,7

Tabel 3.11 Dimensi Pipa Vent Tipe Z

Notasi Diameter Panjang (m)

B1-Vertikal 1 3,7

B2 -Horizontal 3 3,3

B3-Vertikal 1 4,7

B4-Horizontal 3 2,5

B5-Vertikal 2 4,7

B6-Horizontal 3 6,7

B7-Horizontal 3 4,2

B8-Vertikal 2 4,7

B9-Vertikal 2 4,7

B10-Horizontal 3 1

B11-Vertikal 3 3,7

Berdasarkan jenis tipe vent yang digunakan dalam pembangunan gedung perkantoran 8
(delapan) lantai tersebut yaitu menggunakan jenis pipa vent loop maka diameter pipa vent
tersebut dapat diperoleh setengah dari diameter pipa pembuangan, sehingga diperoleh pada
tabel diatas tersebut.

67
Jenis alat
plambing Jumlah Beban Total
kloset 6 4 24
wastafel 10 1 10
Urinal 8 2 16
Floordrain 16 2 32
Total 82
Tabel 3.12 UBAP 1 Lantai

Tabel 3.13 Penentuan diameter pipa vent

Untuk Diameter Pipa Pembawa adalah sebagai berikut ;

Tabel 3.14 Diameter pipa vent setiap lantai


LANTAI UBAP UBAP KUMULATIF DIAMETER

1 82   3

2 82 164 4

68
LANTAI UBAP UBAP KUMULATIF DIAMETER

3 82 246 4

4 82 328 5

5 82 410 5

6 82 492 5

7 82 574 5

8 82 656 6

3.2.4 Perhitungan Dimensi Septic Tank

Pada bangunan gedung perkantoran 8 lantai ini akan dibuat septic tank dengan bentuk
persegi panjang. Dalam gedung ini, terdapat dua wadah untuk pembuangan akhir, yaitu septic
tank (buangan dari kloset) serta IPAL (buangan dari floor drain, urinal dan lavatory). Oleh
karena itu, perlu diketahui volume yang dapat ditampung oleh septic tank dan IPAL beserta
dimensinya dengan cara sebagai berikut :
Volume Tangki Septik
● Volume Lumpur (VLumpur)

𝐴 = 𝑃𝑥𝑁𝑥𝑆
Dimana :
ALumpur = Volume lumpur yang dapat ditampung (liter)
P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik (orang)
N = Jangka waktu pengurasan lumpur (tahun)
S = Rata-rata lumpur terkumpul (l/orang/tahun)

❖ Berdasarkan SNI 03.2398.2002 nilai S adalah 40 x l/orang/tahun, dengan lumpur


yang berasal dari WC dan kamar mandi.
69
❖ Nilai N sebagai jangka waktu pengurasan yang diasumsikan 5 tahun

❖ Nilai P sebagai jumlah perkiraan penghuni adalah 960 orang

● Maka dapat diketahui volume lumpur :

𝐴 = 𝑃×𝑁×𝑆
𝑙
𝐴 = 960 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔× 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛×40 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔.𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

3
𝐴 = 192000 𝑙 = 192 𝑚
● Volume Cairan (VCairan)

𝐵 = 𝑃 𝑥 𝑞 𝑥 𝑇ℎ
Dimana :
B = Volume cairan yang dapat ditampung (Liter)
P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
q = Kuantitas air limbah (Liter/orang/hari)
Th = waktu penahanan minimum (hari)

Dimana,
𝑞 = 80%×100 𝑙(𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝑙
𝑞 = 80 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖

● Th = 1, 5 − 0, 3 log 𝑙𝑜𝑔 (𝑝. 𝑞)

= 1, 5 − 0, 3 log 𝑙𝑜𝑔 (960 𝑥 80)


= 0, 034 hari
𝐵 = 𝑃 𝑥 𝑞 𝑥 𝑇ℎ
𝑙
𝐵 = 960 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 80 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑥 0, 034 ℎ𝑎𝑟𝑖

𝐵 = 2641,27 L
𝐵 = 2,64 m3
● Volume Septic Tank Total
70
Volume Total =A+B
= 192 m3 + 2,64 m3
= 194,64 m3
❖ Dimensi Perbandingan = 2:1 (SNI 03-2398-2002)

❖ Direncanakan panjang dan lebar septic tank adalah 10 m dan 5 m, dan tinggi septic
tank dapat dihitung dengan:

V = 𝑝×𝑙×𝑡
3
194,64 𝑚 = 10 𝑚×5 𝑚×𝑡
𝑡 = 3, 89 𝑚

3.3 PERENCANAAN JARINGAN AIR HUJAN

3.3.1 Sistem Jaringan Air Hujan

Dalam gedung perkantoran 8 lantai yang telah direncanakan ini atap yang digunakan
adalah atap berbentuk pelana yang menggunakan roof drain sebagai perlengkapan drainase
untuk menyalurkan air hujan dari atap menuju tangki air hujan. Dalam perencanaan sistem
jaringan air hujan ini terdapat 2 buah roof drain. Air hujan dimasukkan ke dalam recycle
tank agar air hujan ini dapat dimanfaatkan untuk hidran box.
Pipa jaringan air hujan terbagi 2, ada pipa tegak dan pipa mendatar. Dalam
perencanaan ini yang menjadi pipa tegak adalah pipa yang mengalirkan air hujan dari atas
menuju dasar gedung. Sedangkan pipa mendatar adalah pipa yang menghubungkan dari
roof drain menuju pipa tegak dan yang menghubungkan dari pipa tegak menuju recycle
tank.

3.3.2 Perhitungan Debit Curah Hujan

Penentuan debit air hujan berdasarkan pada intensitas curah hujan pada daerah
di mana lokasi gedung tersebut. Gedung perkantoran yang direncanakan berada di

71
Kota Indramayu, Jawa Barat dan intensitas hujan yang dimiliki yaitu 1.869 mm/tahun
dengan luas atap 1600 m2. Maka rumus debit air hujannya yaitu:
Q =C×I×A
Dimana :
Q = debit air hujan (m3/detik)
C = konstanta (0,5-1) = 0,7
I = intensitas hujan (mm/jam) = 90 mm/jam
A = luas atap = 1600 m2
Maka, debit air hujannya adalah:
Q =C×I×A
= 0,7 × 90 m/jam × 1600m2
= 100,8 m3/jam
Q = 28 liter/detik
3.3.2 Penentuan Diameter Pipa Jaringan Air Hujan
Penentuan diameter pipa jaringan air hujan didapatkan dari Tabel 16,Tabel
17,dan Tabel 18 pada SNI 8153:2015. Dengan data sebagai berikut :
Luas Atap = 1600 m 2
Debit (Q) = 100,8 m3/jam
= 28 liter/detik
Intensitas Hujan = 90 mm/jam
Kemiringan = 2 % (asumsi)
Tabel 3.15 Penentuan Ukuran Pipa Horizontal Air Hujan

72
Berdasarkan Tabel 16 pada SNI 8153:2015,dapat diketahui bahwa ukuran Pipa
Horizontal dari sistem drainase pada gedung ini berukuran yaitu sebesar 8 inci.
Tabel 3.16 Penentuan Ukuran Pipa Tegak Air Hujan

Berdasarkan Tabel 17 pada SNI 8153:2015,dapat diketahui bahwa ukuran Pipa Tegak
dari sistem drainase pada gedung ini berukuran yaitu sebesar 6 inci

3.3.3 Penentuan Dimensi Bak Penampung Air Hujan


Bak penampung air hujan berfungsi menampung air hujan untuk digunakan sebagai
keperluan sekunder seperti menyiram tanaman membersihkan lantai dll. Bak penampung air
hujan yang digunakan berjumlah 2 buah dan diletakkan bawah tanah dan di samping gedung
apartemen. Direncanakan bentuk bak penampung air hujan berupa persegi dengan panjang 6
meter dan lebar 5 meter serta tinggi 2 meter, sehingga:

V = p x l x t x n (jumlah bak penampung air hujan)


=6x5x2x1
= 120 m3
3.3.4 Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Luas

2
Luas 1 = 50 x 20 = 1000 𝑚

Luas 2 =20 x 30 = 600

73
2
𝑚

Tabel 3.17 Penentuan Ukuran Talang Atap

Luas daerah I = 1000 m2 🡪 Ukuran pipa datar = 150 mm


Ukuran pipa tegak = 150 mm
Luas daerah II = 600 m2 🡪 Ukuran pipa datar = 125 mm
Ukuran pipa tegak = 125 mm

Perhitungan Dimensi Sumur Resapan


Menurut SNI 03-2495-2002 bahwa diameter sumur resapan yang ditetapkan
1 2
adalah 0,8 m – 1,4 m, kemudian dengan rumus 𝑉 = 4
π𝑑 𝑡 dapat ditentukan

74
ukuran sumur resapan dengan diasumsikan bahwa kedalaman (t) sumur sebesar 6
meter.
1 2
V= 4
π1, 4 6

V = 9,2316 m3

3.3.5 Sumur Resapan


Perencanaan ini tentunya menggunakan sumur resapan untuk menampung air
hujan yang melintas gedung yang mana nantinya akan diresapkan ke dalam tanah.
1 2
V= 4
π1, 4 6

V = 9,2316 m3
Sumur resapan yang direncanakan akan digunakan sebanyak 1 buah dengan
berbentuk balok dengan kedalaman 6 meter.
Perhitungan dimensi sumur resapan :
V =PxLxT
9,2316 m3 = a x a x 6
a2 = 1,5386 m2
a = 1,24 m = P = L
Pada perencanaan ini, jika terdapat kelebihan debit akan dialirkan ke drainase kota.

3.4 PERENCANAAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem pengendalian apabila terjadi kebakaran pada gedung ini direncanakan


menggunakan dua model yaitu :

1. Di luar gedung: Hydrant pillar


2. Di dalam gedung: Hydrant box dan Sprinkler

Dilihat dari luasan gedung, maka diperkirakan membutuhkan 2 hydrant


box jangkauan 38 m untuk setiap lantainya. Ditambah 4 pillar hydrant, dimana
panjang selang umumnya 30 m dan semprotan dari air bertekanan yang keluar dari
nozzle adalah 5 m sehingga pemasangan dapat dilakukan dengan jarak 35-38 m.
75
Sedangkan untuk hydrant pillar diperkirakan 4 buah dengan jangkauan maksimum
50m. Dan untuk sprinkler yaitu jenis fire hydrant yang terletak diatas tiap lantai
dalam bentuk jaring-jaring dimana tiap outletnya ditutup dengan material tertentu,
yang tidak tahan api, sehingga bila ada percikan api (kebakaran), tutup tersebut
akan pecah dan air akan menyemprot dari outlet temperatur fusible plug
bervariasi, ada yang meleleh pada 160˚C dan 1360˚C. Open had sistem yang
digunakan untuk perlindungan gedung dioperasikan dengan automatic value yang
dikontrol dengan termostat yang didistribusikan ke seluruh gedung. Open head
sprinkler sistem ini dapat menyuplai sejumlah air untuk melindungi bangunan luas
dari api yang berasal dari gedung-gedung di sampingnya atau ledakan api yang
lain.

Berdasarkan SNI 03-3989-2000, perencana merencanakan sistem


pemadam kebakaran dengan menggunakan sprinkler dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
o Arah pancaran kebawah, karena kepala sprinkler diletakkan pada atap
ruangan
o Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna
jingga pada suhu 50oC
o Sprinkler yang dipakai ukuran 1/2” dengan kapasitas (Q) = 80
liter/menit
o Jarak maksimum antar titik sprinkler untuk tingkat kebakaran ringan
4,6 meter
o Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7 meter
o Daerah yang lindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi,
toilet, dan tangga yang diperkirakan tidak mempunyai potensi
terjadinya kebakaran
o Sprinkler overlap ¼ bagian

76
3.4.1 Penentuan Ukuran Diameter Pipa Pemadam Kebakaran
Persyaratan untuk menentukan diameter pipa antara lain adalah debit minimum tiap
box hydrant adalah 400 L/menit dan debit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan satu
hydrant pillar adalah 38 L/detik dan 19 liter/detik untuk hydrant pillar kedua sedangkan
hydrant pillar ketiga dan keempat masing-masing debitnya bertambahnya sebesar 20 L/detik.
Tiap post hydrant harus menjangkau 38 m jauhnya api dan tekanan minimum 3,5 bar. Pada
gedung ini didesain 4 pillar hydrant dan 2 hydrant box disetiap lantainya.
Tabel 3.18 Jumlah Pasokan Air Hydrant Halaman

Berdasarkan SNI 03-1735:2000 , diameter nominal pipa tegak adalah 100 mm (4 inch)
untuk bangunan dengan ketinggian 10 m s/d 40 m. Sedangkan untuk pipa horizontalnya
sebagai berikut;
● Hydrant Pillar
a. Hydrant Pillar 1
Q = 38 L/detik = 0,04 m3/detik

V = 2,5 m/s (asumsi)

Q =AxV

𝑄
A = 𝑉

3
1 2 0.038 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠

77
D2 = 0,019

D = 0,14 m

D = 140 mm = 6 inch

b. Hydrant Pillar 2
Q = 19 L/detik = 0,019 m3/detik

V = 2,5 m/s (asumsi)

Q =AxV

𝑄
A = 𝑉

3
1 2 0.019 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠

D2 = 0,01

D = 0,1 m

D = 100 mm = 4 inch

c. Hydrant Pillar 3
Q = 20 L/detik = 0,02 m3/detik

V = 2,5 m/s (asumsi)

Q =AxV

𝑄
A = 𝑉

3
1 2 0.02 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠

D2 = 0,01
78
D = 0,1 m

D = 100 mm = 4 inch

d. Hydrant Pillar 4
Q = 20 L/detik = 0,02 m3/detik

V = 2,5 m/s (asumsi)

Q =AxV

𝑄
A = 𝑉

3
1 2 0.02 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠

D2 = 0,01

D = 0,1 m

D = 100 mm = 4 inch

● Hydrant Box
Q = 400 L/menit = 0,4 m3/menit = 0,0067 m3/detik

V = 2,5 m/s (asumsi)

Q =AxV

𝑄
A = 𝑉

3
1 2 0.0067 𝑚 /𝑠
4
π𝑑 = 3
2,5 𝑚 /𝑠

D2 = 0,00341

D = 0,058 m
79
D = 58 mm = 3 inch

3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran


Pada kebutuhan air kebutuhan air pemadam kebakaran ini memuat perhitungan Hydrant
Pillar dan Hydrant box, antara lain :
● Hydrant Pillar
a. Hydrant Pillar 1
HP1 = 38 L/detik = 2280 L/menit
Vhp = Qhp x t

= 2280 L/menit x 45 menit

= 102600 L

= 102,6 m3
b. Hydrant Pillar 2
HP2 = 19 L/detik = 1140 L/menit
Vhp = Qhp x t

= 1140 L/menit x 45 menit

= 51300 L

= 51,3 m3
c. Hydrant Pillar 3
HP3 = 1200 L/menit
Vhp = Qhp x t

= 1200 L/menit x 45 menit

= 54000 L

= 54 m3
d. Hydrant Pillar 4
HP3 = 1200 L/menit
Vhp = Qhp x t

80
= 1200 L/menit x 45 menit

= 54000 L

= 54 m3
Total Vhp = HP1 + HP2 + HP3 + HP4
= 102,6 + 51,3 + 54 + 54
= 261,9
● Hydrant Box
Terdapat 2 Hydrant box pada setiap lantai sehingga total hydrant box pada
gedung 8 lantai ini sebanyak 16 hydrant box.
Vhb = Qhb x t x jumlah hydrant

= 400 L/menit x 30 menit x 16 buah

= 192000 L

= 192 m3

Sehingga total keseluruhan volume air yang dibutuhkan adalah 261,9 m3


ditambah dengan 192 m3 yaitu 453,9 m3 dibulatkan menjadi 454 m3

3.4.3 Perhitungan Springkler


a. Luas lantai yang direncanakan
Luas efektif = 60% Luas gedung x 8
= 60% x 1600 m2 x 8
= 7680 m2

b. Satu buah sprinkler mencakup area sebesar


=4 m x 4 m
=16 m2

81
c. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping
sebesar ¼ area jangkauan sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air
Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut:
X=4m–(¼ x4m)
=3m
Maka, luas daerah efektif yang dilindungi adalah
A=3mx3m
= 9 m2
Jadi, jumlah sprinkler yang dibutuhkan
7680 𝑚2
= 9 𝑚2

= 854 sprinkler
Untuk 1 lantai jumlah sprinkler yang dipasang sebanyak 107 buah

d. Volume Kebutuhan Air Sprinkler untuk 8 lantai


A = 9 m 2 = 96,875 ft2
Q = A x density
Q = 96,875 x 0,1 (Density untuk gedung kategori ringan )
Q = 9,7 gpm = 36,67 L/m = 0,00061 m3 /s

V=QXT
Dimana,
V = volume kebutuhan air (m3)
Q = kapasitas air (m3/s)
T = waktu operasi sistem
V = Q tiap sprinkler x jumlah sprinkler yang pecah (asumsi)
= 0,00061 m3 /s x 35 x 8
= 0,1711 m3 /s = 0,00285 m3 /menit
Misalkan T = waktu operasi sistem selama 30 menit, maka kebutuhan air
sebagai berikut:
V=QxT
82
= 0,1711 m3 /s x 30 menit (1800 sekon)
= 309 m3

3.4.4 Pompa Untuk Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran


Pompa untuk kebutuhan air pemadam kebakaran dapat dihitung dan disimpulkan
sebagai berikut :
a. Pompa dari reservoir
● Headloss = Head statis + Hf Mayor + Hf Minor + sisa tekan (2 m)
a. Hf Suction (Reservoir-Pompa)
Diketahui :
Lsuction = 1,3 m Cpipa VPC = 130
Q = 38 L/detik = 0,04 m3/detik K belokan 90o = 0,35

V asumsi = 2,5 m/detik K Tee = 3,6


Diameter = 0,03 m
● Mayor Losses Suction

1,85
𝑄 ×𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )

1,85
0,04 × 1,3
= 2,63 1,85
(0,2785×130×0,03 )

= 102, 9 𝑚
● Minor Losses Suction
2
𝑉
𝐻𝑓 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 90 × 2×𝑔
2
(2,5)
= (0, 35)× 2×9,81
= 0, 1115 𝑚

Sehingga Hf suction yang didapatkan sebesar 103 m.

b. Hf Discharge ( Pompa-Hydrant paling tinggi)


Diketahui :
Ldischarge = 36 m K Belokan 90o = 0, 35
83
Q = 400 L/detik = 0,0067 m3/detik K check valve = 0,35
Vasumsi = 2, 5 𝑚/𝑑𝑒𝑡 Diameter = 0,03 m
Cpipa VPC = 130
a. Mayor Losses Suction
1,85
𝑄 ×𝐿𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )

1,85
0,0067 ×36
= 2,63 1,85
(0,2785×130×0,03 )

= 113,9 m

b. Minor Losses Suction


2
𝑉
Hf masuk = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 + 𝐶ℎ𝑒𝑐𝑘𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 + 𝑇𝑒𝑒)× 2×𝑔

2
(2,5)
= (0. 35 + 0, 35 + 3, 6)× 2×9,81
= 1,37 m

Sehingga H discharge yang didapatkan sebesar 115,24 m.

Head Statis = Beda tinggi ground reservoir dengan ujung pipa discharge

= Head discharge - Head suction

= 115,24 - 103 = 12,23 m


2
𝑉
Head pompa total = Head statis + Hf Mayor + Hf Minor + sisa tekan (2 m)+ 2×𝑔

2
(2,5)
= 12,23 + (103) + (115,24) + 2+ 2×9,81

= 232,8 m

a. Daya Pompa
Daya Pompa = ρ x g x H x Q
Dimana

84
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
G = percepatan grafitasi (m/s2)
H = head total dari pompa (m)
Q = debit air (m3/s)
Daya Pompa =ρxgxHxQ
= 1000 x 9,81 x 232,8 x 0,0067
= 15224,8 watt
= 15,225 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 15,225 kw.

b. Pompa dari penampungan air hujan (Rain Water Harvesting)


2
𝑉
● Headloss = Head statis + Hf Mayor + Hf Minor + sisa tekan (2 m)+ 2×𝑔

a. Hf Suction (Penampungan Air Hujan(RWH) -Pompa)


Diketahui :
Lsuction = 17 m Cpipa baja = 140
Q = 0,04 m3/menit K belokan 90o = 0,35
= 6,67 x 10-4 m3/detik
V asumsi = 2,5 m/detik Diameter = 58 mm = 0,058 m
● Mayor Losses Suction

1,85
𝑄 ×𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )

1,85
0,0067 × 17
= 2,63 1,85
(0,2785×140×0,058 )

= 1, 85 𝑚
● Minor Losses Suction
2
𝑉
𝐻𝑓 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 90)× 2×𝑔
2
(2,5)
= (0, 35)× 2×9,81
= 0, 1115 𝑚

Sehingga Hf suction yang didapatkan sebesar 1,96 m.


85
b. Hf Discharge ( Pompa dari RWH -Hydrant paling tinggi)
Diketahui :
Ldischarge = 84 m K Belokan 90o = 0,35
3
Q = 0, 0067 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 K check valve = 0,75
Vasumsi = 2, 5 𝑚/𝑑𝑒𝑡 Diameter = 0,058 m
Cpipa baja = 140 K Tee = 3,6 x 8 = 28,8
● Mayor Losses Suction
1,85
𝑄 ×𝐿𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
𝐻𝑓 = 2,63 1,85
(0,2785×𝐶×𝐷 )
1,85
0,0067 ×84
= 2,63 1,85
(0,2785×140×0,058 )
= 9,15 m

● Minor Losses Suction


2
𝑉
Hf masuk = (𝐾 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑘𝑎𝑛 + 𝐶ℎ𝑒𝑐𝑘𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 + 𝑇𝑒𝑒)× 2×𝑔

2
(2,5)
= (0, 35 + 0. 75 + 28, 8)× 2×9,81
= 9,524 m

Sehingga Hf Discharge yang didapatkan sebesar 18,68 m.

Head Statis = Beda tinggi ground reservoir dengan ujung pipa discharge

= 18,68 - 1,96

= 16,71 m
2
𝑉
Head pompa total = Head statis + Hf Mayor + Hf Minor + sisa tekan (2 m)+ 2×𝑔

2
(2,5)
= 16,71 + 1,96 + 18,68 + 2 + 2×9,81

= 37,67 m

b. Daya Pompa
Daya Pompa = ρ x g x H x Q

86
Dimana
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
G = percepatan grafitasi (m/s2)
H = head total dari pompa (m)
Q = debit air (m3/s)
Daya Pompa =ρxgxHxQ
= 1000 x 9,81 x 37,67 x 0,0067
= 2463,65 watt
= 2,5 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 2,5 kw.

3.4.5 Perencanaan Pompa


a. Pompa reservoir
Daya Pompa = ρ x g x H x Q
= 1000 x 9,81 x 232,8 x 0,0067
= 15224,8 watt
= 15,225 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 15,225 kw.
Maka, jenis pompa yang akan digunakan adalah Vertical multistage CR 15-5, merk
Grundfos dengan kategori centrifugal vertical multistage, yaitu dengan harga Rp
41.700.000.00 per satuan pompa.

b. Pompa dari penampungan air hujan (Rain Water Harvesting)


Daya Pompa =ρxgxHxQ
= 1000 x 9,81 x 37,67 x 0,0067
= 2463,65 watt
= 2,5 kilowatt
Berdasarkan hasil perhitungan daya pompa air, didapati hasil 2,5 kw.Maka, jenis
pompa yang akan digunakan adalah pompa celup stainless steel, merk Padova dengan
kategori pompa celup air kotor 3 phase, yaitu dengan harga Rp 17.770.000.00 per satuan
pompa.

87
3.5 KONSEP RESOURCES RECOVERY DAN GREEN BUILDING

Gedung perkantoran ini akan dibangun dengan konsep green building. Berikut beberapa
konsep yang akan diterapkan pada gedung perkantoran 8 lantai :
1. Rainwater Harvesting
Bangunan kantor akan direncanakan menggunakan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan air hujan dari atap kemudian air hujan akan ditampung menuju sumur
resapan yang terletak di dasar bangunan. Saat di dasar bangunan air tersebut akan
merembes kebawah dan akan digunakan kembali untuk air tanah. Air hujan yang
ditampung juga akan digunakan sebagai air cadangan sumber air bersih. Selain itu air
hujan juga dapat digunakan untuk menyiram tanaman yang ditanam di sekitar gedung,
sehingga dapat menghemat kebutuhan air bersih yang digunakan.
2. Pembuatan Taman atau Penanaman tumbuhan hijau di area rooftop
Pembuatan taman hijau ini agar terjadinya keseimbangan lingkungan tetap
terjaga dan tidak terganggu. Fungsi dari tanaman ini untuk penyerapan air hujan
menjadi air tanah, dan untuk menyediakan kebutuhan oksigen. Dan taman atau
tanaman hijau ini dibangun sebagai isolator yang nantinya bisa mengurangi panas dari
terik matahari agar suhu di gedung perkantoran tetap stabil.
3. Pembuatan sejenis pabrik kecil untuk mengolah grey water dan black water
Tujuan pembuatan pabrik kecil ini mempunyai alasan yang sederhana yaitu
pabrik kecil ini digunakan untuk pengolahan grey water dan black water dengan
canggih mendaur ulang grey water dan black water yang kembali ke kamar mandi
untuk menyiram toilet dan digunakan untuk irigasi atap selama cuaca hangat atau pada
musim panas.

88
BAB 4
BILL OF QUALITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

4.1 Pengadaan Alat Plambing dan Saniter

Tabel 4.1 Pengadaan alat plambing dan saniter

alat plambing
NO URAIAN SPESIFIKASI JUMLAH HARGA SATUAN SUB TOTAL

Toto Tipe
1 Kloset duduk 96 Rp 2,520,000 Rp 241,920,000
CW702J/SW78
2 Wastafel Tipe L237V1B 80 Rp 1,631,000 Rp 130,480,000
3 Shower TOTO T23BQ13 96 Rp 454,000 Rp 43,584,000
4 Urinoir TOTO UW447JT1 64 Rp 5,000,000 Rp 320,000,000
5 Floor drain Tipe TX 1AN 128 Rp 115,000 Rp 14,720,000

Total Rp 750,704,000

4.1.1 Pipa Air Bersih (PVC Wafin)


Tabel 4. 2 Pipa Air Bersih (PVC Wafin)

air
bersih
DIAMETER PANJANG HARGA
NO URAIAN PANJANG JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PIPA PERBATANG

1 Pipa PVC 3/4 399 4 100 Rp 27,120 Rp 2,705,220


2 Pipa PVC 1 0 4 - Rp 33,040 Rp -
3 Pipa PVC 1 1/4 358 4 90 Rp 41,600 Rp 3,723,200
4 Pipa PVC 1 1/2 288 4 72 Rp 58,880 Rp 4,239,360
5 Pipa PVC 2 100 4 25 Rp 76,680 Rp 1,917,000
Total Rp 12,584,780

4.1.2 Aksesoris Pipa (PVC Rucika)


Tabel 4. 3 Aksesoris Pipa (PVC Rucika)
aksesoris
89
JUMLAH
DIAMETER JUMLA HARGA
NO URAIAN KEBUTUHAN PERKOTAK(P SUB TOTAL
PIPA(INCHI) H PERKOTAK
CS)
1 Belokan 90 3/4 130 q 1 Rp 29,000 Rp 29,000
2 Belokan 90 1 20 80 2 Rp 248,000 Rp 496,000
3 Belokan 90 1 1/4 28 40 1 Rp 220,000 Rp 220,000
4 Belokan 90 1 1/2 12 25 1 Rp 192,500 Rp 192,500
5 T-90 3/4 100 100 1 Rp 280,000 Rp 280,000
6 T-90 1 256 60 5 Rp 276,000 Rp 1,380,000
7 T-90 1 1/4 256 130 1 Rp 1,014,000 Rp 1,014,000
8 T-90 1 1/2 28 215 1 Rp 430,000 Rp 430,000
9 Reducer 3/4 x 1/2 36 215 1 Rp 408,500 Rp 408,500
10 Reducer 1 1/4 x 1 92 35 3 Rp 290,500 Rp 871,500
11 Reducer 1 x 3/4 32 150 1 Rp 390,000 Rp 390,000
12 Increaser 1 1/2 x 1 1/4 28 90 1 Rp 216,000 Rp 216,000
13 Increaser 2 x 1 1/2 20 75 1 Rp 232,500 Rp 232,500
Total Rp 6,160,000

4.1.3 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih


Tabel 4. 4 Ground Reservoar, Pompa, dan Rooftank Air Bersih
perlatan
pendukung
JUMLA
NO URAIN SPESIFIKASI HARGA SATUAN SUB TOTAL
H
1 Pompa Vertical multistage CR 15-5 1 Rp 41,700,000.00 Rp 41,700,000
2 reservoir 3,01 M X 3,01 M X 4,4 M 2 Rp 40,000,000 Rp 80,000,000
3 Rooftank Air Profil Tank (TDA/Plastik) 2 Rp 30,035,000 Rp 60,070,000

4.2. Pekerjaan Air Buangan

4.2.1. Pipa Air Buangan dan Vent


Tabel 4. 5 Air Buangan dan Vent

Air buangan ( black dan grey) dan ven

90
PANJANG
DIAMETER PANJANG JUMLA HARGA
NO URAIAN PERBATANG( SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PIPA(METER) H PERBATANG
METER)

1 Pipa PVC 2 1543 4 386 Rp 27,120 Rp 10,461,540


2 Pipa PVC 2 1/2 336 4 84 Rp 33,040 Rp 2,775,360
3 Pipa PVC 3 158 4 40 Rp 41,600 Rp 1,643,200
4 Pipa PVC 4 98 4 25 Rp 58,880 Rp 1,442,560
Total Rp 16,322,660

4.2.1. Aksesoris Air Buangan dan Vent


Tabel 4. 6 Aksesoris Air Buangan dan Vent
aksesoris
JUMLAH
DIAMETER KEBUTUH HARGA
NO URAIAN PER JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) AN PERKOTAK
KOTAK(PCS)
Belokan
1 2 1/2 280 60 5 Rp 396,000 Rp 1,980,000
45
Belokan
2 2 327 100 7 Rp 500,000 Rp 3,500,000
45
Belokan
3 3 116 35 7 Rp 385,000 Rp 2,695,000
45
Belokan
4 4 28 15 2 Rp 283,500 Rp 567,000
45
Belokan
5 3 132 16 8 Rp 499,200 Rp 3,993,600
90
Belokan
6 1 183 145 2 Rp 290,000 Rp 580,000
90
7 Increaser 2 1/2 x 2 270 45 6 Rp 247,500 Rp 1,485,000
8 Increaser 2 1/2 x 2 46 45 2 Rp 247,500 Rp 495,000
2 1/2 x 1
9 Increaser 88 45 2 Rp 229,500 Rp 459,000
1/2
10 Increaser 3 x 2 1/2 150 28 6 Rp 201,600 Rp 1,209,600
11 Increaser 4x3 27 35 1 Rp 504,000 Rp 504,000
12 Increaser 5x4 4 20 1 Rp 528,000 Rp 528,000
13 T-45 2 647 18 36 Rp 162,000 Rp 5,832,000
14 T-45 3 100 15 7 Rp 293,250 Rp 2,052,750
15 T-90 2 1/2 132 16 9 Rp 408,000 Rp 3,672,000
16 T-90 2 164 20 9 Rp 332,000 Rp 2,988,000
17 T-90 3 20 12 2 Rp 463,200 Rp 926,400

91
18 T-90 3/4 83 100 1 Rp 280,000 Rp 280,000
Total Rp 33,747,350

4.3 Pekerjaan Air Hujan

4.3.1 Pipa Air Hujan


Tabel 4. 7 Pipa Air Hujan

air hujan
PANJANG
PANJANG
DIAMETER PERBATA HARGA
NO URAIAN PIPA(MET JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) NG PERBATANG
ER)
(METER)
1 Pipa PVC 5 222 4 56 Rp 68,000 Rp 3,774,000
2 Pipa PVC 6 0 4 0 Rp 76,120 Rp -
3 Pipa PVC 8 0 4 0 Rp 85,630 Rp -
Total Rp 3,774,000

4.3.2 Aksesoris Pipa


Tabel 4. 8 Aksesoris Pipa dan Sumur Resapan

aksesoris
JUMLAH
DIAMETER KEBUTUH PER HARGA
NO URAIAN JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) AN KOTAK PERKOTAK
(PCS)
1 Belokan 90 6 27 8 3.375 Rp 161,400 Rp 544,725
2 T-90 6 16 5 3.2 Rp 194,300 Rp 621,760
3 T-90 5 14 16 0.875 Rp 50,800 Rp 44,450
4 Reducer 6x5 10 8 1.25 Rp 77,200 Rp 96,500
5 Reducer 6x8 18 5 3.6 Rp 87,920 Rp 316,512
Total Rp 1,623,947

4.4 Pekerjaan Air Hydrant

4.4.1. Pipa Pemadam Kebakaran


92
Tabel 4. 9 Pipa Pemadam Kebakaran
sistem
pemadam
PANJANG
DIAMETER PANJANG HARGA
NO URAIAN PERBATANG JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PIPA(METER) PERBATANG
(METER)

Rp
1 Pipa baja 3 1856 4 464 Rp 287,400
133,353,600
2 Pipa baja 5 192 4 48 Rp 365,000 Rp 17,520,000
3 Pipa baja 6 0 4 0 Rp 428,900 Rp -
4 Pipa baja 8 0 4 0 Rp 542,800 Rp -
Total 150,873,600

4.4.2 Aksesoris Pipa


Tabel 4. 10 Aksesoris Pipa

aksesoris
JUMLAH
DIAMETER HARGA
NO URAIAN KEBUTUHAN PERKOTAK JUMLAH SUB TOTAL
PIPA(INCHI) PERKOTAK
(PCS)
1 Belokan 90 6 7 8 2 Rp 185,000 Rp 370,000
2 Belokan 90 3 30 24 2 Rp 241,900 Rp 483,800
3 T-90 5 20 16 2 Rp 158,700 Rp 317,400
Total Rp 1,171,200

4.4.3 Pengadaan Unit Pemadam Kebakaran


Tabel 4. 11 Pengadaan Unit Pemadam Kebakaran
Peralatan pendukung
HARGA
NO URAIN SPESIFIKASI JUMLAH SUB TOTAL
SATUAN
Pompa celup air Rp Rp
1 Pompa 1
kotor 3 17,770,000 17,770,000
Rp
2 Hydrant Box 16 Rp 1,737,000
27,792,000
Rp
3 Hydrant Post 16 Rp 1,737,000
27,792,000
Rp
4 Nozzle 5 Rp 2,460,000
12,300,000

93
Rp
5 Selang Hydrant 16 Rp 1,705,000
27,280,000
Head Pendant 3-4 Rp
6 Sprinkler 854 Rp 40,000
Green 93° - ZST 34,160,000
Rp
Total
147,094,000

4.5 Perhitungan Jasa

Pekerja/m2 45 hari pengerjaan

Tabel 4. 10 Perhitungan Jasa

HARGA
JUMLAH
URAIAN KOEFISIE SATUAN
NO SATUAN PEKERJ HARGA
PEKERJAA N UPAH/HA
A
N RI

1 Tukang Pipa OH 0.36 Rp 75.000 159 Rp 536.625.000

2 Tukang Batu OH 0.06 Rp 80.000 27 Rp 97.200.000


3 Kepala Tukang OH 0.006 Rp 90.000 3 Rp 12.150.000
5 Mandor OH 0.002 Rp 90.000 1 Rp 4.050.000
TOTAL Rp 650.025.000

4.6 Total Anggaran

Tabel 4. 11 Total Anggaran

rekapan RAB
NO URAIN SUB TOTAL
1 Alat plambing Rp 750,704,000
2 Sistem air bersih Rp 200,514,780
3 Sistem air buangan dan ven Rp 50,070,010
4 Sistem air hujan Rp 5,397,947
5 Total Upah Pekerja Rp 650,025,000
6 Sistem pemadam kebakaran Rp 299,138,800
Total Rp 1,955,850,537
94
95
DAFTAR PUSTAKA

Noerbambang Soufyan M, Takeo Morimura. 2000. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem


Plambing. Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Standar Nasional Indonesia No. 8153 - 2015, Sistem plambing pada bangunan gedung
Standar Nasional Indonesia No. 03-3989-2000, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
sprinkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Standar Nasional Indonesia No. 03-2397-2002, Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Sistem Resapan
Standar Nasional Indonesia No. 2398-2017, Tata cara perencanaan tangki septik dengan
pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)
Standar Nasional Indonesia No. 8456-2017, Sumur dan parit resapan air hujan.

96
LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Air Bersih dan Denah

97
Lampiran 2 Diagram Alir Grey Water dan Denah

98
Lampiran 3 Diagram Alir Black Water dan Denah

99
Lampiran 4 Diagram Alir Vent dan Denah

100
Lampiran 5 Diagram Alir Air Hujan

Lampiran 6 Diagram Alir Sistem Pemadam Kebakaran

101
Lampiran 7 Isometri Air Bersih

Lampiran 8 Isometri Grey Water

102
Lampiran 9 Isometri Black Water

Lampiran 10 Isometri Pipa Vent

103
Lampiran 11 Isometri Air Hujan

104
Lampiran 12 Detail Perencanaan

105

Anda mungkin juga menyukai