Anda di halaman 1dari 64

TUGAS KELOMPOK (MINI PROJECT)

MATA KULIAH PLAMBING DAN INSTRUMENTASI (TL 2132)

SEMESTER GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Disusun Oleh:
Kelompok 4A
1. Fadilla Raidatul Assifa 121250006
2. Mikha Hanatasya Br Sitepu 121250009
3. Irvandi Sihombing 121250013
4. Mike Putri Huljannah 121250019
5. Fuan Dini Arta 121250022
6. Shintia Nur Asiah 121250036
7. Brigita Aurelia 121250037
8. Nabila Izzah Zikiristia 121250039
9. Afarizza Fahlevy 121250140

Asisten
Atika Kurnia Syifa 120250082

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR PERENCANAAN PLAMBING DAN INSTRUMENTASI SEMESTER II
TAHUN 2021/2022

Perencanaan Plambing dan Instrumentasi pada Gedung Apartemen Lantai 4


Disusun Oleh:
Kelompok 4A
1. Fadilla Raidatul Assifa 121250006
2. Mikha Hanatasya Br Sitepu 121250009
3. Irvandi Sihombing 121250013
4. Mike Putri Huljannah 121250019
5. Fuan Dini Arta 121250022
6. Shintia Nur Asiah 121250036
7. Brigita Aurelia 121250037
8. Nabila Izzah Zikiristia 121250039
9. Afarizza Fahlevy 121250140

Asisten
Atika Kurnia Syifa 120250082
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2

BAB I 5

PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Maksud dan Tujuan 6
1.3.1. Maksud 6
1.3.2. Tujuan 6

BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih 7
2.1.1. Sistem Sambungan Langsung 7
2.1.2. Sistem Tangki atap 7
2.1.3. Sistem Tangki Tekan 8
2.2. Penentuan Kebutuhan Air Bersih 8
2.2.1. Berdasarkan Jumlah Penghuni 8
2.2.2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing 9
2.2.3. Berdasarkan unit beban alat plumbing 10
2.3. Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan dan Vent 11
2.3.1. Jenis Air Buangan 11
2.3.2. Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Buangan 11
2.3.3. Jenis-Jenis Pipa Pembuangan 12
2.4 Sistem Plambing Untuk Pemadam Kebakaran 13
2.4.1. Umum 13
2.4.2. Jenis Fire Hydrant 14
2.4.3. Tekanan dan Kecepatan Pengaliran 14
2.5. Penentuan Head Pompa dan Perhitungan Daya Pompa 15
1.5.1. Jenis pompa 17
2.6. Kriteria-kriteria Desain Yang Dibutuhkan Dalam Perencanaan Plambing 18
2.6.1. Kriteria Desain Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih 18
2.6.2. Kriteria Desain Sistem Pompa Distribusi Air Bersih 19
2.6.3. Kriteria Desain Sistem Pemadam Kebakaran 19
2.6.4. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan 21

BAB III 23

DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING 23


3.1 Perencanaan Jaringan Air Bersih 23
3.1.1. Sistem Penyediaan Air Bersih 23
3.2.1. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih 23
1. Berdasarkan Jumlah Penghuni 23
2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing 25
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP) 28
3.2. Ground Reservoir 31
3.2.1. Menghitung besar kapasitas pipa dinas (Qs) sesuai rumus 31
3.2.2. Menghitung besar volume ground reservoir 32
3.2.3. Menghitung dimensi ground reservoir 32
3.3. Roof Tank 33
3.3.1. Kapasitas Roof Tank / Tanki Atas 33
3.3.2. Dimensi roof tank 34
3.3.3. Perhitungan Kehilangan Tekanan Dan Tinggi Roof Tank 39
3.3.4. Perhitungan Dimensi Pipa Air Bersih Dari Ground Reservoir Ke Roof Tank 45
3. 4 Perencanaan Jaringan Air Buangan 46
3.4.1. Penentuan Dimensi Pipa Air Buangan 46
3. 3 Perencanaan Jaringan Pipa Vent 53
3.3.1. Penentuan Dimensi Pipa Vent 53
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya pembangunan di berbagai bidang turut mempengaruhi berbagai aspek dalam
masyarakat, terutama dalam aspek fisik seperti maraknya pembangunan berbagai fasilitas. Mulai
terbukanya lahan-lahan untuk pembangunan fasilitas permukiman, perkantoran, dan sebagainya
menuntut penggunaan lahan yang optimal. Sehingga pembangunan suatu bangunan tidak hanya
berlantai tunggal tetapi sudah mulai menggunakan lantai yang bertingkat. Dalam bangunan
tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan yang secara khusus
diterapkan sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Plumbing adalah sebuah seni dan teknologi perpipaan dan peralatan yang digunakan
untuk menyediakan air bersih ke suatu tempat yang baik dalam hal kualitas, kuantitas serta
kuantitas yang memenuhi syarat dan pembuangan limbahnya tidak mencemari bagian terpenting
lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.
Sistem plambing adalah bagian dari bangunan gedung yang dipergunakan untuk
menyediakan air bersih dan pembuangan air kotoran serta air buangan ke tempat yang sudah
disediakan agar tidak mencemari bagian-bagian terpenting lainnya. Terdapat empat jenis sistem
plambing antara lain sistem plambing air bersih, sistem plambing air buangan, sistem pemadam
kebakaran dan sistem perpipaan. Sistem perencanaan gedung itu sendiri harus dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahap-tahapannya.
Perancangan sistem plambing harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena hal
tersebut tidak hanya berdampak pada keefektifan dan keefisienan namun juga berdampak pada
kesehatan pada jangka panjangnya.Hal ini tidak akan kalah penting karena kesehatan merupakan
harta yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia.Untuk menjaga kesehatannya manusia
bisa memulainya dengan menjaga kesehatan lingkungan,baik tempat kerja atau pun lingkungan
sekitar yang dalam hal ini sistem plambing memberikan andil yang sangat penting untuk
menjaga kesehatan didalam lingkungan gedung tempat bekerja maupun permukiman.
Perlengkapan gedung diharapkan dapat memenuhi kebutuhan serta menjamin keamanan
dan keselamatan dalam pemanfaatannya. Demikianlah hal tersebut berlaku bagi sistem plambing
yang jika tidak dirancang dengan baik, selain mahal, tidak efektif serta memberikan banyak
masalah operasi dan perawatan. Maka beberapa hal yang prinsip perlu diketahui dan
dipertimbangkan dalam setiap perancangan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana merancang sistem plumbing instalasi air bersih dan air buangan sistem
pemadam kebakaran serta sistem perpipaan yang akan digunakan pada pembangunan
bangunan bertingkat sesuai dengan data yang ada.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud
Perencanaan dan perancangan sistem sanitasi gedung bertingkat ini harus memberikan
fasilitas kebutuhan yang memadai kepada masyarakat atau setidaknya penghuni gedung
terutama yang berkaitan dengan penyediaan air bersih yang memadai, air buangan sistem
pemadam kebakaran, dan sistem perpipaan di dalam gedung. Oleh karena itu, perencanaan
dan perancangan sistem ini yang baik secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan taraf hidup yang cukup.

1.3.2. Tujuan
Tujuan perencanaan dan perancangan fasilitas sanitasi untuk gedung Apartemen X ini
adalah:
1. Untuk menyediakan air bersih yang cukup kualitas dan kuantitasnya secara terus
menerus sampai ke tempat tujuan.
2. Mendistribusikan air limbah secara aman dari semua bangunan ke tempat yang aman
dan bersih serta membuangnya di tempat yang aman.
3. Bangunan akan menjadi bangunan yang layak huni dengan memenuhi persyaratan
kesehatan, persyaratan lingkungan, dan persyaratan etika dan estetika bangunan.
4. Mengetahui cara merancang sistem plumbing instalasi air bersih dan air buangan
sistem pemadam kebakaran serta sistem perpipaan yang akan digunakan pada
pembangunan bangunan bertingkat sesuai dengan data yang ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh
karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai
dengan tahapan- tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada
pada gedung tersebut. Fungsi dari instalasi plumbing adalah:
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat lainnya dengan tekanan dan jumlah aliran yang cukup.
2. Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.

Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem plambing
yang baik. Istilah peralatan plambing meliputi:
1. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum
2. Peralatan untuk menyediakan air panas
3. Peralatan untuk menyediakan air buangan atau air kotor
4. Peralatan saniter

2.1. Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air bersih menuju tempat yang
memerlukan. Dalam perancangan sistem air bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan
digunakan, pada umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti:

2.1.1. Sistem Sambungan Langsung

Sistem sambungan langsung mengalirkan air dari pipa utama milik perusahaan penyedia air
minum langsung menuju pipa distribusi dalam gedung. Sistem ini kurang cocok
diimplementasikan pada gedung-gedung tinggi karena terbatasnya tekanan pada pipa utama serta
dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama sehingga dikhawatirkan tidak dapat mengalirkan air
hingga lantai teratas karena tekanan yang tidak mencukupi.

2.1.2. Sistem Tangki atap

Untuk sistem tangki atap, air dari pipa utama milik perusahaan penyedia air minum ditampung
terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground reservoir) lalu dipompakan ke atas menuju tangki
atap (roof tank). Tidak seperti sistem tangki tekan, perubahan tekanan air dalam pipa tidaklah
begitu besar sehingga ketersediaan air di tiap waktunya cukup stabil. Dengan menggunakan sistem
ini, tekanan air yang rendah dari pipa utama juga tidak begitu menjadi masalah karena air akan
dipompa terlebih dahulu ke tangki atap baru dialirkan ke seluruh gedung dengan menggunakan
gaya gravitasi. Pada setiap tangki bawah dan tangki atap biasanya dipasangkan alarm guna
memberikan tanda ini juga bisa difungsikan sebagai pemicu pompa untuk agar bekerja otomatis
sehingga tidak harus bekerja terlalu sering yang dapat memperpendek usia pompa.
2.1.3. Sistem Tangki Tekan

Untuk sistem tangki tekan, harga awal pemasangan memang lebih rendah daripada menggunakan
sistem tangki atap. Namun, kekurangan dari sistem ini adalah akan terjadi fluktuasi tekanan dalam
pipa sehingga aliran air tidak akan stabil. Padahal, untuk sistem penyediaan air bersih pada gedung
apartemen, air harus selalu tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dalam gedung. Selain
itu, setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke dalam tangki atau dengan menguras
seluruh air dari dalam tangki. Hal ini bertujuan untuk mengganti kembali udara yang hilang atau
terlarut ke dalam air yang tersimpan dalam tangki sehingga tekanan dapat kembali normal. Jumlah
air efektif yang tersimpan dalam tangki juga relatif sedikit sehingga pompa akan lebih sering
bekerja untuk mengisi kembali air ke dalam tangki.

2.1.4. Sistem Tanpa Tanki

Dalam system ini tidak digunakan tanki apapun, baik tanki bawah, tangki tekan, ataupun atap. Air
dipompakan langsung ke system distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa
utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum). Ada dua macam pelaksanaan sistem ini,
dikaitkan dengan kecepatan putaran pompa konstan dan variable.

2.2. Penentuan Kebutuhan Air Bersih

Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk bangunan bertingkat, kapasitas peralatan dan
dimensi pipa maupun tangki dibuat berdasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan
pada bangunan tersebut. Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan air tersebut, diantaranya adalah :

- Metode berdasarkan jumlah pemakai

- Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

- Metode berdasarkan unit beban alat plambing

Dari ketiga metode diatas, metode yang praktis digunakan adalah metode berdasarkan jumlah
pemakai. Hal ini berdasarkan pemakaian rata rata sehari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni.
Menurut SNI 8153:2015 (Sistem plambing dalam bangunan gedung) menghitung kebutuhan air bersih
dinyatakan dalam fixture unit (FU) atau unit alat beban plambing (UBAP), seperti ditunjukkan dibawah
ini yang mencakup kebutuhan air panas dan dingin.

2.2.1. Berdasarkan Jumlah Penghuni

1. Dihitung jumlah penghuni total dalam seluruh gedung

2. Dihitung pemakaian air untuk satu gedung dalam sehari (Qd)

Qd(ℓ/hari) = ∑penghuni x Pemakaian air per orang per hari


3. Dihitung nilai Qd apabila terdapat tambahan pemakaian air.

Qdtotal = (100% + %tambahan pemakaian air) x Qd

4. Dihitung besarnya kebutuhan air rata-rata (Qrata-rata puncak = Qh) per harinya (t)

Qh = Qd/t

Dimana :Qh = Pemakaian air rata-rata selama rata-rata jam operasi (ℓ/detik)

Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (ℓ/hari)

t = Jangka waktu rata-rata pemakaian air dalam 1 hari (jam)

5. Dihitung pemakaian air pada jam puncak (Qh-maks)

Q m-max = C2 x Qh

Dimana : Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak (ℓ/detik)

C1 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0

6. Dihitung pemakaian air pada menit puncak

Q m-max = C2 x Qh/60

Dimana: Qm-maks = Pemakaian air pada menit puncak (ℓ/detik)

C2 = Konstanta → berkisar antara 3,0 – 4,0

2.2.2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian air dapat diketahui. Jumlah dari setiap jenis alat
plambing yang digunakan dalam gedung tersebut. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya
faktor pemakaian serentak daripada alat-alat plambing yang dipakai secara bersamaan, karena
apabila ada saat tertentu alat-alat plambing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan maka
debit air yang dikeluarkan semakin besar, apabila alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar
suplai air yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plambing dapat terpenuhi. Oleh karena itu
adapun tabel yang memuat prosentase pemakaian air serentak alat plambing (faktor pemakaian
(%)) dan jumlah alat-alat plambing dapat dilihat pada tabel 2.2. Sedangkan pemakaian air tiap alat
plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air dapat dilihat pada tabel 2.3.

Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus berikut ini :

𝑌𝑛 = 𝑌1[𝑌1 − 𝑌2] × 𝑋𝑛−𝑋1 𝑋2−𝑋1

Dimana : Yn = Faktor pemakaian (%)

Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1

Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2


X1 = Jumlah alat plambing 1

X2 = Jumlah alat plambing 2

Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari

2.2.3. Berdasarkan unit beban alat plumbing

Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk
setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya,
dan kemudian dicari besarnya laju aliran dengan gambar 2.2 dan gambar 2.3 dengan cara
memplotkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran. Apabila jumlah penghuni
diketahui atau sudah ditetapkan untuk suatu perencanaan gedung maka angka yang sudah
diketahui tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan “standar”
pemakaian air per orang per hari di dalam penggunaan gedung tersebut. Namun, kalau jumlah
penghuni tidak dapat diketahui, akan dilakukan penaksiran berdasarkan luas lantai dan menetapkan
kepadatan hunian per luas lantai efektif.

Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.

Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor.
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban plumbing dengan laju aliran air, d
dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing.

2.3. Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan dan Vent

2.3.1. Jenis Air Buangan

Di dalam sistem pembuangan suatu gedung apartemen, umumnya jenis-jenis air buangan yang
dikeluarkan dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu:

1. Air Kotor (Black Water)

Air kotor mencakup seluruh air buangan yang mengandung kotoran atau sisa metabolisme
manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari kloset ataupun peturasan.

2. Air Bekas (Grey Water)

Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas kegiatan manusia seperti
mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain sebagainya. Untuk gedung apartemen, air bekas ini
umumnya berasal dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang keluar lewat floor
drain.

3. Air Hujan

Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air hujan yang jatuh ke atap
ataupun ke halaman.

2.3.2. Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Buangan

Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi sistem pembuangan air yang umumnya dilakukan
untuk sistem pembuangan air dalam apartemen, yaitu:

a. klasifikasi menurut cara pembuangan air :


1. Sistem pembuangan air campuran
Sistem pembuangan dimana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran
dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangan.

2. Sistem pembuangan air terpisah


Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan dikumpulkan dalam suatu saluran
terpisah yang kemudian dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.

3. Sistem pembuangan tak langsung


Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan
dalam satu kelompok. Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya
jenis-jenis air buangan tersebut disalurkan sesuai dengan klasifikasi di bawah ini :
b. Klasifikasi menurut jenis air buangan:
1. Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan lain-lain dalam gedung yang
selanjutnya dialirkan keluar gedung atau menuju riol umum.

2. Sistem pembuangan air bekas


Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya berasal dari peralatan lavatory
ataupun sink di dalam gedung akan dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.

3. Sistem pembuangan air hujan


Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap gedung ataupun tempat
lainnya, yang kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran. 4. Sistem
pembuangan air dari dapur Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur harus
diperlakukan secara khusus guna mencegah timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari
saluran air kotor atau air bekas. Sedangkan apabila air buangannya banyak mengandung
lemak, maka perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.

2.3.3. Jenis-Jenis Pipa Pembuangan

Pada perencanaan ini akan digunakan pipa PVC karena tidak mempunyai sifat korosif sehingga
tahan lama dan juga lebih ringan serta harganya lebih murah dibanding pipa lain. Berikut ini
merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari sistem pembuangan, yaitu antara
lain :

1. Pipa Pembuangan
Alat Plambing Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat plambing dengan
pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya dipasang tegak dan ukurannya harus sama atau lebih
besar dari lubang keluar perangkap pada alat plambing.

2. Pipa Cabang Mendatar


Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan pipa pembuangan dari alat
plambing dengan pipa tegak air buangan.

3. Pipa Tegak Air Buangan


Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air buangan dari pipa-pipa cabang
mendatar.

4. Pipa Tegak Air Kotor


Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air kotor dari pipa-pipa cabang
mendatar.

5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung


Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air bekas dari pipa-pipa tegak. Di dalam
sistem pembuangan air dalam gedung, pipa pembuangan gedung ini umumnya dibatasi hingga
jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar gedung.
6. Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan riol umum
ataupun instalasi pengolahan. Ukuran Pipa Pembuangan Untuk mengukur pipa saluran air
buangan yang mengacu pada SNI 8153:2015 (sistem plambing pada bangunan gedung), perlu
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah
sebagai berikut:

1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem tersebut
ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan berdasarkan unit alat
plambing kumulatif.
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing pada setiap jalur yang
telah ditetapkan.
3. Ukuran minimum pipa tegak, horizontal, atau keduanya harus ditentukan dari total
UBAP. Dalam hal penyambungan dan penambahan pipa tegak air limbah, disesuaikan
dengan panjangnya.
4. Jumlah dan Panjang maksimum unit alat plambing yang diijinkan pada pipa air limbah
vertikal dan horizontal, sewer gedung, atau interval ditunjukkan dengan tabel dibawah
ini.

2.3.4. Sistem Vent

Dalam perencanaan sistem plambing ini sistem vent yang digunakan adalah sistem vent loop.
Dalam sistem ini mempunyai 2 atau lebih alat plambing (paling banyak 8) dipasang pada cabang
mendatar pipa air buangan dan disambung pada vent pipa tegak. Penentuan sistem vent harus
sesuai dengan SNI 03-7065-2005 Tata Cara Sistem Plambing dan SNI 8153:2015 Sistem Plambing
Pada Bangunan Gedung. 2.2.6 Tujuan Sistem Vent Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu
sistem buangan. Tujuan pemasangan pipa vent adalah sebagai berikut :

1. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan.


2. Menjaga aliran tekanan yang lancar dalam pipa pembuangan.
3. Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.

2.4 Sistem Plambing Untuk Pemadam Kebakaran

2.4.1. Umum

Sistem pemadaman mutlak harus ada terutama pada gedung-gedung dan fasilitas – fasilitas umum.
Sistem ini merupakan sistem perpipaan di dalam dan di luar untuk pemakaian dari bahaya
kebakaran. Air untuk memadamkan api di dalam gedung dapat disuplai dari pipa tegak dengan
automatic, sprinkler, atau pompa. Cara-cara tersebut dapat saling melengkapi di mana tambahan
air sering di perlukan. Air tersebut dapat diambil dari public suplai dan sumber lainnya, seperti:
sungai dan laut. Penempatan fire hydrant perlu diperhatikan melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Mudah dicapai dan terlihat dari arah manapun


2. Mampu menjangkau seluruh gedung.

3. Mudah mendapat suplai udara

2.4.2. Jenis Fire Hydrant

Pengolahan fire hydrant menurut lokasinya sebagai berikut :

1. Fire hydrant di luar gedung


● Flush hydrant yaitu, tipe hydrant yang di letakkan di dalam kotak besi dan di tanamkan di
dalam tinggi permukaan kotak rata-rata dengan muka tanah.
● Post hydrant yaitu,yang mempunyai ketinggian sekitar 1 m dari muka tanah

2. Fire hydrant di dalam gedung


● Sprinkler yaitu,jenis fire hydrant yang terletak di atas tiap lantai dalam bentuk
jaring-jaring di mana tiap outletnya di tutup dengan material tertentu,yang tidak tahan
api.Sehingga bila ada kebakaran,tutup tersebut akan pecah dan akan menyemprotkan air
dari outlet temperatur fusible plug.

Kerugian penggunaan sprinkler yaitu:

● Kemungkinan rusak karena adanya kebocoran


● Bahaya adanya pembekuan
● Fusible plug yang meleleh yang akan melepas air panas
● Fire hose yaitu tipe fire hydrant yang terdiri dari suatu model dari pipa elastis (misalnya
rubber link yang digunakan untuk menaikkan atau mengangkat zat cair dari daerah
permukampelkan died cotton pipe) yang ditempatkan dalam suatu kotak yang di tepa
adalah alat bantu tembok,biasanya tiap balok kaca di lengkapi martil untuk memecah
area bila terjadi kebakaran.

2.4.3. Tekanan dan Kecepatan Pengaliran

Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kPa setara dengan 0,5 kgf/cm2
(SNI 03-6481, 2000). Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan “standar” adalah 1,0
kgf/cm2 sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 kgf/cm2 sampai 5,0 kgf/cm2 dan
untuk perkantoran antara 2,5 kgf/cm2 sampai 3,5 kgf/cm2. Disamping itu, beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik jika tekanan air kurang dari suatu batas
minimum (Poerbo, 2010).

Dihitung besarnya volume bak air bawah


Volume GWT = [Qd-(Qs x t)] x t

Dimana: Qd = pemakaian air rata-rata (m³/jam)


Qs = kapasitas pipa dinas (m³/jam)
t = pemakaian air 1 hari (jam/hari)
T = waktu penampungan (hari)
Roof Tank

V𝐸=[(Qp-Qh-maks)Tp-(Qpu x Tpu)]

Dimana:
Ve = volume bak air atas (m³)
Qp = kebutuhan puncak(m³/menit)
Qh-maks = kebutuhan jam puncak(m³/menit)
Qpu = kapasitas pompa pengisi(m³/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan (menit)
Tpu = jangka waktu pengisian (menit)

2.5. Penentuan Head Pompa dan Perhitungan Daya Pompa

Dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari bak air
bawah menuju bak air atas dengan asumsi kecepatan pengaliran antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s
1. Ditentukan debit pengaliran

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑜𝑜𝑓 𝑡𝑎𝑛𝑘


Q = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛

2. Dihitung diameter pipa pengalir

Karena :
(Q) = V x A
Maka :
2 4𝑥𝑄
D= ( 𝑣𝑥π )
Dimana: Q = debit pengaliran (m³/detik)
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/s)

3. Kecepatan pengaliran kebenarannya


𝑄
Vcek = 1 2
4
𝑥π𝑥𝐷
Dimana: V cek = kecepatan pengaliran (m/s)
Q = debit pengaliran
D = diameter pipa (m)

4. Dihitung head statis, dapat ditentukan dari


a) Jarak antar muka air pada bak air bawah (Ground Water Tank) terhadap bak air atas
(Roof Tank).
b) Jarak dari muka air pada bak air bawah (Ground Water Tank) hingga titik tertinggi
yang pernah dicapai oleh air.

5. Dihitung head loss pada pipa dan aksesoris yang digunakan.


Dalam menentukan kerugian gesek pipa terlebih dahulu ditentukan aliran yang terjadi
dalam pipa dengan rumus
𝑉𝑥𝐷
Re = 𝑣

Dimana: Re = bilangan reynolds


V = kecepatan (m/s)
D = diameter pipa (m)
V = viskositas air
Aliran dapat bersifat laminer atau turbulen, untuk aliran laminer dengan Re<2300 dan
untuk aliran turbulen Re>4000

● Untuk menentukan kerugian gesek pada pipa ( Head Loss) digunakan rumus
seperti berikut :
2
𝐿 𝑣
ℎ𝑓 = λ 𝑥 𝐷
x 2𝑔

Dimana :
ℎ𝑓 = head kerugian gesek pipa (m)
λ = koefisien kerugian gesek
Untuk laminer :
64
λ = 𝑅𝑒
Untuk turbulen :
0,005
λ = 0,020 + 𝐷
2
g = gravitasi ( 9,81 m/s )
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter pipa (m)
Re = bilangan reynolds

● Head loss akibat aksesoris :


2
𝑘𝑥𝑣
𝐻𝑒 𝐸𝑙𝑏𝑜𝑤 = n ( 2𝑔
)
Dimana :
n = jumlah aksesoris
k = koefisien gesek

6) dihitung head total pompa

𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑎+ ∆ℎ𝑝 + ℎ𝑙

Dimana :
ha = head statis (m)
∆ℎ𝑝 = perbedaan tekanan
hl = head loss total pipa

1.5.1. Jenis pompa


Jenis - jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah:
A. Jenis putar
Kelebihan jenis ini terutama dalam:
- Ukuran kecil dan ringan
- Dapat memompa terus-menerus tanpa gejolak
- Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan
Dari jenis ini dapat dibagi menjadi 2 tipe pompa yaitu:
1. Pompa sentrifugal
Komponen pompa sentrifugal adalah impeller (bagian yang berputar) dan rumah
pompa (stasioner). Pompa dengan impeller tunggal disebut pompa tingkat
tunggal( single stage). Apabila beberapa impeller dipasang pada suatu poros dan
air dialirkan dari impeller pertama ke impeller berikutnya disebut dengan pompa
tingkat banyak(multistage).

2. Pompa diffuser atau pompa turbin


Pompa yang mempunyai diffuser atau sudut pengarah terpasang pada rumah yang
berfungsi mengalirkan air keluar dari impeller. Dalam pompa ini terjadi juga
tingkat tunggal atau tingkat banyak. Pompa “submersible” adalah sebuah pompa
dengan konstruksi di mana bagian pompa dan motor listriknya merupakan suatu
satuan dan terbenam dalam air. Kelebihan dan ciri-ciri pompa submersible:
- Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung pompa
- Tidak berisik
- Konstruksinya sederhana,karena tidak ada poros penyambung dan pembatalan
perantara
- Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi
- Mudah dipotong
- Harga relatif murah

B. Pompa jenis langkah positif


Pompa jenis ini terdiri dari:
1. Pompa torak, yaitu pompa yang mempunyai gerakan torak bolak-balik di dalam
silinder yang akan menimbulkan tekanan positif atau negatif pada satu sisinya
yang akan membuka katup atau katup masuk kedalam silinder. Jumlah air yang
dialirkan sama dengan volume langkah dari torak tersebut.

2. Pompa tangan,prinsipnya sama dengan pompa torak, hanya konstruksinya yang


dibuat khusus agar mudah digerakkan dengan tangan. Kemampuannya untuk
mengangkat air terbatas oleh kemampuan daya manusia.

C. Pompa khusus

1. Pompa vortex Pompa yang mempunya impeller dengan kekuatan lekukan-lekukan


yang dipotong pinggirannya yang berputar dalam silinder (silindris).ciri khas dari
karakteristik pada pipa ini adalah mampu memberikan tekanan yang tinggi pada
laju aliran yang tidak besar.

2. Pompa gelembung udara Disebut juga air lift pompa karena air dalam suatu pipa
terangkat oleh gelembung-gelembung air sebagai akibat adanya perbedaan jenis
dan udara.

3. Pompa jet Disebut juga pompa injeksi yang merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet ejector digunakan untuk memompa
sumur dengan muka airnya lebih dari 10 m dibawah muka tanah.

4. Pompa bilah (Wing Pompa) Pompa bilah ( wing pump),pompa ini digerakkan
tangan dan sering dipakai untuk perumahan. Pompa ini mampu mengangkat air
dengan kedalaman air 60 m. Kelemahannya adalah impeller yang makin lama
semakin aus. Sehingga efisiennya menurun dan kemampuannya mengangkut air
berkurang.

2.6. Kriteria-kriteria Desain Yang Dibutuhkan Dalam Perencanaan Plambing

2.6.1. Kriteria Desain Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih


Kriteria desain sistem penyediaan air bersih, antara lain sebagai berikut.
1. Sumber air bersih diambil dari suplai air PDAM dan pengolahan air sungai.
2. Seluruh cadangan air bersih ditampung dalam bak penampung air bersih, disebut
GWT (ground water tank). Ground water tank terdiri dari 2 bagian utama, yakni :
CWT (clean water tank) dan RWT (raw water tank).
3. Suplai air dari PDAM ditampung di dalam CWT (clean water tank).
4. Suplai air dari sungai, ditampung di dalam RWT (raw water tank). Dari raw water
tank, air di filter menggunakan sistem WTP (water treatment plant). Sistem WTP
(water treatment plant) terdiri dari : sand filter, carbon filter, dan klorinasi. Setelah di
filter, air dipompa menuju CWT (clean water tank).
5. Air hasil olahan dari sistem WTP (water treatment plant) perlu dicek secara berkala
agar memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air
untuk 4 - 3 keperluan higiene sanitasi, sesuai yang tertera dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017.
6. Dari CWT (clean water tank), air dipompa menggunakan pompa distribusi air bersih,
ke tangki penampung air bersih di masing-masing atap bangunan, disebut roof tank.
7. Dari roof tank, air didistribusikan ke seluruh area gedung menggunakan sistem pompa
pendorong (booster) dan sistem gravitasi.
8. Jenis pipa untuk instalasi jaringan air bersih adalah pipa PPR PN.
9. Kecepatan air di dalam pipa antara 1 s/d 2 meter per detik.
10. Batas tekanan pada sambungan alat plumbing adalah 3,5 bar, dan sisa tekanan pada
alat plambing sebesar 1 bar.

2.6.2. Kriteria Desain Sistem Pompa Distribusi Air Bersih


Berikut ini adalah kriteria desain sistem pompa distribusi air bersih
1. Pompa suplai dari sungai yang digunakan adalah pompa submersible khusus / jet
pump / pompa multistage centrifugal. Pompa beroperasi secara otomatis ketika air di
dalam RWT (raw water tank) mendekati kosong. Sistem kontrol menggunakan WLC
(water level control), pelampung-pelampung indikator dipasang pada RWT (raw water
tank).
2. Pompa filter WTP (water treatment plant) yang digunakan adalah pompa multistage
centrifugal. Pompa beroperasi secara otomatis ketika air di dalam CWT (clean water
tank) mendekati kosong. Sistem kontrol menggunakan WLC (water level control),
pelampung-pelampung indikator dipasang pada CWT (clean water tank).
3. Pompa distribusi air bersih ke roof tank yang digunakan adalah pompa multistage
centrifugal. Pompa ini disebut juga pompa transfer air bersih. Pompa beroperasi secara
otomatis ketika air di dalam roof tank mendekati kosong. Sistem kontrol menggunakan
WLC (water level control), pelampung-pelampung indikator dipasang pada roof tank.
Jumlah set pompa transfer air bersih berjumlah sama dengan set roof tank yang
direncanakan di masing-masing bangunan.
4. Pompa booster air bersih yang digunakan adalah pompa multistage centrifugal. Pompa
beroperasi secara otomatis menggunakan flow switch.

2.6.3. Kriteria Desain Sistem Pemadam Kebakaran


Kriteria Desain Sistem Pemadam Kebakaran adalah
1. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Sesuai SNI pemadam kebakaran yang berlaku, bangunan rumah sakit termasuk dalam
klasifikasi bahaya kebakaran ringan.
2. Pompa Pemadam Kebakaran
Pompa pemadam kebakaran yang direncanakan untuk gedung ini adalah : - Electric
Fire Pump (EFP), - Diesel Fire Pump (DFP), dan - Jockey Pump.
3. Bak Penampung / GWT (Ground Water Tank)
Untuk Air Pemadam Kebakaran GWT yang digunakan untuk air pemadam kebakaran
adalah GWT air bersih dengan kapasitas total 300 m3.
4. Jarak Tempuh Mobil Pemadam Kebakaran
Dari Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kota Samarinda Ke Rumah Sakit Dirgahayu -
Jarak tempuh mobil pemadam kebakaran dari kantor dinas pemadam kebakaran kota
Samarinda ke Rumah Sakit Dirgahayu adalah sejauh 2,6 km, atau sama dengan
perjalanan 7 - 15 menit dengan kecepatan mobil rata-rata 40 km per jam. -
Berdasarkan jarak tempuh tersebut, cadangan air untuk pemadam kebakaran harus
mampu mencukupi kebutuhan 15 - 30 menit penyiraman. - Untuk rumah sakit ini,
cadangan air untuk pemadam kebakaran disediakan untuk penyiraman 1 jam atau 60
menit. 5 - 3
5. Sistem Hydrant Gedung (Indoor)
Tipe sistem pipa tegak adalah sistem pipa tegak basah yang mempunyai pasokan air
mampu memasok kebutuhan sistem secara otomatik. - Kelas sistem pipa tegak adalah
sistem kelas III. Sistem harus menyediakan kotak slang berukuran 40 mm (1,5”) untuk
memasok air yang digunakan oleh penghuni bangunan dan slang ukuran 65 mm (2,5”)
untuk memasok air dengan volume lebih besar untuk digunakan oleh petugas
pemadam kebakaran atau mereka yang terlatih. - Sambungan selang ukuran 65 mm
dan sambungan selang ukuran 40 mm dihubungkan ke pipa tegak. Letak sambungan
selang ukuran 65 mm ada di dalam tiap tangga kebakaran. - Tekanan minimum untuk
mendapatkan laju aliran air pada tekanan sisa 6,9 bar (100 Psi) pada keluaran
sambungan selang 65 mm (2,5”) terjauh dihitung secara hidraulik, dan 4,5 bar (65 psi)
pada ujung kotak hidran 40 mm (2,5”) terjauh dihitung secara hidraulik. - Laju aliran
minimum dari pipa tegak hidrolik terjauh sebesar 500 gpm.
6. Sistem Hydrant Halaman (Outdoor)
Pada site gedung, dipasang hydrant halaman berupa hydrant pillar dan box hydrant. -
Jarak antar hydrant halaman maksimum 100 meter. - Pompa untuk hydrant halaman
juga digunakan untuk pompa hydrant gedung. - Selain hydrant halaman, juga perlu
disediakan Siamese Connection yang terhubung dengan jaringan pemadam kebakaran
gedung. - Siamese Connection dipasang di setiap akses masuk ke site gedung.
7. Sambungan Pemadam Kebakaran
Sambungan pemadam kebakaran diletakkan dekat pintu masuk halaman gedung, dan
dekat dengan jalan raya untuk parkir mobil pemadam kebakaran. - Jarak sambungan
pemadam kebakaran tidak lebih 18 meter dari mobil pemadam. - Instalasi sambungan
pemadam kebakaran langsung ke jaringan sistem pemipaan.
8. Sistem Sprinkler (Untuk Bahaya Kebakaran Ringan)
Kepadatan pancaran air dari sprinkler adalah 2,55 mm/menit. - Luas daerah kerja
sprinkler adalah 84 m2. - Persyaratan debit aliran air dari sprinkler adalah 225
liter/menit. - Persyaratan tekanan air pada ujung terjauh jaringan sprinkler adalah 2,2
kg/cm2, ditambah tekanan air yang ekuivalen dengan perbedaan tinggi antara katup
kendali dengan sprinkler tertinggi. Tekanan diukur pada katup kendali. - Jarak
maksimum antar kepala sprinkler adalah 4,6 meter, dan jarak maksimum kepala
sprinkler ke dinding adalah 2,0 meter. 5 - 4 - 1 buah katup kendali (branch control
valve) dapat melayani sampai dengan 1000 kepala sprinkler head. - Pipa tegak sistem
kombinasi untuk mensuplai air ke sistem sprinkler dan juga merupakan pipa tegak
untuk katup sambungan selang kebakaran (KSSK). - Pompa untuk sistem sprinkler
juga merupakan pompa untuk KSSK.
9. Sistem APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Penggolongan kebakaran untuk bangunan ini adalah Golongan A, B & C. - Jenis
APAR yang digunakan pada ruang umum adalah APAR bubuk kimia kering tipe ABC
kapasitas 3,5 kg. - Jenis APAR yang digunakan pada ruang pompa, genset dan panel
listrik utama adalah APAR CO2 kapasitas 25 kg. - Luas maksimum lantai yang
dilindungi oleh satu unit APAR adalah 250 m2.

2.6.4. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan


Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan dan Instalasi Pengolahan Sistem penyaluran
air buangan terdiri dari penyaluran air kotor dan air bekas. Air kotor bersumber dari
kloset, sedangkan air bekas berasal dari lavatory, sink dan floor drain. Langkah-langkah
perencanaan sistem penyaluran air buangan adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Penghuni
Gedung Penghuni gedung ditentukan berdasarkan luas lantai yang ada.
2. Perhitungan kuantitas air buangan
Berdasarkan jumlah penghuni dapat dihitung kuantitas air buangan yang dihasilkan yaitu
sekitar 80% dari kebutuhan air bersih.
3. Penentuan jalur pipa air buangan
Berdasarkan lokasi alat plambing di setiap lantai ditentukan jalur pipa air buangan yang
akan dialirkan menuju ke shaft pipa tegak. Dari pipa tegak kemudian dialirkan menuju
tangki pengolahan limbah di lantai dasar.
4. Penentuan diameter pipa
Pipa dari masing-masing alat plambing tersebut dialirkan ke pipa air buangan mendatar
dan pipa tegak. Penentuan ukuran pipa air buangan mendatar dilakukan berdasarkan
beban maksimum pipa mendatar dan pipa tegak air buangan, dimana diameter pipa
tersebut harus sama atau lebih besar dari diameter pipa minimum alat plambing.
● Ukuran minimum pipa cabang mendatar Pipa cabang mendatar
sekurang-kurangnya harus sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat
plambing yang dilayani.
● Kemiringan pipa Kemiringan (slope) untuk pipa air buangan mendatar ditentukan
berdasarkan diameter pipa air buangan.
● Ukuran pipa tegak minimum Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang
sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang
disambungkan ke pipa tegak tersebut.
5. Pembuangan lemak
Sarana pembuangan lemak (Grease trap) berfungsi untuk menangkap minyak dan lemak
yang terdapat pada air buangan sebelum dialirkan menuju unit pengolahan, untuk
mencegah pengendapan minyak yang dapat menyumbat saluran air buangan dan
memastikan agar aliran bebas setiap saat. Kapasitas grease trap ditentukan berdasarkan
laju aliran air buangan alat plambing dan estimasi jumlah lemak yang disisihkan.
6. Unit pengolahan limbah
Unit pengolahan limbah menampung seluruh limbah dari pipa saluran air buangan. Air
limbah yang dihasilkan dihitung berdasarkan 80% kebutuhan air. Efluen yang dihasilkan
diharapkan telah memenuhi baku mutu air limbah domestik menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016
BAB III

DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING

3.1 Perencanaan Jaringan Air Bersih

3.1.1. Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air pada gedung apartemen menggunakan sistem tangki atap
(roof tank) dan air bersih akan ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground
reservoir) yang dipasang di bawah muka tanah. Kemudian air pada ground reservoir akan
dipompa ke tangki atas yang terletak pada atap gedung. Dari roof tank air bersih kemudian
didistribusikan ke seluruh saniter pada gedung, melalui pipa shaf.
Gedung yang direncanakan adalah sebuah gedung apartemen 4 lantai yang dimana
luas total bangunan sebesar 3.382,5 𝑚2 yang diperkirakan dapat menampung 24.354
orang. Gedung perkantoran ini terdiri dari 3 ruang saniter di setiap sudut gedung, dimana
setiap ruang saniter terdapat kamar mandi pria dan wanita.

3.2.1. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Perhitungan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan 3 metode yang biasanya
digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air. Ketiga metode tersebut antara lain
1. Berdasarkan jumlah penghuni
2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
3. Berdasarkan unit alat beban plambing

1. Berdasarkan Jumlah Penghuni

a) Luas tiap Lantai

= panjang lantai x lebar lantai

= 41 m x 16,5 m

= 676,5m2

Menentukan luas total gedung

= luas lantai x banyaknya lantai

= 676,5 m2 x 4

= 2.706 m2
b) Menentukan Luas Efektif Total
Menurut Noerbambang (1993), metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata
sehari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Metode ini digunakan
apabila unit dan jenis alat plambing tidak diketahui. Jika jumlah dan jenis alat
plambing belum diketahui, dapat diperkirakan berdasarkan luas lantai efektif,
serta menerapkan kepadatan penduduk, misalnya 5-10 m2 per orang. Dengan
demikian, jumlah pemakaian gedung per hari seluruh gedung dan pemakaian air
jam puncak dapat dihitung. Gedung ini terdiri dari 4 lantai. Maka dalam
perhitungan dengan metode ini perlu digunakan pendekatan pendekatan beberapa
asumsi-asumsi dengan pertimbangan tertentu.
Luas efektif gedung apartemen menurut buku Morimura, perbandingan luas
efektif/total sebesar 45-50%. Digunakan luas efektif sebesar 50%. Sehingga
didapatkan hasil :
Luas Efektif Lantai = perbandingan luas lantai efektif × luas total gedung
= 50% x 2.706 m2 = 1.353 m

c) Jumlah Penghuni Total


Berdasarkan jumlah penghuni, perhitungan menurut buku Morimura dengan
asumsi kepadatan penduduk sebesar 10 m2 adalah sebagai berikut :

Jumlah Penghuni = Luas efektif lantai / Kepadatan Penduduk


= 1.353 m2 / 10 = 135,3= 135 orang

d) Pemakaian Air Dalam Satu Hari (Q1)


Pada gedung apartemen menurut buku Morimura, pemakaian air rata – rata sehari
adalah 200-250 liter/hari/orang. Maka pemakaian air rata-rata (Q1) dalam satu
hari :
= Jumlah Penduduk x Pemakaian air sehari rata – rata
= 135 orang x 210 liter/hari/orang
= 28.350 liter/hari
= 283,5 m3/hari

e) Debit Rata – rata per Hari (Qd)


Menurut buku Morimura, perhitungan debit rata per hari adalah perlu adanya
tambahan keperluan air. Untuk antisipasi mengatasi kebocoran pancuran air,
penyiraman tanaman, perawatan alat plambing dan hydrant kebakaran yaitu
sebesar 20%, sehingga debit untuk pemakaian air rata rata (Qd) perhari adalah :
Jumlah pemakaian air + (Jumlah pemakaian air x antisipasi kebocoran)
3
= 283,5 𝑚 + (283,5 x 20%)
3
= 340,2 𝑚 /hari
f) Debit Pemakaian Air dalam Jam Kerja (Qh)
Menurut (Noerbambang, 1993), jangka waktu pemakaian air rata-rata di dalam
gedung apartemen pada tabel 3.12 adalah 8 -10 jam. Pemakaian rata-rata air per
jam (Qh) dapat dihitung sebagai berikut :
= Qd /8 jam
= 340,2/8
= 2,7216 m3/jam

g) Debit Pemakaian Air pada Jam Puncak


C1 = 2 dan C2= 3
Qhmax = Qh x 2
Qhmax = 2,7216m3/jam x 2
Qhmax = 5,4432 m3/jam
Qmmax = (Qh/60) x 3
Qmmax = (2,7216/60) x 3
Qmmax = 4.602,906 m3/menit

2. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing


a. Jumlah kebutuhan air
Berdasarkan gambaran Gedung apartemen 4 lantai utama mempunyai total 12
kloset dengan katup gelontor, 12 sink dengan katup gelontor, wastafel (bak cuci
tangan/lavatory) 8 buah wastafel, shower 12 dan bathup 4 buah.. Penggunaan air
dapat diperkirakan sebagai berikut :
Kloset : 12 buah x 15 liter x 12 jam
= 720 liter/ jam

Sink : 12 buah x 15 liter x 12 jam


= 2.160 liter / jam

Shower: 12 buah x 12 liter x 3 jam


= 432 liter / jam

Wastafel/Lavatory : 8 buah x 10 liter x 12 jam


= 960 liter / jam

Bathup : 4 buah x 30 liter x 3 jam


= 360 liter / jam
Jenis Alat Plambing Jumlah Total Unit Beban Alat Jumlah Unit Beban

Kloset 12 6 72

Sink 12 0,5 6

Shower 12 2 24

Wastafel 8 1 8

Bathtub 4 2 8

Total 218

Tabel 3.1 Laju aliran air tiap alat plambing

b. Faktor penggunaan serentak

Jumlah Alat Plambing


Jenis Alat
Plambing 1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100

Kloset, dengan katup gelontor 1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10


satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10

Alat plambing biasa 1 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33


dua 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33

Tabel 3.2 Faktor penggunaan serentak

Rumus metode interpolasi untuk menghitung faktor pemakaian:

𝑥2−𝑥1 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 − 𝑥1


𝑦2−𝑦1
= 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 − 𝑦1

Perhitungan faktor pemakaian (%) dari masing-masing alat plambing berdasarkan


tabel 3.2 adalah sebagai berikut.

a. Jumlah total kloset adalah 12 x 4 (lantai) ada 48, maka terletak diantara 70
dan 100 maka:

Faktor penggunaan serentak untuk kloset sebesar 10%. Jadi kebutuhan air
bersih untuk kloset dengan katup gelontor adalah:

= 48 buah x 15 liter x 12 jam x 12%

= 1036,8 liter / jam


b. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total sink adalah 12 x 4 (lantai) ada 48, terletak
diantara 40 dan 50 maka :

Faktor penggunaan serentak untuk urinoir adalah 38 %. Jadi kebutuhan air


bersih untuk urinoir dengan alat plambing biasa adalah

= 12 buah x 15 liter x 12 jam x 38%

= 820,8 liter / jam

c. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total shower adalah 12 x 4 (lantai) ada 48, maka
terletak diantara 40 dan 50 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir
adalah 38%. Jadi kebutuhan air bersih untuk wastafel adalah

= 12 buah x 12 liter x 3 jam x 38 %

= 164,16 liter / jam

d. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total wastafel adalah 8 x 4 (lantai) ada 32, maka
terletak diantara 32 dan 40 maka : Faktor penggunaan serentak untuk keran
adalah 40%. Jadi kebutuhan air bersih untuk kran (bak cuci tangan kecil)
adalah

= 8 buah x 10 liter x 12 jam x 40%

= 384 liter / jam

e. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total bathup adalah 4 x 4 (lantai) ada 16, maka
terletak diantara 12 dan 16 maka : Faktor penggunaan serentak untuk bathup
adalah 45% . Jadi kebutuhan air bersih untuk bathup adalah

= 4 buah x 30 liter x 3 jam x 45%

= 162 liter / jam

Laju Aliran Air

= 1036,8 liter / jam + 820,8 liter / jam + 164,16 liter / jam + 384 liter / jam +
162 liter / jam

= 2567,76 liter / jam

= 2,56476 m3 / jam
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP)

Berdasarkan jenis tugas yang didapat, yaitu merencanakan gedung pusat apartemen
dengan 4 lantai dan alat plambing yang terdiri dari kloset dengan katup gelontor, sink,
shower, wastafel, dan bathtub maka dapat diketahui UBAP-nya berdasarkan tabel 3.3
(Morimura & Soufyan, 2000) berikut : Perhitungan Kebutuhan air berdasarkan UBAP.

Tabel 3.3 Perhitungan kebutuhan air berdasarkan UBAP

Jenis Alat Plambing Jumlah Total Beban Total Beban

Kloset 48 6 288

Sink 12 0,5 6

Shower 12 2 24

Wastafel 8 1 8

Bath tub 4 2 8
Total 334
Tabel 3.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Unit Alat Plambing

Jumlah yang ada pada tabel tersebut untuk 1 lantai, sedangkan untuk 4 lantai adalah:

Jumlah 4 lantai = 334 x 4 lantai = 1.336

Grafik unit beban alat plambing

Berdasarkan grafik di atas didapatkan nilai aliran serentak

Qm = 500 l/menit

= 0,5 m/menit

Maka , nilai Qh adalah :

Qh = Qm x 60

Qh = 0,5 /menit x 60

= 30m/menit

Untuk menghitung nilai Qd, jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari adalah 10
jam, maka :
Qd total = Qh x T

= 30 m/jam x 8

= 240 m/hari

Diperlukan tambahan sampai sekitar 20% untuk mengatasi kebocoran,

Maka nilai Qdt :

Qdt = (100% + 20%) (Q0)

Qdt = (100% + 20%) (283,5)

Qdt = 340,2 m/hari

Nilai c1 ( konstanta jam puncak) biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2,0 dan yang
digunakan adalah 2,0 maka:

Qh max = c1 x Qh

3
Qh max = 2 x 30 𝑚 /jam

3
Qh max = 60 𝑚 / jam

Nilai c2 ( konstanta menit puncak) biasanya berkisar antara 3,0 sampai 4,0 dan yang
digunakan adalah 3,0 maka:

Qm max = c2 x Qh

3
Qm max = 3 x 30 𝑚 / menit

3
Qm max = 90 𝑚 / menit

4. Kebutuhan Air Bersih Metode Perhitungan Terpilih

NO Metode Qd Qh Qh max Qm max


(m3/hari) (m3/jam) (m3/jam) (m3/menit)
1. Berdasarkan jumlah 34020 4252,5 8505 212,625
pemakai
2. Berdasarkan jenis dan 57248 7156 14312 357,8
jumlah alat plambing
3. Berdasarkan unit 240 30 60 90
beban alat plambing

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih dengan ketiga metode, diperoleh
metode yang terpilih sebagai metode perhitungan adalah metode berdasarkan jumlah
pemakai. Hal ini dapat disimpulkan karena nilai Qd, Qh, Qh max dan Qm max pada
metode berdasarkan jumlah pemakai lebih besar dibandingkan 2 metode lainnya.

3.2. Ground Reservoir

Tangki yang perlu dibuat dalam perencanaan Apartemen X adalah tangki bawah (ground
reservoir) dan tangki atap (roof tank). Sebelum menentukan dimensi dari keduanya, perlu
dihitung kapasitas dan volume air yang harus ditampung dalam tangki-tangki tersebut. Berikut
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari ground reservoir, yaitu :

1. Perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan suplai air dari PDAM.

2. Perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan rumus.

Pada laporan ini, metode yang akan digunakan hanya perhitungan berdasarkan rumus. Hal ini
dikarenakan metode ini yang paling mendekati kondisi sebenarnya,

dimana dalam perhitungannya tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan air saat waktu
puncak saja, seperti metode perhitungan berdasarkan suplai air dari PDAM umumnya.

Berikut ini adalah perhitungan volume dan penentuan dimensi ground reservoir berdasarkan
rumus :

3.2.1. Menghitung besar kapasitas pipa dinas (Qs) sesuai rumus

Besarnya Qs diasumsikan sebesar ⅔ kali nilai Qh. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa biasanya air yang didistribusikan dari PDAM diasumsikan hanya dapat memenuhi
⅔ dari kebutuhan rata-rata per harinya. Sehingga kebutuhan air rata-rata per jam tidak
dapat terlayani 100%, melainkan hanya ⅔ kalinya saja. Adapun nilai Qh telah dihitung
sebelumnya pada saat menghitung kebutuhan air pada sub bab sebelumnya. Sehingga
diketahui nilai Qh yaitu sebesar 6,3 m3/jam. Sedangkan nilai Qs terhitung :

Qs = 2/3 x Qh

= 2/3 x 7,1 m3/jam = 4,73 m3/jam


Dimana : Qh = Jumlah kebutuhan air rata-rata per jam (m3/jam)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
Jadi, besarnya kapasitas dari pipa dinas adalah 4,73 m3/jam.

3.2.2. Menghitung besar volume ground reservoir

Volume ground reservoir dihitung menggunakan rumus volume ground reservoir.


Adapun dari sub bab sebelumnya mengenai perhitungan kebutuhan air, diketahui bahwa
nilai Qd yaitu sebesar 50,4 m3/hari. Apabila Qs adalah sebesar 4,2 m3/jam dengan
rata-rata jangka waktu pemakaian per harinya adalah 8 jam, maka :

VGR = Qd-(Qs×T)+Vf

VGR = 57,2 m^3⁄hari-(4,2 m^3⁄jam×8 jam)+10,08 n m^3

3
VGR = ≈ 33,68 m

Dimana : Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)


Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = Rata-rata jangka waktu pemakaian (jam/hari)
𝑉𝑓 = Kebutuhan hydrant (m3)
3
Jadi, besarnya volume ground reservoir yaitu sebesar 33,68 m .

3.2.3. Menghitung dimensi ground reservoir

Pada sistem ini, air dari pipa utama PDAM akan ditampung di dalam sebuah ground
reservoir sebelum dipompakan ke atas menuju roof tank. Alasan digunakannya satu buah
ground reservoir yaitu untuk menghemat biaya dan satu buah reservoir tersebut mampu
menampung kebutuhan air dalam gedung.
Ground reservoir direncanakan akan berbentuk balok, berikut ini adalah perkiraan dimensi
untuk ground reservoir :
3
Volume ground reservoir = 33,68 m

Dimensi masing-masing ground reservoir :


Panjang = 2L m
Tinggi =3m
Maka :
V =PxLxT
33,68 m3 = 2L x L x 3 m
3
2 33,68 𝑚
L = 2
6𝑚
L = 2,370 m

Diasumsikan P=L sehingga diperoleh dimensi ground reservoir sebesar T = 3 m, L =


2,370 m, P = 2,370 m, untuk mempermudah pembangunan ground reservoir maka angka
dapat dibulatkan menjadi T = 3 m, L = 2,5 m, dan P = 2,5 m.

3.3. Roof Tank

3.3.1. Kapasitas Roof Tank / Tanki Atas

Roof tank / tanki atas merupakan tanki air yang berada diatas bangunan atau gedung yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari ground reservoir serta menampung air. Roof tank
mengalirkan air ke seluruh saniter yang terdapat di dalam bangunan atau gedung. Air dari
ground reservoir dipompa ke atas kemudian didistribusikan ke seluruh gedung. Volume
untuk roof tank dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini :

Ve = (Qp – Qmax ) X Tp + ( Qpu X Tpu )

Dimana :

Ve = Kapasitas efektif roof tank

Qp = Kebutuhan puncak

Qmax = Kapasitas pompa pengisi

Qpu = Rata-rata pemakaian air per hari

Tp = Jangka Waktu kebutuhan puncak

Tpu = Jangka Waktu kerja pompa pengisi

Diasumsikan Tp = 30 menit dan Tpu = 10 menit, untuk berdasarkan unit beban alat
plambing didapatkan nilai Qp = 0.6912 m3 /menit dan Q max = 0,46128 m3 /jam.

Qp = 0,6912 m3 / menit

Qmax = 0,46128 m3 /jam

Tp = 30 Menit
Qpu = Qmax

Tpu = 10 menit

Penyelesaian :

Ve = (Qp – Qmax ) X Tp + ( Qpu X Tpu )

Ve = ( 0,6912 –0,46128) X 30 + (0,6912 X 10 )

Ve = 94,14 m3

3.3.2. Dimensi roof tank

Pada sistem ini, air yang dipompakan ke atas dari masing-masing ground reservoir akan
ditampung pada roof tank sebelum di salurkan pada tiap lantai. Roof tank dalam sistem
penyediaan air bersih ini dibangun untuk menghindari kerja pompa yang terlalu berat
karena terlalu sering bekerja.

Setelah dihitung volume dari roof tank tersebut, selanjutnya dapat ditentukan dimensi
untuk masing-masing roof tank yaitu :
3
Volume roof tank 94,14m
Dimensi roof tank :
Panjang (P) = 2L m
Tinggi (T) =3m
Jumlah roof tank =1
Ruang ambang batas = 0,3 m

Maka :
V =PxLxT
3
94,14 m = 2L x L x 3 m
2 94,14
L = 3
L = 5,60 m
P = 2L
= 5,60 m x 2
= 11,20 m

Jadi, diperoleh dimensi roof tank sebesar T = 3 m, L = 5,60 m, P = 11,20 m


Laju Ukuran
Beban Aliran Ukuran Ratio Ukuran Pipa pipa
' ' ' '
Sistem Daerah Unit 𝑙 (𝑙/𝑚𝑖𝑛) Pipa 37.2R Ratio (m/det) 𝑙 (𝑚) 𝑙 𝑙 +𝑙 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) Diperkecil R 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) diperoleh

B-a4 218 360 80 33 1.5 8.25 13.3 21.55 711.15 70 225 4848.75 70

a4-b4 59 200 65 28 1 0.96 3.15 4.11 115.08 60 210 863.1 60

b4-c4 57 190 65 22 1 0.96 3.15 4.11 90.42 60 210 863.1 60

c4-d4 51 180 65 20 0.8 1.05 3.15 4.2 84 60 210 882 60

d4-e4 49 175 65 17 0.8 0.98 3.15 4.13 70.21 60 210 867.3 60

e4-f4 48 160 50 15 1 4 0.6 4.6 69 40 175 805 40

f4-g4 47.5 158 50 38 1 0.8 0.6 1.4 53.2 40 175 245 40

g4-h4 45.5 155 50 36 1 2.75 0.6 3.35 120.6 40 175 586.25 40

h4-i4 39.5 149 50 35 1 1.45 0.6 2.05 71.75 40 175 358.75 40

i4-j4 39 148 50 33 1 0.8 0.6 1.4 46.2 40 175 245 40

Sistem 1 j4-k4 37 145 50 31 1 2.75 0.6 3.35 103.85 40 175 586.25 40


k4-l4 31 135 50 30 1 1.45 0.6 2.05 61.5 40 175 358.75 40

l4-m4 30.5 134 50 29 0.8 0.8 0.6 1.4 40.6 40 175 245 40

60 210 598.5
m4-n4 28.5 131 65 10 0.6 2.1 0.75 2.85 28.5 40

n4-o4 22.5 127 65 9 0.6 0.88 0.75 1.63 14.67 60 210 342.3 40

o4-p4 21.5 126 65 8 0.6 1.22 0.75 1.97 15.76 60 210 413.7 40

p4-q4 21 126 65 8 0.6 0.8 0.75 1.55 12.4 60 210 325.5 40

q4-r4 19 124 65 7 0.6 2.1 0.75 2.85 19.95 60 210 598.5 40

r4-s4 13 115 65 6 0.6 0.88 0.75 1.63 9.78 60 210 342.3 40

s4-t4 12 114 65 6 0.6 1.27 0.75 2.02 12.12 60 210 424.2 40

t4-u4 11.5 113 65 6 0.6 0.96 0.75 1.71 10.26 60 210 359.1 40

u4-v4 9.5 99 65 6.9 0.6 0.96 0.75 1.71 11.799 60 210 359.1 40

v4-w4 3.5 60 65 2.7 0.3 1.05 0.75 1.8 4.86 60 210 378 40

w4-x4 0.5 10 40 1.3 0.15 0.98 0.5 1.48 1.924 30 150 222 30

16117.45
Total 78.9 1779.58
Laju U Pipa Ukuran
Beban Aliran Ukuran Pipa Ratio Diperkeci pipa
' ' ' '
Sistem Daerah Unit 𝑙 (𝑙/𝑚𝑖𝑛) 37.2R Ratio (m/det) 𝑙 (𝑚) 𝑙 𝑙 +𝑙 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) l R 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) diperoleh

B-a'4 218 360 80 33 1.5 8.25 13.3 21.55 711.15 70 225 4848.75 70

a'4-b'4 59 200 65 28 1 0.96 3.15 4.11 115.08 70 210 863.1 60

b'4-c'4 57 190 65 22 1 0.96 3.15 4.11 90.42 70 210 863.1 60

c'4-d'4 51 180 65 20 0.8 1.05 3.15 4.2 84 70 210 882 60

d'4-e'4 49 175 65 17 0.8 0.98 3.15 4.13 70.21 70 210 867.3 60

e'4-f'4 48 160 50 15 1 4 0.6 4.6 69 70 175 805 40

f'4-g'4 47.5 158 50 38 1 0.8 0.6 1.4 53.2 60 175 245 40

g'4-h'4 45.5 155 50 36 1 2.75 0.6 3.35 120.6 60 175 586.25 40

h'4-I'4 39.5 149 50 35 1 1.45 0.6 2.05 71.75 60 175 358.75 40

I'4-j'4 39 148 50 33 1 0.8 0.6 1.4 46.2 60 175 245 40

j'4-k'4 37 145 50 31 1 2.75 0.6 3.35 103.85 60 175 586.25 40

Sistem 2 k'4-l'4 31 135 50 30 1 1.45 0.6 2.05 61.5 60 175 358.75 40


l4-m'4 30.5 134 50 29 0.8 0.8 0.6 1.4 40.6 60 175 245 40

m'4-n'4 28.5 131 65 10 0.6 2.1 0.75 2.85 28.5 60 210 598.5 40

n'4-o'4 22.5 127 65 9 0.6 0.88 0.75 1.63 14.67 45 210 342.3 40

o'4-p'4 21.5 126 65 8 0.6 1.22 0.75 1.97 15.76 45 210 413.7 40

p'4-q'4 21 126 65 8 0.6 0.8 0.75 1.55 12.4 45 210 325.5 40

q'4-r'4 19 124 65 7 0.6 2.1 0.75 2.85 19.95 45 210 598.5 40

r'4-s'4 13 115 65 6 0.6 0.88 0.75 1.63 9.78 30 210 342.3 40

s'4-t'4 12 114 65 6 0.6 1.27 0.75 2.02 12.12 30 210 424.2 40

t'4-u'4 11.5 113 65 6 0.6 0.96 0.75 1.71 10.26 30 210 359.1 40

u'4-v'4 9.5 99 65 6.9 0.6 0.96 0.75 1.71 11.799 20 210 359.1 40

v'4-w'4 3.5 60 65 2.7 0.3 1.05 0.75 1.8 4.86 20 210 378 40

w'4-x'4 0.5 10 40 1.3 0.15 0.98 0.5 1.48 1.924 20 150 222 30

Total 78.9 1779.58 16117.45


3.3.3. Perhitungan Kehilangan Tekanan Dan Tinggi Roof Tank
Pada gedung perkantoran berlantai lima yang direncanakan sistem plambingnya,
dipilih head loss yang paling besar, yaitu head loss dengan titik kritis untuk
menentukan tinggi roof tank. Penentuan ketinggian atap ini didasarkan atas
kemampuan tangki atap untuk memberikan suplai air pada alat plambing di titik
terjauh dengan sistem tekan yang diharapkan.
Panjang pipa utama dari rooftank pada gedung apartemen lima lantai adalah 16,5
m. Dari perbandingan panjang pipa yang didapatkan dapat diketahui bahwa yang
terpanjang adalah pipa yang terletak pada tipe ruang saniter X sehingga Headloss
dapat dihitung dengan menggunakan rumus kehilangan tinggi energi menurut
Hazen-Williams yaitu :

𝑄 1.85
Hf =[ 2.63
] xL
0.00155.𝐶.𝐷

Dimana :
Q = debit ( L/detik )
D = diameter pipa ( cm )
c = konstanta pipa baja karbon ( 100 )
L = l + l’ = panjang pipa utama dan cabang ( m )

Gedung apartemen ini memiliki 3 tipe ruang saniter, yaitu ruang saniter tipe X,
ruang saniter Y dan ruang saniter tipe Z. Dari ruang saniter yang ada, dipilih ruang
saniter tipe X untuk mencari kehilangan tekanan ( headloss ), karena letaknya
paling jauh dari roof tank. ruang saniter tipe X untuk mencari kehilangan tekanan (
headloss ), karena
letaknya paling jauh dari roof tank.
Contoh perhitungan:
Lantai 4 dan ruang saniter tipe X sistem 1 daerah B-a5, diketahui:
D = 100 mm = 10 cm
Maka,
A = ¼ π D2
= ¼. 3.14. 12
= 7.85 x 10-3 m
V = 1,5 m/s
Q =AxV
= 0,785 x 1,5 m/s
= 11.775 10-3 m3/s
L = 29.11
𝑄 1.85
Hf =[ 2.63
] xL
0.00155.𝐶.𝐷

11.775 1.85
=[ 2.63
] x 29.11
0.00155 .130 .10

= 0.736056337
siste daerah I+I'(m Diameter V(m/ A(m^2) Q HF(m)
m ) s)
mm cm m (m3/s) (L/s)

1 B - a4 21.55 70 0.7 0.007 1.5 0.000038465 5.7698E-05 0.057698 6.699505

a4 - b4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695

b4 - c4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695

c4 - d4 4.2 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.981732

d4 - e4 4.13 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.96537

e4 - f4 4.6 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.507847

f4 - g4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562

g4 - h4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845

h4 - i4 2.05 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.226323

i4 - j4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562

j4 - k4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845

k4 - l4 2.05 40 0.4 0.004 1 0.00001256 0.00001256 0.01256 0.106896

l4 - m4 1.4 40 0.4 0.004 1 0.00001256 0.00001256 0.01256 0.073002

m4 - n4 2.85 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.314644


n4 - o4 1.63 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.179954

04 - p4 1.97 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.217491

p4 - q4 1.55 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.171122

q4 - r4 2.85 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.314644

r4 - s4 1.63 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.179954

s4 - t4 2.02 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.223011

t4 - u4 1.71 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.188787

u4 - v4 1.71 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.188787

v4 - w4 1.8 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.198723

w4 - x4 1.48 30 0.3 0.003 1 0.000007065 0.000007065 0.007065 0.045324

siste daerah I+I'(m Diameter V(m/ A(m^2) Q HF(m)


m ) s)
mm cm m (m3/s) (L/s)

1 B’ - a’4 21.55 70 0.7 0.007 1.5 0.000038465 5.7698E-05 0.057698 6.699505

a’4 - b’4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695

b’4 - c’4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695

c’4 - d’4 4.2 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.981732
d’4 - e’4 4.13 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.96537

e’4 - f’4 4.6 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.507847

f’4 - g’4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562

g’4 - h’4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845

h’4 - i’4 2.05 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.226323

i’4 - j’4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562

j’4 - k’4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845

k’4 - l’4 2.05 40 0.4 0.004 1 0.00001256 0.00001256 0.01256 0.106896

l’4 - m’4 1.4 40 0.4 0.004 1 0.00001256 0.00001256 0.01256 0.073002

m’4 - n’4 2.85 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.314644

n’4 - o’4 1.63 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.179954

0’4 - p’4 1.97 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.217491

p’4 - q’4 1.55 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.171122

q’4 - r’4 2.85 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.314644

r’4 - s’4 1.63 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.179954

s’4 - t’4 2.02 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.223011

t’4 - u’4 1.71 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.188787


u’4 - v’4 1.71 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.188787

v’4 - w’4 1.8 60 0.6 0.006 1 0.00002826 0.00002826 0.02826 0.198723

w’4 - x’4 1.48 30 0.3 0.003 1 0.000007065 0.000007065 0.007065 0.045324


Dari tabel perhitungan headloss diatas, dapat diketahui apakah ketinggian roof tank
telah memenuhi syarat untuk mengalirkan air sampai titik kritis. Tekanan standar
untuk alat plambing tertinggi adalah water closet yaitu 9,9 meter dan tinggi water
closet dari lantai kamar mandi adalah 1 meter. Sehingga Hf total yang diperlukan
adalah :
Hf 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= ∑Hf 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
+ Hf 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛
+ h 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝑃𝑙𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔

= 3,419667013 + 9,9 + 1
= 14,31966701
Hf 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = h gedung lantai teratas + h menara rooftank

= 4,5 + 8
= 12,5 meter
Syarat supaya air dapat mengalir:
Hf total ≤ H statis yang tersedia
Sedangkan melalui perhitungan kehilangan tekanan yang dilakukan didapatkan
Hf total ≥ H statis yang tersedia
14,31966701 ≥ 12,5 meter
Pada bagian H statis ditambahkan tinggi 4 m, hingga diperoleh
Hf total ≥ H statis yang tersedia
14,31966701 ≤ 14,5 meter
Hal ini belum memenuhi syarat sehingga asumsi tinggi menara roof tank perlu
diubah atau ditambahkan ketinggiannya, sehingga jika Hf total ≥ Hstatis.
Ketinggian ditambah ± 2 m sehingga Hf total menjadi ± 12,5 meter. Ketinggian
menara roof tank dengan asumsi awal 8 m ditambahkan dengan asumsi
penambahan tinggi 2 m. maka diperoleh tinggi menara roof tank menjadi 10 m.

3.3.4. Perhitungan Dimensi Pipa Air Bersih Dari Ground Reservoir Ke Roof Tank

Untuk menghitung dimensi pipa dari ground reservoir menuju roof tank
menggunakan Qm-maks dan Asumsi . Berikut cara perhitungannya:
Qm-maks = 0,6207 m 3 /menit = 0,0010345 m3/detik
v = 1 m/detik -
Q=vxA
= v x [1/4. 𝜋 . D2 ] ;
Q = 0,0010345 m3/detik
D = [( 4 𝑥 𝑄 )/𝜋 𝑥 1]1/2
= [( 4 𝑥 0,0010345)/3,14 𝑥 1] 1/2
= 0,114796968 m
= 114 mm
v = 4 ∗𝑄 𝜋 ∗𝐷2 = 4 ∗0,0010345 *3,14 ∗(0,114)2
= 0,0001688 m/s
Maka didapatkan diameter pipa dari ground reservoir ke roof tank adalah 114 mm.
Dengan v check = 1,014030775 m/s. Dengan dihitungnya vcheck dan besar minimum
masih diantara 0.9-1.2 m/detik, maka besarnya vcheck masih memenuhi syarat.
Sehingga besarnya diameter pipa dari ground reservoir ke roof tank adalah sebesar
114 mm.

3. 4 Perencanaan Jaringan Air Buangan

3.4.1. Penentuan Dimensi Pipa Air Buangan

Dalam perencanaan sistem plambing untuk pembuangan khususnya untuk


penentuan dimensi pipa pembuangan didasarkan pada unit beban alat plambing
(UAP) yang berperan sebagai beban tiap alat plambing dalam pengaliran di pipa air
buangan. Langkah-langkah penentuan pipa air buangan sebagai berikut
1. Menentukan jalur setiap sistem pada ruang saniter.
2. Mencari beban unit alat plambing setiap alat plambing dari tiap jalur.
Tabel 3. 1 Unit alat plambing sebagai beban tiap alat atau kelompok
3. Menentukan nilai beban UAP kumulatif dari setiap alat plambing sampai
pada alat plambing paling akhir dari setiap jalur.
4. Menentukan diameter perangkap minimum sesuai Tabel
Tabel 3. 2 Diameter minimum, perangkap dan pipa buangan
5. Menentukan diameter pipa alat plambing berdasarkan UAP maksimum
Tabel 3. 3 Ambil diameter pipa yang lebih besar
6. Menyesuaikan diameter pipa yang terpasang dengan diameter pipa yang
ada di pasaran (inch)
7. Menentukan slope yang akan digunakan pada pipa air buangan tiap alat
plambing yang menuju pipa tegak dari tabel 3.2
Tabel 3. 4 Kemiringan untuk Pipa Buangan Arah Mendatar

Pipa mendatar air buangan berfungsi untuk menyalurkan air buangan dari tiap alat
plambing menuju pipa tegak. Pipa tegak air buangan berfungsi untuk menyalurkan
air buangan dari saniter tiap lantai yang kemudian disalurkan menuju septic tank.
Adapun contoh perhitungan dimensi pipa mendatar air buangan pada salah satu
jalur sebagai berikut:
Jalur w’4 – x’4 ruang saniter Z
Alat plambing : Shower
UAP untuk lavatory :2
Akumulasi UAP :2
Diameter pipa minimum : 50 mm
Diameter pipa maksimum : 40 mm
Diameter pipa dipakai : 50 mm
Diameter pipa dipakai : 2 inch
Slope : ¼ inch
Adapun contoh perhitungan dimensi pipa tegak air buangan pada salah satu jalur
sebagai berikut :
Lantai B – a4 ruang saniter Z
UAP : 190
Akumulasi UAP : 190
Diameter pipa maksimum : 100 mm
Diameter pipa dipakai : 100 mm
Diameter pipa dipakai : 4 inch
Diameter pipa yang dipakai dikonversi menjadi inch karena diameter pipa di
pasaran dalam satuan inch.
Hasil perhitungan seluruh nya untuk penentuan diameter pipa air buangan dapat
dilihat pada tabel berikut:

jalur alat UA Aku Diamet Diameter Pipa Ukuran Ukuran Slope(in


plambing P mulas er pipa Berdasarkan Pipa Pipa ch/feet)
i (m) UAP Dipakai(m Dipakai(i
UAP Maksimum m) nch)

PIPA MENDATAR (Sistem 1)

B - a4 BETHUB 2 59 40 100 100 4" 1/1OO

a4 - b4 WATER 6 57 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

b4 - c4 SHOWER 2 51 50 100 100 4" 1/1OO

c4 - d4 LAVATORY 1 49 32 100 100 4" 1/1OO

d4 - e4 SINK 0.5 48 40 100 100 4" 1/1OO

e4 - f4 SHOWER 2 47.5 50 100 100 4" 1/1OO

f4 - g4 WATER 6 45.5 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

g4 - h4 SINK 0.5 39.5 40 100 100 4" 1/1OO


h4 - i4 SHOWER 2 39 50 100 100 4" 1/1OO

i4 - j4 WATER 6 37 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

j4 - k4 SINK 0.5 31 40 100 100 4" 1/1OO

k4 - l4 SHOWER 2 30.5 50 100 100 4" 1/1OO

l4 - m4 WATER 6 28.5 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

m4 - n4 LAVATORY 1 22.5 32 100 100 4" 1/1OO

n4 - o4 SINK 0.5 21.5 40 100 100 4" 1/1OO

04 - p4 BETHUB 2 21 40 100 100 4" 1/1OO

p4 - q4 WATER 6 19 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

q4 - r4 LAVATORY 1 13 32 80 80 3" 1/5O

r4 - s4 SINK 0.5 12 40 80 80 3" 1/5O

s4 - t4 BETHUB 2 11.5 40 80 80 3" 1/5O

t4 - u4 WATER 6 9.5 80 65 65 3" 1/5O


CLOSET

u4 - v4 SHOWER 2 3.5 50 50 50 3" 1/5O

v4 - w4 LAVATORY 1 1.5 32 40 40 2" 1/5O

w4 - x4 SINK 0.5 0.5 40 40 40 2" 1/5O


jalur alat UA Aku Diamet Diameter Pipa Ukuran Ukuran Slope(in
plambing P mulas er pipa Berdasarkan Pipa Pipa ch/feet)
i (m) UAP Dipakai(m Dipakai(i
UAP Maksimum m) nch)

PIPA MENDATAR (Sistem 2)

B’ - a’4 BETHUB 2 59 40 100 100 4" 1/1OO

a’4 - b’4 WATER 6 57 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

b’4 - c’4 SHOWER 2 51 50 100 100 4" 1/1OO

c’4 - d’4 LAVATOR 1 49 32 100 100 4" 1/1OO


Y

d’4 - e’4 SINK 0.5 48 40 100 100 4" 1/1OO

e’4 - f’4 SHOWER 2 47.5 50 100 100 4" 1/1OO

f’4 - g’4 WATER 6 45.5 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

g’4 - h’4 SINK 0.5 39.5 40 100 100 4" 1/1OO

h’4 - i’4 SHOWER 2 39 50 100 100 4" 1/1OO

i’4 - j’4 WATER 6 37 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

j’4 - k’4 SINK 0.5 31 40 100 100 4" 1/1OO

k’4 - l’4 SHOWER 2 30.5 50 100 100 4" 1/1OO

l’4 - m’4 WATER 6 28.5 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

m’4 - LAVATOR 1 22.5 32 100 100 4" 1/1OO


n’4 Y

n’4 - o’4 SINK 0.5 21.5 40 100 100 4" 1/1OO


0’4 - p’4 BETHUB 2 21 40 100 100 4" 1/1OO

p’4 - q’4 WATER 6 19 80 100 100 4" 1/1OO


CLOSET

q’4 - r’4 LAVATOR 1 13 32 80 80 3" 1/5O


Y

r’4 - s’4 SINK 0.5 12 40 80 80 3" 1/5O

s’4 - t’4 BETHUB 2 11.5 40 80 80 3" 1/5O

t’4 - u’4 WATER 6 9.5 80 65 65 3" 1/5O


CLOSET

u’4 - v’4 SHOWER 2 3.5 50 50 50 3" 1/5O

v’4 - LAVATOR 1 1.5 32 40 40 2" 1/5O


w’4 Y

w’4 - SINK 0.5 0.5 40 40 40 2" 1/5O


x’4

jalur alat UAP Aku Diame Diameter Ukuran Ukuran Slope(i


plambing mula ter Pipa Pipa Pipa nch/fee
si pipa Berdasarkan Dipakai( Dipakai t)
UAP (m) UAP mm) (inch)
Maksimum

PIPA TEGAK

Lantai 59 59 - 100 100 4 -


4-3

lantai 59 118 - 125 125 5 -


3-2
lantai 59 177 - 150 150 6 -
2-1

lantai 59 236 - 200 200 8 -


1-GR

3. 3 Perencanaan Jaringan Pipa Ven

3.3.1. Penentuan Dimensi Pipa Vent

a. Penentuan Dimensi Pipa Ven


Langkah-langkah dalam menentukan pipa ven air buangan sebagai berikut :
1. Tentukan jalur pada ruang saniter
2. Cari UAP tiap jalurnya
3. Hitung UAP kumulatif
4. Tentukan diameter pipa air buangan ( diameter yang dipakai)
5. Tentukan panjang pipa ven tiap jalur
6. Tentukan dimensi pipa ven sesuai Tabel
Jalur w4-x4 ruang saniter X
1. Alat Plambing : Shower
2. UAP alat plambing : 2
3. Akumulasi UAP : 2
4. Diameter pipa air buangan : 40 mm
Jalur lantai 1-2 saniter X
1. UAP : 59
2. Akumulasi UAP : 59
3. Diameter air buangan : 100 mm
4. Panjang pipa ven : 2.1 m
5. Diameter pipa ven : 65 mm
6. Diameter pipa ven yang dipakai : 2 1/2 inch
Daerah aAlat UAP Akmul Ukuran Pipa Panjang Diameter Diameter Pipa
Plambing asi Dipakai Pipa Vent Pipa Vent Vent yang
UAP (mm) (m) (mm) dipakai (inchi)

Sistem 1

B - a4 BETHUB 2 59 100 2.1 65 2½

a4 - b4 WATER 6 57 100 2.1 65 2½


CLOSET

b4 - c4 SHOWER 2 51 100 2.1 65 2½

c4 - d4 LAVATOR 1 49 100 2.1 65 2½


Y

d4 - e4 SINK 0.5 48 100 2.1 65 2½

e4 - f4 SHOWER 2 47.5 100 2.1 65 2½

f4 - g4 WATER 6 45.5 100 0.54 50 2½


CLOSET

g4 - h4 SINK 0.5 39.5 100 0.54 50 2½

h4 - i4 SHOWER 2 39 100 0.54 50 2½

i4 - j4 WATER 6 37 100 0.54 50 2½


CLOSET

j4 - k4 SINK 0.5 31 100 0.54 50 2½

k4 - l4 SHOWER 2 30.5 100 0.54 50 2½

l4 - m4 WATER 6 28.5 100 0.54 50 2½


CLOSET

m4 - n4 LAVATOR 1 22.5 100 0.54 40 2


Y

n4 - o4 SINK 0.5 21.5 100 0.21 40 2


04 - p4 BETHUB 2 21 100 0.21 40 2

p4 - q4 WATER 6 19 100 0.21 40 2


CLOSET

q4 - r4 LAVATOR 1 13 80 0.21 40 2
Y

r4 - s4 SINK 0.5 12 80 0.21 40 2

s4 - t4 BETHUB 2 11.5 80 0.21 40 2

t4 - u4 WATER 6 9.5 65 0.6 40 2


CLOSET

u4 - v4 SHOWER 2 3.5 50 0.6 40 2

v4 - w4 LAVATOR 1 1.5 40 0.6 40 2


Y

w4 - x4 SINK 0.5 0.5 40 0.6 40 1½

SISTEM 2

B' - a'4 BETHUB 2 59 100 2.1 65 2½

a'4 - b'4 WATER 6 57 100 2.1 65 2½


CLOSET

b'4 - c'4 SHOWER 2 51 100 2.1 65 2½

c'4 - d'4 LAVATOR 1 49 100 2.1 65 2½


Y

d'4 - e'4 SINK 0.5 48 100 2.1 65 2½

e'4 - f'4 SHOWER 2 47.5 100 2.1 65 2½

f'4 - g'4 WATER 6 45.5 100 0.54 50 2½


CLOSET

g'4 - SINK 0.5 39.5 100 0.54 50 2½


h'4
h'4 - I'4 SHOWER 2 39 100 0.54 50 2½

I'4 - j'4 WATER 6 37 100 0.54 50 2½


CLOSET

j'4 - k'4 SINK 0.5 31 100 0.54 50 2½

k'4 - l'4 SHOWER 2 30.5 100 0.54 50 2½

l'4 - WATER 6 28.5 100 0.54 50 2½


m'4 CLOSET

m'4 - LAVATOR 1 22.5 100 0.54 40 2


n'4 Y

n'4 - SINK 0.5 21.5 100 0.21 40 2


o'4

0'4 - BETHUB 2 21 100 0.21 40 2


p'4

p'4 - WATER 6 19 100 0.21 40 2


q'4 CLOSET

q'4 - r'4 LAVATOR 1 13 80 0.21 40 2


Y

r'4 - s'4 SINK 0.5 12 80 0.21 40 2

s'4 - t'4 BETHUB 2 11.5 80 0.21 40 2

t'4 - u'4 WATER 6 9.5 65 0.6 40 2


CLOSET

u'4 - SHOWER 2 3.5 50 0.6 40 2


v'4

v'4 - LAVATOR 1 1.5 40 0.6 40 2


w4 Y

w'4 - SINK 0.5 0.5 40 0.6 40 1½


x'4
3. 3 Perencanaan Pompa Air

Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan


menggunakan rumus, sebagai berikut:

Head Pompa = Hstatis + Hsistem


Hstatis = tinggi gedung muka air reservoir + tinggi

muka air roof tank

Hstatis = 30,5 + 2 + 0,3 = 32,8 m

Hsistem = Mayor losses + Minor losses + Hsisa tekan + (v2/2g)

● Mayor losses (Hf), meliputi :


❖ Suction :

L Suction = 2 + 1 = 3 m

𝑄 1.85
𝐻𝑓 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = ⎡ ⎤ ×L
⎣ 0.00155×𝐶×𝐷²𑁦⁶³ ⎦

1.034 1.85
= ⎡ ⎤ ×3
⎣ 0.00155×100×114²𑁦⁶³ ⎦

= 1,75 × 10⁻⁹ m

❖ Discharge

L discharge = 4,26 + 22,5 + 8 + 2

= 36,76 m

𝑄 1.85
𝐻𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = ⎡ ⎤ ×L
⎣ 0.00155×𝐶×𝐷²𑁦⁶³ ⎦

1.034 1.85
= ⎡ ⎤ × 36,76
⎣ 0.00155×100×114²𑁦⁶³ ⎦

= 12,09 × 10⁻⁹ m
Jadi, total mayor losses = 𝐻𝑓 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐻𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒

= 1,75 × 10⁻⁹ m + 12,09 × 10⁻⁹

= 13.84 × 10⁻⁹

● Minor losses (Hm), meliputi


➢ Headloss akibat 4 belokan 90º ( K = 0.3 )

𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,3×1²
= 4⎡ 2×9,81 ⎤ = 0,061 m
⎣ ⎦

➢ Headloss akibat 1 gate valve ( K=0.13)

𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,13×1²
= 4⎡ ⎤ = 0,0066 m
⎣ 2×9,81 ⎦

➢ Headloss akibat 1 basket strainer ( K=0,95)

𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,95×1²
= 4⎡ ⎤ = 0,048 m
⎣ 2×9,81 ⎦

➢ Headloss akibat 1 check valve ( K=2)

𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
2×1²
= 4⎡ 2×9,81 ⎤ = 0,1 m
⎣ ⎦

Jadi total minor losses = 0,061+ 0,0066 + 0,048 + 0,1

= 0,2156 m
★ V 2 /2g =1² / 2*9.81 = 0.05 m
2
𝑣
★ Sehingga Hsistem = Mayor losses + Minor losses + 2𝑔

= 13.84 × 10⁻⁹ m + 0,2156 m + 0.05 m = 1,6496 m

★ Head pompa = Hstatis + Hsistem = 32,8 + 1,6496 = 34,44 m

Dari harga Q sebesar 0,00103 m³/s = 1,034 L/s dan head pompa sebesar 34,44 m,maka
nilai tersebut diplotkan pada grafik karakteristik pompa sentrifugal GRUNDFOS.

Dari kurva diatas diperoleh :

Tipe pompa = 65x40 -315 dimana 65 = diameter hisap

Nominal speed = 1450 rpm 40 = diameter keluar

Sehingga dari tipe itu dapat ditentukan :


Whp atau daya air yaitu energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan
waktu.

γ×𝑄×𝐻
Whp = 75
dimana Whp = daya air (Hp)

γ = berat air persatuan volume (kg/m³)

Q = debit air (m³/detik)

H = head pompa (m)

γ×𝑄×𝐻
Whp = 75

1000×0.00103×34,44 𝑚
= 75

= 3,547 Hp

Ketentuan 1 Hp = 0,746 Kw, sehingga:

Whp = 3,547 Hp x 0,746 Kw

= 2,64 Kw

Bhp atau daya poros yaitu energy yang diperlukan untuk menggerakan pompa per satuan
waktu. Dan diasumsikan efisiensi pompa atau nilai η sebesar %, maka

𝑊ℎ𝑝 2,64
Bph = η
= 0,9
= 2,93 Kw

3.5 Perencanaan Jaringan Air Hujan

Sesuai dengan skema gambar dari skema sistem pemetaan air hujan yang ada,
system air hujan dimulai dari:
1. Air hujan dialirkan melalui talang.
2. Lalu di salurkan dan di tampung menuju roof tank.
3. Setelah di tampung lalu di salurkan menuju ke media filtrasi.
4. Setelah di filtrasi barulah ke grand reservoir ( bak penampung ) yang langsung
di resapkan ke tanah.
Talang air merupakan saluran air hujan, biasanya diaplikasikan pada atap sebagai
komponen dari sistem pembuangan air untuk suatu bangunan.

Roof Tank adalah Tangki yang berfungsi untuk menampung air yang akan dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan.

Media filtrasi berguna untuk memfilter kotoran yang terdapat dari air hujan.

3.6 Perencanaan Jaringan Fire Hydrant

Berikut adalah perhitungan dimensi pipa fire hydrant :


Luas lantai : (17 m x 39,5 m )
: 671,5 m²
Jumlah hydrant : Luas lantai klasifikasi bangunan C
: 671,5 m²/600 m² dengan 1 fire hydrant
: 1,119
: 1 hydrant
Jalur :A-B
Jumlah Sprinkler : 10
Diameter Awal : 50 mm
Panjang Pipa : 36 m
Kehilangan Tekanan Permeter: 7,8 x 10-3 atm/m
Kehilangan Tekanan Pipa : 0,2808
Karena kehilangan tekanan pipa < 0,9 yaitu 0, 2808. Maka diameter yang dipakai
adalah diameter yang sama dengan diameter awal yaitu 25 mm.

Jalur Jumlah D Panjang Kehilangan Kehilangan Cek<0,9 D D(Inch)


(mm) Tekanan Tekanan (mm)
Permeter Pipa
10^3 atm/m

A-B 10 50 36 7,8 0,2808 OK 50 2


B-C 15 50 54 7,8 0,4212 OK 50 2

C-D 20 50 72 7,8 0,5616 OK 50 2

D-E 25 50 90 7,8 0,702 OK 50 2

E-F 30 50 108 7,8 0,8424 OK 50 2

F-G 35 50 121 78 0,9438 TIDAK 65 2 1/2


OK

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada laporan kali ini adalah:


1. Untuk menyediakan air bersih yang cukup kualitas dan kuantitasnya secara terus
menerus sampai ke tempat tujuan diperlukan beberapa perencanaan dengan menggunakan
metode jenis dan jumlah alat plambing didapatkan volume ground reservoir dan rooftank
kebutuhan air bersih untuk gedung apartemen bertingkat lima yaitu berturut-turut 33,68
m3 dan 94,14 m3 .

2. Untuk dapat mendistribusikan air limbah secara aman dari semua bangunan ke tempat
yang aman dan bersih serta membuangnya di tempat yang aman maka diperlukan
perencanaan terhadap sistem air buangan juga vent agar limbah dapat disalurkan dengan
aman, dari perencanaan system air buangan didapatkan dimensi pipa air buangan untuk
pipa agar pipa yang digunakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga meminimalisir
biaya yang dibutuhkan untuk pembelian pipa.
5.2 Saran
Adapun saran pada laporan kali ini adalah:
1. Perlu banyak pengalaman belajar dalam merancang suatu sistem plambing yang baik
karena setiap jenis bangunan serta lokasi yang berbeda akan memerlukan rancangan yang
berbeda pula.
2. Dalam merancang sistem plambing harus tetap berpedoman pada Standar Nasional
Indonesia tentang Plambing yang ada, agar tidak terjadi penyimpangan yang berarti
setelah system dioperasikan.

Anda mungkin juga menyukai