Anda di halaman 1dari 118

TUGAS BESAR

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN PERPIPAAN


BANGUNAN GEDUNG MALL DELAPAN LANTAI

Dosen Pembimbing
Ririn Endah Badriani, S.T,, M.T.
NIP. 19720528199802001

Disusun oleh :
Nuni Aunillah (201910601028)
Yangga Purnagusti (201910601040)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Besar Plambing disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Mata


Kuliah Plambing Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Jember telah disetujui dan disahkan pada :

Hari, tanggal : Rabu, 17 Juni 2022


Tempat : Fakultas Teknik, Universitas Jember.

Anggota kelompok 1, Anggota kelompok 2,

Nuni Aunillah Yangga Purnagusti


NIM. 201910601028 NIM. 201910601040

Mengesahkan,
Dosen Pembimbing,

Ririn Endah Badriani, S.T., M.T.


197205281998022001

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, kemudahan serta kelancaran bagi saya dalam menulis
Laporan Tugas Besar Plambing. Tidak lupa Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman
kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini. Penyusunan Laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Plambing pada Program
Studi S-1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan menyemangati dalam penyusunan Laporan Tugas Besar
Plambing, ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril dan
materil, serta selalu memberikan dukungan serta doa dalam setiap
kesulitan yang kami alami dalam pembuatan tugas ini.
2. Ibu Ririn Endah Badriani, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
Plambing dan Tugas Plambing atas ilmu serta materi dalam perkuliahan
yang banyak membantu dalam pembuatan tugas ini.
3. Mbak Resky Try Viana selaku asisten mata kuliah Tugas Plambing yang
selalu setia memberikan arahan dalam pembuatan tugas ini.
4. Teman-teman angkatan 2020 Program Studi Teknik Lingkungan yang
telah menjadi rekan diskusi serta memberikan bantuan dalam pembuatan
tugas ini
Kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari beberapaa
pihak. Kami menyadari tugas besar ini masih ada kekurangan sehingga
mengharapkan komentar dan masukan dari pembaca. Semoga Laporan Tugas
Besar Mata Kuliah Plambing dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jember, 13 Juni 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 7
DAFTAR GAMBAR 10
BAB I PENDAHULUAN 12
Latar Belakang 12
Tujuan 13
Ruang Lingkup 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15


2.1. Kebutuhan Air Bersih 15
2.1.1. Metode Jumlah Penghuni dan Luas Lantai 15
2.1.2. Metode Jumlah Alat Plambing 16
2.1.3. Metode Unit Beban Alat Plambing 17
2.2. Sistem Penyediaan Air Bersih di Gedung Bertingkat 18
2.2.1. Sistem Sambungan Langsung 18
2.2.2. Sistem Tangki Atap 19
2.2.3. Sistem Tangki Tekan 20
2.2.4. Sistem Tanpa Tangki 21
2.3. Sistem Penyaluran Air Limbah di Gedung Bertingkat 22
2.3.1. Sistem Penyaluran Terpisah 23
2.3.2. Sistem Penyaluran Konvesional 24
2.3.3. Sistem Ven 25
2.4. Sistem Hidran Kebakaran 26
2.4.1. Pengertian Umum Hidran 26
2.4.2. Alat-alat Hidran 27
2.4.3. Jenis-jenis Hidran 28
2.4.4. Kebutuhan Air Hidran 29
2.5. Sistem Drainase Air Hujan 30
2.5.1. Perencanaan Pipa dan Kemiringan 30
2.5.2. Drainase Atap 34
2.5.3. Perhitungan Curah Hujan 34
2.6. Reservoir 34

4
2.6.1. Ground Water Tank (GWT) 35
2.6.2. Rooftank 36
2.6.3. Sumur Resapan 36
2.6.4. Septic Tank 38
2.7. Pompa 38
2.7.1. Jenis Pompa 39
2.7.2. Headlosses 41
2.7.3. Perhitungan Daya Pompa 41
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 42
3.1. Rencana Konsep 42
3.1.1. Jenis Gedung 42
3.1.2. Jumlah Unit Alat Plambing 42
3.2. Denah Bangunan 42
3.3. Rencana Dasar 43
3.4. Sistem Penyediaan Air Bersih 43
3.4.1. Kriteria Penyediaan Air Bersih 44
3.5. Sistem Penyaluran Air Limbah dan Ven 45
3.5.1. Kriteria Perencanaan Air Buangan dan Ven 45
3.6. Sistem Hidran 47
3.7. Sistem Drainase 48
3.8. Reservoir 48
3.9. Pompa 49
BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 51
Kebutuhan Air Bersih 51
Perhitungan Kebutuhan Air tiap Lantai sesuai dengan Peruntukannya 51
Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing 56
Sistem Penyediaan Air Bersih 62
Sistem Penyaluran Air Limbah 67
Perencanaan Dimensi Pipa Air Buangan 68
Perencanaan Sistem Ven 72
Sistem Hidran Kebakaran 76
Penaksiran Kebutuhan Air Sistem Hydrant 77
Spesifikasi Fire Hose Reel 79
Spesifikasi Pillar Hydrant 80
Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Dalam gedung 80
Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Luar Gedung 82
Total Debit Air untuk Kebakaran (Fire House Hydrant dan Pillar Hydrant)
82

5
4.6. Sistem Drainase Air Hujan 83
Perhitungan Roof drain 84
Sumur Resapan 89
4.7. Kapasitas Reservoar 90
4.7.1. Tangki Atas (Roof Tank) 90
4.7.2. Tangki Bawah (Ground Water Tank) 92
4.8. Kapasitas Pompa 94
4.8.1. Kapasitas Pompa Air Bersih 94
4.8.2. Kapasitas Pompa Fire Hydrant 97
4.9. Bill of Quantity (BoQ) 100
4.9.1. Bill of Quantity (BoQ) Perpipaan 101
4.9.2. Bill of Quantity (BoQ) Alat Plambing 103
4.9.3. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant 104
4.9.4. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain 104
4.9.5. Bill of Quantity (BoQ) Reservoar 104
4.9.6. Bill of Quantity (BoQ) Pompa 104
4.9.7. Sumur Resapan 105
4.10. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 105
RAB Sistem Air Bersih 105
RAB Sistem Air Limbah dan Ven 106
RAB Sistem Drainase Air Hujan 107
RAB Aksesoris Pipa 107
RAB Hydrant Kebakaran 108
RAB Reservoir 108
RAB Pompa 109
RAB Biaya Pekerja 109
Total RAB 109

BAB 5 KESIMPULAN 111


DAFTAR PUSTAKA 112
LAMPIRAN 116

6
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. UBAP penyediaan air dan ukuran minimum pipa cabang 6
Tabel 2.2. Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai 14
Tabel 2.3. Peletakan Hidran Berdasarkan Luas Lantai Klasifikasi Bangunan 14
Tabel 2.4. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 1% 18
Tabel 2.5. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 2% 18
Tabel 2.6. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 4% 19
Tabel 2.7. Ukuran Talang Atap, Pipa Utama, dan Perpipaan Tegak Air Hujan 19
Tabel 3.1. Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal 30
Tabel 4.1. Jumlah Alat Plambing di Lantai 1 Parkir 38
Tabel 4.2. Jumlah Alat Plambing di Lantai 2-6 Pertokoan 38
Tabel 4.3. Jumlah Alat Plambing di Lantai 7 Food Court/ Restoran 39
Tabel 4.4. Jumlah Alat Plambing di Lantai 8 Bioskop 39

7
Tabel 4.5. Pemakaian Air pada Alat Plambing 39
Tabel 4.6. Nilai Unit Beban Alat Plambing 41
Tabel 4.7. Jumlah Alat Plambing di Lantai Parkiran 41
Tabel 4.8. Jumlah Alat Plambing di Lantai Pertokoan 42
Tabel 4.9. Jumlah Alat Plambing di Lantai Restoran 42
Tabel 4.10. Jumlah Alat Plambing di Lantai Bisokop 43
Tabel 4.11. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 1 Parkiran 45
Tabel 4.12. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 2-6 Pertokoan 46
Tabel 4.13. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 7 Restoran 46
Tabel 4.14. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 8 Bioskop 47
Tabel 4.15. Pipa Tegak Air Bersih 48
Tabel 4.16. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 1 Parkir 50
Tabel 4.17. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 2-6 Pertokoan 51
Tabel 4.18. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 7 Restoran 51
Tabel 4.19. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 8 Bioskop 52
Tabel 4.20. Pipa Tegak Air Limbah 53
Tabel 4.21. Perhitungan Pipa Ven Lantai 1 Parkir 54
Tabel 4.22. Perhitungan Pipa Ven Lantai 2-6 Pertokoan 55
Tabel 4.23. Perhitungan Pipa Ven Lantai 7 Restoran 56
Tabel 4.24. Perhitungan Pipa Ven Lantai 8 Bioskop 56
Tabel 4.25. Pipa Tegak Ven 57
Tabel 4.26. Jumlah Unit Hidran Kebakaran Tiap Lantai 60
Tabel 4.27. Spesifikasi Fire Hose Reel 60
Tabel 4.28. Spesifikasi Pillar Hydrant 61
Tabel 4.29. Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal 65
Tabel 4.30. Dimensi Roof tank 71
Tabel 4.31. Dimensi Ground Water Tank 73
Tabel 4.32. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 80
Tabel 4.33. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Bersih 80
Tabel 4.34. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Limbah dan Ven 80
Tabel 4.35. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Limbah dan Ven 81

8
Tabel 4.37. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Bersih 81
Tabel 4.38. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven 81
Tabel 4.39. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 82
Tabel 4.40. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant 82
Tabel 4.41. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain 83
Tabel 4.42. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 83
Tabel 4.43. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 83
Tabel 4.44. RAB Pipa Air Bersih 84
Tabel 4.45. RAB Pipa Tegak Air Bersih 84
Tabel 4.46. RAB Pipa Air Limbah dan Ven 85
Tabel 4.47. RAB Pipa Tegak Air Limbah dan Ven 85
Tabel 4.48. RAB Pipa Drainase Air Hujan 85
Tabel 4.50. RAB Aksesoris Pipa Air Bersih 86
Tabel 4.51. RAB Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven 86
Tabel 4.52. RAB Hydrant Kebakaran 87
Tabel 4.53. RAB Reservoir 87
Tabel 4.54. RAB Pompa 87
Tabel 4.55. RAB Biaya Pekerja 87
Tabel 4.56. Total RAB 88

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem Sambungan Langsung 7


Gambar 2.2. Sistem Sambungan Atap 8
Gambar 2.3. Sistem Sambungan Atap 9
Gambar 2.4. Hidran Kebakaran 15
Gambar 2.5. Hidran Halaman 15
Gambar 3.1 Denah Bangunan Lantai 1 28
Gambar 4.1. Denah Bangunan 35
Gambar 4.2. Kurva Perkiraan Beban Kebutuhan Air untuk UBAP sampai
dengan 3000 44
Gambar 4.3 Denah Sanitair dan Jaringan Perpipaan Air Bersih, Air Limbah
dan Ven 45
Gambar 4.4. Isometri Pipa Air Bersih 46
Gambar 4.6. Isometri Pipa Air Buangan 51
Gambar 4.7. Isometri Hidran Kebakaran 63

10
Gambar 4.9. Denah Atap per Segmen 65

11
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,


Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,
kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus. Dalam pasal 3 pada UU tersebut juga dikatakan bahwa
untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, dan sesuai dengan
tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya,
harus menjamin keandalan bangunan gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Mall atau pusat perbelanjaan modern adalah pusat perbelanjaan
yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebagai daya
tarik terhadap retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi
bangunan, seperti toko yang menghadap ke koridor utama Mall atau
pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah Pusat Perbelanjaan
Modern (Mall), dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang
komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan penjual
(Maitland, 1985).
Pembangunan mall pastinya akan mengakibatkan peningkatan
volume air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Apabila air
limbah tidak diolah dengan baik akan menimbulkan permasalahan baru
pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu untuk memenuhi standar
bangunan mall yang baik dibutuhkan perencanaan sistem penyaluran air
buangan di gedung tersebut. Bangunan gedung mall membutuhkan sistem
sanitasi untuk memenuhi pembuangan air limbah dan kebutuhan air bersih.

12
Dengan merencanakan sistem plambing yang baik maka nantinya
dapat memberikan sanitasi yang baik pula. Dalam perencanaan sistem
plambing air bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan
digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam
pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin
timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih
dan pencegahan pemadam kebakaran (Rinka et al., 2014).
Pentingnya sistem plambing pada instalasi penyediaan air bersih
dan pembuangan air limbah pada bangunan gedung mall lahan parkir satu
lantai, maka untuk perancangan sistem instalasi penyediaan air bersih
perlu dilakukan dengan baik agar pada waktu pengoperasian gedung mall
tidak menimbulkan berbagai permasalahan.

1.2. Tujuan

Maksud tugas besar ini adalah merencanakan sistem plambing


untuk gedung mall lahan parkir satu lantai. Tujuan dari penulisan Laporan
Tugas Besar Plambing, sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan air bersih di gedung mall lahan parkir satu
lantai
2. Merencanakan sistem penyaluran air limbah di gedung mall lahan
parkir satu lantai
3. Merencanakan sistem penyediaan air bersih di gedung mall lahan
parkir satu lantai
4. Merencanakan sistem hidran kebakaran
5. Merencanakan sistem drainase air hujan
6. Menentukan kapasitas reservoir
7. Menentukan kapasitas pompa serta menentukan spesifikasi pompa
yang digunakan

13
1.3. Ruang Lingkup

Dalam perencanaan gedung mall lahan parkir satu lantai perlu


memperhatikan beberapa aspek untuk menentukan perencanaannya.
Aspek-aspek tersebut, diantara lain :

1. Kebutuhan air
2. Sistem perpipaan air bersih
3. Penentuan diameter pipa air bersih
4. Penentuan jumlah dan letak ground reservoir dan roof tank
5. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas
6. Penentuan diameter pipa air kotor dan air bekas
7. Penentuan jumlah sumur resapan yang akan digunakan
8. Sistem drainase gedung

14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih biasanya ditentukan oleh beberapa faktor


dalam pemeliharaannya ketersediaan air yang dialokasikan untuk warga,
faktor-faktor tersebut adalah debit, kuantitas. dan kualitas air yang
memadai dan sesuai dengan peraturan Indonesia saat ini. Strategi
pemenuhan kebutuhan air bersih dapat diterapkan dengan melihat kondisi
area studi atau sumber air baku yang akan digunakan sebagai tempat
pengambilan air bersih ini. kualitas dan kuantitas air baku yang
mendukung akan membantu dalam proses pengelolaan dan pengolahan air
yang optimal. Kebutuhan air bersih dapat dihitung dengan beberapa
metode. Perhitungan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga macam metode, yakni metode jumlah penghuni dan
luas lantai, metode jumlah alat plambing, dan metode unit beban alat
plambing.

2.1.1. Metode Jumlah Penghuni dan Luas Lantai

Metode perhitungan kebutuhan air bersih dapat dihitung


derdasar pemakaian rerata tiap penghuni per hari. metode ini cukup
mudah untuk digunakan dalam perancangan dan tak hanya itu,
metode ini dapat digunakan meskipun belum ditentukan jenis dan
jumlah alat plambing yang akan digunakan. penentuan jumlah
penghuni adalah suatu faktor yang sangat penting dalam
menghitung kebutuhan air bersih dalam metode ini. perhitungan
secara matematis dapat dilihat sebagai berikut.
Q (m3/hari) = populasi (jiwa) × standar pemakaian air bersih
(L/O/H)
jika data jumlah penghuni tidak ada, maka dapat digunakan
perhitungan berdasar luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian
per luas lantai. luas lantai yang dimaksud adalah luas efektif, yang

15
nilainya 55-80% dari total luas keseluruhan. perhitungan berdasar
luas lantai dapat dilihat sebagai berikut.
1. Menghitung Luas Bangunan
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
Luas Bangunan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
………………….(2.1)

2. Menghitung Luas Efektif


Luas Efektif Bangunan = Perbandingan Luas Lantai
Total x Luas Bangunan ………………..……………(2.2)
3. Menghitung jumlah penghuni
Kepadatan penduduk atau penghuni antara 5-10 m3/orang
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐺𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Jumlah penghuni = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖
………….….(2.3)

(Noerbambang, S. M., 2005)

2.1.2. Metode Jumlah Alat Plambing

Pada metode ini alat plambing ditetapkan dalam suatu unit


beban. perhitungan metode ini bedasar kondisi pemakaian air dan
jumlah dari setiap jenis alat plambing yang digunakan pada gedung
mall 8 lantai. metode perhitungannya tergantung dalam hal
perkiraan faktor pemakaian alat plambing secara bersamaan. ketika
alat plambing dipakai serentak maka jumlah air yang digunakan
akan makin meningkat.
Perhitungan air bersih dalam gedung menurut (Noerbambang
& Morimura, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian air dalam satu hari (Qd)
𝑄𝑑 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 × 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟……….(2.4)
2. Antisipasi Kebocoran (Qd total)
𝑄𝑑 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (100% + 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟) × 𝑄𝑑 ...….(2.5)
3. Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari (Qh)
𝑄𝑑
𝑄ℎ = 𝑡
………………………………………….…(2.6)

4. Pemakaian air pada jam puncak (Qh max)


𝑄ℎ 𝑚𝑎𝑥 = 𝐶1 × 𝑄ℎ ……..…...…………..…………(2.7)

16
5. Pemakauan air pada menit puncak
𝑄ℎ
𝑄𝑚 𝑚𝑎𝑥 = 𝐶2 × ( 60 ) ……………………………..(2.8)

Keterangan :
Qh = pemakaian air rata-rata per jam (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata per hari (m3/hari)
T = waktu pemakaian rata-rata gedung (jam/hari)
Qh max = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
Qm max = Pemakaian air pada menit puncak (m3/menit)
C1 = Konstanta (1,50 - 2,0) tergantung pada lokasi dan
pengggunaan gedung
C2 = Konstanta (2,0 - 4,0) tergantung pada lokasi dan
pengggunaan gedung

2.1.3. Metode Unit Beban Alat Plambing

Perhitungan pada metode ini mengacu pada besarnya unit


beban alat plambing dalam gedung bertingkat. Penetapan setiap
alat plambing suatu unit beban (fixture unit) harus dipertimbangkan
karena beban tiap alat sangat berpengaruh pada tingkat kebutuhan
air bersih. Setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua
alat plambing yang dilayani. Kemudian dicari besar laju aliran air
menggunakan kurva. Perhitungan berdasar unit beban alat
plambing dapat dirumuskan sebagai berikut. (Noerbambang &
Morimura, 2000).
Qs = n × h ...…………………………………………..(2.9)
Dimana:
Qs = Hasil penjumlahan tiap unit beban alat plambing di
gedung bertingkat
n = Jumlah lantai gedung
h = Jumlah perhitungan unit beban alat plambing

17
Tabel 2.1. Unit beban alat plambing sistem penyediaan air dan
ukuran minimum pipa cabang

Perlengkapan atau Peralatan Umum (UBAP)

Pencuci piring 1,0

Lavatory 1,0

Kloset 2,5

Urinal 2
Sumber : SNI 8153:2015

2.2. Sistem Penyediaan Air Bersih di Gedung Bertingkat

Sistem penyediaan air bersih dirancang untuk mengalirkan air bersih


ke lantai atas dan bawah di gedung-gedung bertingkat. Penyediaan air
bersih pada area bangunan penting untuk menunjang keberlangsungan
aktivitas manusia di dalam bangunan. Ada beberapa jenis sistem yang
dapat digunakan untuk penyediaan air bersih, antara lain sistem
sambungan langsung, tangki atap, tangki tekan, dan tanpa tangki.

2.2.1. Sistem Sambungan Langsung

Sistem sambungan langsung umumnya digunakan pada


bangunan kecil dan bertingkat rendah serta area perumahan.
Karena tekanan listrik yang terbatas, fungsi sistem ini perlu
dipetakan. Biasanya sistem ini terhubung langsung ke listrik.
Menurut (Noerbambang & Morimura, 2005), pipa distribusi dalam
gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air
bersih sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan
gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada
perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas
dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa
cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air
Minum.

18
Gambar 2.1. Sistem Sambungan Langsung (Sumber :
Noerbambang dan Morimura, 2005)

2.2.2. Sistem Tangki Atap

Prinsip dari sistem ini adalah bahwa volume air yang


didistribusikan pertama kali ditampung di tangki bawah dan
kemudian mengalir ke seluruh bangunan. Tangki ini biasanya
diletakkan di atas gedung atau rumah bertingkat. Lokasi tangki
atap sangat penting karena menentukan jumlah tekanan yang akan
dibuat.
Menurut (Morimura dan Noerbambang, 1984), pada sistem
ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas
atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Air dari tangki ini
kemudian didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem tangki atap
dapat dilihat pada Gambar 2.2. Sistem ini diterapkan karena
alasan-alasan sebagai berikut:
a. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang teradi
pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan
ini hanyalah akibat perubahSistem pompa yang menaikkan
air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang
sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan.

19
b. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
c. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan
dengan misalnya tangki tekan.an muka air dalam tangki
atap.

Gambar 2.2. Sistem Sambungan Atap (Sumber : Noerbambang &


Morimura, 1984)

2.2.3. Sistem Tangki Tekan

Prinsip tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah


ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu tangki
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompesi. Air dari tangki
tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Daerah
fluktuasi tekanan tergantung pada tinggi bangunan, misalnya untuk
bangunan 2 sampai 3 lantai tekanan air harus mencapai 1,0 kg/cm²
sampai 1,5 kg/cm² atau 10 mka sampai 11,5 mka (muka kolam air),
maka sebenarnya volume air efektif yang akan mengalir hanyalah
sekitar 10% dari volume tangki. Sistem tangki tekan dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

20
Gambar 2.3. Sistem Sambungan Atap (Sumber : Noerbambang &
Morimura, 1984)
Kelebihan dari sistem tangki tekan diantaranya, yaitu :
1. Lebih estetik dibandingkan dengan sistem tangki atap.
2. Perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan pada
ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih murah dibandingkan dengan sistem tangki
atap.
Kekurangan-kekurangannya:
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm² sangat besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap.
2. Dengan berkurangnya udara, kompresor merupakan
kebutuhan mutlak untuk dipasang.
3. Lebih berfungsi sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem
penyimpanan air seperti tangki atap.
4. Pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan
pada saklar lebih cepat.
(Noerbambang dan Morimura, 1984)

2.2.4. Sistem Tanpa Tangki

Pemerintah tidak mengizinkan sistem tanpa tangki digunakan


di Indonesia. Seperti namanya, sistem ini diterapkan untuk

21
menyediakan air bersih tanpa menggunakan tangki. Prinsip dari
sistem ini adalah pertama pompa melakukan proses pemompaan air
dari induk, kemudian air yang tersedia dikirim ke area distribusi.

2.3. Sistem Penyaluran Air Limbah di Gedung Bertingkat

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 12


Tahun 2020 Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan
menurut (Tchobanoglous et al., 2003), yang dimaksud air limbah (waste
water) adalah kombinasi dari cairan dan sampah–sampah (air yang berasal
dari daerah permukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri)
bersama–sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada.
Menurut (Noerbambang dan Morimura, 2005) Jenis air buangan atau
sering disebut air limbah dapat diartikan sebagai semua air yang dibuang,
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan,
ataupun yang mengandung sisa-sisa proses dari industri. Klasifikasi
menurut jenis air buangan :
a. Sistem Pembuangan Air Bekas
Sistem pembuangan air hujan bekas adalah sistem
pembuangan dimana air kotor yang berasal dari urinoir, kloset, dan
lain-lainnya yang dikumpulkan dan dialirkan keluar.
b. Sistem Pembuangan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor merupakan sistem pembuangan
dengan cara air bekas dari gedung dikumpulkan dan dialirkan ke
luar.
c. Sistem Pembuangan Air Hujan
Sistem pembuangan air hujan merupakan sistem pembuangan
dengan cara air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya
dikumpulkan dan dialirkan keluar.
Sistem penyaluran air limbah diperlukan untuk mengalirkan air
buangan dari fasilitas saniter terpasang dalam bangunan menuju ke saluran

22
pembuangan kota. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyaluran air limbah adalah :
1. Pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya garis energinya sama
dengan kemiringan muka air, atau sama dengan kemiringan (slope)
pipa.
2. Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope pipa
(kemiringan pipa).
3. Sambungan dalam perpipaan air buangan harus menggunakan Y-tee
dan Y-cross.
4. Harus dibarengi dengan perpipaan ven.
(Reza dkk., 2016)

2.3.1. Sistem Penyaluran Terpisah

Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate


system/full sewerage adalah sistem dimana air buangan disalurkan
tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air
hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air
yang tidak tercemar (Fajarwati, 2000). Sistem ini digunakan
dengan pertimbangan antara lain:
a. Periode musim hujan dan kemarau lama,
b. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air
buangan domestik,
c. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih
dahulu, sedangkan airhujan harus secepatnya dibuang ke
badan penerima,
d. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air
hujan) pada musimkemarau dan musim hujan relatif besar,
e. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan
air hujan dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit
terbuka (ditch).

23
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran
mempunyai dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan
dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya.Sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan
masing-masing sistem saluran (Zevri, 2010).

2.3.2. Sistem Penyaluran Konvesional

Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer)


merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air buangan
ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan atau tempat
pembuangan akhir seperti badan air penerima.Sistem ini terdiri dari
jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani
penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas
(Dewiandratika, 2002).
Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa
manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila
kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan harus
dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi
ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk
membersihkan diri.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem
penyaluran konvensional: Suplai air bersih yang tinggi karena
diperlukan untuk menggelontor.
a. Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan.
o Aliran dalam pipa harus aliran seragam.
b. Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0.6
m/det). Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang
agar dapat mengalirkan padatan.
c. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvnsional
3m/detik.

24
Kelebihan sistem penyaluran konvensional adalah tidak
diperlukannya suatu tempat pengendapan padatan atau tangki
septik. Sedangkan kekurangan dari sistem penyaluran
konvensional antara lain:
a. Biaya konstruksi relatif mahal.
b. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan
dengan saluransmall bore sewer, karena dua sistem tersebut
membawa air buangan dengan karakteristik berbeda
sehingga tidak boleh ada cabang dari system konvensional
bersambung ke saluran small bore sewer (Zevri, 2010).

2.3.3. Sistem Ven

Sistem ven pipa merupakan bagian penting dari sistem


pembuangan air dalam gedung. Sistem ven berfungsi untuk
mensirkulasikan udara ke seluruh bagian sistem perpipaan air
buangan agar sekat air dilindungi dari efek siphon dan tekanan
balik. Perencanaan sistem ven tergantung dari alat plumbing yang
dilayaninya, posisi dan fungsi sistem ven dalam perpipaan air
buangan. Fungsi dari sistem Ven adalah menjaga perangkap agar
tetap mempunyai sekat air, maka pipa ven harus dipasang agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Menurut (Soufyan. dkk,
2000). Sistem itu sendiri dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
a. Sistem vent tunggal (individu)
Pipa vent dipasang untuk melayani satu alat plambing
dan disambungkan pada sistem vent lainnya atau langsung
terbuka ke udara luar.
b. Sistem vent lup
Pipa vent yang melayani dua atau lebih perangkap alat
plambing dan disambungkan kepada vent pipa tegak.

25
c. Sistem vent tegak
Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air
buangan diatas cabangmendatar pipa air buangan tertinggi.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem
plambing antara lain kemiringan pipa vent, cabang pada pipa vent,
letak bagian mendatar pipa vent, dan ujung pipa vent (Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

2.4. Sistem Hidran Kebakaran

Menurut UU No.28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung dalam


pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa keandalan bangunan gedung adalah
keandalan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan
kebutuhan fungsi yang diterapkan. Bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan keselamatan salah satunya yaitu kemampuan gedung
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.

2.4.1. Pengertian Umum Hidran

Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut


pancar (nozzle = nozel) untuk mengalirkan air bertekanan yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Sistem Hidran
Kebakaran adalah sistem proteksi kebakaran yang dipasang di
dalam bangunan dengan sistem dan peralatannya disediakan oleh
pengelola atau pemilik bangunan.
Penentuan jumlah hidran pada sebuah gedung harus
memperhatikan aspek luas lantai, klasifikasi dan jumlah lantai
gedung. Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai
adalah sebagai berikut :

26
Tabel 2.2. Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah
Lantai

Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah lantai

A Ketinggian sampai 8 m atau 1 lantai

B Ketinggian sampai 8 m atau 2 lantai

C Ketinggian sampai 14 m atau 4 lantai

D Ketinggian sampai 40 m atau 8 lantai

E Ketinggian diatas 8 m atau lebih dari 8


lantai
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987

Tabel 2.3. Peletakan Hidran Berdasarkan Luas Lantai Klasifikasi


Bangunan

Klasifikasi Ruang Tertutup Ruang Tertutup dan Terpisah


Bangunan (buah/luas lantai) (buah/luas lantai)

A 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2

B 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2

C 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2

D 1 buah/800 m2 2 buah/800 m2

E 1 buah/800 m2 2 buah/800 m2
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987

2.4.2. Alat-alat Hidran

Berdasarkan KEPMEN PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang


ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan, diperlukan perencanaan dan
perancangan instalasi pemadam kebakaran yang dirancang
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diharapkan
dapat memberikan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi
pengguna bangunan.

27
Hidran kebakaran adalah suatu sistem instalasi pemipaan berisi
air bertekanan tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk
memadamkan kebakaran (SNI 03-3989-2000). Setiap sistem
pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
1 (satu) jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap
saat (SNI 1745-1989-F).

2.4.3. Jenis-jenis Hidran

Berdasarkan penggunaannya jenis hidran dapat


diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut :
a. Sistem Hidran Gedung
Hidran gedung adalah hidran yang dipasang atau
terletak didalam bangunan

Gambar 2.4. Hidran Kebakaran (Sumber : proxsisgroup.com)

b. Sistem Hidran Halaman


Hidran Halaman ialah hidran yang terletak diluar atau
daerah bangunan instalasi dan peralatan serta sumber air
disediakan oleh pihak pemilik / pengelola bangunan /
gedung.

28
Gambar 2.5. Hidran Halaman (Sumber : firehydrant.id)
(Sari, 2016)
c. Sistem Hidran Kota
Hidran Kota adalah hidran yang terpasang di tepi
atau sepanjang jalan pada daerah perkotaan yang
dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah
Daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran.
Persediaan air untuk hidran jenis ini dipasok oleh
Perusahaan Air Minum setempat (PAM).

2.4.4. Kebutuhan Air Hidran

Jumlah pasokan air untuk hidran yang dibutuhkan


ditunjukan dalam rumus sebagai berikut :
V = Q x t ………..…………………………………(2.5)
Keterangan :
V = Volume air yang dibutuhkan (liter)
Q = Debit aliran untuk hidran (liter/menit)
t = Waktu pasokan air simpanan (menit)
a. Kebutuhan Air Fire Hydrant
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan air untuk
sprinkler adalah sebagai berikut :
1. Dihitung jumlah sprinkler sesuai dengan luasan ruangan
serta jangkauan kerja maksimum sprinkler.
2. Dihitung total sprinkler dalam satu gedung.

29
3. Ditentukan kapasitas pengaliran untuk tiap kepala
sprinkler pada bahaya kebakaran ringan.
4. Dihitung debit total seluruh sprinkler dalam gedung
Qtotal sprinkler = Qsprinkler x Ʃ𝑠𝑝𝑟𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟 ……(2.6)
5. Volume air yang dibutuhkan untuk kebutuhan sprinkler
(Vsprinkler)
Vsprinkler = Qtotal sprinkler x T ……….....……(2.7)
Dimensi pipa fire hydrant dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (2.8). Diameter pipa pembagi dan pipa
tegaknya dapat ditentukan sesuai dengan pedoman SNI
03-3989-2000.
2 4×𝑄
D= 𝑉×π
………..………………………..….………..(2.8)

2.5. Sistem Drainase Air Hujan

Definisi drainase secara garis besar yaitu adalah suatu tindakan


teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik air yang berasal dari air hujan,
rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan
agar fungsi dari kawasan tersebut tidak terganggu. Drainase jugas
diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut (Suripin, 2004).

2.5.1. Perencanaan Pipa dan Kemiringan

Pengecekan saluran draindase gedung perlu diperhatikan


beberapa aspek, diantara lain :
a. Kemiringan
Kemiringan pipa air hujan datar yang dengan ukuran 75 mm
harus dipasang dengan kemiringan minimal 2% dan untuk pipa
dengan ukuran yang lebih besar memiliki kemiringan 1%.
Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila telah

30
dibenarkan oleh pihak pejabat yang berwenang (SNI
03-7065-2005). Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45o ,
belokan jari-jari besar 90o, belokan 60o, 45o, 22.5o atau gabungan
belokan tersebut atau gabungan penyambung ekivalen yang
dibenarkan kecuali termuat dalam SNI 03-6481- 2000.
b. Talang Datar
Ukuran talang harus sesuai dengan daerah tangkapan hujan
(dalam hal ini atap gedung) dan debit hujan yang akan diterima
seperti pada tabel 2.4, tabel 2.5, dan tabel 2.6 tentang Penentuan
Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal.. Selain itu kondisi kinerja
talang datar untuk mengalirkan air secara optimum juga harus
diperhatikan (SNI 8153:2015).
c. Talang Tegak
Sama halnya dengan talang datar, kondisi talang tegak juga
harus mengatur kesesuaian ukuran talang tegak dengan daerah
tangkapan hujan dan juga debit air hujan yang akan diterima.
Standar talang tegak dapat dilihat pada tabel 2.7 tentang Ukuran
talang atap, pipa utama, dan perpipaan tegak air hujan. Selain itu
harus adanya pemeliharaan rutin untuk tetap menjaga kondisi
talang tetap optimal (SNI 8153:2015).
d. Screen atau Saringan
Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Screen
harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap
atau talang datar yang diukur dari lubang masuk talang tegak.
Jumlah lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas
penampang talang tegak. Tetapi untuk dipasang rata dengan
permukaan atap. Untuk jenis saringan rata ketentuannya adalah
tidak boleh memiliki jumlah lubang 2 kali lebih luas dari talang
tegak (SNI 03-7065-2005).

31
Tabel 2.4. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 1%

Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)

Inci L/det 25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4


mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam

3 0,06 305 153 102 76 61 51

4 2,04 699 349 233 175 140 116

5 4,68 1241 621 414 310 248 207

6 8,34 1988 994 663 497 398 331

8 13,32 4273 2137 1427 1068 855 713

10 28,68 7692 3846 2564 1923 1540 1282

12 51,6 12374 6187 4125 3094 2476 2062

15 83,04 22110 11055 7370 5528 4422 3683


Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2015

Tabel 2.5. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 2%

Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)

Inci L/det 25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4


mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam

3 2,88 431 216 144 108 86 72

4 6,6 985 492 328 246 197 164

5 11,76 1754 877 585 438 351 292

6 18,84 2806 1403 935 701 561 468

8 40,62 6057 3029 2019 1514 1211 1012

10 72,84 10851 5425 3618 2713 2169 1812

12 117,18 17465 8733 5816 4366 3493 2912

15 209,46 31214 15607 10405 7804 6248 5202


Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2015

32
Tabel 2.6 Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 4%

Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)

Inci L/det 25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4


mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam

3 4,1 611 305 204 153 122 102

4 9,4 1397 699 465 349 280 232

5 16,7 2482 1241 827 621 494 413

6 26,7 3976 1988 1325 994 797 663

8 57,4 8547 4273 2847 2137 1709 1423

10 103,3 15384 7692 5128 3846 3080 2564

12 166,1 24749 12374 8250 6187 4942 4125

15 296,8 44220 22110 14743 11055 8844 7367


Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2015

Tabel 2.7. Ukuran Talang Atap, Pipa Utama, dan Perpipaan Tegak
Air Hujan
Ukuran Debit Luas atap maksimum yang diperbolehkan pada berbagai nilai curah hujan (m2)
Pipa

Inci L/det 25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4 178 203 229 254
mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/ja mm/ja mm/jam mm/ja mm/jam
m m m

3 4,1 268 134 89 67 53 45 38 33 30 27

4 9,4 818 409 272 204 164 137 117 102 91 82

5 16,7 1709 855 569 427 342 285 244 214 190 171

6 26,7 3214 1607 1071 804 643 536 459 402 357 321

8 57,4 5017 2508 1672 1254 1003 836 717 627 557 502

10 103,3 10776 5388 3592 2694 2155 1794 1539 1347 1197 1078

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2015

33
2.5.2. Drainase Atap

Drainase terbagi dua yaitu drainase atap dan drainase


bawah tanah. Pengaliran air hujan pada gedung dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu dengan sistem gravitasi dan sistem
bertekanan. Sistem gravitasi ialah sistem yang melalui pipa dari
atap atau balkon gedung menuju lantai dasar untuk disalurkan pada
penampung air hujan. Sedangkan pada sistem bertekanan air hujan
yang masuk ke lantai dasar kemudian dipompakan untuk
selanjutnya menuju penampung air hujan (SNI 03-7065-2005).

2.5.3. Perhitungan Curah Hujan

Batngunan gedung harus memiliki perlengkapan drainase


untuk menyalurtkan air hujan dari atap dan halaman (dengan
pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran
kota. Drainase juga digunakan agar air hujan cepat menghilang dan
tidak menggenang. Pengaliran air hujan dilakukan dengan dua
cara, yaitu sistem gravitasi dan sistem bertekanan (Storm Water).
Sistem Gravitasi dialirkan melalui pipa dari atap balkon menuju
lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota (Pynkyawati &
Wahadamaputera, 2015). Data hujan juga diperlukan pada saat
penilaian sistem drainase gedung sebagai kesesuaian sistem
drainase. Perhitungan data hujan harus terus diulang
perhitungannya.

2.6. Reservoir

Reservoir mempunyai fungsi dan peranan tertentu yang diperlukan


agar sistem penyediaan air tersebut dapat berjalan dengan baik. Fungsi
utama dari reservoir adalah untuk menyeimbangkan antara debit produksi
dan debit pemakaian air. Seringkali untuk waktu yang bersamaan, debit

34
produksi air bersih tidak dapat selalu sama besarnya dengan debit
pemakaian air.
Untuk menentukan reservoir selain memperhatikan kebutuhan air
bersih pada gedung juga perlu memperhatikan bahan yang akan digunakan
untuk menampung air tersebut. Bahan yang digunakan selain kuat
menampung air juga harus bisa menjaga kualitas air yang ditampung.
Kapasitas tangki yang digunakan bisa mencukupi kebutuhan puncak atau
lebih besar dari kebutuhan (Iskandar, 2016).
Reservoar dalam sistem ini adalah ground water tank (GWT) dan
rooftank. Hasil perhitungan kebutuhan air per hari, kebutuhan air jam
puncak, dan kebutuhan menit puncak pada bagian sebelumnya digunakan
dalam perhitungan volume tangki atas (roof tank), volume tangki bawah
(GWT), pompa, dan sebagainya. Roof tank didesain dengan tujuan
menampung air untuk kebutuhan puncak. Roof tank didesain untuk dapat
memenuhi kebutuhan puncak sekitar 30 menit (Noerbambang dan
Morimura, 1993).

2.6.1. Ground Water Tank (GWT)

Ground Water Tank (GWT) atau tangki air bawah tanah di


gedung umumnya terdapat di halaman belakang bangunan gedung.
GWT dibuat dari beton bertulang dan menerima air bersih dari
sumur dalam yang selanjutnya dipompa ke roof tank. Air yang
berasal dari jaringan air minum yang dialirkan melewati ball valve
ditampung dalam ground tank dan dipompa ke jaringan pipa
penyediaan air gedung (Noerbambang & Morimura, 2005).
Ketika mencari kapasitas ground tank perlu diketahui terlebih
dahulu total kebutuhan air bersih dan mengalikan dengan faktor
keamanan 20% untuk mengatasi masalah kebocoran. Penentuan
besarnya volume bak air bawah (Ground Water Tank) adalah
sebagai berikut :
Volume GWT = [Qd – (Qs X t)] X T ……………......... (2.9)

35
Keterangan :
Qd = Kebutuhan Air Bersih (m 3 /hari)
Qs = Kapasitas Pipa Dinas (m3 /jam)
t = Pemakaian Air dalam 1 hari (jam/hari)
(Noerbambang & Morimura, 2005)

2.6.2. Rooftank

Roof tank atau tangki atap merupakan reservoir yang


dipergunakan untuk melayani fluktuasi kebutuhan air bersih pada
saat-saat tertentu. Bentuk rooftank yang berupa tangki sesuai
dengan ketentuan pada SNI, bahwa tangki gravitasi atau tangki tak
bertekanan harus tertutup dan dilengkapi ven, yang bukaannya
dilindungi terhadap masuknya serangga bagian atas dari tangki
harus tertutup untuk menjaga masuknya debu atau kotoran
lainnya,yang akan mengotori air di dalamnya (Affiandi dkk, 2016).
Roof tank didesain dengan tujuan menampung air untuk
kebutuhan puncak. Roof tank didesain untuk dapat memenuhi
kebutuhan puncak sekitar 30 menit. Perhitungan volume efektif
rooftank menggunakan persamaan (Noerbambang & Morimura,
2005).
VE = Qp - Qmak x Tp + (Qpu x TPU)……..……….(2.10)
Keterangan :
P = Daya pompa (kW)
ρ = Massa jenis air (1.000 kg/m³)
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 meter/detik²)
Q = Debit total air (m³/detik)

2.6.3. Sumur Resapan

Sumur resapan adalah kegiatan konservasi sipil teknis


sederhana berupa sumur yang berfungsi menampung, menahan dan
menyerap air permukaan (run-off) ke dalam tanah (akuifer) untuk

36
meningkatkan jumlah dan posisi muka airtanah. Air hujan
diberikan cara meresap ke dalam tanah menjadi air tanah melalui
sumur resapan. Jika air hujan yang jatuh secara alami mencapai
permukaan air tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi, maka
dengan metode buatan ini, limpasan air hujan yang jatuh
direkayasa untuk mengalir ke sumur resapan. Air hujan yang pada
dasarnya merupakan air bersih dialirkan ke dalam tanah melalui
sumur resapan. Sisa air hujan yang tidak terserap kemudian
dialirkan dan dibuang ke laut (Tumpu et al., 2020).
Persyaratan Teknis Sumur Resapan :
a. Sumur resapan dibuat pada batuan yang stabil dan berpori/
lulus air.
b. Sumur resapan tidak boleh dibangun pada lereng curam dan
front slope.
c. Sumber air dapat air hujan (atap rumah) juga air
larian/permukaan.
d. Kedalaman sumur resapan harus sampai pada lapisan
permeable/ lulus air.
e. Sumur resapan dapat dibangun pada daerah dataran dan
atau tinggian/ perbukitan/ gunung tergantung maksud dan
tujuannya.
f. Lokasi sumur resapan jauh dari sumber polutan.
g. Bentuk, dimensi dan konstruksi sumur resapan tergantung
kondisi lapangan.
h. Kedalaman sumur resapan harus di atas posisi muka air
tanah
i. Lubang sumurresapan harus ditutup (menjaga keamanan
dan keselamatan, dll).
(Tumpu et all., 2020).

37
2.6.4. Septic Tank

Septic tank adalah suatu bangunan kedap air yag berfungsi


menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik
yang terkandung dalam air limbah sehingga air yang keluar aman
bagi lingkungan. Septic tank merupakan cara yang memuaskan
dalam pembuangan ekstra untuk kelompok kecil yaitu rumah
tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi,
tetapi tidak memiliki hubungan dengan sisrem penyaluran limbah
masyarakat (Chandra, 2007). Standar pembuatan septic tank yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sudah dibuat oleh
Departemen Pekerjaan Umum (PU).

2.7. Pompa

Pompa adalah suatu mesin yang mengalirkan fluida dari satu tempat
ke tempat lainnya melalui pipa. Pompa yang dapat menghisap air dari
tangki bawah ke tangki atas disebut dengan pompa angkat. Pompa yang
biasa digunakan untuk plambing pada gedung bertingkat yaitu pompa
sentrifugal. Pompa sentrifugal memiliki tujuan untuk mengubah energi
dari suatu pemindah utama (motor electric atau turbin) menjadi kecepatan
atau energi kinetik dan kemudian menjadi tekanan. NPSH atau Net
Pressure Suction Head merupakan head yang terdapat di mata impeller
yang nilainya harus lebih besar dari NPSH minimum yang dibutuhkan
oleh pompa. Langkah-langkah penentuan head pompa dan jenis pompa
yang digunakan untuk mengalirkan ke roof tank dengan asumsi kecepatan
pengaliran antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s. perhitunagn debit pengaliran
dapat menggunakan rumus Persamaan 2.11. (Noerbambang dan Morimura,
1991).

38
2.7.1. Jenis Pompa

Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki


bawah tanah dan mengalirkan ke tangki atas atau ke tangki atap
seringkali dinamakan “pompa angkat” (mengangkat air dari
bawah ke atas). Sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki
tekan dinyatakan "pompa tekan”. Pompa penyediaan air diputar
oleh motor listrik, motor bakar, turbin uap dan sebagainya. Akan
tetapi pompanya yang biasa digunakan dalam pompa motor listrik
yang penggeraknya ikut dibenarkan dalam aliran air yang
dinamakan pompa submersible (Iskandar, 2016).
Pengelompokan jenis pompa pada garis besarnya ada tiga
yaitu jenis putar, jenis langkah positif dan jenis khusus. Jenis putar
terdiri dari pompa sentrifugal, aliran campuran (mixed flow),
aksial, dan regeneratif. Pompa yang termasuk jenis langkah positif
adalah langkah torak dan plunyer, pompa sudu, (ven pums), pompa
eksentrik. Jenis pompa khusus adalah pompa vorteks, gelembung
uap, pompa jet (Noerbambang dan Morimura, 1991).
a. Head Kerugian Pompa
Perlu mengetahui jenis aliran sebelum menghitung
kerugian head pompa baik aliran laminer atau aliran
turbulen. Untuk mengetahui jenis aliran laminer atau aliran
turbulen bisa dengan menggunakan bilangan Reynolds
(Tahara dan Sularso, 2000).
𝑣×𝐷
Re = υ
……………………...……………(2.11)

Keterangan :
Re = Bilangan Reynold
𝑣 = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
υ = Viskositas kinematik zat cair (m²/detik)
Pada Re< 2300, aliran bersifat laminer.

39
Pada Re> 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada 2300 < Re < 4000, terdapat daerah transisi, dimana
aliran bersifat laminer atau turbulen tergantung pada
kondisi pipa dan aliran.
1) Rugi Minor
2
𝑣
ℎ𝑓 = 𝑘 × 2×𝑔
…………………...…………(2.12)

Keterangan :
𝑘 = f (koefisien tahanan)
𝑣 = kecepatan rata-rata dalam pipa
𝑔 = gravitasi (9,81)
b. Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk
mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat
ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh
pompa. Head total pompa dapat dirumuskan sebagai
berikut (Tahara dan Sularso, 2000).
2
𝑣
𝐻 = ℎ𝑎 + Δℎ𝑝 + ℎ𝑙 + 2×𝑔
…………….(2.13)

Keterangan :
H = Head total pompa (m)
ℎ𝑎 = Head statis pompa (m)

Δℎ𝑝 = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada dua

permukaan air
(m)
∆ℎ𝑝 = Δℎ𝑝1 - Δℎ𝑝2

ℎ𝑙 = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan,

sambungan dan lain-lain (m)


2
𝑣
2×𝑔
= head kecepatan luar (m).
2
𝑔 = percepatan gravitasi (9,8 m/𝑠 )

40
2.7.2. Headlosses

Langkah-langkah dalam menentukan head pompa dan jenis


pompa yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari GWT ke
roof tank dengan asumsi kecepatan pengaliran antara 0,3 m/s
hingga 2,5 m/s (Noerbambang & Morimura, 2005).

2.7.3. Perhitungan Daya Pompa

Penentuan kapasitas daya pompa memerlukan nilai efisiensi


pompa. Penentuan kapasitas daya pompa dapat menggunakan
persamaan berikut.
ρ.𝑔.𝑄.𝐻
𝑃= η
……………..…………………………….(2.14)

Keterangan:
P = Daya pompa (KWatt)
ρ = Massa jenis air (1000 kg/m3)
Q = Debit (m3/detik)
H = Head total (m)
η = Efisiensi pompa (%)

41
BAB 3 METODE PELAKSANAAN

3.1. Rencana Konsep

3.1.1. Jenis Gedung


Jenis gedung yang akan direncanakan sistem plambingnya
adalah gedung mall delapan lantai dengan lahan parkir satu lantai.
Sistem plambing akan direncanakan pada sebuah gedung mall
delapan lantai dengan lahan parkir satu lantai dibangun berbentuk
2
huruf “O” dengan dimensi bangunan 15.600 𝑚 . Luas yang
diperoleh dari perhitungan dengan dimensi bangunan sebesar 1.950
2
𝑚 /lantai.

3.1.2. Jumlah Unit Alat Plambing

Jumlah unit alat plambing akan disesuaikan dengan


perhitungan yang telah dilakukan. Perhitungan jumlah unit alat
plambing ditentukan berdasarkan SNI 2015 8153:2015. Jumlah
unit alat plambing dilihat berdasarkan peruntukan setiap lantai dan
berdasarkan jumlah pengunjung (costumer dan karyawan) gedung
mall.

3.2. Denah Bangunan


Denah bangunan nantinya akan berfungsi untuk menentukan letak
sanitasi yang akan digunakan. Denah bangunan menunjukkan tata letak
alat plambing, jenis dan jumlahnya berdasarkan hitungan yang sudah
dilakukan. Selain itu denah bangunan juga menunjukkan letak jaringan
perpipaan.

42
Gambar 3.1. Denah Bangunan Lantai 1

3.3. Rencana Dasar

Tahapan ini adalah saat dilakukannya survei keadaan lingkungan,


yang didapat dari tahapan ini berupa ciri geografis dan topografis, kondisi
air bawah tanah, dsb, selanjutnya menentukan beberapa hal dengan data
yang didapat (Noerbamban dan Morimura, 2005).
a. Pemilihan Peralatan
Pemilihan Alat Plambing didasarkan pada jumlah pengunjung
yang terdapat di dalam gedung. Jumlah pengunjung tersebut baik
costumer ataupun karyawan. Selain itu dalam pemilihan peralatan
dibutuhkan data sumber air bersih dan lokasi sistem pembuangan
dan jumlah peralatan berdasarkan SNI.

3.4. Sistem Penyediaan Air Bersih

Untuk menentukan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan cara


mengetahui jumlah lantai, luas lantai, dan jumlah penghuni suatu gedung.
Sistem penyediaan air bersih dalam gedung mall membutuhkan diameter
pipa, kapasitas pompa yang akan digunakan, serta menentukan jenis dan
kapasitas reservoir.

43
3.4.1. Kriteria Penyediaan Air Bersih

Seorang pakar plambing internasional Ir. Santoso Ahmad,


M.T., Dipl. Sanitartech dari PPPPTK Malang mengatakan dalam
perencanaan instalasi air bersih harus memenuhi empat syarat
sebagai berikut:
a. Jumlah Yang Cukup
Jumlah air bersih harus memenuhi seluruh kebutuhan
dan selalu tersedia setiap saat. Hal ini akan memberikan
kenyamanan bagi pengguna air bersih tersebut.
b. Higienis
Air bersih yang tersedia harus higienis dengan ciri- ciri
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Yang
dimaksud dengan tidak berwarna pada air bersih yaitu air
harus bening atau transparan jika air keruh atau berwarna
maka dapat dipastikan terdapat unsur atau material lain
yang tercampur dalam air tersebut. Begitu juga dengan
tidak berbau, air bersih harus tidak mengeluarkan bau dan
juga tidak berasa atau tawar.
c. Teknis Yang Optimal
Instalasi jaringan air bersih harus dengan teknis yang
optimal, aman untuk keselamatan aplikator dan aman untuk
jaringan pipa serta harus memenuhi SNI 8153:2015 tentang
sistem plambing pada bangunan gedung.
d. Ekonomis
Air bersih juga harus ekonomis dengan biaya yang
tidak membebani penggunanya. Baik itu biaya listrik dari
pompa yang digunakan untuk mendistribusikan air bersih,
biaya instalasi jaringan pipa air, hingga biaya perawatan
kesemuanya harus direncakan sebaik mungkin dengan tidak
meninggalkan tiga kriteria diatas.

44
3.5. Sistem Penyaluran Air Limbah dan Ven

Sistem air buangan adalah sistem yang berfungsi untuk


mengumpulkan dan menyalurkan air buangan ke tempat pengolahannya.
Menurut (Reza, dkk. 2017) Sistem air buangan diperlukan untuk
mengalirkan air buangan dari fasilitas sanitasi terpasang dalam bangunan
menuju ke saluran pembuangan kota.
Penentuan sistem pembuangan air dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
berdasarkan jenis air buanggannya, berdasarkan cara pembuangannya,
berdasarkan cara pengalirannya, dan berdasarkan letaknya. Sistem
pembuangan air buangan diklasifikasikan berdasarkan jenis air
buanggannya menjadi sistem pembuangan air kotor, sistem pembuangan
air bekas, sistem pembuangan air hujan, sistem pembuangan air dari dapur,
dan sistem pembuangan air khusus. Sistem pembuangan air buangan
berdasarkan cara pengalirannya dibagi menjadi 2 macam yaitu gravitasi
dan bertekanan. Sistem pembuangan air buangan berdasarkan letaknya
dibagi menjadi 2 macam yaitu system pembuangan gedung dan system
pembuangan diluar gedung atau roil gedung (Noerbambang dan
Morimura,1993).

3.5.1. Kriteria Perencanaan Air Buangan dan Ven

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sitem air buangan


adalah :
a. Pengaliran pada tekanan atmosfer, artinya garis energinya
sama dengan kemiringan muka air, atau sama dengan
kemiringan (slope) pipa.
b. Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope
pipa (kemiringan pipa).
c. Sambungan dalam perpipaan air buangan harus
menggunakan Y-tee atu Y-cross.
d. Harus dibarengi dengan perpipaan vent (ventsystem),
terutama untuk bangunan berlantai banyak.

45
Dilihat dari tujuan sistem pembuangan adalah mengalirkan air
buangan dari gedung keluar, ke dalam instalasi pengolahan atau
drainase kota, tanpa menimbulkan pencemaran kepada
lingkungannya maupun dalam gedung itu sendiri. Tetapi alat
plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak
selalu terisi air, ini dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau,
beracun,atau bahkan serangga. Untuk mencegah hal tersebut harus
dipasang suatu perangkap, yang berfungsi sebagai penyekat atau
penutup air agar menutup atau mencegah masuknya gas-gas
tersebut. (Noerbambang dan Morimura, 1993).
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat
air buangan yang biasanya mengandung buangan padat. Untuk
maksud tersebut, pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan. (Noerbambang, 1993). Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 3. 1.

Tabel 3.1. Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

Diameter Pipa (mm) Kemiringan Minimum

75 atau kurang 1/50

100 atau kurang 1/100

Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan


-Morimura, 1993

Pipa ven memiliki beberapa macam jenis yaitu ven tunggal,


ven lup, ven pipa tegak, ven bersama, ven basah, ven pelepas, ven
balik, dan ven yoke. Sistem pemipaan ven dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa langkah. Langkah-langkah penentuan sistem
pemipaan ven yaitu :

46
a. Menentukan nilai unit alat plambing atau UAP kumulatif
dari setiap pipa yang dilayani
b. Menentukan diameter pipa air kotor yang akan dilayani
c. Memilih panjang pipa ven yang dipakai
d. Memiliki diameter pipa ven
Ukuran pipa tegak yang dipasang di instalasi sistem ven tidak
boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang akan
dilayani sampai pada saluran terbuka ujung pipa ven tidak boleh
mengalami pengecilan (Pinandita, 2009).

3.6. Sistem Hidran

Berdasarkan SNI 03-1745-2000, tentang tata cara perencanaan dan


pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung, fire hydrant adalah suatu
sistem instalasi pemipaan berisi air bertekanan tertentu yang digunakan
sebagai sarana untuk memadamkan kebakaran. Sistem hidran kebakaran
pada gedung mall terdiri dari beberapa macam tipe hidran seperti sprinkler
pada setiap ruangan maupun kotak hidran yang dipasang didalam gedung
maupun diluar gedung. Kebutuhan akan air yang dibutuhkan oleh alat fire
hidran juga dihitung agar pasokan airnya dapat terpenuhi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem pemadam
kebakaran (fire hydrant) untuk gedung bertingkat (Amanda, 2020):
a. Lokasi penempatan perlatan pendukung sistem fire hydrant. Lokasi
penempatan peralatan dalam sistem fire hydrant harus mudah
dijangkau, dapat terlihat dari segala arah, mampu menjangkau setiap
sudut gedung, dan mudah memperoleh suplai air.
b. Kebutuhan dan suplai air bagi sistem fire hydrant ini, sebaiknya
disediakan bak atau tangki tersendiri untuk menampung air yang
khusus digunakan untuk pemadaman kebakaran yang mungkin
terjadi. Sangat tidak dianjurkan dalam gedung tersebut apabila
penyediaan air bagi sistem fire hydrant hanya mengandalkan dari

47
suplai air pipa PDAM. Selain itu, agar tidak mengganggu dan
terganggu dengan penyediaan air untuk kebutuhan lain dalam
gedung, maka sebaiknya tangki air (ground reservoir) untuk sistem
fire hydrant ini dibuat terpisah dari ground reservoir untuk sistem
penyediaan air bersih.
c. Tekanan air yang dibutuhkan untuk peralatan yang digunakan dalam
sistem fire hydrant ini cukup besar. Hal ini disebabkan karena fire
hydrant harus mampu menyuplai air dengan debit yang besar dan
pancaran air yang kuat agar dapat menjangkau daerah yang lebih
jauh.

3.7. Sistem Drainase

Setiap gedung perlu adanya sistem drainase. Hal ini karna sistem
drainase berfungsi untuk menyalurkan air hujan baik yang berada di atap
suatu gedung maupun di halaman ke saluran air hujan kota. Berdasarkan
SNI-03-7065-2005, setiap gedung diharuskan memiliki saluran drainase
air hujan. Perhitungan ukuran saluran drainase harus berdasarkan dari
jumlah kawasan yang dilayaninya.
Bangunan gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk
menyalurkan air hujan dari atap dan halaman dengan pengerasan di dalam
persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota.
Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan
dilakukan dengan cara yang dibenarkan. Air hujan yang jatuh di atas atap
bangunan gedung harus disalurkan melalui talang datar dan vertikal ke
bidang resapan atau sesuai dengan SNI 03-2453-2002 dan SNI 03-
2459-2002.

3.8. Reservoir

Perhitungam kapasitas reservoir dibutuhkan data kebutuhan air bersih


keseluruhan gedung. Dalam perancangan sistem instalasi suplai air besih
di gedung mall 8 lantai data tidak diketahui secara pasti untuk jumlah

48
pengunjungnya. Dengan demikian perkiraan kebutuhan air bersih dihitung
berdasarkan jumlah pengunjung gedung tersebut dengan menghitung
jumlah luas lantai yang akan diketahui luas total lantai dan luas efektif
lantai pada gedung mall dan menggunakan asumsi pemakaian air
minimum sesuai penggunaan gedung berdasarkan (SNI 03-7065-2005).
Setelah diketahui luas total lantai maka dapat diperkirakan luas efektif
(Noerbambang dan Morimura, 1991). Luas efektif yang direncanakan
sesuai dengan peruntukan setiap lantai gedung mall tersebut.

3.9. Pompa

Kapasitas pompa sumur dangkal haruslah mampu untuk menyediakan


kebutuhan air bersih pada gedung mall yang sebelumnya air akan
ditampung terlebih dahulu pada reservoir bawah. Dalam ketentuan umum
sistem penyediaan air minum atau air bersih antara lain yaitu kecepatan
aliran di dalam pipa 0,9 m/detik - 2 m/detik (SNI 03-7065- 2005). Karena
apabila kecepatan lebih dari 2 m/detik bisa menimbulkan pukulan air yang
besar dan menimbulkan kerusakan pada alat plambing. Langkah-langkah
yang diambil agar tidak menimbulkan kerusakan pada alat plambing
adalah:
1. Menentukan kecepatan aliran dalam pipa, maka diameter pipa akan
dapat diketahui dengan persamaan:
Q = ν.A ………………….……………………………(3.1)
Dengan:
Q = kapasitas pompa
ν = Kecepatan aliran dalam pipa
A = Luas penampang pipa (m²)
2. Menentukan faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa.
3. Menentukan ketebalan dinding untuk alat penyambungan pipa.
4. Menghitung Head Kerugian Pada Pompa Sumur Dangkal Rumus
yang akan digunakan yaitu rumus Hazen-Williams, karena pada

49
umumnya rumus ini dipakai untuk menghitung kerugian head dalam
pipa yang relatif sangat panjang.
5. Menghitung head total pompa.
6. Menentukan pompa suplai tangka atas
(Noerbambang, 1991)

50
BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih dari tahun ketahun yang terus meningkat. Oleh
karena itu kita perlu memperkirakan berapa tahun air bersih pada masa
yang akan datang, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan
segala hal yang diperlukan untuk memproduksi air bersih sesuai dengan
kebutuhan pada masa yang akan datang. Di samping itu, dengan
mengetahui kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang kita dapat
memperkirakan kebutuhan tenaga dan biaya untuk mengelola sistem
penyediaan air bersih pada masa yang akan datang.Perhitungan kebutuhan
air bersih dapat dilakukan dengan dua metode yaitu berdasarkan jumlah
penghuni dan berdasarkan jumlah alat plambing (Noerbambang dan
Morimura, 1991).

4.1.1. Perhitungan Kebutuhan Air tiap Lantai sesuai dengan


Peruntukannya

Perhitungan untuk kebutuhan air setiap lantai pada perencanaan


sistem plambing gedung mall 8 lantai ini mempunyai perhitungan
air bersih yang berbeda-beda dengan beberapa langkah
perhitungan. Kebutuhan air bersih dapat diketahui melalui
beberapa metode. Metode pertama dalah berdasarkan jumlah
penghuni dan Metode kedua adalah berdasarkan alat plambing.
a. Perhitungan Luas Bangunan

Gambar 4.1 Denah Bangunan

51
Denah bangunan ini memiliki dimensi bangunan
sebesar 15600 m2. Luas dari denah bangunan gedung dapat
dihitung sebagai berikut :
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

15600
= 8

= 1950 𝑚2

b. Perhitungan Luas Efektif


Hasil perhitungan dari luas bangunan dapat digunakan
untuk menghitung luas efektif. Perhitungan perbandingan
luas lantai efektif pada gedung mall menggunakan
ketentuan yang diperoleh dari buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura (2005). Perhitungan
perbandingan luas lantai efektif untuk pertokoan dan food
court/restoran adalah sebesar 55-60%, untuk bioskop
sebesar 53-55%, dan untuk parkiran sebesar 87%. Berikut
ini perhitungan luas efektif setiiap lantai.
Luas Efektif = (Perbandingan luas lantai efektif /Total)
% x Luas Bangunan Per Lantai
● Lantai 1 (Parkir) : 87% x 1950 = 1697 m2
● Lantai 2-6 (Pertokoan : 60% x 1950 = 1170 m2
● Lantai 7 (Food Court) : 55% x 1950 = 1073 m2
● Lantai 8 (Bioskop) : 55% x 1950 = 1073 m2
c. Perhitungan Jumlah Penghuni
Perhitungan jumlah penghuni dapat diasumsikan
dengan nilai gerak 5 m2 tiap pengunjung. Penggunaan
Ruang sebesar 5 m2/orang diperoleh dari buku Perancangan
dan Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura (2005) yang

52
menyatakan bahwa apabila jumlah penghuni tidak diketahui
dapat diperkirakan berdasarkan luas lantai efektif, serta
menetapkan kepadatan hunian, misalnya 5 sampai 10 m2
per orang.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Jumlah Penghuni = 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

● Lantai 1 (Parkir) = 1697 m2/5m2/orang


= 339 orang
● Lantai 2-6 (Pertokoan) = 1170 m2/5m2/orang
= 234 orang
● Lantai 7 (Food Court) : 1073 m2/5m2/orang
= 215 orang
● Lantai 8 (Bisokop) : 1073 m2/5m2/orang
= 215 orang
d. Kebutuhan Air Bersih
Penghitungan pemakaian air dingin minimum sesuai
penggunaan gedung mall berdasarkan (SNI 03-7065-2005),
pertokoan memiliki nilai pemakaian air sebesar 5 Liter/m2,
Restoran/ food court memiliki nilai pemakaian air sebesar
15 liter/kursi, dan Bioskop memiliki nilai pemakaian air
sebesar 10 liter/kursi. Nilai pemakaian air untuk lahan
parkir tidak termuat di (SNI 03-7065-2005), oleh karena itu
menggunakan nilai pemakaian air menurut Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura (2005) yaitu sebesar 3
Liter.
Qd Air Bersih = Jumlah penghuni x pemakaian air
rata-rata perorang perhari
● Qd lantai 1 = 339 orang x 3 liter/orang/hari
= 1018 liter/hari
= 1018/1000
= 1,02 m3/hari

53
● Qd lantai 2-6 = 234 orang x 5 liter/orang/hari
= 702 liter/hari
= 702/1000
= 0,70 m3/hari
● Qd lantai 7 = 215 orang x 15 liter/orang/hari
= 3217 liter/hari
= 3217/1000
= 3,22 m3/hari
● Qd lantai 8 = 215 orang x 10 liter/orang/hari
= 2145 liter/hari
= 2145/1000
= 2,15 m3/hari
Qd Total = 1,02 + 0,70 + 0,70 + 0,70 + 0,70 + 0,70 +
3,22 + 2,15
= 9,89 m3/hari
e. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air Bersih Sehari (dengan
tambahan 20%)
Perencanaan kebutuhan air harus memperhatikan faktor
kebocoran, kebocoran diasumsikan 20%, sehingga
kebutuhan air dalam sehari (Qd) adalah sebagai berikut
(Noerbamban dan Morimura, 2005). Presentase kebocoran
dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Qd = Kebocoran x Qd Air Bersih + Qd Air Bersih
= (20% x 9,89 m3/hari) + 9,89 m3/hari
= 11,868 m3/hari
f. Pemakaian Rata-rata Perhari
Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari
diasumsikan 12 jam yaitu pada pukul 10:00 - 22:00. Jumlah
kebutuhan air bersih keseluruhan adalah sebesar Qd = 9,89
m3/hari, sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut:
𝑄𝑑
Qh = 𝑇

54
11,868
= 12

= 0,989 m3/jam
g. Kebutuhan Air pada Jam Puncak
Perhitungan dilanjutkan dengan perhitungan pemakaian
air pada jam puncak. Laju aliran pemakaian air pada jam
puncak dapat digunakan untuk menentukan ukuran pipa
dinas, pipa utama, dan kapasitas pompa air. Perhitungan
pemakaian air pada jam puncak dilakukan dengan
mengalikan pemakaian air rata-rata (m3/jam) dengan
konstanta jam puncak. Menurut (Noerbambang dan
Morimura, 2005) nilai konstanta jam puncak “C1” berkisar
antara 1,5 sampai dengan 2,0. Pada perhitungan
perencanaan bangunan mall lantai tersebut, asumsi
konstanta jam puncak “C1” yang digunakan adalah 2.
● Q max = C1 x Qh
= 2 x 0,989 m3/jam
= 1,978 m3/jam
h. Kebutuhan Air pada Menit Puncak
Perhitungan pemakaian air pada menit puncak
dilakukan dengan mengalikan pemakaian air rata-rata
(m3/jam) dengan konstanta menit puncak. Menurut
(Noerbambang dan Morimura, 2005) konstantan “C2”
bersikar antara 3,0 sampai dengan 4,0. Pada perhitungan
perencanaan bangunan mall 8 lantai tersebut, asumsi
konstanta menit puncak “C2” yang digunakan adalah
sebesar 4.
𝐶2 𝑥 𝑄ℎ
● Qm = 60

4 𝑥 0,989
= 60

= 0,066 m3/menit

55
4.1.2. Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing

Perhitungan jumlah pengunjung yang telah dilakukan


sebelumnya, maka dapat diketahui kapasitas pengunjung per lantai.
Kapasitas pengunjung tersebut dapat mempengaruhi jumlah alat
plambing yang dibutuhkan. Dikarenakan perbandingan jumlah pria
dan wanita tidak diketahui maka diasumsikan perbandingannya
adalah 50% : 50%.
● Lantai 1 (Parkir) : 170 orang/lantai = 85 (wanita),
85 (pria)
● Lantai 2-6 (Pertokoan : 117 orang/lantai = 59 (wanita). 59
(pria)
● Lantai 7 (Food Court) : 107 orang/lantai = 54 (wanita), 54
(pria)
● Lantai 8 (Bisokop) : 107 orang/lantai = 54 (wanita), 54
(pria)
Berdasarkan SNI 8153 Tahun 2015, dapat diketahui jumlah
kebutuhan minimum alat plambing per peruntukan lantai.
Kebutuhan alat plambing minimum per lantai tersebut disajikan
dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jumlah Alat Plambing di Lantai 1 Parkir

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 6 3

Urinal - 1

Lavatory 4 3
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015

Tabel 4.2. Jumlah Alat Plambing di Lantai 2-6 Pertokoan

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 2 2

56
Alat Plambing Wanita Pria

Urinal - 1

Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015

Tabel 4.3. Jumlah Alat Plambing di Lantai 7 Food Court/ Restoran

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 4 2

Urinal - 1

Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015

Tabel 4.4. Jumlah Alat Plambing di Lantai 8 Bioskop

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 4 2

Urinal - 1

Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015

Tabel 4.5. Pemakaian Air pada Alat Plambing

Nama Alat Plambing Setiap Pemakaian (Liter)

Kloset (Katup Gelontor) 15

Lavatory 10

Urinal 5
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015

Data jumlah alat plambing di atas digunakan dalam


menentukan kebutuhan air gedung mall 8 lantai. Pemakaian air
sekali pakai menggunakan acuan dari SNI 03-7065-2005.
Perhitungan kebutuhan air per hari sebagai berikut :

57
● Lantai 1 Parkir
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((6+3) x 15 liter + (4+3) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 210 Liter
● Lantai 2-6 Pertokoan
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((2+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 85 Liter
● Lantai 7 Food Court
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((4+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 115 Liter
● Lantai 8 Bisokop
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((4+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 115 Liter
Kebutuhan air bersih di parkir lantai satu untuk satu ruang
saniter adalah 210 liter. Kebutuhan air bersih di pertokoan lantai
2-6 untuk satu ruang saniter adalah 85 liter. Kebutuhan air bersih di
foodcourt untuk satu ruang saniter sebesar 155 liter. Kebutuhan air
bersih di bioskop untuk satu ruang saniter adalah sebesar 155 liter.
Kebutuhan penggunaan air bersih sesuai dengan rumus adalah
sebagai berikut :
● Lantai 1 Parkir
Qd = 210 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 210 liter/hari
= 0,21 m3/hari
● Lantai 2-6 Pertokoan
Qd = 85 liter/hari x 1 ruang x 5 lantai
= 425 liter/hari
= 0,425 m3/hari

58
● Lantai 7 Food Court
Qd = 115 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 115 liter/hari
= 0,115 m3/hari
● Lantai 8 Bisokop
Qd = 115 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 115 liter/hari
= 0,115 m3/hari
Jadi kebutuhan air bersih gedung mall 8 lantai dengan lahan
parkir satu lantai yaitu :
Qd (total) = (0,21 + 0,425 + 0,115 + 0,115) m3/hari
= 0,865 m3/liter
Penentuan Unit Beban Alat Plambing (UBAP) di gedung
mall ini dengan menggunakan perhitungan jumlah saniter
berdasarkan jumlah penghuni tiap lantai. Jumlah alat plambing
yang telah diketahui selanjutnya dapat menghitung beban
kebutuhan air minum. Perhitungan UBAP dengan mengalikan
antara jumlah alat plambing dan unit beban alat plambing.
Perhitungan UBAP menurut SNI 8153:2015 di gedung mall ini
sebagai berikut :
Tabel 4.6. Nilai Unit Beban Alat Plambing

Perlengkapan Umum (UBAP)

Kloset 2,5

Urinal 2

Lavatory 1

Pencuci piring 1,5


Sumber : SNI 8153:2015

Tabel 4.7. Jumlah Alat Plambing di Lantai Parkiran

59
Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 6 3

Urinal - 1

Lavatory 4 3
Sumber : SNI 8153:2015

Perhitungan UBAP di lantai parkir adalah sebagai berikut :


Kloset = 9 x 2,5 x 1 lantai = 22,5
Urinal = 1 x 2 x 1 lantai = 2
Lavatory = 7 x 1 x 1 lantai = 14
= 31,5 UBAP = 32 UBAP

Tabel 4.8. Jumlah Alat Plambing di Lantai Pertokoan

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 2 2

Urinal - 1

Lavatory 1 1

Pencuci piring 10
Sumber : SNI 8153:2015

Perhitungan UBAP di lantai pertokoan adalah sebagai berikut :


Kloset = 4 x 2,5 x 5 lantai = 50
Urinal = 1 x 2 x 5 lantai = 10
Lavatory = 2 x 1 x 5 lantai = 10
Bak cuci piring = 10 x 1,5 x 5 lantai = 75
= 145 UBAP

Tabel 4.9. Jumlah Alat Plambing di Lantai Restoran

Alat Plambing Wanita Pria

60
Kloset 4 2

Urinal - 1

Lavatory 1 1
Sumber : SNI 8153:2015

Perhitungan UBAP di lantai restoran adalah sebagai berikut :


Kloset = 6 x 2,5 x 1 lantai = 15
Urinal = 1 x 2 x 1 lantai = 2
Lavatory = 2 x 1 x 1 lantai = 2
= 19 UBAP

Tabel 4.10. Jumlah Alat Plambing di Lantai Bisokop

Alat Plambing Wanita Pria

Kloset 4 2

Urinal - 1

Lavatory 1 1
Sumber : SNI 8153:2015

Perhitungan UBAP di lantai bioskop adalah sebagai berikut :


Kloset = 6 x 2,5 x 1 lantai = 15
Urinal = 1 x 2 x 1 lantai = 2
Lavatory = 2 x 1 x 1 lantai = 2
= 19 UBAP
Perhitungan total unit beban alat plambing di gedung mall
yang terdiri atas lantai parkir, lantai pertokoan, lantai restoran, dan
lantai bioskop sebagai berikut :
Perhitungan UBAP (total) = 32 UBAP + 145 UBAP + 19 UBAP
+ 19
UBAP

61
= 215 UBAP

Gambar 4.2. Kurva Perkiraan Beban Kebutuhan Air untuk UBAP sampai
dengan
3000 (Sumber : SNI 03-7065-2005).

Perkiraan kebutuhan air dapat dilihat melalui kurva, dimana


diperoleh nilai UBAP total yaitu 215 dengan perhitungan sebagai
berikut :
310 × 24 jam × 60 menit = 446.400 liter/hari = 446,4
m3/hari
Jadi perkiraan kebutuhan air menggunakan kurva adalah sebesar
446,4 m3/hari
(SNI 8153 Tahun 2005)

4.2. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih pada gedung ini didesain menggunakan


sistem tangki atap. Air bersih ditampung terlebih dahulu di Ground Water
Tank (GWT) dan kemudian akan dialirkan menuju tangki atap (roof tank)
menggunakan pompa. Air yang sudah terkumpul di roof tank akan

62
didistribusikan secara gravitasi ke setiap lantai menggunakan pipa tegak.
Penentuan perencanaan pipa pada sistem penyediaan air bersih di gedung
mall 8 lantai menggunakan metode perhitungan UBAP.
Metode ini akan digunakan pada seluruh sistem perpipaan toilet yang
ada di gedung mall mulai dari lantai 1 hingga lantai 8 dan juga roof tank.
Dalam perhitungan penentuan diameter pipa air bersih disesuaikan dengan
ketentuan yang ada di SNI 8153:2015 tentang Sistem Plambing pada
Bangunan Gedung dan juga SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Plambing. Denah pipa air bersih pada bangunan mall
delapan lantai terlampir pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Denah Sanitair dan Jaringan Perpipaan Air Bersih, Air
Limbah dan
Venn

63
Gambar 4.4. Isometri Pipa Air Bersih

Tabel 4.11. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 1 Parkiran


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa Laju Aliran
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch) (l/dtk)
Lavatory A-B 1 1,1 10
Lavatory B-C 1 1,1 10
Lavatory C - X1 1 3,7 10
Urinal D-E 20 2,05 5
Sistem 1 Kloset (katup 1,5
gelontor) E-F 40 1,65 15
Kloset (katup
gelontor) F-G 30 1,65 15
Kloset (katup
gelontor) G - X1 20 0,25 15
Jumlah 113 11,5 1,5 80
Lavatory H-I 1 1,1 10
Lavatory I-J 1 1,6 10
Kloset (katup
Sistem 2 gelontor) J-K 40 1,65 1,5 15
Kloset (katup
gelontor) K-L 30 1,65 15
Kloset (katup
gelontor) L - Y1 20 0,25 15
Jumlah 92 6,25 1,5 65
Lavatory M-N 1 1,1 10
Lavatory N-O 1 1,65 10
Sistem 3 Kloset (katup 1,5
gelontor) O-P 40 1,65 15
Kloset (katup
gelontor) P-Q 30 1,65 15

64
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa Laju Aliran
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch) (l/dtk)
Kloset (katup
gelontor) Q - Y1 20 5,2 15
Jumlah 92 11,25 1,5 65
Pipa sambungan X1 - Y1 113 0,1 1,5 80
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 297 0,7 2 210
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.12. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 2-6


Pertokoan
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa Laju Aliran
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch) (l/dtk)
Kloset (katup
gelontor) A -B 40 1.65 15
Sistem 1 Kloset (katup 1.25
gelontor) B - O1 30 3.7 15
Lavatory C - X1 1 1.45 5
Jumlah 71 6.8 1.25 35
Urinal D-E 20 1.65 10
Kloset (katup
gelontor) E-F 40 1.65 15
Sistem 2 1.5
Kloset (katup
gelontor) F - Y1 30 3.8 15
Lavatory G - Y1 1 1.45 5
Jumlah 91 8.55 1.5 45
Pipa Sambungan X1 - Y1 71 0.1 1.25 35
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 162 0.4 2 80
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.13. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 7 Restoran


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Kloset (katup
15
gelontor) A -B 40 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) B -C 30 1.65
Sistem 1 1.5
Kloset (katup
15
gelontor) C-D 20 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) D - X3 15 3.7
Jumlah 105 8.65 1.5 60
Lavatory E - Y3 1 1.55 10
Sistem 2 Lavatory F - Y3 1 1.45 1.5 10

65
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Urinal G-H 20 1.65 5
Kloset (katup
15
gelontor) H-I 40 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) I - Y3 30 3.8
Jumlah 92 10.1 1.5 55
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84 15
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84 15
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 0.75 15
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84 15
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9 15
Jumlah 7.5 67.26 0.75 75
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84 15
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84 15
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 0.75 15
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84 15
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9 15
Jumlah 7.5 67.26 0.75 75
Pipa Sambungan X1 - Y1 105 0.1 0.75 60
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 212 0.4 1 265
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.14. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 8 Bioskop


Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Kloset (katup
15
gelontor) A -B 40 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) B -C 30 1.65
Sistem 1 1.25
Kloset (katup
15
gelontor) C-D 20 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) D - X4 15 3.7
Jumlah 105 8.65 1.25 60
Lavatory E - Y4 1 1.55 10
Lavatory F - Y4 1 1.45 10
Urinal G-H 20 1.65 5
Sistem 2 1.5
Kloset (katup
15
gelontor) H-I 40 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) I - Y4 30 3.8
Jumlah 92 10.1 1.5 55

66
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Pipa Sambungan X1 - Y1 105 0.1 1.25 60
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 197 0.4 1.5 115
Sumber : Perhitungan Penulis

Perhitungan pipa air bersih melibatkan perhitungan penentuan


diameter tegak gedung mall menggunakan sistem gravitasi. Sistem
gravitasi ini dalam penentuan 1 pipa tegak digunakan untuk 1 saniter yang
terdiri atas beberapa sistem. Tinggi dari lantai gedung mall ini berdasrkan
hitungan jarak letak ke rooftank. Perhitungan pipa tegak dapat dilihat pada
tabel 4.15.

4.15. Pipa Tegak Air Bersih


UBAP Tinggi Lantai Diameter Pipa Tegak Laju Aliran
Lantai Kumulatif (m) (Inch) (L/detik)
1 297 4 2 2
2 459 8 2 82
3 621 12 2,5 162
4 783 16 2,5 242
5 945 20 2,5 322
6 1107 24 2,5 402
7 1319 28 2,5 667
8 1516 44 2,5 782
Sumber : Perhitungan Penulis

4.3. Sistem Penyaluran Air Limbah

Air limbah yang dihasilkan pada gedung mall bertingkat lantai 8


terdiri dari black water yang mencakup seluruh air buangan, umumnya
berasal dari bekas kegiatan manusia (mandi, cuci tangan, cuci piring, dan
lain sebagainya), dan air hujan yang jatuh ke atap gedung. Air limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia maupun dari alam dapat menyebabkan
permasalahan-permasalahan dalam gedung apabila tidak dikelola dengan
baik. Sehingga, perlu adanya suatu perencanaan sistem penyaluran air
limbah yang tepat.

67
4.3.1. Perencanaan Dimensi Pipa Air Buangan

Perencanaan sistem plambing untuk penyaluran air limbah


pada gedung mall betingkat 8 dengan lahan parkir yang terdiri dari
penentuan pipa air buangan, penentuan sumur resapan dan septic
tank, dan penentuan dimensi pipa vent. Perencanaan ini didasarkan
pada SNI 03-70065-2005, SNI 8153:2015 serta literatur lain
berupa buku atau jurnal yang terkait perencanaan sistem plambing.
Perhitungan pipa air buangan di gedung mall pada lantai 1
yang diperuntukan untuk lahan parkir dapat dilihat di tabel 4.16.
Perhitungan pipa air bersih pada lantai 2-6 untuk pertokoan dapat
dilihat di tabel 4.17. Perhitungan pipa air bersih pada lantai 7 untuk
food court/restoran dapat dilihat di tabel 4.18 dan pada lantai 8
untuk bioskop dapat dilihat di tabel 4.19. Denah pipa air limbah
pada bangunan mall delapan lantai terlampir pada gambar 4.3.

Gambar 4.5. Isometri Pipa Air Buangan

Tabel 4.16. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 1 Parkir


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)

Lavatory A -B 1 1.1
Lavatory B -C 1 1.1
Sistem 1 2.5
Lavatory C - X1 1 3.7

68
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Urinal D-E 2 2.05
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F-G 4 1.65
Kloset (katup gelontor) G - X1 4 0.25
Floor Drain J1 - A1 2 2.67
Floor Drain A1 - B1 2 1.65
Floor Drain B1 - C1 2 1.65
Floor Drain C1 - X1 2 0.85
Jumlah 25 18.32 2.5
Lavatory H-I 1 1.1
Lavatory I-J 1 1.6
Kloset (katup gelontor) J-K 4 1.65
Kloset (katup gelontor) K-L 4 1.65
Sistem 2 Kloset (katup gelontor) L - Y1 4 0.25 2
Floor Drain K1 - D1 2 2.65
Floor Drain D1 - E1 2 1.65
Floor Drain E1 - F1 2 1.65
Floor Drain F1 - Y1 2 0.85
Jumlah 22 13.05 2
Lavatory M-N 1 1.1
Lavatory N-O 1 1.65
Kloset (katup gelontor) O-P 4 1.65
Kloset (katup gelontor) P-Q 4 1.65
Sistem 3 2
Kloset (katup gelontor) Q - Y1 4 5.2
Floor Drain G1 - H1 2 1.65
Floor Drain H1 - I1 2 1.65
Floor Drain I1 - Y1 2 5.8
Jumlah 20 20.35 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 25 0.1 2.5
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 67 0.7 3
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.17. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 2-6 Pertokoan


Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)

Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65


Kloset (katup gelontor) B - X2 4 3.7
Sistem 1 2
Lavatory C - X2 1 1.45

69
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Floor Drain A2 - B2 2 1.65
Floor Drain B2 - X2 2 4.3
Floor Drain E2 - X2 2 4.3
Jumlah 15 17.05 2
Urinal D-E 2 1.65
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F - Y1 4 3.8
Sistem 2 Lavatory G - Y2 1 1.45 2
Floor Drain C2 D2 2 1.65
Floor Drain D2 - Y2 2 3.3
Floor Drain F2 - Y2 2 4.4
Jumlah 17 17.9 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 15 0.1 2
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 32 0.4 2.5
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.18. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 7 Restoran


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)

Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65


Kloset (katup gelontor) B -C 4 1.65
Kloset (katup gelontor) C-D 4 1.65
Kloset (katup gelontor) D - X3 4 3.7
Sistem 1 2
Floor Drain A3 B3 2 1.65
Floor Drain B3 - C3 2 1.65
Floor Drain C3 - D3 2 1.65
Floor Drain D3 - X3 2 4.3
Jumlah 24 17.9 2
Lavatory E - Y3 1 1.55
Lavatory F - Y3 1 1.45
Urinal G-H 2 1.65
Kloset (katup gelontor) H-I 4 1.65
Sistem 2 Kloset (katup gelontor) I - Y3 4 3.8 2
Floor Drain G3 - Y3 2 2.05
Floor Drain H3 - Y3 2 1.95
Floor Drain E3 - F3 2 1.65
Floor Drain F3 - Y3 2 4.4

70
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)

Jumlah 20 20.15 2
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 1.5
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 1.5
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 1.5
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 1.5
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 2
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 59 0.4 3
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.19. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 8 Bioskop


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)

Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65


Kloset (katup gelontor) B -C 4 1.65
Kloset (katup gelontor) C-D 4 1.65
Kloset (katup gelontor) D - X4 4 3.7
Sistem 1 2
Floor Drain G4 - Y4 2 2.05
Floor Drain H4 - Y4 2 1.95
Floor Drain E4 - F4 2 1.65
Floor Drain F4 - Y4 2 4.4
Jumlah 24 18.7 2
Lavatory E - Y4 1 1.55
Lavatory F - Y4 1 1.45
Sistem 2 Urinal G-H 2 1.65 2
Kloset (katup gelontor) H-I 4 1.65
Kloset (katup gelontor) I - Y4 4 3.8
Jumlah 12 10.1 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 2
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 36 0.4 2.5

71
Sumber : Perhitungan Penulis

Penentuan diameter pipa tegak dalam pipa buangan ini


menggunakan sistem gravitasi, dimana dalam penentuan unit beban
alat plambing kumulatif yaitu 1 pipa tegak digunakan untuk 1
sanitair yang terdiri dari beberapa sistem. Tinggi lantai gedung
mall didasarkan pada hitungan jarak letak ke roof tank. Dalam
penentuan diameternya mengacu pada SNI 8153:2015 tentang
Sistem Plambing Dalam Bangunan Gedung.

Tabel 4.20. Pipa Tegak Air Limbah


UBAP Tinggi Lantai Diameter Pipa Tegak
Lantai Kumulatif (m) (Inch)
8 36 16 2
7 95 20 2,5
6 127 24 2,5
5 159 28 2,5
4 191 32 2,5
3 223 36 3
2 255 40 3
1 322 44 3
Sumber : Perhitungan Penulis

4.4. Perencanaan Sistem Ven

Pipa ven dalam sebuah gedung berfungsi untuk mengeluarkan udara


yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Tujuan adanya
pemasangan pipa ven untuk menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau
tekanan, menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan dan
mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Perhitungan penentuan diameter pipa ven sama dengan perhitungan
penentuan diameter air buangan. Panjang pipa berdasarkan kondisi
sebenarnya pada denah yang telah direncanakan. Letak pipa ven yaitu
berada diatas pipa air limbah dengan panjang yang sama. Untuk penentuan
beban unit alat plambing pipa ven berdasarkan unit beban kumulatif tiap
sistem. Pada penentuan diameter pipa horizontal mengacu pada SNI

72
8153:2015 tentang Sistem Plambing Dalam Bangunan Gedung. Denah
pipa ven pada bangunan mall delapan lantai terlampir pada gambar 4.3.

Tabel 4.21. Perhitungan Pipa Ven Lantai 1 Parkir


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Lavatory A -B 1 1.1
Lavatory B -C 1 1.1
Lavatory C - X1 1 3.7
Urinal D-E 2 2.05
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Sistem 1 Kloset (katup gelontor) F-G 4 1.65 3
Kloset (katup gelontor) G - X1 4 0.25
Floor Drain J1 - A1 2 2.67
Floor Drain A1 - B1 2 1.65
Floor Drain B1 - C1 2 1.65
Floor Drain C1 - X1 2 0.85
Jumlah 25 18.32 3
Lavatory H-I 1 1.1
Lavatory I-J 1 1.6
Kloset (katup gelontor) J-K 4 1.65
Kloset (katup gelontor) K-L 4 1.65
Sistem 2 Kloset (katup gelontor) L - Y1 4 0.25 3
Floor Drain K1 - D1 2 2.65
Floor Drain D1 - E1 2 1.65
Floor Drain E1 - F1 2 1.65
Floor Drain F1 - Y1 2 0.85
Jumlah 22 13.05 3
Lavatory M-N 1 1.1
Lavatory N-O 1 1.65
Kloset (katup gelontor) O-P 4 1.65
Kloset (katup gelontor) P-Q 4 1.65
Sistem 3 3
Kloset (katup gelontor) Q - Y1 4 5.2
Floor Drain G1 - H1 2 1.65
Floor Drain H1 - I1 2 1.65
Floor Drain I1 - Y1 2 5.8
Jumlah 20 20.35 3
Pipa Sambungan X1 - Y1 25 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 67 0.7 4
Sumber : Perhitungan Penulis

73
Tabel 4.22. Perhitungan Pipa Ven Lantai 2-6 Pertokoan
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65
Kloset (katup gelontor) B - X2 4 3.7
Lavatory C - X2 1 1.45
Sistem 1 3
Floor Drain A2 - B2 2 1.65
Floor Drain B2 - X2 2 4.3
Floor Drain E2 - X2 2 4.3
Jumlah 15 17.05 3
Urinal D-E 2 1.65
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F - Y1 4 3.8
Sistem 2 Lavatory G - Y2 1 1.45 3
Floor Drain C2 D2 2 1.65
Floor Drain D2 - Y2 2 3.3
Floor Drain F2 - Y2 2 4.4
Jumlah 17 17.9 3
Pipa Sambungan X1 - Y1 15 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 32 0.4 3
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.23. Perhitungan Pipa Ven Lantai 7 Restoran


Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65
Kloset (katup gelontor) B -C 4 1.65
Kloset (katup gelontor) C-D 4 1.65
Kloset (katup gelontor) D - X3 4 3.7
Sistem 1 3
Floor Drain A3 B3 2 1.65
Floor Drain B3 - C3 2 1.65
Floor Drain C3 - D3 2 1.65
Floor Drain D3 - X3 2 4.3
Jumlah 24 17.9 3
Lavatory E - Y3 1 1.55
Lavatory F - Y3 1 1.45
Urinal G-H 2 1.65
Sistem 2 Kloset (katup gelontor) H-I 4 1.65 3
Kloset (katup gelontor) I - Y3 4 3.8
Floor Drain G3 - Y3 2 2.05

74
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Floor Drain H3 - Y3 2 1.95
Floor Drain E3 - F3 2 1.65
Floor Drain F3 - Y3 2 4.4
Jumlah 20 20.15 3
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 2
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 2
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 2
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 59 0.4 4
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.24. Perhitungan Pipa Ven Lantai 8 Bioskop


Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65
Kloset (katup gelontor) B -C 4 1.65
Kloset (katup gelontor) C-D 4 1.65
Kloset (katup gelontor) D - X4 4 3.7
Sistem 1 3
Floor Drain G4 - Y4 2 2.05
Floor Drain H4 - Y4 2 1.95
Floor Drain E4 - F4 2 1.65
Floor Drain F4 - Y4 2 4.4
Jumlah 24 18.7 3
Lavatory E - Y4 1 1.55
Lavatory F - Y4 1 1.45
Sistem 2 Urinal G-H 2 1.65 2.5
Kloset (katup gelontor) H-I 4 1.65
Kloset (katup gelontor) I - Y4 4 3.8
Jumlah 12 10.1 2.5

75
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 36 0.4 4
Sumber : Perhitungan Penulis

Penentuan diameter pipa tegak gedung mall dalam pipa ven


menggunakan sistem gravitasi, dimana dalam penentuan unit beban alat
plambing kumulatif yaitu 2 pipa tegak digunakan untuk 2 sanitair yang
terdiri dari 2 sistem. Tinggi lantai gedung didasarkan pada hitungan jarak
letak ke rooftank. Dalam penentuan diameternya sendiri berasal dari
diameter pipa vertical yang ada di SNI 8153:2015 tentang Sistem
Plambing Dalam Bangunan Gedung.

Tabel 4.25. Pipa Tegak Ven


UBAP Tinggi Diameter Pipa Tegak
Lantai Kumulatif Lantai (m) (Inch)
8 36 16 2
7 95 20 2,5
6 127 24 2,5
5 159 28 2,5
4 191 32 2,5
3 223 36 3
2 255 40 3
1 322 44 3
Sumber : Perhitungan Penulis

4.5. Sistem Hidran Kebakaran

Sistem hidran kebakaran atau fire hydrant merupakan sistem


proteksi aktif dengan kerja otomatis maupun manual dan digunakan oleh
penghubi atau petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan
kebakaran dalam skala yang besar. Sistem hidran kebakaran sebagai suatu
sistem untuk memadamkan kebakaran atau mencegah meluasnya
kebakaran dengan menggunakan pipa yang memiliki tekanan tinggi pada
aliran airnya. Sistem ini dipasang secara permanen di dalam bangunan

76
yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan
menyemprotkan air di temoat mula terjadi kebakaran (Badan Standarisasi
Nasional, 2000).

4.5.1. Penaksiran Kebutuhan Air Sistem Hydrant

a. Jangkauan Penyemprot Fire Hydrant


Jarak penyemprotan fire hydrant dapat diasumsikan
menggunakan rumus dengan jangkauan terjauh sebesar 45o
adalah sebagai berikut:
X = Vo x cos x a x t
Y = Vo x sin x a x t – ½ x g x t
b. Tinggi Maksimum pada Jarak ½ Jarak Terjauh
Vt = Vo x sin a – g x t
Agar mendapatkan tinggi maksimum, maka Vt dengan
jarak maksimal= 0, sehingga dapat digunakan
0 = Vo x sin a – g x t
t = Vo x sin a/g
Tinggi maksimum didapatkan apabila jarak maksimal
bernilai 0. Jarak maksimal yang bernilai 0 menghasilkan
jarak terjauh pada waktu 2t atau 2 Vo x sin a/g. Jangkauan
terjauh maksimal yang dihasilkan dapat dilihat pada
persamaan berikut.
X maks = Vo2 x sin 2a/g
c. Harga Maksimal Spesifikasi Alat
Harga maksimal adalah nilai R atau spesifikasi alat.
Harga maksimal untuk spesifikasi alat adalah 30
berdasarkan Standar Nasional Indonesia pada pipa hidran
kebakaran yang direncanakan sebagai berikut :
R = 30
R = Vo2 x sin 2a/g
30 = Vo2 x sin 2 x 45 /9,81

77
Vo = 17,23 m/detik
d. Luas Daerah Jangkauan Alat
Perhitungan luas daerah jangkauan alat hidran
kebakaran dapat dihitung menggunakan rumuas pada
persamaan berikut :
Luas daerah jangkauan alat = ¼ x π x (2R)2
Hasil perhitungan luas daerah jangkauan alat pada
gedung mall delapan lantai dengan yaitu :
Luas daerah jangkauan alat = ¼ x 3,14 x (2 x 30)2
= 2826 m2
e. Jumlah Unit Fire Hydrant
Jumlah unit hidran kebakaran dihasilkan dari luas
daerah penempatan hidran tersebut. Hasil perhitungan
jumlah unit hidran kebakaran , yaitu:
Jumlah Unit Fire Hydrant = A/900 m 2
= 1950 m2 / 900 m2
= 2,167
= 2 buah
Jumlah Hydrant Pillar = Keliling Gedung/Jarak
Pemasangan
= (3,14 x 49) / 40
= 153,86 / 40
= 4 buah
Unit alat hidran kebakaran yang digunakan pada
perencanaan plambing mall ini menggunakan fire house
reel yang terdapat di dalam gedung dan pillar hydrant yang
terdapat di luar gedung. Dari hasil perhitunga di atas
didapati jumlah fire house reel tiap lantai yaitu 2 buah, dan
untuk 8 lantai berjumlah 16 buah. Sedangkan jumlah pillar
hydrant yaitu 4 buah yang terdapat di luar gedung.
Jangkauan selang pipa untuk fire hose reel dan pillar

78
hydrant diasumsikan 40 m dan dapat menjangkau dengan
luas jangkauan 2.826 m2. Jumlah unit alat hidran kebakaran
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.26. Jumlah Unit Hidran Kebakaran Tiap Lantai


Lantai Luas Lantai (m2) Jumlah Unit Hidran
1 1.950 2
2 1.950 2
3 1.950 2
4 1.950 2
5 1.950 2
6 1.950 2
7 1.950 2
8 1.950 2
9 1.950 2
10 1.950 2
Total Kebutuhan 16
Sumber: Perhitungan Penulis

4.5.2. Spesifikasi Fire Hose Reel

Fire hose reel merupakan tipe fire hydrant atau hidran


kebakaran yang terdiri dari nozzle dan pipa elastis (rubber line
cotton pipe). Fire hose reel ditempatkan di IHB (Indoor Hydrant
Box) atau OHB (Outdoor Hydrant Box) yang menggantung pada
tembok (Fisabillah, 2020).

Tabel 4.27. Spesifikasi Fire Hose Reel

Fire Hose Reel

D nozzle 2,5 inch

Panjang selang 30 m

Tekanan yang bekerja pada 20oC sebesar 12

Temperatur Bar

Head nozzle 6m

Pasokan Air 0,4 l/detik

79
Tekanan 4 bar 44 l/menit

Kecepatan aliran fire hose reel 2 m/s

4.5.3. Spesifikasi Pillar Hydrant

Pillar hydrant merupakan tipa hidran kebakaran yang


memiliki ketinggian 1 m dari muka tanah yang biasanya terletak di
luar gedung. Pillar hydrant memiliki equipment yaitu outdoor
hydrant box yang berguna untuk pemadaman yang terjadi. Siamese
connection terdapat pada pillar hydrant yang berguna untuk
menunjang pasokan air apabila reservoir tidak mencukupi saat
melalakukan pemadaman.
Pillar hydrant memiliki nozzle dengan diameter 2,5 inchi atau
6,35 cm. Pillar hydrant dapat menjangkau area pemadaman hingga
30,5 m. Waktu pasokan air yang diperlukan untuk pillar hydrant
yaitu 45 menit.

Tabel 4.28. Spesifikasi Pillar Hydrant


Pillar Hydrant
D nozzle 2,5
Jangkauan pillar hidran 30 m
Waktu pasok air 45 menit

4.5.4. Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Dalam gedung

Kebutuhan air untuk sistem fire hose reel berdasarkan debit


air yang dialirkan pada alat tersebut. Penentuan kebutuhan air
dalam berencanaan ini bedasarkan penanganan pemadam yang
dilakukan maksimum 60 menit, dengan mengasumsikannya setelah
60 menit petugas pemadam kebakaran telaah sampai di lokasi.
Perhitungan kebutuhan air juga diperngaruhi oleh kecepatan aliran.
Asumsi yang digunakan untuk kecepatan aliran dalam pipa yaitu 2
m/s. Berikut perhitungan kebutuhan air pada sistem fire hose reel.

80
Debit yang dialirkan pada alat (Q) = A x V
= (1/4 x 3,14 x (0,06352) x
2
= 0,00633 m3/s
= 0,37984 m3/menit
= 379,84 l/menit
Kebutuhan Air = Jumlah alat x Q x t
= 16 x 0,37984 m3/menit x
60 menit
= 364,644 m3
= 364.644 liter
Jadi jumlah pasokan atau kebutuhan air yang dibutuhkan untu
8 lantai yaitu 364,644 m3 atau 364.644 liter. Kebutuhan 1 unit fire
hose reel yaitu 121,548 m3 dan kebutuhan untuk 8 lantai
didapatkan perhitungan 2.917,155 m3.
Total debit pengaliran per lantai (Qh) = Jumlah alat x Q
= 2 x 0,37984
m3/menit
= 0,759 m3/menit
Jadi, total debit pengaliran per lantai sebesar 0,759 m3/menit
dan debit total seluruh lantai sebesar 6,077.

81
Gambar 4.8. Isometri Hidran Kebakaran

4.5.5. Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Luar Gedung

Debit yang dialirkan tiap alat


(Q) = A x V
= (1/4 x π x (0,06352 )) x 2
= 0,00633 m3 /s = 0,3798 m3 /menit
Kebutuhan air apabila terjadi kebakaran
= jumlah alat x Q tiap alat x waktu kebakaran
= 4 x 0,3798 m3 /menit x 60 menit
= 91,161 m3
Total debit pengaliran untuk kebakaran
(Qh) = jumlah alat x Q tiap alat
= 4 x 0,3798 m3 /s
= 0,01266 m3 /s

4.5.6. Total Debit Air untuk Kebakaran (Fire House Hydrant dan
Pillar Hydrant)

Total debit air= total debit fire hose reel hydrant + total debit
pillar
hydrant
= 6,077 m3 /s + 0,0126 m3 /s
= 6,0896 m3/s

82
Kebutuhan air untuk ground reservoir fire hose hydrant dan
pillar hydrant
= kebutuhan post hydrant + kebutuhan fire
hose hydrant
= 91,161 m3 + 364,644 m3
= 455,806 m3

4.6. Sistem Drainase Air Hujan


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting. Sistem
drainase air hujan berguna untuk menyalurkan air hujan dari atap dan
halaman atas gedung ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan
campuran kota. Sistem drainase pada gedung tidak diperbolehkan
menyalurkan langsung ke saluran pembuangan khusus air buangan (Badan
Standarisasi Nasional, 2015).

83
4.6.1. Perhitungan Roof drain

Tipe atap yang digunakan untuk bangunan mall ini yaitu beton
cor atau flat datar, Perhitungan kebutuhan luasan atap flat datar
(beton cor). Ukuran bangunan yaitu luas lingkaran, maka
perhitungan luas atapnya adalah sebagai berikut :
Luas Bangunan = Luas Lingkaran
= π𝑟2
= 3,14 x (24,5)2
= 1950 m2
Dari luas atap yang telah didapatkan dari hasil perhitungan,
selanjutnya luas atap dibagi menjadi 4 segmen dengan perhitungan
luas tiap segmen sebagai berikut :

Gambar 4.9. Denah Atap per Segmen (Sumber : Penulis)

1 2
Luas Segmen A = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)

= 487,5 m2
1 2
Luas Segmen B = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)

= 487,5 m2
1 2
Luas Segmen C = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)

= 487,5 m2

84
1 2
Luas Segmen D = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)

= 487,5 m2
Tabel 4.29 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan
Horizontal
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Month mm
Januari 339 323 444 443 201 300 187 476 521 281 328
Pebruari 260 253 339 334 312 364 423 352 311 492 409
Maret 252 168 202 201 438 406 298 276 569 246 276
April 210 166 212 212 235 322 197 160 250 264 184
Mei 200 100 116 142 136 98 219 59 34 34 55
Juni 5 75 140 134 16 14 181 28 0 22 104
Juli 24 0 83 81 2 0 263 0 0 1 2
Agustus 0 0 0 0 0 0 220 0 0 45 21
September 0 0 0 0 0 0 106 17 0 45 86
Oktober 73 65 72 69 0 0 105 4 0 66 72
Nopember 217 223 186 189 67 84 225 152 11 389 434
Desember 173 255 224 315 275 303 269 157 407 314 231
Total 146 136 168 2120 1682 1891 2693 1681 2103 2199 2202
1547 mm/tahun
Sumber : Perhitungan Penulis

Penetuan ukuran perpiapaan air hujan horizontal dapat dilihat


berdasarkan tabel 2.4. yang mengacu pada SNI 8153:2015,
keempat segmen memiliki luas yang sama yaitu sebesar 487,5 m2 .
Perencanaan gedung mall dibuat dengan kemiringan 2% dengan
nilai curah hujan 12,56 mm/jam dan dengan luas atap sebesar
1.950 m2, maka akan efektif jika menggunakan pipa dengan ukuran
diameter 5 inch dengan kapasitas debit 11,76 liter/detik.
Segemen A :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik

85
Segemen B :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik
Segemen C :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik
Segemen D :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik

Dari perhitungan diatas, maka air hujan dari atap akan


mengalir ke bawah dengan :
Segmen A :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡

1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,145
Segmen B :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡

1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,145
Segmen C :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡

86
1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,145
Segmen D :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡

1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,145
Dari perhitungan-perhitungan di atas dapat dihitung debit
air hujan setiap segmen dengan rumus sebagai berikut :
Q Air Hujan =CXIXA

Keterangan :
C : Konstantan (0,9)
I : Intensitas Air Hujan (m2/jam)
A : Luas Permukaan (m)

Segmen A :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2

= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen B :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2

= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen C :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2

87
= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen D
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2

= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik

Total Q Air Hujan = Q Air Hujan (Segmen A + Segmen B +


Segmen C + Segmen D)
= (5,511 + 5,511 + 5,511 + 5,511) m3/detik
= 7,164 m3/detik
= 171,934 mm/hari
Dari hasil perhitungan debit air hujan dapat digunakan
untuk menghitung jumlah roofdrain yang dibutuhkan dengan
rumus sebagai berikut :
Jumlah Roofdrain = Total Q Air Hujan/Luas Atap
Bangunan
= 171,934/1.950
= 11 unit
Maka total roofdrain yang dibutuhkan untuk gedung mall
delapan lantai dengan luas atap 1.950 m2 yaitu 11 roofdrain dengan
diameter 5 inch dan kapasitas debit masing-masing roofdrain yaitu
sebesar 11,76 liter/detik.
Berdasarkan tabel 4.6. tentang ukuran talang atap, pipa
utama dan perpipaan tegak air hujan yang mengacu pada SNI
8153:2015 didapati bahwa diameter talang air hujan sebesar 4 inch
dengan kapasitas debit 11,52 liter/detik

88
4.6.2. Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada


permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar
dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan ini kebalikan dari
sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk
memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum
berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan
demikian konstruksi dan kedalamannya berbeda. Sumur resapan
digali dengan kedalaman di atas muka air tanah. (Kusnaedi, 1995).
Sumur resapan pada gedung mall delapan lantai ini mempunyai 1
pasokan yaitu roofdrain.
Berikut ini perhitungan debit rumus resapan yang diperoleh
dari penjumlahan debit roofdrain. Jika diasumsikan lama pasokan
air dalam sumur respan (td) 1 hari, maka volume sumur resapan
diperoleh sebagai berikut :
Segmen A :
V Sumur Resapan = Debit curah hujan x td
= 5,551 m3/jam x 24 jam
= 132 m3
Segmen B :
V Sumur Resapan = Debit curah hujan x td
= 5,551 m3/jam x 24 jam
= 132 m3
Segmen C :
V Sumur Resapan = Debit curah hujan x td
= 5,551 m3/jam x 24 jam
= 132 m3
Segmen D :
V Sumur Resapan = Debit curah hujan x td
= 5,551 m3/jam x 24 jam

89
= 132 m3

4.7. Kapasitas Reservoar

Reservoir dalam gedung ini terbagi menjadi 2 macam yaitu ground


water tank (GWT) dan roof tank. GWT menyimpan air bersih untuk
kebutuhan air bersih dan kebutuhan hidran jika terjadi kebakaran. roof
tank menyimpan air bersih agar kebutuhan air bersih saat jam-jam puncak
dapat terpenuhi.

4.7.1. Tangki Atas (Roof Tank)

Tangki atas roof tank adalah sebuah tangki yang


penempatannya di atap sebuah bangunan. roof tank digunakan
untuk menampung kebutuhan puncak dan biasanya disediakan
dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak
tersebut. Kapasitas efektif tangki atas dapat dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
VE = [(Qp - Qmax) Tp – (Qpu x Tpu)]
Keterangan :
VE : kapasitas efektif tangka atas (liter)
Qp :kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmax : kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Tp : jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Qpu : kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tpu : jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Penentuan dimensi bak air atas (roof tank) terlebih dahulu


harus ditentukan kapasitas volume air yang harus ditampung dalam
bak tersebut. Penentuan kapasitas volume bak air atas mengunakan
persamaan dapat ditentukan melalui perhitungan seperti berikut:

90
Qp = Qm-max
= 0,066 m3/menit
Qmax = Qh-max
= 1,978 m3/jam
= 0,033 m3/menit
Qpu = Qh-max
= 0,033 m3/menit
Tp = 30 menit
Tpu = 10 menit

Dari data-data tersebut, selanjutnya dapat ditentukan volume


efektif untuk bak air sesuai rumus diatas sebagai berikut :
VE = [(Qp - Qmax) Tp – (Qpu x Tpu)]
= [(0,066 - 0,033) 30 + (0,033 x 10)]
= 1,319 m3
Berikut ini merupakan hasil perhitungan dimensi roof tank :

Tabel 4.30. Dimensi Roof tank


Dimensi Rooftank
Volume ( m3) 1,319
Jumlah Rooftank (unit) 1
Tinggi (m) 3
Ruang Ambang Bebas 0,2
Diameter (m) 0,72
p (m) 0,66
l (m) 0,66
Sumber : Perhitungan Penulis

Jadi, besarnya volume efektif tangki atau kapasitas air atas


(roof tank) adalah sebesar 1,319 m3, dengan dimensi panjang x
lebar x tingggi sebesar (0,66 m x 0,66 m x 1 m).

91
4.7.2. Tangki Bawah (Ground Water Tank)

Ground Water Tank adalah tangki yang berfungsi untuk


menampung air bersih yang diletakkan di bawah tanah. Untuk
perhitungan volume tangki adalah sebagai berikut :
V GWT = [Qd – (Qs x t)] x T
Keterangan :
Qd : Pemakaian Air Rata-rata ( m3/jam)
Qs : Kapasitas Pipa Dinas ( m3/jam)
t : Pemakaian Air 1 Hari (jam/hari)
T : Waktu Penampungan (hari)
Vr : Volume Tangki Air Minum ( m3)
Pada perhitungan perhitungan sebelumnya didapatkan jumlah
kebutuhan air per hari sebesar 11,868 m3/hari. Kapasitas pengaliran
pipa dinas (Qs) sebesar 2/3 dari air rata-rata per jam. Pada
perhitungan sebelumnya didapatkan nilai air rata-rata per jam
adalah sebesar 0,989 m3/jam. Pemakaian air rata-rata pada
bangunan mall adalah 12 jam.
Qd = 11,868 m3/hari
2
Qs = 3
x Qh
2
= 3
x 0,989

= 0,659 m3/jam
t = 12 jam
T = 1 hari
Angka pemakaian air yang diperoleh biasanya digunakan
untuk menentukan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dan
sebagainya, adapaun untuk menentukan perhihtungan dimensi bak
air bawah (Ground Water Tank) berdasarkan rumus menurut
(Noerbambang & Morimura, 2005) yaitu :
a. Kapasitas Pipa Dinas

92
2
Qs = 3
×𝑄ℎ
2
= 3
×0,989

= 0,659 m3/jam
Air yang berasal dari sumber air (PDAM) akan ditampung
terlebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian air dipompakan.
Penentuan volume GWT total ke tangki atas yang berada di
lantai 8 pada bangunan mall dapat ditentukan dengan rumus
dibawah ini :
b. Volume Bak Air Bawah
Volume GWT = [ Qd – (Qs x t)] x T
= [11,868 - (0,659 x 12)] x 1
= 3,959 m3
c. Volume GWT Total
Volume GWT Total = Volume GWT +
Kebutuhan Air Fire
Hydrant
= 3,956 m3 + 364,644 m3
= 368,601 m3
Dari hasil perhitungan di atas volume tangki bawah sebesar
3,959 m3 Dengan perencanaan kebutuhan air untuk fire hydrant
digabungkan dengan ground water tank (GWT) kebutuhan air
bersih maka dapat dihasilkan volume GWT sebesar 368,601 m3.
Berikut perhitungan dimensi ground water tank (GWT) :
Tabel 4.31 Dimensi Ground Water Tank
Dimensi Ground Water Tank
Volume ( m3) 3,956
Jumlah Rooftank (unit) 2
Tinggi (m) 3
p (m) 0,812
l (m) 0,812
Sumber : Perhitungan Penulis

93
4.8. Kapasitas Pompa

Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa


per satuan waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang
harus dipenuhi sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan. Dalam
perencanaan gedung bertingkat, diperlukan pompa agar dapat menyuplai
kebutuhan air bersih dari lantai dasar sampai lantai yang paling tinggi.
Pompa harus manpu menyuplai air dengan debit volume yang diinginkan,
agar kebutuhan suatu gedung akan air bersih dapat terpenuhi.

4.8.1. Kapasitas Pompa Air Bersih

Menentukan jenis pompa yang tepat, maka harus


menentukan karakteristik yang menjadi syarat pemilihan pompa
yang digunakan untuk mengalirkan air dari ground reservoir
menuju ke lantai 8 melalui langkah – langkah berikut :
a. Perhitungan Head Statis
Head statis ditentukan berdasarkan penjumlahan antara
tinggi gedung, tinggi kaki rooftank dan muka air rooftank
yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya, perhitunga
head stastis sebagai berikut :
Head Statis = Tinggi gedung + Tinggi kaki roof tank +
muka
air rooftank
= 44 m + 8,01 m + 3 m
= 55,01 m
b. Perhitungan Head System
Pada instalasi perpipa air bertekanan pasti akan mengalami
head loss. Penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di
dalam pipa itulah yang disebut Head loss. Head loss pada
instalasi pipa disebabkan oleh 2 hal yaitu mayor head loss
dan minor head loss.
1. Head Mayor

94
Head Mayor disebabkan oleh gesekan antara
air yang mengalir dengan dinding pipa. Perhitungan
Head Mayor adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Debit (Q) : 0,003 m3/detik
Panjang Pipa (L) :1m
Konstantan (C) : 130
Diameter (D) :0,03 m
𝑄 1,85
Hf Suction =( 2,63 ) 𝑥𝐿
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷

0,003 1,85
= ( 2,63 ) 𝑥1
0,2785 𝑥 130 𝑥 0,03

= 1,07 m
Diketahui :
Debit (Q) : 0,003 m3/detik
Panjang Pipa (L) : 55 m
Konstantan (C) : 130
Diameter (D) :0,03 m
𝑄 1,85
Hf Discharge = ( 2,63 ) 𝑥𝐿
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷

0,003 1,85
= ( 2,63 ) x 55
0,2785 𝑥 130 𝑥 0,03

= 58,82 m
Hf Mayor = Hf Suction + Hf Discharge
= 1,07 + 58,82
= 59,89
2. Head Minor
Minor head loss disebabkan oleh beberapa
hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa
(inlet), aliran keluar fluida dari pipa (outlet),
sambungan pipa/ fitting atau sambungan pipa tanpa
fitting/ butt fusion, dan yang terakhir katup/ valve.

95
Dibawah ini merupakan gambar yang menjelaskan
tentang posisi terjadinya head loss pada sebuah
instalasi perpipaan.
Diketahui :
K :2
Kecepatan (v) : 8,01 m/s
2
2×𝐾 ×(𝑣)
Check Valve (m) = 2×9,81

= 13,08 m
Hf Suction = Check Valve
= 13,08 m
Diketahui :
K : 0,3
Kecepatan (v) : 8,01 m/s
2
𝑣
Gate Valve (m) =( 2×9,81 )×𝐾

= 0,98 m
2
𝐾×(𝑣)
4 Belokan 90 (m) = 4×( 2×9,81 )

= 3,92 m
Hf Discharge (m) = Gate Valve + 4 Belokan
90 + Check
Valve
= 0,98 + 3,92 + 0,98
= 5,89 m
Hf Minor (m) = Hf Suction + Hf Discharge
= 13,08 + 5,89
= 18,97 m
Sisa Tekan =2m
Head System = Hf Mayor + Hf Minor
= 59,89 + 18,97
= 78,86 m

96
a. Head Pompa
Dari perhitungan head statis dan head system
didapatkan besarnya nilai head pompa sebagai berikut :
Hp = Head Statis + Head System
= 55,01 + 78,86
= 133,87 m
b. Daya Pompa
Daya pompa merukan energi efektif yang diterima
oleh air per satuan waktu. Perhitungan daya pompa untuk
air bersih adalah sebagai berikut :
ρ air : 1.000 kg/m3
Q : 0,0025 m3/s
H : 133,87 m
Daya = ρ air × Q × H × 9,81
= 1000 × 0,0025 × 133,87
= 3.283,14 watt
= 3,28 Kw
Jadi daya pompa yang dibutuhkan adalah sebesaar 3,28
Kw dan menggunakan 1 buah pompa untuk air bersih.

4.8.2. Kapasitas Pompa Fire Hydrant

Dalam sebuah sistem hidran diperlukan beberapa


komponen untuk menunjang hidran bekerja dengan baik, salah
satunya adalah pompa hydrant. Pompa hydrant atau hydrant pump
adalah komponen dari hydrant system yang berfungsi
memompakan air dari reservoir menuju jaringan hydrant. Selain itu
pompa hydrant juga berfungsi untuk mengontrol tekanan air yang
akan dialirkan ke setiap hydrant. Syarat untuk kapasitas pompa
hydrant memiliki minimum sebesar 500 galon per menit.

97
Berikut ini merupakan perhitungan menentukan kapasitas
pompa fire hydrant :
a. Perhitungan Head Statis
Perhitungan Head statis, Head statis buang diasumsikan 44 m
dan Head statis hisap diasumsikan 3,5 m.
Head statis = Hstatis buang + Hstatis hisap
= 44 m + 8 m
= 52,01 m
b. Perhitungan Perbedaan Tekanan
Perhitungan perbedaan tekanan permukaan air terhadap pipa
hisap.
Perhitungan perbedaan tekanan permukaan dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini:
∆Hp = Hp1 – Hp2 / ρ x g
Dengan,
Hp1 = 4,43 x 10-5 N/m2 (Tekanan umum pada hidran)
Hp2 = 1 ATM (10-5 N/m2)
ρ𝑎𝑖𝑟 = 998,2 kg/m3 (suhu 20o)
Sehingga,
∆Hp = Hp1 – Hp2 / ρ x g
= 4,43 x 10-5 - 10-5 / 998,2 x 9,81
= 3,503 x 10-9 m3
c. Perhitungan Kerugian Gesek
Perhitungan kerugian gesek pada tekanan pipa hisap sebagai
berikut:
Panjang pipa (L) = 100 m
Diameter pipa (D) = 0,03 m
Laju aliran (Q) = 0,760 m3/s
Rumus kecepatan aliran pada sisi hisap :
v = Q / (π / 4 x D2)
= 0,760 / (3,14 / 4 x 0,03)

98
= 1.075,27 m/s
d. Perhitungan kerugian gesek hidran
Re = V x D/v
dengan,
Re : Bilangan Reynold
V : Kecepatan (m/s)
D : Diameter pipa (m)
v : Viskositas air (8,93 x 10-7 m2/s)
Sehingga,
Re = V x D/v
= 1.075,3 x 0,03 / 8,93 x 10-7
= 40.272.159,8
Berdasarkan perhitungan, besar bilangan Reynold
282194,849, sehingga Re > 4000 maka aliran yang terjadi disebut
aliran turbulen.
Selanjutnya dapa dihasilkan panjang ekivalen pipa dengan
rumus sebagai berikut :
Panjang pipa : 32 m
Elbow 90 : 4,80
BV : 19,50
Panjang Ekivalen = Panjang pipa + Elbow 90 + BV
= 100 + 4,80 + 19,50
= 56,30
e. Perhitungan Mayor Loss
Head Loss Mayor = 0,41 m
f. Perhitungan Minor Loss
Head Loss Minor = Head Loss Mayor + Panjang
Ekivalen
= 0,41 + 56,30
= 22,01 m

99
Head Losses Total = Head Loss Mayor + Head Loss
Minor
= 0,41 m + 22,01 m
= 23,44
g. Perhitungan head total pompa
Htotal = Hstatis + Hservis + HLosses
= 52,01 + 69,00 + 23,44
= 92,44 m
h. Perhitungan daya pompa
Pw = 0,163 x γ x Q x H
dengan,
Pw : Daya air (W)
γ : Ketetapan berat jenis air per satuan volume (9,765
kN/m3)
Q : Laju aliran (m3/menit)
Sehingga,
Pw = 0,163 x γ x Q x H
= 0,163 x 9,765 x 0,760 x 92,44
= 18,11 kW ditentukan 1 kW = 1,341 h
P = 18,11 kW x 1,341
= 923,8 Hp
Berdasarkan perhitungan pompa hidran, maka pompa yang
digunakan adalah Pompa Hydrant Electric - 500 GPM 60-70 Meter 37
Kw - Merk EBARA.

4.9. Bill of Quantity (BoQ)

Pada perencanaan sistem plambing gedung mall membutuhkan


barang dan alat yang digunakan untuk membangun sistem plambing dari
gedung tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan jenis dan
jumlah material yang diperlukan. Perhitungan jenis dan jumlah material
berdasarkan dari hasil perencanaan. BOQ adalah penyampaian jumlah

100
kuantitas barang-barang yang diperlukan dalam perencanaan. BOQ
menjadi dasar penyusunan RAB. BOQ pada perencanaan ini terdiri dari
BOQ pipa, BOQ alat plambing, dan BOQ sistem hydrant, BOQ aksesoris,
dan BOQ pompa.

4.9.1. Bill of Quantity (BoQ) Perpipaan

Jenis pipa yang digunakan untuk sistem air bersih dan air
buangan adalah pipa PVC. Penggunaan pipa PVC tersebut
dikarenakan pipa PVC tidak mudah terkorosi dan harga yang
terjangkau serta mudah didapatkan di pasaran. Selain itu pipa PVC
karna lebih mudah dalam perawatannya dibandingkan pipa jenis
lain. Ukuran-ukuran pipa yang dibutuhkan pada perencanaan ini
juga tersedia di pasaran. Adapun perhitungan pengadaan pipa
untuk keseluruhan gedung dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.32. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih


Panjang
Diameter Panjang Jumlah
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan
Pipa (inch) Pipa (m) (buah)
(m)
1 Pipa PVC Rucika JIS ¾" (0,75) 134,62 4 34
2 Pipa PVC Rucika JIS 1" 0,4 4 1
3 Pipa PVC Rucika JIS 1¼" (1,25) 15,65 4 4
1½"
4 Pipa PVC Rucika JIS 66,9 4 17
(1,5)
5 Pipa PVC Rucika JIS 2" 4 4 1
Total 57
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.33. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Bersih


Diameter Panjang Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) Pipa (m) Perbatangan (m)
1 Pipa PVC Rucika JIS 2" 8 4 2
2 Pipa PVC Rucika JIS 2½" (2,5) 32 4 8
Total 10
Sumber : Perhitungan Penulis

101
Tabel 4.34. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Limbah dan Ven
Diameter Panjang Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) Pipa (m) Perbatangan (m)
1 Pipa PVC Rucika JIS 1½" (1,5) 134,52 4 34
2 Pipa PVC Rucika JIS 2" 250,07 4 1
3 Pipa PVC Rucika JIS 2½" (2,5) 29,32 4 7
4 Pipa PVC Rucika JIS 3" 131,87 4 33
5 Pipa PVC Rucika JIS 4" 1,5 4 1
Total 76
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.35. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Limbah dan Ven
Diameter Panjang Pipa Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) (m) Perbatangan (m)
l Pipa PVC Rucika JIS 2" 8 4 2
2 Pipa PVC Rucika JIS 2½" (2,5) 32 4 8
Total 10
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.36. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Drainase Air Hujan


Diameter Panjang Pipa Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) (m) Perbatangan (m)
Rucika
1 Pipa PVC 4" 44 4 11
JIS
Total 11
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.37. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air


Bersih
No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah
1 Elbow 2" 1
2 Elbow 1¼" (1,25) 12
3 Elbow 1½" (1,5) 26
4 45 Elbow 1" 10
5 Tee all flange 1¼" (1,25) 4
6 Tee all flange 1½" (1,5) 33
7 Tee all flange 2" 1
8 Reducer 1¼" x ½ 1

102
9 Reducer 1½" x 1" 1
10 Reducer 1¼" x 1" 1
11 Reducer ¾" x ½" 1
12 Reducer 1" x ¾" 1
13 Reducer 1" x ¾" 6
Total 98
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.38. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Limbah dan
Ven
No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah
1 Elbow 2" 20
2 Elbow 2½" (2,5) 6
3 Elbow Rp3 27
4 45 Elbow 3" 10
5 46 Elbow 4" 10
6 Tee all flange 1½" (1,5) 9
7 Tee all flange 2" 17
8 Tee all flange 2½" (2,5) 3
9 Tee all flange 3" 15
10 Increaser 2" x 1½" 2
11 Increaser 2½" x 2" 7
12 Increaser 3" x 2½" 3
13 Increaser 3" x 2" 3
14 Increaser 4" x 3" 2
Total 134
Sumber : Perhitungan Penulis

4.9.2. Bill of Quantity (BoQ) Alat Plambing

Tabel 4.39. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih


No Alat Plambing Spesifikasi Jumlah
1 Kloset duduk Toto Type CW702J/SW784JP 41
2 Urinal Toto Urinal tipe U57M 8
3 Lavatory Toto Wastafel tipe LW526NJ 21
Zehn + Kitchen Sink tipe W/WING
4 Kitchen Sink
XSDC1500 50
5 Floordrain Toto Floor Drain tipe TX1DA 63
TOTAL 142
Sumber : Perhitungan Penulis

103
4.9.3. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant

Tabel 4.40. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant


Alat
No Spesifikasi Jumlah
Plambing
Hydrant Hydrant Box B Size 125 x 75 x 18cm
Box Type 1 Roll Fire Hose Canvas (10 bar) 1,5″ x
B 30m
1 Fire Hose (Indoor) 1 Pcs Hydrant Valve 1,5″ 10K 16
– 1 Pcs Hose Nozzle 1,5″
Complete
1 Pcs Hose Rack 1,5″
Set
Hydrant Hydrant Pillar Two Ways type H-14AP
2 4
Pillar (w/Main&ball valve) 4″x2.5″x2.5″
Total
Sumber : Perhitungan Penulis

4.9.4. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain

Tabel 4.41. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain


No. Uraian Jenis pipa Diameter Pipa (inch) Jumlah
Vone Roof Drain Stainless
1 Roof Drain 5" 11
Steel RD-S50 5inch
Total 11
Sumber : Perhitungan Penulis

4.9.5. Bill of Quantity (BoQ) Reservoar

Tabel 4.42. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih


No. Alat Plambing Spesifikasi Jumlah
Rooftank FRP PNT-60 PT Toya Arta
1 Roof Tank 1
Sejahtera
Ground Water Rooftank FRP PNT-80 PT Toya Arta
2 2
Tank Sejahtera
Total 3
Sumber : Perhitungan Penulis

4.9.6. Bill of Quantity (BoQ) Pompa

Tabel 4.43. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih


No. Uraian Spesifikasi Kebutuhan

104
Pompa Air Pendorong Booster Pump
1 Pompa Air Bersih Grundfos CM PT 3-5 Best Selling 1
Pompa Hydrant Electric - 500 GPM
2 Pompa Hydrant
60-70 Meter 37 Kw - Merk EBARA 1
Total 2
Sumber : Perhitungan Penulis

4.9.7. Sumur Resapan


Sumur resapan yang digunakan dalam perencanaan gedung
mall ini yaitu sebanyak 4 buah. Pada perencanaan gedung mall
terbagi menjadi 4 segmen, setiap segmen dari gedung terdapat 1
buah sumur resapan. Oleh karena itu total jumlah sumur
resapannya sebanyak 4 buah.

4.10. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Tahap terakhir dari perencanaan sistem plambing adalah


melakukan perhitungan dan memperkirakan jenis dan jumlah material
yang diperlukan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perkiraan biaya
yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Perkiraan
anggaran biaya untuk perencanaan system plambing bangunan mall 8
lantai bertujuan untuk mengetahui dan memenentukan seberapa besar
investasi yang diperlukan dalam pengerjaan system plambing gedung mall
8 lantai.

4.10.1. RAB Sistem Air Bersih

Tabel 4.44. RAB Pipa Air Bersih


Panjang
Diameter Panjang Jumlah Harga Satuan Harga
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan
Pipa (inch) Pipa (m) (buah) Normal Total
(m)
1 Pipa PVC Rucika JIS ¾" (0,75) 134,62 4 34 Rp68.200 Rp2.295.271
2 Pipa PVC Rucika JIS 1" 0,4 4 1 Rp99.000 Rp99.000
3 Pipa PVC Rucika JIS 1¼" (1,25) 15,65 4 4 Rp133.600 Rp522.710
1½"
4 Pipa PVC Rucika JIS 66,9 4 17 Rp173.500 Rp2.901.787
(1,5)

105
Panjang
Diameter Panjang Jumlah Harga Satuan Harga
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan
Pipa (inch) Pipa (m) (buah) Normal Total
(m)
5 Pipa PVC Rucika JIS 2" 4 4 1 Rp246.300 Rp246.300
Total Rp6.065.068

Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.45. RAB Pipa Tegak Air Bersih


Panjang
No Diameter Panjang Harga Satuan
Uraian Jenis pipa Perbatangan Jumlah Total
. Pipa (inch) Pipa (m) Normal
(m)
Pipa Rucika
1 2" Rp8 Rp4 2 Rp246.300 Rp492.600
PVC JIS
Pipa Rucika
2 2½" (2,5) Rp32 Rp4 8 Rp316.800 Rp2.534.400
PVC JIS
Total Rp3.027.000
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.2. RAB Sistem Air Limbah dan Ven


Tabel 4.46. RAB Pipa Air Limbah dan Ven
Panjang
Diameter Panjang Harga Satuan
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan Jumlah Total
Pipa (inch) Pipa (m) Normal
(m)
Rucika
1 Pipa PVC 134,52 4 34 Rp91.000 Rp3.060.330
JIS 1½" (1,5)
Rucika
2 Pipa PVC 2" 250,07 4 1 Rp114.800 Rp114.800
JIS
Rucika
3 Pipa PVC 2½" (2,5) 29,32 4 7 Rp181.500 Rp1.330.395
JIS
Rucika
4 Pipa PVC 131,87 4 33 Rp265.200 Rp8.742.981
JIS 3"
Rucika
5 Pipa PVC 4" 1,5 4 1 Rp398.000 Rp398.000
JIS
Total Rp13.646.506
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.47. RAB Pipa Tegak Air Limbah dan Ven


Diameter Panjang Panjang Harga Satuan
No. Uraian Jenis pipa Jumlah Total
Pipa (inch) Pipa (m) Perbatangan (m) Normal
Rucika
l Pipa PVC 2" 8 4 2 Rp246.300 Rp492.600
JIS
Rucika
2 Pipa PVC 2½" (2,5) 32 4 8 Rp316.800 Rp2.534.400
JIS
Total Rp3.027.000

106
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.3. RAB Sistem Drainase Air Hujan

Tabel 4.48. RAB Pipa Drainase Air Hujan


Panjang
Diameter Panjang Harga Satuan
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan Jumlah Total
Pipa (inch) Pipa (m) Normal
(m)
Rucika
1 Pipa PVC 4" 44 4 11 Rp779.700 Rp8.576.700
JIS
Total Rp10.005.270
Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.49. RAB Pipa Drainase Air Hujan


Diameter Harga Satuan
No. Uraian Jenis pipa Jumlah Total
Pipa (inch) Normal
Vone Roof Drain
1 Roof Drain Stainless Steel RD-S50 5" 11 Rp129.870 Rp1.428.570
5inch
Total Rp10.005.270
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.4. RAB Aksesoris Pipa

Tabel 4.50. RAB Aksesoris Pipa Air Bersih


No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah Harga satuan Jumlah
1 Elbow 2" 1 Rp19.800 Rp19.800
2 Elbow 1¼" (1,25) 12 Rp9.500 Rp114.000
3 Elbow 1½" (1,5) 26 Rp13.100 Rp340.600
4 45 Elbow 1" 10 Rp6.200 Rp62.000
5 Tee all flange 1¼" (1,25) 4 Rp13.200 Rp52.800
6 Tee all flange 1½" (1,5) 33 Rp17.600 Rp580.800
7 Tee all flange 2" 1 Rp28.000 Rp28.000
8 Reducer 1¼" x ½ 1 Rp4.500 Rp4.500
9 Reducer 1½" x 1" 1 Rp8.500 Rp8.500
10 Reducer 1¼" x 1" 1 Rp6.200 Rp6.200
11 Reducer ¾" x ½" 1 Rp3.100 Rp3.100
12 Reducer 1" x ¾" 1 Rp4.200 Rp4.200
13 Reducer 1" x ¾" 6 Rp4.200 Rp25.200
Total Rp1.249.700
Sumber : Perhitungan Penulis

107
Tabel 4.51. BoQ Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven
No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah Harga satuan Jumlah
1 Elbow 2" 20 Rp8.200 Rp164.000
2 Elbow 2½" (2,5) 6 Rp13.100 Rp78.600
3 Elbow Rp3 27 Rp19.100 Rp515.700
4 45 Elbow 3" 10 Rp18.600 Rp186.000
5 46 Elbow 4" 10 Rp31.600 Rp316.000
6 Tee all flange 1½" (1,5) 9 Rp7.300 Rp65.700
7 Tee all flange 2" 17 Rp10.900 Rp185.300
8 Tee all flange 2½" (2,5) 3 Rp19.500 Rp58.500
9 Tee all flange 3" 15 Rp29.200 Rp438.000
10 Increaser 2" x 1½" 2 Rp5.200 Rp10.400
11 Increaser 2½" x 2" 7 Rp8.500 Rp59.500
12 Increaser 3" x 2½" 3 Rp11.000 Rp33.000
13 Increaser 3" x 2" 3 Rp10.900 Rp32.700
14 Increaser 4" x 3" 2 Rp21.400 Rp42.800
Total Rp2.186.200
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.5. RAB Hydrant Kebakaran


Tabel 4.52. RAB Hydrant Kebakaran
Alat
No Spesifikasi Jumlah Harga satuan Jumlah
Plambing
Hydrant Box B Size 125 x 75 x
Rp34.960.000
18cm Rp2.185.000
Hydrant Box 1 Roll Fire Hose Canvas (10 bar)
Rp21.600.000
Type B 1,5″ x 30m Rp1.350.000
1 Fire Hose 16
(Indoor) – 1 Pcs Hydrant Valve 1,5″ 10K Rp490.000 Rp7.840.000
Complete Set
1 Pcs Hose Nozzle 1,5″ Rp430.000 Rp6.880.000
1 Pcs Hose Rack 1,5″ Rp400.000 Rp6.400.000
Hydrant Hydrant Pillar Two Ways type H-14AP
2 4 Rp4.950.000 Rp19.800.000
Pillar (w/Main&ball valve) 4″x2.5″x2.5″
Total Rp9.805.000 Rp97.480.000
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.6. RAB Reservoir


Tabel 4.53. RAB Reservoir
No. Alat Plambing Spesifikasi Jumlah Harga satuan Total
Rooftank FRP PNT-60 PT Toya
1 Roof Tank 1 Rp180.000.000 Rp180.000.000
Arta Sejahtera
Rooftank FRP PNT-80 PT Toya
2 Ground Water Tank 2 Rp180.000.000 Rp360.000.000
Arta Sejahtera
Total Rp540.000.000

108
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.7. RAB Pompa

Tabel 4.54. RAB Pompa


Harga Satuan
No. Uraian Kebutuhan Spesifikasi Total
Normal (pcs)
Pompa Air Pendorong
Booster Pump Grundfos CM
1 Pompa Air Bersih 1 PT 3-5 Best Selling Rp7.790.000 Rp7.790.000
Pompa Hydrant Electric - 500
2 Pompa Hydrant 1 GPM 60-70 Meter 37 Kw - Rp44.000.000
Merk EBARA Rp44.000.000
Total Rp51.790.000
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.8. RAB Biaya Pekerja

Tabel 4.55. RAB Biaya Pekerja


Durasi
Jenis Harga Satuan Upah Per Hari Total Harga
Uraian Kegiatan Satuan Volume Perencanaan
Pekerjaan (Rp) (Rp) (Rp)
(hari)
Mandor orang/hari 2 Rp150.000 30 Rp300.000 Rp9.000.000
Galian
Tukang orang/hari 20 Rp100.000 30 Rp2.000.000 Rp60.000.000
Mandor orang/hari 2 Rp150.000 30 Rp300.000 Rp9.000.000
Urugan Pasir
Tukang orang/hari 20 Rp188.265 30 Rp3.765.300 Rp112.959.000
Mandor orang/hari 2 Rp150.000 30 Rp300.000 Rp9.000.000
Urugan Tanah
Tukang orang/hari 20 Rp42.075 30 Rp841.500 Rp25.245.000
Pemasangan Mandor orang/hari 2 Rp150.000 30 Rp300.000 Rp9.000.000
Pipa Tukang orang/hari 40 Rp110.000 30 Rp4.400.000 Rp132.000.000
Total Rp366.204.000
Sumber : Perhitungan Penulis

4.10.9. Total RAB

Total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan system


plambing gedung mall 10 lantai sebesar Rp. 1.090.769.914 dengan
rincian seperti berikut :
Tabel 4.56. Total RAB
Total RAB Total Harga
RAB Alat Plambing Rp466.821.000
RAB Hydrant Rp97.480.000

109
Total RAB Total Harga
RAB Alat Plambing Rp466.821.000
RAB Pompa Rp51.790.000
RAB Pipa Air Bersih Rp3.769.798
RAB Pipa Air Limbah dan Pipa Ven Rp10.586.176
RAB Pipa Drainase Air Hujan Rp1.428.570
RAB Pipa Tegak Air Bersih Rp3.027.000
RAB Pipa Tegak Air Limbah dan Pipa Tegak Ven Rp3.043.200
RAB Aksesoris Perpipaan Air Bersih Rp1.249.700
RAB Aksesoris Perpipaan Air Limbah dan Ven Rp2.186.200
RAB Perpipaan Drainase Air Hujan Rp10.005.270
RAB Reservoir Rp540.000.000
RAB Biaya Pekerja Rp366.204.000
TOTAL Rp1.090.769.914
Sumber : Perhitungan Penulis

110
BAB 5 KESIMPULAN

Kesimpulan dari perencanaan sistem plambing mall 8 lantai dengan 1 lantai


lahan parkir di Kota Klaten yaitu:

1. Debit kebutuhan air bersih mall 10 lantai yaitu 11,868 m3 /hari. Debit
kebutuhan air hidran yaitu 364,644 m3 untuk satu unit hidran kebakaran
(fire hose reel) dan untuk satu lantai dengan 1 unit FHR membutuhkan
debit air bersih sebesar 121,548 m3.
2. Jumlah hidran kebakaran didapatkan sebanyak 2 buah fire hose reel untuk
satu lantai, dan total sebanyak 16 unit untuk 8 lantai. Sedangkan Pillar
hydrant sebanyak 4 unit yang terletak di luar gedung.
3. Debit jam puncak diperolah sebesar 1,98 m3/jam dengan waktu pemakaian
rata-rata 12 jam (10:00 hingga 22.00). Debit menit puncak yaitu 0,066
m3/jam.
4. Dimensi tangki bawah tanah atau ground water tank memiliki panjang dan
lebar 0,812 m dengan tinggi 3 m. Dimensi tangki atas atau roof tank
memiliki panjang dan lebar 0,66 m dengan tinggi 3 m. Dimensi sumur
resapan yaitu panjang dan lebar 6 m dengan tinggi 3 m dengan volume
132 m3/jam.
5. Alat plambing yang digunakan yaitu watercloset (katup gelontor), urinal,
lavatory dan kitchen sink. Total setiap alat plambing yang digunakakan
yaitu 41 buah watercloset (katup gelontor), 8 buah urinal dan 21 buah
lavatory.
6. Curah hujan di Kabupaten Klaten sebesar 12,56 mm/jam. Diameter pipa
air hujan horizontal dengan kemiringan 2% adalah sebesar 5 inch,
diameter talang atap sebesar 4 inch seerta diameter pipa tegak sebesar 8
inch.
7. Luasan atap sesuai dengan luasan bangunan yaitu 1950 m2, berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan maka direncanakan roof drain sebanyak
11 buah yang dibagi menjadi 4 segmen.

111
8. Sumur resapan yang digunakan sebanyak 2 sumur resapan.
9. Pompa yang digunakan yaitu 2 buah, pompa untuk penggunaan sistem air
bersih dan pompa untuk penggunaan sistem hydrant. Pompa air bersih
dengan daya 3,28 kW dan pompa hidran kebakaran dengan daya 18,11
kW.
10. Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk system plambing gedung mall
bertingkat 10 lantai adalah sekitar Rp1.090.769.914.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran
EGC.

Fajarwati. A. 2000. Perencaanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Domestik Kota


Palembang (Studi Kasus : Kecamatan Ilir Timur I dan Kecamatan Ilir II).
Skirpsi.
Bandung : Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Fisabillah, A. M. 2020. Analisis Kinerja Sistem Plambing Berdasar Kebutuhan air


Bersih
Studi Kasus: Apartemen Amartha View Semarang. Skripsi. Semarang :
Jurusan
Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang

Iskandar, N. 2016. Perancangan Ulang Sistem Penyediaan Air Bersih pada


Bangunan Gedung
Twing Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta
: Fakultas

112
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kusnaedi. 1995. Membangun Desa. Jakarta: Swadaya.

Maitland, B. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. New York : Langman
Group
Limited.

Noerbambang, S. M. dan T. Morimura. 1999. Perancangan dan Pemeliharaan


Sistem
Plambing. Jakarta : Erlangga.

Noerbambang, S. M. dan T. Morimura. 2005. Perancangan dan Pemeliharaan


Sistem
Plambing. Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


12 Tahun
2020. Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 14 Mei 2020.
Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 569. Jakarta.

Pinandita, A. 2009. Perancangan Sistem Plambing di Gedung Perkantoran.


Skripsi.
Depok : Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia.

Reza, S. K., K. Pharmawati, dan A. Nurprabowo. 2016. Perencanaan Sistem


Instalasi
Plambing Air Buangan Gedung Park View, Hotel dan Restoran. Jurnal
Online Institut

113
Teknologi Nasional. 4 (1).

Rinka, D.K., R. Sururi, dan E. Wardhani. 2014. Perencanaan Sistem Plambing


Air
Limbah dengan Penerapan Konsep Green Building pada Gedung Panghegar
Resort
Dago GolfHotel. Jurnal Teknik Lingkungan ITENAS. 2 : 1-12.

SNI 1745-1989-F. Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan


Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.

SNI 03-3989-2000. Tata Cara Perencanaan Dan pemasangan Sistem Sprinkler


Otomatik
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

SNI 8153:2015 tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung.

Sularso, H. T., 2000. Pompa Dan Komprsor. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi


Offset.
Tchobanoglous, G., F. L. Burton, dan H. D. Stensel. 2003. Wastewater
Engineering:
Treatment and Reuse (4th Edition). New York: McGraw-Hill.

Tumpu, M., T. Tamim, S. N. Ahmad, M. Sriwati, A. Safar, M. S. Ismail, E. R.


Bungin, M.
Jamal, H. W. Tanje, dan Sudirman. 2022. Sumur Resapan. Makassar : CV.
Tohar
Media.

114
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002. Bangunan Gedung.
16
Desember 2002. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
134. Jakarta

Wahadamaputera, S, dan T. Pynkyawati. 2015. Utilitas Bangunan Modul


Plumbing. Jakarta:
Griya Kreasi.

Wahyuni, A, dan J. Junianto. 2017. Analisa Kebutuhan Air Bersih Kota Batam
Pada Tahun
2025 TAPAK (Teknologi Aplikasi Konstruksi). Jurnal Program Studi Teknik
Sipil, 6(2).

Zevri. A. 2010. Studi Penyaluran dan Pengolahan Air Limbah di Komplek


Pemukiman.
Tugas Akhir. Sumatera Utara : Fakultas Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.

115
LAMPIRAN

LEMBAR ASISTENSI

Nama/NIM : 1. Nuni Aunillah/201910601028

2. Yangga Purnagusti/201910601040

Mata Kuliah : Tugas Plambing

Dosen Pembimbing : Ririn Endah Badriani, S.T., M.T.

NIP : 197205281998022001

116
117
118

Anda mungkin juga menyukai