Anda di halaman 1dari 36

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR SIFAT FISIS KOMPOS

BERBASIS SENSOR SUHU, KELEMBABAN, DAN PH PADA

KOMPOS ORGANIK UNTUK MENENTUKAN KOMPOS BERKUALITAS

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

Dapfa Farrizo Altop

NIM F1C322001

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR SIFAT FISIS KOMPOS

BERBASIS SENSOR SUHU, KELEMBABAN, DAN PH PADA

KOMPOS ORGANIK UNTUK MENENTUKAN KOMPOS BERKUALITAS

PROPOSAL PENELITIAN

Diketik Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH

Dapfa Farrizo Altop

NIM F1C322001

PROGRAM STUDI FISIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Alat Pengukur Sifat Fisis Kompos
Berbasis Sensor Suhu, Kelembaban, Dan PH Pada Kompos Organik Untuk
Menentukan Kompos Berkualitas”. Tujuan dari pembuatan proposal penelitian
ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak-pihak
yang telah terlibat. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
yang mendidik kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
laporan kami ini, baik dari segi materi maupun teknik penyajian mengingat
kurangnya pengetahuan dan penganlaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan, terima kasih.

Jambi, 14 Desember 2022

Penulis

ii
Halaman

Halaman Judul.......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................4

1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORETIK ...............................................................................6

2.1 Kompos ...................................................................................................6

2.2 Suhu, Kelembaban, dan pH Kompos ......................................................8

2.3 Sensor suhu (thermocouple)..................................................................10

2.4 Signal Conditioning (Pengkondisian sinyal).........................................12

2.5 Sensor dan Modul Kelembaban Tanah .................................................14

2.6 Sensor pH ..............................................................................................15

2.7 Mikrokontroler Arduino Uno ................................................................16

2.8 LCD TFT ...............................................................................................20

2.9 Baterai dan Power Supply .....................................................................21

2.10 Kerangka Berpikir ...............................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................23

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................23

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................23


iii
3.3 Data dan Sumber Data...........................................................................23

3.4 Teknik Sampling ...................................................................................23

3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................24

3.6 Uji Validitas Data ..................................................................................24

3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................25

3.8 Prosedur Penelitian ...............................................................................25

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Sensor Thermocouple .........................................................................12

Gambar 2. Modul Sensor Thermocouple .............................................................13

Gambar 3. Sensor Kelembaban ............................................................................15

Gambar 4. Modul..................................................................................................15

Gambar 5. Arduino MEGA ..................................................................................17

Gambar 6. LCD TFT 3.5 ......................................................................................20

Gambar 7. Baterai dan power supply Arduino Uno .............................................21

Gambar 8. Diagram Alir Penelitian ......................................................................22

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Standar Kualitas Kompos. .........................................................................6

Tabel 2. Spesifikasi Thermocouple Type K ..........................................................13

Tabel 3. Pin Sensor pH ..........................................................................................16

Tabel 4. Karakteristik Sensor pH ..........................................................................16

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kompos adalah pupuk yang diperoleh dari hasil akhir penguraian sisa-sisa

tumbuhan dan hewan yang bercampur, yang berfungsi sebagai pemasok unsur

hara tanah sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki tanah secara fisik, kimia

dan biologi. Kompos yang berkualitas mampu memperbaiki aerasi dan drainase

tanah serta meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan dapat meningkatkan

unsur hara mikro dan makro serta dapat juga meningkatkan efisiensi pengambilan

unsur hara tanah dan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme tanah yang

mampu melepaskan nutrisi bagi tanaman. (Aristoteles et al., 2021).

Menurut standar SNI, beberapa parameter yang digunakan untuk

menentukan kualitas kompos meliputi kadar air, suhu, warna, bau, ukuran

partikel, daya ikat air, pH, bahan asing, bahan organik, nitrogen, karbon, fosfor,

rasio C/N, kalium , arsenik, kadmium, kobal, kromium, tembaga, merkuri, nikel,

timbal, selenium, seng, kalsium, magnesium, besi, aluminium, mangan, fecal coil,

dan salmonella sp. Cara menentukan parameter kualitas kompos dapat dilakukan

melalui uji laboratorium maupun melalui pengukuran langsung dengan

menggunakan alat standar. Penelitian Tantri dkk (2016) menguji kualitas kompos

menggunakan uji laboratorium dan penelitian Sukri dkk (2020) membuat alat

pendeteksi kandungan hara tanah menggunakan sensor pH tanah, sensor suhu

udara, sensor kelembaban tanah, dan sensor suhu tanah.

Berdasarkan pertemuan dengan para petani di Provinsi Jambi khususnya di

desa Ibro, para petani mencoba membuat pupuk kompos, namun kompos yang
2

dihasilkan kurang baik, jika diaplikasikan pada tanaman maka daun akan

menguning. Hal ini terjadi karena petani belum memahami pengomposan yang

baik dan petani hanya memahami dosis dan waktu pengomposan yaitu kompos

matang dalam jangka waktu tertentu tanpa dilakukan pengecekan kandungan

kompos. Sejak itu petani tidak pernah memupuk lagi dan selalu menggunakan

pupuk anorganik. Pada penelitian ini, peneliti akan menguji sensor di desa Ibro.

Sensor yang digunakan adalah sensor kelembaban tanah, sensor termokopel dan

sensor pH. Sensor kelembaban tanah digunakan untuk mengukur suhu,

termokopel digunakan untuk mengukur kelembaban, dan sensor pH digunakan

untuk menentukan pH pupuk. Alat ini diharapkan dapat membantu pemupukan

organik di desa Ebro untuk mengetahui tingkat kematangan pupuk kandang dan

menghasilkan pupuk kandang yang berkualitas serta membantu petani untuk

mengandalkan pupuk anorganik untuk pertumbuhan kedepannya menimbulkan

kekhawatiran di desa Ebro yang akan merusak sawah dan tandus dan mandul.

Produktivitas rendah kering. Pada proses kontrol alat ini dibangun dengan

menggunakan sensor berbasis mikrokontroler, mikrokontroler yang digunakan

adalah mikrokontroler Arduino sebagai kontroler yang dapat digunakan dengan

bahasa pemograman sendiri. Arduino adalah papan sirkuit elektronik open source

yang terdiri dari chip atau IC (integrated circuit) yang dapat diprogram

menggunakan komputer. Tujuan menanamkan perangkat lunak dalam

mikrokontroler adalah untuk memungkinkan rangkaian elektronik membaca,

memproses, dan mengeluarkan input rangkaian elektronik (Palimbunga, 2017).

Mikrokontroler adalah sirkuit terintegrasi (IC) yang berfungsi untuk

aplikasi kontrol. Meskipun memiliki faktor bentuk yang lebih kecil dari komputer
3

pribadi dan mikrokontroler, ia terdiri dari komponen yang serupa (Samsugi dan

Silaban, 2018). Mikrokontroler adalah alat yang menjalankan instruksi yang

diberikan, artinya inti dari sistem komputerisasi otomatis adalah program yang

dibuat oleh programmer. Program menginstruksikan mikrokontroler untuk

melakukan rangkaian panjang operasi sederhana untuk melakukan tugas yang

lebih kompleks seperti yang diinginkan oleh pemrogram. (Anak, 2018).

Judul "Rancang Bangun Sifat Fisis Kompos Berbasis Sensor Suhu,

Kelembaban, dan pH Pada Kompos Organik Untuk Menghasilkan Kompos

Berkualitas" dipilih oleh penulis berdasarkan latar belakang yang bersangkutan.

Data hasil pengukuran akan dianalisa dan dibandingkan dengan baku mutu

komposisi yang akan digunakan di Ibru untuk menentukan apakah tanaman

tersebut sudah sesuai. Algoritma tersebut diharapkan dapat membantu pembuatan

komposisi di wilayah Ibru untuk memahami standar kualitas komposisi dan

menghasilkan komposisi yang berkualitas tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai satu-satunya teknologi yang saat ini digunakan adalah alat pengukur

pH, kelembaban, dan suhu yang dimodifikasi dengan cara yang sama seperti rupa.

Ini dilakukan dengan menggunakan sensor berbasis mikrokontroler untuk

mengukur ketiga variabel tersebut, yang merupakan metode yang sangat penting

untuk menentukan komposisi berkualitas tinggi.

Berdasarkan paragraf yang menjelaskan masalah yang telah disampaikan

dalam esai, masalah yang disebutkan dalam paragraf ini adalah:

1. Bagaimana merancang dan membangun alat pengukur suhu, kelembaban,

dan pH kompos menggunakan mikrokontroler arduino uno?


4

2. Bagaimana tingkat akurasi alat pengukur suhu, kelembaban, dan pH

tersebut?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Merancang dan membangun alat pengukur suhu, kelembaban, dan pH

kompos menggunakan mikrokontroller Arduino uno.

2. Mengukur tingkat akurasi alat pengukur suhu, kelembaban dan pH dari

kompos menggunakan sensor soil moisture, sensor termo couple, dan

sensor pH.

1.3 Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat dalam penelitian ini.

A. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang

penerapan model pembelajaran inkuiri dalam kemampuan menulis cerpen

berdasarkan kejadian sehari-hari.

B. Manfaat Praktis

Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat merancang dan membuat alat pengukur suhu,

kelembaban dan pH mengggunakan mikrokontroler arduino uno.

2. Mahasiswa dapat membuat program menggunakan sofwere arduino

untuk menghasilkan kompos yang berkualitas.

3. Mahasiswa menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa pada

bidang fisika instrumentasi.

Manfaat Bagi Masyarakat


5

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat membantu dalam pembuatan

kompos di desa ibru. Alat ini diharapkan dapat membantu masyarakat agar

mengetahui tingkat kematangan kompos dan menghasilkan kompos yang

berkualitas serta membantu petani sawit dalam ketergantungan pupuk

anorganik, memudahkan dalam pengukuran suhu, kelembaban dan pH

untuk menentukan kompos yang berkualitas.


6

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Kompos

Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan

seperti tanaman atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai

pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunannya terdiri dari bahan-bahan

organik (Emma et al., 2019). Kompos adalah hasil penguraian, pelapukan dan

pembusukan bahan organik seperti kotoran hewan, daun, maupun bahan organik

lainnya (Indah et al., 2021). Kompos adalah proses yang dihasilkan dari

pelapukan (dekomposisi) sisa-sisa bahan organik secara biologi yang telah

terkontrol (Nunik dan Kusuma., 2018).

Menurut SNI 19-7030-2004 spesifikasi kompos dari sampah organik

domestik meliputi: persyaratan kandungan kimia, fisik dan bakteri yang harus

dicapai dari hasil olahan sampah organik domestik menjadi kompos, karakteristik

dan spesifikasi kualitas kompos dari sampah organik domestik. Dapat di lihat

pada Tabel 1 standar kualitas kompos dibawah ini:

Tabel 1. Standar Kualitas Kompos.

No. Parameter Satuan Minimal Maksimal


1 Kadar Air % ℃ 50
2 Temperature Suhu air tanah
3 Warna Kehitaman
4 Bau Berbau tanah
5 Ukuran Partikel Mm 0,55 25
6 Kemampuan Ikat Air % 58
7 pH 6,80 7,49
7

8 Bahan Asing % * 1,5


Unsur Makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40
11 Karbon % 9,80 32
12 PHosfor (P2O5) % 0,10
13 C/N-rasio % 10 20
14 Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur Mikro
15 Arsen Mg/Kg * 13
16 Cadmium (Cd) Mg/Kg * 3
17 Cobal (Co) Mg/Kg * 34
18 Chromium (Cr) Mg/Kg * 210
19 Tembaga (Cu) Mg/Kg * 100
20 Mercuri (H) Mg/Kg * 0,8
21 Nikel (Ni) Mg/Kg * 6,2
22 Timbal (pb) Mg/Kg * 150
23 Selenium (Se) Mg/Kg * 2
24 Seng (Zn) Mg/Kg * 500
25 Calsium % * 25,50
26 Magnesium (Mg) % * 0,60
27 Besi (Fe) % * 2,00
28 Aluminium % * 2,20
29 Mangan (Mn) % 0,10
Bakteri
30 Fecal Coil MNP/gr 1000
31 Salmonella sp. MNP/4gr 3
Keterangan : * nilainya besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimal.

Menurut SNI 19-7030-2004 kematangan kompos ditunjukan oleh hal-hal

sebagai berikut:

1. C/N-rasio mempunyai nilai (10-20).


8

2. Suhu sesuai dengan suhu air tanah.

3. Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah.

4. Berbau tanah.

Prinsip dasar pengomposan adalah mencampurkan bahan organik kering

kaya karbohidrat dengan bahan organik kering kaya karbohidrat yang

mengandung bahan organik basah kaya nitrogen untuk menghasilkan kompos

yang membantu memperbaiki struktur tanah. Pembuatan kompos memerlukan

sifat yang unik pada bahan baku kompos. Idealnya, bahan baku kompos dipilih

dan dicampur dalam proporsi yang tepat untuk menghasilkan kompos berkualitas

tinggi. (Willyan, 2008).

Ada beberapa jenis pupuk yang terbuat dari bahan organik yang dikenal,

antara lain pupuk kandang, humus, pupuk hijau, dan pupuk guano. Pupuk hijau

dan pupuk guano tidak mengalami proses dekomposisi atau pengomposan. Proses

pengomposan secara alami membutuhkan waktu yang lama. Misalnya pembuatan

kompos membutuhkan waktu 2-3 bulan, 6-12 bulan tergantung bahannya, tetapi

pembuatan kompos membutuhkan waktu 2-3 bulan (Yovita, 2011).

Kompos digunakan dengan menyebarkannya di sekitar tanaman. Kompos

yang cocok digunakan adalah kompos yang matang dan ditandai dengan

penurunan suhu kompos di bawah 40°C (Nofiandi, 2016).

2.2 Suhu, Kelembaban, dan pH Kompos

Suhu biasanya merupakan angka besar yang menunjukkan derajat panas

dan dinginnya suatu benda. Suhu merupakan indikator yang menunjukkan

aktivitas mikroorganisme pembusuk selama proses pengomposan, sedangkan

kadar air berperan dalam metabolisme mikroorganisme pembusuk yang terlibat


9

dalam proses dekomposisi bahan organik kompos (Krisnawan et al., 2018).

Kelembaban biasanya merupakan tingkat kelembapan udara yang

disebabkan oleh adanya uap air. Kelembaban tanah adalah air yang mengisi

sebagian atau seluruh pori-pori tanah di atas muka air tanah. Menurut definisi lain,

kelembaban tanah menggambarkan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori

tanah yang sangat dinamis. Hal ini disebabkan oleh penguapan dari permukaan

tanah, kehilangan air dari tanaman, dan pergerakan air di dalam tanah ke lapisan

tanah yang lebih dalam (Lutfiyana et al., 2017).

Kelembaban tanah digunakan untuk pengelolaan sumber daya air,

peringatan dini kekeringan, waktu irigasi, dan peramalan cuaca. Kelembaban

tanah juga berperan penting bagi pemerintah dalam menentukan informasi seperti

potensi limpasan dan pengendalian banjir, patahan dan kemiringan erosi tanah,

pengelolaan sumber daya air, geoengineering, dan kualitas air. Kelembaban tanah

dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, jenis tanah, iklim dan penggunaan lainnya

(Darmawan et al., 2020).

pH, atau kependekan dari potensi hidrogen, adalah keasaman, digunakan

untuk menyatakan keasaman atau kebasaan suatu larutan. pH didefinisikan

sebagai aktivitas koloid ion hidrogen terlarut (H+). Koefisien aktivitas ion

hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan

pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala mutlak. Ini relatif terhadap

seperangkat larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan kesepakatan

internasional (Hariyadi et al., 2020).

Air murni bersifat netral, dengan pH disesuaikan menjadi 7,0 pada 25℃.

Larutan dengan pH di bawah 7 bersifat asam, sedangkan larutan dengan pH di


10

atas 7 disebut basa atau basa. Pengukuran pH sangat penting dalam bidang yang

berkaitan dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi,

kedokteran, pertanian, ilmu pangan, teknik (engineering) dan ilmu kelautan (Nadi

et al., 2019).

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses produksi pupuk organik

antara lain suhu, kelembaban dan pH. Kelembaban memainkan peran penting

dalam metabolisme mikroba dan karenanya harus dipertahankan antara 40 dan

60%. Pada saat yang sama, suhu di tumpukan kompos naik dengan cepat dari

30℃ menjadi 60℃. PH pengomposan terjadi pada kisaran pH yang luas. PH

optimum untuk pengomposan adalah 6,6-7,5, pH kompos matang biasanya

bersifat netral dengan PH 7 (Supriatna et al., 2015).

2.3 Sensor suhu (thermocouple)

Kebutuhan akan teknologi yang canggih membutuhkan pengembangan

sistem pemantauan indikator salah satunya suhu. Temperatur atau suhu adalah

besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Terdapat

perbedaan panas matahari di permukaan bumi, oleh karena itu suatu daerah

tertentu memiliki perbedaan suhu dengan daerah lainnya. Suhu merupakan

indikator yang sangat penting dalam penelitian yang membutuhkan suhu yang

stabil. Pembacaan suhu secara teratur harus dilakukan untuk mendapatkan

informasi tentang perubahan suhu setiap beberapa menit. Data pengukuran dapat

disimpan dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Salah satu sensor yang cocok

pengukuran suhu adalah thermocouple tipe-K (Prasetyo and Prasetya., 2021).

Thermocouple tipe K yang paling umum dengan rentang suhu operasi

terluas. Thermocouple tipe K umumnya bekerja di sebagian besar aplikasi karena


11

berbasis nikel dan memiliki ketahanan korosi yang baik. Karakteristik

Thermocouple yang terbuat dari bahan magnetik adalah kinerjanya berubah ketika

bahan magnetik mencapai titik sekitar 354℃ (Prasetyo dan Prasetya., 2021).

Thermocouple adalah sensor suhu aktif yang terbuat dari dua logam berbeda

dengan titik baca di persimpangan dua logam dan titik lainnya sebagai output.

Thermocouple merupakan salah satu sensor yang paling umum digunakan untuk

mengukur suhu karena relatif murah namun akurat dan dapat bekerja pada suhu

panas maupun dingin. Sensor ini mengukur suhu objek dengan kontak langsung.

Hasil pengukuran dan ditampilkan di layar O LED. Pengontrol kerja komponen

menggunakan mikrokontroler Arduino MEGA (Prasetyo dan Prasetya., 2021).

Thermocouple adalah sensor yang mengubah suhu menjadi tegangan,

sensor ini dibuat dengan menggabungkan dua jenis bahan logam yang berbeda.

Persimpangan ini terdiri dari campuran kimia tertentu, menghasilkan perbedaan

potensial antara persambungan yang berubah dengan suhu yang diamati.

Thermocouple adalah sirkuit yang terdiri dari dua bagian logam, masing-masing

dengan koefisien muai yang berbeda, dihubungkan pada ujungnya. Jika ada

perbedaan suhu antara dua logam di dua persimpangan, perbedaan potensial

dibuat memungkinkan arus listrik terjadi di dalamnya (Andreanus et al., 2020).

Thermocouple adalah jenis sensor suhu yang memiliki fungsi untuk

mengukur atau mendeteksi suhu melalui kedua jenis logam yang berbeda yang

digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek thermoelectric (sebuah

logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara Gradient akan menghasilkan

tegangan litrik). Memiliki kelebihan merespon dengan cepat terhadap suhu dan

juga rentang suhu yang memiliki kisaran -2000C sampai 20000℃ menjadikannya
12

pilihan yang tepat untuk mendeteksi suhu (Andreanus et al., 2020).

Prinsip kerja thermocouple cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya

thermocouple hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis

dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada

thermocouple akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap)

sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu

panas (Renold et al., 2014).

Gambar 1. Sensor Thermocouple


Thermocouple yang sederhana dapat dipasang, dan memilliki jenis

konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan

suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1℃, pada

banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai

temperatur referensi, sedangkan yang lain dihubungkan pada objek pengukuran

(Andi, 2018).

2.4 Signal Conditioning (Pengkondisian sinyal)

MAX6675 dibangun dari kompensasi persimpangan dingin yang

keluarannya didigitalkan dari sinyal termokopel tipe-K. Data output memiliki

resolusi 12-bit dan mendukung komunikasi SPI mikrokontroler umum. Data dapat

dibaca dengan mengubah pembacaan menjadi data 12-bit. Sensor termokopel


13

harus digunakan untuk menentukan perbedaan suhu pada ujung dua bagian logam

yang berbeda secara bersamaan. Termokopel tipe K dapat mengukur dari 0 ℃

hingga +1023,75 ℃. MAX6675 memiliki bagian kepala dingin, MAX6675

tunduk pada perubahan suhu, sehingga MAX6675 masih dapat secara akurat

mengukur perbedaan suhu di bagian lain (Sinaga et al., 2019).

Tabel 2. Spesifikasi Thermocouple Type K


SPESIFIKASI RANGE
Working voltage DC5V
Operating Current 50mA
The temperature measuring range -200℃ - 1300℃
The temperature measurement accuracy ±1.5℃
The temperature resolution 0,25℃
The output mode SPI digital signal
Storage temperature -50 ~ 150℃
Rangkaian signal conditioning adalah suatu rangkaian pengkondisian

sinyal yang dapat merubah suatu sinyal menjadi sinyal lain yang dikehendaki.

Signal conditioning yang digunakan adalah dengan menggunakan MAX6675

(Sinaga et al., 2019).

Gambar 2. Modul Sensor Thermocouple


Fungsi Thermocouple adalah untuk menentukan perbedaan suhu pada

ujung dua potongan logam yang berbeda yang disatukan. Termokopel tipe K

dapat mengukur dari 0 ℃ hingga +1023,75 ℃. MAX6675 memiliki kepala dingin


14

yang hanya dapat mengukur -20 ℃ hingga +85 ℃. Ketika ujung dingin

MAX6675 mengalami perubahan suhu, MAX6675 masih dapat secara akurat

mengukur perbedaan suhu di bagian lain. MAX6675 dapat mengoreksi perubahan

suhu dengan kompensasi sambungan dingin (Harum et al., 2018).

2.5 Sensor dan Modul Kelembaban Tanah

Sensor kelembaban tanah adalah sensor kelembaban yang mendeteksi

kelembaban tanah. Sensor ini dapat mengukur kelembaban tanah. Sensor ini

terdiri dari dua sensor yang melewatkan arus melalui tanah dan kemudian

membaca resistansi untuk membaca kadar air. Air yang lebih banyak membuat

tanah lebih mudah menghantarkan listrik, sedangkan tanah yang kering sangat

sulit menghantarkan listrik (Deddy et al., 2018).

Sensor kelembaban adalah modul untuk mendeteksi kelembaban tanah dan

memantau kelembaban tanah atau ketinggian air tanah. Konduktivitas listrik tanah

mudah diukur dengan dua konduktor logam yang berbeda di dalam tanah, kecuali

pada tanah yang sangat asin, yang mengubah konduktivitas air dan dapat

mempengaruhi pengukuran (Putri dan Yusfi., 2016).

Sensor kelembaban mengukur kadar air tanah. Sensor kelembaban tanah

terdiri dari beberapa sensor kelembaban tanah. pengukur kelembaban neutron

yang menggunakan sifat air yang memperlambat neutron. Kandungan air dalam

tanah dapat ditentukan dari pengaruhnya terhadap konstanta dielektrik pada dua

elektroda yang tertanam di dalam tanah. Ketika kelembaban tanah terutama dalam

bentuk air bebas, seperti pada tanah berpasir, berbanding lurus dengan kadar air.

Probe biasanya menerima eksitasi frekuensi yang memungkinkan pengukuran

konstanta dielektrik. Pembacaan sensor tidak linier dengan kadar air dan
15

dipengaruhi oleh jenis tanah dan suhu (Ardeana dan Kartadie., 2019).).

Gambar 3. Sensor Kelembaban

Gambar 4. Modul
2.6 Sensor pH

Sensor pH tanah adalah sensor yang mengukur pH (potensial hidrogen)

atau kadar asam/basa. Sensor pH tanah ini banyak digunakan untuk keperluan

pertanian, perikanan bahkan konstruksi, dimana setiap bidang tersebut

memerlukan pengelolaan data pH tanah. Sensor yang biasa digunakan untuk

mengukur pH adalah elektroda peka ion, juga dikenal sebagai elektroda kaca.

Elektroda ini terdiri dari batang elektroda (terbuat dari kaca yang diisolasi baik)

dan membran kaca yang peka terhadap ion H+ (Sumantri dan Mamun., 2021).

Sensor pH tanah adalah sensor yang mendeteksi tingkat keasaman (asam)

atau kebasaan (basa) tanah. Skala pH yang diukur oleh sensor pH tanah ini adalah

3,5-8. Sensor ini dapat dihubungkan ke pin analog Arduino atau mikrokontroler

analog lain tanpa tambahan modul amplifier. (Muhammad et al., 2019).


16

Tabel 3. Pin Sensor pH

PIN WARNA KABEL DESKRIPSI


Output Hitam Output ke pin A0 arduino
Gnd Putih Gnd Arduino

Tabel 4. Karakteristik Sensor pH

Parameter Simbol Min Max Units


Tegangan masukan Vcc 3.0 4.7 V
Tegangan keluaran ∆Volt 4 45 ADC
Respon waktu T 0.1 0.3 S
Sensitivitas Vcc 0.036 0.234 V

Gambar 4. Sensor pH

2.7 Mikrokontroler Arduino Uno

Mikrokontroler adalah sistem mikroprosesor lengkap yang terdapat pada

sebuah chip. Mikrokontroler umumnya hanya berisi CPU, sedangkan

mikrokontroler juga berisi sistem mikroprosesor minimal, komponen yang

mendukung memori dan antarmuka I/O. Berbeda dengan mikroprosesor serba

guna yang digunakan di PC (Herianto dan Khotimah, 2021).

Mikrokontroler adalah chip yang berfungsi sebagai pengontrol sirkuit

elektronik dan biasanya memiliki kemampuan menyimpan program.


17

Mikrokontroler adalah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian

elektronik, menyimpan program, dan terdiri dari CPU (Kadek et al., 2018).

Arduino Uno adalah papan berbasis mikrokontroler ATmega328. IC ini

(sirkuit terpadu) memiliki 14 input/output digital (6 output PWM), 6 input analog,

kristal keramik 16 MHz, konektivitas USB, soket adaptor, header ICSP, dan

tombol reset. Saya punya. Ini diperlukan untuk mendukung mikrokontroler yang

dapat dengan mudah dihubungkan dengan kabel daya USB (Teuku et al., 2019).

Gambar 5. Arduino MEGA


(sumber : datasheet Arduino Uno)

Arduino port memiliki 4 jenis pin yang dengan fungsi antara lain:

a. VIN – Input voltase board saat anda menggunakan sumber catu daya

luar (adaptor USB 5 Volt atau adaptor yang lainnya 7-12 volt), Anda

bisa menghubungkannya dengan pin VIN ini atau langsung ke jack

power 5V.DC power jack (7-12V), Kabel konektor USB (5V) atau catu

daya lainnya (7-12V). Menghubungkan secara langsung power supply

luar (7-12V) ke pin 5V atau pin 3.3V dapat merusak rangkaian Arduino

b. 3V3 – Pin tegangan 3.3 volt catu daya umum langsung ke board.

Maksimal arus yang diperbolehkan adalah 50 mA.

c. GND – Pin Ground.


18

d. IOREF – Pin ini penyedia referensi tengangan agar mikrokontrol

beroperasi dengan baik. Memilih sumber daya yang tepat atau

mengaktifkan penerjemah tegangan pada output untuk bekerja dengan

5V atau 3.3V.

Arduino ATmega328 memiliki memori 32 KB (dengan 0.5 KB digunakan

sebagai bootloader). Memori 2 KB SRAM dan 1 KB EEPROM (yang dapat baca

tulis dengan libari EEPROM). Masing-masing dari 14 pin UNO dapat digunakan

sebagai input atau output, menggunakan perintah fungsi pinMode, digitalWrite,

dan digitalRead yang menggunakan tegangan operasi 5 volt. Tiap pin dapat

menerima arus maksimal hingga 40mA dan resistor internal pull-up antara 20-50

kohm, beberapa pin memiliki fungsi kekhususan antara lain:

1. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Sebagai penerima (RX) dan pemancar (TX)

TTL serial data. Pin ini terkoneksi untuk pin korespondensi chip

ATmega8U2 USB-toTTL Serial.

2. External Interrupts: 2 dan 3. Pin ini berfungsi sebagai konfigurasi trigger

saat interupsi value low, naik, dan tepi, atau nilai value yang berubah-

ubah.

3. PWM: 3, 5, 6, 9, 10 dan 11. Melayani output 8-bit PWM dengan fungsi

analogWrite().

4. SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin yang support

komunikasi SPI menggunakan SPI library.

5. LED: 13. Terdapat LED indikator bawaan (built-in) dihubungkan ke

digital pin 13, ketika nilai value HIGH LED akan ON, saat value LOW

LED akan OFF.


19

6. Uno memiliki 6 analog input tertulis di label A0 hingga A5, masing-

masingnya memberikan 10 bit resolusi (1024). Secara asal input analog

tersebut terukur dari 0 (ground) sampai 5 volt, itupun memungkinkan

perubahan teratas dari jarak yang digunakan oleh pin AREF dengan

fungsi analogReference.

Sebagai tambahan, beberapa pin ini juga memeliki kekhususan fungsi

antara lain:

1. TWI: pin A4 atau pin SDA dan and A5 atau pin SCL. Support TWI

communication menggunakan Wire library. Inilah pin sepasang lainnya

di board UNO.

2. AREF. Tegangan referensi untuk input analog. digunakan fungsi

analogReference.

3. Reset. Menekan jalur LOW untuk mereset mikrokontroler, terdapat

tambahan tombol reset untuk melindungi salah satu blok.

Arduino Uno memiliki fungsi angka untuk berkomunikasi dengan

komputer atau perangkat keras Arduino lainnya atau mikrokontroler. ATmega328

mendekode komunikasi serial UART TTL (5V) pada pin 0 (RX) dan 1 (TX).

Dalam komunikasi serial ATmega16U2 dengan USB dan port virtual dalam

perangkat lunak komputer. Perangkat Lunak (Firmware) 16U2 menggunakan

driver USB-COM standar dan tidak memerlukan driver eksternal tambahan.

Namun, di sistem operasi Windows, file ekstensi sangat diperlukan. Perangkat

lunak Arduino bawaan mencakup monitor serial yang dapat memudahkan untuk

membaca dan mengirim data ke dan dari Arduino (Pratmono et al., 2019).
20

2.8 LCD TFT

Menurut Lukman dan wahyuni (2020) TFT adalah singkatan atau

kepanjangan dari Thin Film Transistor, merupakan jenis layar LCD handpHone

atau smartpHone yang umum dari tipe lainnya. Selain itu TFT juga dapat diartikan

salah satu tipe layar Liquid Crystal Display (LCD) yang datar, di mana tiap-tiap

pixel dikontrol oleh satu hingga empat transistor. Teknologi ini menyediakan

resolusi terbaik dari teknik panel data. TFT LCD sering disebut juga active-matrix

LCD. Layar ini menampilkan gambar yang kaya warna dan permukaannya sensitif

terhadap sentuhan. Touchscreen jenis TFT LCD dapat dilihat pada Gambar 6

berikut :

Gambar 6. LCD TFT 3.5


(sumber : datasheet LCD TFT)

Jenis layer TFT menawarkan kualitas yang lebih baik, termasuk gambar

dan resolusi lebih tinggi jika dibandingkan dengan generasi layer sebelumnya.

Namun layar TFT mempunyai keterbatasan pada sudut pandang dan visibilitas

yang sempit Ketika berhadapan dengan cahaya langsung atau sinar matahari.

Tampilan layar TFT mengkonsumsi daya baterai yang cukup besar, karenanya

kurang bagus untuk pemakaian yang lama. Tipe layer TFT biasanya terdapat pada

smart pHone kelas awal dengan harga yang lebih murah. TFT merupakan

perangkat semikonduktor yang digunakan untuk memperkuat dan mengubah

sinyal elektronik dengan bantuan film tipis dan lapisan dielektrik yang anti-listrik
21

serta elemen kimia pada lapisan selubungnya, yaitu monitor LCD (Try, 2021).

TFT LCD dapat juga menampilkan Character angka 0 sampai 9 yang

dapat digunakan sebagai sistem pengamanan, dari character angka tersebut dapat

dikonversikan menjadi bilangan decimal, oktadecimal, dan hexadecimal. (Try,

2021).

2.9 Baterai dan Power Supply

Baterai adalah alat yang mengubah energi kimia yang terkandung dalam

obat menjadi listrik melalui proses elektrokimia yang melibatkan reaksi oksidasi-

reduksi (Muchtar et al., 2018). Ada dua jenis baterai, yaitu baterai sekunder dan

baterai primer. Baterai primer adalah baterai yang tidak dapat diisi ulang setelah

satu kali pengisian dan tidak dapat digunakan untuk biaya tambahan. Padahal

baterai sekunder merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang setelah digunakan

dan dapat terus digunakan untuk pengisian daya (Deny, 2018). Dalam penelitian

ini baterai sekunder digunakan untuk baterai karena reaksi kimia baterai sekunder

bersifat reversibel, sehingga memudahkan penelitian ini, sehingga baterai tidak

akan kosong dan mempermudah pekerjaan. Kita hanya perlu mengisi daya

perangkat saat baterai habis. Catu daya yang digunakan disini menggunakan

tegangan 6-12 volt.

Gambar 7. Baterai dan power supply Arduino Uno


22

2.10 Kerangka Berpikir

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa tahap yang tergambar

oleh alur penelitian pada Gambar 8. Adapun alur penelitian dimulai dari analisa

permasalahan, studi literatur, pembuatan sintak-sintak menggunakan sofware

Arduino uno, perancangan, dan perakitan alat, uji tingkat akurasi dan presisi alat

serta analisis data dan hasil pengujian.

Mulai

Studi Literatur

Sistem Perangkat Sistem Perangkat


Perancangan Alat
Keras Lunak

Perakitan Alat

Sensor Soil Moisture


Uji Tingkat Error,
Akurasi, dan Presisi

Sensor
Thermocouple
Analisis Data

Sensor pH
Kesimpulan

Selesai

Gambar 8. Diagram Alir Penelitian


23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan dan Geofisika

Universitas Jambi, Jambi. Universitas tersebut berlokasi di Jl. Jambi – Muara

Bulian No.KM. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi, Jambi. Waktu penelitian ini yaitu pada bulan November tahun 2022.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis

terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya.

Penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai investigasi sistematis terhadap

fenomena dengan mengumpulkan data yang dapat diukur dengan melakukan

teknik statistik, matematika atau komputasi. Penelitian pengembangan adalah

penelitian yang ditujukan untuk mengkaji atau mengembangkan temuan-temuan

penelitian sebelumnya atau teori-teori penelitian yang sudah ada, baik untuk

keperluan ilmu pengetahuan murni, maupun untuk keperluan ilmu pengetahuan

terapan (Abdullah, 2015).

3.3 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berjenis data kuantitatif. Data kuantitatif

adalah jenis data yang dapat diukur (measurable) atau dihitung secara langsung

sebagai variabel angka atau bilangan. Sumber data pada penelitian ini

3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling yang diberi nama random sampling ini diberi nama

demikian karena didalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur subyek-


24

subyek didalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama (Abdullah,

2015). Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap

subyek untuk memeperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh

karena hak setiap subyek sama, maka penelitian terlepas dari perasaan ingin

mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kuantitatif data-data yang diperlukan dapat dikumpulkan

melalui instrumen-instrumen yang sudah dicarakan pada sub bab terdahulu.

Instrumen yang dipakai tentu sesuai dengan jenis dan sifat penelitiannya.

Biasanya tidak tunggal tetapi ada beberapa instrumen yang digunakan,

penggunaan beberapa instrumen ini maksudnya untuk saling melengkapi dan

dijamin tidak akan tumpang tindih (Abdullah, 2015). Pada kegiatan penganalisaan

data pada alat ini, dilakukan dengan melihat data hasil pembacaan alat. Data yang

didapatkan berupa hasil dari pembacaan sensor. Kemudian data yang diperoleh

akan diolah dengan bantuan Microsoft exel dengan menggunakan metode analisis

regresi yaitu untuk membandingkan hasil alat yang di buat dengan hasil alat

standar, untuk mengetahui besarnya perubahan pada alat yang dibuat terhadap alat

standar, serta untuk memprediksi alat yang di buat jika alat standar diketahui

3.6 Uji Validitas Data

Seperti yang sudah kita ketahui “validitas” menunjukan sejauhmana suatu

alat pengukur itu mengukur apa yang akan diukur. Misalnya kita akan mengukur

validitas instrumen penelitian, langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai

berikut: (i) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, (ii)

Melakukan uji coba alat pengukur tersebut


25

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis merupakan tahapan penting dalam pengolahan data. Analisis data

akan menghasilkan informasi yang berguna yang bisa dijadikan pedoman dalam

penarikan kesimpulan sebuah penelitian (Abdullah, 2015). Pada teknik

pengolahan data kuantitatif yang digunakan yaitu Analisis inferensial adalah

metode yang menggunakan rumus tertentu. Hasil dari perhitungan tersebut

menjadi dasar untuk generalisasi dan pengambilan keputusan.

3.7.1 Data Reduction (Reduksi Data)


Reduksi data adalah proses pengolahan data yang dilakukan setelah

melakukan penelitian (Abdullah, 2015). Biasanya, reduksi data ini dibantu dengan

beberapa alat bantu yang memudahkan pekerjaan peneliti untuk mencapai tujuan

dari penelitian setelah melakukan pengumpulan data dari hasil penelitian. Dalam

tahap reduksi data, peneliti memfokuskan penelitian pada sensor suhu,

kelembaban, dan pH pada alat pengukur sifat fisis kompos.

3.7.2 Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang penelitian,

baik individu ataupun berkelompok untuk melengkapi proses pembuatan laporan

atas hasil penelitian kuantitatif/kualitataif yang telah dilakukan, sehingga

senantianysa bisa dianalisis sesuai dengan standar keilmiahanan. Untuk mencapai

analisis kuantitatif yang tepat, maka penyajian data harus dilakukan dengan baik.

Pada penyajian data penelitian ini, peneliti menyusun data yang relevan dengan

cara mendeskripsikan data dalam bentuk tabel dan grafik.

3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini diawali dengan penetapan lokasi penelitian, yakni

di Laboratorium Lingkungan dan Geofisika Universitas Jambi, Jambi.


26

Selanjutnya, peneliti melakukan tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

1. Peneliti melakukan studi literatur terhadap penelitian yang dilakukan.

2. Peneliti melakukan perancangan sistem perangkat keras dan lunak alat.

3. Peneliti melakukan perakitan alat.

4. Peneliti menguji tingkat eror, akurasi, dan presisi alat.

5. Peneliti melakukan pengumpulan hasil analisis data dalam bentuk

laporan hasil penelitian.


27

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, M. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Azwaja


Pressindo

Anak, A. G. E. (2018). Implementasi Sistem Penguncian Pintu Menggunakan


RFID Mifare Frekuensi 13.56 Mhz dengan Multi Access. Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kemajuan. 15 (2): 224-253.

Andi, R. N. (2018). Perancangan Termokopel Berbahan Besi (Fe) dan Tembaga


(Cu) untuk Sensor Temperatur. Indonesian Journal of Fundamental Sciences
(IJFS). 4 (2) : 120-127.

Andreanus, C.H., R. Hidayat., dan L. Nurpulaela. (2020). Implementasi Internet


Of Things Sebagai Monitoring Suhu pada Pemanggang Otomatis Berbasis
Arduino Uno. Jurnal Electro Luceat. 6 (2): 1-13.

Ardeana, G. M., dan R. Kartadie. (2019). Mengatur Kelembaban Tanah


Menggunakan Sensor Kelembaban Tanah YL-69 Berbasis Arduino pada Media
Tanam Pohon Gaharu. Jurnal of Education and Information Communication
Technology. 3 (2) : 130-140.

Aristoteles., et al. ((2021)). Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Organik


Rumah Tangga di Desa Gedung Harapan, Kecamatan Jati Agung, Lampung
Selatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1): 17-24.

Darmawan, I. G. E., E. Yadie., dan H. Subagyo. (2020). Rancang Bangun Alat


Ukur Kelembaban Tanah Berbasis Arduino Uno. Poligrid. 1 (1) : 31-38.

Deddy, P., A. Yolanda., dan A. W. Pratama. (2018). Rancang Bangun Alat


Pengontrol Penyiraman Tanaman Otomatis Menggunakan Sensor Kelembaban
Tanah di Area Pertanian. Jurnal RESTI. 2 (3) : 807-812.

Deny, P. K. (2018). Pengaruh Variasi Larutan Elektrolite pada Accomulator


Terhadap Arus dan Tegangan. MESA. 2 (2) : 33-45.

Emma, Z., R. Bulan., dan F. Sebayang. (2019). Organis Pelet Fertilizer from Rice
Husk Charcoal, Em4 and Goat Dirty, Chicken and Jerami in Sei Mencirim Medan
Krio Deli Serdang District. Jurnal ABDIMAS TALENTA. 2 (2): 679-682.

Hariyadi, H., M. Kamil., dan P. Ananda. (2020). Sistem Pengecekan pH Air


Otomatis Menggunakan Sensor pH Probe Berbasis Arduino Pada Sumur Bor,
Rang Teknik Journal. 3 (2) : 340-346.

Harum, A. S., sudjadi., dan Darjat. Perancangan Sistem Akuisisi data Multisensor
(Sensor Oksigen, Hidrigen, Suhu dan Tekanan) Melalui Website Berbasis
Android). TRANSIENT. 7 (2) : 2302-9927.

Herianto, H., dan H. Khotimah. (2021). Rancang Bangun Alat Deteksi Kebisingan
Pengunjung Perpustakaan Berdasarkan Parameter Tekanan Suara Menggunakan
28

Nodemcu ESP8266. Jurnal Ilmu Komputer. 10 (1) : hal 20-26.

Indah., et al. (2021). Kajian Macam pupuk Organik dan Penyiraman Terhadap
Hasil dan Kualitas kacang Hijau. Jurnal Pertanian AGROS. 23 (1). Hal 9-17.

Kadek, P., et al. (2018). Prototipe Pemandu Parkir Mobil dengan Output Suara
Manusia Menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Teknik Elektro. 2 (2).

Krisnawan, K. A., I. W. Tika., dan I. A. G. B. madrini. (2018). Analisis Dinamika


Suhu Pada Proses Pengomposan Jerami dicampur Kotoran Ayam dengan
Perlakuan Kadar Air. Jurnal BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN). 6
(1) : 25-32.

Lukman, A., dan R. D. Wahyuni. (2020). Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar
Oksigen Non Invasive Menggunakan Sensor MAX30100. Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna. 8 (3) : 62-69.

Muchtar, H., S. Riyadi., dan S. Ahmad. (2018). Perancangan Sistem Data


Longger Temperatur Baterai Berbasis Raspberry Pi. Jurnal Elektra. 3 (2) : 1-10.

Muhammad, Z., Hadiwiyatno., dan N. Zakaria. (2021). Rancang Bangun Sistem


Kontrol Kelembapan Media Pada Budidaya Cacing Tanah. Jurnal JARTEL. 9 (4)
: 470-474.

Mulyono. (2016). Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos dari


sampah Rumah tangga. Agromedia : Jakarta Selatan.

Nadi, M. R. G., C. Ruskandi., dan R. S. pamungkas. (2019). Desain Sistem


Deteksi Kualitas Air Berbasis Multi Sensor pH, Dissolved Oxygen, Suhu dan
Konduktivitas, Journal Online of PHysic. 5 (1) : 48-56.

Ningsih, S., dan H. dukalang. (2019). Penerapan Metode Suksesif Interval Pada
Analisis Regresi Linear Berganda. Jambura Journal of Mathematics. 1 (1) : 43-
53.

Nunik, E,. dan A. A. Kusuma. (2018). Pengomposan Sampah Organik (Kubis dan
Kulit Pisang) dengan Menggunakan EM4. Jurnal TEDC. 12 (1): hal 38-43.

Palimbunga, R. 2017. Sistem Monitoring Keasaman Air Berbasis Mikrokontroler.

Putri, A., dan M. Yusfi. (2016). Rancang Bangun Sitem Monitoring Kelembaban
Tanah Menggunakan Wirelles Sensor Berbasis Arduino uno. Jurnal Fisika
Unand. 5 (4) : 327-333.

Prasetyo, W., dan D. A. Prasetya. (2021). Rancang bangun Data Logger Multi
Kanal Terhubung Iot (Internet of Things) Sebagai Pengukur Temperatur dengan
Sensor Thermocouple. Jurnal Teknik Elektro. 21 (2) : 2541-4518.

Pratmono, D., A. Ardiansyah., A. Widodo., dan F. Titiani. (2019). Pembuatan


29

Alat Pendeteksi Kadar Logam Pada Air Berbasis Aduino UNO. 7(1) : 29–34.

Renold, S. A., B. P. Lapanporo., dan A. Asri. (2014). Otomatisasi Suhu dan


Waktu pada Thermal Milling Machine Berbasis Mikrokontroler. FRISMA
FISIKA. 7 (3) : 209-213.

Samsugi, S., dan D. E. Silaban. (2018). Purwarupa Controlling Box Pembersih


Wortel dengan Mikrokontroller. Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri
dan Informasi XIII. Hal b1-7.

Sinaga, N., et al. (2019). Design and Manufacture of a Loow-Cost Dara


Acquistion Based Measurement System for Dual Engine Researces. Jurnal
Materials Science and Engineering. Hal 1-8.

Sukri, H., A. K. Saputro., dam A. Dafid. (2020). Perancangan alat Cerdas


Pendeteksi Kandungan Unsur Hara. Jurnal Simatec. 9 (1) : 15-19.

Sumantri., dan C. Mamun. (2021). Sistem Minitoring Pemeliharaan Tanaman


Cabe Berbasis Internet of Things (Iot) menggunakan Mobile Apps. Jurnal
Indonesia Sosial Teknologi. 2 (4) : 679-690.

Supriatna, A. S., R. I. Putri., dan H. Nanik. (2015). Pendeteksi Suhu dan


Kelembapan pada Proses Pembuatan Pupuk Organik. Jurnal ELTEK. 13 (1) : 1-
10.

Tantri, T. P. T. N., A. A. N. Supadma., dan I. D. M. Arthagama. (2016). Uji


Kualitas Pupuk Kompos yang Beredar di Kota Denpasar. E-jurnal
Argoekoteknologi Tropika. 5 (1) : 52-62.

Teuku, I. M., M. Muhaimin., dan M. Kamal. (2019). Rancang Bangun Sistem


Pengendalian Temperatur pada Proses Pemanggangan Ikan Tuna Secara Otomatis
Menggunakan Arduino Uno ATMEGA328. Jurnal TEKTRO. 3 (2).

Try, S. R. N. (2021). Implementasi Weather Station Mini Menggunakan Wemos


D1 Mini Pro Berbasis Internet. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Sains dan Teknologi. 1 (1) : 314-314.

Willyan, D. (2008). Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan
Sampah. Agromedia Pustaka : Jakarta Selatan.

Yovita, H. I. (2011). Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya Grup :


Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai