Anda di halaman 1dari 37

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
MODUL PRAKTIKUM
bn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
MK. KIMIA DAN KESUBURAN
TANAH
ert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
OLEH TIM DOSEN

rty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023

klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmatnya,
penulisan Modul Praktikum Kimia dan Kesuburan Tanah dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulisan Modul Praktikum Kimia dan Kesuburan Tanah bertujuan untuk
membantu mahasiswa dalam menjalanakan proses praktikum untuk mata kuliah Kimia
dan Kesuburan Tanah sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan aktif..
Dalam perkembangannya materi Modul Praktikum Kimia dan Kesuburan Tanah dapat
berubah sejalan dengan informasi terbaru dalam bidang Kesuburan Tanah dan
Pemupukan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Modul


Praktikum Kimia dan Kesuburan Tanah ini. Untuk itu segala kritik dan saran sangat
diharapkan demi kesempurnaan buku ajar ini. Semoga modul praktikum ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan dan masyarakat, Amin.

Makassar, September 2023

Tim Dosen

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas i
DAFTAR ISI

Prakata................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii
BAB I. PENGENALAN DAN PENENTUAN DOSIS PUPUK ..................... 1
A Pendahuluan............................................................................................ 1
B Pengenalan Pupuk................................................................................... 2
C Penentuan Jenis Pemupukan................................................................... 3
BAB II. PENETAPAN pH DAN KTK TANAH ............................................... 4
A Pendahuluan............................................................................................ 4
B Metode Praktikum .................................................................................. 5
C Langkah Kerja ........................................................................................ 5
BAB II. BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG ................................................... 7
A Pendahuluan............................................................................................ 7
B Metode Praktikum .................................................................................. 8
C Langkah Kerja ........................................................................................ 8
BAB III. PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN..................................... 11
A Cara Penggunaan BWD .......................................................................... 11
B Rekomendasi Pemupukan....................................................................... 12
BAB IV. PENGGUNAAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH................ 13
A Komponen Perangkat.............................................................................. 13
B Cara Penggunaan .................................................................................... 13
C Kapasitas PUTK ...................................................................................... 15
BAB V. ANALISIS JARINGAN TANAMAN ................................................. 16
A Persiapan Contoh .................................................................................... 16
B Penetapan Kadar Air............................................................................... 16
C Penetapan N-total.................................................................................... 17
D Penetapan Unsur Hara Makro dan Mikro dengan HNO3 dan HClO4..... 22
BAB VI . PERCOBAAN PEMUPUKAN .......................................................... 30
BAB VII. FORMAT LAPORAN ..................................................................... 33

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas ii
I. PENGENALAN DAN PENENTUAN DOSIS
PUPUK

A. Pendahuluan

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan
modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil
pertanian. Anjuran pemupukan terus ditingkatkan melalui program pemupukan
berimbang, namun sejak sekitar tahun 1986 terjadi gejala pelandaian produktivitas
(levelling off), suatu petunjuk terjadi penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai
faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati.
Takaran pupuk yang digunakan unstuck memupuk satu jenis tanaman akan
berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah
memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda.
Beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam
pemupukan antara lain: jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk tersebut, waktu
pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan. Dengan
tingginya hasil tanaman yang dipanen, berarti jumlah unsur hara yang diambil oleh
tanaman dari dalam tanah akan banyak pula karena pengambilan unsur hara dari dalam
tanah berlangsung secara paralel terhadap pembentukan bahan kering atau produksi
tanaman. Sehingga untuk tahun-tahun pertanaman berikutnya unsur hara yang berada
didalam tanah lambat laun akan terus berkurang.

Contoh Penentuan Dosis Pupuk untuk Jagung


- Urea = 300 Kg/ha
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20 m2) :
20m2
 300.000gram = 600gram/ petak
10.000m2

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :


600gram
= 6gram/ Tanaman
20m2
1m  0,2m

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 1
- SP-36 = 150 Kg/ha
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20 m2) :
20m2
150.000gram = 300gram/ petak
10.000m2

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :


300gram
= 3gram/ Tanaman
20m2
1m  0,2m

- KCl = 100 Kg/ha


Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20 m2) :
20m2
100.000gram = 200gram/ petak
10.000m2

Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :


200gram
= 2gram/ Tanaman
20m2
1m  0,2m

B. Pengenalan Pupuk

Metode Pengamatan
Alat : Alat tulis
Bahan : Pupuk Urea, ZA, Pupuk SP-36, Pupuk KCl, Kompos, dll.
Langkah Kerja
1. Siapkan alat tulis
2. Perhatikan dan amati setiap jenis pupuk
3. Catat nama pupuk, kadar presentase, kandungan hara khususnya Nitrogen, Fosfat
dan Kaliumnya, bentuk dan warna masing-masing pupuk, sifat pupuk tersebut.

Lembar Latihan
Perhatikan Jenis-jenis pupuk anorganik dan organic. Kemudian isilah nama, kadar
presentase pupuk, warna dan bentuk masing-masing pupuk tersebut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Pupuk
Kadar Hara
No. Nama Pupuk Warna Bentuk Sifat
(%)
1 ……… ……… ……… ………
2 ……… ……… ……… ………
3 ……… ……… ……… ………
… ……… ……… ……… ………

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 2
C. Penentuan Dosis Pemupukan

Metode Penentuan Dosis


Alat : Plastik obat bening, timbangan, label, alat tulis
Bahan : Pupuk Urea, Pupuk SP-36, Pupuk KCl, Kompos, Pupuk Kandang Sapi, Pupuk
Daun, Pupuk Cair.

Langkah Kerja
1. Perhatikan penjelasan instruktur
2. Siapkan alat tulis
3. Timbang pupuk berdasarkan perlakuan masing-masing kelompok
4. Pupuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam plastik obat bening lalu beri
label.

Lembar Latihan

1. Hitung dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCL, apabila diketahui sebagai berikut:
a. Dosis pemupukan secara umum untuk tanaman jagung pr hektar yaitu 300 kg Urea,
150 kg SP-36, dan 100 kg KCL.
b. Pupuk Urea diberikan 3 kali, yaitu saat tanam, 30 hari setelah tanam, dan 60 hari
setelah tanam, sedangkan pupuk SP-36 dan KCL diberikan seluruhnya pada saat
tanam.
c. Berat tanah dalam ember sebanyak 15 kg.
Hitung dosis pupuk untuk keperluan tanaman jagung pada setiap tanaman, setiap
ember, dan setiap bedengan!
2. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah alfisol mempunyai kandungan N, P, dan
K masing-masing 22 mg/kg, 27 mg/kg, dan 62 mg/kg. Berapa jumlah pupukurea,
SP-36, dan KCl yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tanaman jagung dalam
1 Ha lahan? (cat. Jarak tanam 50 cm x 50 cm).
3. Jika petani ingin menggunakan pupuk cair dan kompos, maka berapa liter pupuk cair
dan kompos yang digunakan dalam satu hektar?

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 3
II. Penetapan pH dan KTK Tanah

A. Pendahuluan
Reaksi tanah yang masam menjadi masalah di Indonesia, kemasaman tanah bagi keasaman
aktif dan keasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion Al dan H pada kompleks
jerapan. Nilai kemasaman potensial dengan larutan 1 Na Cl (Hanafiah,2003).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kolorimeter dengan menggunakan indikator
(larutan, kertas pH) yang menunjukkan warna tertantu pada pH yang berbeda. Saat ini sudah banyak
pH-meter jinjing (portable) yang dapat dibawa ke lapangan. Di samping itu, ada beberapa tipe pH-
meter yang dilengkapi dengan elektroda yang secara langsung dapat digunakan untuk pH tanah,
tetapi dengan syarat kandungan lengas saat pengukuran cukup tinggi (kandungan lengas maksimum
atau mungkin kelewat jenuh). Selain itu pH tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses mineralisasi unsur hara seperti
N dan P dan mikroorganisme yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri tanah
yang dapat bersimbiosis degan leguminosa seperti Rhizobium atau bersimbiosis dengan tanaman non
leguminosa seperti Frankia sehingga sering dijumpai daun-daun tanaman makanan ternak pada tanah
asam mengalami chlorosis akibat kekurangan N. Bakteri tanah yang lain seperti azotobakter (A.
Chroococcum ) yang dapat berasosiasia dengan akar tanaman hanya dapat hidup apabila suasana
larutan tanah netral hingga basa. Mikroorganisme tanah lain yang bermanfaat bagi tanaman, yang
dapat terpengaruh pertumbuhannya bila berada pada suasana asam adalah mikoriza. Mikoriza adalah
jamur yang dapat melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi tanaman.
Sebaliknya bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya tanah tersebut kandungan
kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan tanaman makanan ternak pada tanah
basa seringkali mengalami defisiesi P.
Kapasitas Tukar Kation Total (KTK Total) tanah adalah jumlah muatan negative tanah baik
yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun koloid organic (humus) yang
merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organic tanah meskipun tergantung derajat
humifikasinya mempunyai KTK paling besar disbanding koloid-koloid liat.
Arti partikel dan pertukaran kation bagi penyediaan hara tanaman adalh penting. Kation
kompleks serapan dipaksa memasuki larutan, disi mereka diasimilasikan oleh jasad renik atau diserap
oleh tanaman. Bila hubungan antara koloid tanah dan akar tanaman sangat berdekatan maka akan
+
terjadi pertukaran langsung antara tanah dan akar. Dalam hal ini orang beranggapan bahwa ion H
yang dihasilkan akar menggantikan kation-kation yang diperlukan tanaman langsung dari
permukaan komplek serapan dan koloid tanah.
Kapasitas tukar kation totak ( KTK )tanah adalah jumlah muatan negatife tanah baik yang

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 4
bersumber dari permukaan koloid anorganik ( liat ) maupun koloid organic ( humus ) yang
merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organic tanah meskipun tergantung derajat
humifikasinya mempunyai KTK paling besar dibanding koloid-koloid liat.
Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H + dari akar tegantung
kejenuhan kation tersebut dikomplek serapan. Bila kejenuhan tinggi maka akan mudah digantikan ,
sebaliknya bila kejenuhannya sangat rendah. Kejenuhan suatu kation adalah perbandingan kation
tersebut dengan seluruh kation terserap (KTK) kejenuhan kation yang dinyatakan dalam persen.
Pertukaran kation merupakan merupakan reaksi yang umum terjadi dan merupakan salah satu
reaksi yang terpenting dalam tanah. Dasar-dasar jerpan dan pertukaran kation telah dibicarakan
dengan jelas. Dengan demikian pertukaran kation oleh kation lain yang terjadi pada permukaan
koloid tanah dapat dikemukakan secara sederhana.
Suatu tanah mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah
banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang
tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terserap. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ber KTK
rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam
jumlah berlebihan. Pemupukan kation tentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan
dalam jumlah berlebihan. Pemupukkan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber KTK rendah
adalah tidak efisien.
B. Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan :
Penetapan pH
a) pH meter, b) tabung film, c) sampel tanah, d) aquadest, e) KCl 0,1 N, f) Larutan
Buffer 4,0 dan 7,0
Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah
a) 1 gr tanah kering udara, b) Erlenmeyer 100 ml, c) 20 ml Natrium Asetat, d) Kertas W41, e)
Alkohol 96%, f) 20 ml amonium asetat 1 N, g) Aquadest, h) Flem fotometer
C. Langkah Kerja
Penetapan pH
a. Timbang 15 gr tanah kering udara masukkan kedalam botol film.
b. Tambah 15 ml aquadest dan 15 ml KCl 1 M.
c. Kocok sampai homogen selama 30 menit.
d. Hidupkan alat pH meter dan kalibrasi dengan buffer 4,0 dan 7,0 sampai stabil.
e. Kemudian cek contoh dengan Ph meter.
Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah
a. Timbang 1 gr tanah kering udara masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml tambah 20
ml natrium asetat, kocok selama 30 menit.
b. Kemudian saring dengan kertas W-41.
c. Endapan dalam kertas saring dicuci dengan alkohol 96% (3×25 ml).

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 5
d. Setelah itu tambah 20 ml ammonium asetat 1 N.
e. Ambil sebanyak 1 ml (point 4) lalu jadikan 25 ml dengan aquadest. Lalu cek dengan
flem fotometer

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 6
III. Budidaya Tanaman Jagung

A. Pendahuluan
Tanaman jagung dapat tumbuh optimal apabila sesuai dengan kondisi iklim dan
tanah tempat jagung tersebut akan dibudidayakan. Pada dasarnya jagung dapat tumbuh
optimal pada daerah yang curah hujannya berkisar 85-200 mm/bulan. Hal ini disebakan
pada fase pembungaan dan pengisian biji, jagung perlu mendapatkan cukup air. aerasi dan
ketersediaan air baik, serta kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.Selain itu,
jagung membutuhkan sinar matahari. Jika tanaman ternaungi makapertumbuhannya akan
terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Tanah yang gembur, subur dan
kaya humus akan berproduksi optimal disenangi oleh jagung. Jagung dapat tumbuh pada
pH tanah antara 5,6-7,5. Pada saat bunga jantan, jagung menyerap 50% nitrogen dari
seluruh kebutuhannya, fosfor mencapai 35% dari seluruh kebutuhannya dan terus
meningkat sampai menjelang panen sedang kalium dibutuhkan paling banyak dari jumlah
N dan P dimana akumulasi hara mencapai 60 – 75% dari kebutuhannya.

B. Metode Praktikum
a. Alat : Timbangan, pot, label, handsprayer, mistar/meteran, kamera foto.
b. Bahan : Benih Jagung, Tanah Alfisol asal Tamalanrea, Urea, SP-36, KCl,
Kompos.
c. Perlakuan
Perlakuan disusun secara acak lengkap, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
No. Perlakuan Pupuk kandang Pupuk Urea Pupuk SP36 Pupuk KCl
(ton ha-1) (kgha-1) (kgha-1) (kgha-1)
1 Kontrol (tanpa 0 0 0 0
dipupuk)
2 N 0 200 0 0
3 N+BO 5 200 0 0
4 N+P 0 200 150 0
5 N+K 0 200 0 100
6 N+P+K 0 200 150 100
7 N+P+K+BO 5 200 150 100

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 7
8 N 0 100 0 0
9 N+BO 10 100 0 0
10 N+P 0 100 150 0
11 N+K 0 100 0 100
12 N+P+K 0 100 150 100
13 N+P+K+BO 10 100 150 100
14 BO 10 0 0 0
15 BO 15 0 0 0
16 N+BO 15 50 0 0
17 N+BO 15 50 0 0
18 N+P+K+BO 15 50 150 100
Ket: Kelas A – C untuk perlakuan masing-masing nomor 1 – 9
Kelas E – F untuk perlakuan masing-masing nomor 10 – 15
Kelas D untuk perlakuan nomor 16 - 18

C. Langkah Kerja
a. Persiapan media tanaman
i. Jika menggunakan pot/polybag
1. Masukkan tanah kering udara yang telah dikompositkan
sedikit demisedikit ke dalam pot sebanyak 15 kg per pot.
2. Lalu diberikan air sampai kapasitas lapang.
3. Untuk perlakuan yang diberi kompos dan pupuk kandang,
maka potdiinkubasi selama ± 1 minggu sebelum
penanaman.
ii. Jika langsung di tanah:
1. Membuat bedengan dengan ukuran panjang x lebar x tinggi masing masing
250 cm x 60 cm x 250 cm. Jarak antar bedengan yaitu 30 cm.
2. Membuat lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm. Sehingga terdapat 5
lubang tanam dalam setiap bedengan.
2. Penanaman dan pemupukan
1. Lubang tanam (untuk benih) dibuat dengan cara ditugal.
2. Jumlah benih untuk satu lubang tanam berjumlah dua biji.
Untuk penanaman dan pemupukan jagung dapat dilihat gambar di bawah ini :

10 cm

Tanah
SP-36 + KCl
UREA Benih
10 cm Tanah 5 cm

Furadan

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 8
Khusus untuk perlakuan pupuk
3. Pemupukan (penggunaan pupuk dan dosis berdasarkan pada perlakuan masing-
masing kelompok) :
Pupuk Anorganik (Urea, SP-36, KCl)
- Memberikan pupuk urea sebanyak 1/3 dosis pada saat waktu tanam dan 2/3
dosis pada umur 28 hari setelah tanam. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan
sekaligus pada saat waktu tanam.
- Pupuk diberikan dengan cara ditugal yang dibuat di kiri dan kanan lubang
tanam jagung dengan kedalaman 10 cm dengan jarak dari lubang tanam 10 cm.
Sedangkan untuk pupuk susulan (Urea) jaraknya 15 cm dari tanaman.
Kompos;
Aplikasi kompos dilakukan pada saat persiapan media tanam dimana kompos
tersebut dicampur secara merata dengan tanah. Kemudian tanahnya diberi air
sampai kondisi kapasitas lapang lalu diinkubasi selama 3 hari.
Pupuk Organik Cair;
Pemberian pupuk organik cair diberikan seminggu sekali pada bulan pertama
penanaman, dan dua minggu sekali pada saat bulan ke dua serta satu kali lagi pada
bulan berikutnya.
Pupuk Daun;
Pupuk daun; diaplikasikan pada tanaman setelah tanaman memiliki 3 helai daun.
Pupuk diencerkan dengan air sesuai dengan perlakuan masing-masing lalu
disemprotkan ke atas daun dengan menggunakan handsprayer.
4. Pemeliharaan
1. Penyiangan gulma dan penggemburan tanah
2. Penyiangan dan penggemburan dilakukan setiap kegiatan praktikum.
3. Penyulaman; Penyulaman dilakukan apabila benih tidak tumbuh.
Penyulaman dilakukan satu minggu dan dua minggu setelah tanam.
4. Penyiraman; Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan, dan kondisi
tanah dalam keadaan kering atau tidak lembab.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 9
5. Pembumbunan; Pembumbunan dilakukan untuk menaikan permukaan tanah
pada batang tanaman, supaya tanaman tegak kokoh dan akar tanaman
tertutupi. Pengendalian hama-penyakit;
6. Pengendalian hama-penyakit disesuaikan dengan keadaan tingkat serangan.
Apabila tingkat serangan lebih dari 5% dilakukan penyemprotan dengan
pestisida (insektisida/fungisida). Apabila tingkat serangan kurang dari 5%
dilakukan pengendalian secara manual.
5. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Jumlah / lebar daun (helai / cm)
3. Diameter Batang (cm)
4. Berat Segar dan Berat Kering tanaman (gr) (umur 60 HST)
5. Penampakan fisik tanaman (gejala Kekurangan / kelebihan hara)
6. Kadar hara dalam tanah (N, P, dan K). Kadar hara dalam tanah dilakukan di
lapangan (menggunakan Soil Tester Kit dan Soil Tester Sensor) dan di
laboratorium).

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 10
IV. PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN

Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna
untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala
warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan
daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti
tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman
berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada
BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi
dipupuk. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N
dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15-20% dari takaran yang umum
digunakan petani tanpa menurunkan hasil.

A. Cara Penggunaan BWD

Penggunaan bagan warna daun dilakukan dengan prosedur:

1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk
dasar N dengan takaran 50-75 kg per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
2. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman
berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman
dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul
biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan
daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.

3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih
daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.

4. Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebutdengan
skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD,
maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna
daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.

5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap
sinar matahari, karena mempengaruhi nilai pengukuran.

6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang
sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 11
7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai
rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu diberi pupuk N dengan takaran:

• 50-70 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu
seperti Subang Jawa Barat, musim hasil rendah adalah musim kemarau).

• 75-100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi (di tempat-tempat tertentu
seperti Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa Tengah, musin hasil tinggi
adalah musim kemarau).

• 100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim
hasil rendah maupun musim hasil tinggi.
• Apabila nilai warna daun padi hibrida dan padi tipe baru pada saat tanaman
dalam kondisi keluar malai dan 10% berbunga berada pada skala 4 atau
kurang, maka tanaman perlu diberi pupuk N dengan takaran 50 kg urea per
hektar.

B. Rekomendasi pemupukan N pada varietas unggul biasa, padi hibrida, dan


padi tipe baru dengan sistem tanam pindah.
Setelah
Sebelum 14 HST
Musim* digunakan BWD
(kg urea/ha)
(kg urea/ha)**
IR64, Ciherang, Ciliwung dan
sejenisnya
Musim Hasil Rendah 50 – 75 50 – 70
Musim Hasil Tinggi 50 – 75 75 – 100
VUTH & VUTB, mis : Fatmawati
Musim Hasil Rendah 75 100
Musim Hasil Tinggi 100 100
Bonus - 50
*Tergantung lokasi, di tempat-tempat tertentu musim hasil rendah adalah musim kemarau dan
musim hasil tinggi adalah musim hujan, sedangkan di lokasi lain bisa sebaliknya.
**Diberikan apabila nilai pengukuran BWD di bawah skala 4 atau kurang, pengukuran dimulai
28 HST dan diakhiri setelah 10% tanaman berbunga, dengan selang 7-10 hari. Berikan bonus pada
pengukuran terakhir (pada stadia keluar malai sampai 10% berbunga).

BWD dapat diperoleh di Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat dan/atau


BPTP di masing-masing propinsi.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 12
V. PENGGUNAAN PERANGKAT UJI TANAH
KERING

Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) merupakan alat untuk mengukur kadar hara
P dan K serta pH tanah yang dapat dikerjakan oleh penyuluh lapangan atau petani secara
langsung di lapangan. Hasil analisis P dan K tanah dengan PUTK ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar penyususnan rekomendasi pupuk P dan K spesifik lokasi untuk
tanaman padi sawah, terutama varietas unggul dengan produktivitas setara dengan IR64
atau Ciherang.

Prinsip kerja PUTK ini adalah mengukur hara P dan K tanah yang terdapat dalam
bentuk tersedia, secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).
Pengukuran kada P dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (R),
sedang (S), dan tinggi (TI).
A. Komponen Perangkat
Satu Unit Perangkat Uji Tanah Kering terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan
alat untuk penetapan P, K, bahan organik, pH, dan kebutuhan kapur, (2) bagan warna P dan
pH tanah; bagan K, kebutuhan kapur dan Corganik tanah, (3) Buku Petunjuk Penggunaan
PUTK serta Rekomendasi Pupuk untuk jagung, kedelai dan padi gogo.

B. Cara Penggunaan
1. Pengambilan sampel tanah
a. Persyaratan
Sebelum contoh tanah diambil perlu diperhatikan keseragaman areal atau
hamparan, seperti topografi, tekstur tanah, warna tanah, kondisi tanaman, pengelolaan
tanah, dan masukan seperti pupuk, kapur, bahan organik dll, serta sejarah penggunaan
lahan di areal tersebut. Untuk hamparan yang relatif seragam, satu contoh tanah komposit
dapat mewakili 5 hektar lahan. Pada lahan datar yang dikelola dengan teknologi dan
masukan yang seragam seperti di Jalur Pantura Jawa, bisa lebih luas, berkisar antara 10-
25 hektar.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 13
b. Alat yang digunakan
1. Bor tanah (auger, tabung), cangkul, atau sekop
2. Ember plastik untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
3. Alat suntik (syringe)

c. Cara pengambilan contoh tanah komposit


1. Tentukan titik pengambilan contoh tanah individu dengan salah satu dari empat
cara, yaitu secara diagonal, zig-zag, sistematik atau acak.
2. Contoh tanah sebaiknya diambil dalam keadaan lembab, tidak terlalu basah atau
kering.
3. Contoh tanah individu diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada
kedalaman 0-20 cm.
4. Contoh tanah diaduk merata dalam ember plastik.
5. Contoh tanah lembab yang sudah siap untuk dianalisis diambil dengan syringe
dengan cara: (1) permukaan tanah lembab ditusuk dengan syringe sedalam 5 cm dan
diangkat, (2) bersihkan dan ratakan permukaan syringe, didorong keluar dan potong
contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok stainless, lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi.

d. Hal yang perlu diperhatikan


Contoh tanah tidak boleh diambil dari galengan, selokan, tanah di sekitar rumah
dan jalan, bekas pembakaran sampah atau sisa tanaman atau jerami, bekas timbunan
pupuk, kapur, di pinggir jalan dan bekas peng-gembalaan ternak.

2. Pengukuran kadar hara


Secara garis besar urutan pengukuran kadar hara adalah sebagai berikut:
a. Contoh tanah sebanyak 0,5 g atau 0,5 ml dengan syringe dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
b. Tambahkan pengekstrak kemudian diaduk dengan pengaduk kaca hingga tanahdan
larutan menyatu. Kemudian tambahkan pengekstrak sesuai dengan urutannya.
c. Diamkan larutan sekitar + 10 menit hingga timbul warna. Warna yang muncul pada
larutan jernih dibaca atau dipadankan dengan bagan warna yang disediakan.
d. Status hara P dan K tanah terbagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Untuk hara P diindikasikan oleh warna biru muda hingga biru tua, sedangkan untuk
hara K diindikasikan oleh warna coklat tua, coklat muda, dan kuning.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 14
e. Rekomendasi pemupukan P dan K ditentukan berdasarkan statusmya.
f. Penentuan pH tanah dan rekomendasi teknologi didasarkan kepada kelas pH yang
disetarakan dengan bagan warna.

C. Kapasitas PUTK

Satu unit PUTK dapat digunakan untuk analisis contoh tanah sebanyak ±50 sampel. Jika
PUTK dirawat dan ditutup rapat setelah digunakan maka bahan kimia yang ada di
dalamnya dapat digunakan dengan batas waktu kadaluarsa 1,0-1,5 tahun kemudian. Jika
salah satu atau beberapa pengekstrak dalam PUTK habis, isi ulangnya tersedia di Balai
Penelitian Tanah.

PUTK dapat diperoleh di Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat dan/atau


BPTP di masing-masing propinsi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian & Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 15
VI. ANALISIS JARINGAN TANAMAN

A. Persiapan contoh

Contoh yang berasal dari lapangan sebelum dianalisis terlebih dahulu dicuci
dengan air bebas ion untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran lainnya yang dapat
memberikan kesalahan pada hasil analisis. Contoh tanaman tersebut secepatnya
dikeringkan dalam oven berkipas, bila perlu sebelumnya dipotong-potong agar
pengeringan lebih cepat dan oven diset pada suhu 70 oC.
Contoh yang telah kering kemudian digiling dengan grinder mesin yang
menggunakan filter dengan kehalusan 0,5 mm. Contoh yang telah digiling dimasukkan ke
dalam botol plastik ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi dan diberi nomor urut
sesuai dengan nomor percobaan atau perlakuan. Contoh-contoh tersebut siap untuk
analisis kimia.

B. Penetapan kadar air

Dasar penetapan
Contoh tanaman dipanaskan pada suhu 105oC untuk menghilangkan air selama 4
jam. Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum dan setelah
dikeringkan. Faktor koreksi kelembapan dihitung dari kadar air contoh.
Peralatan
♦ Botol timbang
♦ Neraca analitik
♦ Oven
♦ Eksikator
Cara kerja
Timbang 1,000 g contoh tanaman dengan kehalusan <0,5 mm ke dalam botol
timbang yang telah diketahui bobot kosongnya. Masukan ke dalam oven yang diset 105
o
C selama 4 jam. Angkat, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang kembali.
Perhitungan
Kadar air (%) = kehilangan bobot/bobot contoh asal x 100
Faktor koreksi (fk) = 100/(100 - % kadar air)

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 16
DAFTAR ACUAN
Horwitz, William. (Ed.). 2000. Official Methods of Analysis of AOAC International. 17th
edition, Volume I, Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs. AOAC International,
Maryland USA.

C. Penetapan N-total

Cara pengabuan basah dengan H2SO4


Dasar penetapan
Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan
katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat
ditetapkan dengan cara destilasi atau spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak
dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat
oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway.
Cara spektrofotometri menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru.
Peralatan
♦ Neraca analitik 3 desimal
♦ Tabung digestion & blok digestion
♦ Pengocok tabung
♦ Alat destilasi atau spektrofotometer
♦ Labu didih 250 ml
♦ Erlenmeyer 100 ml
♦ Tabung reaksi
Pereaksi
Destruksi
♦ H2SO4 pekat (95-97 %) p.a.
♦ Campuran selen p.a. (tersedia di pasaran) atau
Buat dengan mencampurkan 1,55 g CuSO4 anhidrat, 96,9 g Na2SO4 anhidrat dan
1,55 g selen kemudian dihaluskan.
Destilasi
♦ Natrium Hidroksida 40 %

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 17
Larutkan 400 g NaOH dalam piala gelas dengan air bebas ion 600 ml, setelahdingin
diencerkan menjadi 1 l.
♦ Asam borat 1%
Larutkan 10 g H3BO3 dengan 1 l air bebas ion.
♦ Penunjuk Conway
Larutkan 0,100 g merah metil (metil red) dan 0,150 g hijau bromkresol
(bromcresol green) dengan 200 ml etanol 96 %.
♦ Larutan baku asam sulfat 1N (titrisol)
♦ H2SO4 4 N
Masukan 111 ml H2SO4 p.a. pekat (95-97 %) sedikit demi sedikit melalui dinding
labu labu ukur 1000 ml yang telah berisi sekitar 700 ml air bebas ion, kocok dan
biarkan menjadi dingin. Tambahkan lagi air bebas ion hingga 1000 ml, kocok.
♦ Larutan baku asam sulfat 0,050 N
Pipet 50 ml larutan baku H2SO4 1 N Titrisol ke dalam labu ukur 1 liter.
Encerkan dengan air bebas ion hingga 1 l. Atau:
Pipet 12,5 ml asam sulfat 4 N ke dalam labu ukur 1 l. Encerkan sampai 1 l dengan
air bebas ion, kocok. Kenormalannya ditetapkan dengan bahan baku boraks.
♦ Penunjuk Conway
Larutkan 0,100 g merah metil (metil red) dan 0,150 g hijau bromkresol (bromcresol
green) dengan 200 ml etanol 96 %.
♦ Asam borat 1%
Larutkan 10 g H3BO3 dengan 1 l air bebas ion.
♦ Batu didih
Buat dari batu apung yang dihaluskan.
Spektrofotometri
♦ Standar 0
Encerkan ekstrak blanko dengan air bebas ion menjadi 50 ml. Jumlah blanko yang
dikerjakan disesuaikan dengan volume standar 0 yang diperlukan.
♦ Standar pokok 1.000 ppm N
Timbang 4,7143 serbuk (NH4)2SO4 p.a. ke dalam labu ukur 1 l. Tambahkan air
bebas ion hingga tepat 1 l dan kocok hingga larutan homogen.
♦ Standar 20 ppm N

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 18
Buat dengan memipet 2 ml standar pokok 1000 ppm N ke dalam labu ukur 100 ml
dan diencerkan dengan standar 0 hingga tepat 100 ml.
♦ Deret standar 0-20 ppm N
Pipet 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml standar N 20 ppm masing-masing ke dalam tabung
reaksi. Tambahkan standar 0 hingga semuanya menjadi 10 ml. Deret standar ini
memiliki kepekatan 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ppm N. Lakukan pengocokan pada
setiap pencampuran.
♦ Larutan Na-fenat
Timbang 100 gram serbuk NaOH p.a. dan dilarutkan secara perlahan sambil diaduk
dengan sekitar 500 ml air bebas ion di dalam labu ukur 1 l. Setelah dingin tambahkan
125 gram serbuk fenol dan aduk hingga larut. Diencerkan dengan air bebas ion sampai
1 l.
♦ Larutan sangga Tartrat
Timbang 50 gram serbuk NaOH p.a. dan larutkan secara perlahan sambil diaduk
dengan sekitar 500 ml air bebas ion di dalam labu ukur 1 l. Setelah dingin tambahkan
50 g serbuk K, Na-tartrat dan aduk hingga larut. Encerkan dengan air bebas ion
sampai 1 l.
♦ Natrium hipoklorit (NaOCl) 5 %
Cara kerja
Destruksi contoh
• Timbang 0,250 g contoh tanaman <0,5 mm ke dalam tabung digestion.
• Tambahkan 1 g campuran selen dan 2,5 ml H2SO4 p.a. Campuran diratakan dan
biarkan satu malam supaya diperarang. Siapkan pula blanko dengan memasukkan
hanya 1 g campuran selen dan 2,5 ml H2SO4 p.a. ke dalam tabung digestion.
• Esoknya dipanaskan dalam blok digestion hingga suhu 350 oC. Destruksi selesai
bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam).
• Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas
ion hingga tepat 50 ml. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel
mengendap. Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi
atau cara kolorimetri.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 19
Pengukuran N

Pengukuran N dengan cara destilasi

Pipet 10 ml ekstrak contoh ke dalam labu didih. Tambahkan sedikit serbuk batu
didih dan aquades hingga setengan volume labu. Siapkan penampung NH3 yang
dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1 % ditambah 2 tetes indikator
Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi.
Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih
yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Destilasi hingga volume penampung mencapai
50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah
muda. Catat volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb). Cara ini seperti penetapan N-
Kjeldahl contoh tanah dan dapat dijadikan metode acuan.

Pengukuran N dengan spektrofotometer

Pipet 1 ml ekstrak contoh ke dalam tabung reaksi, tambahkan 9 ml air bebas ion
dan kocok dengan pengocok tabung. Pipet ke dalam tabung reaksi masingmasing 2 ml
ekstrak encer dan deret standar. Tambahkan berturut-turut larutan sangga Tartrat dan Na-
fenat masing-masing sebanyak 4 ml, kocok dan biarkan 10 menit. Tambahkan 4 ml NaOCl
5 %, kocok dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 636 nm setelah
10 menit sejak pemberian pereaksi ini.
Catatan: warna biru indofenol yang terbentuk kurang stabil. Upayakan agar diperoleh
waktu yang sama antara pemberian pereaksi dan pengukuran untuk setiap deret standar
dan contoh.

Perhitungan
Cara destilasi:
Kadar N (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 50 ml 10 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= (Vc - Vb) x N x 14 x 50/10 x 100/250 x fk
= (Vc - Vb) x N x 28 x fk
Keterangan:
Vc, b = ml titar contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 20
14 = bobot setara Nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
Cara spektrofotometri:
Kadar N (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/250 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,2 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = konversi ke %
fp = faktor pengenceran (10)
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
51
DAFTAR ACUAN
Council on Soil Testing and Plant Analysis. 1980. Hand Book of reference methode for
soil testing (revised edition). Horwitz, William. (ed.). 2000. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 17th edition, Volume I, Agricultural Chemicals,
Contaminants, Drugs. AOAC International, Maryland USA.

Jones Jr., J.B.1984. Laboratory guide of exercises in conducting soil tests and plant
analysis. Benton Laboratories, INC, Athens. Georgia.

Lembaga Penelitian Tanah. 1978. Penuntun Analisa Tanaman. Publikasi L.P.T. No.
9/71.

Lisle, L., J. Gaudron and R. Lefroy. 1990. Laboratory Techniques for Plant and Soil
Analysis. UNE-ACIAR- Crawford Fund. Department of Agronomy and Soil Science,
University of New England, Armidale, Australia.and Australian Centre for
International Agricultural Research.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 21
D. Penetapan unsur hara makro dan mikro

Cara pengabuan basah dengan HNO3 dan HClO4

Dasar penetapan

Unsur hara makro dan mikro total dalam tanah dapat diekstrak dengan cara
pengabuan basah menggunakan campuran asam pekat HNO3 dan HClO4. Kadar unsur
makro dan mikro dalam ekstrak diukur menggunakan spektrofotometer serapan atom
(SSA), fotometer nyala dan spektrofotometer.
Peralatan
♦ Neraca analitik 3 desimal
♦ Tabung digestion & blok digestion
♦ Pengocok tabung
♦ Dispenser.
♦ Tabung reaksi
♦ Spektrophotometer UV-VIS
♦ SSA
♦ Fotometer nyala
Pereaksi
♦ HNO3 pekat (65 %) p.a.
♦ HClO4 pekat (60 %) p.a.
♦ Standar 0 (larutan HClO4 0,6 %)
Pipet 1 ml HClO4 pekat (60 %) ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi air bebas
ion kira-kira setengahnya, goyangkan dan tambahkan lagi air bebas ion hingga tepat
100 ml (pengenceran 100 x).
♦ Pereaksi P pekat
Larutkan 12 gram (NH4)6 Mo7O24.4H2O dalam 100 ml air. Tambahkan 140 ml
H2SO4 pekat dan 0,227 g K (SbO)C4H4O6.0,5 H2O. Jadikan 1 l dengan air bebas
ion.
♦ Pereaksi pewarna P

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 22
Campurkan 1,06 g asam askorbat dan 100 ml pereaksi P pekat, kemudian dijadikan
1 l dengan air murni. Pereaksi P ini harus selalu dibuat baru.
♦ Standar induk PO4 1.000 ppm (titrisol)
Pindahkan secara kuantitatif larutan standar induk PO4 Titrisol di dalam ampul
ke dalam labu ukur 1 l. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda
garis, kocok.
♦ Standar induk PO4 200 ppm
Pipet 50 ml standar induk PO4 1000 ppm titrisol ke dalam labu 250 ml.
Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis lalu kocok.
♦ Standar PO4 20 ppm
Pipet 10 ml standar PO4 200 ppm ke dalam labu 100 ml, impitkan dengan
standar 0.
♦ Deret standar PO4 ( 0-20 ppm)
Pipet berturut turut 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 ml standar 20 ppm PO4 ke dalam
tabung reaksi. Tambahkan standar 0 sehingga volume masing-masing menjadi
10 ml. Deret standar ini memiliki kepekatan: 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ppm P
♦ Standar pokok S 1.000 ppm
Timbang 5,4459 g K2SO4 p.a. (kering 105 oC) ke dalam labu ukur 1 l.
Larutkan dan impitkan dengan air bebas ion hingga 1 liter.
♦ Standar S 50 ppm
Pipet 5 ml standar S 1.000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan
berturut-turut air bebas ion hingga setengahnya dan secara perlahan 1 ml
HClO4 pekat. Tambahkan lagi air bebas ion hingga tanda tera 100 ml dan
kocok hingga homogen.
♦ Deret standar S (0-50 ppm)
Pipet standar S 50 ppm sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dijadikan 10 ml dengan larutan HClO4
0,6 %. Deret standar ini memiliki kepekatan: 0; 5; 10; 20; 30; 40; 50 ppm S
♦ Larutan BaCl2-Tween
Timbang 3 g serbuk BaCl2 p.a. ke dalam botol kocok 250 ml, tambahkan 4 ml
Tween 80 dan botol digoyangkan agar campuran merata. Campuran dibiarkan
semalam, selanjutnya ditambah 100 ml air bebas ion dan dikocok selama 2 jam

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 23
hingga serbuk BaCl2 terlarut sempurna. Biarkan semalam sebelum digunakan.
♦ Larutan asam campur
Ke dalam labu ukur 1 l yang berisi air bebas ion kira-kira setengahnya,
tambahkan secara perlahan berturut-turut 50 ml CH3COOH glasial (100 %)
p.a., 20 ml HCl pekat (37 %) p.a. dan 20 ml H3PO4 pekat (70 %) p.a., kemudian
diimpitkan dengan air bebas ion menjadi 1 l.
♦ Standar campur 250 ppm K, 100 ppm Na, 50 ppm Mg, 250 ppm Ca.
Pipet masing-masing:
25,0 ml standar pokok 1.000 ppm K
10,0 ml standar pokok 1.000 ppm Na
25,0 ml standar pokok 1.000 ppm Ca
5,0 ml standar pokok 1.000 ppm Mg
Campurkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan perlahan 1 ml HClO4 pekat,
kemudian diimpitkan dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml.
♦ Deret standar campur K (0-250 ppm), Na (0-100 ppm), Ca (0-250 ppm), dan Mg (0-50
ppm)
Pipet standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dijadikan 10 ml dengan larutan HClO4
0,6 %.
Deret standar campuran akan memiliki kepekatan:
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6
0 25 50 100 150 200 250 ppm K
0 10 20 40 60 80 100 ppm Na
0 25 50 100 150 200 250 ppm Ca
0 5 10 20 30 40 50 ppm Mg
♦ Larutan La 2,5 %
Timbang 66,8376 g LaCl3.7H2O, dilarutkan dengan air bebas ion ditambahkan
10 ml HCl 25% kemudian diimpitkan tepat 1 l.
♦ Larutan La 0,25 %
Larutan La 2,5 % diencerkan 10 x dengan air bebas ion.
♦ Standar pokok Fe, Al, Mn, Cu, dan Zn masing-masing 1.000 ppm
Gunakan larutan standar titrisol.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 24
♦ Deret standar Al (0-50 ppm)
Pipet masing-masing 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10,0 ml standar pokok Al 1.000 ppm ke
dalam labu ukur 200 ml. Tambahkan perlahan 1 ml HClO4 pekat dan impitkan
dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml. Deret standar ini memiliki kepekatan:
0; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm Al
♦ Standar campur Fe (100 ppm), Mn (100 ppm), Cu (50 ppm) dan Zn (25 ppm)
Pipet masing-masing:
10,0 ml standar pokok 1.000 ppm Fe
10,0 ml standar pokok 1.000 ppm Mn
5,0 ml standar pokok 1.000 ppm Cu
2,5 ml standar pokok 1.000 ppm Zn
Campurkan dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan perlahan 1 ml HClO4 pekat
dan impitkan dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml.
♦ Deret standar campur Fe (0-100 ppm), Mn (0-100 ppm), Cu (0-50 ppm), dan Zn (0-25
ppm)
Pipet standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml dan masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan standar 0 hingga
volume setiap tabung menjadi 10 ml.
♦ Standar campur Fe (10 ppm), Mn (10 ppm), Cu (5 ppm), dan Zn (2,5 ppm)
Pipet 10 ml standar campur Fe (100 ppm), Mn (100 ppm), Cu (50 ppm), dan Zn
(25 ppm) ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan perlahan 1 ml HClO4 pekat
dan impitkan dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml.
♦ Deret standar campur Fe (0-10 ppm), Mn (0-10 ppm), Cu (0-5 ppm), dan Zn (0-2,5
ppm)
Pipet standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml dan masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan standar 0 hingga
volume setiap tabung menjadi 10 ml, kocok.
Deret standar campuran akan memiliki kepekatan:
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6
0 1 2 4 6 8 10 ppm Fe
0 1 2 4 6 8 10 ppm Mn
0 0,5 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 ppm Cu

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 25
0 0,25 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 ppm Zn
♦ Larutan standar 100 ppm B
Timbang 0,2857g serbuk H3BO3 p.a. ke dalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan
dengan air bebas ion hingga tepat 500 ml.
♦ Larutan standar 2 ppm B
Pipet 2 ml larutan standar 100 ppm B ke dalam labu ukur 100 ml. Diencerkan
dengan larutan standar 0 hingga 100 ml.
♦ Deret standar 0-2 ppm B
Pipet berturut turut 0; 1; 2; 3 dan 4 ml standar 2 ppm B ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan standar 0 sehingga volume masing-masing menjadi 4 ml. Deret
standar ini mengandung: 0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 ppm B
♦ Larutan sangga
Larutkan 100 g NH4-Asetat, 10 g EDTA-4Na dan nitrilotriaceticacid
(NTA) dengan 160 ml air bebas ion di dalam botol plastik. Ditambahkan
perlahan 50 ml asam asetat glasial dan diaduk hingga homogen.
♦ Azomethine-H
Larutkan 0,25 g azomethine-H dan 1 g asam askorbat dengan sekitar 25 ml air
bebas ion di dalam erlenmeyer plastik 50 ml. Erlenmeyer direndam dalam air
panas hingga larutan menjadi jernih. Simpan pereaksi ini dalam botol plastik
berwarna gelap.

Cara kerja

Timbang 0,500 g contoh tanaman <0,5 mm ke dalam tabung digestion.


Ditambahkan 5 ml HNO3 p.a. dan 0,5 ml HCLO4 p.a. dan biarkan satu malam. Besoknya
dipanaskan dalam digestions blok dengan suhu 100 oC selama satu jam, kemudian suhu
ditingkatkan menjadi 150 oC. Setelah uap kuning habis suhu digestion blok ditingkatkan
menjadi 200 oC. Destruksi selesai setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih
0,5 ml. Tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Ekstrak diencerkan dengan air bebas ion
hingga volume tepat 50 ml dan kocok dengan pengocok tabung hingga homogen. Ekstrak
ini dapat digunakan untuk pengukuran unsur-unsur makro: P, K, Ca, Mg, Na, S, dan unsur-
unsur mikro: Fe, Al, Mn, Cu, Zn, dan B.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 26
Pengukuran P

Pipet masing-masing 1 ml ekstrak contoh ke dalam tabung kimia. Tambahkan 9


ml air bebas ion dan kocok (pengenceran 10x). Dipipet masing-masing 2 ml ekstrak encer
contoh dan deret standar P (0-20 ppm PO4) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan
10 ml pereaksi pewarna P. Kocok dengan pengocok tabung sampai homogen dan biarkan
30 menit. P dalam larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang
693 nm.

Pengukuran K, Ca, Mg dan Na

Pipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke dalam tabung kimia dan
ditambahkan 9 ml larutan La 0,25 %. Kocok dengan menggunakan pengocok tabung
sampai homogen. Ca dan Mg diukur dengan SSA sedangkan K dan Na diukur dengan alat
fotometer nyala dengan deret standar sebagai pembanding.

Pengukuran S

Pipet masing-masing 1 ml ekstrak dan deret standar S ke dalam tabung kimia.


Ditambahkan masing-masing 7 ml asam campur dan 2,5 ml larutan BaCl2- tween
kemudian kocok dengan pengocok tabung sampai homogen. Biarkan 30 menit dan
kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm.
Pengukuran Fe, Al, Mn, Cu dan Zn Fe, Al, Mn, Cu, dan Zn diukur langsung dari
ekstrak contoh menggunakan SSA. dengan deret standar masing-masing sebagai
pembanding. Al menggunakan nyala campuran gas N2O-asetilen, sedangkan yang
lainnya menggunakan nyala campuran udara-asetilen.

Pengukuran boron

Pipet masing-masing 4 ml ekstrak contoh dan deret standar boron ke dalam tabung
reaksi. Tambahkan 1 ml larutan sangga dan kocok. Kemudian tambahkan 1 ml
Azomethine-H, kocok dan biarkan 1 jam. Boron dalam larutan diukur dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 430 nm.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 27
Perhitungan
Kadar P (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x B.A. P /B.M. PO4 x fp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x 31/95 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x 31/95 x fk
Kadar K, Ca, Mg dan Na (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x fk
Kadar S (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/500 x fk
= ppm kurva x 0,01 x fk
Kadar Fe, Al, Mn, Cu, Zn, dan B ( ppm )
= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 1000 g g contoh-1 x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 1.000/0,5 x fk
= ppm kurva x 100 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = faktor konversi ke %
1000 = faktor konversi ke ppm (mg/kg)
fp = faktor pengenceran (10)
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

DAFTAR ACUAN
Council on Soil Testing and Plant Analysis. 1980. Hand Book of reference methode for
soil testing (revised edition). Horwitz, William. (Ed.). 2000. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 17th edition, Volume I, Agricultural Chemicals,
Contaminants, Drugs. AOAC International, Maryland USA.

Jones Jr., J.B.1984. Laboratory guide of exercises in conducting soil tests and plant
analysis. Benton Laboratories, INC, Athens. Georgia.

Lembaga Penelitian Tanah. 1978. Penuntun Analisa Tanaman. Publikasi L.P.T. No.
9/71.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 28
Lisle, L., J. Gaudron and R. Lefroy. 1990. Laboratory Techniques for Plant and Soil
Analysis. UNE-ACIAR- Crawford Fund. Department of Agronomy and Soil Science,
University of New England, Armidale, Australia.and Australian Centre for
International Agricultural Research.

Walsh, L.M. and J.D. Beaton. 1973. Soil Testing and Plant Analysis edition. Soil
Sci.Soc.Am., Madison,Wisconsin.

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 29
VII. PERCOBAAN PEMUPUKAN

Percobaan pada Polybag dengan Metode kultur Mischerlich (plus – one test)
Pelaksanaan Percobaan

Minggu I. Pengambilan sampel tanah

Pengambilan sampel tanah untuk penilaian kesuburan tanah dilakukan dengan


cara;

a. Pemilihan tempat pengambilan sampel tanah yang representatif.


b. Pengambilan sampel tanah secara sigsag pada suatu hamparan sebanyak ± 1 kg
pada setiap tempat pengambilan sampel (sub sampel) dengan kedalaman
pengambilan sampel tanah 0 – 20 cm untuk penilaian kesuburan tanah tanaman
semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan sampai kedalaman 60 cm .
c. Setiap sub sampel tanah kemudian dikompositkan dan dihomogenkan,
selanjutnya diambil ± 1 kg untuk dijadikan sampel tanah yang akan dikirim ke
laboratorium.
d. Sampel tanah yang sampai di laboratorium, dikering anginkan kemudian diayak
dengan ayakan berdiameter lubang 2 mm.
e. Setiap sampel hasil ayakan selanjutnya ditetapkan kadar airnya. Kadar air tersebut
akan digunakan sebagai faktor koreksi pada setiap penetapan hara selanjutnya.
Pada tahap ini sampel tanah sudah siap untuk dianalisis kadar haranya (disimpan
dalam tabung koleksi).
Bahan yang digunakan
a. Pupuk kandang (mis. kotoran sapi) secukupnya sesuai perlakuan
b. Pupuk Urea, SP36 dan KCl secukupnya sesuai perlakuan
c. Bibit tanaman (jagung atau kedelai) secukupnya sesuai perlakuan
Pengamatan
a. Gejala visual tanaman
b. Tinggi tanaman
c. Jumlah daun
d. Berat segar tanaman setelah panen
e. Berat kering tanaman setelah panen
f. Foto tanaman ( bandingkan antar perlakuan)

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 30
g. Kadar hara N, P, dan K dalam tanah di lapangan (menggunakan soil test kit, soil
tester sensor) dan di laboratorium.
h. Analisa jaringan tanaman (N, P dan K) sesuai prosedur pada buku Petunjuk
Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk (Balai Penelitian Tanah,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dep.Pertanian 2005)
Panen
a. Panen dilakukan setelah tanaman mencapai pertumbuhan vegetatif maksimum
b. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tepat diatas permukaan tanah.
c. Hasil panen dibersihkan dari kotoran yang menempel.
d. Hasil penen ditimbang berat segarnya lalu dimasukkan dalam kantong kertas
e. Hasil panen selanjutnya di keringkan dengan oven pada suhu antara 65 – 70 oC,
setelah kering ditimbang.
f. Untuk keperluan analisa jaringan tanaman, bahan tanaman yang sudah kering
dihaluskan, lalu diekstrak untuk mengetahui kadar hara N, P dan K dalam jaringan
tanaman.

Pembuatan Laporan

Laporan dibuat memuat: Pendahuluan, Bahan dan alat, Hasil dan pembahasan,
Kesimpulan, Daftar Pustaka.

Contoh perhitungan Pupuk


Pupuk yg dipakai = berat tanah (5 kg)/2000.000 kg X takaran pupuk (mis.100 kg)
Pemupukan diberikan semua pada saat tanam, kecuali pupuk kandang diberikan 1
minggu sebelum tanam

Susunan perlakuan dan takaran pupuk yang digunakan pada tanaman Kedelai
(Grobogan dan Anjasmoro) atau Jagung (Hibrida dan Pulut)

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 31
Perlakuan disusun secara acak lengkap, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
No. Perlakuan Pupuk kandang Pupuk Urea Pupuk SP36 Pupuk KCl
(ton ha-1) (kgha-1) (kgha-1) (kgha-1)
1 Kontrol (tanpa 0 0 0 0
dipupuk)
2 N 0 200 0 0
3 N+BO 5 200 0 0
4 N+P 0 200 150 0
5 N+K 0 200 0 100
6 N+P+K 0 200 150 100
7 N+P+K+BO 5 200 150 100
8 N 0 100 0 0
9 N+BO 10 100 0 0
10 N+P 0 100 150 0
11 N+K 0 100 0 100
12 N+P+K 0 100 150 100
13 N+P+K+BO 10 100 150 100
14 BO 10 0 0 0
15 BO 15 0 0 0
16 N+BO 15 50 0 0
17 N+BO 15 50 0 0
18 N+P+K+BO 15 50 150 100
Ket: Kelas A – C untuk perlakuan masing-masing nomor 1 – 9
Kelas E – F untuk perlakuan masing-masing nomor 10 – 15
Kelas D untuk perlakuan nomor 16 - 18

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 32
BAB VII FORMAT LAPORAN
Sampul
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Kata Pengantar
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Kegunaan
II. Tinjauan Pustaka
A. Jenis Tanah
B. Pupuk dan Pemupukan
a. Jenis dan Sifat Pupuk
b. Aplikasi Pemupukan
C. Tanaman Jagung
III. Metode Praktikum
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Metode Praktikum
D. Parameter Pengamatan
1. Pertumbuhan dan produksi jagung
a. Tinggi Tanaman (cm)
b. Jumlah Daun (helai)
c. Berat Segar dan Berat Kering (gr)
2. Gejala Fisiologi tanaman, (termasuk warnanya)
3. Kondisi Kesuburan Tanah (Kadar N, P, dan K)
IV. Hasil dan Pembahasan

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 33
A. Jenis Pupuk (tabel dan foto)
No. Nama Pupuk Kadar Warna Bentuk Sifat
(%)
……… ……… ……… ………
……… ……… ……… ………
……… ……… ……… ………

B. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman (penyajiannya


dalam bentuk grafik dan foto).
C. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan terhadap Penampakan Fisik Tanaman (Gejala)
(Penyajiannya dalam bentuk tabel & Foto).
D. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan terhadap Kondisi Kesuburan Tanah
V. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran (tentang hasil praktikum & pelaksanaan praktikum)

Daftar Pustaka
Minimal 3 teks books, dan 5 jurnal lima tahun terakhir (jurnal internasional dan Jurnal
nasional)

Lampiran

Catatan :
Laporan Dikumpul pada saat Final MK Kimia dan Kesuburan Tanah

Modul Praktikum Mk. Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Unhas 34

Anda mungkin juga menyukai