(Draft Final)
PEDOMAN TEKNIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
1
DRAFT FINAL
JAKARTA 2012
KATA PENGANTAR
Penyediaan air bersih/minum bagi rumah sakit atau fasilitas layanan
keehatan lainnya merupakan sarana yang sangat penting. Selain untuk
kebutuhan sanitasi yakni untuk kebutuhan mandi, cuci, masak, serta untuk
pembersihan sarana rumah sakit, juga digunakan untuk keperluan khusus
misalnya untuk keperluan labotarorium, hemodialisa, keperluan medis,
klinik gigi, keperluan air umpan boiler dan lainnya. Oleh karena itu selain
jumlahnya harus cukup juga kualitasnya harus memenuhi standar sesuai
dengan peruntukannya.
Dalam rangka meningkatkan kualitas peyalanan rumah sakit serta
fasilitas layanan kesehatan yang lain, maka penyediaan air bersih
dilingkungan rumah sakit maupun fasilitas layanan kesehatan lainnya
perlu ditingkatkan sesuai dengan standar yang berlaku, mengingat masih
banyak rumah sakit di Indonesia yang belum mendapatkan pelayanan air
bersih/minum dari peruahaan air minum (PAM) setempat, dan Jika sudah
mendapat pelayanan air bersih dari PAM sering kali kualitas airnya kurang
memadai.
Untuk rumah sakit yang belum mendapatkan suplai air bersih dari
PAM, umumnya masih menggunakan air tanah atau membuat unit
pengolahan air dengan meggunakan air baku dari sungai atau sumber
lainnya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas penyediaan air bersih/minum
serta air untuk keperluan khusus di rumah sakit agar kualitasnya
memenuhi standar sesuai dengan peruntukannya, maka perlu disusun
panduan atau buku pedoman teknis instalasi penyediaan air bersih untuk
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Buku pedoman ini
disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit, organisasi
profesi serta instansi terkait baik pembina, pengelola maupun pengawas
kesehatan lingkungan.
Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan awal bagi para
pengelola rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
praktisi kesehatan lingkungan, perencana fasilitas kesehatan serta
pemerhati di bidang kesehatan lingkungan untuk dapat mengembangkan
suatu pengelolaan air bersih di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan
kesehatan yang memenuhi persyaratan.
2
DRAFT FINAL
3
DRAFT FINAL
PEDOMAN TEKNIS
INSTALASI PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK RUMAH SAKIT
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar xi
Tim Penyusun xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Sasaran 2
1.2.1 Tujuan 2
1.2.2 Sasaran 2
1.3 Dasar Hukum 2
1.4 Ruang Lingkup 3
1.5 Standar Kualitas Air 3
1.5.1 Standar Kualitas Air Minum 4
1.5.2 Standar Kualitas Air Untuk Penggunaan Khusus 4
4
DRAFT FINAL
BAB 4 18
PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK
RUMAH SAKIT
4.1 18
Perencanaan Dasar
4.1.1 Tahun Target 18
4.1.2 Rencana Target Pelayanan 18
4.1.3 Perencanaan Jumlah Suplai 19
4.1.4 Penentuan Sumber Air 20
4.1.5 Pemilihan Fasilitas Intake/Pengambilan Air 21
4.2 Pemilihan Sistem Pengolahan Air 21
4.2.1 Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Khlorinasi 22
Saja
4.2.2 Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan 25
Pasir Lambat
4.2.3 Pengolahan Air Bersih dengan Proses 25
Pengendapan Kimia dan Saringan Pasir Cepat
4.2.4 Proses pengolahan Air Minum dengan Cara 27
Khusus
4.2.5 Teknologi Membrane Untuk Pengolahan Air 31
Minum
4.2.5.1 Mikro Filtrasi 35
4.2.5.2 Ultrafilrasi 36
4.2.5.3 Nano Filtrasi (NF) 38
4.2.5.4 Osmosis Balik (Reverse Osmosis) 38
4.3 Pengolahan Air Bersih Atau Air Minum Dengan 39
Proses Pengendapan Kimia Dan Saringan Pasir
Cepat
5
DRAFT FINAL
6
DRAFT FINAL
7
DRAFT FINAL
8
DRAFT FINAL
9
DRAFT FINAL
10
DRAFT FINAL
DAFTAR TABEL
11
DRAFT FINAL
12
DRAFT FINAL
DAFTAR GAMBAR
13
DRAFT FINAL
3
kapasitas 100 M /hari.
14
DRAFT FINAL
15
DRAFT FINAL
Gambar 52 : (a) Filter Air Dari PAH. (b) Air Produk Untuk 112
Siram Tanaman Dan Cuci-Cuci.
Gambar 54 : Peningkatan Kualitas Air PAH Untuk Air Minum. 112
Gambar 55 : Kurva Inaktivasi Mikroorganisme Di Dalam 115
Proses Disinfeksi.
Gambar 56 : Kurva Kebutuhan Dosis Untuk Reaksi Khlorin 122
Dengan Amonia.
Gambar 58 : Ilustrasi Pembentukan Ozon Dengan Peluahan 126
Listrik Secara Parsial.
Gambar 59 : Sistem disinfeksi dengan ozon untuk pengolahan 128
air minum.
Gambar 60 : Salah Satu Contoh Generator Ozon Untuk 129
Pengolahan Air Minum.
Gambar 61 : Sistem Injeksi Ozon Untuk Pengaolahan Air 129
Minum Skala Kecil.
Gambar 62 : Salah Satu Contoh Aplikasi Penggunaan 130
Disinfeksi Ozon Untuk Pengolahan Air Skala
Kecil.
Gambar 63 : Sistem Sambungan Langsung. 135
Gambar 64 : Penyediaan Air Bersih Dengan Sistem Tangki 136
Atap.
Gambar 65 : Diagram Instalasi Sistem Tangki Tekan. 138
Gambar 66 : Pemasangan Tangki Air Bersih Yang Umum 142
Digunakan.
Gambar 67 : Contoh Penempatan Tangki Air Bersih Di Dalam 143
Gedung.
Gambar 69 : Tangki Air Bersih Tanpa Lubang Pemeriksaan. 145
Gambar 70 : Contoh Bak Hisap Atau Saluran Pada Dasar 146
Tangki.
Gambar 71: Contoh Pemasangan Pipa Peluap Pada Tangki 148
Air Bersih.
Gambar 72 : Contoh Penempatan Ruangan Tangki Air Bawah 150
Tanah.
Gambar 73 : Contoh Penempatan Tangki Air Bawah Tanah. 150
16
DRAFT FINAL
17
DRAFT FINAL
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG-JAWAB
dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes. Direktur Bina Pelayanan Penunjang
Medik Dan Sarana Kesehatan
KETUA
Kepala Bidang Sarana dan
Ir. Azizah
Prasarana Kesehatan
PENYUSUN
1 Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng Peneliti Utama Pusat Teknologi
Lingkungan, BPPT
2 Ir. Wahyu Widayat, M.Si. Pusat teknologi Lingkungan, BPPT.
3 Drs. Satmoko Yudo, M.Eng Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT
4 Erwin Burhanuddin, ST Pusat Sarana, Prasarana dan
Peralatan Kesehatan
5 Tosan Pambudi W, SE, MM Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik & Sarana Kesehatan
6 Hendrik Permana,SKM Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik & Sarana Kesehatan
7 Elisabeth S. Sampelino, ST., Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
MM. Medik & Sarana Kesehatan
8 Romadona ST Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik & Sarana Kesehatan
9 Siti Ulfa Chanifah,ST, MM Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik & Sarana Kesehatan
10 Astri Syativa, SKM Direktorat Penyehatan Lingkungan
11 Indah, SKM Direktorat Penyehatan Lingkungan
12 Ir. Mohammad Nasir, M.Si. RSUP Persahabatan Jakarta
13 Ir. Imam Rifai Praktisi Lingkungan
14 Ir. Kispandu Praktisi Lingkungan
15 Sudung Tanjung, ST Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik & Sarana Kesehatan
18
DRAFT FINAL
19
DRAFT FINAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
20
DRAFT FINAL
1.2.1 Tujuan
Pedoman ini ditujukan sebagai pedoman penyediaan air bersih
(minum) untuk fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
perencanaan, perancangan, pelaksanaan, operasional,
pemeliharaan, monitoring dan evaluasi.
1.2.2. Sasaran
Dengan Pedoman ini diharapkan :
a Penyediaan instalasi pengolahan air bersih pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan fungsi, persyaratan
dan serasi serta selaras dengan standar kualitas air bersih
yang berlaku.
b Instalasi pengolahan air bersih pada fasilitas pelayanan
kesehatan dapat beroperasi dengan baik, menghasilkan air
bersih dengan kualitas yang memenuhi persyaratan baku
mutu.
21
DRAFT FINAL
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Standar kualitas air bersih/minum rumah sakit mengikuti standar
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 JULI 2002 Tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki
air, air kemasan atau sumber sumber lain dan harus memenuhi syarat
kualitas air minum.
22
DRAFT FINAL
Tabel 2 : Standar Kulaitas Air Untuk Reagent (American Society for the
Testing of Materials, ASTM) D-1193-99e1
Catatan :
23
DRAFT FINAL
24
DRAFT FINAL
Sulfate 100
Thallium 0,002
Zinc (Zn) 0,10
25
DRAFT FINAL
BAB 2
BAHAYA PENCEMARAN AIR MINUM DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN
26
DRAFT FINAL
Disentri (Dysentery)
Kholera
Gejala yang penting yakni mencret atau diare dengan warna putih
keruh dan muntah-muntah. Kadang-kadang juga terjadi dehidrasi, dan
pada kasus yang serius kemungkinan dapat menyebabkan penderita
menjadi koma.
Hepatitis A
Gejala primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan
rasa lelah/lemas di seluruh tubuh. Gelaja spesifik antara lain terjadinya
pembengkaan liver dan timbul gejala sakit kuning.
27
DRAFT FINAL
Sungai, danau dan juga air tanah merupakan sumber air baku air
minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum maupun untuk
kebutuhan industri. Dengan semakin cepatnya pertumbuhan penduduk
dengan segala aktifitasnya, telah menyebabkan menurunnya kualitas
sumber-sumber air tersebut. Pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan
tanpa diimbangi dengan fasilitas sanitasi yang memadai telah
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Di kota-kota besar di Indonesia dan di negara-negara yang sedang
membangun, masih banyak masyarakat yang biasa membuang sampah
bahkan kotoran ke sungai akibat kurang atau tidak adanya fasilitas yang
memadai, sehingga sungai-sungai yang juga merupakan sumber air baku
air minum telah tercemar berat. Di samping pencemaran oleh limbah
domestik, cepatnya pertumbuhan industri dengan berbagai dampaknya
sering kali menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitarnya oleh
polutan senyawa kimia organik sintetis yang bersifat racun. Di samping
pencemaran oleh senyawa organik tersebut di atas, sumber-sumber air
permukaan dan juga air tanah dapat juga terkontaminasi secara alami oleh
polutan organik misalnya senyawa humus misalnya asam humus dan asam
fulvat, terpene, tanin, asam amino, dan polutan alami lainnya.
Air tanah adalah merupakan sumber air bersih yang paling banyak
digunakan di Indonesia, karena murah dan kualitasnya relatif baik. Akan
tetapi dengan semakin sempitnya lahan khususnya di daerah perkotaan,
dan di lain pihak masyarakat umumnya membuang limbah tinja dengan
sistem tradisional dengan menggunakan tangki septik sistem resapan
28
DRAFT FINAL
29
DRAFT FINAL
(haloacetic acid), halophenol dan zat produk hasil reaksi samping lainnya.
Senyawa hasil samping (by product) tersebut di atas, ternyata dapat
membahayakan kesehatan manusia. Trihalomethane misalnya, telah
diidentifikasikan dengan jelas yakni dapat merangsang timbulnya penyakit
kanker atau mempunyai sifat karsinogen.
Beberapa cara untuk menghindari atau mengurangi terbentuknya
THMs dalam air minum yakni antara lain :
Menghilangkan precursor THMs dengan menggunakan proses adsorpsi
dengan karbon aktif; oksidasi dengan ozon atau oksidator lainnya
sebelum dilakukan pembubuhan khlor.
Menghilangkan senyawa THMs yang terbentuk dengan cara aerasi atau
proses adsorpsi dengan karbon aktif.
Menggunakan disinfektant lainnya misalnya ozon, hidrogen peroksida,
khloramine atau khlordioksida.
Menghilangkan senyawa senyawa yang secara langsung atau tidak
langsung dapat menimbulkan terbentuknya THMs, misalnya senyawa
organik (BOD, COD), ammonia dll, dengan cara melakukan pengolahan
awal (pretreatment) secara proses biologi (biological process).
Dari beberapa alternatif tersebut di atas, salah satu cara yang perlu
dikaji yakni pengolahan pendahuluan (pretreatnment) dengan proses
biologis. Proses ini sebenarnya sangat sederhana tetapi hasilnya cukup
baik. Selain menghilangkan zat organik (BOD,COD), proses biologi ini juga
dapat menghilangkan ammonia, deterjen, zat organik volatile serta dapat
menguraikan beberapa senyawa pestisida.
Untuk skala rumah tangga cara yang mudah dan praktis yakni
menggunakan filter karbon aktif. Filter semacam itu sudah banyak dijual
dipasaran dengan berbagai macam ukuran, merek dan harga. walaupun
demikian sebenarnya filter tersebut dapat dibuat sendiri dengan harga
yang jauh lebih murah tetapi dengan kemampuan yang sama. Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini yakni jangka waktu penggantian media karbon
aktif, karena hal ini dipengaruhi oleh debit aliran, volume karbon aktif,
jenis karbon aktif itu sendiri serta kualitas air yang di saring.
30
DRAFT FINAL
31
DRAFT FINAL
BAB 3
JENIS KEGIATAN DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI
RUMAH SAKIT
32
DRAFT FINAL
33
DRAFT FINAL
Unit Pendidikan
Unit Asrma dan Wisma
Unit Taman dan Parkir
Dan lain-lain,
3.2. Kebutuhan Air Dirumah Sakit
34
DRAFT FINAL
35
DRAFT FINAL
36
DRAFT FINAL
(*) Keterangan : Sumber berasal dari daur ulang air limbah, persyaratan
mengikuti aturan Lingkungan Hidup setempat.
BAB 4
PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK RUMAH SAKIT
37
DRAFT FINAL
38
DRAFT FINAL
39
DRAFT FINAL
Sumber air yang dipilih untuk air baku harus bebas dari pencemaran
baik pada saat ini maupun masa yang akan datang, serta kondisinya
memungkinkan bagi fisilitas pengambilan air (intake) untuk tetap berfungsi
dalam waktu yang cukup lama.
Kuantitas dan kualitas sumber air merupakan elemen yang utama
dalam penyediaan air bersih, karena hal ini dapat menjamin kelangsungan
fasilitas pengambilan air dengan kualitas yang baik. Dalam penentuan
sumber air diperlukan penelitian yang cermat karena kualitas dan kuantitas
sumber air akan menentukan metoda dan skala penjernihan air. Disamping
itu lokasi sumber air akan menentukan tata ruang fasilitas penyediaan air.
Hal-hal yang perlu diteliti pada penentuan sumber air adalah:
Kondisi hidrogeologi
Kondisi topograpi dan geologi
Kondisi penggunaan air
Kondisi kualitas air dan unsur-unsur terkait
Kondisi timbunan pasir dan tanah
Material untuk konstruksi
Lain-lain (termasuk rute transportasi)
40
DRAFT FINAL
Konstruksi fasilitas intake harus sesuai dengan jumlah air yang telah
direncanakan sehingga tidak terjadi kegagalan pada saat banjir
maksimum ataupun pada saat kekeringan maksimum.
Fasilitas intake harus dibangun pada titik lokasi yang dapat menjamin
tersedianya kualitas air yang baik dan aman dari polusi, selain itu
lokasi harus memadai untuk mengadakan pemeliharaan fasilitas serta
kemungkinan pengembangan fasilitas dimasa yang akan datang.
Sumber air dibagi dalam 2 katagori, air permukaan dan air tanah. Termasuk
dalam air permukaan adalah air sungai, danau dan resevior. Jenis fasilitas
intake dapat dipilih sesuai dengan fungsi dan kapasitas.
Sistem Khlorinisasi
Fungsi utama dari sistem ini adalah terbentuknya lapian film di atas
saringan pasir yang dapat menjernihkan air secara biokimia.
41
DRAFT FINAL
Pada metoda ini bagian yang utama adalah koagulasi flokulasi atau
dengan pengendapan dengan menggunakan senyawa kimia dan saringan
cepat.
Pengolahan Khusus.
Dalam hal ini, kualitas air baku tetap, artinya tidak berubah
sepanjang tahun dan prosesnya hanya semata-mata dengan khlorinasi.
Secara umum diagram proses pengolahan air minum dengan proses
khlorinasi saja dapat dilihat seperti seperti pada Gambar 2.
Cara ini biasanya dipakai untuk pengolahan air minum dengan air baku dari
air sumber sumber yang kualitasnya baik dan proses khlorinasi hanya
sebagai disinfeksi saja.
42
DRAFT FINAL
Teknolgi
Kualitas Air Baku Proses Pengolahan Keterangan
Pengolahan
1. Coliform grup mak. 50
MPN per 100 ml. Hanya Proses Khlorinasi
2. Total koloni maksi-mum
Khlorinasi 500 per ml.
3. Parameter lain sesuai
dengan standar kualitas
air.
1. Colifrm grup < 1000 MPN Saringan Pasir Tidak Kekeruhan maksi-mum
per 100ml. Lambat memerlukan tahunan < 10 NTU.
Saringan Pasir bak
Lambat 2. BOD < 2 ppm. pengendapan
Perlu Bak Kekeruhan maksimum
Kekeruhan rata-rata tahunan Pengendapan tahunan 10 -30 NTU
< 10 NTU Biasa.
43
DRAFT FINAL
44
DRAFT FINAL
45
DRAFT FINAL
Gambar 3 : Diagram Proses Pengolahan Air Minum Dengan Sistem Saringan Pasir Lambat.
46
DRAFT FINAL
47
DRAFT FINAL
Gambar 4 : Diagram Proses Pengolahan Air Minum Dengan Sistem Saringan Pasir Cepat.
48
DRAFT FINAL
49
DRAFT FINAL
50
DRAFT FINAL
51
DRAFT FINAL
52
DRAFT FINAL
53
DRAFT FINAL
Gambar 5 : Diagarm Proses Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku Air Permukaan.
Sumber : JWWA, 1978
54
DRAFT FINAL
Gambar 6 : Diagarm Proses Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku Air Tanah.
Sumber : JWWA, 1978
55
DRAFT FINAL
56
DRAFT FINAL
mass unit, amu) biasanya digunakan sebagai satuan untuk mengukur batas
berat molekul (MWCO) yang dapat dipisahkan oleh membran ultrafiltrasi
(UF), membran nanofiltration (NF) atau membran reverse osmosis
(RO).Ukuran diameter pori dan batas berat molekul yang dapat dipisahkan
oleh beberapa jenis membran dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 : Ukuran Diameter Pori Dan Batas Berat Molekul Yang Dapat
Dipisahkan Oleh Beberapa Jenis Membran.
Berat Molekul
Tipe Filtrasi Ukuran Partikel
(Dalton)
Mikro Filtrasi > 0,1m > 500.000
Ultra Filtrasi 0,01 0,1 m 1000 500.000
Nano Filtrasi 0,001 0,01 m 100 - 1000
Reverse Osmosis < 0,001 m < 100
Sesuai dengan nama dan tingkatan dari tipe filtrasi diharapkan akan
didapatkan air olahan dengan tingkat kualitas tertentu pula. Misalnya
dengan menggunakan proses penyaringan ultra filtrasi (UF) dengan
derajad penyaringan sekitar 0,1 sampai 0,01 micron, diharapkan sebagian
besar dari padatan tersuspensi (suspended material) akan tersaring.
Dengan menggunakan proses penyaringan osmosis balik (reverse osmosis,
RO) dapat digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar.
57
DRAFT FINAL
4.2.5.2 Ultrafilrasi
58
DRAFT FINAL
59
DRAFT FINAL
Gambar 8 : Unit Pengolahan Air Bersih atau Air Minum Dengan Proses
3
Ultrafiltrasi, Kapasitas 200 m per hari.
4.2.5.3 Nano Filtrasi (NF)
Nano berarti satu per milyar. Satu nanometer (1 nm) sama dengan
-9 -3
10 m = 10 m (mikron). Nanofiltration (NF) adalah filtrasi membran
cross-flow. Dalam air yang mengandung campuran beberpa jenis ion, ion
monovalen cenderung menembus (melewati) membran sedangkan jenis
ion divalen atau multivalent sangat mungkin akan dipisahkan pada antar
muka (interface) membran. Oleh karena beberapa jenis ion, yakni ion
monovalen dapat masuk melalui membran, perbedaan potensial kimia
antara kedua larutan lebih kecil maka memerlukan daya pendorong yang
lebih rendah. Oleh karena itu, tekanan operasi Nano Filtrasi (NF) hanya
berkisar antara 7 40 bar. Membran NF umumnya dicirikan oleh
kemampuan untuk memisahkan jenis ion divalen, umumnya magnesium
sulfat (MgSO4) atau kalsium klorida (CaCl2). Oleh karena terdapat banyak
variabilitas di dalam aplikasi NF, retensi MgSO4 umumnya berkisar antara
80% hingga 98%.
Nano-filtrasi umumnya dipilih untuk pemisahan apabila aplikasi
reverse osmosis (RO) dan ultrafiltrasi bukanlah pilihan yang tepat.
Nanofiltration dapat digunakan untuk aplikasi pemisahan mineral
(demineralization), penghilangan warna, dan desalinasi.
60
DRAFT FINAL
61
DRAFT FINAL
62
DRAFT FINAL
63
DRAFT FINAL
alkalinitas air baku tidak cukup untuk dapat bereaksi dengan alum, maka
dapat ditambahkan kapur (lime) atau soda abu agar reaksi dapat berjalan
dengan baik.
Reaksi kimianya secara sederhana dapat ditunjukkan sebagai
berikut :
64
DRAFT FINAL
65
DRAFT FINAL
Cara ini adalah merupakan metode lain dari penggunaan ferro sulfat
sebagai koagulan. Dalam proses ini khlorine ditambahkan untuk
mengoksidasi ferro sulfat menjadi ferri sulfat. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
66
DRAFT FINAL
67
DRAFT FINAL
Zat alkali dipakai untuk pengolahan air minum dengan tujuan untuk
pengaturan pH dan alkalinitas air baku agar proses koagulasi - flokulasi
dapat berjalan dengan baik dan efektif. Zat - zat alkali yang sering
digunakan yakni kapur mati (slake lime), soda abu, NaHCO3. Batu kapur
(slake lime) banyak dipakai karena harganya murah dan hasilnya baik.
Tetapi mempunyai beberapa kekurangan yakni kelarutannya kecil dan
dapat memperbesar kesadahan.
Dosis zat zat alkali yang dibubuhkan harus ditentukan berdasarkan
hal-hal sebagai berikut :
68
DRAFT FINAL
Untuk menghitung dosis zat alkali yang diperlukan dapat memakai rumus
sebagai berikut :
W = [( A2 + K x R ) - A1] x F 16
Keterangan:
W = Dosis pembubuhan zat alkali ( mg/lt = ppm )
A1 = Alkalinitas air baku (mg/lt = ppm )
A2 = Alkalinitas yang diinginkan (mg/lt = ppm )
K = Pengurangan alkalinitas akibat penambahan 1 ppm
koagulan (dapat dilihat pada Tabel 9)
R = Dosis koagulan (ppm).
F = Penambahan zat alkali untuk menaikan alkalinitas 1
mg/l ( dapat dilihat pada tabel 10 )
Konsentrasi larutan yang dipakai harus disesuaikan dengan dosis dan
cara opersinya (handling). Cara pembubuhannya dapat dengan cara
basah atau cara kering. Untuk bubuk kapur atau soda abu (soda ash)
biasanya dipakai cara pembubuhan kering tetapi dapat juga memakai
cara basah yaitu dengan cara melarutkan dalam air dengan konsestrasi
tertentu. Untuk larutan kapur (susu kapur) konsentrasi antara 5-10 %
sedangkan untuk larutan soda abu antara 20 -25 %.
69
DRAFT FINAL
Pada saat kekeruhan air baku tinggi misalnya setelah hujan, pada
saat musim dingin ataupun pada saat permintaan produksi meningkat,
maka jika memakai zat koagulan saja sering kali pembentukan flok kurang
baik. untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan memakai koagulan
pembantu sehingga pembentukan flok berjalan dengan baik.
Pemilihan jenis zat koagulan pembantu harus dapat menghasilkan
flok yang baik atau stabil dan tidak berbahaya ditinjau dari segi kesehatan.
Disamping itu juga harus ekonomis serta pengerjaannya mudah. Sebagai
bahan koagulan pembantu yang sering dipakai yakni silika aktif dan
sodium alginat (sodium alginic acid).
Dosis zat koagulan pembantu harus ditentukan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Pada keadaan biasa/normal dosis silika aktif yakni 1 - 5 ppm sebagai
SiO2 dan untuk sodium alginat yakni antara 0,2 - 2 ppm.
Salah satu contoh unit pengolahan air bersih menggunakan air baku air
sungai dengan proses pengendapan kimia dan saringan pasir cepat dapat
dilihat pada Gambar 10.
70
DRAFT FINAL
71
DRAFT FINAL
3 2
10 m /m /hari. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan
ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran
yang ada dalam air baku. selanjutnya di saring dengan saringan pasir
lambat. Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya
ditampung di bak penampung air bersih, seterus-nya di alirkan ke
konsumen.
Proses yang terjadi pada saringan pasir lambat adalah sebagai
berikut: apabila air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka
kotoran-kotoran yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir.
Oleh karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat
anorganik pada media filternya maka terbentuk lapisan (film) biologis.
Dengan terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan
secara fisika terjadi pula penghilangan kotoran (impuritis) secara bio-kimia.
Dengan demikian zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau
dapat dihilangkan. Hasil dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas
yang baik. Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya
mempunyai kekeruhan yang rendah dan relaif tetap. Biaya operasi rendah
karena proses pengendapan tanpa bahan kimia.
72
DRAFT FINAL
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up- Flow), jika
saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan
cara membuka kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih
yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media
penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media penyaring pada
saringan pasir lambat Up-Flow tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau
pengerukan media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan saja.
Saringan pasir lambat Up-Flow ini mempunyai keunggulan dalam
hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama
dengan saringan pasir yang konvesional.
73
DRAFT FINAL
3
4.4.3 Spesifikasi Saringan Pasir Lambat Up-Flow Kapasitas 100 M /Hari
3
Kapasitas Pengolahan 100 M /Hari.
Bangunan Penyadap Pipa PVC dia. 4 (berlubang)
Bak Penerima/ Bak 80cm X 300cm X 250cm
Penenang Awal
Ukuran Saringan Up Flow 200cm X 300cm X 225cm
Awal
74
DRAFT FINAL
75
DRAFT FINAL
Gambar 12 : Rancangan alat pengolah air bersih Saringan Pasir Lambat Up-
3
Flow kapasitas 100 M /hari
(Tampak Atas).
76
DRAFT FINAL
77
DRAFT FINAL
Masalah zat besi dan mangan di dalam air minum lebih sering
terjadi jika sumber air baku yang digunakan berasal dari air tanah. Untuk
air permukaan masalah zat besi atau mangan umumnya terjadi jika sumber
air yang digunakan berasal dari danau yang kedalamannya cukup tinggi
(dalam) atau danau yang telah mengalami eutropikasi dimana terjadi
kondisi reduksi atau anaerobik di bagian bawah atau dasar danau. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan terlarutnya kembali endapan senyawa
oksida besi atau mangan yang ada di dasar danau atau reservoir tersebut.
Sering juga masalah seperti ini terjadi secara musiman atau pada perioda
tertentu saja.
Jika sumber air yang digunakan untuk penyediaan air minum
mengandung konsentrasi zat besi lebih besar 0,3 mg/l atau kandungan
mangan melebihi 0,05 mg/l maka perlu pemilihan cara pengolahan yang
paling sesuai.
Untuk menghilangkan zat besi atau mangan di dalam air yang
paling sering digunakan adalah dengan cara oksidasi yang diikuti proses
pemisahan padatan (suspended solids). Mangan lebih sulit dioksidasi dari
pada besi. Hal ini disebabkan karena kecepatan oksidasi mangan lebih
rendah dibanding dengan kecepatan oksidasi besi.
Ada beberapa cara untuk menghilangkan zat besi dan mangan
dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara oksidasi, dengan cara
koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak, proses
soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat
dilakukan dengan tiga macam cara yakni oksidasi dengan udara atau
aerasi, oksidasi dengan khlorine (khlorinasi) dan oksidasi dengan kalium
permanganat.
Beberapa cara oksidasi besi atau mangan yang paling sering
digunakan di dalam industri pengolahan air minum antara lain yakni proses
aerasi-filtrasi, proses khlorinasi-filtrasi dan proses oksidasi kalium
permanganat-Filtrasi dengan mangan zeolit (manganese greensand)
(Wong, 1984).
Pemilihan proses tersebut dipilih berdasarkan besarnya konsentrasi
zat besi atau mangan serta kondisi air baku yang digunakan. Proses lain
seperti pertukaran ion, proses filtrasi dengan penambahan chlorine
dioxide, proses pengaturan pH, proses filtrasi dengan katalis dengan media
78
DRAFT FINAL
yang sesuai serta proses oksidasi dengan ozone jarang digunakan karena
alasan biaya dan operasional. Rekomendasi untuk proses tersebut dapat
ditemukan di dalam berbagai literatur tentang pengolahan air.
Proses aerasi-filtrasi umumnya lebih dianjurkan untuk pengolahan
air dengan konsentrasi zat besi lebih besar 5 mg/l untuk menghemat biaya
bahan kimia. Proses khlorinasi filtrasi lebih disarankan untuk konsentrasi
zat besi kurang dari 2 mg/l, sedangkan proses filtrasi dengan manganese
greensand dengan penambahan kalium permanganat direkomen-dasikan
untuk penghilangan zat besi dengan konsentrasi 0-3 mg/l.
79
DRAFT FINAL
Dari reaksi tersebut dapat dilihat, jika CO2 berkurang, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai
berikut :
FeCO3 + CO2 ===> Fe(OH)2 + CO2
MnCO3 + CO2 ===> Mn(OH)2 + CO2
80
DRAFT FINAL
dalam air. Untuk aerator mekanik, beberapa cara yang sering digunakan
adalah submerged paddle, surface paddle, propeler blade atau turbine
blade.
12
pH 5.0 pH 6.65
pH 5.95 pH 6.8
pH 6.15 pH 7.0
10
pH 6.5 pH 7.45
KONSENTRASI Fe [mg/l]
0
0 10 20 30 40 50 60 70
81
DRAFT FINAL
soda ash, soda api atau kapur tohor (Ca(OH)2). Bahan kimia yang digunakan
adalah gas khlorine atau hipokhlorit.
Gas khlorine (Cl ) dan ion hipokhlorit (OCl)- adalah merupakan
2
bahan oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah dan
oksigen terlarut sedikit, dapat mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi
antara besi dan mangan dengan khlorine adalah sebagai berikut :
82
DRAFT FINAL
Catatan : Air baku yang digunakan adalah air tanah.Konsentrasi Fe setelah diaerasi dan
disaring dengan kertas saring. Sumber : Tatsumi Iwao, 1971.
4.5.3 Proses Kalium Permangganat Filtrasi dengan Manganese
Greensand (mangan zeolit)
83
DRAFT FINAL
berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi dan
mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida dan
mangandioksida yang tak larut dalam air. Reaksinya adalah sebagai berikut
:
Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeolite tidak sama
2+ 2+
dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe dan Mn
dengan oksida mangan tinggi (higher mangan oxide).
Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan
mangan-dioksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan
pengendapan dan penyaringan. Selama proses berlangsung kemampuan
reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk
regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan kalium
permanganat kedalam mangan zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga
akan terbentuk lagi mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
Keunggulan proses ini adalah mangan zeolit dapat berlaku sebagai
buffer (penyangga). Jika penambahan kalium permanganat tidak dapat
mengoksidasi zat besi atau mangan yang larut di dalam air secara
sempurna maka mangan zeolit akan mengoksidasi logamlogam tersebut
dan tersaring di dalamnya.
84
DRAFT FINAL
85
DRAFT FINAL
Sebagai media penukaran ion yang sering dipakai zeolite alami yang
merupakan senyawa hydrous silikat aluminium dengan calsium dan
natrium (Na). Disamping bahan penukar ion alami ada juga penukar ion
tiruan (resin sintetis) yang mempunyai sifat-sifat yang lebih khusus.
Ditinjau dari siklus penukaran ionnya, ada 2 (dua) tipe yaitu : penukaran
ion dengan siklus Na yang regenerasinya dengan memakai larutan NaCl,
dan Penukaran ion dengan siklus H yang regenerasinya dengan
menggunakan larutan HCl. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
a. Menggunakan Zeolite
86
DRAFT FINAL
87
DRAFT FINAL
menjadi tinggi, maka setelah Fe dan Mn nya dipisahkan, air olahan harus
dinetralkan kembali.
Khususnya untuk menghilangkan besi yang ada dalam air ada cara
lain yang dapat digunakan yaitu dengan Oksidasi Kontak (Contact
Oxydation).
88
DRAFT FINAL
Air baku dialirkan melalui saringan pasir atau media lainnya yang
permukaannya terlapisi oleh zat oksiferrihidroksida (FeOOH). Pada saat
2+
melalui media tersebut Fe dengan waktu yang sangat singkat akan
3+
teroksidasi menjadi Fe dengan zat oksigen yang terlarut (DO) sebagai
oksidator.
Tetapi jika kandugnan oksigen yang terlarut dalam air baku kecil
misalnya air tanah, maka air bakunya harus dikontakkan dengan udara
dengan cara kontak biasa atau menggunakan peralatan tertentu untuk
suplai oksigen.
Mekanisme reaksi penghilangan besi dengan oksidasi kontak adalah
merupakan reaksi auto-katalitik dengan oksiferrihidroksida (FeOOH)
sebagai katalis, yang banyak terdapat pada bijih limonite.
Jika dibandingkan dengan cara-cara yang lain, penghilangan besi
dengan cara ini mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Cara
oksidasi kontak ini mempunyai keuntungan :
Tanpa proses Koagulasi dan Pengendapan.
Kecepatan filtrasi besar.
Waktu pakai media filter (penyaringan) / katalis lama.
Tanpa proses regenerasi
Unit peralatan terdiri dari pompa air baku, bak penampung yang
berfungsi sebagai kontaktor udara atau oksigen dengan air, dan satu unit
filter yang diisi dengan media pasir, mangan zeolit dan karbon aktif (filter
multi media). Air tanah dipompa ke bak penampung yang berfungsi untuk
mengontakkan oksigen dari udara dengan zat besi atau mangan yang larut
di dalam air. Kemudian dari tangki penampung, air dialirkan ke unit filter
multi media untuk menyaring atau menghilangkan zat besi atau mangan
yang ada dalam air serta menghilangkan padatan tersuspensi. Skema
proses pengolahan ditunjukkan pada Gambar 17.
Pada saat air dipompa ke bak penampung, terjadi proses oksidasi
antara zat besi atau mangan yang ada dalam air dengan oksigen yang ada
89
DRAFT FINAL
90
DRAFT FINAL
91
DRAFT FINAL
Gambar 19 : Filter Multi Media Untuk Menghilangkan Zat Besi Dan Mangan
Di Dalam Air.
92
DRAFT FINAL
93
DRAFT FINAL
Untuk kapasitas yang besar, oksidasi zat besi atau mangan dengan
udara jarang digunakan karena memerlukan volume ruangan yang besar.
Proses oksidasi zat besi dan mangan yang sering digunakan adalah oksidasi
sengan senyawa khlorine atau kalium permanganat. Agar proses oksidasi
dapat berjalan secara sempurna perlu dilengkapi dengan tangki rekator,
dengan waktu reaksi sekitar 10 -15 menit. Salah satu contoh diagram
proses pengilangan Fe dan Mn untuk kapasitas besar ditunjukkan seperti
pada Gambar 22 dan Gambar 23.
94
DRAFT FINAL
95
DRAFT FINAL
Air yang akan diolah adalah air tanah dengan kandungan zat besi
yang cukup tinggi yakni mencapai 10 mg/l dengan pH yang rendah yakni
sekitar pH 4. Secara fisik pada saat dipompa keluar air terlihat jernih tetapi
berbau logam, dan setelah dibiarkan dan kontak dengan udara air akan
segera berubah menjadi berwarna coklat kemerahan dan keruh.
Proses yang digunakan yakni kombinasi proses pengaturan pH,
proses oksidasi dengan udara, pembubuhan kalium permanganat dan
dilanjutkan dengan proses filtrasi. Proses penyaringan terdiri dari tiga
tahap yakni penyaringan dengan saringan pasir, kemudian penyaringan
dengan filter mangan zeolit (manganese greensand) dan selanjutnya
penyaringan dengan media karbon aktif. Diagram proses pengolahannya
dapat dilihat seperti pada Gambar 24.
Air baku yang berasal dari air air tanah dipompa ke tangki
pencampur (static mixer) sambil diinjeksi dengan larutan soda ash
(NaHCO3) untuk menaikkan pH menjadi sekitar pH 7-8, selanjutnya
dialirkan ke bak clarifier atau bak pengendap. Di dalam bak pengendap,
dengan adanya penambahan soda ash serta kontak dengan oksigen dari
udara, zat besi atau mangan akan dengan cepat teroksidasi menjadi oksida
besi atau oksida mangan yang tidak larut di dalam air dan akan mengendap
di dalam bak pengendap.
Air limpasan dari bak pengendap selanjutnya dialirkan ke bak
penampung air baku. Dari bak penampung air baku, air dipompa ke tangki
reaktor (tangki bertekanan) sambil diijeksi dengan larutan kalium
permanganat untuk mengoksidasi zat besi atau managan yang masih ada
di dalam air.
Zat besi atau mangan di dalam air yang telah teroksidasi dan juga
padatan tersuspensi yang berupa partikel halus, selanjutnya di alirkan ke
filter pasir (sand filter). Air yang keluar dari saringan pasir selanjutnya
dialirkan ke filter mangan zeolit (manganese greensand filter). Dengan
adanya filter mangan zeolit ini, zat besi atau mangan yang belum
teroksidasi di dalam tangki reaktor dapat dihilangkan sampai konsentrasi
< 0,1 mg/l.
96
DRAFT FINAL
97
DRAFT FINAL
Gambar 25 : Pompa Air Baku Dan Sistem Injeksi Larutan Soda Ash
(NaHCO3) Untuk Menaikkan pH Air.
98
DRAFT FINAL
Hasil uji coba pilot plant penghilangan besi dan mangan di dalam air
dengan kombinasi proses pengaturan pH, proses oksidasi dengan udara,
pembubuhan kalium permanganat dan dilanjutkan dengan proses filtrasi
ditunjukkan seperti pada Tabel 13. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
dengan kombinasi proses tersebut di atas dapat menurunkan kadar zat
besi dari 10,06 mg/l menjadi 0,14 mg/l, dan konsentrasi mangan (Mn) dari
2,94 mg/l turun menjadi 0,02 mg/l. Proses penambahan soda ash (Na2CO3)
dilakukan karena air baku mempunyai pH 5,5 sehingga untuk air minum
harus dinaikkan menjadi pH 6,5 9,0.
Tabel 13: Hasil Uji Coba Pilot Plant Penghilangan Besi Dan Mangan Dengan
Kombinasi Proses Pembubuhan Kalium Permanganat Dan Proses Filtrasi.
99
DRAFT FINAL
Untuk mengolah air sungai, danau, atau air tanah menjadai air
bersih. Kapasitas alat dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan dari mulai
kapasitas kecil maupun besar.
Kapasitas Pengolahan :
3
Air Bersih = 100 m /hari.
Air Baku : Air sumur atau air tanah, air sungai.
Kualitas air Olahan : Standar DEPKES RI.
100
DRAFT FINAL
senyawa polutan yang ada di dalam air baku misalnya zat organik,
amoniak, zat besi, mangan, deterjen dan senyawa polutan lain dapat
diuraikan secara biologis. Selain itu padatan tersuspensi yang ada di dalam
air baku dapat diendapakan. Air yang keluar dari biofilter selanjutnya di
tampung ke bak penampung antara.
Dari bak penampung antara air selanjutnya dipompa ke mikro
strainer yang dapat menyaring kontoran padatan sampai 50 mikron sambil
diinkeksi dengan larutan kaporit untuk membunuh kuman dan mencegah
terjadinya biofouling. Dari mikro strainer air dilairkan ke unit ultra filtrasi
yang dapat menyaring sampai ukuran 0,01 mikron. Unit ultra filtrasi
menggunakan modul membran tipe hollow fiber. Unit ultrafiltrasi
beroperasi secara otomtis yakni proses penyaringan dan proses pencucian
balik (backwash) dilakukan secara bergantian dan waktunya dapat diatur
dengan menggunakan alat pengatur waktu (timer). Proses penyaringan
diatur selama 10-15 menit, sedangkan proses pencucian balik diatur
selama 1-2 menit. Diagram proses penyaringan dan proses pencucian balik
di dalam unit ultrafiltrasi dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 30.
Air yang keluar dari unit ultra filtrasi dialirkan ke bak penampung air
bersih dan selanjutnya dilairkan ke sistem distribusi untuk digunakan untuk
keperluan air bersih (mandi, cuci dll).
101
DRAFT FINAL
102
DRAFT FINAL
103
DRAFT FINAL
104
DRAFT FINAL
105
DRAFT FINAL
106
DRAFT FINAL
3
Gambar 33 : Unit Ultrafiltrasi, kapasitas 125 m per hari.
Gambar 34 : Unit Reverse Osmosis (RO), kapasitas 10.000 liter per hari air
siap minum.
107
DRAFT FINAL
108
DRAFT FINAL
3
Gambar 37 : Contoh Unit Ultrafiltrasi, Kapasitas 200 m per hari.
4.7.1 Kesadahan
109
DRAFT FINAL
biasa disebut kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki
baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri.
Bagi air rumah tangga tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan
konsumsi sabun lebih banyak karena sabun jadi kurang efektif akibat salah
satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca atau Mg. Bagi air
industri unsur Ca dapat menyebabkan kerak pada dinding peralatan sistem
pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
industri, disamping itu dapat menghambat proses pemanasan. Akibat
adanya masalah ini, persyaratan kesadahan pada air industri sangat
diperhatikan. Pada umumnya jumlah kesadahan dalam air industri harus
nol, berarti unsur Ca dan Mg dihilangkan sama sekali. Masalah air sadah
banyak ditemukan di daerah yang mengandung kapur.
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan
disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2,
seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan
adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air mempunyai
kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium terdapat dalam air kemungkinan bersenyawa
dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida.
Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada
umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini
terjadi, karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada
pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya
rendah (air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan
bersumber dari kalsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan
lainnya. Tingkat kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan
pada Tabel 14.
110
DRAFT FINAL
111
DRAFT FINAL
bagus untuk sebagian besar bahan kimia. RPI merupakan asam dan basa
padat yang dapat mengalami reaksi kimia, contoh membentuk garam. RPI
mempunyai sifat paling penting, yaitu kemampuannya untuk
menghilangkan ion dari larutan.
Resin Penukar Ion menyerap ion dari larutan. Pada pertukaran ion,
RPI juga melepas ion dalam jumlah yang sama kedalam larutan. Proses
pertukaran hanya dapat terjadi jika ion mempunyai muatan listrik yang
sama. Oleh karena itu resin yang ada jenisnya RPK dan RPA, Proses
pertukaran terjadi dalam waktu yang singkat dengan mengalirkan air yang
akan diolah kedalam unit yang telah diisi dengan RPI.
SO3Na SO3
P + CaCl2 P Ca + 2NaCl
SO3Na SO3
112
DRAFT FINAL
Proses pertukaran ion menjadi lebih komplek ketika resin telah melepas
seluruh sodiumnya. Resin dapat diaktifkan kembali dengan memberikan
larutan garam. Proses sebaliknya terjadi selama regenerasi. Sesudah
regenerasi pesin penukar ion dapat digunakan untuk menyerap kalsium
kembali.
SO3 SO3Na
P Ca + 2NaCl P + CaCl2
SO3 SO3Na
Pertukaran Ion (Ion exchange) adalah reaksi kimia yang bolak balik atau
reversible, ion dari larutan ditukar dengan ion yang muatannya sama yang
melekat pada partikel padat Partikel padat penukar ion ini bisa berupa
material alam non organik seperti zeolites atau material sintetis yang
berupa resin organik. Resin sintetik organik adalah merupakan jenis yang
banyak dipakai, karena karakteristiknya dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan. Resin Penukar Ion Organik tersusun oleh molekul
polyelectrolytes yang bisa menukar ion-ion mobile atau mudah bergerak
dengan ion disekitar medium yang muatannya sama. Setiap resin
mempunyai mempunyai jumlah ion mobile tertentu yang menentukan
pertukaran maksimum untuk tiap unit resin. Dalam proses deionisasi air,
+
resin menukar ion hidrogen (H ) untuk mengisi ion positif (seperti nikel,
-
tembaga, dan natrium), dan ion hidroksil (OH ) untuk muatan negatif
+ -
(seperti sulfat, kromat, dan klorida). Jumlah ion H dan OH selalu
seimbang, oleh karena itu air hasil olahan unit penukar ion relatif murni
dan netral.
113
DRAFT FINAL
positif yang ada di dalam air, sedangkan resin penukar ion positif asam
lemah umumnya dibatasi hanya untuk menghilangkan kesadahan yang
berhubungan dengan alkinitas karbonat. Selain dalam bentuk asam kuat
atau asam lemah ada pula yang ada dalam bentuk netral ( intermediate).
Resin penukar ion mempunyai afinitas yang berbeda terhadap tiap
jenis ion yang ada di dalam air. Akibatnya resin penukar ion menunjukkan
urutan selektivitas untuk tiap jenis ion yang terlarut di dalam air. Untuk
resin penukar ion positif dalam bentuk asam kuat (srong acid cation
exchange resin) urutan jenis ion positif yang mempunyai afinitas terhadap
resin penukar ion mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah
2+ 2+ +
sebagai berikut : Kalsium (Ca ), Magnesium (Mg ), Amonium (NH4 ),
+ +
Kalium atau Potasium (K ), Sodium atau Natrium (Na ), dan yang terakhir
+
Hidrogen (H ). Dengan demikian apabila air dilewatkan ke dalam suatu bed
(unggun) resin penukar ion postif maka pada lapisan unggun resin yang
+2
paling atas sebagian besar diduduki oleh ion Kalsium (Ca ) disebabkan
karena Kalsium mempunyai afinitas yang paling besar. Oleh karena
magnesium mempunyai mempunyai afinitas yang lebih tinggi setelah
kalsium maka lapisan di bawah kalsium sebagian besar akan ditempati oleh
+2
ion magnesium (Mg ), demikian seterusnya. Lapisan yang paling bawah
+
akan ditempati oleh ion Natrium (Na ) karena mempunyai afinitas
terhadap resin penukar ion yang paling rendah.
Secara sederhana ilustrasi mekanisme pertukaran ion didalam
unggun resin penukar ion positip dapat dilihat seperti pada Gambar 39.
Pada saat sebelum proses seluruh lapisan unggun resin ditempati oleh ion
+
hidrogen (H ). Tahap berikutnya yaitu awal operasi ion kalsium,
magnesium, natrium yang masuk ke dalam unggun resin akan menempati
unggun resin menggantikan kedudukan ion hidrogen. Lapisan paling atas
akan ditempati oleh ion kalsium, selanjutnya oleh ion magnesium,
kemudian natrium dan lapisan yang paling bawah masih ditempati oleh ion
hidrogen. Sebagian ion hidrogen yang telah ditukar oleh ion kalsium,
magnesium dan natrium akan keluar terikut dengan air yang keluar unggun
resin.
Apabila operasi berlanjut terus maka ion kalsium yang masuk akan
menggantikan kedudukan ion magnesium, ion magnesium yang masuk
akan menggatikan kedudukan ion natrium, dan ion natrium yang masuk
akan menggantikan ion hidrogen. Sedangkan ion hidrogen yang telah
tertukar akan keluar unggun resin melalui airan air yang keluar. Jika
operasi berlangsung terus maka seluruh resin akan ditempati oleh ion
114
DRAFT FINAL
Ditinjau dari siklus pertukaran ionnya, ada 2 (dua) tipe yaitu pertukaran ion
dengan siklus Na yang regenerasinya dengan memakai larutan natium
khloida atau garam dapur (NaCl), dan pertukaran ion dengan siklus H yang
regenerasinya dengan menggunakan larutan asam kuat misalnya asam
khlorida (HCl) atau asam sulfat.
Jika menggunakan asam kuat misalnya asam khlorida atau asam
sulfat maka pada akhir regenerasi maka ion kalsium atau magnesium yang
menempati unggun resin akan digantikan seluruhnya oleh ion hidrogen.
Apabila regenerasi menggunakan larutan natrium khlorida (NaCl), seluruh
ion kalsium dan magnesium yang telah menempati unggun resin akan
digantikan oleh ion natrium.
115
DRAFT FINAL
b. Menggunakan Zeolite
Regenerasi dg NaCl :
Penghilangan Ca dan Mg :
116
DRAFT FINAL
Penghilangan Ca dan Mg :
117
DRAFT FINAL
Penghilangan Ca dan Mg :
118
DRAFT FINAL
119
DRAFT FINAL
KETERANGAN :
1. Tabung Penukar Ion 5. Pengumpul air olahan
2. Inlet Air Baku 6. Pipa Regenerant
3. Pipa Air Olahan 7. Resin Penukar Ion
4. Distributor Air Baku 8. Lapisan Penyangga
120
DRAFT FINAL
partikel padatan tersuspensi yang ada di dalam air baku tidak tertahan di
dalam unggun resin tetapi kontak dengan air baku menjadi kurang efektif.
Proses ini digunakan untuk menghilangkan kesadahan tetapi tidak untuk
menghilangkan partikel padatan (suspended solids). Oleh kerana itu untuk
pengolahan air dengan kualitas atau kemurnian yang tinggi dengan
konsentrasi padatan tersuspensi yang rendah sistem fluidisasi ini jarang
digunakan.
121
DRAFT FINAL
+ +
seluruh ion Na atau ion H yang ada di dalam resin penukar ion seluruhnya
2+ 2+
telah tertukar dengan ion Ca atau ion Mg maka resin penukar ion akan
menjadi jenuh. Untuk memulihkan kinerja resin penukar ion maka harus
dilakukan proses regenerasi. Proses regenerasi dapat dilakukan dengan
cara mengalirkan larutan asam kuat misalnya asam khlorida (HCl) atau
asam sulfat (H2SO4) atau dengan larutan NaCl atau garam dapur. Untuk
proses pelunakan skala rumah tangga atau industri, proses regenerasi yang
paling murah adalah menggunakan garam dapur atau menggunakan air
laut yang telah disaring.
Ca (HCO3)2 Ca 2NaHCO3
Na2R + SO4 R + Na2SO4
Mg Cl2 Mg 2NaCl
Ca Ca
R + 2 NaCl Na2R + Cl2
Mg Mg
122
DRAFT FINAL
123
DRAFT FINAL
124
DRAFT FINAL
3
resin, di tunjukkan dalam mili-equivalen per gram resin atau kg per m
resin penukar ion. Kapasitas pertukaran ion bervariasi tergantung dari jenis
dan merk, berkisar antara 2 10 meq/gram resin atau sekitar 15 100 kg
3
per m resin.
Beberapa tipe resin penukar ion positip, nama produk serta nama
perusahaan pembuatnya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 : Beberapa Tipe Resin Penukar Ion Positip, Nama Produk Serta
Nama Perusahaan Pembuat.
Penukar Ion Positip Asam Kuat (Strong Acid Cation Resin Exchanger,
SCR)
Nama Pruduk
Supplier Gel type Macroporous type
Bayer Lewatit S 100 Lewatit SP 112
Duolite Duolite C 20 Doulite C 20
Dow Chemical Dowex HCR-S Dowex MSC-1
Rohm & Haas Amberlite IR 120 Amberlite IR 200
Penukar Ion Positip Asam Lemah (Weak Acid Cation Resin Exchanger,
WCR)
Nama Produk
Supplier Gel type Macroporous type
Bayer Lewatit CNP 80
Duolite Duolite C 433 Doulite C 464
125
DRAFT FINAL
Pada proses pelunakan air dengan kesadahan tinggi dialirkan melalui resin
penukar kation asam kuat yang telah dimuati dengan ion sodium.
Kesadahan dalam air akibat adanya kalsium dan magnesium ditukar
dengan ion sodium. Proses pelunakan air untuk menghilangkan kesadahan
dalam Air dapat dilihat seperti pada Gambar 42.
126
DRAFT FINAL
COOH COO
P + Ca (HCO3)2 P Ca + H2CO3
COOH COO
Resin penukar kation asam lemah diregenerasi dengan asam korida atau
asam sulfat.
127
DRAFT FINAL
SO3H SO3
P + CaCl2 P Ca + 2HCl
SO3 H SO3
128
DRAFT FINAL
129
DRAFT FINAL
Gambar 45 : Contoh Unit Penukar Ion Kation dan Anion Untuk Proses
Demineralisasi Air.
4.8 Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis (RO).
130
DRAFT FINAL
131
DRAFT FINAL
132
DRAFT FINAL
133
DRAFT FINAL
134
DRAFT FINAL
terletak dibagian dasar sures. Bidang resapan diisi dengan kerikil dan ijuk,
sebagai penyaring agar tidak terjadi kebuntuan.
PAH ini dapat dimanfaatkan sebagai air bersih untuk keperluan
mandi, cuci, kakus (MCK) dan dapat ditingkatkan menjadi air minum
dengan teknologi membran. Untuk itu dilengkapi dengan pompa, filter dan
kontrol panel (kelistrikan) dan pengolahan lanjutan.
135
DRAFT FINAL
Lebar : 2,1 m
Panjang : 3,0 m
Kedalaman : 2,5 m
3
Luas Bak Penyaring : 1,0 m
3
Volume Resapan : 10 m
Panjang Talang : 75 m
Luas Atap Rumah : 375 m
o
Kemiringan Atap : 35
Tinggi Jatuhan Air : 3m
Pompa Air : 25 l/menit
Saringan Pasir/Karbon : 1,0 m
136
DRAFT FINAL
Diameter : 1,0 m
Tebal Dinding : 0,1 m
Tebal Bidang Resapan : 1,0 m
Diameter Resapan : 1,0 m
Beberapa contoh aplikasi pemanenan air hujan dan sumur resapan serta
unit pengolahan air hujan dapat dilihat pada Gambar 50 sampai dengan
Gambar 54.
(a) (b)
137
DRAFT FINAL
(a) (b)
Gambar 52 : (a) Filter Air Dari PAH. (b) Air Produk Untuk Siram Tanaman
Dan Cuci-Cuci.
4.10.1 Pengertian
138
DRAFT FINAL
139
DRAFT FINAL
140
DRAFT FINAL
141
DRAFT FINAL
Dimana :
C = Konsentrasi khlor (C < 4,23 mg/l).
t = waktu untuk inaktivasi 99,99 % kista.
pH = pH (antara 6 dan 8).
o
T = temperatur (antara 0,5 dan 5,0 C).
142
DRAFT FINAL
= 4,6 / Ct99
dimana :
4.10.2.4 Pengaruh pH
143
DRAFT FINAL
144
DRAFT FINAL
+ -
Cl2 + H2O HOCl + H + Cl
Gas asam
Khlor hipokhlorit
+ -
HOCl H + OCl
Asam ion
hipokhlorit hypokhlorit
-
Perbandingan HOCl dan OCl tergantung pada pH air. Khlor sebagai
-
HOCl atau OCl disebut sebagai khlorin bebas yang tersedia (free available
chlorine). Dissosiasi asam hipokhlorit (HOCl) akan berkurang pada pH
rendah (suasana asam). Pada pH 5 atau lebih kecil sisa khlor akan berupa
145
DRAFT FINAL
HOCl, pada pH 7,5 sekitar 50 % sisa khlor berupa HOCl dan pada pH 9
-
sebagian besar sisa khlor berupa OCl .
HOCl bergabung dengan amonia dan senyawa organik nitrogen
membentuk khloramin, yang dapat bergabung dengan khlorin yang
tersedia.
146
DRAFT FINAL
4.10.3.2 Khloraminasi
147
DRAFT FINAL
148
DRAFT FINAL
atau dapat juga dihasilkan dari reaksi antaraasam khlorida (HCl) dengas
sodium atau natrium khlorit dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
ClO2 tidak terhidrolisa dalam air namun berada sebagai gas terlarut. Dalam
larutan alkali, zat ini membentuk khlorit dan khlorat :
- - -
2 ClO2 + OH ClO2 + ClO3 + H2O
149
DRAFT FINAL
150
DRAFT FINAL
( Volt) Relatif *
Fluorine 3,06 2,25
Radikal Hidroksil 2,80 2,05
Atom Oksigen 2,42 1,78
Ozon 2,07 1,52
Hidrogen Peroksida 1,77 1,30
Radikal Perhidroksil 1,70 1,25
Asam Hipokhlorida 1,49 1,10
Khlorine 1,36 1.00
151
DRAFT FINAL
152
DRAFT FINAL
O2 + e ------> 2 O + e (1)
O + O2 + M ------> O3 + (M) (2)
O3 + O ------> 2 O2 (3)
O3 + e -------> O + O2 + e (4)
Persamaan reaksi (1) dan (2) adalah reaksi pembentukan ozon, tetapi agar
reaksi (2) berlanjut diperlukan material ketiga M. Material M tersebut
dapat berupa oksigen, nitrogen atau dinding tabung. Di lain pihak jika
reaksi terlus berlanjut maka ozon yang telah terbentuk akan terurai
kembali melalui reaksi (3) dan (4). Dengan kata lain reaksi pembentukan
dan peruraian ozon terjadi bersamaan di antara kedua kutup elektroda.
Pada saat reaksi terjadi pada kesetimbangan terbentuk ozon pada
konsentrasi dengan tertentu. Jika peluahan listriknya diperbesar atau
voltase dinaikan, dan ruang peluahan yang dilaliri udara atau oksigen
diperbesar sehingga waktu tinggal udara atau oksigen di dalam ruang
peluahan menjadi lebih lama maka ozon yang terbentuk menjadi lebih
besar. Tetapi pada saat mencapai konsentrasi yang tertinggi maka ozon
yang terbentuk akan terurai kembali. Pada prakteknya konsentrasi ozon
yang terbentuk berkisar antara 3 -4 % apabila menggunakan udara sebagai
153
DRAFT FINAL
154
DRAFT FINAL
Untuk skala kecil dan untuk keperluan rumah tangga saat ini telah
banyak dijual dipasaran generator ozon skala kecil misalnya generator
ozon yang banyak digunakan untuk peoses pengolahan air siap minum
(airminum isi ulang). Sistem injeksi ozon skala kecil yang banyak digunakan
dapat lihat seperti pada Gambar 61, sedangkan salah satu contoh aplikasi
penggunaan disinfeksi ozon untuk pengolahan air skala kecil dapat dilihat
seperti pada Gambar 62.
155
DRAFT FINAL
Gambar 61 : Sistem Injeksi Ozon Untuk Pengaolahan Air Minum Skala Kecil.
156
DRAFT FINAL
157
DRAFT FINAL
158
DRAFT FINAL
159
DRAFT FINAL
Tidak ada residu disinfektan pada air yang telah diolah (oleh karena itu
diperlukan penambahan khlorin atau ozon setelah proses UV)
Relatif sulit menentukan dosis UV.
Pembentukan biofilm pada permukaan lampu.
Masalah dalam hal pemeliharaan dan pembersihan lampu UV.
Masih ada potensi terjadi fotoreaktivasi pada mikroba patogen yang
telah diproses dengan UV.
160
DRAFT FINAL
BAB 5
PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
5. 1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Pada saat ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan
dapat dikelompokkan sebagai berikut yakni :
Sistem sambungan langsung.
Sistem tangki atap.
Sistem tangki tekan.
Sistem tanpa tangki (booster system).
161
DRAFT FINAL
pipa cabang biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
Pipa pemanas biasanya tidak disambung langsung ke pipa distribusi karena
tekanan air rendah, dan tidak disarankan untuk memenggunakan katup
gelontor (flush valve).
162
DRAFT FINAL
Pada setiap tangki bawah dan tangki atap sebaiknya dipasang alarm
yang memberikan tanda suara apabila muka air rendah atau muka air
tinggi (penuh). Tanda suara (alarm) biasanya dipasang diruang kontrol atau
ruang pengawas bangunan.
163
DRAFT FINAL
164
DRAFT FINAL
tangki, dan 70 % volume tangki berisi air. Jika mula mula seluruh tangki
berisi udara pada tekanan atmosfir, maka jika fluktuasi tekanan antara 1,0
- 1,5 atmosfir maka sebenarnya volume air yang efektif mengalir hanyalah
sekitar 10 % dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar
maka diperlukan tangki tekan dengan volume yang besar. Untuk
mengatasi hal tersebut maka tekanan awal udara di dalam tangki dibuat
lebih besar dari tekanan atmosfir dengan cara memasukkan udara kempa
ke dalam tangli dengan menggunakan kompresor. Diagram sistem tangki
tekan secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 65.
165
DRAFT FINAL
166
DRAFT FINAL
Di dalam sistem ini laju aliran air yang dihasilkan oleh pompa diatur
dengan mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis, yang
dikontrol oleh sustu alat yang tekanan atau laju aliran air yang keluar dari
pompa.
Untuk mengatasi gangguan akibat berkurangnya laju aliran air akibat
penurunan tekanan air pada saat beban puncak (pagi atau sore) dapat
dilakukan dengan memasang beberapa pipa paralen di beberapa instalasi
yang dihubungkan dengan pompa penguat (booster pump). Beberapa
kelebihan dan kekurangan sistem tanpa tangki adalah sebagai berikut :
Mengurangi kemungkinan kontaminasi air karena tanpa
menggunakan tangki bawah maupun tangki atap.
Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak antara air
dan udara relatif singkat.
Jika sistem ini digunakan untuk bangunan gedung tinggi akan
mengurangi beban struktur bangunan.
Untuk kompleks banguan perumahan dapat menggantikan menara
air.
Pemakaian daya listrik lebih besar dibandingkan dengan sistem tangki
atap.
Tangki air yang digunakan untuk menyimpan air bersih atau air
minum (tangki bawah tanah, tangki atas atau tangki tekan) harus
dibersihkan secara teratur agar kualitas air tetap terjaga. Untuk memenuhi
kebutuhan dan persediaan air bersih di rumah sakit harus dibuat tangki
penyimpan air bersih yang volumenya mampu menampung air untuk
kebutuhan seluruh pelayanan selama 2 (dua) hari.
Perkiraan atau Estimasi besaran tangki air bawah bersih
berdasarkan keperluan pelayanan adalah sebagai berikut :
167
DRAFT FINAL
Hasil estimasi ini masih dalam satuan liter, dibuat menjadi satuan M3 dan
dilakukan pembulatan keatas, kemudian tentukan ukuran Panjang dan
Lebar dengan ketentuan ukuran Dalam tidak lebih dari 3 Meter.
168
DRAFT FINAL
(a)
(b)
(c)
169
DRAFT FINAL
Gambar 66.a adalah pemasangan tangki air bersih yang sering dilakukan.
Gambar 66.b adalah contoh dimana suatu bangunan tidak mempunyai
ruang bawah tanah. Gambar 66.c menunjukakn tangki air bersih dipasang
di lantai bawah dengan menyingkirkan sebagian pelat lantai yang
bersangkutan. Kalau dilantai ini ada bak penampungan air kotor atau air
limbah, jarak antara tangki air bersih dengan tangki air kotor tidak boleh
kurang dari 5 meter.
170
DRAFT FINAL
171
DRAFT FINAL
172
DRAFT FINAL
Contoh bak hisap atau saluran pada dasar tangki dapat dilihat pada
Gambar 70.
173
DRAFT FINAL
174
DRAFT FINAL
7) Pipa Peluap
Setiap tangki air bersih harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung
pipa peluap tidak boleh disambungkan langsung ke pipa buangan
melainkan dengan cara tidak langsung. Harus ada celah udara yang cukup
antara ujung pipa dengan bak buangan, dan umumnya jaraknya minimal
dua kali diameter pipa. Ujung pipa peluap harus dilengkapi dengan
saringan agar serangga tidak dapat masuk ke dalam pipa. Contoh
pemasangan pipa peluap pada tangki air bersih dapat dilihat pada Gambar
71.
7) Pipa Ven
Gambar 71: Contoh Pemasangan Pipa Peluap Pada Tangki Air Bersih.
175
DRAFT FINAL
Apabila tangki air akan dipasang dalam jarak horisontal kurang dari
5 meter dari pipa pembuangan, tangki septik, atau peralatan alin yang
menyimpan atau mengolah limbah maka akan timbul kemungkinan
pencemaran terhadap air di dalam tangki. Oleh karena itu sebaiknya tangki
air bersih tidak ditanam langsung ke dalam tanah, melaikan harus
dilindungi dengan memasang tangki tersebut dalam suatu ruang dalam
tanah. Jika terpaksa harus membuat tangki bawah tanah maka harus
dibuat dari bahan yang kedap air dan secara teknis harus kuat menahan
tekanan dan tidak bocor sehingga tidak terjadi kontaminasi dari pengaruh
luar. Jika jarak dengan bak atau peralatan pembuangan limbah dapat
dibuat lebih dari 5 meter maka tangki air bersih dapat ditanam langsung di
dalam tanah baik seluruhnya atau sebagian.
Cara lain adalah dengan memasang tangki air bersih tersebut di atas
menara. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk tangki bawah tanah
(ground tank) adalah sebagai berikut :
176
DRAFT FINAL
Tangki Air Bawah Tanah harus terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang
dihubungkan dengan Pipa dilengkapi Katup Buka-Tutup. Masing-
masing dilengkapi dengan akses untuk proses pengurasan berupa
manhole, tangga dan dasar tangki yang lebih rendah untuk
penempatan pompa submersible.
Tangki Air Bawah Tanah dibuat dengan konstruksi Beton Bertulang
kedap air, yang hasil pelaksanaannya harus melalui test kedap air.
177
DRAFT FINAL
178
DRAFT FINAL
179
DRAFT FINAL
Gambar 75 : Contoh Tangki Air Bersih Bawah Yang Juga Berfungsi Sebagai
Tangki Air Pemadam Kebakaran.
Mengingat kemungkinan timbulnya pencemaran serta semakin mahalnya
biaya pengolahan agar didapatkan kualitas air bersih yang baik, maka harus
dihindarkan penggunaan satu tangki air bersih yang merangkap untuk
penyediaan air untuk pemadam kebabaran. Tangki air bersih atau air
minum harus terpisah dengan tangki air pemadam kebakaran, atau tidak
dihubungkan satu sama lain (Gambar 76).
180
DRAFT FINAL
Gambar 76 : Contoh Tangki Air Bersih Bawah Yang Yang Terpisah Dengan
Tangki Air Pemadam Kebakaran.
181
DRAFT FINAL
Sistem distribusi air bersih dengan sistem gravitasi maupun dengan tangki
tekan pada bangunan horisontal maupun vertikal secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 77 sampai dengan Gambar 80.
pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari tangki air bawah
tanah ke tangki atas atau mendistribusikan air langsung ke area
pelayanan dengan dilengkapi tangki tekan.
Sistem pompa air harus disediakan 2 (dua) unit, salah satu unit
sebagai cadangan apabila terjadi gangguan pada unit pompa yang
dioperasikan.
Pelaksanaan pemasangan dan pengoperasian pompa harus mengikuti
petunjuk yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya. buku manual yang
dibuat oleh pabrik pembuatnya harus didokumentasikan.
Pompa air pada sistem distribusi dengan gravitasi harus dapat
beroperasi secara otomatis dengan menggunakan elektroda water
level control pada tangki air atas.
Ujung pipa isap (suction) pada tangki air bawah tanah harus terletak
diatas permukaan volume air untuk persediaan hydrant dan sprinkler.
182
DRAFT FINAL
183
DRAFT FINAL
Gambar 77 : Distribusi Air Bersih Dengan Sistem Gravitasi Pada Bangunan Horisontal.
Gambar 78 : Distribusi Air Bersih Dengan Sistem Tangki Tekan Pada Bangunan Horisontal.
184
DRAFT FINAL
185
DRAFT FINAL
Gambar 79 : Distribusi Air Bersih Dengan Sistem Gravitasi Pada Bangunan Vertikal.
186
DRAFT FINAL
Gambar 80: Distribusi Air Bersih Dengan Sistem Tangki Tekan Pada Bangunan Vertikal.
187
DRAFT FINAL
Pipa isap pompa air terdiri dari 2 (dua) buah yang dilengkapi katup
buka-tutup dan masing-masing dihubungkan ke dua bagian tangki
bawah tanah.
Tangki air atas harus terdiri dari 2 (dua) buah, dihubungkan dengan
pipa yang dilengkapi katup buka-tutup.
Kapasitas total tangki air atas diperhitungkan antara 25 sampai 30
persen dari kebutuhan air untuk pelayanan diluar pelayanan hydrant
dan sprinkler.
Tangki air atas harus dilengkapi water level control dengan elektroda
yang dihubungkan ke pompa air, agar pompa air dapat beroperasi
secara otomatis ketika permukaan air di tangki atas dalam posisi
minimum dan dapat berhenti secara otomatis ketika permukaan air di
tangki atas dalam posisi maksimum.
Untuk rumah sakit yang dibangun dengan komposisi bangunan
gedung horizontal, tangki air atas harus diletakkan pada ketinggian
yang diperhitungkan agar tekanan air mencapai minimal 1 atm pada
area pelayanan.
Untuk rumah sakit yang dibangun dengan komposisi bangunan
gedung vertikal, tangki air atas diletakkan di lantai atap dengan
ketentuan harus dilengkapi dengan booster pump untuk pelayanan 2
(dua) lantai dibawahnya.
5.2.5 Perpipaan
188
DRAFT FINAL
Besaran pipa layanan milimal inch untuk setiap kran dan/atau alat
plambing atau sama dengan besaran pipa inlet pada alat plambing.
Besaran pipa minimal inch untuk melayani 3 (tiga) pipa layanan
inch.
189
DRAFT FINAL
Jenis Material Pipa yang dipergunakan untuk air bersih harus sesuai
dengan standar produk yang khusus dipergunakan untuk perpipaan
air bersih, yaitu Pipa Besi Galvanis (Galvanized Iron Pipe) Medium
Class.
Fitting-fitting yang dipergunakan harus dari produk yang sama
dengan produk pipanya.
5.2.5.5 Katup-katup
190
DRAFT FINAL
Pada Sistem Ring Pipa Utama harus dilengkapi dengan Katup Buka-
Tutup sebelum penyambungan Pipa Cabang.
191
DRAFT FINAL
BAB 6
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN INSTALASI
PLAMBING
192
DRAFT FINAL
193
DRAFT FINAL
Mingguan
3 Bulanan
6 Bulanan
Tahunan
Bulanan
No. Komponen Kriteria Tindakan
Harian
Yang diperiksa
1. PDAM
- Periksa Meter Air Berfungsi Lapor PDAM bila ada
- Periksa Pipa Dinas Laik kelainan
- Mutu Air Baku mutu
2. Air Tanah
Pompa Berfungsi Perbaiki bila rusak
3. Tangki Air Bersih Bersihkan
a. Bawah Tanah
- Manhole
- Dinding Dalam
- Katup-Katup
b. Tangki Atas
- Dinding Dalam
- Katup-Katup
- WLC
4. Power Panel Berfungsi Perbaiki bila rusak
194
DRAFT FINAL
5. Pompa : Periksa
- Motor Normal Ganti bila rusak
- Seal Normal Ganti bila rusak
- Coupling Normal Perbaiki bila rusak
- Bearing Normal Ganti bila rusak
6. Pressure Tank Baik Perbaiki bila rusak
7. Pressure Swiitch Berfungsi Ganti bila rusak
8. Pressure Gauge Berfungsi Ganti bila rusak
9. Instalasi Pipa :
- Gate Valve Berfungsi Ganti bila rusak
- Check Valve Berfungsi Ganti bila rusak
- Ball Valve Berfungsi Ganti bila rusak
- Foot Valve Berfungsi Ganti bila rusak
- Flexible Joint Berfungsi Ganti bila rusak
- Strainer Bersih Bersihkan
10. Faucet Normal Ganti bila rusak
195
DRAFT FINAL
Mingguan
3 Bulanan
6 Bulanan
Tahunan
Bulanan
No. Komponen Kriteria Tindakan
Harian
Yang diperiksa
196
DRAFT FINAL
197
DRAFT FINAL
198
DRAFT FINAL
199
DRAFT FINAL
tekanan tersebut adalah untuk tekanan air masuk ke dalam keran atau
katup gelontor.
Ujung bawah pipa tegak perlu ditumpu dengan baik agar belokan
yang ada tidak turun atau jatuh akibat beratnya sendiri ataupun karena
tumbukan tumbukan aliran air di dalam pipa.
200
DRAFT FINAL
201
DRAFT FINAL
BAB 7
PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH ATAU MINUM
DI RUMAH SAKIT
a. Ruang Operasi
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam
hemodialisis.
202
DRAFT FINAL
2) Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah
sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi
sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL,
DepartemenKesehatan.
203
DRAFT FINAL
sistem distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran.
12) Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat risiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan
sarana.
a) Parameter Mikrobiologi :
(1) E. Koli
(2) Total Koliform
b) Kimia anorganik :
(1) Arsen
(2) Fluorida
(3) Kromium- val.6
(4) Kadmium
(5) Nitrit, sbg-N
(6) Nitrit, sbg-N
(7) Sianida
(8) Selenium
a) Parameter Fisik :
(1) Bau
(2) Warna
(3) Jumlah zat padat terlarut (TDS)
(4) Kekeruhan
(5) Rasa
(6) Suhu
b) Parameter Kimiawi :
(1) Aluminium
(2) Besi
(3) Kesadahan
(4) Khlorida
(5) Mangan
(6) pH
(7) Seng
(8) Sulfat
(9) Tembaga
(10) Sisa Khlor
205
DRAFT FINAL
(11) Amonia
Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut
pada Lampiran II Kepmenkes RI No. 907 tahun 2001, dapat dilakukan
pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi
pencemaran.
BAB 8
PENUTUP
Rumah Sakit adalah suatu institusi yang mempunyai fungsi
memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik secara
preventif, kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya
menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan.
Oleh karena rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan
kesehatan profesional yang bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan yang
diperuntukkan bagi umum, maka sangat penting sekali di adakan
pengawasan terhadap tingkat sanitasinya agar dampak negatif yang
ditimbulkan berupa penularan penyakit dapat dicegah.
Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan di rumah sakit. Mengingat bahwa rumah sakit merupakan tempat
tindakan dan perawatan orang sakit, maka kualitas dan kuantitasnya perlu
dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan sumber infeksi baru
bagi penderita.
Permasalahannya adalah penyediaan air bersih/minum di rumah
sakit di Indonesia kualitasnya masih banyak yang belum memenuhi baku
mutu. Sebagai contoh misalnya, berdasarkan pemantauan dilapangan
banyak penyediaan air bersih di rumah sakit yang mengandung zat besi,
mangan serta angka kuman yang melampaui baku mutunya. Penyediaan
air bersih/mimum di rumah sakit dengan kualitas yang kurang memadai
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pasien maupun petugas
/karyawan rumah sakit. Permasalahan yang lain adalah banyak
pengelolaan air bersih di rumah sakit belum dilakukan dengan benar serta
belum terdapatnya tenaga pengelola yang profesional untuk masalah
penyediaan air bersih.
206
DRAFT FINAL
207
DRAFT FINAL
DAFTAR PUSTAKA
208
DRAFT FINAL
209
DRAFT FINAL
http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table6.shtml
http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table6.shtml
JICA . Water Supply Engineering Vol.2. 1984.
JICA : Water Supply Engineering Vol. I. Edited by Japan Water Work
Association.1990.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air minum
Lin , Shun Dar (2007). Water and Wastewater Calculation Manual.
second edition. Mc Graw-Hill Companies, New York.
Lykins,B.W., Moser, R., DeMacro, J. Treatment Technology in The
United States, Disinfection And Controls Of Disinfection By Product,
The second Japan - US Governmental Conference On drinking water
Quality Management, July 24-26, 1990, Tokyo, japan.
Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering, Treatment and
Reuse, Fourth Edition, Revised by G. Tchobanoglous, F. Burton, H.
David Stensel, Internasional Edition, McGraw Hill.
Morimura. T dan Soufyan. M Noerbambang. 1985. Perancangan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Association For International Technical
Promotion, Tokyo.
Moris, J.C. 1975. Aspect of the quantitative assessment of germicidal
efficiency. In : Disinfection of water and Wastewater, J.D. Johnson, Ed.
Ann Arbor Science, Ann Arbor, MI.
Noss, C.I., and V.P. Olivieri, 1985. Disinfecting capabilities of
oxychlorine compounds. Appl. Environ. Microbiology. 50:1162-1164.
Painter, H.A. 1970. A Review of Literature On Inorganic Nitrogen
Metabolism In Micoorganism. Water Research. 4: 393-450.
Painter, H.A., and J.E. Loveless. 1983. Effect of Temoperature and pH
Value 0n The Growth Rate Contants Of Nitrifying Bacteria in the
Activated Sludge Process. Water Research. 17 : 237-248. 1983.
Peavy, H.S., Rowe, D.R, AND Tchobanoglous, S.G., "Environmental
Engineering ", Mc Graw-Hill Book Company, Singapore, 1986.
Peavy, Howard S., Rowe, Donald R., and Tschobanoglous, George,
"Environmental Engineering", McGraw-Hill Intrernational Editions,
New York , 1986.
Qasim, Syed R., Wastewater Treatment Plans, CBS College Publishing,
1985.
210
DRAFT FINAL
211
DRAFT FINAL
LAMPIRAN :
1. BAKTERIOLOGIS
212
DRAFT FINAL
2. KIMIA
213
DRAFT FINAL
214
DRAFT FINAL
Trichloroethene (g/liter) 70
Tetrachloroethene (g/liter) 40
Benzene (g/liter) 10
Toluene (g/liter) 700
Xylenes (g/liter) 500
benzo[a]pyrene (g/liter) 0,7
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene (g/liter) 300
1,2 -dichlorobenzene (g/liter) 1000
1,4 -dichlorobenzene (g/liter) 300
Trichlorobenzenes (total) (g/liter) 20
Lain- lain
di(2-ethylhexy)adipate (g/liter) 80
di(2-ethylhexy)phthalate (g/liter) 8
Acrylamide (g/liter) 0.5
Epichlorohydrin (g/liter) 0.4
Hexachlorobutadiene (g/liter) 0.6
edetic acid (EDTA) (g/liter) 200
Nitriloacetic acid (g/liter) 200
Tributyltin oxide (g/liter) 2
215
DRAFT FINAL
E. Pestisida
216
DRAFT FINAL
217
DRAFT FINAL
Dichloroacetonitrile (g/liter) 90
Dibromoacetonitrile (g/liter) 100
Trichloroacetonitrile (g/liter) 1
Cyanogen chloride (g/liter) 70
(sebagai CN) (g/liter) 25
3. RADIOAKTIFITAS
Kekeruhan NTU 5
MENTERI KESEHATAN RI
ttd.
218
DRAFT FINAL
219