PSF
PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Istilah dan Singkatan iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Operasional dan Acuan 1
1.3 Maksud dan Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
1.5 Pelaku 4
1.6 Definisi-definisi 4
DAFTAR GAMBAR :
DAFTAR TABEL :
Tabel 2-1 Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang diperlukan 8
Tabel 2-2 Jumlah Pemakai MCK dan Kapasitas Tangki Septik yang
diperlukan 12
Tabel 2-3 Jenis Tanah dan Kapasitas Peresapan 16
Tabel 2-4 Pemilihan Ukuran Bio Digester 18
Tabel 3-1 Jenis Sampah dan Lama Hancur 24
Tabel 4-1 Kriteria Penerapan Drainase Tersier terhadap Morfologi Lokasi 38
Pascabencana erupsi gunung api akan selalu meninggalkan masalah yang tidak kecil,
baik yang diakibatkan oleh aliran lahar panas, awan panas dan banjir lahar yang
meluluh lantakkan area yang dilaluinya. Bencana erupsi Merapi pada akhir tahun
2010 juga telah menyebabkan ratusan jiwa meninggal, kerusakan pada infrastruktur,
lahan dan tata perekonomian-sosial serta hancurnya sekitar 3000 rumah warga di
sekitar Merapi.
Sebagai upaya untuk mengembalikan pada kondisi normal, terutama pada rumah
warga, prasarana permukiman, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan pada area
terdampak, pemerintah melalui REKOMPAK memberikan pendampingan dan bantuan
dana stimulan untuk kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi rumah dan prasarana
permukiman berbasis komunitas.
Tujuan
1.4 Sasaran
1. Tingkat komunitas desa, yaitu para calon pengelola dan pelaksana pembangunan
prasarana Sistem Sanitasi serta para Panitia Pembangunan (PP) desa/kelurahan,
2. Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping
masyarakat desa (faskel, building controler/BC),
1. Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP), Panitia Pembangunan (PP)
2. Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
3. Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),
4. Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) - Kabupaten/Kota,
5. Konsultan Rekompak; National Management Consultant (NMC), District
Management Consultant (DMC),
6. Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan panduan tata cara ini.
1.6 Definisi-Definisi
7. Bantuan Dana Rumah (BDR) merupakan bantuan dana hibah dari multi
donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
desa/kelurahan, ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi dan pembangunan
rumah warga yang hunian tempat tinggalnya rusak akibat dampak bencana.
BDR merupakan bantuan dana stimulan agar warga korban bencana dapat
membangun rumahnya kembali dengan layak (sederhana, sehat, aman), bukan
merupakan ganti rugi rumah.
11. Tim Inti Perencana (TIP), TIP dibentuk oleh BKM/TPK untuk melaksanakan
kegiatan perencanaan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang
dipilih melalui musyawarah warga desa. TIP sekurang-kurangnya terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota,
13. Tim Pengadaan atau Panitia Lelang adalah tim yang dibentuk untuk
melaksanakan pengadaaan barang atau jasa beranggota ganjil terdiri 3 orang
atau lebih dengan minimal 1 anggotanya adalah perempuan. Untuk Tim
Pengadaan Tingkat KP/PP dibentuk oleh Ketua KP/PP yang disepakati
anggotanya. Untuk Tim Pengadaan Tingkat Desa dibentuk oleh para ketua
KP/PP yang disepakati oleh BKM/TPK.
17. Rencana detail teknis, atau detailed engineering design (DED) adalah
rencana dan gambar kerja untuk pelaksanaan pembangunan rumah dan
pemukiman.
18. Site plan, atau rencana tapak adalah rancangan tatap-tapak bangunan dan
sarana prasarana serta tata ruang & lingkungan rumah dan pemukiman yang
memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan disusun melalui proses
rembug warga.
c. Standar, kriteria atau besaran yang ada dalam SOP ini bersifat minimum
sedangkan yang lebih menentukan adalah kebutuhan dan kondisi setempat serta
ketersediaan dana yang dialokasikan oleh REKOMPAK untuk desa tersebut
beserta dana kontribusi masyarakat sendiri.
d. Rancang bangun sistem pengelolaan air limabah domestik disini adalah sistem
komunal bukan individu dan menggunakan teknologi tepat guna. Titik berat
kajian disamping kehandalan kinerjanya, adalah kemudahan serta berbiaya
rendah dalam operasi dan pemeliharaan sistem pengelolaan air limbah domestik
untuk masyarakat desa, sehingga diharapkan pemanfaatannya akan bisa
berkesinambungan (sustainable).
MCK yang ada dalam proyek REKOMPAK dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan
fungsinya pelayanannya yaitu:
Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat
sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna
dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang sehat.
Komponen MCK terdiri dari :
• Bilik MCK (bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air besar atau kakus).
• Pengolahan limbah yang terdiri dari:
• Tangki Septik
• Anaerobik Bafel Reaktor
• Resapan
• Lahan Basah Buatan
• Sumber air bersih (termasuk water toren)
• Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa listrik
dan drainase air bekas mandi dan cuci.
• Pada kondisi tertentu MCK bisa diberi pagar.
Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat menampung
pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap
satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu tercantum dalam tabel dibawah .
Tabel 2-1 :.
Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang Diperlukan
Banyak bilik/ruangan
Jumlah Pemakai
Mandi Cuci Kakus
10 - 20 2 1 2
21 - 40 2 2 2
41 - 80 2 3 4
81 - 100 2 4 4
101 - 120 4 5 4
121 - 160 4 5 6
161 - 200 4 6 6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum -SNI 03 - 2399 - 2002
Catatan : Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan
didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas,
dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan air limbah
cucian tidak kembali masuk ke sumur.
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Pintu, ukuran:
lebar 0,6 - 0,8 dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi roda (defabel)
digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda. Bak mandi / bak
penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi atap dan plafond
yang bebas dari material asbes.
Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Tempat menggilas
pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian
dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m
x 0,80 m.
Pencahayaan alami diupayakan optimal agar pada siang hari pengguna MCK tidak
perlu menyalakan lampu penerangan listrik, demikian juga lubang ventilasi
dirancang sedemikian rupa agar mendapatkan pergantian udara dari dua arah.
Proses pengolahan limbah domestik yang terjadi pada tangki septik adalah proses
pengendapan dan stabilisasi secara anaerobik. Tangki septik bisa dianggap sebagai
proses pengolahan awal (primer). Tangki septik tidak efektif untuk mengurangi
jumlah bakteri dan virus yang ada pada limbah domestik. Jarak antara resapan dan
sumber air untuk keamanannya disyaratkan minimal 10 m. (tergantung aliran air
tanah dan kondisi porositas tanah)
Terdiri dari dua buah ruang. Ruang pertama merupakan ruang pengendapan
lumpur. Volume ruang pertama ini memiliki volume 40–70% dari keseluruhan
volume tangki septik. Pada ruang kedua merupakan ruang pengendapan bagi
padatan yang tidak terendapkan pada ruang pertama. Panjang ruangan pertama
Lumpur terapung
Limbah masuk keluaran
Muka air
sekat
lumpur
Material untuk tangki septik harus kedap air untuk itu material yang bisa
digunakan adalah sebagai berikut:
b-1. Pasangan batu bata dengan campuran spesi 1 : 2 (semen : pasir).
Material ini sesuai untuk daerah dengan ketinggian air tanah yang tidak
tinggi dan tanah yang relatif stabil sehingga saat pelaksanaan
pembuatannya tidak sulit untuk menghasilkan konstruksi yang kedap air.
b-2. Beton bertulang.
Material dari beton bertulang relatif sesuai untuk semua kondisi. Pada lokasi
dengan muka air tanah tinggi bisa digunakan beton pracetak.
b-3. Plastik atau fiberglas
Material plastik atau fiberglass sangat baik dari segi karakteristik kedap
airnya namun rendah dalam kemampuan menahan tekanan samping tanah
dan yang perlu diperhatikan adalah ketinggian muka air tanah yang yang
bisa memberikan tekanan apung yang besar pada tangki jenis ini pada saat
tangki kosong.
Dari uraian diatas maka dapat diperhitungkan kebutuhan tangki septik komunal
untuk lokasi yang direncanakan sebagai berikut :
• Jumlah penduduk terlayani : 50 orang
• Waktu pengurasan direncanakan setiap (N) = 2 tahun (IKK Sanitation
Improvenment Programme, 1987)
• Rata-rata Lumpur terkumpul l/orang/tahun (S) = 40 lt, untuk air limbah dari
KM/WC. (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987)
• Air limbah yang dihasilkan tiap orang/hari = 10 l/orang/hari (tangki septik
hanya untuk menampung limbah kakus)
• Kebutuhan kapasitas penampungan untuk lumpur.
A=PxNxS
= 50 org x 2 th x 40 l/org/th
= 4000 lt
= 4 m3
• Kebutuhan kapasitas penampungan air.
B = P x Q x Th
Th = 2,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,5
B = 50 org x 10 l/orang/hari x (2,5 – 0,3 log (50 org x 10 l/orang/hari))
= 845,2 lt
= 0,84 m3
• Volume tangki septik komunal = A + B = 4 m3 + 0,84 m3 = 4,84 m3
• Dimensi tangki septik komunal
Tinggi tangki septik (h) = 1,5 m + 0,3m (free board/tinggi jagaan)
Dengan cara yang sama dihasilkan tabel berikut dibawah ini dengan
pembulatan untuk penyederhanaan.
Tabel 2-2 :
Jumlah Pemakai MCK dan Kapasitas Tangki Septik yang Diperlukan
Anarobik Bafel Reaktor (Anaerobic Baffled Reactor, ABR) adalah teknologi septik tank
yang disempurnakan/ diperbaiki karena deretan dinding penyekat yang memaksa air
limbah mengalir melewatinya. Peningkatan waktu kontak dengan biomassa aktif
menghasilkan perbaikan pengolahan. ABR dirancang agar alirannya turun naik
seperti terlihat pada gambar. Aliran seperti ini menyebabkan aliran air limbah yang
masuk (influent) lebih intensif terkontak dengan biomassa anaerobik, sehingga
meningkatkan kinerja pengolahan. Penurunan BOD dalam ABR lebih tinggi daripada
tangki septik, yaitu sekitar 70-95%. Perlu dilengkapi dengan saluran udara.
Diperlukan sekitar 3 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses.
Gambar 2-2. :
Tipikal Anaerobik Bafel Reaktor (ABR)
Pemeliharaan
Pengendalian biomassa/ padatan/ lumpur (sludge) harus dilakukan untuk setiap
ruang (kompartemen). Lumpur / endapan harus dibuang setiap 2–3 tahun dengan
memakai truk penyedot tinja.
Aplikasi
Cocok untuk semua macam air limbah seperti air limbah dari permukiman, rumah-
sakit, hotel/penginapan, pasar umum, rumah jagal, industri makanan. Semakin
banyak beban organik, semakin tinggi efisiensinya.
• Cocok untuk lingkungan kecil. Bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk
(inflow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (10.000
liter/hari).
• ABR terpusat (setengah-terpusat) sangat cocok jika teknologi pengangkutan
sudah ada.
2.3.3 Peresapan
Peresapan berfungsi untuk meresapkan cairan yang keluar dari tangki septik ke
tanah secara horisontal dan vertikal melalui pori pori tanah. Material organik akan
diolah oleh bakteri yang hidup dalam tanah. Perubahan temperatur dan karakteristik
kimiawi serta persaingan makanan dengan bakteri tanah juga akan bisa
mengakibatkan bakteri dan virus yang ada dalam cairan yang keluar dari tangki
septik terbunuh. Air limbah umumnya akan meresap kedalam tanah dan akhirnya
masuk ke dalam air tanah sedangkan sebagian akan bergerak keatas akibat gaya
kapiler selanjutnya menguap serta diserap tanaman. Peresapan disini berfungsi
sebagai pengolahan sekunder dan pembuangan akhir.
Bidang peresapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk seperti parit (arah
horisontal atau memanjang) sehingga kelemahannya adalah memerlukan banyak
tempat, namun jenis tersebut efektifitasnya lebih tinggi dibanding sumur resapan.
Sumur peresapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk sumur (arah vertikal),
dengan dinding yang bisa meresapkan air (dinding berlubang) dengan dasar tanah
(tanpa perkerasan). Jenis ini digunakan jika ketersediaan tanah tidak memungkinkan
dibuat bidang resapan dan kedalaman muka air tanah tertinggi (saat musim hujan)
minimal 1,5 m. dari dasar sumur resapan
a. Bidang Peresapan
Bidang peresapan terdiri dari, pipa PVC diameter 4” (100mm) berlobang yang
berfungsi menyebarkan/ mendistribusikan cairan, yang diletakkan dalam parit
dengan lebar 60 cm – 90 cm. Pipa berlobang ditempatkan dan dikubur dengan
kerikil selanjutnya berturut turut keatas adalah lapisan ijuk untuk mencegah
material halus masuk ke kerikil, lapisan pasir untuk mencegah bau dan
pertumbuhan akar tanaman agar tidak mencapai kerikil dan pipa, lapisan tanah
secukupnya untuk mengurangi infiltrasi air hujan. Berikut gambar tipikal bidang
resapan. Untuk bidang resapan yang terdiri dari lebih dari 1 lajur maka jarak
minimum antar lajur adalah 150 cm. Pipa harus diletakkan 5 – 15 cm dari
permukaan agar air limbah tidak naik keatas. Parit ini harus digali dengan
panjang tidak lebih dari 20 meter. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1
jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi.
Tangki
A Septik
..
Keikil
Pipa pasir
Bak pembagi berlobang
B Tangki
Septik
.
Gambar 2-4 :
Tipikal Penampang Bidang Peresapan
Pasir Tanah
pasir
10 cm
Ijuk 5cm
Pipa berlubang Tanah
kerikil 30 cm
asli
Kapasitas peresapan akan lebih baik atau lebih akurat jika ditentukan dengan tes
perkolasi
Pemeliharaan
Jika sistem ini berhenti berfungsi secara efektif, maka pipa harus dibersihkan
dan/atau diganti. Pohon dan tanaman berakar dalam harus dijauhkan dari bidang
resapan karena bisa merusak dan mengganggu dasar parit. Tidak boleh ada
lalulintas berat yang bisa memecahkan pipa atau memadatkan tanah.
Aplikasi
1. Jika kemampuan resapan tanah bagus, maka air limbah yang keluar bisa
terbuang secara efektif
2. Tidak cocok untuk daerah perkotaan yang padat.
b. Sumur Peresapan
P a sa n g a n
b ata d en g an K e rik il d e n g a n k e te b a l a n m i n im u m 1 5 c m a ta u i ju k
sp e si k eteb alan m in im u m 5 c m
se te n g a h
Pemeliharaan
Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak
masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus
jauh dari daerah berlalu-lintas padat agar tanah diatas dan disekitar sumur tidak
terpadatkan. Jika kinerja sumur resapan menurun, maka bahan didalam sumur
resapan bisa dikeluarkan dan diganti. Untuk akses di masa depan, penutup yang
bisa dilepas harus dipakai untuk menutup sumur sampai sumur perlu dirawat.
Lapisan lumpur bisa dibuang secara efektif oleh pompa diafrakma (diaphragm)
sederhana, jika perlu.
Aplikasi
1. Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang
bagus;
2. Tanah liat, padat keras atau berbatu tidak cocok.
3. Sumur resapan cocok untuk permukiman perkotaan dan pinggiran kota.
4. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang permukaan air
tanahnya tinggi.
5. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap tidak praktis, jika
tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang
tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air.
Instalasi pengolahan secara anaerob biogas atau dikenal dengan nama digester
merupakan suatu bangunan yang dibangun di bawah tanah, terbuat dari semen,
batu-bata/batu, pasir dan pipa serta peralatan untuk me-ngurai bahan organic dan
menghasilkan biogas – hal ini guna menambah sumber bahan bakar konvensional.
Digester ini juga menghasilkan slurry yakni kotoran ternak yang telah diuraikan
gasnya yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk pertanian. Dengan memasukkan
kotoran hewan ternak dan air dalam jumlah yang cukup ke dalam digester, maka gas
bersih dapat dihasilkan. Bahan bakar ini umumnya digunakan untuk memasak dan
penerangan listrik dan pupuk yang dihasilkan dari kotoran hewan yang telah hilang
gas nya (slurry) digunakan sebagai pupuk di kebun sayuran dan lahan pertanian
lainnya.
Tabel 2-4 :
Pemilihan Ukuran Bio Digester
Pemeliharaan
Lama kelamaan, kerikil akan tersumbat bersama padatan dan lapisan bakteri yang
mengumpul. Bahan penyaring (filter) perlu dibersihkan secara berkala dan diganti
setiap 8 hingga 15 tahun.
Kegiatan perawatan harus terfokus untuk memastikan bahwa pengolahan primer
berfungsi efektif dalam mengurangi konsentrasi padatan dalam air limbah, sebelum
air limbah masuk ke kolam sanita.
Perlu perhatian agar orang tidak bersentuhan langsung dengan aliran limbah karena
potensi penularan penyakit.
Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik atau beton yang berada diluar bangunan
harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 % dipasang clean
out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya dihindari atau dengan dua kali
belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar,
pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat, pipa aliran
keluar harus 5 - 10 cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. Jarak tangki septik dan
bidang resapan ke bangunan kolam sanita = 1,5 m, ke sumur air bersih = 11 m dan
Sumur resapan air hujan 5 m.
Air bersih yang akan dipergunakan harus memenuhi baku mutu air yang berlaku
(harus ada hasil uji laboratorium dari instansi yang berwenang).
Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke tangki septik atau dibuat
peresapan tersendiri.
Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan tersendiri bukan
tergabung dengan sambungan milik pihak lain untuk menghindarkan kerancuan
perhitungan biayanya (tergantung kondisi dan didiskusikan dengan warga). Listrik
harus berrasal dari sumber PLN dan golongan tarif sosial agar tidak membebani
pengguna yang rata rata kurang mampu dengan biaya yang dianggap terlalu tinggi.
a. Sampah Organik
Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang
berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/
daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah
organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses
biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime
(makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di
lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya
b. Sampah Non-Organik
Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk
adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari
sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari
proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan
logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama
sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber
daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan
pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.
Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat
pada tabel berikut:
Gelas / Kaca
Sampah gelas dapat didaur ulang dengan menghancurkan, melelehkan, dan
memproses kembali sebagai bahan baku dengan temperatur tinggi sampai
menjadi cairan gelas dan kemudian dicetak. Jika dibuang, sampah gelas
membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa hancur dan menyatu
dengan tanah.
Kaleng
Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan
banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan
menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan
demikian, sumber energi dapat dihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber
daya bauksit, kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat
dihemat.
Plastik
Sampah plastik termasuk sampah yang tidak dapat hancur dan menyatu dengan
tanah. Plastik – yang bahan dasarnya minyak bumi – sudah menjadi gaya hidup
sehari-hari manusia, sebagai bahan pembungkus maupun pengganti alat dan
perabotan seperti gelas / sendok / piring plastik, dan kemasan makanan dan
minuman. Daur ulang plastik dapat dilakukan dengan melelehkan dan
Styrofoam
Penduduk perkotaan saat ini cukup akrab dengan styrofoam yang sering
digunakan sebagai pembungkus barang. Bahan ini dibuat dari zat kimia yang
berbahaya, yang apabila dibakar akan menimbulkan gas beracun. Pemakaian
styrofoam sebisa mungkin perlu dihindari, karena selain berbahaya bagi
kesehatan, sampahnya TIDAK DAPAT HANCUR secara alami.
Kertas
Menghemat penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah
sampah, kita sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur ulang
kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas
sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini dapat juga dilakukan oleh rumah
tangga, namun tidak dianjurkan untuk kertas koran karena banyak mengandung
logam berat.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan
di lokasi yang telah melakukan program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
Pemilahan sampah non organik yang dapat didaur ulang kemudian di tindak lanjuti
untuk dijual agar dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.
3R adalah singkatan dari Reduce, Reuse dan Recycle. (3R) adalah prinsip utama
mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber, seperti contoh gambar diatas.
Reuse artinya pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung
dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya
menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang.
Recycle artinya daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat hasta karya, demikian pula
dengan sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik
dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun
penghijauan.
c. Standar, kriteria atau besaran yang ada dalam SOP ini bersifat minimum
sedangkan yang lebih menentukan adalah kebutuhan dan kondisi setempat serta
ketersediaan dana yang dialokasikan oleh REKOMPAK untuk desa tersebut
beserta dana kontribusi masyarakat sendiri.
Sistem Drainase-Tersier
Definisi: Sistem saluran awal yang melayani kawasan kota
tertentu seperti kompleks perumahan, areal pasar,
perkantoran, areal industri dan komersial
Pengelola: Masyarakat, pengembang atau instansi lainnya
Ada empat jenis penampang (profile) standard yang umumnya dipakai untuk
desain jaringan tersier perkotaan, disajikan pada gambar tipical berikut :
Kriteria Desain
• Kemiringan longitudinal < 4 %, direkomendasikan antara 1 – 2 %
• Baik digunakan pada tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tinggi.
• Penampang saluran berbentuk trapesium, kemiringan lereng antara (1:1,5)
hinga (1:3); Luas penampang basah minimum 0,5 m2. Untuk bentuk
trapesium dengan kemiringan lereng (1:1,5),lebar dasar saluran sekitar 0,4 m
• Untuk kompleks perumahan, saluran didesain untuk menampung debit
perode ulang 5 tahun.
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan rendah,
dan sulit diaplikasikan untuk permukiman dengan kepadatan tinggi.
• Perbedaan antara elevasi dasar saluran dengan elevasi muka air tanah
sebaiknya lebih dari 60 cm.
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2 Ha.
Kelebihan
• Merupakan kombinasi antara sistem untuk meminimalisir kuantitas aliran
permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff.
• Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran dengan
perkerasan.
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Drainase dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa
perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan
drainase jalan.
Kriteria Desain
• Baik digunakan pada tanah yang mudah tererosi.
• Pada lahan yang terbatas, dapat digunakan penampang saluran berbentuk
persegi.
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi dan
pada lahan dengan kemringan yang terjal.
Kelebihan
• Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran tanpa
perkerasan.
• Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran tanpa
perkerasan.
Kekurangan
• Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran dengan tanpa
perkerasan
• Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi dari saluran,
debit akumulasi runoff tinggi.
Berdasarkan karakteristik genangan air struktur swale terbagi menjadi dua tipe yaitu
Drainase Swale Sistem Kering dan Sistem Tergenang:
Saluran Swale Sistem Kering.
Struktur ini adalah berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan
penyaring di dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air.
Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik untuk digunakan di
daerah permukiman.
Kriteria Desain
• Kemiringan longitudinal < 4 %
• Kemiringan lereng (1:2) atau lebih landai, direkomendasikan (1:4)
• Lebar dasar saluran 0,5 – 2,5 m
• Didesain untuk menampung debit periode ulang 25 tahun dengan freeboard
sekitar 15 cm
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha
Kelebihan
• Merupakan kombinasi antara system untuk meminimalisir kuantitas aliran
permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff.
• Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran struktur perkerasan
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Kekurangan
• Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran struktur
perkerasan.
• Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang curam.
• Memungkinkan terjadinya akumulasi sedimen
• Memungkinkan timbulnya bau yang tidak sedap serta berkembangnya nyamuk
(jika air selalu menggenang).
Secara umum struktur ini adalah berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga
memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan dasar parit. Parit
infiltrasi didesain dengan lapisan filter dan kemudian diisi oleh batu kerikil sehingga
parit ini dapat berfungsi sebagai reservoir bawah tanah yang dapat menampung beban
Sistem ini memerlukan struktur pencegah sedimen, sehingga sedimen yang mengalir
bersama air limpasan hujan dapat tertahan dan tidak ikut masuk ke dalam parit.
Struktur tambahan seperti saringan, atau struktur penahan sedimen lainnya perlu di
desain bersamaan dengan parit infiltrasi.
Kriteria Desain
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha. Tingkat infiltrasi
tanah harus lebih besar dari 1,5 cm/jam.
• Kedalaman parit antara 1 – 2,5 m diisi dengan agregat batu berdiameter
4 – 7 cm.
• Memerlukan adanya struktur pencegah sedimen dan sumur pengamatan
perkolasi
Kelebihan
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan dapat menambah volume air
tanah.
• Dapat diaplikasikan pada daerah yang tidak terlalu luas dengan jenis tanah
yang relatif lolos air (porous)
• Dapat digunakan untuk permukiman daerah padat maupun tidak padat.
Kekurangan
• Kemungkinan terjadinya aliran polutan ke dalam air tanah, karena itu tidak
dipakai untuk sistem tercampur.
• Potensi penyumbatan tinggi, sehingga sebaiknya tidak digunakan di daerah
dengan jenis tanah yang relatif halus (lempung, lanau)
• Tidak dapat digunakan di daerah komersial.
• Memerlukan penyelidikan geoteknik sebelum diaplikasikan.
Pada tabel dibawah disajikan kriteria penerapan drainase tersier terhadap morfologi
lokasi, sebagai berikut :
Tabel 4-1 :
Kriteria Penerapan Drainase Tersier terhadap Morfologi Lokasi
Drainase Drainase
Drainase Drainase
Swale Swale Parit
Morfologi Lokasi Tanpa Dengan
Sistem Sistem Infiltrasi
Perkerasan Perkerasan
Kering Tergenang
1 Daerah Dataran /
Pantai
(slope 0 - 5 %)
Kepadatan penduduk X (m.a.t.
rendah XX 0 XX XX tinggi)
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk X (m.a.t.
tinggi 0 XX 0 0 tinggi)
(>= 150 jiwa/ha)
2 Daerah Aliran Sungai
(slope 5 - 15 %)
Kepadatan penduduk X (cek X (cek
rendah dam) 0 0 dam) XX
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk
tinggi 0 XX 0 0 XX
(>= 150 jiwa/ha)
3 Daerah Berbukit
(slope > 15 %)
Kepadatan
penduduk rendah 0 XX 0 0 XX
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan
penduduk tinggi 0 XX 0 0 XX
(>= 150 jiwa/ha)
Keterangan :
XX = sangat layak m.a.t=muka air tanah
X = layak dengan syarat tertentu
0 = kurang layak