Disusun oleh:
i
ABSTRAK
Kata kunci:
Internet of Things, Arduino Uno, Hidroponik, Sistem Monitorin
ii
ABSTRACT
Key words:
Internet of Things, Arduino Uno, Hydroponics, Monitoring System
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan
laporan ini dilakukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Capstone Design 1.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi memberikan bantuan baik berupa materi maupun pikirannya.
Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para. Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih atas segala
masukan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar karya tulis ini
menjadi lebih baik kedepannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN 1
ABSTRAK 2
ABSTRACT 3
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISI 5
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR TABEL 8
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan Perancangan 2
1.5 Batasan Masalah 2
1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Hidroponik 4
2.1.1. Pengertian 4
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan 4
2.1.3 Jenis Sistem Hidroponik 5
2.1.4. Faktor yang perlu diperhatikan pada Hidroponik 6
2.1.5. Properti Pakcoy 8
2.1.6. Perhitungan-Perhitungan 9
2.2 Internet of Things (IoT) 10
2.2.1. Arduino 10
2.2.2. Modul ESP8266 12
2.3 Arduino IDE 15
2.4 Aplikasi Blynk 16
2.5 Pemilihan Part & Material 16
BAB 3 18
METODOLOGI PERANCANGAN 18
3.1 Diagram Alir 18
3.1.1. Flowchart Pelaksanaan 19
3.1.2. Flowchart Perancangan 20
3.1.3. Flowchart Monitoring Suhu dan Kelembaban 21
3.1.4. Flowchart Monitoring pH 21
3.1.5 Flowchart Monitoring Nutrisi 22
i
3.1.6 Flowchart Sensor Ultrasonik 22
3.1.7 Flowchart Pompa Air 23
3.1.8. Flowchart Sistem Monitoring Keseluruhan 24
3.2 Komponen – Komponen yang Dibutuhkan 25
3.2.1 Kebutuhan Rangka Hidroponik 25
3.2.2. Kebutuhan Rangkaian Arduino 26
3.3. Pengujian Alat dan Sistem Monitoring 27
3.3.1. Kalibrasi Sensor DHT11 27
3.3.2. Kalibrasi Sensor pH 29
3.3.3. Kalibrasi Sensor Ultrasonik 33
3.3.4. Kalibrasi Sensor TDS 36
BAB 4 40
ANALISIS PERANCANGAN 40
4.1 Penentuan Spesifikasi Pompa 40
4.2 Konsep Pembuatan Kerangka 40
4.3 Operating Plan 41
4.3.1. Operating Plan of Part Pipa Penampungan Air 41
4.3.2 Operating Plan of Part Pipa ø 22 x 300 mm 42
4.3.3. Operating Plan of Part Pipa ø 42 x 200 mm 43
4.3.4. Operating Plan of Part Pipa ø 22 x 75 mm 44
4.4. Analisis Data 45
4.4.1. Hasil Rancang Bangun 45
4.4.2 Hasil Kalibrasi Sensor pH 45
4.4.3. Hasil Kalibrasi Sensor DHT11 47
4.4.4. Hasil Kalibrasi Sensor Ultrasonic 47
4.4.5. Hasil Kalibrasi Sensor TDS 48
BAB 5 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 51
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR TABEL
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Metode ini juga banyak dipilih oleh mobile person yang memiliki waktu
terbatas untuk menyalurkan hobi atau keinginannya untuk memulai usaha di
bidang bercocok tanam. Tetapi dengan metode ini pun sebenarnya tidak bisa
mengakomodasi penuh kebutuhan dari mobile peson karena padatnya jadwal
mereka yang menyebabkan mereka tidak bisa selalu mengontrol atau hanya
sekedar menyiram dan memberi nutrisi tanaman hidroponiknya dimana hal ini
juga tidak selaras dengan latar belakang mobile person yang juga hidup di era
modern yang tidak lepas dengan gadget.
1
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat identifikas
masalah yang selanjutnya menjadi bahan kajian, yaitu:
a. Merancang sebuah sistem untuk monitoring pH, nutrisi, level air, dan
kelembaban pada penanaman menggunakan sistem hidroponik DFT.
2
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini berisi penjelasan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
Pada bab ini berisi dasar teori yang berkaitan seperti rumus perhitungan
dan konsep sistem yang akan dipakai pada perancangan sistem monitoring
hidroponik.
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan dari hasil pengolahan data
rancangan dari data yang telah diketahui.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroponik
2.1.1. Pengertian
Secara harfiah kata hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu hydro
yang artinya air dan ponos yang artinya daya. Berdasarkan para ahli dapat
disimpulkan bahwa hidroponik adalah hidroponik merupakan teknologi bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah dan sebagai gantinya menggunakan air yang telah
dilarutkan dengan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh
tanaman. Tanaman hidroponik tidak ditanam di media tanah melainkan media lain
seperti bata merah, rockwool, kerikil, arang sekam dan sebagainya. Walaupun
memanfaatkan air, tetapi air yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil. Hal paling
penting untuk tanaman hidroponik adalah pemenuhan nutrisi, tanaman yang
berbentuk larutan.
a. Kelebihan
1. Tidak memerlukan lahan yang luas dan tidak memakan tempat.
2. Tidak memerlukan tanah.
3. Penggunaan pupuk yang efisien.
b. Kekurangan
4
2.1.3 Jenis Sistem Hidroponik
Dalam penerapannya hidroponik memiliki beberapa jenis sistem, sebagai
berikut :
A. Drip System
Sistem ini menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation system) untuk
mengalirkan nutrisi ke wilayah perakaran melalui selang irigasi dengan
menggunakan dripper yang diatur waktunya dengan timer. Nutrisi hidroponik
disimpan di wadah. Pompa yang disiapkan di dalam wadah akan memompa nutrisi
melalui selang irigasi sesuai jadwal yang telah diatur. Cairan nutrisi yang tidak
terserap dialirkan kembali melalui drainase yang diletakkan di bagian bawah depan
dari setiap pot tanaman. Cairan ini akan kembali ke wadah penampung pupuk.
Pada sistem ini, nutrisi dipompa ke tanaman melalui aliran air yang tipis,
sehingga akar tumbuhan bersentuhan dengan lapisan tipis nutrisi yang mengalir.
Ketinggian lapisan air bisa diatur 1-2 cm. Keuntungan dari sistem ini, ketika aliran
listrik terputus maka cairan nutrisi masih tersisa di dalam sistem. Konstruksi sistem
dibuat bertingkat sehingga cairan nutrisi dipompa melalui pipa paling atas
kemudian mengalir sampai pipa paling bawah, dan langsung ke wadah
penampungan cairan pupuk. Sistem ini banyak disukai karena akar tanaman
menyerap lebih banyak oksigen dari udara dibandingkan yang diserap dari larutan
nutrisi. Hal ini disebabkan karena hanya ujung akar saja yang bersentuhan dengan
larutan nutrisi sehingga tumbuhan mendapatkan lebih banyak oksigen dan hal ini
menyebabkan tumbuhan lebih cepat tumbuh dan berkembang.
Sistem ini merupakan mode air tergenang dalam pipa pvc atau gully, air
tetap dialirkan melalui tandon nutrisi lewat pompa air yang dialirkan di setiap gully,
air yang dialirkan tidak mengalir secara langsung, melainkan tergenang terlebih
dahulu, kemudian akan mengisi/membanjiri sistem sampai mencapai ketinggian
dari overflow dan apabila batas maksimal sudah melebihi, maka akan dialirkan
kembali ke tandon. Sistem DFT memiliki kelebihan dalam penggunaan listrik,
apabila keadaan listrik mati, maka air nutrisi yang ada pada gully masih tetap ada,
sehingga dapat mem-backup cadangan air nutrisi yang ada pada pipa pvc atau gully.
5
Tingkat keberhasilan pada sistem DFT hidroponik terhadap tanaman, ternyata
masih bisa diandalkan, karena ada beberapa tanaman sayuran yang memang sangat
cocok untuk penggunaan sistem ini.
Adapun manfaat dari AB-Mix yang dibagi menjadi unsur hara mikro dan
unsur hara makro. Pada unsur hara makro bagi tanaman, AB memiliki manfaat
sebagai berikut :
3. Kalium, pada tanaman berguna untuk karbohidrat dan pemenuhan air dan
ke seluruh bagian tanaman.
5. Kalsium, dibutuhkan untuk menjaga kekuatan pada dinding sel dan proses
pertumbuhan akar.
Selain unsur diatas, ada unsur lain yakni unsur mikro, AB-Mix juga
mengandung unsur hara mikro yang gunanya adalah sebagai berikut :
Kepekaan sebuah nutrisi dilihat dari nilai PPM (Part Per Million) dan
penambahan atau peningkatan nutrisi tersebut berdasarkan umur tanaman, semakin
tua usia tanaman maka semakin tinggi pula nilai PPM yang dibutuhkan. PPM
merupakan satuan yang digunakan pada konsentrasi larutan atau kelimpahan
partikel yang sangat kecil. Pada penelitian ini akan menggunakan tanaman selada,
dimana nilai PPM dari selada adalah 560 - 840. Setiap tumbuhan seperti sayuran
daun memiliki nilai ppm yang berbeda-beda. Adapun terlampir pada Gambar 2.1
berikut ini.
7
Gambar 2.1 tabel PPM sayuran daun
(sumber : hidroponikpedia.com)
9
Pakcoy membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk menyelesaikan
siklus hidupnya. Terdapat standar konsentrasi unsur hara makro dan mikro yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Pada menunjukkan
standar konsentrasi yang diperlukan tanaman sayuran daun termasuk pakcoy.
2.1.6. Perhitungan-Perhitungan
v=AxP
Dimana :
2. Debit Air adalah banyaknya volume zat cair yang mengalir persatuan
waktu. Debit dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1
Dimana :
t = Waktu (s)
Dimana :
V = Kecepatan aliran
(m2/s) A = Luas
penampang (m)
1
Arduino UNO terdiri dari sebuah papan mikrokontroler yang mempunyai 14 pin
1
digital input-output (6 di antaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input
analog, sebuah osilator kristal 16MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack,
sebuah ICSP header dan sebuah tombol reset. Arduino UNO dapat beroperasi pada
sebuah suplai eksternal 5-20 V. Jika suplai tegangan <5V, dapat mengakibatkan
board Arduino UNO menjadi tidak stabil. Jika menggunakan suplai yang lebih
besar dari 12V, voltage regulator bisa kelebihan panas dan membahayakan board
arduino UNO. Rentang tegangan yang direkomendasikan adalah 5V hingga 12V.
Pin digital pada arduino UNO yang berjumlah 14 buah dapat digunakan
sebagai input dan juga sebagai output dengan menggunakan fungsi pinMode,
digitalWrite dan digitalRead. Fungsi-fungsi tersebut beroperasi di tegangan 5V.
Setiap pin dapat memberikan atau menerima arus maksimum 40mA dan
mempunyai sebuah resistor pull-up (terputus secara default) sekitar 20 hingga
50kΩ.
Firmware 16U2 menggunakan driver USB COM standar dan tidak ada driver
eksternal yang dibutuhkan.
1
2.2.2. Modul ESP8266
Pada sistem yang dibuat dalam laporan ini, dipakai beberapa jenis sensor
seperti :
A. Sensor DHT11
B. Sensor PH
1
C. Sensor TDS
D. Sensor Ultrasonik
E. Modul Relay
1
Gambar 2.9 . Tampilan Arduino IDE
(Sumber : robotics.instiperjogja.ac.id)
A. Umur pakai (Life Time) kontruksi yang diukur dari ketahanan dalam
menyangga sistem.
B. Efisiensi proses ditinjau dari pemberdayaan fasilitas dan potensi yang dapat
1
dimanfaatkan dalam menerapkan metode pengerjaan secara sederhana, dan
mampu memenuhi tuntutan waktu penyelesaian.
C. Nilai ekonomis (Cost) yang diukur dari besarnya biaya yang dikeluarkan
dalam pembuatan. Oleh karena itu penentuan material konstruksi harus
memenuhi kriteria kebutuhan dan tuntutan produksi. Pada umumnya
pemilihan material dipertimbangkan berdasarkan pemenuhan tuntutan
antara lain :
1. Tuntutan kemampuan / ketahanan pakai :
a. Tahan aus (Wear resistance)
b. Tahan impact (Toughness)
c. Tahan tekan (Compression strength)
d. Keras pada temperatur operasi
e. Tahan abrasif (Abrasive resistance)
2. Tuntutan Karakteristik (Properties)
a. Kestabilan dimensi (Dimentional stability)
b. Tahan panas (Heat resistance)
3. Tuntutan pengerjaan
a. Mudah dikerjakan
b. Mudah dibentuk
c. Mudah diperbaiki
1
BAB 3
METODOLOGI PERANCANGAN
2
3.1.1. Flowchart Pelaksanaan
2
Setelah memenuhi standar keberhasilan maka dilanjutkan menjadi desain akhir
dan langkah akhir dengan pembuatan sistem monitoring hidroponik.
2
3.1.3. Flowchart Monitoring Suhu dan Kelembaban
2
3.1.5 Flowchart Monitoring Nutrisi
2
Pada gambar 3.6 merupakan langkah awal dari monitoring level air
dengan pembacaan menggunakan sensor ultrasonik, setelah sensor membaca level
air bak penampung pada hidroponik maka akan mengirimkan pesan ke Blynk dan
selesai.
3.1.7 Flowchart Pompa Air
2
3.1.8. Flowchart Sistem Monitoring Keseluruhan
2
Gambar 3.9 Perancangan Hardware
2
8 Part elbow ø 32 x 74 mm 3 Pcs
Pipa PVC 1”
9 Part pipa ø 42 x 200 mm 2 Pcs
Pipa PVC 1-¼”
10 Part pipa ø 22 x 75 mm 12 Pcs
Pipa PVC ½”
11 Part pot cup tanaman 8 Pcs
(PVC)
12 Part ember penampungan air 1 Pcs
(PVC)
13 Part tutup ember 1 Pcs
(PVC)
14 Selang Bening ¼” x 1000 mm 1 Pcs
15 Rockwool 20 x 20 mm 8 pcs
16 Sumbu Flanel 25 x 150 mm 8 pcs
2
3.3. Pengujian Alat dan Sistem Monitoring
Komponen arduino (sensor-sensor) perlu dilakukan pengujian dengan
tujuan untuk memastikan bahwa semua komponen yang terpasang dapat berfungsi
dengan baik serta dapat beroperasi secara optimal. Untuk memastikan kebenaran
hasil data pengukuran maka dilakukan kalibrasi yang menggunakan alat ukur
konvensional sebagai berikut:
3.3.1. Kalibrasi Sensor DHT11
A. Persiapan Peralatan
1. Sensor DHT11
2. Arduino Uno
3. Hp untuk membuka google weather.
B. Proses Kalibrasi
1. Buat rangkaian untuk sensor DHT11 yang di jumper dengan arduino uno.
2
2. Upload sketch ke arduino menggunakan software arduino IDE.
3
Gambar 3.14 Perbandingan Pembacaan Temperatur dan Kelembaban dengan
Google Weather
A. Persiapan Peralatan
1. Sensor pH
2. Arduino Uno
3. Kawat
4. Powder kalibrasi pH 4.01 dan pH 6.89
5. Air 500 ml
6. Wadah 2 buah
B. Proses Kalibrasi
1. Proses Monitoring Voltage
a. Hubungkan titik tengah ujung probe pH dengan kawat pada modul
pH bertujuan untuk mengetahui hasil tegangan memperoleh pH = 7.
3
Gambar 3.15 Rangkaian Probe pH ke Arduino
3
Gambar 3.18 Proses Monitoring Voltage Sensor pH
e. Setelah itu mencari tahu angka tegangan untuk pH = 4 dengan
menggunakan powder kalibrasi pH 4.01 yang dilarutkan dengan air
250 ml. Lalu dimasukan sensor pH kelarutan tersebut. Dan didapat
tegangan sebesar 3.1V.
3
f. Lakukan hal yang sama untuk powder kalibrasi pH 6.86. dan
didapatkan tegangan sebesar 2.6V.
2. Kalibrasi Sensor pH
a. Buat rangkaian untuk sensor pH dengan menghubungkan modul pH
dan arduino dengan kabel jumper.
3
1) Nilai pH 3,91 - 4,03 untuk larutan pH4.01
3
B. Proses Kalibrasi
1. Buat rangkaian untuk sensor ultrasonic.
3
3. Gunakan kertas karton dan atur jaraknya terhadap sensor ultrasonic
untuk pengujian.
3
5. Atur/variasikan jarak kertas karton terhadap sensor kemudian amati
pembacaan pada serial monitor apakah angkanya sesuai atau tidak.
Pengujian berhasil apabila nilai antara serial monitor dengan visual cek
data input dalam hal ini mistar sebagai alat ukur nilainya sama.
3
B. Proses Kalibrasi
1. Buat rangkaian untuk sensor TDS.
3
3. Lakukan kalibrasi terlebih dahulu terhadap alat ukur TDS-3 dengan
cara menggunakan larutan kalibrasi TDS-3 500 ppm.
4. Cara Kalibrasi :
a. Celupkan alat TDS - 3 / TDS EC meter kedalam larutan kalibrasi
500 ppm.
b. Tekan tombol kalibrasi ( HOLD atau TEMP ) pada alat TDS - 3 /
TDS - EC meter, Tahan 3 detik sampai layar berkedip - kedip.
c. Tekan tombol HOLD untuk setting angka ke atas.
d. Tekan tombol ON/OFF untuk setting angka ke bawah.
4
5. Masukan sensor TDS ke gelas yang sudah diberi larutan kalibrasi TDS-3
500 ppm dan pantau pada layar Serial Monitor apakah angkanya sudah
sesuai.
6. Jika angka yang muncul pada serial monitor sudah sesuai berarti proses
kalibrasi sudah selesai.
4
BAB 4
ANALISIS PERANCANGAN
Ketinggian = 580 mm
= 8 liter
B. Kapasitas Pompa
= 2 x 3 l/menit
Gambar No : ME DRAW 01 / 01
4
Ukuran : D 2-1/2” x 485 mm
Jumlah 2
Work Bench
1.10. Deburring
1. Mistar baja
2. Gergaji tangan
4. Kikir
Gambar No : ME DRAW 01 / 05
Jumlah 6
4
Work Bench
1.10. Deburring
1. Mistar baja
2. Gergaji tangan
3. Kikir
Gambar No : ME DRAW 01 / 09
Jumlah 2
Work Bench
4
1.10. Deburring
1. Mistar baja
2. Gergaji tangan
3. Kikir
Gambar No : ME DRAW 01 / 10
Ukuran : D 1/2” x 75 mm
Jumlah 12
Work Bench
1.10. Deburring
1. Mistar baja
2. Gergaji tangan
3. Kikir
4
4.4. Analisis Data
Gambar 4.2. Diagram Blok Sistem Pengukuran dan Monitoring Sistem Hidroponik
4
Tabel 4.1 Tegangan pada pH 4 dan pH 6.86.
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat untuk pH 4.01 tegangan yang terbaca sebesar
3.1V dan untuk pH 6.86 tegangan yang terbaca sebesar 2.6V. Dari tegangan
tersebut dapat kita masukkan ke dalam kodingan kalibrasi. Dan didapatkan hasil
kalibrasi sensor pH dengan dua larutan berbeda terlihat pada Tabel 4.2.
Pasa Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa temperatur yang terukur pada sensor
DHT11 berkisar 31oC-32oC dan kelembaban yang terukur berkisar 61%-62%.
Sedangkan untuk Temperatur dan kelembaban yang terdapat pada data google
weather konstan dengan suhu 32 oC dengan kelembaban 63%.
Berdasarkan hasil error tersebut akan mendapatkan kesimpulan bahwa
kinerja sensor DHT11 telah bekerja dengan baik sesuai keinginan atau
hasil yang diharapkan.
4
dengan jarak karton terhadap mistar.
Dari hasil proses kalibrasi menggunakan alat ukur TDS-3 meter dengan
cara menggunakan larutan kalibrasi TDS-3 500 ppm, diperoleh data seperti pada
tabel 4.5 Pembacaan sensor sesuai dengan alat ukur TDS-3 meter.
5
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Sistem “Monitoring Hidroponik dengan Sistem IOT” merupakan suatu
rancangan yang terdiri dari parameter pengukuran berbasis sistem arduino untuk
memonitoring kondisi hidroponik dalam segi pH, nutrisi, level air, dan kelembaban
yang akan memberikan input di aplikasi blynk. Dari output yang dapat dimonitor
melalui blynk ini dapat memberikan informasi kepada user apa yang harus
dilakukan pada hidroponiknya, apakah nutrisinya kurang, atau level air kurang
sehingga pompa butuh dinyalakan. Berdasarkan rancangan tersebut dipilih beberapa
sensor untuk mendukung proses monitoringnya seperti sensor TDS, sensor DHT11,
sensor ultrasonik, dan sensor pH.
5.2 Saran
Perancangan sistem ini masih membutuhkan pengembangan di sisi esensi
IOT nya, dimana seharusnya bisa lebih dikembangkan agar pompa dapat
beroperasi secara otomatis ketika level air rendah. Maka dari itu kami menerima
kritik dan saran yang membangun agar sistem monitoring ini dapat dikembangkan
sedemikian rupa agar lebih memberikan keuntungan dan kemudahan untuk semua
pihak.
5
DAFTAR PUSTAKA
Charisma, A., Iskandar, H. R., Taryana, E., & Nurfajar, H. (2019). Rancang
Bangun On-line Monitoring System untuk pH Air Menggunakan PH- 4502C Module dan
Aplikasi WebServer. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi, 1–9.
E. Tallei, Trina. 2017. Hidroponik Untuk Pemula. Manado : PPM UNSRAT,
2017. ISBN: 978-602-60359-2-9.
5
LAMPIRAN
Lampiran Koding Sensor DHT11
#include <SimpleDHT.h>
// for DHT11,
// VCC: 5V or 3V
// GND: GND
// DATA: 2
int pinDHT11 = 2;
SimpleDHT11 dht11(pinDHT11);
void setup() {
Serial.begin(9600);
// start working...
Serial.println("Temperature and Humidity
Data");
}
void loop() {
5
Serial.print((int)temperature);
Serial.print(" *C, ");
Serial.print((int)humidity);
Serial.println(" H");
void setup()
{
// Memulai komunikasi serial //
Serial.begin(9600);
Serial.println("https://mahirelektro.com")
;
delay(500);
}
void loop()
{
// Memberi jeda 50 milli seconds untuk
setiap PING //
delay(50);
// Mengirim kata "Jarak = " pada serial
monitor //
Serial.print("Jarak = ");
// Mengirim PING dan memperoleh jarak
(cm) //
Serial.print(sonar.ping_cm());
// Mengirim kata "cm" pada serial
monitor //
Serial.println("cm");
}
5
Koding Sensor TDS
#define TdsSensorPin A1
#define VREF 5.0 // analog reference voltage(Volt) of the ADC
#define SCOUNT 30 // sum of sample point
int analogBuffer[SCOUNT]; // store the analog value in the array, read
from ADC
int analogBufferTemp[SCOUNT];
int analogBufferIndex = 0,copyIndex = 0;
float averageVoltage = 0,tdsValue = 0,temperature = 25;
5
void setup()
{
Serial.begin(115200);
pinMode(TdsSensorPin,INPUT);
}
void loop()
{
static unsigned long analogSampleTimepoint = millis();
if(millis()-analogSampleTimepoint > 40U) //every 40 milliseconds,read
the analog value from the ADC
{
analogSampleTimepoint = millis();
analogBuffer[analogBufferIndex] = analogRead(TdsSensorPin); //read
the analog value and store into the buffer
analogBufferIndex++;
if(analogBufferIndex == SCOUNT)
analogBufferIndex = 0;
}
static unsigned long printTimepoint = millis();
if(millis()-printTimepoint > 800U)
{
printTimepoint = millis();
for(copyIndex=0;copyIndex<SCOUNT;copyIndex++)
analogBufferTemp[copyIndex]= analogBuffer[copyIndex];
averageVoltage = getMedianNum(analogBufferTemp,SCOUNT) * (float)VREF /
1024.0; // read the analog value more stable by the median filtering
algorithm, and convert to voltage value
float compensationCoefficient=1.0+0.02*(temperature-25.0);
//temperature compensation formula: fFinalResult(25^C) =
fFinalResult(current)/(1.0+0.02*(fTP-25.0));
float compensationVolatge=averageVoltage/compensationCoefficient;
//temperature compensation
tdsValue=(133.42*compensationVolatge*compensationVolatge*compensationVolatge
- 255.86*compensationVolatge*compensationVolatge +
857.39*compensationVolatge)*0.5; //convert voltage value to tds value
//Serial.print("voltage:");
//Serial.print(averageVoltage,2);
5
//Serial.print("V ");
Serial.print("TDS Value:");
Serial.print(tdsValue,0);
Serial.println("ppm");
}
}
int getMedianNum(int bArray[], int iFilterLen)
{
int bTab[iFilterLen];
for (byte i = 0; i<iFilterLen; i++)
bTab[i] = bArray[i];
int i, j, bTemp;
for (j = 0; j < iFilterLen - 1; j++)
{
for (i = 0; i < iFilterLen - j - 1; i++)
{
if (bTab[i] > bTab[i + 1])
{
bTemp = bTab[i];
bTab[i] = bTab[i + 1];
bTab[i + 1] = bTemp;
}
}
}
if ((iFilterLen & 1) > 0)
bTemp = bTab[(iFilterLen - 1) / 2];
else
bTemp = (bTab[iFilterLen / 2] + bTab[iFilterLen / 2 - 1]) / 2;
return bTemp;
}
int pH_Value;
float Voltage;
void setup()
5
{
Serial.begin(9600);
void loop ()
pH_Value = analogRead(A0);
Serial.println(Voltage);
delay(500);
float Po = 0;
float PH_step;
int nilai_analog_PH;
double TeganganPh;
//untuk kalibrasi
void setup()
Serial.begin(9600);
void loop()
5
int nilai_analog_PH = analogRead(ph_Pin);
Serial.println(nilai_analog_PH);
Serial.print("Tegangan pH:");
Serial.println(TeganganPh, 3);
Serial.println(Po, 2);
delay(3000);
/*
* = (3.1 - 2.6)/(7-4)
* = 0.5/3
* = 0.166
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7