SEMESTER GANJIL
Disusun Oleh:
Kelompok 4A
1. Fadilla Raidatul Assifa 121250006
2. Mikha Hanatasya Br Sitepu 121250009
3. Irvandi Sihombing 121250013
4. Mike Putri Huljannah 121250019
5. Fuan Dini Arta 121250022
6. Shintia Nur Asiah 121250036
7. Brigita Aurelia 121250037
8. Nabila Izzah Zikiristia 121250039
9. Afarizza Fahlevy 121250140
Asisten
Atika Kurnia Syifa 120250082
Asisten
Atika Kurnia Syifa 120250082
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Maksud dan Tujuan 6
1.3.1. Maksud 6
1.3.2. Tujuan 6
BAB II 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih 7
2.1.1. Sistem Sambungan Langsung 7
2.1.2. Sistem Tangki atap 7
2.1.3. Sistem Tangki Tekan 8
2.2. Penentuan Kebutuhan Air Bersih 8
2.2.1. Berdasarkan Jumlah Penghuni 8
2.2.2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing 9
2.2.3. Berdasarkan unit beban alat plumbing 10
2.3. Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan dan Vent 11
2.3.1. Jenis Air Buangan 11
2.3.2. Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Buangan 11
2.3.3. Jenis-Jenis Pipa Pembuangan 12
2.4 Sistem Plambing Untuk Pemadam Kebakaran 13
2.4.1. Umum 13
2.4.2. Jenis Fire Hydrant 14
2.4.3. Tekanan dan Kecepatan Pengaliran 14
2.5. Penentuan Head Pompa dan Perhitungan Daya Pompa 15
1.5.1. Jenis pompa 17
2.6. Kriteria-kriteria Desain Yang Dibutuhkan Dalam Perencanaan Plambing 18
2.6.1. Kriteria Desain Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih 18
2.6.2. Kriteria Desain Sistem Pompa Distribusi Air Bersih 19
2.6.3. Kriteria Desain Sistem Pemadam Kebakaran 19
2.6.4. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan 21
BAB III 23
PENDAHULUAN
1.3.1. Maksud
Perencanaan dan perancangan sistem sanitasi gedung bertingkat ini harus memberikan
fasilitas kebutuhan yang memadai kepada masyarakat atau setidaknya penghuni gedung
terutama yang berkaitan dengan penyediaan air bersih yang memadai, air buangan sistem
pemadam kebakaran, dan sistem perpipaan di dalam gedung. Oleh karena itu, perencanaan
dan perancangan sistem ini yang baik secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan taraf hidup yang cukup.
1.3.2. Tujuan
Tujuan perencanaan dan perancangan fasilitas sanitasi untuk gedung Apartemen X ini
adalah:
1. Untuk menyediakan air bersih yang cukup kualitas dan kuantitasnya secara terus
menerus sampai ke tempat tujuan.
2. Mendistribusikan air limbah secara aman dari semua bangunan ke tempat yang aman
dan bersih serta membuangnya di tempat yang aman.
3. Bangunan akan menjadi bangunan yang layak huni dengan memenuhi persyaratan
kesehatan, persyaratan lingkungan, dan persyaratan etika dan estetika bangunan.
4. Mengetahui cara merancang sistem plumbing instalasi air bersih dan air buangan
sistem pemadam kebakaran serta sistem perpipaan yang akan digunakan pada
pembangunan bangunan bertingkat sesuai dengan data yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh
karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai
dengan tahapan- tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada
pada gedung tersebut. Fungsi dari instalasi plumbing adalah:
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat lainnya dengan tekanan dan jumlah aliran yang cukup.
2. Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.
Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem plambing
yang baik. Istilah peralatan plambing meliputi:
1. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum
2. Peralatan untuk menyediakan air panas
3. Peralatan untuk menyediakan air buangan atau air kotor
4. Peralatan saniter
Sistem sambungan langsung mengalirkan air dari pipa utama milik perusahaan penyedia air
minum langsung menuju pipa distribusi dalam gedung. Sistem ini kurang cocok
diimplementasikan pada gedung-gedung tinggi karena terbatasnya tekanan pada pipa utama serta
dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama sehingga dikhawatirkan tidak dapat mengalirkan air
hingga lantai teratas karena tekanan yang tidak mencukupi.
Untuk sistem tangki atap, air dari pipa utama milik perusahaan penyedia air minum ditampung
terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground reservoir) lalu dipompakan ke atas menuju tangki
atap (roof tank). Tidak seperti sistem tangki tekan, perubahan tekanan air dalam pipa tidaklah
begitu besar sehingga ketersediaan air di tiap waktunya cukup stabil. Dengan menggunakan sistem
ini, tekanan air yang rendah dari pipa utama juga tidak begitu menjadi masalah karena air akan
dipompa terlebih dahulu ke tangki atap baru dialirkan ke seluruh gedung dengan menggunakan
gaya gravitasi. Pada setiap tangki bawah dan tangki atap biasanya dipasangkan alarm guna
memberikan tanda ini juga bisa difungsikan sebagai pemicu pompa untuk agar bekerja otomatis
sehingga tidak harus bekerja terlalu sering yang dapat memperpendek usia pompa.
2.1.3. Sistem Tangki Tekan
Untuk sistem tangki tekan, harga awal pemasangan memang lebih rendah daripada menggunakan
sistem tangki atap. Namun, kekurangan dari sistem ini adalah akan terjadi fluktuasi tekanan dalam
pipa sehingga aliran air tidak akan stabil. Padahal, untuk sistem penyediaan air bersih pada gedung
apartemen, air harus selalu tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dalam gedung. Selain
itu, setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke dalam tangki atau dengan menguras
seluruh air dari dalam tangki. Hal ini bertujuan untuk mengganti kembali udara yang hilang atau
terlarut ke dalam air yang tersimpan dalam tangki sehingga tekanan dapat kembali normal. Jumlah
air efektif yang tersimpan dalam tangki juga relatif sedikit sehingga pompa akan lebih sering
bekerja untuk mengisi kembali air ke dalam tangki.
Dalam system ini tidak digunakan tanki apapun, baik tanki bawah, tangki tekan, ataupun atap. Air
dipompakan langsung ke system distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa
utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum). Ada dua macam pelaksanaan sistem ini,
dikaitkan dengan kecepatan putaran pompa konstan dan variable.
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk bangunan bertingkat, kapasitas peralatan dan
dimensi pipa maupun tangki dibuat berdasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan
pada bangunan tersebut. Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan air tersebut, diantaranya adalah :
Dari ketiga metode diatas, metode yang praktis digunakan adalah metode berdasarkan jumlah
pemakai. Hal ini berdasarkan pemakaian rata rata sehari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni.
Menurut SNI 8153:2015 (Sistem plambing dalam bangunan gedung) menghitung kebutuhan air bersih
dinyatakan dalam fixture unit (FU) atau unit alat beban plambing (UBAP), seperti ditunjukkan dibawah
ini yang mencakup kebutuhan air panas dan dingin.
4. Dihitung besarnya kebutuhan air rata-rata (Qrata-rata puncak = Qh) per harinya (t)
Qh = Qd/t
Dimana :Qh = Pemakaian air rata-rata selama rata-rata jam operasi (ℓ/detik)
Q m-max = C2 x Qh
Q m-max = C2 x Qh/60
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian air dapat diketahui. Jumlah dari setiap jenis alat
plambing yang digunakan dalam gedung tersebut. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya
faktor pemakaian serentak daripada alat-alat plambing yang dipakai secara bersamaan, karena
apabila ada saat tertentu alat-alat plambing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan maka
debit air yang dikeluarkan semakin besar, apabila alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar
suplai air yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plambing dapat terpenuhi. Oleh karena itu
adapun tabel yang memuat prosentase pemakaian air serentak alat plambing (faktor pemakaian
(%)) dan jumlah alat-alat plambing dapat dilihat pada tabel 2.2. Sedangkan pemakaian air tiap alat
plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air dapat dilihat pada tabel 2.3.
Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus berikut ini :
Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk
setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya,
dan kemudian dicari besarnya laju aliran dengan gambar 2.2 dan gambar 2.3 dengan cara
memplotkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran. Apabila jumlah penghuni
diketahui atau sudah ditetapkan untuk suatu perencanaan gedung maka angka yang sudah
diketahui tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan “standar”
pemakaian air per orang per hari di dalam penggunaan gedung tersebut. Namun, kalau jumlah
penghuni tidak dapat diketahui, akan dilakukan penaksiran berdasarkan luas lantai dan menetapkan
kepadatan hunian per luas lantai efektif.
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor.
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban plumbing dengan laju aliran air, d
dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing.
Di dalam sistem pembuangan suatu gedung apartemen, umumnya jenis-jenis air buangan yang
dikeluarkan dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu:
Air kotor mencakup seluruh air buangan yang mengandung kotoran atau sisa metabolisme
manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari kloset ataupun peturasan.
Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas kegiatan manusia seperti
mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain sebagainya. Untuk gedung apartemen, air bekas ini
umumnya berasal dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang keluar lewat floor
drain.
3. Air Hujan
Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air hujan yang jatuh ke atap
ataupun ke halaman.
Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi sistem pembuangan air yang umumnya dilakukan
untuk sistem pembuangan air dalam apartemen, yaitu:
Pada perencanaan ini akan digunakan pipa PVC karena tidak mempunyai sifat korosif sehingga
tahan lama dan juga lebih ringan serta harganya lebih murah dibanding pipa lain. Berikut ini
merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari sistem pembuangan, yaitu antara
lain :
1. Pipa Pembuangan
Alat Plambing Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat plambing dengan
pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya dipasang tegak dan ukurannya harus sama atau lebih
besar dari lubang keluar perangkap pada alat plambing.
1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem tersebut
ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan berdasarkan unit alat
plambing kumulatif.
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing pada setiap jalur yang
telah ditetapkan.
3. Ukuran minimum pipa tegak, horizontal, atau keduanya harus ditentukan dari total
UBAP. Dalam hal penyambungan dan penambahan pipa tegak air limbah, disesuaikan
dengan panjangnya.
4. Jumlah dan Panjang maksimum unit alat plambing yang diijinkan pada pipa air limbah
vertikal dan horizontal, sewer gedung, atau interval ditunjukkan dengan tabel dibawah
ini.
Dalam perencanaan sistem plambing ini sistem vent yang digunakan adalah sistem vent loop.
Dalam sistem ini mempunyai 2 atau lebih alat plambing (paling banyak 8) dipasang pada cabang
mendatar pipa air buangan dan disambung pada vent pipa tegak. Penentuan sistem vent harus
sesuai dengan SNI 03-7065-2005 Tata Cara Sistem Plambing dan SNI 8153:2015 Sistem Plambing
Pada Bangunan Gedung. 2.2.6 Tujuan Sistem Vent Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu
sistem buangan. Tujuan pemasangan pipa vent adalah sebagai berikut :
2.4.1. Umum
Sistem pemadaman mutlak harus ada terutama pada gedung-gedung dan fasilitas – fasilitas umum.
Sistem ini merupakan sistem perpipaan di dalam dan di luar untuk pemakaian dari bahaya
kebakaran. Air untuk memadamkan api di dalam gedung dapat disuplai dari pipa tegak dengan
automatic, sprinkler, atau pompa. Cara-cara tersebut dapat saling melengkapi di mana tambahan
air sering di perlukan. Air tersebut dapat diambil dari public suplai dan sumber lainnya, seperti:
sungai dan laut. Penempatan fire hydrant perlu diperhatikan melalui hal-hal sebagai berikut:
Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kPa setara dengan 0,5 kgf/cm2
(SNI 03-6481, 2000). Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan “standar” adalah 1,0
kgf/cm2 sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 kgf/cm2 sampai 5,0 kgf/cm2 dan
untuk perkantoran antara 2,5 kgf/cm2 sampai 3,5 kgf/cm2. Disamping itu, beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik jika tekanan air kurang dari suatu batas
minimum (Poerbo, 2010).
V𝐸=[(Qp-Qh-maks)Tp-(Qpu x Tpu)]
Dimana:
Ve = volume bak air atas (m³)
Qp = kebutuhan puncak(m³/menit)
Qh-maks = kebutuhan jam puncak(m³/menit)
Qpu = kapasitas pompa pengisi(m³/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan (menit)
Tpu = jangka waktu pengisian (menit)
Dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari bak air
bawah menuju bak air atas dengan asumsi kecepatan pengaliran antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s
1. Ditentukan debit pengaliran
Karena :
(Q) = V x A
Maka :
2 4𝑥𝑄
D= ( 𝑣𝑥π )
Dimana: Q = debit pengaliran (m³/detik)
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
● Untuk menentukan kerugian gesek pada pipa ( Head Loss) digunakan rumus
seperti berikut :
2
𝐿 𝑣
ℎ𝑓 = λ 𝑥 𝐷
x 2𝑔
Dimana :
ℎ𝑓 = head kerugian gesek pipa (m)
λ = koefisien kerugian gesek
Untuk laminer :
64
λ = 𝑅𝑒
Untuk turbulen :
0,005
λ = 0,020 + 𝐷
2
g = gravitasi ( 9,81 m/s )
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter pipa (m)
Re = bilangan reynolds
Dimana :
ha = head statis (m)
∆ℎ𝑝 = perbedaan tekanan
hl = head loss total pipa
C. Pompa khusus
2. Pompa gelembung udara Disebut juga air lift pompa karena air dalam suatu pipa
terangkat oleh gelembung-gelembung air sebagai akibat adanya perbedaan jenis
dan udara.
3. Pompa jet Disebut juga pompa injeksi yang merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet ejector digunakan untuk memompa
sumur dengan muka airnya lebih dari 10 m dibawah muka tanah.
4. Pompa bilah (Wing Pompa) Pompa bilah ( wing pump),pompa ini digerakkan
tangan dan sering dipakai untuk perumahan. Pompa ini mampu mengangkat air
dengan kedalaman air 60 m. Kelemahannya adalah impeller yang makin lama
semakin aus. Sehingga efisiennya menurun dan kemampuannya mengangkut air
berkurang.
= 41 m x 16,5 m
= 676,5m2
= 676,5 m2 x 4
= 2.706 m2
b) Menentukan Luas Efektif Total
Menurut Noerbambang (1993), metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata
sehari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Metode ini digunakan
apabila unit dan jenis alat plambing tidak diketahui. Jika jumlah dan jenis alat
plambing belum diketahui, dapat diperkirakan berdasarkan luas lantai efektif,
serta menerapkan kepadatan penduduk, misalnya 5-10 m2 per orang. Dengan
demikian, jumlah pemakaian gedung per hari seluruh gedung dan pemakaian air
jam puncak dapat dihitung. Gedung ini terdiri dari 4 lantai. Maka dalam
perhitungan dengan metode ini perlu digunakan pendekatan pendekatan beberapa
asumsi-asumsi dengan pertimbangan tertentu.
Luas efektif gedung apartemen menurut buku Morimura, perbandingan luas
efektif/total sebesar 45-50%. Digunakan luas efektif sebesar 50%. Sehingga
didapatkan hasil :
Luas Efektif Lantai = perbandingan luas lantai efektif × luas total gedung
= 50% x 2.706 m2 = 1.353 m
Kloset 12 6 72
Sink 12 0,5 6
Shower 12 2 24
Wastafel 8 1 8
Bathtub 4 2 8
Total 218
a. Jumlah total kloset adalah 12 x 4 (lantai) ada 48, maka terletak diantara 70
dan 100 maka:
Faktor penggunaan serentak untuk kloset sebesar 10%. Jadi kebutuhan air
bersih untuk kloset dengan katup gelontor adalah:
c. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total shower adalah 12 x 4 (lantai) ada 48, maka
terletak diantara 40 dan 50 maka : Faktor penggunaan serentak untuk urinoir
adalah 38%. Jadi kebutuhan air bersih untuk wastafel adalah
d. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total wastafel adalah 8 x 4 (lantai) ada 32, maka
terletak diantara 32 dan 40 maka : Faktor penggunaan serentak untuk keran
adalah 40%. Jadi kebutuhan air bersih untuk kran (bak cuci tangan kecil)
adalah
e. Berdasarkan tabel 3.2 jumlah total bathup adalah 4 x 4 (lantai) ada 16, maka
terletak diantara 12 dan 16 maka : Faktor penggunaan serentak untuk bathup
adalah 45% . Jadi kebutuhan air bersih untuk bathup adalah
= 1036,8 liter / jam + 820,8 liter / jam + 164,16 liter / jam + 384 liter / jam +
162 liter / jam
= 2,56476 m3 / jam
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP)
Berdasarkan jenis tugas yang didapat, yaitu merencanakan gedung pusat apartemen
dengan 4 lantai dan alat plambing yang terdiri dari kloset dengan katup gelontor, sink,
shower, wastafel, dan bathtub maka dapat diketahui UBAP-nya berdasarkan tabel 3.3
(Morimura & Soufyan, 2000) berikut : Perhitungan Kebutuhan air berdasarkan UBAP.
Kloset 48 6 288
Sink 12 0,5 6
Shower 12 2 24
Wastafel 8 1 8
Bath tub 4 2 8
Total 334
Tabel 3.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Unit Alat Plambing
Jumlah yang ada pada tabel tersebut untuk 1 lantai, sedangkan untuk 4 lantai adalah:
Qm = 500 l/menit
= 0,5 m/menit
Qh = Qm x 60
Qh = 0,5 /menit x 60
= 30m/menit
Untuk menghitung nilai Qd, jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari adalah 10
jam, maka :
Qd total = Qh x T
= 30 m/jam x 8
= 240 m/hari
Nilai c1 ( konstanta jam puncak) biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2,0 dan yang
digunakan adalah 2,0 maka:
Qh max = c1 x Qh
3
Qh max = 2 x 30 𝑚 /jam
3
Qh max = 60 𝑚 / jam
Nilai c2 ( konstanta menit puncak) biasanya berkisar antara 3,0 sampai 4,0 dan yang
digunakan adalah 3,0 maka:
Qm max = c2 x Qh
3
Qm max = 3 x 30 𝑚 / menit
3
Qm max = 90 𝑚 / menit
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih dengan ketiga metode, diperoleh
metode yang terpilih sebagai metode perhitungan adalah metode berdasarkan jumlah
pemakai. Hal ini dapat disimpulkan karena nilai Qd, Qh, Qh max dan Qm max pada
metode berdasarkan jumlah pemakai lebih besar dibandingkan 2 metode lainnya.
Tangki yang perlu dibuat dalam perencanaan Apartemen X adalah tangki bawah (ground
reservoir) dan tangki atap (roof tank). Sebelum menentukan dimensi dari keduanya, perlu
dihitung kapasitas dan volume air yang harus ditampung dalam tangki-tangki tersebut. Berikut
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari ground reservoir, yaitu :
Pada laporan ini, metode yang akan digunakan hanya perhitungan berdasarkan rumus. Hal ini
dikarenakan metode ini yang paling mendekati kondisi sebenarnya,
dimana dalam perhitungannya tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan air saat waktu
puncak saja, seperti metode perhitungan berdasarkan suplai air dari PDAM umumnya.
Berikut ini adalah perhitungan volume dan penentuan dimensi ground reservoir berdasarkan
rumus :
Besarnya Qs diasumsikan sebesar ⅔ kali nilai Qh. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa biasanya air yang didistribusikan dari PDAM diasumsikan hanya dapat memenuhi
⅔ dari kebutuhan rata-rata per harinya. Sehingga kebutuhan air rata-rata per jam tidak
dapat terlayani 100%, melainkan hanya ⅔ kalinya saja. Adapun nilai Qh telah dihitung
sebelumnya pada saat menghitung kebutuhan air pada sub bab sebelumnya. Sehingga
diketahui nilai Qh yaitu sebesar 6,3 m3/jam. Sedangkan nilai Qs terhitung :
Qs = 2/3 x Qh
VGR = Qd-(Qs×T)+Vf
3
VGR = ≈ 33,68 m
Pada sistem ini, air dari pipa utama PDAM akan ditampung di dalam sebuah ground
reservoir sebelum dipompakan ke atas menuju roof tank. Alasan digunakannya satu buah
ground reservoir yaitu untuk menghemat biaya dan satu buah reservoir tersebut mampu
menampung kebutuhan air dalam gedung.
Ground reservoir direncanakan akan berbentuk balok, berikut ini adalah perkiraan dimensi
untuk ground reservoir :
3
Volume ground reservoir = 33,68 m
Roof tank / tanki atas merupakan tanki air yang berada diatas bangunan atau gedung yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari ground reservoir serta menampung air. Roof tank
mengalirkan air ke seluruh saniter yang terdapat di dalam bangunan atau gedung. Air dari
ground reservoir dipompa ke atas kemudian didistribusikan ke seluruh gedung. Volume
untuk roof tank dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini :
Dimana :
Qp = Kebutuhan puncak
Diasumsikan Tp = 30 menit dan Tpu = 10 menit, untuk berdasarkan unit beban alat
plambing didapatkan nilai Qp = 0.6912 m3 /menit dan Q max = 0,46128 m3 /jam.
Qp = 0,6912 m3 / menit
Tp = 30 Menit
Qpu = Qmax
Tpu = 10 menit
Penyelesaian :
Ve = 94,14 m3
Pada sistem ini, air yang dipompakan ke atas dari masing-masing ground reservoir akan
ditampung pada roof tank sebelum di salurkan pada tiap lantai. Roof tank dalam sistem
penyediaan air bersih ini dibangun untuk menghindari kerja pompa yang terlalu berat
karena terlalu sering bekerja.
Setelah dihitung volume dari roof tank tersebut, selanjutnya dapat ditentukan dimensi
untuk masing-masing roof tank yaitu :
3
Volume roof tank 94,14m
Dimensi roof tank :
Panjang (P) = 2L m
Tinggi (T) =3m
Jumlah roof tank =1
Ruang ambang batas = 0,3 m
Maka :
V =PxLxT
3
94,14 m = 2L x L x 3 m
2 94,14
L = 3
L = 5,60 m
P = 2L
= 5,60 m x 2
= 11,20 m
B-a4 218 360 80 33 1.5 8.25 13.3 21.55 711.15 70 225 4848.75 70
l4-m4 30.5 134 50 29 0.8 0.8 0.6 1.4 40.6 40 175 245 40
60 210 598.5
m4-n4 28.5 131 65 10 0.6 2.1 0.75 2.85 28.5 40
n4-o4 22.5 127 65 9 0.6 0.88 0.75 1.63 14.67 60 210 342.3 40
o4-p4 21.5 126 65 8 0.6 1.22 0.75 1.97 15.76 60 210 413.7 40
t4-u4 11.5 113 65 6 0.6 0.96 0.75 1.71 10.26 60 210 359.1 40
u4-v4 9.5 99 65 6.9 0.6 0.96 0.75 1.71 11.799 60 210 359.1 40
v4-w4 3.5 60 65 2.7 0.3 1.05 0.75 1.8 4.86 60 210 378 40
w4-x4 0.5 10 40 1.3 0.15 0.98 0.5 1.48 1.924 30 150 222 30
16117.45
Total 78.9 1779.58
Laju U Pipa Ukuran
Beban Aliran Ukuran Pipa Ratio Diperkeci pipa
' ' ' '
Sistem Daerah Unit 𝑙 (𝑙/𝑚𝑖𝑛) 37.2R Ratio (m/det) 𝑙 (𝑚) 𝑙 𝑙 +𝑙 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) l R 𝑅(𝑙 + 𝑙 ) diperoleh
B-a'4 218 360 80 33 1.5 8.25 13.3 21.55 711.15 70 225 4848.75 70
m'4-n'4 28.5 131 65 10 0.6 2.1 0.75 2.85 28.5 60 210 598.5 40
n'4-o'4 22.5 127 65 9 0.6 0.88 0.75 1.63 14.67 45 210 342.3 40
o'4-p'4 21.5 126 65 8 0.6 1.22 0.75 1.97 15.76 45 210 413.7 40
t'4-u'4 11.5 113 65 6 0.6 0.96 0.75 1.71 10.26 30 210 359.1 40
u'4-v'4 9.5 99 65 6.9 0.6 0.96 0.75 1.71 11.799 20 210 359.1 40
v'4-w'4 3.5 60 65 2.7 0.3 1.05 0.75 1.8 4.86 20 210 378 40
w'4-x'4 0.5 10 40 1.3 0.15 0.98 0.5 1.48 1.924 20 150 222 30
𝑄 1.85
Hf =[ 2.63
] xL
0.00155.𝐶.𝐷
Dimana :
Q = debit ( L/detik )
D = diameter pipa ( cm )
c = konstanta pipa baja karbon ( 100 )
L = l + l’ = panjang pipa utama dan cabang ( m )
Gedung apartemen ini memiliki 3 tipe ruang saniter, yaitu ruang saniter tipe X,
ruang saniter Y dan ruang saniter tipe Z. Dari ruang saniter yang ada, dipilih ruang
saniter tipe X untuk mencari kehilangan tekanan ( headloss ), karena letaknya
paling jauh dari roof tank. ruang saniter tipe X untuk mencari kehilangan tekanan (
headloss ), karena
letaknya paling jauh dari roof tank.
Contoh perhitungan:
Lantai 4 dan ruang saniter tipe X sistem 1 daerah B-a5, diketahui:
D = 100 mm = 10 cm
Maka,
A = ¼ π D2
= ¼. 3.14. 12
= 7.85 x 10-3 m
V = 1,5 m/s
Q =AxV
= 0,785 x 1,5 m/s
= 11.775 10-3 m3/s
L = 29.11
𝑄 1.85
Hf =[ 2.63
] xL
0.00155.𝐶.𝐷
11.775 1.85
=[ 2.63
] x 29.11
0.00155 .130 .10
= 0.736056337
siste daerah I+I'(m Diameter V(m/ A(m^2) Q HF(m)
m ) s)
mm cm m (m3/s) (L/s)
a’4 - b’4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695
b’4 - c’4 4.11 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.960695
c’4 - d’4 4.2 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.981732
d’4 - e’4 4.13 60 0.6 0.006 1.5 0.00002826 0.00004239 0.04239 0.96537
e’4 - f’4 4.6 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.507847
f’4 - g’4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562
g’4 - h’4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845
h’4 - i’4 2.05 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.226323
i’4 - j’4 1.4 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.154562
j’4 - k’4 3.35 40 0.4 0.004 1.5 0.00001256 0.00001884 0.01884 0.369845
= 3,419667013 + 9,9 + 1
= 14,31966701
Hf 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = h gedung lantai teratas + h menara rooftank
= 4,5 + 8
= 12,5 meter
Syarat supaya air dapat mengalir:
Hf total ≤ H statis yang tersedia
Sedangkan melalui perhitungan kehilangan tekanan yang dilakukan didapatkan
Hf total ≥ H statis yang tersedia
14,31966701 ≥ 12,5 meter
Pada bagian H statis ditambahkan tinggi 4 m, hingga diperoleh
Hf total ≥ H statis yang tersedia
14,31966701 ≤ 14,5 meter
Hal ini belum memenuhi syarat sehingga asumsi tinggi menara roof tank perlu
diubah atau ditambahkan ketinggiannya, sehingga jika Hf total ≥ Hstatis.
Ketinggian ditambah ± 2 m sehingga Hf total menjadi ± 12,5 meter. Ketinggian
menara roof tank dengan asumsi awal 8 m ditambahkan dengan asumsi
penambahan tinggi 2 m. maka diperoleh tinggi menara roof tank menjadi 10 m.
3.3.4. Perhitungan Dimensi Pipa Air Bersih Dari Ground Reservoir Ke Roof Tank
Untuk menghitung dimensi pipa dari ground reservoir menuju roof tank
menggunakan Qm-maks dan Asumsi . Berikut cara perhitungannya:
Qm-maks = 0,6207 m 3 /menit = 0,0010345 m3/detik
v = 1 m/detik -
Q=vxA
= v x [1/4. 𝜋 . D2 ] ;
Q = 0,0010345 m3/detik
D = [( 4 𝑥 𝑄 )/𝜋 𝑥 1]1/2
= [( 4 𝑥 0,0010345)/3,14 𝑥 1] 1/2
= 0,114796968 m
= 114 mm
v = 4 ∗𝑄 𝜋 ∗𝐷2 = 4 ∗0,0010345 *3,14 ∗(0,114)2
= 0,0001688 m/s
Maka didapatkan diameter pipa dari ground reservoir ke roof tank adalah 114 mm.
Dengan v check = 1,014030775 m/s. Dengan dihitungnya vcheck dan besar minimum
masih diantara 0.9-1.2 m/detik, maka besarnya vcheck masih memenuhi syarat.
Sehingga besarnya diameter pipa dari ground reservoir ke roof tank adalah sebesar
114 mm.
Pipa mendatar air buangan berfungsi untuk menyalurkan air buangan dari tiap alat
plambing menuju pipa tegak. Pipa tegak air buangan berfungsi untuk menyalurkan
air buangan dari saniter tiap lantai yang kemudian disalurkan menuju septic tank.
Adapun contoh perhitungan dimensi pipa mendatar air buangan pada salah satu
jalur sebagai berikut:
Jalur w’4 – x’4 ruang saniter Z
Alat plambing : Shower
UAP untuk lavatory :2
Akumulasi UAP :2
Diameter pipa minimum : 50 mm
Diameter pipa maksimum : 40 mm
Diameter pipa dipakai : 50 mm
Diameter pipa dipakai : 2 inch
Slope : ¼ inch
Adapun contoh perhitungan dimensi pipa tegak air buangan pada salah satu jalur
sebagai berikut :
Lantai B – a4 ruang saniter Z
UAP : 190
Akumulasi UAP : 190
Diameter pipa maksimum : 100 mm
Diameter pipa dipakai : 100 mm
Diameter pipa dipakai : 4 inch
Diameter pipa yang dipakai dikonversi menjadi inch karena diameter pipa di
pasaran dalam satuan inch.
Hasil perhitungan seluruh nya untuk penentuan diameter pipa air buangan dapat
dilihat pada tabel berikut:
PIPA TEGAK
Sistem 1
q4 - r4 LAVATOR 1 13 80 0.21 40 2
Y
SISTEM 2
L Suction = 2 + 1 = 3 m
𝑄 1.85
𝐻𝑓 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = ⎡ ⎤ ×L
⎣ 0.00155×𝐶×𝐷²𑁦⁶³ ⎦
1.034 1.85
= ⎡ ⎤ ×3
⎣ 0.00155×100×114²𑁦⁶³ ⎦
= 1,75 × 10⁻⁹ m
❖ Discharge
= 36,76 m
𝑄 1.85
𝐻𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = ⎡ ⎤ ×L
⎣ 0.00155×𝐶×𝐷²𑁦⁶³ ⎦
1.034 1.85
= ⎡ ⎤ × 36,76
⎣ 0.00155×100×114²𑁦⁶³ ⎦
= 12,09 × 10⁻⁹ m
Jadi, total mayor losses = 𝐻𝑓 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐻𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
= 13.84 × 10⁻⁹
𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,3×1²
= 4⎡ 2×9,81 ⎤ = 0,061 m
⎣ ⎦
𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,13×1²
= 4⎡ ⎤ = 0,0066 m
⎣ 2×9,81 ⎦
𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
0,95×1²
= 4⎡ ⎤ = 0,048 m
⎣ 2×9,81 ⎦
𝐾× 𝑉²
𝐻𝑚 = 4 ⎡ ⎤
⎣ 2𝑔 ⎦
2×1²
= 4⎡ 2×9,81 ⎤ = 0,1 m
⎣ ⎦
= 0,2156 m
★ V 2 /2g =1² / 2*9.81 = 0.05 m
2
𝑣
★ Sehingga Hsistem = Mayor losses + Minor losses + 2𝑔
Dari harga Q sebesar 0,00103 m³/s = 1,034 L/s dan head pompa sebesar 34,44 m,maka
nilai tersebut diplotkan pada grafik karakteristik pompa sentrifugal GRUNDFOS.
γ×𝑄×𝐻
Whp = 75
dimana Whp = daya air (Hp)
γ×𝑄×𝐻
Whp = 75
1000×0.00103×34,44 𝑚
= 75
= 3,547 Hp
= 2,64 Kw
Bhp atau daya poros yaitu energy yang diperlukan untuk menggerakan pompa per satuan
waktu. Dan diasumsikan efisiensi pompa atau nilai η sebesar %, maka
𝑊ℎ𝑝 2,64
Bph = η
= 0,9
= 2,93 Kw
Sesuai dengan skema gambar dari skema sistem pemetaan air hujan yang ada,
system air hujan dimulai dari:
1. Air hujan dialirkan melalui talang.
2. Lalu di salurkan dan di tampung menuju roof tank.
3. Setelah di tampung lalu di salurkan menuju ke media filtrasi.
4. Setelah di filtrasi barulah ke grand reservoir ( bak penampung ) yang langsung
di resapkan ke tanah.
Talang air merupakan saluran air hujan, biasanya diaplikasikan pada atap sebagai
komponen dari sistem pembuangan air untuk suatu bangunan.
Roof Tank adalah Tangki yang berfungsi untuk menampung air yang akan dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan.
Media filtrasi berguna untuk memfilter kotoran yang terdapat dari air hujan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Untuk dapat mendistribusikan air limbah secara aman dari semua bangunan ke tempat
yang aman dan bersih serta membuangnya di tempat yang aman maka diperlukan
perencanaan terhadap sistem air buangan juga vent agar limbah dapat disalurkan dengan
aman, dari perencanaan system air buangan didapatkan dimensi pipa air buangan untuk
pipa agar pipa yang digunakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga meminimalisir
biaya yang dibutuhkan untuk pembelian pipa.
5.2 Saran
Adapun saran pada laporan kali ini adalah:
1. Perlu banyak pengalaman belajar dalam merancang suatu sistem plambing yang baik
karena setiap jenis bangunan serta lokasi yang berbeda akan memerlukan rancangan yang
berbeda pula.
2. Dalam merancang sistem plambing harus tetap berpedoman pada Standar Nasional
Indonesia tentang Plambing yang ada, agar tidak terjadi penyimpangan yang berarti
setelah system dioperasikan.