Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PENCAMPUR DAN


PENGADUK PUPUK BERBASIS MIKROKONTROLLER
STM32 DENGAN PENGATURAN DOSIS PUPUK DAN
AIR OTOMATIS

ZIDNY KANZUL FIKRI


NRP 2042201126

Dosen Pembimbing
AHMAD RADHY, S.Si., M.Si
NPP : 2022198911049

Program Studi Rekayasa Teknologi Instrumentasi


Departemen Teknik Instrumentasi
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2024
1
LEMBAR PENGESAHAN

RANCANG BANGUN MESIN PENCAMPUR DAN PENGADUK PUPUK BERBASIS


MIKROKONTROLLER STM32 DENGAN PENGATURAN DOSIS PUPUK DAN AIR
OTOMATIS
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Terapan pada
Program Studi D-4 Rekayasa Teknologi Instrumentasi
Departemen Teknik Instrumentasi
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : Zidny Kanzul Fikri


NRP. 2042201126

Disetujui oleh Tim Penguji Proposal Tugas Akhir :

1. Ahmad Radhy, S.Si., M.Si. Pembimbing

2. Nama dan gelar ko-pembimbing/penguji Ko-pembimbing

3. Nama dan gelar penguji Penguji

4. Nama dan gelar penguji Penguji

5. Nama dan gelar penguji Penguji

i
SURABAYA
Januari, 2024

ii
ABSTRAK

RANCANG BANGUN MESIN PENCAMPUR DAN PENGADUK PUPUK BERBASIS


MIKROKONTROLLER STM32 DENGAN PENGATURAN DOSIS PUPUK DAN AIR
OTOMATIS

Nama Mahasiswa / NRP : Zidny Kanzul Fikri / 2042201126


Departemen : Teknik Instrumentasi FV - ITS
Dosen Pembimbing : Ahmad Radhy, S.Si., M.Si.

Abstrak
Pupuk memiliki peranan penting dalam pertumbuhan maupun kesuburan tanaman,
pupuk yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Salah satu parameter yang
memengaruhi kualitas pupuk adalah kandungannya ketika diaplikasikan ke tanaman.
Sebagaimana diketahui bahwasannya dalam pengaplikasian pupuk ke tanaman perlu
dilakukan pencampuran dengan air sesuai dengan dosis yang berlaku. Presisi pada pemberian
dosis inilah yang memengaruhi baik atau tidaknya pupuk. Dalam prakteknya, proses
pencampuran masih menggunakan cara manual dengan pengaturan dosis manual. Oleh karena
itu, diperlukan suati alat atau sistem yang dapat mengatur dosis pupuk dan air secara otomatis
dengan lebih presisi. Untuk mengetahui kandungan pupuk yang terlarut dalam air digunakan
sensor yang dapat mendeteksi part per million(ppm) sebuah larutan yaitu dengan sensor
TDS(Total Disolved Solid). Dengan mengetahui ppm pada larutan maka dapat dilakukan
pengaturan dengan sistem kontrol berbasis mikrokontoller STM32. Selain itu juga dilengkapi
pengaduk dengan menggunakan motor DC. Diharapkan dengan adanya mesin pencampur
pupuk otomatis dapat meningkatkan presisi pemupukan serta mempermudah petani sehingga
tercapai hasil pertanian yang maksimal.

Kata kunci: Pupuk, STM32, Sensor TDS, part per million.

iii
ABSTRACT

DESIGN OF STM32 MICROCONTROLLER-BASED FERTILIZER MIXING AND


STIRRING MACHINE WITH AUTOMATIC SETTING OF FERTILIZER AND
WATER DOSES
Student Name / NRP : Zidny Kanzul Fikri / 2042201126
Department : Teknik Instrumentasi FV - ITS
Advisor : Ahmad Radhy, S.Si., M.Si.

Abstract
Fertilizer has an important role in plant growth and fertility, good fertilizer will produce
good plants as well. One of the parameters that affect the quality of fertilizer is its content
when applied to plants. It is known that in applying fertilizer to plants, it is necessary to mix it
with water in accordance with the applicable dosage. Precision in dosing is what affects
whether the fertilizer is good or not. In practice, the mixing process still uses manual methods
with manual dosage settings. Therefore, a tool or system is needed that can automatically
adjust the dosage of fertilizer and water with more precision. To determine the content of
fertilizer dissolved in water, a sensor that can detect parts per million (ppm) of a solution is
used, namely the TDS sensor (Total Dissolved Solid). By knowing the ppm in the solution, it
can be regulated with an STM32 microcontroller-based control system. In addition, it is also
equipped with a stirrer using a DC motor. It is hoped that the automatic fertilizer mixing
machine can increase the precision of fertilization and make it easier for farmers to achieve
maximum agricultural yields.

Keywords: Fertilizer, STM32, Sensor TDS, part per million.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR SIMBOL viii
BAB 1 PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 9
1.4 Tujuan 10
1.5 Manfaat 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 11
2.2 Dasar Teori 12
BAB 3 METODOLOGI 19
3.1 Metode yang digunakan 19
3.2 Bahan dan peralatan yang digunakan 19
3.3 Urutan pelaksanaan penelitian 19
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Blok Pengendalian...............................................................11


Gambar 2.2 Standar PPM dan pH pada tanaman...................................................13
Gambar 2.3 STM32F401RE..................................................................................14
Gambar 2.4 Sensor TDS (Total Dissolved Solids)................................................15
Gambar 2.5 Sensor Ultrasonik HC-SR04..............................................................15
Gambar 2.6 Solenoid Valve...................................................................................16
Gambar 2.7 Motor DC...........................................................................................17
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi..................................................................19
Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem Kontrol...........................................................20
Gambar 3.3 Diagram Blok Keseluruhan Sistem...................................................20
Gambar 3.4 Desain Alat........................................................................................21
Gambar 3.5 Wiring Diagram.................................................................................21
Gambar 3.6 Flowchart Pembacaan pada Software...............................................22
Gambar 3.7 Sistem Monitoring Berbasis IOT......................................................23
Gambar 3.8 STM32F401......................................................................................25
Gambar 3.9 NodeMCU ESP32............................................................................26
Gambar 3.10 Sensor TDS.....................................................................................27
Gambar 3.11 Solenoid Valve DC 12 V ½ Inch....................................................28

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.................................................................11


Tabel 3.1 Komponen yang diguanakan beserta fungsinya................................24
Tabel 3.2 Spesifikasi STM32f401.....................................................................25
Table 3.3 Spesifikasi NodeMCU ESP32..........................................................26
Tabel 3.4 Spesifikasi Sensor TDS.....................................................................27

vii
DAFTAR SIMBOL

viii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pupuk merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk memberikan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan
gizi mereka. Tanaman membutuhkan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium untuk
tumbuh dengan baik. Tanaman termasuk makhluk hidup yang tentunya membutuhkan makanan
untuk mendukung proses hidupnya. Makanan tersebut harus mengandung zat yang dibutuhkan
tanaman (Ayub S Pranata, 2010). Sebagaimana jenis tanaman yang beragam maka jenis pupuk
untuk masing-masing tanaman juga beragam menyesukaian kebutuhan nutrisinya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah
meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu, dan frekuensi
pemupukan (Nur Indah Mansyur, dkk, 2021). Dosis pemberian air dan pupuk untuk
pencampuran pupuk tidak dapat disepelekan, karena akan sedikit banyak berpengaruh pada
tanaman. Menurut (Purwowno, dkk, 2017) efisiensi pemupukan dapat dicapai bila perhitungan
takaran pupuk yang tepat.

Dalam prakteknya, pemberian dosis air maupun pupuk masih dilakukan secara manual dan
sering terjadi ketidaktepatan konsentrasi. Berdasarkan penelitian (Iswadi Hasyim, dkk, 2021)
disimpulkan bahwa engadukan pupuk cair secara manual memiliki kekurangan, yaitu rendahnya
akurasi campuran hanya sekitar 50% sehinggga dibutuhkannya pengadukan pupuk otomatis
untuk meningkatkan akurasi campuran pupuk dan air. Untuk meningkatkan ketepatan
pencampuran pupuk maka perlu dirancang sebuah sistem pengaduk pupuk otomatis. Sistem
pengaduk ini diharapkan mampu mencampur dan mengaduk pupuk dengan air secara otomatis
dengan akurasi tinggi.

Berdasarkan pendahuuan diatas, maka dirancang mesin pencampur dan pengaduk pupuk
otomatis. Dengan adanya mesin tersebut diharapkan mengurangi bahkan menghilangkan
kebutuhan operasi manual. Sistem kontrol menggunakan mikrokontroller yang memiliki nilai
ekonomis dan mudah didapatkan. Untuk meningkatkan ketepatan diperhatikan hal-hal meliputi
kadar air, kadar pupuk, waktu pengadukan dan pengujian serta pengkoreksian dari hasil yang
didpatkan. Dengan dilengkapi beberapa komponen berupa sensor ultrasonic, valve, pompa, serta
pengaduk diharapkan sistem dapat berjalan baik menhasilkan output yang sesusai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui kadar air dan pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman?
9
2. Bagaimana merancang sistem kontrol yang sesuai agar sistem pencampuran pupuk dapat
berjalan secara otomatis?

1.3 Batasan Masalah


1. Jenis tanaman yang digunakan adalah hanya jenis tanaman sayur.
2. Jenis pupuk yang digunakan adalah hanya pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman sayur.
3. Sistem hanya berfokus pada pencampuran dan pengadukan antara air dengan pupuk.

1.4 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan mengatur kadar air serta pupuk untuk kebutuhan tanaman
secara otomatis.

2. Dapat merancang sistem kontrol untuk pencampuran pupuk dan air secara otomatis.

1.5 Manfaat
1. Mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak yang mampu mendeteksi kadar
nutrisi dalam pupuk dan secara otomatis mengatur konsentrasi nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tanaman.

2. Membantu petani meningkatkan efisiensi pemupukan serta dapat meniadakan proses


penakaran dan pengadukan manual.

3. Mempertimbangkan penggunaan energi yang efisien dengan mengoptimalkan jadwal


operasi dan mematikan komponen-komponen yang tidak diperlukan untuk
menghemat daya dan biaya.

4. Mengembangkan algoritma yang dapat menghitung kebutuhan nutrisi tanaman,


dapat mengatur dosis pupuk secara tepat, menghindari pemborosan pupuk, dan
mencegah penumpukan berlebihan yang dapat merusak lingkungan.

10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Judul, Penulis dan Metode Hasil


Tahun

Automated Fertilizer Merancang alat Hasil menunujukka


Mixer System for pencampur pupuk otomatis bahwa sistem berhasil
Fertigation berbasis arduino. memisahkan bahan-bahan
Farming(M.F.Saaid dkk., Dilengkapi sensor sesuai dengan formula yang
Universiti Tenologi Mara, ultrasonic, solenoid valve, diberikan dan
2021) stir motor serta timer mencampurnya menjadi set
pupuk yang siap digunakan

Automated Fertilizer Sistem pencampur Diketahui bahwa sistem


Blending System to Reduce pupuk otomatis ini menyediakan pasokan
Nitrogen Loss and Water menggunakan controller nutrisi yang berkelanjutan
Runoffs: A Best Evidence PLC dengan sensor Electro dengan meminimalkan 30%
Review (Dhiya' Hawina Conductivity(EC) dan pupuk dan menghindari
dkk., Universiti Teknikal sensor pH limpasan air hingga 60% air
Malaysia, 2021) penghematan air

Automatic Control Sistem kontrol dosis Pada alat yang dibuat


Systemof Water and pupuk dan air dengan sensor EC dapat
Fertilizer Based on menggunakan algoritma mensensing kadar pupuk
Control Algorithm and controlserta simulasi juga terlarut pada air. Hasil
Simulation (Yan Jing dilengkap sensor sensor perbandingan dengan
dkk., Qingdao University Electro Conductivity(EC) pencampuran manual dapat
of Technology, 2021) dikatakan lebih presisi
sesuai dengan ketentuan
dosis pemupukan.

Sistem Kontrol Sistem kontrol air Berdasarkan hasil


Otomatis Kepekatan Air nutrisi hidroponik dengan analisis perbandingan nilai
Nutrisi Hidroponik mikrokontroller ESP32 kepekatan antara TDS
Berbasis Internet of berbasis website dilengkapi sensor system dengan
Things (IoT) (I W Sutrisna sensor TDS serta solenoid manual, selisih rata-rata
Putra dkk., Universitas valve yaitu sebesar 11,90 ppm
Diponegoro, 2021) dan error rata-rata sebesar
0,2%.

Otimatisasi Sistem Sistem pengendalian Sistem dapat


Pengendalian dan kadar nutria air hidroponok mengontrol ppm air, dan hal
Pemantauan Kadar Nutrisi berbasis NodeMCU, ini sangat membantu para
Air Menggunakan dengan Relay Modul dan penggiat tanaman
Teknologi NodeMCU sensor TDS meter. Serta hidroponik dalam
11
ESP8266 Pada Tanaman terintegrasi dengan IoT mengontrol ppm air. sesuai
Hidroponik (Marisa dkk., dengan tanaman yang akan
Polteknik Negeri Malang, ditanam.
2021)

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Sistem Kontrol
Sistem Kontrol adalah kegiatan untuk melakukan pengontrolan, pengendalian,
dan pengaturan pada suatu alat agar alat tersebut bekerja sesuai dengan yang
diperintahkan. Pada tugas akhir kali ini sistem kontrol yang digunakan adalah close –
loop dimana sinyal keluaran mempunyai pengaruh langsung terhadap proses (Goodwin
dkk., 2001). Pada close - loop ini sinyal keluaran yang dihasilkan oleh element sensing
akan dibandingkan oleh setpoint. Perbedaan yang dihasilkan oleh sinyal keluaran dan
setpoint akan berupa sinyal kesalahan atau error. Pada pembuatan sistem kontrol
kualitas pupuk organik cair terdapat skema dan diagram alir pengukuran yang
digunakan seperti gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Diagram Blok Pengendalian

(sumber:(Goodwin dkk., 2001))

2.2.2 Kontrol PID


Kontrol PID pertama dikembangkan pada tahun 1911 oleh Elmer Sperry. Pada
Tahun 1933 Taylor Instrumental Company (TIC) menggunakan pengontrol pneumatic
pertama dengan menggunakan kontrol proporsional yang dapat diatur. Beberapa tahun
kemudian, ditemukan formula untuk menghilangkan error steady state pada kontrol
proporsional dengan cara menggunakan kontrol Integral. Dan penggabungan kedua
kontrol ini disebut Kontrol Proporsional – Integral. Pada tahun 1940 dikembangkan PID
kontrol pertama. Pada PID dengan menambahkan kontrol derivatif yang mana dapat
mengurangi isu overshoot yang di timbulkan oleh kontroler proporsional.
12
2.2.3 PPM pada Pupuk
Pupuk NPK adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang mudah ditemukan
dan sedah sangat umum dipakai petani. Dikatakan majemuk karena dalam satu
paket/bentuk pupuk terdapat langsung tiga unsur hara yang diberikan (N, P, K),
pupuk ini mempunyai sifat higrokospis tinggi mudah diserap oleh tanaman, dan
praktis penggunaannya (Sudjianto, 2009). Pupuk NPK termasuk jenis pupuk
anorganik karena senyawa didalamnya dihasilkan dari benda tak hidup. Berdasrkan
bentuknya terdapat dua jenis pupuk NPK yaitu berbentuk nutiran padat dan berbentuk
cair.

Standar ppm pada pupuk adalah parameter kritis dalam praktik pertanian
modern yang bertujuan untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Parts per million (ppm) digunakan sebagai unit
pengukuran konsentrasi zat dalam pupuk, menentukan jumlah partikel zat hara
tertentu dalam satu juta partikel air atau tanah. Penetapan standar ppm pada pupuk
bergantung pada analisis laboratorium yang menyeluruh terhadap komposisi tanah
dan kebutuhan nutrisi tanaman yang bersangkutan. Data ilmiah menunjukkan bahwa
setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan nutrisi yang unik, dan standar ppm
disesuaikan untuk mencapai keseimbangan optimal antara unsur-unsur esensial
seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Berikut merupakan contoh tabel ppm
pada berbagai tanaman.

13
Gambar 2.2 Standar PPM dan pH pada tanaman.

(Sumber: (Teguh, 2015))

2.2.4 Mikrokontroller STM32 F401 (Nucleo)


STM32 adalah mikrokontroller yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi asal
Swiss, STMicroelectronics. Mikrokontroller ini menggunakan arsitektur ARM Cortex-
M. Development board berbasis mikrokontroler ARM CortexM4 STM32F401RE.
Memiliki dukungan terhadap arduino-shield, serta dapat diprogram secara web-based
melalui mbed•org, atau melalui software yang mendukung chip mikrokontroler
STM32F401, seperti Keil MDK ARM dan yang lainnya. STM32F401 bekerja pada
frekuensi clock max 84 MHz, 0-wait state, memiliki ruang flash 512 KB dan SRAM 96
KB (Nugraha, 2018). Bentuk fisik STM32F401 adalah sebagai berikut.

14
Gambar 2.3. STM32F401RE
(Nugraha, 2018).

2.2.5 Total Disolved Solid


TDS (Total Dissolved Solid) atau padatan terlarut, yaitu semua mineral, garam,
logam dan kation yang larut dalam air. Termasuk semua yang terlarut dalam molekul air
murni (H2O). TDS (Total Dissolved Solid) dinyatakan dalam part per million (ppm).
(Fabiana Meijon Fadul, 2019). TDS (Total Dissolved Solid ) parameter yang
menunjukkan kandungan padatan terlarut dalam air. Semakin tinggi nilai TDS semakin
tercemar kualitas air tersebut.

2.2.6 Sensor TDS

Sensor TDS adalah sensor untuk mengukur padatan yang terlarut dalam air. Pada
probe sensor TDS memiliki dua elektroda yang dicelupkan ke dalam air. Dua elektroda
tersebut dapat mengukur konduktivitas pada cairan. Kandungan partikel ion dan sifat
elektrolit dalam cairan dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran dengan
menggunakan sensor TDS. Pada pengukuran TDS semakin tinggi nilai TDS air maka
banyak partikel atau material yang terlarut dalam air yang dapat mengganggu kesehatan
akibat pengendapan mineral yang berlebih dan menyebabkan gangguan pencernaan
pada tubuh. (Lim dkk., 2020). Sensor TDS SEN0244 pada Gambar 2.5 memiliki
spesifikasi tegangan input 3.3V - 5.5 V, tegangan output 0 – 2.3V, arus kerja 3 – 6 mA.
Rentang nilai analog yang dihasilkan oleh sensor ini sebesar 0-1000 ppm dan nilai
rentang tegangan yang sebesar 0-5 Volt.

Gambar 2.4. Sensor TDS (Total Dissolved Solids)

(Hong dkk., 2021)

15
2.2.7 Sensor Ultrasonic HC-SR04
Menurut Arief, 2011 pada (Arsada, 2017) sensor ultrasonik adalah sensor yang
bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi
keberadaan suatu objek atau benda tertentu didepan frekuensi kerja pada daerah diatas
gelombang suara dari 20 kHz hingga 2 MHz. Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit,
yaitu unit pemancar dan unit penerima struktur unit pemancar dua kali jarak sensor
dengan objek. HC-SR04 merupakan sensor ultrasonik siap pakai, satu alat yang
berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan pengontrol gelombang ultrasonik. Alat ini
bisa digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2cm -4m dengan akurasi 3mm (Yudha,
2019). Berikut merupakan tampilan Sensor HC-SR04

Gambar 2.5 Sensor Ultrasonik HC-SR04


(Yudha, 2019)

16
2.2.8 Solenoid Valve
Solenoid valve adalah salah satu kran yang dirancang menggunakan solenoida
sebagai kontrol nya, kran ini aktif ketika diberikan tegangan minimal 12 volt dengan
arus 1,2 Ampere untuk tiap kran (Ardiansyah, 2018). Solenoid valve umum digunakan
untuk digunakan untuk mengendalikan aliran fluida (cairan atau gas) dalam sistem
otomatis dengan menghubungkannya dengan kontrolller dan perangkat elektrik
lainnya. Menurut (Setiadi, 2018) banyak sekali jenis-jenis dari solenoid valve, karena
solenoid valve ini di desain sesuai dari kegunaannya memiliki 2 jenis menurut cara
kerjanya, yaitu NC dan NO. Jadi fungsinya hanya menutup / membuka saluran karena
hanya memiliki 1 lubang inlet dan 1 lubang outlet. Solenoid valve akan bekerja bila
kumparan/coil mendapatkan tegangan arus listrik yang sesuai dengan tegangan kerja
(kebanyakan tegangan kerja solenoid valve adalah 100/200VAC dan kebanyakan
tegangan kerja pada tegangan DC adalah 12/24VDC). Dan sebuah pin akan tertarik
karena gaya magnet yang dihasilkan dari kumparan selenoida tersebut. Dan saat pin
tersebut ditarik naik sehingga katup utama terbuk dan fluida mengalir langsung.

Gambar 2.6 Solenoid Valve


(Ardiansyah, 2018).

2.2.9 Motor DC
Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber
tegangan DC. Arah putaran motor DC ditentukan oleh arus maju atau arus berbalik
atau tegangan positif dan tegangan negatif pada motor DC. Sedangkan kecepatan
motor DC ditentukan oleh perubahan/meningkatnya tegangan kumparan pada motor
DC tersebut ( Setiawan, 2017). Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah
17
pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Dalam motor dc
terdapat dua kumparan yaitu kumparan medan yang berfungsi untuk menghasilkan
megan magnet dan kumparan jangkaryang berfungsi sebagai tempat terbentuknya
gaya gerak listrik (ggl E). Jika arus dalam kumparan jangkar berinteraksi dengan
medan magnet, akan timbul torsi (T) yang akan memutar motor (Nugroho, 2015).
Berikut merupakan bentuk fisik Motor DC.

Gambar 2.7. Motor DC


(Sumber : (Nugroho, 2015).

18
BAB 3 METODOLOGI

3.1 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian dan pengembangan atau
research and development (R & D). Menurut Borg & Gall (1983: 772) Educational
research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational
products. Tujuan penelitian ini difokuskan pada perancangan alat atau mesin pencampur
pupuk otomatis. Variabel yang dikontrol adalah dosis pupuk dan air sebelum pupuk
diaplikasikan pada tanaman.

3.2 Bahan dan peralatan yang digunakan


Peralatan yang digunakan atau dalam hal ini merujuk pada komponen yang
digunakan pada penelitian ini akan secara lebih jelas dijelaskan pada sub bab
selanjutnya.

3.3 Urutan pelaksanaan penelitian


Agar penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan teratur, tugas akhir ini
memerlukan alur pelaksanaan kegiatan. Sistem pencampuran pupuk otomatis yang
menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol kadar air dan pupuk. Flowchart
metodologi yang berisi langkah-langkah dibahas di sub bab ini. upaya untuk memenuhi
tujuan penelitian. Gambar di bawah ini menunjukkan diagram aliran tugas akhir.

19
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi
3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur dalam rancang bangun sistem kontrol kadar air dan pupuk
berbasis mikrokontroler untuk pencampuran otomatis melibatkan analisis mendalam
terhadap kajian terdahulu. Literatur menekankan pentingnya otomatisasi dalam
meningkatkan efisiensi pertanian. Pemilihan komponen sebagai dalam sistem menjadi
sorotan utama, mempertimbangkan peran krusialnya dalam pencampuran otomatis
dengan presisi. Studi literatur bertujuan membentuk dasar pengetahuan yang kokoh
untuk perancangan sistem. Dengan itu maka disusun pemahaman komprehensif
mengenai kerangka konseptual, perkembangan terkini, dan temuan-temuan kunci
dalam literatur ilmiah terkai

3.3.2 Perancangan Alat

Pada sub bab ini berisi diagram blok dan desain alat pencampur pupuk
otomatis dengan sistem kontrol kadar air dan pupuk. Perancangan dilakukan agar
menghasilkan suatu sistem yang memiliki fungsi dan kinerja sesuai dengan
kebutuhan atau tujuan yang ditetapkan. Penjelasan rmengenai konsep perancangan
serta interaksi dan integrasi antar-komponen akan dibahas dalam sub bab ini. Berikut
merupakan diagram blok sistem kontrol terkait.

20
Gambar 3.2. Diagram Blok Sistem Kontrol

Set point pada sistem ini adalah kadar kepekatan pupuk yang terlarut dalam
air,atau ppm (part per million) yang mana sensor TDS akan melakukan sensing
untuk mengetahui pp pupuk terlarut. Nilai ppm menyesuaikan pada tanaman yang
digunakan. Data dari sesnsor selanjutnya akan diproses sehingga dapat dijadikan
acuan oleh Arduino sebagai kontroller yang mengatur aktuator. Aktuator dalam hal
ini adalah solenoid valve yang menghubungkan antara tangki pupuk dan air dengan
mixed tank. Nyala pompa akan diatur sesuai perintah dari STM32 dengan acuan
sensor pada mixed tank.

Gambar 3.3 Diagram Blok Keseluruhan Sistem

Pada sistem kontrol kadar air dan pupuk ini, sistem akan mulai bekerja dengan
perintah dari push button. Solenoid valve pada tanki air akan terbuka an air akan
mengalir menujua mixed tank. Pada mixed tank terdapat sensor ultrasonic untuk
mengetahui level air. Level air menyesuaikan pda input yang ditentukan untuk
keperluan pupuk. Solenoid valve akan menutup ketika level pada mixed tank telah
mencapai nilai yang ditentukan dengan sensing oleh sensor ultrasonic. Selanjutnya

21
motor stirrer akan menyala untuk melakukan pengadukan antara air dan pupuk
bersamaan dengan nyalanya pompa yang mengalirkan pupuk cair dari tanki pupuk ke
mixed tank. Pada mixed tank, sensor TDS akan mendeteksi kadar ppm dan ketika
telah mencapai nilai ppm ang ditentukan, pompa akan mati dan motor stirrer juga
akan mati. Kadar ppm pada mixed tank juga akan dtampilkan pada display LCD
guna mengetahui nilai ppm pada campuran pupuk di mixed tank.

Gambar 3.4 Desain Alat

Kemudian dilakukan juga perancangan wiring pada komponen sebagai mana


berikut.

Gambar 3.5 Wiring Diagram

22
3.3.3 Perancangan Software
Pada gambar dibawah menjelaskan perancangan monitoring sistem berbasis
ESP32.

Gambar 3.6 Flowchart Pembacaan pada Software

Setelah sensor dibaca oleh NodeMCU ESP32, NodeMCU ESP32 yang


terhubung dengan wifi akan mengirimkan data yang dihasilkan sensor ke database.
Setelah itu data akan disimpan secara online di JSON, Setelah data tersimpan di JSON
maka data akan dikirim kan ke firebase sehingga firebase akan membaca data tersebut
dan menampilkannya pada realtime database monitoring secara online berbasis
website. Untuk mengubah data yang dibaca dari berbasis website ke berbasis
smartphone maka dibutuhkannya MIT app inventor. API rest dan database secret yang
terdapat pada firebase akan di salin ke MIT app inventor agar firebase dan MIT app
inventor dapat terhubung. di MIT app inventor akan dibuat desain software sesuai
yang diinginkan. Smartphone akan menampilkan dashboard user interface monitoring
secara online melalui

23
Gambar 3.7 Sistem Monitoring Berbasis IOT

3.3.4 Pemilihan Komponen

Tujuan pemilihan komponen dalam sistem kontrol kadar air dan pupuk
berbasis mikrokontroler untuk pencampuran otomatis adalah untuk mencapai integrasi
yang optimal dan kinerja efisien dalam mencapai tujuan sistem. Sensor yang akurat
dipilih untuk mengukur kadar air dan pupuk dengan presisi, sementara pemilihan
mikrokontroler mempertimbangkan kapabilitas pengolahan data dan kontrol yang
sesuai. Komponen aktuator juga dipilih dengan cermat untuk memastikan respons
yang cepat dan akurat dalam proses pencampuran.

Nama Keterangan
Komponen
Input Power Supply Sebagai sumber energi yang menyediakan tegangan
dan arus yang stabil untuk mengoperasikan dan
mendukung fungsi optimal semua komponen dalam
suatu sistem elektronik
Sensor TDS mengukur konsentrasi total padatan terlarut dalam
suatu larutan, diukur dalam satuan ppm (parts per
million).. Sensor TDS umumnya menggunakan prinsip
konduktivitas listrik untuk mengukur jumlah ion atau
molekul terlarut dalam air.
Sensor mengukur tingkat atau level permukaan air dalam

24
Ultrasonik suatu wadah atau reservoir. Prinsip kerja sensor
ultrasonik didasarkan pada pengukuran waktu yang
diperlukan oleh gelombang ultrasonik untuk bergerak
dari sensor ke permukaan air dan kembali.
Push Button Sebagai saklar sederhana yang digunakan untuk
menginisiasi atau menghentikan suatu fungsi atau aksi
dalam sebuah sistem elektronik dengan menekan
tombol tersebut.
Con Mikrokontrolle Berperan sebagai otak utama yang mengelola
trol r STM32 masukan dari sensor, menjalankan algoritma kontrol,
dan mengontrol keluaran aktuator untuk mencapai
tujuan pengendalian secara otomatis.
Output Relay sebagai saklar elektronik yang mengontrol aliran
daya listrik ke perangkat atau aktuator lainnya
berdasarkan sinyal kontrol, memungkinkan operasi dan
pengendalian yang otomatis.
LCD LCD berperan sebagai antarmuka tampilan yang
memberikan informasi visual mengenai parameter atau
status sistem, memfasilitasi pemantauan dan interaksi
pengguna dengan perangkat kontrol secara langsung.
Solenoid Valve Solenoid Valve berperan sebagai perangkat
otomatisasi yang mengatur aliran fluida atau gas
berdasarkan sinyal kontrol, memungkinkan
pengendalian presisi pada proses pengaturan dan
distribusi fluida.
Motor DC Mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
atau gerakan. Secara umum, motor DC terdiri dari dua
bagian utama: stator (bagian yang diam) dan rotor
(bagian yang berputar).

Tabel 3.1 Komponen yang diguanakan beserta fungsinya

1. STM32F401 (Nucleo)

25
Gambar 3.8 STM32F401
(Sumber : components101.com))
Tabel 3.2 Spesifikasi STM32f401

Part Spesifikasi
Microcontroller STM32F401RET6 (32-bit)

Architecture ARM Cortex M4 CPU with FPU

Power consumption 2.4uA at standby without RTC

CPU Frequency 84 MHz

Crystal Oscillator Range 4 to 26 MHz

MCU Operating Voltage (VDD) 1.7V to 3.6V

Board Operating Voltage (VIN) 7V to 15V

Flash Memory 512KB

SRAM 96 KB

GPIO Pins 50

ADC 12-bit 16Channel

RTC In-built 32kHz with calibration

Timers 16-bit (6)


32-bit (2)

Watchdog Timers 2

USART/UART Communication 4

I2C Communication 3

26
SPI Communication 3

2. NodeMCU ESP32

Gambar 3.9 (NodeMCU ESP32)


(Sumber : Laman WEB ESP32)

Table 3.3 Spesifikasi NodeMCU ESP32

Part Spesifikasi

Work Voltage 3,3 – 5 V

GPIO 32

Wi-Fi 802.11 b/g/n

Bluetooth 4.2 BR/EDR+BLE

UART 3

27
3. Sensor TDS

Gambar 3.10 Sensor TDS


(sumber : Amazon.co.uk)

Tabel 3.4 Spesifikasi Sensor TDS

Part Spesifikasi

Tegangan Input 3.3 ~ 5.5V

Tegangan Output 0 ~ 2.3V

Arus Kerja 3 ~ 6mA

Dimensi Modul 42 x 32 mm

Tipe Output Tegangan Analog

4. Solenoid Valve

28
Gambar 3.11 Solenoid Valve DC 12 V ½ Inch

3.3.5 Validasi Sensor

Tahap validasi sensor dapat dimulai dengan uji kalibrasi menggunakan TDS
Meteruntuk mengetahui keadaan sensor TDS. Setelah kalibrasi, sensor ditempatkan
pada sampel pupuk untuk mengukur nilai ppm pada campuran pupuk. Selanjutnya,
validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran sensor dengan hasil pada
validator TDS meter. Hal ini membantu mengevaluasi akurasi sensor dalam
menghasilkan data yang sejalan dengan nilai sebenarnya. Dengan melakukan langkah-
langkah ini, validasi sensor TDS pada pupuk dapat memberikan keyakinan terkait
ketepatan dan keandalan sensor dalam memberikan informasi mengenai ppm yang
penting untuk pengelolaan pupuk yang efisien dan presisi.

3.3.6 Pengujian Alat

Tahap ini memiliki tujuan utama untuk memverifikasi respons sensor TDS,
mengevaluasi kinerja mikrokontroler dalam pengolahan data dan kontrol, serta
menguji keandalan dan akurasi aktuator, seperti solenoid valve dan pompa.
Pengujian juga melibatkan validasi dalam kondisi lapangan untuk memastikan
kinerja alat dalam situasi nyata pertanian. Dengan melakukan serangkaian uji ini,
tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sistem kontrol dapat beroperasi secara
handal, memberikan efisiensi optimal dalam pencampuran air dan pupuk.

29
3.3.7 Pengambilan dan Analisa Data

Pengambilan data dilakukan dengan merekam hasil pengukuran dari sensor


TDS, informasi kontrol dari mikrokontroler, dan output dari aktuator seperti solenoid
valve, dan motor DC selama operasi sistem. Tujuan utama dari pengambilan data
adalah untuk memonitor respons sistem terhadap variasi kadar air dan pupuk,
mengevaluasi keakuratan dan konsistensi sensor, serta mengukur efektivitas
mikrokontroler dalam mengontrol aktuator untuk mencapai pencampuran yang
diinginkan. Selanjutnya, analisis data dilakukan untuk mengevaluasi performa sistem,
mengidentifikasi potensi perbaikan atau peningkatan, dan memberikan dasar untuk
pengambilan keputusan terkait optimalisasi sistem.

3.3.8 Penyusunan Laporan Akhir

Langkah terakhir adalah menyusun laporan tugas akhir. Ini adalah syarat untuk
menyelesaikan program sarjana terapan. Laporan akhir ini diharapkan dapat digunakan
untuk penelitian berikutnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

ROSMA, I. H., SUKMA, D. Y., & SARE, S. (2021). Pengadukan Pupuk Cair Otomatis
Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Fertigasi Pintar. ELKOMIKA: Jurnal Teknik
Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 9(4), 827.
Pranata, A. S. (2010). Meningkatkan hasil panen dengan pupuk organik. AgroMedia.
Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. (2021). Pupuk dan pemupukan. Syiah
Kuala University Press.
Nunyai, A. P., Zaman, S., & Yahya, S. (2016). Manajemen pemupukan kelapa sawit di sungai
Bahaur Estate, Kalimantan Tengah. Buletin Agrohorti, 4(2), 165-172.
Setiawan, H., Junaedi, A., & Suhartanto, M. R. (2019). Manajemen produksi terung (Solanum
melongena L.) hidroponik dalam GH dengan aspek khusus pemupukan di Belanda.
Buletin Agrohorti, 7(1), 84-92.
LENI TRI, W. A. H. Y. U. N. I. (2023). UJI KINERJA SISTEM FERTIGASI PADA
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.).
Bekti, R. P., & Dewi, A. A. D. (2023). PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum L)
PADA MEDIA TANAM BERBASIS FERTIGASI KAPILER: Effect of Monosodium
Glutamate (MSG) on Growth Tomato Plants (Lycopersicon esculentum L) on
Capillary Fertigation Based Growing Media. Jurnal Pertanian Peradaban (Peradaban
Journal of Agriculture), 3(2), 1-6.
Raksun, A., Japa, L., & Mertha, I. G. (2019). Aplikasi pupuk organik dan NPK untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif melon (Cucumis melo L.). Jurnal Biologi
Tropis, 19(1), 19-24.
Sudjianto, U., & Krestiani, V. (2009). Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon
(Cucumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi, 2(2), 1-7.
Ayu, J., Sabli, E., & Sulhaswardi, S. (2017). Uji pemberian pupuk NPK mutiara dan pupuk
organik cair Nasa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon (Cucumis melo L.).
Dinamika Pertanian, 33(1), 103-114.

Nuraini, Y., & Zahro, A. (2020). Pengaruh aplikasi asam humat dan pupuk npk terhadap
serapan nitrogen, pertumbuhan tanaman padi di lahan sawah. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 7(2), 195-200.

Samsugi, S., Gunawan, R. D., Priandika, A. T., & Prastowo, A. T. (2022). Penerapan
Penjadwalan Pakan Ikan Hias Molly Menggunakan Mikrokontroler Arduino UNO dan
Sensor RTC DS3231. Jurnal Teknologi dan Sistem Tertanam, 3(2).

31
Ramdan, S. D. (2020). Pengembangan Koper Pintar Berbasis Arduino. Journal ICTEE, 1(1
Arsada, B., & Suprianto, B. (2017). Aplikasi sensor ultrasonik untuk deteksi posisi jarak pada
ruang menggunakan arduino uno. Jurnal Teknik Elektro, 6(2), 1-8.
Yudha, P. S. F., & Sani, R. A. (2019). Implementasi Sensor Ultrasonik Hc-Sr04 Sebagai
Sensor Parkir Mobil Berbasis Arduino. EINSTEIN (e-Journal), 5(3).
Ardiansyah, S. (2018). Prototype Pengontrol Pengisian Tandon Air Secara Paralel
Menggunakan Solenoid Valve Berbasis Atmega 2560. Jurnal Informatika, 7(2).
Setiadi, I. (2018). Pengaman Laju Air Umpan Untuk Arsinum Kapasitas 5M3/Hari
Menggunakan Pressure Switch dan Selenoid Valve. Jurnal Rekayasa Lingkungan,
11(2).
Setiawan, D. (2017). Sistem Kontrol Motor Dc Menggunakan Pwm Arduino Berbasis
Android System. SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, 15(1), 7-14.
NUGRAHA, E. Q. PERANCANGAN APLIKASI MONITORING SISTEM TRACKING
PHOTOVOLTAIC SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK PADA SMART
CLASSROM DENGAN KOMUNIKASI DATA BERBASIS WIRELESS.
M. R. Setiawan, M. A. Muslim, and G. D. Nusantoro, “Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan
Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 dan Mikrokontroler ATmega 16,” J. Mhs.
TEUB, 2013, vol. 1, no. 2.

32
LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai