Dosen Pembimbing
Ririn Endah Badriani, S.T,, M.T.
NIP. 19720528199802001
Disusun oleh :
Nuni Aunillah (201910601028)
Yangga Purnagusti (201910601040)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Dosen Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, kemudahan serta kelancaran bagi saya dalam menulis
Laporan Tugas Besar Plambing. Tidak lupa Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman
kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini. Penyusunan Laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Plambing pada Program
Studi S-1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan menyemangati dalam penyusunan Laporan Tugas Besar
Plambing, ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril dan
materil, serta selalu memberikan dukungan serta doa dalam setiap
kesulitan yang kami alami dalam pembuatan tugas ini.
2. Ibu Ririn Endah Badriani, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
Plambing dan Tugas Plambing atas ilmu serta materi dalam perkuliahan
yang banyak membantu dalam pembuatan tugas ini.
3. Mbak Resky Try Viana selaku asisten mata kuliah Tugas Plambing yang
selalu setia memberikan arahan dalam pembuatan tugas ini.
4. Teman-teman angkatan 2020 Program Studi Teknik Lingkungan yang
telah menjadi rekan diskusi serta memberikan bantuan dalam pembuatan
tugas ini
Kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari beberapaa
pihak. Kami menyadari tugas besar ini masih ada kekurangan sehingga
mengharapkan komentar dan masukan dari pembaca. Semoga Laporan Tugas
Besar Mata Kuliah Plambing dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jember, 13 Juni 2022
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 7
DAFTAR GAMBAR 10
BAB I PENDAHULUAN 12
Latar Belakang 12
Tujuan 13
Ruang Lingkup 14
4
2.6.1. Ground Water Tank (GWT) 35
2.6.2. Rooftank 36
2.6.3. Sumur Resapan 36
2.6.4. Septic Tank 38
2.7. Pompa 38
2.7.1. Jenis Pompa 39
2.7.2. Headlosses 41
2.7.3. Perhitungan Daya Pompa 41
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 42
3.1. Rencana Konsep 42
3.1.1. Jenis Gedung 42
3.1.2. Jumlah Unit Alat Plambing 42
3.2. Denah Bangunan 42
3.3. Rencana Dasar 43
3.4. Sistem Penyediaan Air Bersih 43
3.4.1. Kriteria Penyediaan Air Bersih 44
3.5. Sistem Penyaluran Air Limbah dan Ven 45
3.5.1. Kriteria Perencanaan Air Buangan dan Ven 45
3.6. Sistem Hidran 47
3.7. Sistem Drainase 48
3.8. Reservoir 48
3.9. Pompa 49
BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 51
Kebutuhan Air Bersih 51
Perhitungan Kebutuhan Air tiap Lantai sesuai dengan Peruntukannya 51
Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing 56
Sistem Penyediaan Air Bersih 62
Sistem Penyaluran Air Limbah 67
Perencanaan Dimensi Pipa Air Buangan 68
Perencanaan Sistem Ven 72
Sistem Hidran Kebakaran 76
Penaksiran Kebutuhan Air Sistem Hydrant 77
Spesifikasi Fire Hose Reel 79
Spesifikasi Pillar Hydrant 80
Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Dalam gedung 80
Kebutuhan Air Sistem Fire Hydrant di Luar Gedung 82
Total Debit Air untuk Kebakaran (Fire House Hydrant dan Pillar Hydrant)
82
5
4.6. Sistem Drainase Air Hujan 83
Perhitungan Roof drain 84
Sumur Resapan 89
4.7. Kapasitas Reservoar 90
4.7.1. Tangki Atas (Roof Tank) 90
4.7.2. Tangki Bawah (Ground Water Tank) 92
4.8. Kapasitas Pompa 94
4.8.1. Kapasitas Pompa Air Bersih 94
4.8.2. Kapasitas Pompa Fire Hydrant 97
4.9. Bill of Quantity (BoQ) 100
4.9.1. Bill of Quantity (BoQ) Perpipaan 101
4.9.2. Bill of Quantity (BoQ) Alat Plambing 103
4.9.3. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant 104
4.9.4. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain 104
4.9.5. Bill of Quantity (BoQ) Reservoar 104
4.9.6. Bill of Quantity (BoQ) Pompa 104
4.9.7. Sumur Resapan 105
4.10. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 105
RAB Sistem Air Bersih 105
RAB Sistem Air Limbah dan Ven 106
RAB Sistem Drainase Air Hujan 107
RAB Aksesoris Pipa 107
RAB Hydrant Kebakaran 108
RAB Reservoir 108
RAB Pompa 109
RAB Biaya Pekerja 109
Total RAB 109
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. UBAP penyediaan air dan ukuran minimum pipa cabang 6
Tabel 2.2. Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai 14
Tabel 2.3. Peletakan Hidran Berdasarkan Luas Lantai Klasifikasi Bangunan 14
Tabel 2.4. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 1% 18
Tabel 2.5. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 2% 18
Tabel 2.6. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 4% 19
Tabel 2.7. Ukuran Talang Atap, Pipa Utama, dan Perpipaan Tegak Air Hujan 19
Tabel 3.1. Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal 30
Tabel 4.1. Jumlah Alat Plambing di Lantai 1 Parkir 38
Tabel 4.2. Jumlah Alat Plambing di Lantai 2-6 Pertokoan 38
Tabel 4.3. Jumlah Alat Plambing di Lantai 7 Food Court/ Restoran 39
Tabel 4.4. Jumlah Alat Plambing di Lantai 8 Bioskop 39
7
Tabel 4.5. Pemakaian Air pada Alat Plambing 39
Tabel 4.6. Nilai Unit Beban Alat Plambing 41
Tabel 4.7. Jumlah Alat Plambing di Lantai Parkiran 41
Tabel 4.8. Jumlah Alat Plambing di Lantai Pertokoan 42
Tabel 4.9. Jumlah Alat Plambing di Lantai Restoran 42
Tabel 4.10. Jumlah Alat Plambing di Lantai Bisokop 43
Tabel 4.11. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 1 Parkiran 45
Tabel 4.12. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 2-6 Pertokoan 46
Tabel 4.13. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 7 Restoran 46
Tabel 4.14. Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 8 Bioskop 47
Tabel 4.15. Pipa Tegak Air Bersih 48
Tabel 4.16. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 1 Parkir 50
Tabel 4.17. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 2-6 Pertokoan 51
Tabel 4.18. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 7 Restoran 51
Tabel 4.19. Perhitungan Pipa Air Buangan Lantai 8 Bioskop 52
Tabel 4.20. Pipa Tegak Air Limbah 53
Tabel 4.21. Perhitungan Pipa Ven Lantai 1 Parkir 54
Tabel 4.22. Perhitungan Pipa Ven Lantai 2-6 Pertokoan 55
Tabel 4.23. Perhitungan Pipa Ven Lantai 7 Restoran 56
Tabel 4.24. Perhitungan Pipa Ven Lantai 8 Bioskop 56
Tabel 4.25. Pipa Tegak Ven 57
Tabel 4.26. Jumlah Unit Hidran Kebakaran Tiap Lantai 60
Tabel 4.27. Spesifikasi Fire Hose Reel 60
Tabel 4.28. Spesifikasi Pillar Hydrant 61
Tabel 4.29. Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal 65
Tabel 4.30. Dimensi Roof tank 71
Tabel 4.31. Dimensi Ground Water Tank 73
Tabel 4.32. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 80
Tabel 4.33. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Bersih 80
Tabel 4.34. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Limbah dan Ven 80
Tabel 4.35. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Limbah dan Ven 81
8
Tabel 4.37. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Bersih 81
Tabel 4.38. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven 81
Tabel 4.39. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 82
Tabel 4.40. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant 82
Tabel 4.41. Bill of Quantity (BoQ) Roof Drain 83
Tabel 4.42. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 83
Tabel 4.43. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Bersih 83
Tabel 4.44. RAB Pipa Air Bersih 84
Tabel 4.45. RAB Pipa Tegak Air Bersih 84
Tabel 4.46. RAB Pipa Air Limbah dan Ven 85
Tabel 4.47. RAB Pipa Tegak Air Limbah dan Ven 85
Tabel 4.48. RAB Pipa Drainase Air Hujan 85
Tabel 4.50. RAB Aksesoris Pipa Air Bersih 86
Tabel 4.51. RAB Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven 86
Tabel 4.52. RAB Hydrant Kebakaran 87
Tabel 4.53. RAB Reservoir 87
Tabel 4.54. RAB Pompa 87
Tabel 4.55. RAB Biaya Pekerja 87
Tabel 4.56. Total RAB 88
9
DAFTAR GAMBAR
10
Gambar 4.9. Denah Atap per Segmen 65
11
BAB I PENDAHULUAN
12
Dengan merencanakan sistem plambing yang baik maka nantinya
dapat memberikan sanitasi yang baik pula. Dalam perencanaan sistem
plambing air bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan
digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam
pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin
timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih
dan pencegahan pemadam kebakaran (Rinka et al., 2014).
Pentingnya sistem plambing pada instalasi penyediaan air bersih
dan pembuangan air limbah pada bangunan gedung mall lahan parkir satu
lantai, maka untuk perancangan sistem instalasi penyediaan air bersih
perlu dilakukan dengan baik agar pada waktu pengoperasian gedung mall
tidak menimbulkan berbagai permasalahan.
1.2. Tujuan
13
1.3. Ruang Lingkup
1. Kebutuhan air
2. Sistem perpipaan air bersih
3. Penentuan diameter pipa air bersih
4. Penentuan jumlah dan letak ground reservoir dan roof tank
5. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas
6. Penentuan diameter pipa air kotor dan air bekas
7. Penentuan jumlah sumur resapan yang akan digunakan
8. Sistem drainase gedung
14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
15
nilainya 55-80% dari total luas keseluruhan. perhitungan berdasar
luas lantai dapat dilihat sebagai berikut.
1. Menghitung Luas Bangunan
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
Luas Bangunan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
………………….(2.1)
16
5. Pemakauan air pada menit puncak
𝑄ℎ
𝑄𝑚 𝑚𝑎𝑥 = 𝐶2 × ( 60 ) ……………………………..(2.8)
Keterangan :
Qh = pemakaian air rata-rata per jam (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata per hari (m3/hari)
T = waktu pemakaian rata-rata gedung (jam/hari)
Qh max = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
Qm max = Pemakaian air pada menit puncak (m3/menit)
C1 = Konstanta (1,50 - 2,0) tergantung pada lokasi dan
pengggunaan gedung
C2 = Konstanta (2,0 - 4,0) tergantung pada lokasi dan
pengggunaan gedung
17
Tabel 2.1. Unit beban alat plambing sistem penyediaan air dan
ukuran minimum pipa cabang
Lavatory 1,0
Kloset 2,5
Urinal 2
Sumber : SNI 8153:2015
18
Gambar 2.1. Sistem Sambungan Langsung (Sumber :
Noerbambang dan Morimura, 2005)
19
b. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
c. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan
dengan misalnya tangki tekan.an muka air dalam tangki
atap.
20
Gambar 2.3. Sistem Sambungan Atap (Sumber : Noerbambang &
Morimura, 1984)
Kelebihan dari sistem tangki tekan diantaranya, yaitu :
1. Lebih estetik dibandingkan dengan sistem tangki atap.
2. Perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan pada
ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih murah dibandingkan dengan sistem tangki
atap.
Kekurangan-kekurangannya:
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm² sangat besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap.
2. Dengan berkurangnya udara, kompresor merupakan
kebutuhan mutlak untuk dipasang.
3. Lebih berfungsi sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem
penyimpanan air seperti tangki atap.
4. Pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan
pada saklar lebih cepat.
(Noerbambang dan Morimura, 1984)
21
menyediakan air bersih tanpa menggunakan tangki. Prinsip dari
sistem ini adalah pertama pompa melakukan proses pemompaan air
dari induk, kemudian air yang tersedia dikirim ke area distribusi.
22
pembuangan kota. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyaluran air limbah adalah :
1. Pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya garis energinya sama
dengan kemiringan muka air, atau sama dengan kemiringan (slope)
pipa.
2. Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope pipa
(kemiringan pipa).
3. Sambungan dalam perpipaan air buangan harus menggunakan Y-tee
dan Y-cross.
4. Harus dibarengi dengan perpipaan ven.
(Reza dkk., 2016)
23
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran
mempunyai dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan
dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya.Sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan
masing-masing sistem saluran (Zevri, 2010).
24
Kelebihan sistem penyaluran konvensional adalah tidak
diperlukannya suatu tempat pengendapan padatan atau tangki
septik. Sedangkan kekurangan dari sistem penyaluran
konvensional antara lain:
a. Biaya konstruksi relatif mahal.
b. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan
dengan saluransmall bore sewer, karena dua sistem tersebut
membawa air buangan dengan karakteristik berbeda
sehingga tidak boleh ada cabang dari system konvensional
bersambung ke saluran small bore sewer (Zevri, 2010).
25
c. Sistem vent tegak
Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air
buangan diatas cabangmendatar pipa air buangan tertinggi.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem
plambing antara lain kemiringan pipa vent, cabang pada pipa vent,
letak bagian mendatar pipa vent, dan ujung pipa vent (Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
26
Tabel 2.2. Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah
Lantai
A 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2
B 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2
C 1 buah/1000 m2 2 buah/1000 m2
D 1 buah/800 m2 2 buah/800 m2
E 1 buah/800 m2 2 buah/800 m2
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987
27
Hidran kebakaran adalah suatu sistem instalasi pemipaan berisi
air bertekanan tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk
memadamkan kebakaran (SNI 03-3989-2000). Setiap sistem
pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
1 (satu) jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap
saat (SNI 1745-1989-F).
28
Gambar 2.5. Hidran Halaman (Sumber : firehydrant.id)
(Sari, 2016)
c. Sistem Hidran Kota
Hidran Kota adalah hidran yang terpasang di tepi
atau sepanjang jalan pada daerah perkotaan yang
dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah
Daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran.
Persediaan air untuk hidran jenis ini dipasok oleh
Perusahaan Air Minum setempat (PAM).
29
3. Ditentukan kapasitas pengaliran untuk tiap kepala
sprinkler pada bahaya kebakaran ringan.
4. Dihitung debit total seluruh sprinkler dalam gedung
Qtotal sprinkler = Qsprinkler x Ʃ𝑠𝑝𝑟𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟 ……(2.6)
5. Volume air yang dibutuhkan untuk kebutuhan sprinkler
(Vsprinkler)
Vsprinkler = Qtotal sprinkler x T ……….....……(2.7)
Dimensi pipa fire hydrant dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (2.8). Diameter pipa pembagi dan pipa
tegaknya dapat ditentukan sesuai dengan pedoman SNI
03-3989-2000.
2 4×𝑄
D= 𝑉×π
………..………………………..….………..(2.8)
30
dibenarkan oleh pihak pejabat yang berwenang (SNI
03-7065-2005). Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45o ,
belokan jari-jari besar 90o, belokan 60o, 45o, 22.5o atau gabungan
belokan tersebut atau gabungan penyambung ekivalen yang
dibenarkan kecuali termuat dalam SNI 03-6481- 2000.
b. Talang Datar
Ukuran talang harus sesuai dengan daerah tangkapan hujan
(dalam hal ini atap gedung) dan debit hujan yang akan diterima
seperti pada tabel 2.4, tabel 2.5, dan tabel 2.6 tentang Penentuan
Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal.. Selain itu kondisi kinerja
talang datar untuk mengalirkan air secara optimum juga harus
diperhatikan (SNI 8153:2015).
c. Talang Tegak
Sama halnya dengan talang datar, kondisi talang tegak juga
harus mengatur kesesuaian ukuran talang tegak dengan daerah
tangkapan hujan dan juga debit air hujan yang akan diterima.
Standar talang tegak dapat dilihat pada tabel 2.7 tentang Ukuran
talang atap, pipa utama, dan perpipaan tegak air hujan. Selain itu
harus adanya pemeliharaan rutin untuk tetap menjaga kondisi
talang tetap optimal (SNI 8153:2015).
d. Screen atau Saringan
Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Screen
harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap
atau talang datar yang diukur dari lubang masuk talang tegak.
Jumlah lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas
penampang talang tegak. Tetapi untuk dipasang rata dengan
permukaan atap. Untuk jenis saringan rata ketentuannya adalah
tidak boleh memiliki jumlah lubang 2 kali lebih luas dari talang
tegak (SNI 03-7065-2005).
31
Tabel 2.4. Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 1%
Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)
Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)
32
Tabel 2.6 Penentuan ukuran talang dengan kemiringan 4%
Ukuran Debit Luas bidang datar horizontal maksimum yang diperbolehkan pada
Pipa berbagai nilai curah hujan (m2)
Tabel 2.7. Ukuran Talang Atap, Pipa Utama, dan Perpipaan Tegak
Air Hujan
Ukuran Debit Luas atap maksimum yang diperbolehkan pada berbagai nilai curah hujan (m2)
Pipa
Inci L/det 25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4 178 203 229 254
mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/ja mm/ja mm/jam mm/ja mm/jam
m m m
5 16,7 1709 855 569 427 342 285 244 214 190 171
6 26,7 3214 1607 1071 804 643 536 459 402 357 321
8 57,4 5017 2508 1672 1254 1003 836 717 627 557 502
10 103,3 10776 5388 3592 2694 2155 1794 1539 1347 1197 1078
33
2.5.2. Drainase Atap
2.6. Reservoir
34
produksi air bersih tidak dapat selalu sama besarnya dengan debit
pemakaian air.
Untuk menentukan reservoir selain memperhatikan kebutuhan air
bersih pada gedung juga perlu memperhatikan bahan yang akan digunakan
untuk menampung air tersebut. Bahan yang digunakan selain kuat
menampung air juga harus bisa menjaga kualitas air yang ditampung.
Kapasitas tangki yang digunakan bisa mencukupi kebutuhan puncak atau
lebih besar dari kebutuhan (Iskandar, 2016).
Reservoar dalam sistem ini adalah ground water tank (GWT) dan
rooftank. Hasil perhitungan kebutuhan air per hari, kebutuhan air jam
puncak, dan kebutuhan menit puncak pada bagian sebelumnya digunakan
dalam perhitungan volume tangki atas (roof tank), volume tangki bawah
(GWT), pompa, dan sebagainya. Roof tank didesain dengan tujuan
menampung air untuk kebutuhan puncak. Roof tank didesain untuk dapat
memenuhi kebutuhan puncak sekitar 30 menit (Noerbambang dan
Morimura, 1993).
35
Keterangan :
Qd = Kebutuhan Air Bersih (m 3 /hari)
Qs = Kapasitas Pipa Dinas (m3 /jam)
t = Pemakaian Air dalam 1 hari (jam/hari)
(Noerbambang & Morimura, 2005)
2.6.2. Rooftank
36
meningkatkan jumlah dan posisi muka airtanah. Air hujan
diberikan cara meresap ke dalam tanah menjadi air tanah melalui
sumur resapan. Jika air hujan yang jatuh secara alami mencapai
permukaan air tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi, maka
dengan metode buatan ini, limpasan air hujan yang jatuh
direkayasa untuk mengalir ke sumur resapan. Air hujan yang pada
dasarnya merupakan air bersih dialirkan ke dalam tanah melalui
sumur resapan. Sisa air hujan yang tidak terserap kemudian
dialirkan dan dibuang ke laut (Tumpu et al., 2020).
Persyaratan Teknis Sumur Resapan :
a. Sumur resapan dibuat pada batuan yang stabil dan berpori/
lulus air.
b. Sumur resapan tidak boleh dibangun pada lereng curam dan
front slope.
c. Sumber air dapat air hujan (atap rumah) juga air
larian/permukaan.
d. Kedalaman sumur resapan harus sampai pada lapisan
permeable/ lulus air.
e. Sumur resapan dapat dibangun pada daerah dataran dan
atau tinggian/ perbukitan/ gunung tergantung maksud dan
tujuannya.
f. Lokasi sumur resapan jauh dari sumber polutan.
g. Bentuk, dimensi dan konstruksi sumur resapan tergantung
kondisi lapangan.
h. Kedalaman sumur resapan harus di atas posisi muka air
tanah
i. Lubang sumurresapan harus ditutup (menjaga keamanan
dan keselamatan, dll).
(Tumpu et all., 2020).
37
2.6.4. Septic Tank
2.7. Pompa
Pompa adalah suatu mesin yang mengalirkan fluida dari satu tempat
ke tempat lainnya melalui pipa. Pompa yang dapat menghisap air dari
tangki bawah ke tangki atas disebut dengan pompa angkat. Pompa yang
biasa digunakan untuk plambing pada gedung bertingkat yaitu pompa
sentrifugal. Pompa sentrifugal memiliki tujuan untuk mengubah energi
dari suatu pemindah utama (motor electric atau turbin) menjadi kecepatan
atau energi kinetik dan kemudian menjadi tekanan. NPSH atau Net
Pressure Suction Head merupakan head yang terdapat di mata impeller
yang nilainya harus lebih besar dari NPSH minimum yang dibutuhkan
oleh pompa. Langkah-langkah penentuan head pompa dan jenis pompa
yang digunakan untuk mengalirkan ke roof tank dengan asumsi kecepatan
pengaliran antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s. perhitunagn debit pengaliran
dapat menggunakan rumus Persamaan 2.11. (Noerbambang dan Morimura,
1991).
38
2.7.1. Jenis Pompa
Keterangan :
Re = Bilangan Reynold
𝑣 = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
υ = Viskositas kinematik zat cair (m²/detik)
Pada Re< 2300, aliran bersifat laminer.
39
Pada Re> 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada 2300 < Re < 4000, terdapat daerah transisi, dimana
aliran bersifat laminer atau turbulen tergantung pada
kondisi pipa dan aliran.
1) Rugi Minor
2
𝑣
ℎ𝑓 = 𝑘 × 2×𝑔
…………………...…………(2.12)
Keterangan :
𝑘 = f (koefisien tahanan)
𝑣 = kecepatan rata-rata dalam pipa
𝑔 = gravitasi (9,81)
b. Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk
mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat
ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh
pompa. Head total pompa dapat dirumuskan sebagai
berikut (Tahara dan Sularso, 2000).
2
𝑣
𝐻 = ℎ𝑎 + Δℎ𝑝 + ℎ𝑙 + 2×𝑔
…………….(2.13)
Keterangan :
H = Head total pompa (m)
ℎ𝑎 = Head statis pompa (m)
permukaan air
(m)
∆ℎ𝑝 = Δℎ𝑝1 - Δℎ𝑝2
40
2.7.2. Headlosses
Keterangan:
P = Daya pompa (KWatt)
ρ = Massa jenis air (1000 kg/m3)
Q = Debit (m3/detik)
H = Head total (m)
η = Efisiensi pompa (%)
41
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
42
Gambar 3.1. Denah Bangunan Lantai 1
43
3.4.1. Kriteria Penyediaan Air Bersih
44
3.5. Sistem Penyaluran Air Limbah dan Ven
45
Dilihat dari tujuan sistem pembuangan adalah mengalirkan air
buangan dari gedung keluar, ke dalam instalasi pengolahan atau
drainase kota, tanpa menimbulkan pencemaran kepada
lingkungannya maupun dalam gedung itu sendiri. Tetapi alat
plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak
selalu terisi air, ini dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau,
beracun,atau bahkan serangga. Untuk mencegah hal tersebut harus
dipasang suatu perangkap, yang berfungsi sebagai penyekat atau
penutup air agar menutup atau mencegah masuknya gas-gas
tersebut. (Noerbambang dan Morimura, 1993).
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat
air buangan yang biasanya mengandung buangan padat. Untuk
maksud tersebut, pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan. (Noerbambang, 1993). Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 3. 1.
46
a. Menentukan nilai unit alat plambing atau UAP kumulatif
dari setiap pipa yang dilayani
b. Menentukan diameter pipa air kotor yang akan dilayani
c. Memilih panjang pipa ven yang dipakai
d. Memiliki diameter pipa ven
Ukuran pipa tegak yang dipasang di instalasi sistem ven tidak
boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang akan
dilayani sampai pada saluran terbuka ujung pipa ven tidak boleh
mengalami pengecilan (Pinandita, 2009).
47
suplai air pipa PDAM. Selain itu, agar tidak mengganggu dan
terganggu dengan penyediaan air untuk kebutuhan lain dalam
gedung, maka sebaiknya tangki air (ground reservoir) untuk sistem
fire hydrant ini dibuat terpisah dari ground reservoir untuk sistem
penyediaan air bersih.
c. Tekanan air yang dibutuhkan untuk peralatan yang digunakan dalam
sistem fire hydrant ini cukup besar. Hal ini disebabkan karena fire
hydrant harus mampu menyuplai air dengan debit yang besar dan
pancaran air yang kuat agar dapat menjangkau daerah yang lebih
jauh.
Setiap gedung perlu adanya sistem drainase. Hal ini karna sistem
drainase berfungsi untuk menyalurkan air hujan baik yang berada di atap
suatu gedung maupun di halaman ke saluran air hujan kota. Berdasarkan
SNI-03-7065-2005, setiap gedung diharuskan memiliki saluran drainase
air hujan. Perhitungan ukuran saluran drainase harus berdasarkan dari
jumlah kawasan yang dilayaninya.
Bangunan gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk
menyalurkan air hujan dari atap dan halaman dengan pengerasan di dalam
persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota.
Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan
dilakukan dengan cara yang dibenarkan. Air hujan yang jatuh di atas atap
bangunan gedung harus disalurkan melalui talang datar dan vertikal ke
bidang resapan atau sesuai dengan SNI 03-2453-2002 dan SNI 03-
2459-2002.
3.8. Reservoir
48
pengunjungnya. Dengan demikian perkiraan kebutuhan air bersih dihitung
berdasarkan jumlah pengunjung gedung tersebut dengan menghitung
jumlah luas lantai yang akan diketahui luas total lantai dan luas efektif
lantai pada gedung mall dan menggunakan asumsi pemakaian air
minimum sesuai penggunaan gedung berdasarkan (SNI 03-7065-2005).
Setelah diketahui luas total lantai maka dapat diperkirakan luas efektif
(Noerbambang dan Morimura, 1991). Luas efektif yang direncanakan
sesuai dengan peruntukan setiap lantai gedung mall tersebut.
3.9. Pompa
49
umumnya rumus ini dipakai untuk menghitung kerugian head dalam
pipa yang relatif sangat panjang.
5. Menghitung head total pompa.
6. Menentukan pompa suplai tangka atas
(Noerbambang, 1991)
50
BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan air bersih dari tahun ketahun yang terus meningkat. Oleh
karena itu kita perlu memperkirakan berapa tahun air bersih pada masa
yang akan datang, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan
segala hal yang diperlukan untuk memproduksi air bersih sesuai dengan
kebutuhan pada masa yang akan datang. Di samping itu, dengan
mengetahui kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang kita dapat
memperkirakan kebutuhan tenaga dan biaya untuk mengelola sistem
penyediaan air bersih pada masa yang akan datang.Perhitungan kebutuhan
air bersih dapat dilakukan dengan dua metode yaitu berdasarkan jumlah
penghuni dan berdasarkan jumlah alat plambing (Noerbambang dan
Morimura, 1991).
51
Denah bangunan ini memiliki dimensi bangunan
sebesar 15600 m2. Luas dari denah bangunan gedung dapat
dihitung sebagai berikut :
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
15600
= 8
= 1950 𝑚2
52
menyatakan bahwa apabila jumlah penghuni tidak diketahui
dapat diperkirakan berdasarkan luas lantai efektif, serta
menetapkan kepadatan hunian, misalnya 5 sampai 10 m2
per orang.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Jumlah Penghuni = 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
53
● Qd lantai 2-6 = 234 orang x 5 liter/orang/hari
= 702 liter/hari
= 702/1000
= 0,70 m3/hari
● Qd lantai 7 = 215 orang x 15 liter/orang/hari
= 3217 liter/hari
= 3217/1000
= 3,22 m3/hari
● Qd lantai 8 = 215 orang x 10 liter/orang/hari
= 2145 liter/hari
= 2145/1000
= 2,15 m3/hari
Qd Total = 1,02 + 0,70 + 0,70 + 0,70 + 0,70 + 0,70 +
3,22 + 2,15
= 9,89 m3/hari
e. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air Bersih Sehari (dengan
tambahan 20%)
Perencanaan kebutuhan air harus memperhatikan faktor
kebocoran, kebocoran diasumsikan 20%, sehingga
kebutuhan air dalam sehari (Qd) adalah sebagai berikut
(Noerbamban dan Morimura, 2005). Presentase kebocoran
dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Qd = Kebocoran x Qd Air Bersih + Qd Air Bersih
= (20% x 9,89 m3/hari) + 9,89 m3/hari
= 11,868 m3/hari
f. Pemakaian Rata-rata Perhari
Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari
diasumsikan 12 jam yaitu pada pukul 10:00 - 22:00. Jumlah
kebutuhan air bersih keseluruhan adalah sebesar Qd = 9,89
m3/hari, sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut:
𝑄𝑑
Qh = 𝑇
54
11,868
= 12
= 0,989 m3/jam
g. Kebutuhan Air pada Jam Puncak
Perhitungan dilanjutkan dengan perhitungan pemakaian
air pada jam puncak. Laju aliran pemakaian air pada jam
puncak dapat digunakan untuk menentukan ukuran pipa
dinas, pipa utama, dan kapasitas pompa air. Perhitungan
pemakaian air pada jam puncak dilakukan dengan
mengalikan pemakaian air rata-rata (m3/jam) dengan
konstanta jam puncak. Menurut (Noerbambang dan
Morimura, 2005) nilai konstanta jam puncak “C1” berkisar
antara 1,5 sampai dengan 2,0. Pada perhitungan
perencanaan bangunan mall lantai tersebut, asumsi
konstanta jam puncak “C1” yang digunakan adalah 2.
● Q max = C1 x Qh
= 2 x 0,989 m3/jam
= 1,978 m3/jam
h. Kebutuhan Air pada Menit Puncak
Perhitungan pemakaian air pada menit puncak
dilakukan dengan mengalikan pemakaian air rata-rata
(m3/jam) dengan konstanta menit puncak. Menurut
(Noerbambang dan Morimura, 2005) konstantan “C2”
bersikar antara 3,0 sampai dengan 4,0. Pada perhitungan
perencanaan bangunan mall 8 lantai tersebut, asumsi
konstanta menit puncak “C2” yang digunakan adalah
sebesar 4.
𝐶2 𝑥 𝑄ℎ
● Qm = 60
4 𝑥 0,989
= 60
= 0,066 m3/menit
55
4.1.2. Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Kloset 6 3
Urinal - 1
Lavatory 4 3
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015
Kloset 2 2
56
Alat Plambing Wanita Pria
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015
Kloset 4 2
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015
Kloset 4 2
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015
Lavatory 10
Urinal 5
Sumber: : SNI 8153 Tahun 2015
57
● Lantai 1 Parkir
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((6+3) x 15 liter + (4+3) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 210 Liter
● Lantai 2-6 Pertokoan
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((2+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 85 Liter
● Lantai 7 Food Court
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((4+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 115 Liter
● Lantai 8 Bisokop
Qd = Jumlah alat plambing x pemakaian air sekali pakai
= ((4+2) x 15 liter + (1+1) x 10 liter + 1 x 5 liter )
= 115 Liter
Kebutuhan air bersih di parkir lantai satu untuk satu ruang
saniter adalah 210 liter. Kebutuhan air bersih di pertokoan lantai
2-6 untuk satu ruang saniter adalah 85 liter. Kebutuhan air bersih di
foodcourt untuk satu ruang saniter sebesar 155 liter. Kebutuhan air
bersih di bioskop untuk satu ruang saniter adalah sebesar 155 liter.
Kebutuhan penggunaan air bersih sesuai dengan rumus adalah
sebagai berikut :
● Lantai 1 Parkir
Qd = 210 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 210 liter/hari
= 0,21 m3/hari
● Lantai 2-6 Pertokoan
Qd = 85 liter/hari x 1 ruang x 5 lantai
= 425 liter/hari
= 0,425 m3/hari
58
● Lantai 7 Food Court
Qd = 115 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 115 liter/hari
= 0,115 m3/hari
● Lantai 8 Bisokop
Qd = 115 liter/hari x 1 ruang x 1 lantai
= 115 liter/hari
= 0,115 m3/hari
Jadi kebutuhan air bersih gedung mall 8 lantai dengan lahan
parkir satu lantai yaitu :
Qd (total) = (0,21 + 0,425 + 0,115 + 0,115) m3/hari
= 0,865 m3/liter
Penentuan Unit Beban Alat Plambing (UBAP) di gedung
mall ini dengan menggunakan perhitungan jumlah saniter
berdasarkan jumlah penghuni tiap lantai. Jumlah alat plambing
yang telah diketahui selanjutnya dapat menghitung beban
kebutuhan air minum. Perhitungan UBAP dengan mengalikan
antara jumlah alat plambing dan unit beban alat plambing.
Perhitungan UBAP menurut SNI 8153:2015 di gedung mall ini
sebagai berikut :
Tabel 4.6. Nilai Unit Beban Alat Plambing
Kloset 2,5
Urinal 2
Lavatory 1
59
Alat Plambing Wanita Pria
Kloset 6 3
Urinal - 1
Lavatory 4 3
Sumber : SNI 8153:2015
Kloset 2 2
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Pencuci piring 10
Sumber : SNI 8153:2015
60
Kloset 4 2
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Sumber : SNI 8153:2015
Kloset 4 2
Urinal - 1
Lavatory 1 1
Sumber : SNI 8153:2015
61
= 215 UBAP
Gambar 4.2. Kurva Perkiraan Beban Kebutuhan Air untuk UBAP sampai
dengan
3000 (Sumber : SNI 03-7065-2005).
62
didistribusikan secara gravitasi ke setiap lantai menggunakan pipa tegak.
Penentuan perencanaan pipa pada sistem penyediaan air bersih di gedung
mall 8 lantai menggunakan metode perhitungan UBAP.
Metode ini akan digunakan pada seluruh sistem perpipaan toilet yang
ada di gedung mall mulai dari lantai 1 hingga lantai 8 dan juga roof tank.
Dalam perhitungan penentuan diameter pipa air bersih disesuaikan dengan
ketentuan yang ada di SNI 8153:2015 tentang Sistem Plambing pada
Bangunan Gedung dan juga SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Plambing. Denah pipa air bersih pada bangunan mall
delapan lantai terlampir pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Denah Sanitair dan Jaringan Perpipaan Air Bersih, Air
Limbah dan
Venn
63
Gambar 4.4. Isometri Pipa Air Bersih
64
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa Laju Aliran
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch) (l/dtk)
Kloset (katup
gelontor) Q - Y1 20 5,2 15
Jumlah 92 11,25 1,5 65
Pipa sambungan X1 - Y1 113 0,1 1,5 80
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 297 0,7 2 210
Sumber : Perhitungan Penulis
65
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Urinal G-H 20 1.65 5
Kloset (katup
15
gelontor) H-I 40 1.65
Kloset (katup
15
gelontor) I - Y3 30 3.8
Jumlah 92 10.1 1.5 55
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84 15
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84 15
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 0.75 15
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84 15
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9 15
Jumlah 7.5 67.26 0.75 75
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84 15
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84 15
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 0.75 15
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84 15
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9 15
Jumlah 7.5 67.26 0.75 75
Pipa Sambungan X1 - Y1 105 0.1 0.75 60
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 212 0.4 1 265
Sumber : Perhitungan Penulis
66
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah Laju Aliran
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Pipa Sambungan X1 - Y1 105 0.1 1.25 60
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 197 0.4 1.5 115
Sumber : Perhitungan Penulis
67
4.3.1. Perencanaan Dimensi Pipa Air Buangan
Lavatory A -B 1 1.1
Lavatory B -C 1 1.1
Sistem 1 2.5
Lavatory C - X1 1 3.7
68
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Urinal D-E 2 2.05
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F-G 4 1.65
Kloset (katup gelontor) G - X1 4 0.25
Floor Drain J1 - A1 2 2.67
Floor Drain A1 - B1 2 1.65
Floor Drain B1 - C1 2 1.65
Floor Drain C1 - X1 2 0.85
Jumlah 25 18.32 2.5
Lavatory H-I 1 1.1
Lavatory I-J 1 1.6
Kloset (katup gelontor) J-K 4 1.65
Kloset (katup gelontor) K-L 4 1.65
Sistem 2 Kloset (katup gelontor) L - Y1 4 0.25 2
Floor Drain K1 - D1 2 2.65
Floor Drain D1 - E1 2 1.65
Floor Drain E1 - F1 2 1.65
Floor Drain F1 - Y1 2 0.85
Jumlah 22 13.05 2
Lavatory M-N 1 1.1
Lavatory N-O 1 1.65
Kloset (katup gelontor) O-P 4 1.65
Kloset (katup gelontor) P-Q 4 1.65
Sistem 3 2
Kloset (katup gelontor) Q - Y1 4 5.2
Floor Drain G1 - H1 2 1.65
Floor Drain H1 - I1 2 1.65
Floor Drain I1 - Y1 2 5.8
Jumlah 20 20.35 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 25 0.1 2.5
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 67 0.7 3
Sumber : Perhitungan Penulis
69
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Floor Drain A2 - B2 2 1.65
Floor Drain B2 - X2 2 4.3
Floor Drain E2 - X2 2 4.3
Jumlah 15 17.05 2
Urinal D-E 2 1.65
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F - Y1 4 3.8
Sistem 2 Lavatory G - Y2 1 1.45 2
Floor Drain C2 D2 2 1.65
Floor Drain D2 - Y2 2 3.3
Floor Drain F2 - Y2 2 4.4
Jumlah 17 17.9 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 15 0.1 2
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 32 0.4 2.5
Sumber : Perhitungan Penulis
70
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Jumlah 20 20.15 2
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 1.5
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 1.5
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 1.5
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 1.5
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 2
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 59 0.4 3
Sumber : Perhitungan Penulis
71
Sumber : Perhitungan Penulis
72
8153:2015 tentang Sistem Plambing Dalam Bangunan Gedung. Denah
pipa ven pada bangunan mall delapan lantai terlampir pada gambar 4.3.
73
Tabel 4.22. Perhitungan Pipa Ven Lantai 2-6 Pertokoan
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Kloset (katup gelontor) A -B 4 1.65
Kloset (katup gelontor) B - X2 4 3.7
Lavatory C - X2 1 1.45
Sistem 1 3
Floor Drain A2 - B2 2 1.65
Floor Drain B2 - X2 2 4.3
Floor Drain E2 - X2 2 4.3
Jumlah 15 17.05 3
Urinal D-E 2 1.65
Kloset (katup gelontor) E-F 4 1.65
Kloset (katup gelontor) F - Y1 4 3.8
Sistem 2 Lavatory G - Y2 1 1.45 3
Floor Drain C2 D2 2 1.65
Floor Drain D2 - Y2 2 3.3
Floor Drain F2 - Y2 2 4.4
Jumlah 17 17.9 3
Pipa Sambungan X1 - Y1 15 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 32 0.4 3
Sumber : Perhitungan Penulis
74
Nama UBAP Panjang Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum Pipa (m) Cabang (inch)
Floor Drain H3 - Y3 2 1.95
Floor Drain E3 - F3 2 1.65
Floor Drain F3 - Y3 2 4.4
Jumlah 20 20.15 3
Kitchen Sink O-P 1.5 13.84
Kitchen Sink P-Q 1.5 13.84
Sistem 3 Kitchen Sink Q-R 1.5 13.84 2
Kitchen Sink R-S 1.5 13.84
Kitchen Sink S - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 2
Kitchen Sink N- M 1.5 13.84
Kitchen Sink M-L 1.5 13.84
Sistem 4 Kitchen Sink L-K 1.5 13.84 2
Kitchen Sink K-J 1.5 13.84
Kitchen Sink J - Y3 1.5 11.9
Jumlah 7.5 67.26 2
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 59 0.4 4
Sumber : Perhitungan Penulis
75
Nama UBAP Panjang Pipa Diameter Pipa
Nama Alat Daerah
Sistem Umum (m) Cabang (inch)
Pipa Sambungan X1 - Y1 24 0.1 3
Pipa sambungan Y1 - Pipa Tegak 1 36 0.4 4
Sumber : Perhitungan Penulis
76
yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan
menyemprotkan air di temoat mula terjadi kebakaran (Badan Standarisasi
Nasional, 2000).
77
Vo = 17,23 m/detik
d. Luas Daerah Jangkauan Alat
Perhitungan luas daerah jangkauan alat hidran
kebakaran dapat dihitung menggunakan rumuas pada
persamaan berikut :
Luas daerah jangkauan alat = ¼ x π x (2R)2
Hasil perhitungan luas daerah jangkauan alat pada
gedung mall delapan lantai dengan yaitu :
Luas daerah jangkauan alat = ¼ x 3,14 x (2 x 30)2
= 2826 m2
e. Jumlah Unit Fire Hydrant
Jumlah unit hidran kebakaran dihasilkan dari luas
daerah penempatan hidran tersebut. Hasil perhitungan
jumlah unit hidran kebakaran , yaitu:
Jumlah Unit Fire Hydrant = A/900 m 2
= 1950 m2 / 900 m2
= 2,167
= 2 buah
Jumlah Hydrant Pillar = Keliling Gedung/Jarak
Pemasangan
= (3,14 x 49) / 40
= 153,86 / 40
= 4 buah
Unit alat hidran kebakaran yang digunakan pada
perencanaan plambing mall ini menggunakan fire house
reel yang terdapat di dalam gedung dan pillar hydrant yang
terdapat di luar gedung. Dari hasil perhitunga di atas
didapati jumlah fire house reel tiap lantai yaitu 2 buah, dan
untuk 8 lantai berjumlah 16 buah. Sedangkan jumlah pillar
hydrant yaitu 4 buah yang terdapat di luar gedung.
Jangkauan selang pipa untuk fire hose reel dan pillar
78
hydrant diasumsikan 40 m dan dapat menjangkau dengan
luas jangkauan 2.826 m2. Jumlah unit alat hidran kebakaran
dapat dilihat pada tabel berikut.
Panjang selang 30 m
Temperatur Bar
Head nozzle 6m
79
Tekanan 4 bar 44 l/menit
80
Debit yang dialirkan pada alat (Q) = A x V
= (1/4 x 3,14 x (0,06352) x
2
= 0,00633 m3/s
= 0,37984 m3/menit
= 379,84 l/menit
Kebutuhan Air = Jumlah alat x Q x t
= 16 x 0,37984 m3/menit x
60 menit
= 364,644 m3
= 364.644 liter
Jadi jumlah pasokan atau kebutuhan air yang dibutuhkan untu
8 lantai yaitu 364,644 m3 atau 364.644 liter. Kebutuhan 1 unit fire
hose reel yaitu 121,548 m3 dan kebutuhan untuk 8 lantai
didapatkan perhitungan 2.917,155 m3.
Total debit pengaliran per lantai (Qh) = Jumlah alat x Q
= 2 x 0,37984
m3/menit
= 0,759 m3/menit
Jadi, total debit pengaliran per lantai sebesar 0,759 m3/menit
dan debit total seluruh lantai sebesar 6,077.
81
Gambar 4.8. Isometri Hidran Kebakaran
4.5.6. Total Debit Air untuk Kebakaran (Fire House Hydrant dan
Pillar Hydrant)
Total debit air= total debit fire hose reel hydrant + total debit
pillar
hydrant
= 6,077 m3 /s + 0,0126 m3 /s
= 6,0896 m3/s
82
Kebutuhan air untuk ground reservoir fire hose hydrant dan
pillar hydrant
= kebutuhan post hydrant + kebutuhan fire
hose hydrant
= 91,161 m3 + 364,644 m3
= 455,806 m3
83
4.6.1. Perhitungan Roof drain
Tipe atap yang digunakan untuk bangunan mall ini yaitu beton
cor atau flat datar, Perhitungan kebutuhan luasan atap flat datar
(beton cor). Ukuran bangunan yaitu luas lingkaran, maka
perhitungan luas atapnya adalah sebagai berikut :
Luas Bangunan = Luas Lingkaran
= π𝑟2
= 3,14 x (24,5)2
= 1950 m2
Dari luas atap yang telah didapatkan dari hasil perhitungan,
selanjutnya luas atap dibagi menjadi 4 segmen dengan perhitungan
luas tiap segmen sebagai berikut :
1 2
Luas Segmen A = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)
= 487,5 m2
1 2
Luas Segmen B = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)
= 487,5 m2
1 2
Luas Segmen C = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)
= 487,5 m2
84
1 2
Luas Segmen D = 4
π𝑟
1 2
= 4
×3, 14×(24, 5)
= 487,5 m2
Tabel 4.29 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan
Horizontal
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Month mm
Januari 339 323 444 443 201 300 187 476 521 281 328
Pebruari 260 253 339 334 312 364 423 352 311 492 409
Maret 252 168 202 201 438 406 298 276 569 246 276
April 210 166 212 212 235 322 197 160 250 264 184
Mei 200 100 116 142 136 98 219 59 34 34 55
Juni 5 75 140 134 16 14 181 28 0 22 104
Juli 24 0 83 81 2 0 263 0 0 1 2
Agustus 0 0 0 0 0 0 220 0 0 45 21
September 0 0 0 0 0 0 106 17 0 45 86
Oktober 73 65 72 69 0 0 105 4 0 66 72
Nopember 217 223 186 189 67 84 225 152 11 389 434
Desember 173 255 224 315 275 303 269 157 407 314 231
Total 146 136 168 2120 1682 1891 2693 1681 2103 2199 2202
1547 mm/tahun
Sumber : Perhitungan Penulis
85
Segemen B :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik
Segemen C :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik
Segemen D :
Curah hujan = Luas Atap x Curah Hujan Kota Klaten
= 487,5 m2 x 0,013 m/jam
= 6,12 m3/jam
= 1,7 liter/detik
1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,145
Segmen B :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡
1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,145
Segmen C :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡
86
1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,145
Segmen D :
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛
T air ke sumur resapan = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡
1,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 11,76 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,145
Dari perhitungan-perhitungan di atas dapat dihitung debit
air hujan setiap segmen dengan rumus sebagai berikut :
Q Air Hujan =CXIXA
Keterangan :
C : Konstantan (0,9)
I : Intensitas Air Hujan (m2/jam)
A : Luas Permukaan (m)
Segmen A :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2
= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen B :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2
= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen C :
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2
87
= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
Segmen D
Q Air Hujan =CXIXA
12,56 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,9 x ( 10.000 𝑚
) x 487,5 m2
= 5,511 m3/jam
= 1,531 liter/detik
88
4.6.2. Sumur Resapan
89
= 132 m3
90
Qp = Qm-max
= 0,066 m3/menit
Qmax = Qh-max
= 1,978 m3/jam
= 0,033 m3/menit
Qpu = Qh-max
= 0,033 m3/menit
Tp = 30 menit
Tpu = 10 menit
91
4.7.2. Tangki Bawah (Ground Water Tank)
= 0,659 m3/jam
t = 12 jam
T = 1 hari
Angka pemakaian air yang diperoleh biasanya digunakan
untuk menentukan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dan
sebagainya, adapaun untuk menentukan perhihtungan dimensi bak
air bawah (Ground Water Tank) berdasarkan rumus menurut
(Noerbambang & Morimura, 2005) yaitu :
a. Kapasitas Pipa Dinas
92
2
Qs = 3
×𝑄ℎ
2
= 3
×0,989
= 0,659 m3/jam
Air yang berasal dari sumber air (PDAM) akan ditampung
terlebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian air dipompakan.
Penentuan volume GWT total ke tangki atas yang berada di
lantai 8 pada bangunan mall dapat ditentukan dengan rumus
dibawah ini :
b. Volume Bak Air Bawah
Volume GWT = [ Qd – (Qs x t)] x T
= [11,868 - (0,659 x 12)] x 1
= 3,959 m3
c. Volume GWT Total
Volume GWT Total = Volume GWT +
Kebutuhan Air Fire
Hydrant
= 3,956 m3 + 364,644 m3
= 368,601 m3
Dari hasil perhitungan di atas volume tangki bawah sebesar
3,959 m3 Dengan perencanaan kebutuhan air untuk fire hydrant
digabungkan dengan ground water tank (GWT) kebutuhan air
bersih maka dapat dihasilkan volume GWT sebesar 368,601 m3.
Berikut perhitungan dimensi ground water tank (GWT) :
Tabel 4.31 Dimensi Ground Water Tank
Dimensi Ground Water Tank
Volume ( m3) 3,956
Jumlah Rooftank (unit) 2
Tinggi (m) 3
p (m) 0,812
l (m) 0,812
Sumber : Perhitungan Penulis
93
4.8. Kapasitas Pompa
94
Head Mayor disebabkan oleh gesekan antara
air yang mengalir dengan dinding pipa. Perhitungan
Head Mayor adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Debit (Q) : 0,003 m3/detik
Panjang Pipa (L) :1m
Konstantan (C) : 130
Diameter (D) :0,03 m
𝑄 1,85
Hf Suction =( 2,63 ) 𝑥𝐿
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
0,003 1,85
= ( 2,63 ) 𝑥1
0,2785 𝑥 130 𝑥 0,03
= 1,07 m
Diketahui :
Debit (Q) : 0,003 m3/detik
Panjang Pipa (L) : 55 m
Konstantan (C) : 130
Diameter (D) :0,03 m
𝑄 1,85
Hf Discharge = ( 2,63 ) 𝑥𝐿
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
0,003 1,85
= ( 2,63 ) x 55
0,2785 𝑥 130 𝑥 0,03
= 58,82 m
Hf Mayor = Hf Suction + Hf Discharge
= 1,07 + 58,82
= 59,89
2. Head Minor
Minor head loss disebabkan oleh beberapa
hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa
(inlet), aliran keluar fluida dari pipa (outlet),
sambungan pipa/ fitting atau sambungan pipa tanpa
fitting/ butt fusion, dan yang terakhir katup/ valve.
95
Dibawah ini merupakan gambar yang menjelaskan
tentang posisi terjadinya head loss pada sebuah
instalasi perpipaan.
Diketahui :
K :2
Kecepatan (v) : 8,01 m/s
2
2×𝐾 ×(𝑣)
Check Valve (m) = 2×9,81
= 13,08 m
Hf Suction = Check Valve
= 13,08 m
Diketahui :
K : 0,3
Kecepatan (v) : 8,01 m/s
2
𝑣
Gate Valve (m) =( 2×9,81 )×𝐾
= 0,98 m
2
𝐾×(𝑣)
4 Belokan 90 (m) = 4×( 2×9,81 )
= 3,92 m
Hf Discharge (m) = Gate Valve + 4 Belokan
90 + Check
Valve
= 0,98 + 3,92 + 0,98
= 5,89 m
Hf Minor (m) = Hf Suction + Hf Discharge
= 13,08 + 5,89
= 18,97 m
Sisa Tekan =2m
Head System = Hf Mayor + Hf Minor
= 59,89 + 18,97
= 78,86 m
96
a. Head Pompa
Dari perhitungan head statis dan head system
didapatkan besarnya nilai head pompa sebagai berikut :
Hp = Head Statis + Head System
= 55,01 + 78,86
= 133,87 m
b. Daya Pompa
Daya pompa merukan energi efektif yang diterima
oleh air per satuan waktu. Perhitungan daya pompa untuk
air bersih adalah sebagai berikut :
ρ air : 1.000 kg/m3
Q : 0,0025 m3/s
H : 133,87 m
Daya = ρ air × Q × H × 9,81
= 1000 × 0,0025 × 133,87
= 3.283,14 watt
= 3,28 Kw
Jadi daya pompa yang dibutuhkan adalah sebesaar 3,28
Kw dan menggunakan 1 buah pompa untuk air bersih.
97
Berikut ini merupakan perhitungan menentukan kapasitas
pompa fire hydrant :
a. Perhitungan Head Statis
Perhitungan Head statis, Head statis buang diasumsikan 44 m
dan Head statis hisap diasumsikan 3,5 m.
Head statis = Hstatis buang + Hstatis hisap
= 44 m + 8 m
= 52,01 m
b. Perhitungan Perbedaan Tekanan
Perhitungan perbedaan tekanan permukaan air terhadap pipa
hisap.
Perhitungan perbedaan tekanan permukaan dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini:
∆Hp = Hp1 – Hp2 / ρ x g
Dengan,
Hp1 = 4,43 x 10-5 N/m2 (Tekanan umum pada hidran)
Hp2 = 1 ATM (10-5 N/m2)
ρ𝑎𝑖𝑟 = 998,2 kg/m3 (suhu 20o)
Sehingga,
∆Hp = Hp1 – Hp2 / ρ x g
= 4,43 x 10-5 - 10-5 / 998,2 x 9,81
= 3,503 x 10-9 m3
c. Perhitungan Kerugian Gesek
Perhitungan kerugian gesek pada tekanan pipa hisap sebagai
berikut:
Panjang pipa (L) = 100 m
Diameter pipa (D) = 0,03 m
Laju aliran (Q) = 0,760 m3/s
Rumus kecepatan aliran pada sisi hisap :
v = Q / (π / 4 x D2)
= 0,760 / (3,14 / 4 x 0,03)
98
= 1.075,27 m/s
d. Perhitungan kerugian gesek hidran
Re = V x D/v
dengan,
Re : Bilangan Reynold
V : Kecepatan (m/s)
D : Diameter pipa (m)
v : Viskositas air (8,93 x 10-7 m2/s)
Sehingga,
Re = V x D/v
= 1.075,3 x 0,03 / 8,93 x 10-7
= 40.272.159,8
Berdasarkan perhitungan, besar bilangan Reynold
282194,849, sehingga Re > 4000 maka aliran yang terjadi disebut
aliran turbulen.
Selanjutnya dapa dihasilkan panjang ekivalen pipa dengan
rumus sebagai berikut :
Panjang pipa : 32 m
Elbow 90 : 4,80
BV : 19,50
Panjang Ekivalen = Panjang pipa + Elbow 90 + BV
= 100 + 4,80 + 19,50
= 56,30
e. Perhitungan Mayor Loss
Head Loss Mayor = 0,41 m
f. Perhitungan Minor Loss
Head Loss Minor = Head Loss Mayor + Panjang
Ekivalen
= 0,41 + 56,30
= 22,01 m
99
Head Losses Total = Head Loss Mayor + Head Loss
Minor
= 0,41 m + 22,01 m
= 23,44
g. Perhitungan head total pompa
Htotal = Hstatis + Hservis + HLosses
= 52,01 + 69,00 + 23,44
= 92,44 m
h. Perhitungan daya pompa
Pw = 0,163 x γ x Q x H
dengan,
Pw : Daya air (W)
γ : Ketetapan berat jenis air per satuan volume (9,765
kN/m3)
Q : Laju aliran (m3/menit)
Sehingga,
Pw = 0,163 x γ x Q x H
= 0,163 x 9,765 x 0,760 x 92,44
= 18,11 kW ditentukan 1 kW = 1,341 h
P = 18,11 kW x 1,341
= 923,8 Hp
Berdasarkan perhitungan pompa hidran, maka pompa yang
digunakan adalah Pompa Hydrant Electric - 500 GPM 60-70 Meter 37
Kw - Merk EBARA.
100
kuantitas barang-barang yang diperlukan dalam perencanaan. BOQ
menjadi dasar penyusunan RAB. BOQ pada perencanaan ini terdiri dari
BOQ pipa, BOQ alat plambing, dan BOQ sistem hydrant, BOQ aksesoris,
dan BOQ pompa.
Jenis pipa yang digunakan untuk sistem air bersih dan air
buangan adalah pipa PVC. Penggunaan pipa PVC tersebut
dikarenakan pipa PVC tidak mudah terkorosi dan harga yang
terjangkau serta mudah didapatkan di pasaran. Selain itu pipa PVC
karna lebih mudah dalam perawatannya dibandingkan pipa jenis
lain. Ukuran-ukuran pipa yang dibutuhkan pada perencanaan ini
juga tersedia di pasaran. Adapun perhitungan pengadaan pipa
untuk keseluruhan gedung dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
101
Tabel 4.34. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Air Limbah dan Ven
Diameter Panjang Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) Pipa (m) Perbatangan (m)
1 Pipa PVC Rucika JIS 1½" (1,5) 134,52 4 34
2 Pipa PVC Rucika JIS 2" 250,07 4 1
3 Pipa PVC Rucika JIS 2½" (2,5) 29,32 4 7
4 Pipa PVC Rucika JIS 3" 131,87 4 33
5 Pipa PVC Rucika JIS 4" 1,5 4 1
Total 76
Sumber : Perhitungan Penulis
Tabel 4.35. Bill of Quantity (BoQ) Pipa Tegak Air Limbah dan Ven
Diameter Panjang Pipa Panjang
No. Uraian Jenis pipa Jumlah
Pipa (inch) (m) Perbatangan (m)
l Pipa PVC Rucika JIS 2" 8 4 2
2 Pipa PVC Rucika JIS 2½" (2,5) 32 4 8
Total 10
Sumber : Perhitungan Penulis
102
9 Reducer 1½" x 1" 1
10 Reducer 1¼" x 1" 1
11 Reducer ¾" x ½" 1
12 Reducer 1" x ¾" 1
13 Reducer 1" x ¾" 6
Total 98
Sumber : Perhitungan Penulis
Tabel 4.38. Bill of Quantity (BoQ) Aksesoris Pipa Air Limbah dan
Ven
No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah
1 Elbow 2" 20
2 Elbow 2½" (2,5) 6
3 Elbow Rp3 27
4 45 Elbow 3" 10
5 46 Elbow 4" 10
6 Tee all flange 1½" (1,5) 9
7 Tee all flange 2" 17
8 Tee all flange 2½" (2,5) 3
9 Tee all flange 3" 15
10 Increaser 2" x 1½" 2
11 Increaser 2½" x 2" 7
12 Increaser 3" x 2½" 3
13 Increaser 3" x 2" 3
14 Increaser 4" x 3" 2
Total 134
Sumber : Perhitungan Penulis
103
4.9.3. Bill of Quantity (BoQ) Sistem Hydrant
104
Pompa Air Pendorong Booster Pump
1 Pompa Air Bersih Grundfos CM PT 3-5 Best Selling 1
Pompa Hydrant Electric - 500 GPM
2 Pompa Hydrant
60-70 Meter 37 Kw - Merk EBARA 1
Total 2
Sumber : Perhitungan Penulis
105
Panjang
Diameter Panjang Jumlah Harga Satuan Harga
No. Uraian Jenis pipa Perbatangan
Pipa (inch) Pipa (m) (buah) Normal Total
(m)
5 Pipa PVC Rucika JIS 2" 4 4 1 Rp246.300 Rp246.300
Total Rp6.065.068
106
Sumber : Perhitungan Penulis
107
Tabel 4.51. BoQ Aksesoris Pipa Air Limbah dan Ven
No. Alat Plambing Diameter (mm) Jumlah Harga satuan Jumlah
1 Elbow 2" 20 Rp8.200 Rp164.000
2 Elbow 2½" (2,5) 6 Rp13.100 Rp78.600
3 Elbow Rp3 27 Rp19.100 Rp515.700
4 45 Elbow 3" 10 Rp18.600 Rp186.000
5 46 Elbow 4" 10 Rp31.600 Rp316.000
6 Tee all flange 1½" (1,5) 9 Rp7.300 Rp65.700
7 Tee all flange 2" 17 Rp10.900 Rp185.300
8 Tee all flange 2½" (2,5) 3 Rp19.500 Rp58.500
9 Tee all flange 3" 15 Rp29.200 Rp438.000
10 Increaser 2" x 1½" 2 Rp5.200 Rp10.400
11 Increaser 2½" x 2" 7 Rp8.500 Rp59.500
12 Increaser 3" x 2½" 3 Rp11.000 Rp33.000
13 Increaser 3" x 2" 3 Rp10.900 Rp32.700
14 Increaser 4" x 3" 2 Rp21.400 Rp42.800
Total Rp2.186.200
Sumber : Perhitungan Penulis
108
Sumber : Perhitungan Penulis
109
Total RAB Total Harga
RAB Alat Plambing Rp466.821.000
RAB Pompa Rp51.790.000
RAB Pipa Air Bersih Rp3.769.798
RAB Pipa Air Limbah dan Pipa Ven Rp10.586.176
RAB Pipa Drainase Air Hujan Rp1.428.570
RAB Pipa Tegak Air Bersih Rp3.027.000
RAB Pipa Tegak Air Limbah dan Pipa Tegak Ven Rp3.043.200
RAB Aksesoris Perpipaan Air Bersih Rp1.249.700
RAB Aksesoris Perpipaan Air Limbah dan Ven Rp2.186.200
RAB Perpipaan Drainase Air Hujan Rp10.005.270
RAB Reservoir Rp540.000.000
RAB Biaya Pekerja Rp366.204.000
TOTAL Rp1.090.769.914
Sumber : Perhitungan Penulis
110
BAB 5 KESIMPULAN
1. Debit kebutuhan air bersih mall 10 lantai yaitu 11,868 m3 /hari. Debit
kebutuhan air hidran yaitu 364,644 m3 untuk satu unit hidran kebakaran
(fire hose reel) dan untuk satu lantai dengan 1 unit FHR membutuhkan
debit air bersih sebesar 121,548 m3.
2. Jumlah hidran kebakaran didapatkan sebanyak 2 buah fire hose reel untuk
satu lantai, dan total sebanyak 16 unit untuk 8 lantai. Sedangkan Pillar
hydrant sebanyak 4 unit yang terletak di luar gedung.
3. Debit jam puncak diperolah sebesar 1,98 m3/jam dengan waktu pemakaian
rata-rata 12 jam (10:00 hingga 22.00). Debit menit puncak yaitu 0,066
m3/jam.
4. Dimensi tangki bawah tanah atau ground water tank memiliki panjang dan
lebar 0,812 m dengan tinggi 3 m. Dimensi tangki atas atau roof tank
memiliki panjang dan lebar 0,66 m dengan tinggi 3 m. Dimensi sumur
resapan yaitu panjang dan lebar 6 m dengan tinggi 3 m dengan volume
132 m3/jam.
5. Alat plambing yang digunakan yaitu watercloset (katup gelontor), urinal,
lavatory dan kitchen sink. Total setiap alat plambing yang digunakakan
yaitu 41 buah watercloset (katup gelontor), 8 buah urinal dan 21 buah
lavatory.
6. Curah hujan di Kabupaten Klaten sebesar 12,56 mm/jam. Diameter pipa
air hujan horizontal dengan kemiringan 2% adalah sebesar 5 inch,
diameter talang atap sebesar 4 inch seerta diameter pipa tegak sebesar 8
inch.
7. Luasan atap sesuai dengan luasan bangunan yaitu 1950 m2, berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan maka direncanakan roof drain sebanyak
11 buah yang dibagi menjadi 4 segmen.
111
8. Sumur resapan yang digunakan sebanyak 2 sumur resapan.
9. Pompa yang digunakan yaitu 2 buah, pompa untuk penggunaan sistem air
bersih dan pompa untuk penggunaan sistem hydrant. Pompa air bersih
dengan daya 3,28 kW dan pompa hidran kebakaran dengan daya 18,11
kW.
10. Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk system plambing gedung mall
bertingkat 10 lantai adalah sekitar Rp1.090.769.914.
DAFTAR PUSTAKA
112
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Maitland, B. 1985. Shopping Mall: Planning and Design. New York : Langman
Group
Limited.
113
Teknologi Nasional. 4 (1).
114
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002. Bangunan Gedung.
16
Desember 2002. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
134. Jakarta
Wahyuni, A, dan J. Junianto. 2017. Analisa Kebutuhan Air Bersih Kota Batam
Pada Tahun
2025 TAPAK (Teknologi Aplikasi Konstruksi). Jurnal Program Studi Teknik
Sipil, 6(2).
115
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
2. Yangga Purnagusti/201910601040
NIP : 197205281998022001
116
117
118