1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
i
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………68
6.2 Saran…………………………………………………………………………...69
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….70
LAMPIRAN………………………………………………………………………...77
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
4. Karakteristik Responden……………………………………………………….. 54
9. Rata – Rata biaya tetap (Fix Cost) Usahatani selada organik pada kelompok tani
60
10. Total dan Rata – Rata Biaya Variabel 15 Responden Usahatani selada organik
Magelang……….. 62
11. Rincian biaya rata - rata dan konversi biaya tenaga kerja/1000M 2 pada 15
Magelang……………..……………..……………..……………..……………..
64
iii
12. Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Rata – Rata petani selada organik pada
65
13. Rata – Rata Pendapatan Usahatani Selada Organik pada kelompok tani
……….. 66
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Luas Lahan Pertanian Organik…………………………………………….. 3
2. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
cenderung selektif dalam hal keamanan serta kesehatan pangan. Masyarakat mulai
masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih makanan yang tidak berbahaya
bagi kesehatan serta ramah lingkungan. Tren kehidupan masyarakat yang peduli
dengan kesehatan dan keamanan pangan menjadikan alasan masyarakat masa kini
budidaya yang yang tidak menggunakan bahan kimia seperti pupuk kimia,
pestisida dan zat tumbuh lainnya, sehingga merupakan pilihan yang tepat untuk
sumber daya alam, tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida kimiawi yang
bahan – bahan alami lokal di sekitar lingkungan, seperti pupuk kandang dan
pupuk kimia secara berlebihan. Penggunaan tanaman herbal seperti cabai, kunyit,
jahe, daun nimba, daun tembakau, dan bengkuang yang berperan sebagai agen
alami untuk membunuh hama dan penyakit, seperti gulma, serangga, tikus, dan
yang berlebihan.
pertanian organik yang disusun oleh Departemen Pertanian pada tahun 2007,
sumber daya lokal dan meningkatkan nilai tambah produk serta meningkatkan
2
Perkembangan pertanian organik di Kabupaten Magelang khususnya
sayuran organik dimulai dengan kesadaran petani yang mulai paham efek
penggunaan pestisida dan pupuk kimia bagi lahan yang digunakan untuk
sekitar lahan budidaya. Hasil pengujian tanah yang dilakukan oleh Departemen
Jawa Tengah pada Tahun 2004 menunjukkan kandungan N total rendah sampai
di Kabupaten Magelang yang banyak memakai pupuk kimia sebagai bahan baku
terkandung dalam tanah dan memiliki kandungan mineral alofan yang cukup
sayuran organik pada masyarakat provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta menuntut perlunya perluasan lahan untuk sayuran organik yang lebih
luas lagi untuk mencukupi kebutuhan pangan di provinsi Jawa Tengah dan
3
Kabupaten penyangga Provinsi D.I Yogyakarta harus memperluas lahan yang
tambahan dalam hidangannya. Selada organik memiliki harga jual yang lebih
kg di pasar tradisional, sedangkan pada pasar modern harga selada daun memiliki
Salah satu kelompok tani yang bergerak dibidang pertanian organik adalah
tani yang menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi dalam menjual
Sumberjaya mensuplai kebutuhan sayuran untuk kota Yogyakarta dan sudah mem
memiliki lahan seluas 4 hektar dengan 1,5 hektar tanah yang dimiliki digunakan
4
sebagai lahan budidaya selada organik. Dalam bidang pertanian hortikultura khus
15 jenis sayuran tiap tahunnya dengan lahan seluas 4 hektar dan menghasilkan
produksi selada organik yang sering kali tidak memenuhi target produksi yang
organik selalu tinggi. Permintaan dan produksi selada organik tersebut dapat
tinggi sedangkan produksi selada organik tidak memenuhi target produksi dan
kebutuhan selada organik setiap bulannya. Fakta inilah yang membuat kelompok
Tani Sumberjaya menemui masalah baru yaitu kelompok Tani Sumberjaya belum
5
mampu memenuhi kesejahteraan petani yang tergabung dalam kelompok Tani
terbatasnya lahan yang digunakan oleh petani untuk melakukan usaha budidaya
selada organik sehingga berdampak pada kurang nya penerimaan petani yang
pada pendapatan yang diterima oleh petani. Salah satu solusi dari permasalahan
Kelompok Tani tersebut adalah program perluasan lahan budidaya yang dilakukan
oleh kelompok tani Sumberjaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan skala
tani Sumberjaya.
Sumberjaya ?
Sumberjaya ?
6
1. Menganalisis biaya usahatani selada organik di Kelompok Tani Sumberjaya.
Sumberjaya.
Sumberjaya.
3. Manfaat bagi pembaca yaitu dapat menjadi referensi bacaan guna memperluas
dan keuntungan.
pada kelompok tani sumberjaya. Ruang lingkup penelitian ini yaitu mengenai
7
Ratio, B/C Ratio, BEP atas dasar produksi, dan BEP atas dasar harga terhadap
Kabupaten Magelang. Harga yang menjadi acuan yaitu harga yang berlaku pada
saat penelitian. Jenis selada yang dijadikan objek penelitian yaitu selada organik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hasil perkebunan, buah-buahan, bunga, tanaman tanaman hias, hasil ternak, hewan
dan ikan.
menghasilkan produk primer yang dapat dikonsumsi langsung atau diolah terlebih
dahulu oleh industri untuk kemudian menghasilkan produk setengah jadi atau
produk, dan skala budidaya yang digunakan dalam usahatani. Pelaku kegiatan
8
yang termasuk dalam subsistem usahatani adalah petani, peternak, pengusaha
Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga fondasi atau modal
dasar dari kegiatan usahatani (Soekartawi, 1986). Tiga modal dasar tersebut
adalah petani, lahan dan komoditas. Dari pengertian tersebut, petani memiliki
ikan ataupun ternak. Ketiga fondasi utama dalam sahatani ini harus mampu
berjalan dengan baik dan beriringan agar didapatkan hasil usahatani yang
memuaskan.
2.2 Usahatani
ilmu yang mempelajari tentang proses petani mengusahakan input atau faktor-
faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida)
dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk memperoleh produksi yang tinggi
mengoptimalkan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha budidaya
agar memperoleh hasil tertinggi. Sumber daya yang dimaksud, antara lain lahan,
9
Besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya
merupakan hasil yang didapatkan oleh petani dari penjualan produk yang dijual
oleh petani.
dengan harga jual yang berlaku di pasaran, sedangkan pengeluaran atau biaya
usahatani adalah nilai pemakaian sarana produksi dan lain – lain yang dibebankan
kepada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan, ada
faktor lain yang perlu diperhitungkan, terutama nilai penggunaan barang dan jasa
yang dihasilkan dan diperoleh dari usahatani itu sendiri. Biaya yang
adalah seluruh nilai produk usahatani lengkap selama periode waktu tertentu,
sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang digunakan dalam
Istilah produk organik bukan sesuatu yang asing bagi masyarakat, mulai
dari makanan organik, sayur organik, beras organik, buah organik bahkan sampai
10
ayam atau sapi organik. Di pasar dan supermarket kita bisa mendapatkan hasil –
hasil pertanian dengan label organik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa
dalam banyak hal untuk memperoleh produk organik orang harus membayar lebih
beda. Ada yang menyebut sebagai pertanian lestari, pertanian ramah lingkungan,
pada Tahun 1940 dalam bukunya yang berjudul “Look to the Land ”. Northbourne
organik untuk kesuburan lahan, tetapi juga kepada konsep merancang dan
daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman
dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan
return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua
jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah
11
pada tanaman. Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan
menyediakan makanan untuk tanaman ( feeding the soil that feeds the plants) dan
bercocok tanam yang ramah atau akrab dengan lingkungan dengan cara berusaha
meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar dengan ciri utama pertanian
organik yaitu menggunakan varietas lokal, pupuk, dan pestisida organik dengan
a. Lokasi, lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan batas
c. Bahan tanaman (Benih/bibit) bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan
tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun zat pengatur tumbuh.
12
e. Perlindungan tanaman menggunakan pengaturan sistem tanam/pola tanam ,
f. Pengelolaan produk harus terpisah dari produk non organik dan tidak
(anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian organik harus
mempunyai rasa cinta terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau
mengenal alam dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang sesuai
Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah
untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lainnya, karena berkaitan
dengan varietas yang ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan
tanah, suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu jenis hama
dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam,
13
Kementerian Pertanian (2007) dalam Road Map Pengembangan Pertanian
dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman).
makanan ternak.
pertanian tanpa melibatkan bahan kimia buatan, seperti pupuk kimia, pestisida
kimia, dan zat-zat pengatur tubuh. Pertanian organik disamakan dengan pertanian
14
(khususnya kandungan fenol dan asam salisilat), kandungan vitamin C dan
mineral lebih banyak (khususnya pada sayur dan buah), dan seratus persen tidak
1) Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan
sistem pengelolaan yang sulit, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
membutuhkan biaya yang cukup besar akan tetapi pada awal penerapan sistem
pertanian ini biasanya mengalami kerusakan atau bahkan kegagalan panen (Yanti,
2006 : 27).
budidaya yang efisien, salah satunya penggunaan pupuk dengan cara membuat
sendiri dengan bahan yang sudah tersedia di sekitar daerah budidaya, sehingga
15
2.3.4 Standar Budidaya Sayuran Organik
Secara ringkas standar budidaya yang digunakan pada sayuran organik
adalah:
sedikit 2 (dua) tahun sebelum penebaran benih, paling sedikit 3 (tiga) tahun
sebelum panen hasil pertama produk organik atau paling sedikit 12 (dua belas)
2. Benih harus berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan secara organik dan tidak
3. Sumber air tidak terkontaminasi oleh bahan kimia sintetis dan cemaran lain.
menggunakan bahan kimia sintetis dan organisme atau produk hasil rekayasa
Menurut beberapa penelitian, produk sayuran yang tercemar pestisida dan pupuk
16
konsumen dan daya saing pemasaran. Sekalipun belum terdapat data resmi
sayuran yang mengandung residu pestisida dan pupuk kimia sintetik di Indonesia,
namun sudah saatnya bertindak arif dan bijaksana dalam menggunakan bahan-
menghormati siklus alam. Tanaman organik harus dipelihara di tanah yang aman,
tidak dimodifikasi secara genetis dan harus selalu terpisah dari produk
pupuk buatan.
berlabel organik, residu pestisida tanaman organik tidak selalu nol karena
pestisida masih dapat masuk melalui angin, air atau tanah. Agar mendapatkan
label organik, sebuah produk makanan olahan harus mengandung paling sedikit
komoditas ini sangat besar, karena itu perlu dimanfaatkan dan dikelola secara baik
2011).
17
Dalam produksi dan pengolahan pertanian organik (termasuk peternakan
dan perikanan) ada masa transisi dari metode konvensional (penggunaan bahan
pertanian organik dari residu kimia. Prinsip ini tidak berlaku untuk daerah atau
1. Pengelolaan.
2. Luasan lahan.
terjaga dalam pertanian organik. Untuk itu diperlukan batasan lahan yang
3. Asupan.
18
6. Kontaminasi
7. Reproduksi
8. Pemanenan
besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan dan kalium sehingga berkhasiat
dalam menjaga keseimbangan tubuh (Aini et al., 2010 : 25). Haryanto et al.
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman
20-50 cm. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar.
19
Akar berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
Daun selada memiliki bentuk bulat dengan panjang 25 cm dan lebar 15 cm.
Selada memiliki warna daun yang beragam yaitu hijau segar, hijau tua dan pada
kultivar tertentu ada yang berwarna merah. Daun bersifat lunak dan renyah, serta
memiliki rasa gak manis. Bunga berwarna kuning terletak pada rangkaian yang
dibeli di toko-toko pertanian, namun dapat juga disiapkan sendiri dengan memilih
biji yang tua dan sehat (Barmin, 2010 : 23). Biji tanaman selada berbentuk
lonjong pipih, berbulu, berwarna coklat. Biji selada merupakan biji tertutup dan
berkeping dua, serta dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan
Yamaguchi,1998 : 143).
atau selada telur (mempunyai krop bulat dengan daun saling merapat menyerupai
telur batangnya sangat pendek, hampir tidak kelihatan, rasanya lunak dan renyah).
besar dan warnanya hijau tua agak gelap, jenis selada ini tergolong lambat
20
tepiannya berombak/bergerigi serta berwarna hijau, tidak membentuk krop.
genjah dan toleran terhadap kondisi dingin). Selada batang (daun berukuran besar
mengandung pasir atau lumpur. pH tanah yang diinginkan antara 5-6,5. Daerah
yang sesuai untuk penanaman selada berada pada ketinggian 500-2.000 m di atas
permukaan laut (dpl) (Pracaya, 2004: 90). Suhu optimum bagi pertumbuhan
selada adalah 15-250C (Aini et al., 2010: 25). Waktu tanam terbaik adalah pada
akhir musim hujan, walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau
dengan pengairan atau penyiraman yang cukup (Supriati dan Herliana, 2011 :
101).
Hasil selada yang cukup tinggi dan berkualitas baik dapat diperoleh
dengan memperhatikan syarat tumbuh yang ideal, serta pemeliharaan yang baik,
diantaranya suplai unsur hara. Selada dikonsumsi dalam bentuk segar, maka
budidayanya harus bebas dari penggunaan bahan kimia, baik pupuk maupun
pestisida kimia, artinya dalam budidaya selada harus secara organik. Pupuk
organik sangat sesuai untuk tanaman sayuran karena pupuk organik mengandung
unsur makro dan mikro yang lengkap, meskipun dalam jumlah yang sedikit
1. Persiapan lahan
21
Berapapun lamanya masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai
pada saat produksi telah mendapat sistem pengawasan, jika seluruh lahan tidak
menggunakan tehnik yang dijinkan. Jika seluruh lahan pertanian tidak dapat
unit.
Areal yang dalam proses konversi, dan areal yang telah dikonversi untuk
produksi pangan organik tidak boleh diubah (kembali seperti semula atau
dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan dengan cara
dalam tanah baik dalam bentuk kompos maupun tidak, dari unit produksi. Produk
samping peternakan, seperti kotoran hewan, boleh digunakan apabila berasal dari
2. Pembenihan
Benih dan bibit harus berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan dengan cara-cara
alamiah tanpa rekayasa genetik yang tidak sesuai, dalam standar ini paling sedikit
satu generasi atau 2 musim untuk tanaman semusim. Bila operator dapat
menunjukkan pada otoritas/lembaga sertifikasi resmi bahwa benih dan bibit yang
mengijinkan bahwa ada tahap awal dapat digunakan benih atau bibit tanpa
perlakuan, atau bila tidak tersedia, dapat digunakan benih dan bibit yang sudah
22
mendapat perlakukan tertentu. Otoritas kompeten dapat menetapkan kriteria untuk
yaitu bahan penyubur tanah yang mengandung mikroorganisme atau sel hidup
hara guna mendukung pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis mikroba yang umum
fosfat, dan mikrooganisme penghasil hormon tumbuh. Di samping itu ada jenis
mikroba dari golongan jamur yang disebut mikoriza ditemukan sebagai sumber
Biofertilizer atau pupuk hayati semacam ini bersifat ramah lingkungan dan dapat
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan oleh salah satu atau kombinasi
dari pemilihan spesies dan varietas yang sesuai, program rotasi yang sesuai,
penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar hidup dan tempat sarang,
zona penyangga ekologi yang menjaga vegetasi asli dari hama predator setempat,
penggunaan mulsa.
4. Panen
Panen hasil dilakukan setelah masa tanam sesuai atau telah memenuhi kriteria
matang untuk setiap jenis tanaman. Pengumpulan hasil produksi, yang tumbuh
23
secara alami di daerah alami, kawasan hutan dan pertanian, dapat dianggap
(a) produknya berasal dari areal yang jelas batasnya sehingga dapat dilakukan
koleksi tersebut.
5. Pasca Panen
Integritas produk pangan organik harus tetap dijaga selama fase pengolahan. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang tepat dan hati-hati
24
bahan hasil daur-ulang (recycled materials), atau bahan yang dapat didaur-ulang
(recyclable materials).
(a) Produk organik harus dilindungi setiap saat agar tidak tercampur dengan
(b) Produk organik harus dilindungi setiap saat agar tidak tersentuh bahan-
bahan yang tidak diijinkan untuk digunakan dalam sistem produksi pertanian
Jika hanya sebagian produk yang tersertifikasi, maka produk lainnya harus
disimpan dan ditangani secara terpisah dan kedua jenis produk ini harus dapat
produk konvensional serta harus secara jelas dilabel. Untuk tempat penyimpanan
dan kontainer yang digunakan dalam pengangkutan produk pangan organik harus
dibersihkan dulu dengan metode dan bahan yang diijinkan dalam sistem produksi
tidak boleh digunakan oleh bahan pangan selain organik agar tidak terkontaminasi
bahan kimia.
2.5 Produksi
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input
diubah menjadi barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak jenis
25
perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil - hasil produksi.
diinginkan. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa
(Sudarman, 1999: 85 ).
faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, tanah, dan manajemen pertanian yang
unsur unsur tanah yang asli dan sifatnya tanah yang tidak dapat dirasakan dengan
kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti
uang yang dimiliki secara sah oleh petani biasanya disebut assets atau resources.
Untuk keperluan analisa pendapatan petani diperlukan empat unsur, yaitu rata-rata
26
inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani, penerimaan dari
berbagai sumber. Keadaan rata-rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal
merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, dan biaya
Secara umum pendapatan usahatani terdiri dari dua hal pokok yaitu
usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang
membayar bunga modal yang ditanam, cukup untuk membayar upah tenaga kerja
yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya, ada tabungan untuk investasi
pengembangan usahatani, serta ada dana yang cukup untuk membayar pajak
27
Dua unsur yang digunakan dalam pendapatan usahatani yaitu unsur
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang
dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus
dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam
Pendapatan = TR – TC
TR = Py x Y
TC = VC + FC
Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Py = Harga per satuan hasil produksi (Rp)
Y = Jumlah Produksi (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)
FC = Biaya tetap (Rp)
layak atau tidak layak apabila syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :
1. R/C > 1
28
2. B/C > 1
Apabila kriteria diatas sudah terpenuhi maka usaha tersebut layak untuk
perhitungan R/C ratio dan B/C ratio. Penjelasan dari kriteria yang akan digunakan
1. R/C ratio
biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang
semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani
2. B/C ratio
didapat oleh proyek dengan satu rupiah pengeluaran. Jika nilai B/C ratio lebih
besar dari satu usaha menguntungkan dan layak untuk dikerjakan. Jika lebih kecil
dari satu usaha tidak menguntungkan dan sebaiknya tidak dilanjutkan (Yacob,
2002: 52).
29
2.8 Analisis Break Event Point (BEP)
Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah titik di mana pengusaha
biaya, dan rugi laba. Berdasarkan hubungan tersebut maka menurut Lumintang
(2013 : 994) analisis BEP dapat digunakan untuk beberapa hal, yaitu :
b. Perubahan biaya
analisis BEP, di mana manajer dapat memproyeksikan berbagai hasil yang bisa
c. Perubahan harga
dapat digunakan sebagai salah satu acuan penentuan batas aman penurunan harga
30
Analisis BEP harga merupakan cara untuk menentukan harga pokok suatu
1. BEP Penerimaan
2. BEP Produksi
FC
BEP Produksi =
P− AVC
Keterangan :
AVC = Average Variable Cost (Biaya variabel rata-rata)
P = Harga Jual Per Unit
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
3. BEP harga
31
Hasil analisis BEP akan menunjukkan tingkat penerimaan, produksi, dan
kerugian.
organik di Kelompok Wanita Tani Desa Selacai. Penelitian ini dianalisis dengan
yaitu Rp. 3.090.000,-, bayam Rp.2.072.000,- dan caisin Rp. 2.610.000,- dengan
1.794.100,-, bayam Rp.823.000,-, dan caisin Rp. 1.370.400,-. Hasil R/C Ratio
untuk semua jenis sayuran organik adalah lebih besar dari 1 yaitu rata-rata 2,05,
penelitian ini pengeluaran usahatani serai wangi untuk 3 kali panen dalam satu
32
tahun pertama dengan luas area 8 ha adalah sebesar Rp 302.090.000,- dengan total
Point (BEP) dan Payback Period (PP). Dengan BEP produksi minyak atsiri
(PP) usahatani serai wangi yaitu 1,46. Maka dapat diketahui bahwa usahatani serai
wangi pada Kebun Percobaan Manoko ini layak untuk dilanjutkan dan memiliki
rata – rata sebesar Rp 4.880.775,- dengan biaya produksi rata – rata sebesar Rp
Ratio 2,7 dan B/C Ratio 1,7 sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani padi di
Kemarau (Studi Kasus : PT. Intidaya Agrolestari, Bogor)”. Pada penelitian ini
diperoleh hasil keuntungan usahatani cabai keriting pada musim hujan sebesar Rp
Ratio,B/C Ratio, dan BEP menyatakan bahwa tingkat pendapatan usaha tani cabai
33
keriting pada musim hujan lebih layak daripada musim kemarau. Hal itu didasari
dengan Hasil R/C Ratio yang lebih dari 1 yaitu sebesar 1,22 dan B/C Ratio lebih
dari 0 yaitu sebesar 0,22 dan telah menghasilkan total produksi sebanyak 5.627,25
kg, dengan harga jual Rp 27.900, yang masing – masing telah melewati nilai BEP
34
Hari Purwanto Faktor – Faktor yang Alat Analisis : Lokasi, Waktu,
(2015) mempengaruhi Analisis Pendapatan, Komoditas,
Pendapatan Usahatani Analisis R/C Ratio, Variabel
Padi Di Desa Analisis B/C Ratio Penelitian,
Kalimanggis Perhitungan
Kecamatan Manonjaya analisis regresi
Kabupaten berganda
Tasikmalaya (2015)
organik yang berada di Kabupaten Magelang dan merupakan salah satu desa
menjadi unggulan di Desa Sumberrejo salah satunya adalah selada organik. Selada
Sumberrejo.
permintaan selada organik tersebut. Hal ini membuat kelompok Tani Sumberjaya
35
dengan meningkatkan skala usaha atau menambah luasan lahan budidayanya.
bahwa di Desa Sumberrejo memiliki lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk
organik dan sebagai salah satu bahan pertimbangan petani yang tergabung dalam
Oleh sebab itu penelitian ini melakukan analisis pendapatan usahatani untuk
organik layak untuk dijalankan bila dilihat dari besarnya pendapatan usahatani,
36
Dianalisis
Tidak
Efisien
Efisien
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ta yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dat
a primer dikumpulkan dari petani selada organik melalui pengamatan dan tanya
jawab berdasarkan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Analisis dat
encakup beberapa variabel yang dihitung antara lain biaya variabel, biaya tetap, bi
37
aya total, pendapatan bersih serta pendapatan kotor dari usaha sayuran organik
kelompok tani.
Data sekunder diperoleh dari survei literatur berbagai sumber, antara lain
publikasi resmi, berbagai jurnal, dan hasil penelitian terkait penelitian sayuran
organik.
Rejo, Kec. Ngablak, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan
untuk terus berkembang, tentunya munculnya pesaing merupakan hal yang perlu
pengarsipan data dan pengolahan analisis data. Pengarsipan data yang diperlukan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data kualitatif
dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari petani. Data
disiapkan sebelumnya. Data primer meliputi harga jual selada organik, umur
petani, luas lahan, produksi selada organik setiap petani, biaya bibit, biaya pupuk,
38
organik cair, biaya sewa lahan, biaya pajak PBB dan biaya mulsa. Sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder
diperoleh dari dokumen suatu lembaga terkait, yaitu Badan Pusat Statistika (BPS),
digunakan oleh peneliti karena metode ini merupakan metode yang paling cocok
dengan usahatani selada organik. Sampel atau responden yang dipilih adalah
petani dan pengurus kelompok tani yang menanam selada organik ke dalam
usahatani nya. Petani selada organik serta pengurus kelompok tani dipilih sebagai
produktivitas dan lain-lain sehingga penelitian ini dapat memperoleh hasil yang
dilakukan langsung dari responden Kelompok Tani yaitu para petani dan
39
pengurus kelompok tani mengingat pihak kelompok tani mengetahui seluk
diharapkan dapat diperoleh hasil yang relatif sesuai dengan kebutuhan dan
manusia, proses kerja, serta fenomena alam yang dilakukan pada sejumlah
kecil responden.
3) Petani
biaya-biaya yang terlibat dalam proses produksi. Analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
40
Biaya total merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
budidaya selada organik. Menurut Suratiyah (2015:120) Total biaya diperoleh dari
TC = TFC + TVC
Keterangan :
B. Perhitungan Penerimaan
yang diproduksi dengan harga jual selada organik. Menurut Boediono (2002:43)
TR = P x Q
Keterangan :
Q = Jumlah Produksi
C. Menghitung Pendapatan
π = TR – TC
41
Keterangan :
C yang digunakan dalam penelitian ini meliputi R / C atas biaya tunai dan R / C
pendapatan tunai dalam satu tahun dengan biaya tunai usahatani, sedangkan R / C
sebagai berikut:
Jika nilai R/C > 1, maka usahatani Selada Organik memperoleh keuntungan
42
Jika nilai R/C = 1, maka usahatani Selada Organik tersebut dikatakan impas
Jika nilai R/C < 1, maka usahatani Selada Organik tersebut memperoleh
kerugian
untungan, karena setiap Rp. 1,00 yang dibelanjakan untuk usahatani sayuran orga
nik akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (le
bih dari Rp. 1,00). Sebaliknya jika perhitungan R / C <1 maka usahatani yang
dijalankan tidak efisien untuk dilakukan, karena masing-masing Rp. 1,00 yang dib
elanjakan untuk usahatani sayuran organik akan memperoleh pendapatan yang leb
ih sedikit daripada biaya yang dibelanjakan (kurang dari Rp. 1,00). Usahatani
berada pada titik impas apabila besarnya biaya yang dibelanjakan untuk usahatani
sayuran organik akan memberikan pendapatan yang sama dengan biaya yang
43
Biaya Tunai
G. Pendapatan atas biaya total Penerimaan Usahatani Selada Organik –
Total Biaya
H. R/C atas biaya tunai Penerimaan Usahatani SeladaOrganik
Biaya Tunai
I. B/C atas biaya total Penerimaan Usahatani SeladaOrganik
Total biaya
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas
penerimaan diperoleh dari perkalian harga jual produk dengan kuantitas produk
yang dijual, sedangkan total pengeluaran diperoleh dari penjumlahan biaya tetap
E. Biaya Penyusutan
pada dasarnya didasarkan pada harga beli sampai peralatan tersebut masih layak
44
3.6 Definisi Operasional
variabel (biaya tidak tetap) selama satu musim tanam selada organik yang
2. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan selama proses produksi selada
dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Biaya tetap dalam penelitian
5. Biaya Variabel atau biaya tidak tetap merupakan biaya yang diperlukan
selama proses produksi selada organik yang besarnya berubah ubah secara
dalam satuan rupiah. Yang termasuk ke dalam biaya variabel antara lain biaya
benih, biaya pemupukan, biaya tenaga kerja, biaya mulsa, biaya pengemasan,
dengan harga jual selada organik yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
yang diperlukan dalam suatu produksi selada organik yang dinyatakan dalam
satuan rupiah.
45
8. BEP (Break Even Point) merupakan titik impas antara biaya dengan
selama satu kali produksi yang dinyatakan dalam angka. Tolak ukur yang
digunakan adalah jika R/C>1 maka usahatani selada organik layak untuk
selada organik ini tidak layak untuk dijalankan dan tidak memperoleh
keuntungan.
46
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Agustus 2011 atas dasar musyawarah antar petani di dusun klabaran. Kelompok
tani ini pada awal berdirinya belum menggunakan sistem organik pada usahatani
budidaya sayuran nya. Kelompok tani ini baru menerapkan sistem organik setelah
1 tahun berdirinya kelompok tani. Kelompok tani ini menyadari adanya kerusakan
pada lahan yang digarapnya setelah menggunakan pestisida kimia dan pupuk
2012, namun sertifikasi tersebut ditolak oleh Lembaga LeSOS atas dasar tanah
lahan yang digunakan dalam berusahatani masih memasuki masa peralihan dari
tanah kimia menuju tanah organik. LeSOS merupakan salah satu lembaga
sertifikat dan label organik, petani dan kelompok tani yang telah memenuhi
yang menerapkan sistem organik yang legal dengan menerima sertifikat organik
47
2013 dengan nomer sertifikat 361-LSO-003-IDN-08-13. Sertifikat organik yang
selesai. Perpanjangan sertifikat organik yang telah usai, akan kembali ditinjau
oleh LeSOS untuk dilakukan pengukuran kadar kimia tanah kembali pada lahan
yang digunakan oleh petani. Kelompok tani sumberjaya baru saja mendapat
agustus 2025.
Kelompok tani ini dibentuk atas dasar keinginan dan tujuan untuk
bekerjasama dengan para petani lain agar dapat membuat perubahan pada
Visi :
Misi :
48
1. Mengembangkan usaha tani organik yang mampu mendorong peningkatan
yang lain.
program kelompok tani dapat berjalan dengan baik. Anggota kelompok tani
kelompok dan 2 orang anggota sebagai bendahara dan sekretaris kelompok tani.
bawah ini :
Pak Mulidi
Sekretaris Bendahara
Poniman Giyarto
Anggota
49
4. Proses Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani melalui program kerjasama
dengan CV. Tani Organik Merapi selaku Tengkulak pada kelompok tani
Tani Organik Merapi sejak Agustus 2019. Anggota kelompok tani mengumpulkan
hasil tani yang diperoleh kepada ketua kelompok untuk dikirim menuju CV. Tani
Sleman. Ketika hasil panen tiba di tengkulak, maka tengkulak melakukan Quality
Control terlebih dahulu dengan hasil panen yang telah lolos Quality akan
Hasil panen yang tidak lolos Quality Control akan dikirim ke Petani untuk
dijual kembali dengan harga yang lebih rendah di Pasar Tradisional. Harga yang
diterima oleh petani sudah ditentukan dari CV. Tani Organik Merapi sesuai
dengan harga komoditas yang terdapat di pasaran tersebut. Hasil penerimaan yang
diperoleh petani baru dapat diterima oleh petani setelah 1 hari petani menyerahkan
hasil panen nya kepada ketua kelompok tani. Anggota kelompok tani wajib
melengkapi kebutuhan yang diperlukan oleh CV. Tani Organik Merapi. Jika
kebutuhan yang diperlukan oleh TOM terpenuhi, maka petani menjual hasil panen
50
4.2. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Seperti dapat dilihat pada tabel 4, sebagian besar responden berada pada
kelompok umur 40-60 tahun dengan persentase berkisar 46,66%, diikuti dengan
kelompok usia 25-40 tahun dengan persentase 26,66%. Hal ini menunjukkan
minat generasi muda untuk menanam sayuran organik masih sangat sedikit.
Sosialisasi oleh dinas pertanian provinsi harus segera digencarkan agar generasi
muda mau dan minat untuk bertani sayuran organik. Sosialisasi dapat dilakukan
melalui mengedukasi dan memperkenalkan proses menanam sayuran organik
yang dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan.
51
Menurut data yang diambil dari 15 responden, 80 % atau 12 orang
perempuan. Pertanian organik banyak dikerjakan oleh laki – laki dikarenakan laki
– laki lebih paham tentang perlakuan khusus yang diperlukan dalam proses
tentang pertanian organik banyak didapatkan oleh petani laki – laki daripada kaum
perempuan.
penalaran yang tinggi. Menurut Carter (2011), bahwa semakin tinggi tingkat
diperoleh sehingga semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki, dalam hal ini
52
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada tabel 6. Dapat diketahui
petani organik di kelompok tani sumber jaya sebagian besar adalah tamatan SMA,
organik pada petani di kelompok tani sumberjaya mudah dipahami oleh petani
kelompok tani sumberjaya tergolong lebih maju daripada kelompok tani lainnya
yang mayoritas mereka adalah kelompok tani dengan sumber daya manusianya
anggota kelompok tani sumberjaya memiliki 4-5 orang anggota keluarga dengan 1
istri dan 2-3 orang anak, kemudian sebanyak 5 orang anggota kelompok tani
53
Fenomena banyaknya anggota keluarga tersebut mempengaruhi terhadap
pengeluaran rumah tangga setiap anggota kelompok tani, semakin banyak jumlah
angota keluarga di suatu keluarga maka semakin besar pula kebutuhan petani
untuk mencukupi kehidupan rumah tangga petani tersebut. Hal tersebut sangatlah
pengeluaran yang diperlukan petani untuk kebutuhan rumah tangga maka semakin
Status hak guna lahan yang digunakan oleh responden pada kelompok tani
sumber jaya dilakukan pada lahan sewa dengan jumlah 9 responden atau sekitar
responden menggarap lahan milik petani itu sendiri. Petani selada organik pada
kelompok tani sumberjaya sebagian besar menggarap lahan dengan luas kurang
54
dengan luas lahan 1000-1500 m2 dengan 5 responden, dan petani dengan dengan
Menurut data pada tabel 8, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani
selada organik pada kelompok tani sumber jaya menggarap lahan kurang dari
1000 m2 dengan 26,67 % nya menggarap lahan dengan menyewa lahan milik
orang lain. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi langsung terhadap laba bersih
usahatani yang dilakukan oleh petani selada organik dikarenakan harus membayar
55
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
atau laba dari usahatani yang dibudidayakan. Segala proses dalam melakukan
usahatani diperlukan biaya yang harus dibelanjakan dan dihitung. Biaya usahatani
dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) serta biaya tidak tetap (Variable
cost). Biaya tetap adalah biaya yang di perlukan dalam usahatani yang memiliki
masa pakai yang panjang dan dapat dipergunakan berkali - kali dalam suatu
proses produksi. Adapun biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang
belanjakan oleh petani yang dapat berpengaruh terhadap jumlah tingkat produksi
usahatani.
yang digunakan oleh petani. Adapun yang termasuk ke dalam biaya tetap yang
tusuk mulsa, pajak pbb dan timbangan. Biaya yang dikeluarkan untuk alat-alat
56
bulan. Berikut merupakan biaya tetap yang diperlukan petani dalam aktivitas
Tabel 9. Rata – Rata biaya tetap (Fix Cost) Usahatani selada organik pada
kelompok tani sumberjaya kecamatan ngablak kabupaten magelang
No. Uraian Nilai Nilai Konversi/1000M2
Modal/Tahun Modal/Bulan
1. Cangkul Rp63.000 Rp5.250 Rp5.600
2. Pisau Rp34.667 Rp2.889 Rp2.233
3. Kored Rp62.667 Rp3.722 Rp4.269
4. Timbangan Rp595.333 Rp49.611 Rp49.586
5. Pelubang
Mulsa Rp45.111 Rp3.759 Rp3.789
6. Sewa Lahan Rp1.693.333 Rp141.111 Rp125.915
7. Hand Sprayer Rp345.333 Rp28.778 Rp29.582
8. Gembor Rp61.889 Rp5.157 Rp5.171
9. Keranjang
Panen Rp70.467 Rp5.872 Rp5.264
10. Garpu Tanah Rp55.867 Rp4.656 Rp4.354
11. Tusuk Mulsa Rp98.667 Rp8.222 Rp7.975
12. Pajak PBB Rp174.333 Rp69.750 Rp52.682
Total Rp3.300.667 Rp328.777 Rp296.420
Sumber : Data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa total rata - rata biaya tetap
penyusutan usahatani selada organik yang didapat dari 15 petani selama masa
328.777/ Bulan dengan Konversi lahan per 1000 M 2 diperoleh hasil sebesar Rp
296.420/ bulan. Perhitungan penyusutan biaya tetap dihitung secara per bulan,
perhitungan ini agar peneliti dapat mengetahui jumlah biaya tetap yang harus
57
5.1.2 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel merupakan biaya yang dibelanjakan oleh petani dalam satu
kali melakukan proses produksi budidaya. Biaya yang diperlukan dalam biaya
meliputi bibit, mulsa, Pupuk Organik Cair, pupuk organik, dan tenaga kerja.Tabel
berikut adalah rata – rata biaya variabel yang dibelanjakan petani selada di
58
Tabel 10. Total dan Rata – Rata Biaya Variabel 15 Responden Usahatani selada organik pada kelompok Tani Sumberjaya kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang
Nama Luas Lahan (M2) Pupuk Padat (Rp) Pupuk Cair (Rp) Bibit (Rp) Mulsa (Rp) Total Konversi/1000 m2
Mulidi 1000 Rp750.000 Rp400.000 Rp200.000 Rp1.000.000 Rp2.350.000 Rp2.350.000
Giyarto 1500 Rp1.125.000 Rp640.000 Rp300.000 Rp1.500.000 Rp3.565.000 Rp2.376.667
Poniman 1250 Rp900.000 Rp560.000 Rp250.000 Rp1.500.000 Rp3.210.000 Rp2.568.000
Anom 750 Rp600.000 Rp320.000 Rp150.000 Rp1.000.000 Rp2.070.000 Rp2.760.000
Rukiyono 1700 Rp1.275.000 Rp720.000 Rp340.000 Rp2.000.000 Rp4.335.000 Rp2.550.000
Setyo 1100 Rp825.000 Rp480.000 Rp220.000 Rp1.500.000 Rp3.025.000 Rp2.750.000
Sunggowo 800 Rp600.000 Rp320.000 Rp160.000 Rp1.000.000 Rp2.080.000 Rp2.600.000
Dzikri 1000 Rp750.000 Rp400.000 Rp210.000 Rp1.000.000 Rp2.360.000 Rp2.360.000
Sugeng 1800 Rp1.350.000 Rp720.000 Rp360.000 Rp2.000.000 Rp4.430.000 Rp2.461.111
Wahyu 1500 Rp1.125.000 Rp640.000 Rp300.000 Rp1.500.000 Rp3.565.000 Rp2.376.667
Handoyo 700 Rp600.000 Rp320.000 Rp140.000 Rp1.000.000 Rp2.060.000 Rp2.942.857
Esti 600 Rp450.000 Rp240.000 Rp120.000 Rp500.000 Rp1.310.000 Rp2.183.333
Ajeng 600 Rp450.000 Rp240.000 Rp120.000 Rp500.000 Rp1.310.000 Rp2.183.333
Fatkhu 800 Rp600.000 Rp320.000 Rp160.000 Rp1.000.000 Rp2.080.000 Rp2.600.000
Utami 500 Rp450.000 Rp240.000 Rp100.000 Rp500.000 Rp1.290.000 Rp2.580.000
Jumlah Rp11.850.000 Rp6.560.000 Rp3.130.000 Rp17.500.000 Rp39.040.000 Rp37.641.968
Rata – Rata Rp790.000 Rp437.333 Rp208.667 Rp1.166.667 Rp2.602.667 Rp2.509.465
Sumber : Data diolah 2022
59
Tabel 10 Menjelaskan bahwa jumlah total biaya variabel usahatani
39.040.000,- dan rata – rata biaya variabel dari 15 petani adalah sebesar Rp
usahatani selada organik terbagi menjadi 2 yaitu Tenaga Kerja Dalam Keluarga
(TKDK) dengan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya selada organik pada
dilakukan dengan sistim upah harian, yaitu membayar upah kepada tenaga kerja
pada saat hari dia bekerja. Umumnya tenaga kerja yang digunakan jumlah nya
bergantung pada luas lahan yang dimiliki/di sewa oleh petani. Tenaga kerja yang
digunakan oleh petani diupah dengan upah harian sebesar Rp 50.000,- perhari.
60
Waktu jam tenaga kerja bekerja adalah sekitar pukul 08.00 – 15.00 dengan
waktu istirahat 1 jam kerja, itu artinya per hari tenaga kerja hanya bekerja sekitar
6 jam kerja setiap harinya. jumlah hari yang diperlukan dalam setiap proses
budidaya berbeda – beda, jumlah hari yang diperlukan dalam setiap proses
2. Pemupukan 2 hari
3. Penanaman 1 hari
4. Perawatan 20 hari
5. Pemanenan 2 hari
Adapun rincian biaya total dan biaya rata – rata tenaga kerja pada setiap
Tabel 11. Rincian biaya rata - rata dan konversi biaya tenaga kerja/1000M 2 pada
15 responden petani di kelompok tani sumberjaya, Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang
No. Jenis Kegiatan Biaya Rata-Rata Konversi/1000M2
1. Persiapan Lahan Rp 113.333 Rp 102.613
2. Pemupukan Rp 120.000 Rp 107.692
3. Penanaman Rp 60.000 Rp 56.114
4. Pemeliharaan Rp 1.333.333 Rp 1.196.498
5. Pemanenan Rp 140.000 Rp 125.710
Jumlah Rp 1.766.666 Rp1.588.627
Sumber : Data diolah 2022
Tabel 11 menjelaskan bahwa jumlah biaya rata - rata tenaga kerja pada 15
jika dikonversi per 1000 M2, maka biaya rata – rata per petani setiap 1000 M 2
berkisar Rp 1.588.627,-.
61
5.1.4 Biaya Total (Total Cost)
keseluruhan jumlah TFC (Total Fix Cost) dengan TVC (Total Variabel Cost).
Tabel 12. Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Rata – Rata petani selada organik
pada kelompok tani sumberjaya Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang
No. Uraian Total Biaya Konversi/1000M2
1. Biaya Tetap Rp 328.777 Rp 296.420
2. Biaya Variabel Rp 2.602.667 Rp 2.509.465
3. Biaya Tenaga Kerja Rp 1.766.666 Rp 1.588.627
4. Total Rp 4.698.110 Rp 4.394.512
Sumber : Data diolah 2022
Tabel 12, menjelaskan bahwa rata – rata biaya total yang dibelanjakan
oleh petani selada organik pada kelompok tani sumberjaya adalah sebesar Rp
4.698.110,- dan jika dikonversikan per 1000 M 2 maka rata – rata biaya total yang
62
5.2 Rata -Rata Pendapatan Petani Selada Organik
Rata – Rata Pendapatan petani selada organik dapat dijelaskan pada tabel
berikut :
Tabel 13. Rata – Rata Pendapatan Usahatani Selada Organik pada kelompok tani
sumberjaya Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang
Total Biaya Jumlah Harga
Penerimaan Pendapatan
No. Produksi (Rp) Produksi(Kg) Jual/Kg
1. Rp3.995.042 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.754.958
2. Rp4.654.973 460 Rp15.000 Rp6.900.000 Rp2.245.027
3. Rp5.046.292 480 Rp15.000 Rp7.200.000 Rp2.153.708
4. Rp4.854.500 480 Rp15.000 Rp7.200.000 Rp2.345.500
5. Rp4.640.957 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp2.859.043
6. Rp4.278.261 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp3.221.739
7. Rp4.558.833 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.191.167
8. Rp4.962.542 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.787.458
9. Rp5.153.611 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.151.944
10.. Rp4.386.334 440 Rp15.000 Rp6.600.000 Rp2.213.666
11. Rp5.264.230 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp2.235.770
12. Rp2.279.805 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.220.195
13. Rp4.432.555 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp3.067.445
14. Rp4.432.944 475 Rp15.000 Rp7.125.000 Rp2.692.056
15. Rp2.656.333 440 Rp15.000 Rp6.600.000 Rp1.943.667
Jumla Rp105.375.00
h Rp68.291.657 7025 Rp225.000 0 Rp37.083.343
Rata –
Rata Rp4.552.777 468 Rp15.000 Rp7.025.000 Rp2.472.223
Sumber : Data diolah 2022
Penerimaan merupakan hasil yang didapat oleh petani dari jumlah hasil
produksi dikalikan dengan harga jual komoditas per kg. Pada usahatani selada
organik di kelompok tani sumberjaya harga jual produk sudah ditentukan oleh
CV. Tani Organik Merapi selaku tengkulak di kelompok tani sumberjaya, untuk
CV. Tani Organik Merapi selaku tengkulak. Untuk komoditas selada organik
dibeli oleh CV. Tani Organik Merapi dengan harga Rp 15.000,- Per kg.
63
Berdasarkan pada tabel 13 dapat diketahui jumlah rata – rata peneriman
petani per 1000 M2 adalah sebesar Rp 7.025.000 dengan rata – rata pendapatan
yang diterima oleh petani per 1000 M 2 adalah sebesar Rp 2.472.233,-/1 x masa
tanam. yang digarap dari 15 responden pada kelompok tani sumberjaya adalah
sebesar 15600 m2 atau sebesar 1,56 Ha, dengan rata – rata luas lahan yang digarap
petani selada organik untuk usahatani selada organiknya adalah sebesar 1040 m 2.
Sedangkan untuk jumlah total penerimaan yang didapat dari 15 responden petani
per petani adalah sejumlah Rp 6.930.000,- dan jika dikonversi per 1000 M 2, maka
jumlah total penerimaan yang diperoleh dari 15 responden petani selada organik
bedanya skala lahan yang dipakai oleh petani dalam melakukan budidaya suatu
komoditas. Semakin luas lahan yang digunakan petani dalam melakukan budidaya
64
5.3 Efisiensi Usahatani Selada Organik
Efisiensi Usahatani dapat diukur dengan 3 Analisis, yaitu Analisis R/C
analisis R/C Ratio. R/C Ratio diperoleh dari perhitungan perbandingan antara
Revenue Cost dengan Total Cost. Perhitungan R/C Ratio diperlukan untuk
mengukur apakah budidaya selada organik yang dilakukan oleh petani layak atau
tidak. Usahatani selada organik dapat dikatakan layak untuk dilakukan apabila
nilai R/C > 1, sebaliknya usahatani selada organik dikatakan tidak layak untuk
dilakukan maka nilai R/C <1. Perhitungan R/C Ratio dihitung dengan membagi
antara rata – rata penerimaan petani per 1000 M 2 dengan biaya total rata – rata
petani per 1000 M2. Perhitungan R/C Ratio dapat dilihat pada perhitungan
berikut :
Revenue
R/C Ratio =
Total Cost
Rp 7.025.000
R/C Ratio =
Rp 4.552.777
R/C Ratio = 1,54
angka sebesar 1,54. Angka tersebut memiliki arti setiap Rp 10.000 biaya yang
15.400,-. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan usahatani selada organik
65
pada kelompok tani sumberjaya layak untuk dijalankan hal itu didapat dari
perolehan R/C Ratio rata – rata petani yang melebihi yang melebihi 1.
perbandingan antara pendapatan petani dengan total biaya yang diperlukan dalam
Ratio melebihi 1. Perhitungan B/C Ratio dihitung dengan membagi antara rata –
rata pendapatan petani per 1000 M 2 dengan biaya total rata – rata petani per 1000
M2. Perhitungan hasil pendapatan atas biaya total dapat dilihat pada perhitungan
berikut :
Benefit
B/C Ratio =
Total Cost
Rp 2.472.223
B/C Ratio =
Rp 4.552.777
B/C Ratio = 0,54
rata petani memperoleh angka ratio 0,54 atau 0,54 <1. Ratio tersebut dapat
diartikan bahwa dalam setiap Rp 10.000 biaya yang dibelanjakan, maka petani
memperoleh pendapatan sebesar Rp 5.400. Menurut teori B/C Ratio > 1, maka
66
5.3.3 Analisis BREAK EVENT POINT (BEP)
produksi minimal yang harus dilakukan oleh petani agar usahatani yang
dengan perbandingan antara biaya total yang dibelanjakan oleh rata – rata petani
biaya total per 1000 M2 dengan harga jual selada organik per kg. Perhitungan BEP
TC
BEP(Q) =
Q
RP 4.552 .777
BEP (Q) =
RP15.000
BEP(Q) = 303,52 Kg
setidaknya 303,52 kg per setiap 1000 M 2 lahan yang digunakan untuk usahatani
selada organik setiap 1 kali produksi agar tidak mengalami kerugian. Sedangkan
untuk rata – rata produksi petani selada organik pada kelompok tani sumberjaya
67
5.3.3.2 Analisis Break Event Point Atas Harga Produksi
terendah dari produski selada organik yang dihasilkan. Perhitungan BEP harga
TC
BEP (P) =
Q
RP 4.552 .777
BEP (P) =
468
BEP(P) = Rp 9.728,-
Berdasarkan perhitugan di atas maka dapat diperoleh nilai BEP atas harga
produksi adalah sebesar RP 9.728,-. Sedangkan harga beli yang ditawarkan oleh
petani dari CV. Tani Organik Merapi adalah sebesar Rp 15.000/kg. Hal ini tentu
saja menyatakan bahwa harga yang ditawarkan oleh CV. Tani Organik Merapi
selaku tengkulak pada kelompok tani sumberjaya lebih tinggi dari BEP Harga
Produksi (Rp 15.000 > Rp 9.728) maka usahatani selada organik pada kelompok
kelompok tani sumberjaya mencapai titik impas atau kembalinya modal. Dengan
68
yang didapat dari 15 responden petani selama 1 x produksi (1 bulan) di kelompok
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
disimpulkan:
1. Keuntungan rata – rata petani selada organik per 1000 M 2 pada Kelompok
total rata – rata petani per 1000 M2 sebesar Rp 4.552.777,-/ masa tanam.
2. Hasil perhitungan R/C Ratio atas biaya tunai rata – rata petani mendapatkan
dan pengeluaran rata – rata petani per 1000 M 2 sebesar Rp 4.552.777,- ). Nilai
1,54 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai petani sebesar Rp 1,00
R/C Ratio > 1, maka usahatani selada organik pada kelompok tani
3. Hasil perhitungan Break Event Point (BEP) atas dasar volume produksi dan
atas dasar harga diperoleh nilai BEP Volume Produksi sebesar 303,52 kg
lebih rendah dari produksi rata – rata petani yang sebesar 468 kg dan nilai
BEP Harga Produksi sebesar Rp 9.728,- lebih rendah dari harga yang
69
pada kelompok tani sumberjaya sudah mencapai titik impas atau kembalinya
6.2 Saran
sebagai berikut :
Manusia (SDM) dari luar keluarga untuk mengurangi besarnya biaya yang
2. Petani selada organik lebih baik memulai usahatani berasal dari proses
70
DAFTAR PUSTAKA
Aini, RQ, Sonjaya, Y dan Hana, MN. 2010. Penerapan Bionutrien KPD pada tanaman
selada keriting (Lactuca sativa L.). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1:73–79.
David, W dan Ardiansyah. 2017. Peception of Young Consumer Toward Organic Food in
Organik. Jakarta.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2008. SOP Budidaya Mentimun.
Duaja, MD. 2012. Pengaruh Bahan dan Dosis Kompos Cair Terhadap Pertumbuhan
71
Hariah, K. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Bogor: ICRAF.
Haryanto, E, Rahayu, E dan Suhartini. 1995. Sawi dan Selada. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan.
Lotter DW, Seidel R dan Liebhardt. 2003. The Performance of Organic and Conventional
Agriculture. 18(03):146–154.
Lumintang, FM. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Teep Kecamatan
72
Pracaya. 2004. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahim, A dan Hastuti D.R.W. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Musim Hujan Dan Musim Kemarau (Studi Kasus : PT. Intidaya Agrolestari, Bogor).
Rubatzky, V.E., dan Ma Yamaguchi, 1998, Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi
Saragih, B. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta: UI Press.
73
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Jakarta.
Soenandar M. dan Tjachjono, RH. 2012. Membuat Pestisida Organik. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka.
Supriati, Y dan Herlina, E. 2011. Bertanam Lima Belas Sayuran dalam Pot. Bogor:
Penebar Swadaya.
Tuwo, MA. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi Menuju Sukses. Kendari: Penerbit
Unhalu Press.
Yacob, IM. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Yanti, R. 2006. Aplikasi Teknologi Pertanian Organik: Penerapan Pertanian Organik oleh
Petani Padi Sawah Desa Sukorejo Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Universitas
Indonesia.
74
L
75
Lampiran 1. Kuesioner Wawancara
B. Biaya Variabel
1. Input Biaya Sarana Produksi sekali tanam :
a. Berapa biaya membeli benih yang akan ditanam : Rp…..
b. Berapa Jumlah benih yang digunakan per masa tanam : …..gr/masa
tanam
c. Berapa jumlah pupuk kandang yang digunakan per masa tanam : ……
kg/masa tanam
d. Berapa biaya membeli pupuk kandang : Rp……/Kg
e. Berapa kadar yang digunakan untuk membuat pestisida organik :
……..L/sekali pakai
f. Berapa biaya yang diperlukan untuk membuat pestisida organik :
Rp……../L
76
g. Berapa meter mulsa yang digunakan untuk sekali masa tanam :
…………….m
h. Berapa Biaya Mulsa per meter : Rp………………/m
i. Adakah biaya lain lain yang diperlukan selama satu kali tanam :
Rp………
Pengolahan lahan
Kali
Pembenihan
Kali
Pembibitan
Kali
Pemupukan
Kali
Pemeliharaan
Kali
Pemanenan
Kali
3. . Pendapatan Bertani
a.Berapa hasil panan sekali tanam : ………….Kg
b.Berapa Harga Jual Selada Organik di pasaran :Rp………../Kg
c. Berapa Harga Jual Selada Organik di CV. Tani Organik Merapi :
Rp………./Kg
d. Dalam 1 tahun berapa kali panen ?
77
c. Harga beli lahan pertama : Rp…………/m2
d. Jika lahan sewa, Berapa harga sewa lahan/tahun : Rp………./m2
e. Biaya irigasi lahan per masa tanam : Rp………
C. Biaya Tetap
a. Penyusutan Alat yang digunakan :
Jenis Alat Jumla Harga Beli per Satuan (Rp) Masa Pakai
h
78
79
Lampiran 2. Data Biaya Tetap
Nama Luas Lahan Cangkul pisau timbangan Kored Pelubang Mulsa Sewa Lahan Hand Sprayer Gembor Keranjang Panen Garpu Tanah Tusuk Mulsa Pajak PBB Total Konversi/1000m2
Mulidi 1000 Rp9.167 Rp2.500 Rp14.167 Rp4.375 Rp2.500 Rp208.333 Rp28.333 Rp9.167 Rp4.000 Rp5.000 Rp7.500 Rp0 Rp295.042 Rp295.042
Rp11.66
Giyarto 1500 Rp6.111 Rp8.333 Rp56.667 Rp5.000 Rp312.500 Rp40.000 Rp6.111 Rp9.750 Rp10.500 Rp11.667 Rp0 Rp478.306 Rp318.870
7
Poniman 1250 Rp4.583 Rp2.500 Rp28.333 Rp4.375 Rp2.500 Rp266.667 Rp21.250 Rp4.583 Rp6.000 Rp7.500 Rp10.000 Rp0 Rp358.292 Rp286.633
Anom 750 Rp5.556 Rp625 Rp75.000 Rp1.875 Rp4.167 Rp158.333 Rp35.000 Rp4.444 Rp1.667 Rp2.000 Rp5.833 Rp0 Rp294.500 Rp392.667
Rukiyono 1700 Rp6.667 Rp4.167 Rp42.500 Rp8.333 Rp7.778 Rp354.167 Rp40.000 Rp7.778 Rp8.667 Rp9.333 Rp13.333 Rp0 Rp502.722 Rp295.719
Setyo 1100 Rp4.583 Rp2.500 Rp56.667 Rp4.375 Rp2.500 Rp0 Rp21.250 Rp4.583 Rp9.000 Rp7.500 Rp8.333 Rp43.333 Rp164.625 Rp149.659
Sunggow
800 Rp5.556 Rp833 Rp37.500 Rp2.500 Rp4.167 Rp166.667 Rp35.000 Rp4.444 Rp5.000 Rp3.000 Rp6.667 Rp0 Rp271.333 Rp339.167
o
Dzikri 1000 Rp4.583 Rp2.500 Rp113.333 Rp4.375 Rp5.000 Rp0 Rp14.167 Rp4.583 Rp4.000 Rp2.500 Rp7.500 Rp40.000 Rp202.542 Rp202.542
Rp16.66
Sugeng 1800 Rp6.667 Rp8.333 Rp85.000 Rp7.778 Rp375.000 Rp40.000 Rp7.778 Rp13.000 Rp7.000 Rp14.167 Rp0 Rp581.389 Rp322.994
7
Rp11.66
Wahyu 1500 Rp3.056 Rp8.333 Rp85.000 Rp2.500 Rp0 Rp40.000 Rp6.111 Rp12.000 Rp3.500 Rp11.667 Rp59.167 Rp243.000 Rp162.000
7
Handoyo 700 Rp5.556 Rp625 Rp37.500 Rp1.875 Rp2.778 Rp150.000 Rp35.000 Rp4.444 Rp3.333 Rp3.000 Rp5.833 Rp0 Rp249.944 Rp357.063
Esti 600 Rp5.556 Rp417 Rp25.000 Rp1.250 Rp1.389 Rp0 Rp23.333 Rp4.444 Rp3.333 Rp3.000 Rp5.000 Rp23.750 Rp96.472 Rp160.787
Ajeng 600 Rp2.778 Rp417 Rp12.500 Rp1.250 Rp1.389 Rp125.000 Rp11.667 Rp2.222 Rp1.667 Rp2.000 Rp5.000 Rp0 Rp165.889 Rp276.481
Fatkhu 800 Rp5.556 Rp833 Rp50.000 Rp2.500 Rp2.778 Rp0 Rp35.000 Rp4.444 Rp5.000 Rp1.000 Rp6.667 Rp31.667 Rp145.444 Rp181.806
Utami 500 Rp2.778 Rp417 Rp25.000 Rp1.250 Rp4.167 Rp0 Rp11.667 Rp2.222 Rp1.667 Rp3.000 Rp4.167 Rp20.000 Rp76.333 Rp152.667
Rp78.33
Jumlah 15600 Rp78.750 Rp43.333 Rp744.167 Rp56.389 Rp2.116.667 Rp431.667 Rp77.361 Rp88.083 Rp69.833 Rp123.333 Rp217.917 Rp4.125.833 Rp3.894.096
3
Rata-Rata 1040 Rp5.250 Rp2.889 Rp49.611 Rp5.222 Rp3.759 Rp141.111 Rp28.778 Rp5.157 Rp5.872 Rp4.656 Rp8.222 Rp14.528 Rp275.056 Rp259.606
80
Lampiran 3. Data Biaya Variabel
Luas Lahan Pupuk Organik Pupuk Organik Cair Bibit Mulsa
Nama Volume(Kg Harga(Rp/ Volume Harga(Rp/ Volume Volume Jumlah Konversi/1000M2
(M2) Harga(Rp/kg) Biaya(Rp) Biaya(Rp) Biaya (Rp) Harga(Rp/roll) Biaya (Rp)
) L) (L) satuan) (Satuan) (roll)
Poniman 1000 Rp1.500 500 Rp750.000 Rp80.000 5 Rp400.000 Rp100 2000 Rp200.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.350.000 Rp2.350.000
Mulidi 1500 Rp1.500 750 Rp1.125.000 Rp80.000 8 Rp640.000 Rp100 3000 Rp300.000 Rp500.000 3 Rp1.500.000 Rp3.565.000 Rp2.376.667
Giyarto 1250 Rp1.500 600 Rp900.000 Rp80.000 7 Rp560.000 Rp100 2500 Rp250.000 Rp500.000 3 Rp1.500.000 Rp3.210.000 Rp2.568.000
Poniman 750 Rp1.500 400 Rp600.000 Rp80.000 4 Rp320.000 Rp100 1500 Rp150.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.070.000 Rp2.760.000
Anom 1700 Rp1.500 850 Rp1.275.000 Rp80.000 9 Rp720.000 Rp100 3400 Rp340.000 Rp500.000 4 Rp2.000.000 Rp4.335.000 Rp2.550.000
Rukiyono 1100 Rp1.500 550 Rp825.000 Rp80.000 6 Rp480.000 Rp100 2200 Rp220.000 Rp500.000 3 Rp1.500.000 Rp3.025.000 Rp2.750.000
Setyo 800 Rp1.500 400 Rp600.000 Rp80.000 4 Rp320.000 Rp100 1600 Rp160.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.080.000 Rp2.600.000
Sunggowo 1000 Rp1.500 500 Rp750.000 Rp80.000 5 Rp400.000 Rp100 2100 Rp210.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.360.000 Rp2.360.000
Dzikri 1800 Rp1.500 900 Rp1.350.000 Rp80.000 9 Rp720.000 Rp100 3600 Rp360.000 Rp500.000 4 Rp2.000.000 Rp4.430.000 Rp2.461.111
Sugeng 1500 Rp1.500 750 Rp1.125.000 Rp80.000 8 Rp640.000 Rp100 3000 Rp300.000 Rp500.000 3 Rp1.500.000 Rp3.565.000 Rp2.376.667
Wahyu 700 Rp1.500 400 Rp600.000 Rp80.000 4 Rp320.000 Rp100 1400 Rp140.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.060.000 Rp2.942.857
Handoyo 600 Rp1.500 300 Rp450.000 Rp80.000 3 Rp240.000 Rp100 1200 Rp120.000 Rp500.000 1 Rp500.000 Rp1.310.000 Rp2.183.333
Esti 600 Rp1.500 300 Rp450.000 Rp80.000 3 Rp240.000 Rp100 1200 Rp120.000 Rp500.000 1 Rp500.000 Rp1.310.000 Rp2.183.333
Ajeng 800 Rp1.500 400 Rp600.000 Rp80.000 4 Rp320.000 Rp100 1600 Rp160.000 Rp500.000 2 Rp1.000.000 Rp2.080.000 Rp2.600.000
Fatkhu 500 Rp1.500 300 Rp450.000 Rp80.000 3 Rp240.000 Rp100 1000 Rp100.000 Rp500.000 1 Rp500.000 Rp1.290.000 Rp2.580.000
Rp3.130.00 Rp17.500.00
Jumlah 15600 7900 Rp11.850.000 1200000 82 Rp 6.560.000 Rp1.500 31300 Rp7.500.000 35 Rp39.040.000 Rp47.741.500
0 0
Rata -
Rp1.500 526,67 Rp790.000 80000 5,47 Rp437.333 Rp100 2087 Rp 208.667 Rp500.000 2,33 Rp1.166.667 Rp2.602.667 Rp3.182.767
Rata
81
Lampiran 4. Data Perhitungan Tenaga Kerja
Pengolahan Lahan Pemupukan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Jumlah Konversi/1000M2
Luas Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja TKLK Upah Tenaga Kerja
Nama
Lahan
upah J.T. upah upah upah upah
J.T.K J.H.K upah J.H.K upah J.T.K J.H.K upah J.T.K J.H.K upah J.T.K J.H.K upah
harian K harian harian harian harian
Mulidi 1000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.350.000 Rp1.350.000
Giyarto 1500 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 1 Rp50.000 Rp100.000 2 20 Rp50.000 Rp2.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp2.700.000 Rp1.800.000
Poniman 1250 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 2 20 Rp50.000 Rp2.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp2.650.000 Rp2.120.000
Anom 750 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.350.000 Rp1.800.000
Rukiyono 1700 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 1 Rp50.000 Rp100.000 2 20 Rp50.000 Rp2.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp2.700.000 Rp1.588.235
Setyo 1100 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 2 1 Rp50.000 Rp100.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp1.500.000 Rp1.363.636
Sunggowo 800 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.350.000 Rp1.687.500
Dzikri 1000 0 2 Rp50.000 Rp0 1 2 Rp50.000 Rp100.000 2 1 Rp50.000 Rp100.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp1.400.000 Rp1.400.000
Sugeng 1800 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 1 Rp50.000 Rp100.000 2 20 Rp50.000 Rp2.000.000 3 2 Rp50.000 Rp300.000 Rp2.800.000 Rp1.555.556
Wahyu 1500 2 2 Rp50.000 Rp200.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 2 20 Rp50.000 Rp2.000.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 Rp2.650.000 Rp1.766.667
Handoyo 700 1 2 Rp50.000 Rp100.000 2 2 Rp50.000 Rp200.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.450.000 Rp2.071.429
Esti 600 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.350.000 Rp2.250.000
Ajeng 600 1 2 Rp50.000 Rp100.000 0 2 Rp50.000 Rp0 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.250.000 Rp2.083.333
Fatkhu 800 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 1 1 Rp50.000 Rp50.000 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 1 2 Rp50.000 Rp100.000 Rp1.350.000 Rp1.687.500
Utami 500 0 2 Rp50.000 Rp0 0 2 Rp50.000 Rp0 0 1 Rp50.000 Rp0 1 20 Rp50.000 Rp1.000.000 0 2 Rp50.000 Rp0 Rp1.000.000 Rp2.000.000
jumlah 18 30 Rp750.000 Rp1.800.000 19 30 Rp750.000 Rp1.900.000 19 15 Rp750.000 Rp950.000 20 300 Rp750.000 Rp20.000.000 22 30 Rp750.000 Rp2.200.000 Rp26.850.000 Rp26.523.856
Rata - Rata 1 2 Rp50.000 Rp120.000 1 2 Rp50.000 Rp126.667 1 1 Rp50.000 Rp63.333 1 20 Rp50.000 Rp1.333.333 1 2 Rp50.000 Rp146.667 Rp1.790.000 Rp1.768.257
82
Lampiran 5. Tabel Penerimaan Usaha Tani Konversi per 1000M2
Luas Jumlah Harga
Nama Penerimaan
Lahan(M2) Produksi(Kg) Jual/Kg
Mulidi 1000 450 Rp15.000 Rp6.750.000
Giyarto 1500 460 Rp15.000 Rp6.900.000
Poniman 1250 480 Rp15.000 Rp7.200.000
Anom 750 480 Rp15.000 Rp7.200.000
Rukiyono 1700 500 Rp15.000 Rp7.500.000
Setyo 1100 500 Rp15.000 Rp7.500.000
Sunggow
800 450 Rp15.000 Rp6.750.000
o
Dzikri 1000 450 Rp15.000 Rp6.750.000
Sugeng 1800 450 Rp15.000 Rp6.750.000
Wahyu 1500 440 Rp15.000 Rp6.600.000
Handoyo 700 500 Rp15.000 Rp7.500.000
Esti 600 450 Rp15.000 Rp6.750.000
Ajeng 600 500 Rp15.000 Rp7.500.000
Fatkhu 800 475 Rp15.000 Rp7.125.000
Utami 500 440 Rp15.000 Rp6.600.000
Rp105.375.00
Jumlah 15600 7025 Rp225.000
0
Rata -
1040 468,33 Rp15.000 Rp7.025.000
Rata
83
Lampiran 6. Tabel Biaya Produksi Usahatani Selada Organik
Luas Lahan Biaya
Nama Biaya Tetap Biaya T.K Jumlah
(M2) Variabel
Mulidi 1000 Rp2.350.000 Rp295.042 Rp1.350.000 Rp3.995.042
Giyarto 1500 Rp2.376.667 Rp478.306 Rp1.800.000 Rp4.654.973
Poniman 1250 Rp2.568.000 Rp358.292 Rp2.120.000 Rp5.046.292
Anom 750 Rp2.760.000 Rp294.500 Rp1.800.000 Rp4.854.500
Rukiyono 1700 Rp2.550.000 Rp502.722 Rp1.588.235 Rp4.640.957
Setyo 1100 Rp2.750.000 Rp164.625 Rp1.363.636 Rp4.278.261
Sunggow
800 Rp2.600.000 Rp271.333 Rp1.687.500 Rp4.558.833
o
Dzikri 1000 Rp2.360.000 Rp202.542 Rp1.400.000 Rp3.962.542
Sugeng 1800 Rp2.461.111 Rp581.389 Rp1.555.556 Rp4.598.056
Wahyu 1500 Rp2.376.667 Rp243.000 Rp1.766.667 Rp4.386.334
Handoyo 700 Rp2.942.857 Rp249.944 Rp2.071.429 Rp5.264.230
Esti 600 Rp2.183.333 Rp96.472 Rp2.250.000 Rp4.529.805
Ajeng 600 Rp2.183.333 Rp165.889 Rp2.083.333 Rp4.432.555
Fatkhu 800 Rp2.600.000 Rp145.444 Rp1.687.500 Rp4.432.944
Utami 500 Rp2.580.000 Rp76.333 Rp2.000.000 Rp4.656.333
Rp4.125.83
Total Rp37.641.968 Rp26.523.856 Rp68.291.657
3
Rata - Rata Rp2.509.465 Rp275.056 Rp1.768.257 Rp4.552.777
84
Lampiran 7. Tabel Pendapatan Usaha Tani
Total Biaya Produks Harga Jual Penerimaan Pendapatan
Nama
Produksi (Rp) i (Kg) (Rp/Kg) (Rp) (Rp)
Mulidi Rp3.995.042 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.754.958
Giyarto Rp4.654.973 460 Rp15.000 Rp6.900.000 Rp2.245.027
Poniman Rp5.046.292 480 Rp15.000 Rp7.200.000 Rp2.153.708
Anom Rp4.854.500 480 Rp15.000 Rp7.200.000 Rp2.345.500
Rukiyono Rp4.640.957 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp2.859.043
Setyo Rp4.278.261 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp3.221.739
Sunggow
Rp4.558.833 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.191.167
o
Dzikri Rp3.962.542 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.787.458
Sugeng Rp4.598.056 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.151.944
Wahyu Rp4.386.334 440 Rp15.000 Rp6.600.000 Rp2.213.666
Handoyo Rp5.264.230 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp2.235.770
Esti Rp4.529.805 450 Rp15.000 Rp6.750.000 Rp2.220.195
Ajeng Rp4.432.555 500 Rp15.000 Rp7.500.000 Rp3.067.445
Fatkhu Rp4.432.944 475 Rp15.000 Rp7.125.000 Rp2.692.056
Utami Rp4.656.333 440 Rp15.000 Rp6.600.000 Rp1.943.667
Rp105.375.00
Jumlah Rp68.291.657 7025 Rp225.000 Rp37.083.343
0
Rata -
Rp4.552.777 468 Rp15.000 Rp7.025.000 Rp2.472.223
Rata
85