Dosen Pembimbing
AHMAD RADHY, S.Si., M.Si
NPP : 2022198911049
i
SURABAYA
Januari, 2024
ii
ABSTRAK
Abstrak
Pupuk memiliki peranan penting dalam pertumbuhan maupun kesuburan tanaman,
pupuk yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Salah satu parameter yang
memengaruhi kualitas pupuk adalah kandungannya ketika diaplikasikan ke tanaman.
Sebagaimana diketahui bahwasannya dalam pengaplikasian pupuk ke tanaman perlu
dilakukan pencampuran dengan air sesuai dengan dosis yang berlaku. Presisi pada pemberian
dosis inilah yang memengaruhi baik atau tidaknya pupuk. Dalam prakteknya, proses
pencampuran masih menggunakan cara manual dengan pengaturan dosis manual. Oleh karena
itu, diperlukan suati alat atau sistem yang dapat mengatur dosis pupuk dan air secara otomatis
dengan lebih presisi. Untuk mengetahui kandungan pupuk yang terlarut dalam air digunakan
sensor yang dapat mendeteksi part per million(ppm) sebuah larutan yaitu dengan sensor
TDS(Total Disolved Solid). Dengan mengetahui ppm pada larutan maka dapat dilakukan
pengaturan dengan sistem kontrol berbasis mikrokontoller STM32. Selain itu juga dilengkapi
pengaduk dengan menggunakan motor DC. Diharapkan dengan adanya mesin pencampur
pupuk otomatis dapat meningkatkan presisi pemupukan serta mempermudah petani sehingga
tercapai hasil pertanian yang maksimal.
iii
ABSTRACT
Abstract
Fertilizer has an important role in plant growth and fertility, good fertilizer will produce
good plants as well. One of the parameters that affect the quality of fertilizer is its content
when applied to plants. It is known that in applying fertilizer to plants, it is necessary to mix it
with water in accordance with the applicable dosage. Precision in dosing is what affects
whether the fertilizer is good or not. In practice, the mixing process still uses manual methods
with manual dosage settings. Therefore, a tool or system is needed that can automatically
adjust the dosage of fertilizer and water with more precision. To determine the content of
fertilizer dissolved in water, a sensor that can detect parts per million (ppm) of a solution is
used, namely the TDS sensor (Total Dissolved Solid). By knowing the ppm in the solution, it
can be regulated with an STM32 microcontroller-based control system. In addition, it is also
equipped with a stirrer using a DC motor. It is hoped that the automatic fertilizer mixing
machine can increase the precision of fertilization and make it easier for farmers to achieve
maximum agricultural yields.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR SIMBOL viii
BAB 1 PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 9
1.4 Tujuan 10
1.5 Manfaat 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 11
2.2 Dasar Teori 12
BAB 3 METODOLOGI 19
3.1 Metode yang digunakan 19
3.2 Bahan dan peralatan yang digunakan 19
3.3 Urutan pelaksanaan penelitian 19
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR SIMBOL
viii
BAB 1 PENDAHULUAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah
meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu, dan frekuensi
pemupukan (Nur Indah Mansyur, dkk, 2021). Dosis pemberian air dan pupuk untuk
pencampuran pupuk tidak dapat disepelekan, karena akan sedikit banyak berpengaruh pada
tanaman. Menurut (Purwowno, dkk, 2017) efisiensi pemupukan dapat dicapai bila perhitungan
takaran pupuk yang tepat.
Dalam prakteknya, pemberian dosis air maupun pupuk masih dilakukan secara manual dan
sering terjadi ketidaktepatan konsentrasi. Berdasarkan penelitian (Iswadi Hasyim, dkk, 2021)
disimpulkan bahwa engadukan pupuk cair secara manual memiliki kekurangan, yaitu rendahnya
akurasi campuran hanya sekitar 50% sehinggga dibutuhkannya pengadukan pupuk otomatis
untuk meningkatkan akurasi campuran pupuk dan air. Untuk meningkatkan ketepatan
pencampuran pupuk maka perlu dirancang sebuah sistem pengaduk pupuk otomatis. Sistem
pengaduk ini diharapkan mampu mencampur dan mengaduk pupuk dengan air secara otomatis
dengan akurasi tinggi.
Berdasarkan pendahuuan diatas, maka dirancang mesin pencampur dan pengaduk pupuk
otomatis. Dengan adanya mesin tersebut diharapkan mengurangi bahkan menghilangkan
kebutuhan operasi manual. Sistem kontrol menggunakan mikrokontroller yang memiliki nilai
ekonomis dan mudah didapatkan. Untuk meningkatkan ketepatan diperhatikan hal-hal meliputi
kadar air, kadar pupuk, waktu pengadukan dan pengujian serta pengkoreksian dari hasil yang
didpatkan. Dengan dilengkapi beberapa komponen berupa sensor ultrasonic, valve, pompa, serta
pengaduk diharapkan sistem dapat berjalan baik menhasilkan output yang sesusai.
1.4 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan mengatur kadar air serta pupuk untuk kebutuhan tanaman
secara otomatis.
2. Dapat merancang sistem kontrol untuk pencampuran pupuk dan air secara otomatis.
1.5 Manfaat
1. Mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak yang mampu mendeteksi kadar
nutrisi dalam pupuk dan secara otomatis mengatur konsentrasi nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Standar ppm pada pupuk adalah parameter kritis dalam praktik pertanian
modern yang bertujuan untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Parts per million (ppm) digunakan sebagai unit
pengukuran konsentrasi zat dalam pupuk, menentukan jumlah partikel zat hara
tertentu dalam satu juta partikel air atau tanah. Penetapan standar ppm pada pupuk
bergantung pada analisis laboratorium yang menyeluruh terhadap komposisi tanah
dan kebutuhan nutrisi tanaman yang bersangkutan. Data ilmiah menunjukkan bahwa
setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan nutrisi yang unik, dan standar ppm
disesuaikan untuk mencapai keseimbangan optimal antara unsur-unsur esensial
seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Berikut merupakan contoh tabel ppm
pada berbagai tanaman.
13
Gambar 2.2 Standar PPM dan pH pada tanaman.
14
Gambar 2.3. STM32F401RE
(Nugraha, 2018).
Sensor TDS adalah sensor untuk mengukur padatan yang terlarut dalam air. Pada
probe sensor TDS memiliki dua elektroda yang dicelupkan ke dalam air. Dua elektroda
tersebut dapat mengukur konduktivitas pada cairan. Kandungan partikel ion dan sifat
elektrolit dalam cairan dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran dengan
menggunakan sensor TDS. Pada pengukuran TDS semakin tinggi nilai TDS air maka
banyak partikel atau material yang terlarut dalam air yang dapat mengganggu kesehatan
akibat pengendapan mineral yang berlebih dan menyebabkan gangguan pencernaan
pada tubuh. (Lim dkk., 2020). Sensor TDS SEN0244 pada Gambar 2.5 memiliki
spesifikasi tegangan input 3.3V - 5.5 V, tegangan output 0 – 2.3V, arus kerja 3 – 6 mA.
Rentang nilai analog yang dihasilkan oleh sensor ini sebesar 0-1000 ppm dan nilai
rentang tegangan yang sebesar 0-5 Volt.
15
2.2.7 Sensor Ultrasonic HC-SR04
Menurut Arief, 2011 pada (Arsada, 2017) sensor ultrasonik adalah sensor yang
bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi
keberadaan suatu objek atau benda tertentu didepan frekuensi kerja pada daerah diatas
gelombang suara dari 20 kHz hingga 2 MHz. Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit,
yaitu unit pemancar dan unit penerima struktur unit pemancar dua kali jarak sensor
dengan objek. HC-SR04 merupakan sensor ultrasonik siap pakai, satu alat yang
berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan pengontrol gelombang ultrasonik. Alat ini
bisa digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2cm -4m dengan akurasi 3mm (Yudha,
2019). Berikut merupakan tampilan Sensor HC-SR04
16
2.2.8 Solenoid Valve
Solenoid valve adalah salah satu kran yang dirancang menggunakan solenoida
sebagai kontrol nya, kran ini aktif ketika diberikan tegangan minimal 12 volt dengan
arus 1,2 Ampere untuk tiap kran (Ardiansyah, 2018). Solenoid valve umum digunakan
untuk digunakan untuk mengendalikan aliran fluida (cairan atau gas) dalam sistem
otomatis dengan menghubungkannya dengan kontrolller dan perangkat elektrik
lainnya. Menurut (Setiadi, 2018) banyak sekali jenis-jenis dari solenoid valve, karena
solenoid valve ini di desain sesuai dari kegunaannya memiliki 2 jenis menurut cara
kerjanya, yaitu NC dan NO. Jadi fungsinya hanya menutup / membuka saluran karena
hanya memiliki 1 lubang inlet dan 1 lubang outlet. Solenoid valve akan bekerja bila
kumparan/coil mendapatkan tegangan arus listrik yang sesuai dengan tegangan kerja
(kebanyakan tegangan kerja solenoid valve adalah 100/200VAC dan kebanyakan
tegangan kerja pada tegangan DC adalah 12/24VDC). Dan sebuah pin akan tertarik
karena gaya magnet yang dihasilkan dari kumparan selenoida tersebut. Dan saat pin
tersebut ditarik naik sehingga katup utama terbuk dan fluida mengalir langsung.
2.2.9 Motor DC
Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber
tegangan DC. Arah putaran motor DC ditentukan oleh arus maju atau arus berbalik
atau tegangan positif dan tegangan negatif pada motor DC. Sedangkan kecepatan
motor DC ditentukan oleh perubahan/meningkatnya tegangan kumparan pada motor
DC tersebut ( Setiawan, 2017). Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah
17
pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Dalam motor dc
terdapat dua kumparan yaitu kumparan medan yang berfungsi untuk menghasilkan
megan magnet dan kumparan jangkaryang berfungsi sebagai tempat terbentuknya
gaya gerak listrik (ggl E). Jika arus dalam kumparan jangkar berinteraksi dengan
medan magnet, akan timbul torsi (T) yang akan memutar motor (Nugroho, 2015).
Berikut merupakan bentuk fisik Motor DC.
18
BAB 3 METODOLOGI
19
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi
3.3.1 Studi Literatur
Studi literatur dalam rancang bangun sistem kontrol kadar air dan pupuk
berbasis mikrokontroler untuk pencampuran otomatis melibatkan analisis mendalam
terhadap kajian terdahulu. Literatur menekankan pentingnya otomatisasi dalam
meningkatkan efisiensi pertanian. Pemilihan komponen sebagai dalam sistem menjadi
sorotan utama, mempertimbangkan peran krusialnya dalam pencampuran otomatis
dengan presisi. Studi literatur bertujuan membentuk dasar pengetahuan yang kokoh
untuk perancangan sistem. Dengan itu maka disusun pemahaman komprehensif
mengenai kerangka konseptual, perkembangan terkini, dan temuan-temuan kunci
dalam literatur ilmiah terkai
Pada sub bab ini berisi diagram blok dan desain alat pencampur pupuk
otomatis dengan sistem kontrol kadar air dan pupuk. Perancangan dilakukan agar
menghasilkan suatu sistem yang memiliki fungsi dan kinerja sesuai dengan
kebutuhan atau tujuan yang ditetapkan. Penjelasan rmengenai konsep perancangan
serta interaksi dan integrasi antar-komponen akan dibahas dalam sub bab ini. Berikut
merupakan diagram blok sistem kontrol terkait.
20
Gambar 3.2. Diagram Blok Sistem Kontrol
Set point pada sistem ini adalah kadar kepekatan pupuk yang terlarut dalam
air,atau ppm (part per million) yang mana sensor TDS akan melakukan sensing
untuk mengetahui pp pupuk terlarut. Nilai ppm menyesuaikan pada tanaman yang
digunakan. Data dari sesnsor selanjutnya akan diproses sehingga dapat dijadikan
acuan oleh Arduino sebagai kontroller yang mengatur aktuator. Aktuator dalam hal
ini adalah solenoid valve yang menghubungkan antara tangki pupuk dan air dengan
mixed tank. Nyala pompa akan diatur sesuai perintah dari STM32 dengan acuan
sensor pada mixed tank.
Pada sistem kontrol kadar air dan pupuk ini, sistem akan mulai bekerja dengan
perintah dari push button. Solenoid valve pada tanki air akan terbuka an air akan
mengalir menujua mixed tank. Pada mixed tank terdapat sensor ultrasonic untuk
mengetahui level air. Level air menyesuaikan pda input yang ditentukan untuk
keperluan pupuk. Solenoid valve akan menutup ketika level pada mixed tank telah
mencapai nilai yang ditentukan dengan sensing oleh sensor ultrasonic. Selanjutnya
21
motor stirrer akan menyala untuk melakukan pengadukan antara air dan pupuk
bersamaan dengan nyalanya pompa yang mengalirkan pupuk cair dari tanki pupuk ke
mixed tank. Pada mixed tank, sensor TDS akan mendeteksi kadar ppm dan ketika
telah mencapai nilai ppm ang ditentukan, pompa akan mati dan motor stirrer juga
akan mati. Kadar ppm pada mixed tank juga akan dtampilkan pada display LCD
guna mengetahui nilai ppm pada campuran pupuk di mixed tank.
22
3.3.3 Perancangan Software
Pada gambar dibawah menjelaskan perancangan monitoring sistem berbasis
ESP32.
23
Gambar 3.7 Sistem Monitoring Berbasis IOT
Tujuan pemilihan komponen dalam sistem kontrol kadar air dan pupuk
berbasis mikrokontroler untuk pencampuran otomatis adalah untuk mencapai integrasi
yang optimal dan kinerja efisien dalam mencapai tujuan sistem. Sensor yang akurat
dipilih untuk mengukur kadar air dan pupuk dengan presisi, sementara pemilihan
mikrokontroler mempertimbangkan kapabilitas pengolahan data dan kontrol yang
sesuai. Komponen aktuator juga dipilih dengan cermat untuk memastikan respons
yang cepat dan akurat dalam proses pencampuran.
Nama Keterangan
Komponen
Input Power Supply Sebagai sumber energi yang menyediakan tegangan
dan arus yang stabil untuk mengoperasikan dan
mendukung fungsi optimal semua komponen dalam
suatu sistem elektronik
Sensor TDS mengukur konsentrasi total padatan terlarut dalam
suatu larutan, diukur dalam satuan ppm (parts per
million).. Sensor TDS umumnya menggunakan prinsip
konduktivitas listrik untuk mengukur jumlah ion atau
molekul terlarut dalam air.
Sensor mengukur tingkat atau level permukaan air dalam
24
Ultrasonik suatu wadah atau reservoir. Prinsip kerja sensor
ultrasonik didasarkan pada pengukuran waktu yang
diperlukan oleh gelombang ultrasonik untuk bergerak
dari sensor ke permukaan air dan kembali.
Push Button Sebagai saklar sederhana yang digunakan untuk
menginisiasi atau menghentikan suatu fungsi atau aksi
dalam sebuah sistem elektronik dengan menekan
tombol tersebut.
Con Mikrokontrolle Berperan sebagai otak utama yang mengelola
trol r STM32 masukan dari sensor, menjalankan algoritma kontrol,
dan mengontrol keluaran aktuator untuk mencapai
tujuan pengendalian secara otomatis.
Output Relay sebagai saklar elektronik yang mengontrol aliran
daya listrik ke perangkat atau aktuator lainnya
berdasarkan sinyal kontrol, memungkinkan operasi dan
pengendalian yang otomatis.
LCD LCD berperan sebagai antarmuka tampilan yang
memberikan informasi visual mengenai parameter atau
status sistem, memfasilitasi pemantauan dan interaksi
pengguna dengan perangkat kontrol secara langsung.
Solenoid Valve Solenoid Valve berperan sebagai perangkat
otomatisasi yang mengatur aliran fluida atau gas
berdasarkan sinyal kontrol, memungkinkan
pengendalian presisi pada proses pengaturan dan
distribusi fluida.
Motor DC Mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
atau gerakan. Secara umum, motor DC terdiri dari dua
bagian utama: stator (bagian yang diam) dan rotor
(bagian yang berputar).
1. STM32F401 (Nucleo)
25
Gambar 3.8 STM32F401
(Sumber : components101.com))
Tabel 3.2 Spesifikasi STM32f401
Part Spesifikasi
Microcontroller STM32F401RET6 (32-bit)
SRAM 96 KB
GPIO Pins 50
Watchdog Timers 2
USART/UART Communication 4
I2C Communication 3
26
SPI Communication 3
2. NodeMCU ESP32
Part Spesifikasi
GPIO 32
UART 3
27
3. Sensor TDS
Part Spesifikasi
Dimensi Modul 42 x 32 mm
4. Solenoid Valve
28
Gambar 3.11 Solenoid Valve DC 12 V ½ Inch
Tahap validasi sensor dapat dimulai dengan uji kalibrasi menggunakan TDS
Meteruntuk mengetahui keadaan sensor TDS. Setelah kalibrasi, sensor ditempatkan
pada sampel pupuk untuk mengukur nilai ppm pada campuran pupuk. Selanjutnya,
validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran sensor dengan hasil pada
validator TDS meter. Hal ini membantu mengevaluasi akurasi sensor dalam
menghasilkan data yang sejalan dengan nilai sebenarnya. Dengan melakukan langkah-
langkah ini, validasi sensor TDS pada pupuk dapat memberikan keyakinan terkait
ketepatan dan keandalan sensor dalam memberikan informasi mengenai ppm yang
penting untuk pengelolaan pupuk yang efisien dan presisi.
Tahap ini memiliki tujuan utama untuk memverifikasi respons sensor TDS,
mengevaluasi kinerja mikrokontroler dalam pengolahan data dan kontrol, serta
menguji keandalan dan akurasi aktuator, seperti solenoid valve dan pompa.
Pengujian juga melibatkan validasi dalam kondisi lapangan untuk memastikan
kinerja alat dalam situasi nyata pertanian. Dengan melakukan serangkaian uji ini,
tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sistem kontrol dapat beroperasi secara
handal, memberikan efisiensi optimal dalam pencampuran air dan pupuk.
29
3.3.7 Pengambilan dan Analisa Data
Langkah terakhir adalah menyusun laporan tugas akhir. Ini adalah syarat untuk
menyelesaikan program sarjana terapan. Laporan akhir ini diharapkan dapat digunakan
untuk penelitian berikutnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
ROSMA, I. H., SUKMA, D. Y., & SARE, S. (2021). Pengadukan Pupuk Cair Otomatis
Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Fertigasi Pintar. ELKOMIKA: Jurnal Teknik
Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 9(4), 827.
Pranata, A. S. (2010). Meningkatkan hasil panen dengan pupuk organik. AgroMedia.
Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. (2021). Pupuk dan pemupukan. Syiah
Kuala University Press.
Nunyai, A. P., Zaman, S., & Yahya, S. (2016). Manajemen pemupukan kelapa sawit di sungai
Bahaur Estate, Kalimantan Tengah. Buletin Agrohorti, 4(2), 165-172.
Setiawan, H., Junaedi, A., & Suhartanto, M. R. (2019). Manajemen produksi terung (Solanum
melongena L.) hidroponik dalam GH dengan aspek khusus pemupukan di Belanda.
Buletin Agrohorti, 7(1), 84-92.
LENI TRI, W. A. H. Y. U. N. I. (2023). UJI KINERJA SISTEM FERTIGASI PADA
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.).
Bekti, R. P., & Dewi, A. A. D. (2023). PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum L)
PADA MEDIA TANAM BERBASIS FERTIGASI KAPILER: Effect of Monosodium
Glutamate (MSG) on Growth Tomato Plants (Lycopersicon esculentum L) on
Capillary Fertigation Based Growing Media. Jurnal Pertanian Peradaban (Peradaban
Journal of Agriculture), 3(2), 1-6.
Raksun, A., Japa, L., & Mertha, I. G. (2019). Aplikasi pupuk organik dan NPK untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif melon (Cucumis melo L.). Jurnal Biologi
Tropis, 19(1), 19-24.
Sudjianto, U., & Krestiani, V. (2009). Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon
(Cucumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi, 2(2), 1-7.
Ayu, J., Sabli, E., & Sulhaswardi, S. (2017). Uji pemberian pupuk NPK mutiara dan pupuk
organik cair Nasa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon (Cucumis melo L.).
Dinamika Pertanian, 33(1), 103-114.
Nuraini, Y., & Zahro, A. (2020). Pengaruh aplikasi asam humat dan pupuk npk terhadap
serapan nitrogen, pertumbuhan tanaman padi di lahan sawah. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 7(2), 195-200.
Samsugi, S., Gunawan, R. D., Priandika, A. T., & Prastowo, A. T. (2022). Penerapan
Penjadwalan Pakan Ikan Hias Molly Menggunakan Mikrokontroler Arduino UNO dan
Sensor RTC DS3231. Jurnal Teknologi dan Sistem Tertanam, 3(2).
31
Ramdan, S. D. (2020). Pengembangan Koper Pintar Berbasis Arduino. Journal ICTEE, 1(1
Arsada, B., & Suprianto, B. (2017). Aplikasi sensor ultrasonik untuk deteksi posisi jarak pada
ruang menggunakan arduino uno. Jurnal Teknik Elektro, 6(2), 1-8.
Yudha, P. S. F., & Sani, R. A. (2019). Implementasi Sensor Ultrasonik Hc-Sr04 Sebagai
Sensor Parkir Mobil Berbasis Arduino. EINSTEIN (e-Journal), 5(3).
Ardiansyah, S. (2018). Prototype Pengontrol Pengisian Tandon Air Secara Paralel
Menggunakan Solenoid Valve Berbasis Atmega 2560. Jurnal Informatika, 7(2).
Setiadi, I. (2018). Pengaman Laju Air Umpan Untuk Arsinum Kapasitas 5M3/Hari
Menggunakan Pressure Switch dan Selenoid Valve. Jurnal Rekayasa Lingkungan,
11(2).
Setiawan, D. (2017). Sistem Kontrol Motor Dc Menggunakan Pwm Arduino Berbasis
Android System. SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, 15(1), 7-14.
NUGRAHA, E. Q. PERANCANGAN APLIKASI MONITORING SISTEM TRACKING
PHOTOVOLTAIC SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK PADA SMART
CLASSROM DENGAN KOMUNIKASI DATA BERBASIS WIRELESS.
M. R. Setiawan, M. A. Muslim, and G. D. Nusantoro, “Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan
Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 dan Mikrokontroler ATmega 16,” J. Mhs.
TEUB, 2013, vol. 1, no. 2.
32
LAMPIRAN
33