Diajukan Oleh :
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan Kerja Lapangan yang berjudul “Proses Pembuatan dan Uji Kualitas Pupuk
Petroganik di PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur” dapat terselesaikan.
Penyusunan laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P., selaku Dosen Pembimbing Kerja Lapangan.
2. Bapak Dr. Ir. Benito Heru P., M. Agr., selaku Ketua Program Studi Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Dr. Eko Hanudin, S.P., M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Bapak Heru Wahyumiadi, selaku Pembimbing Lapangan Departemen Riset
Pemuliaan dan Pengolahan Hasil Tanaman PT Petrokimia Gresik.
5. Bapak Chalbirin, Bapak Sujono, Bapak Catur, Ibu Khalifah, Ibu Ajeng, Ibu Yossi, Ibu
Astrid, Bapak Rizky, Bapak Komari, Ibu Riris, Ibu Lucky serta segenap karyawan PT
Petrokimia Gresik yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek.
6. Orangtua serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.
7. Dini, Puspa, Irsyad, Kelvian, Satria, Lely, Aswin, Hana, Nisa, Ari, Rifaldy, Jalu, Viki
selaku teman-teman dalam Kerja Lapangan.
8. Teman-teman Ilmu Tanah 2012 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan.
Semoga laporan ini dapat menjadikan masukan bagi penulis sendiri maupun pihak
yang memerlukan. Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan laporan tersebut. Harapan penulis semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
PROSES PEMBUATAN DAN UJI KUALITAS PUPUK PETROGANIK
DI PT PETROKIMIA GRESIK, JAWA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan ketahanan pangan di Indonesia adalah masalah produktivitas
tanaman pangan yang masih cukup rendah. Produktivitas lahan umumnya relatif rendah
sebagai akibat kandungan humus yang sudah sangat rendah, terutama yang sudah cukup lama
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan. Pupuk merupakan sarana produksi yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan dengan kontribusi
sebesar 32% dari biaya produksi. Pupuk senantiasa dibutuhkan dalam usaha peningkatan
produksi pangan di dunia. Pupuk merupakan salah satu komponen faktor produksi suatu
usaha tani. Pupuk diberikan ke lahan sebagai sumber hara tanaman untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang tidak mampu dicukupi oleh hara yang secara alamiah terdapat
dalam tanah. Adanya pupuk sebagai pemasok hara tanaman yang esensial bagi produksi
tanaman yang tinggi menjadikan pupuk vital bagi produksi tanaman (Mukhlis, 2011).
Penggunaan pupuk kimia memang banyak memberikan keuntungan bagi sebagian
besar petani. Hal ini dikarenakan pupuk kimia dapat menyediakan unsur hara secara cepat
sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Namun seiring berjalannya waktu,
aplikasi pupuk kimia secara terus menerus justru menurunkan tingkat kualitas tanah. Selain
tanah menjadi ketergantungan terhadap pupuk kimia, aplikasi pupuk kimia juga dapat
menurunkan kesehatan tanah karena kandungan bahan-bahan kimianya menjadi residu
didalam tanah sehingga menyebabkan biodiversitas didalam tanah menjadi menurun.
Dengan adanya permasalahan menurunnya tingkat kesuburan lahan yang ditandai oleh
semakin rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah mendorong PT Petrokimia Gresik
untuk segera memberikan respon jalan keluar. Sebagai produsen pupuk terlengkap di
Indonesia (Urea, SP-36, ZA, NPK) PT Petrokimia Gresik mencoba untuk mengembangkan
varian pupuk baru yaitu pupuk organik. Pengembangan ini sekaligus mendukung program
pemerintah Indonesia Go Organik 2010 yang dicanangkan sejak tahun 2001.
Pupuk organik produksi PT Petrokimia Gresik ini diberi nama pupuk petroganik.
Pupuk petroganik ini memiliki spesifikasi yakni mengandung C-organik ± 15%, C/N ratio
15-20, kadar air 8-20%, pH 4-9, berwarna coklat kehitaman, dan berbentuk granul sehingga
memudahkan untuk aplikasi dilapangan (Anonim, 2012). Dengan berbagai spesifikasi yang
6
dimiliki oleh pupuk petroganik ini, maka dari itu akan dilaksanakan kerja lapangan mengenai
proses pembuatan dan uji kualitas pupuk petroganik di PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
1. Memberikan gambaran nyata tentang penerapan dari ilmu atau teori yang
diperoleh di bangku perkuliahan dan membandingkannya dengan kondisi nyata
di lapangan.
2. Mengetahui secara umum dunia industri pupuk.
3. Melatih dan memberikan bekal pengalaman praktek kepada mahasiswa untuk
dapat bekerja dalam lingkungan masyarakat
4. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan di lapangan
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui proses produksi dan aktivitas harian di PT. Petrokimia Gresik.
2. Mempelajari dan mengetahui proses pembuatan pupuk petrogranik yang
dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik.
3. Mengetahui metode pengujian kualitas pupuk petro biofertil di PT. Petrokimia
Gresik, Jawa Timur.
1.3 MANFAAT
a. Melatih mahasiswa menjadi lebih disiplin dalam hal waktu karena harus mematuhi
budaya kerja dimana mahasiswa melakukan praktek kerja lapangan.
b. Memberikan gambaran kegiatan kerja di PT Petrokimia Gresik yang merupakan
perusahaan berskala nasional.
c. Mahasiswa dapat mempelajari proses pembuatan pupuk organik dalam skala industri.
d. Mahasiswa dapat mempelajari pengujian mutu pupuk dan bahan baku yang digunakan
di tempat praktek kerja lapangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pupuk
Setiap bahan yang diberikan ke tanah untuk memasok satu atau lebih hara esensial bagi
tanaman dapat dianggap sebagai pupuk. Istilah pupuk lebih sering digunakan untuk
menyatakan pupuk komersial, terutama yang mengandung N, P, dan K. Hara adalah unsur
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menyempurnakan daur hidupnya. Hara tanaman dapat
dipilahkan menjadi hara makro (> 0,1% berat kering jaringan) dan hara mikro (< 0,1%)
(Asher, 1991).
Pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah. Hal tersebut dikarenakan
pupuk mengandung satu atau lebih unsur hara yang berguna untuk menggantikan kekurangan
unsur hara di dalam tanah yang akan terus berkurang akibat diserap oleh tanaman.
Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas menggunakan
pupuk. Pemupukan diartikan sebagai suatu upaya penambahan unsur hara ke dalam tanah
(pupuk akar) maupun bagian tubuh tanaman (pupuk daun). Tujuan dari pemupukan yaitu
untuk menyuburkan tanah serta meningkatkan produksi tanaman baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pemupukan yang benar harus memperhatikan empat tepat, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk
kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari
kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap,
tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di
dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan persentase
yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2007).
2.2 Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan suatu hasil akhir dari penguraian bahan-bahan atu sisa-sisa
seresah tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos,
bungkil, guano, tepung tulang dsb. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan
permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan
daya simpan air, yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat. Agar dapat
disebut sebagai pupuk organik, pupuk yang dibuat dari bahan-bahan alami tersebut harus
8
memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam
bentuk senyawa anorganik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman, pupuk tresebut
tidak meninggalkan sisa asam organik di tanah dan pupuk tersebut mempunyai kadar
senyawa C-organik yang tinggi seperti hidrat arang (Yuliarti, 2009).
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk gergaji, kotoran
hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi hara alam pupuk organik
sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi
berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran
ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat berasal dari sampah organik kota, limbah
industri, dan sebagainya (Suriyadikarta, 2005)
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk
anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan
tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan
kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah.
Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation,
meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah
seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga
perkembangannya menjadi lebih cepat (Amilia, 2011).
Pupuk organik sangat penting terutama karena sebagai berikut (Rinsema, 1993) : 1.
Memperbaiki struktur tanah. Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam
tanah dibentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir
pasir menjadi butiran yang lebih besar. Lagipula di dalam tanah tumbuh sistem tali-temali
yang terdiri dari benang-benang jamur yang mengikat bagian tanah menjadi kesatuan. 2.
Menaikkan daya serap tanah terhadap air Bahan organik mempunyai daya absorpsi yang
besar terhadap air tanah. Karena itu pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif
terhadap hasil tanaman, apalagi pada musim panas yang kering. 3. Menaikkan kondisi
kehidupan di dalam tanah Hal ini terutama disebabkan karena organisme di dalam tanah
dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme di dalam tanah
dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme itu di dalam tanah
mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam sifatnya. 4. Mengandung zat makanan
tanaman Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman. Bagian
yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan organik itu. Pupuk organik
9
biasanya menunjukkan pengaruh reaksi reaksi nitrogen yang jelas terlihat. Pengaruh dari
fosfat dan kalium biasanya tidak begitu jelas.
2.2 Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair
(urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik (pupuk
kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.
Disamping mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K),
pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat,
sedangkan nitrogen dan kalium bersal dari kotoran cair (Santoso, 2002). Pupuk organik padat
(konvensional) yang biasa dipakai petani adalah pupuk organik dari kompos atau pupuk
kandang yang terdekomposisi secara alami berbentuk serbuk kasar atau gumpalan. Pupuk
organik padat tersebut masih tercampur dengan bahan-bahan lain seperti sekam, jerami,
serbuk gergaji, dan lain-lain dengan bau yang masih menyengat dan dalam kondisi relatif
basah. Dengan demikian, pupuk tersebut terkesan kotor. Bentuk pupuk organik padat saat ini
semakin beragam disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Saat ini bentuk pupuk organik
padat yang ditawarkan antara lain serbuk, butiran, pelet, dan tablet. Pupuk organik bentuk
butiran, pelet, dan tablet merupakan bentuk pupuk organik konsentrat yang dibentuk dengan
mesin pencetak bertekanan tinggi (Musnamar, 2003).
Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak sapi, baik
berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine),
sehingga kualitas pupuk kandang kotoran sapi beragam tergantung pada jenis, umur, serta
kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan
lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya.
Pupuk kandang sapi biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O.
Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5 dan
0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5 dan 1,35%
K2O (Soepardi, 1983).
2.3 Pengujian Mutu Pupuk
Pembuatan pupuk organik yang dikomersilkan harus memenuhi persyaratan
standar baku mutu pupuk organik. Menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.70/Permentan /SR.140/10/2011 tentang pengujian mutu pupuk organik adalah analisis
kandungan hara, unsur logam berat dan mikroba patogen yang dilakukan di laboratorium
sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan dalam Standar Baku Mutu Pupuk
10
Organik. Berikut merupakan persyaratan standar mutu pupuk yang telah ditetapkan oleh
Permentan.
Tabel 1. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat Menurut Permentan
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu Kegiatan.
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan dari tanggal 2 Mei 2016 – 27 Mei 2016.
b. Tempat Pelaksanaan.
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Departemen Riset Pemuliaan dan
Pengolahan Hasil Tanaman, Kompartemen Riset, PT Petrokimia Gresik.
12
Analisis C-organik, N-organik, dan Fe sampel bahan
13 Jumat, 20 Mei 2016 baku dan produk petroganik
13
b. Data sekunder pengumpulan data ini menggunakan metode dokumenter, yaitu
data yang diperoleh berasal dari literatur, dokumen, dan arsip.
5. Studi literatur untuk melengkapi bahan-bahan dan informasi yang didapat selama
melakukan kerja praktek.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum PT Petrokimia Gresik
4.1.1 Sejarah singkat PT Petrokimia Gresik
PT Petrokimia Gresik (PKG) merupakan produsen pupuk terlengkap di
Indonesia. PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu anak perusahaan dari Pupuk
Indonesia Holding Company (PIHC) bersama dengan pabrik pupuk lain yang ada di
Indonesia, yaitu Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Bontang, Pupuk Sriwijaya (Pusri)
Palembang, Pupuk Kujang Cikampek (PKC) Jawa Barat, dan Pupuk Iskandar Muda
(PIM) Aceh. PT Petrokimia Gresik berproduksi dengan 21 plant (pabrik) dan
menempati lahan seluas ± 450 hektar di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur yang
mencakup tiga kecamatan yaitu Kec. Gresik, Kec. Kebomas, dan Kec. Manyar yang
merupakan kawasan perindustrian Kabupaten Gresik. PT Petrokimia Gresik didirikan
berdasarkan ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 dan Keputusan Presiden RI No. 260
tahun 1960, dengan nama “Projek Petrokimia Soerabaja‟ yang merupakan proyek
prioritas pada masa itu. Pada awal didirikan bertujuan atas dasar keinginan untuk
menunjang swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah. Seiring berjalannya
waktu perubahan terjadi terus sampai saat ini. Nama Petrokimia berasal dari kata
“Petroleum Chemical” dan kemudian disingkat menjadi ‘Petrochemical’ yang berarti
bahan-bahan kimia yang terbuat dari migas sebab bahan baku utama yang digunakan
untuk pembuatan pupuk dari minyak bumi serta gas alam, maka digunakan nama
Petrokimia sebagai nama perusahaan. Sejarah Singkat PT. Petrokimia Gresik
dijelaskan sebagai berikut:
a. Rencana pembangunan pabrik pupuk yang merupakan proyek prioritas dalam Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap I (1961-1969). Proyek yang
didasarkan pada MPRS No. II/MPRS/1960 dan Kepres No. 260/1960 ini diberi
nama
Projek Petrokimia Soerabaja di Tahun 1960.
b. Atas instruksi Presiden No. 1 tahun 1963 dengan penandatanganan kontrak pada
tanggal 10 Agustus 1964 maka pada tahun tersebut dilakukan pembangunan fisik
pertama oleh Considit spA dari Italia namun pada tahun 1968 proyek tergenti
sementara akibat pergolakan politik yang memburuk dan krisis ekonomi.
c. Pada tahun 1972 proyek pembangunan usai dan di resmikan oleh Presiden Soeharto
dengan bentuk badan usaha Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan PP No
15
55/1971
pada tanggal 10 Juli 1972 dengan nama PT. Petrokimia Gresik yang kemudian pada
tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi PT. Petrokimia Gresik.
d. Perusahaan mengalami perubahan status yaitu pada tahun 1975 dari Perusahaan
Umum menjadi Perseroan dengan nama PT Petrokimia Gresik (Persero)
berdasarkan
PP No. 35/1974 jo PP No. 14/1975.
e. PT Petrokimia Gresik resmi menjadi bagian dari anggota Holding PT. Pupuk
Sriwijaya berdasarkan PP No. 28/1997 yang kemudian pada tahun 2012 menjadi
anggota holding company PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC)
berdasarkan SK kementrian Hukum dan HAM RI nomor : AHU-17695.AH.01.02
PT Petrokimia Gresik secara konsisten melakukan inovasi produk dan pengembangan
pabrik berbasis teknologi. Berbagai langkah inovasi dikembangkan mulai dari sekedar
produsen pupuk menjadi industri pupuk terlengkap dan produsen produk non pupuk
seperti produk agrokompleks. Pengembangan terus dilakukan melalui kerjasama
dengan perguruan tinggi, balai penelitian serta instansi pemerintah atau swasta. Pada
tahun 2006 PT Petrokimia juga mengembangkan produk-produk inovasi untuk bidang
perikanan dan peternakan seperti probiotik ikan dan ternak, beras fungsional,
dekomposer serta benih unggul. Pengembangan produk-produk inovasi ini berkaitan
dengan tujuan perusahaan untuk menjadi perusahaan yang bergerak dibidang
pertanian.
16
4.1.2 Lokasi Perusahaan
17
b. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegoiatan
operasional dan pengembangha usaha perusahaan.
c. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional
dan berperan aktif dalam community development
Tata nilai kebudayaan perusahaan:
a. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan
hidup dalam setiap kegoiatan operasional.
b. Memanfaatka profesionalisme untuk peningkatan kepuasan pelanggan.
c. Meningkatkan inovasi untuk memenangkan bisnis.
d. Mengutamakan integritas di atas segala hal.
e. Berupaya membangun semangat kelompok yang sinergistik.
18
e. Warna hitam sebagai lambang kedalaman, stabilitas, dan keyakinan teguh. Garis batas
hitam di seluruh komponen sebagai lambang kewibawaan dan elegan.
Dari semua arti individual di atas, keseluruhan logo diartikan menjadi “Dengan hati yang
bersih berdasarkan kelima sila pancasila, PT. Petrokimia Gresik berusaha mencapai
masyarakat adil dan makmur untuk menuju kegunaan Bangsa”.
19
yang berdaya saing tinggi di pasar. Di samping kegiatan penelitian dan
pengembangan yang dilakukan dilaboratorium, PT. Petrokimia Gresik juga memiliki
Kebun Percobaan seluas 5 hektar yang dilengkapi berbagai fasilitas antara lain :
Laboratorium tanah, Laboratorium tanaman, Laoratorium kultur jaringan, Rumah
kaca, Screen house, Mini plant Pupuk NPK, Petroganik, Pupuk Hayati, dan Pabrik
Benih, dan Tanaman uji coba. Kebun percobaan berfungsi sebagai:
1. Tempat pengujian produk sebelum komersial
2. Percontohan pemeliharaan tanaman dan ternak
3. Sumber informasi pertanian
4. Koleksi tanaman buah dan tanaman hias
5. Media belajar dan studi wisata bagi pelajar, mahasiswa, petani dan masyarakat
6. Indikator lingkungan
7. Sarana pendidikan dan pelatihan
8. Laboratorium
Untuk meningkatkan mutu, PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa laboratorium, antara
lain: Laboratorium Kalibrasi, Laboratorium Uji Kimia, Laboratorium Uji Mekanik dan
Laboratorium Uji Kelistrikan.
20
6. Indikator lingkungan
7. Diklat purna tugas karyawan PT Petrokimia Gresik.
21
perakitan varietas benih yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Gresik dan lokasi tanaman
koleksi, rumah kaca, kandang penggemukan sapi potong dan unit komposting.
22
10. Melaksanakan kerjasama riset dengan Balai, perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
terkait lain.
23
4.3 ALUR PROSES PRODUKSI PUPUK PETROGANIK
PETROKIMIA GRESIK LEMBAGA PENGUJI
MITRA KERJA
(sesuai Permentan 70/2011)
Bahan Baku:
KoHe (Kotoran sapi/ayam) Analisa Bahan
Kompos pertanian Baku
- Blotong
- Limbah jamur
Pembuatan
Proses Produksi Formula
Pengambilan
Sampel
Hasil Analisa
Mutu Produk Analisa Mutu
Produk
Evaluasi CoA sebagai
dasar penerbitan PO CoA
24
Apabila bahan baku yang diserahkan ke PT Petrokimia tidak memenuhi syarat maka
akan ditolak. Sedangkan untuk bahan baku yang telah memenuhi syarat akan mendapatkan
ijin produksi dan akan diberikan formula untuk proses pembuatannya. Dari pihak PT
Petrokimia selain melakukan analisis bahan baku dari mitra juga melakukan produksi
formula. Formula untuk memproduksi pupuk petroganik diberi nama mixtro. Formula mixtro
ini berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terkandung didalam pupuk dan untuk
mempercepat penyerapan unsur hara oleh tanah dan tanaman. Pemberian formula inilah yang
membedakan produk pupuk petroganik dengan produk pupuk-pupuk organik yang lain.
Bagi mitra yang telah mendapatkan ijin produksi selanjutnya dapat melakukan proses
produksi pupuk petroganik. Selanjutnya, setelah proses produksi selesai dan produk sudah
siap untuk dijual, tidak serta merta bisa langsung didistribusikan, melainkan harus
mendapatkan sertifikat uji mutu pupuk yang dikeluarkan oleh lembaga penguji (lembaga
independen). Produk yang telah selesai dibuat tersebut harus dikirimkan beberapa sampel
kepada lembaga penguji untuk di analisis mutu produk pupuknya. Setelah analisis selesai,
apabila produk tersebut telah memenuhi syarat produk pupuk yang berlaku, maka mitra yang
memproduksi tersebut akan mendapatkan sertifikat uji mutu pupuk (CoA). Selanjutnya hasil
analisa mutu produk (CoA) tersebut dikirimkan oleh mitra ke pihak PT Petrokimia untuk di
evaluasi sebagai dasar penerbitan PO dan produk tersebut sudah boleh didistribusikan.
Berikut merupakan standar mutu pupuk organik granul yang dikeluarkan oleh Peraturan
Menteri Pertanian No. 70 tahun 2011 :
25
Table 3. Standar Mutu Pupuk Organik Granul
No. Parameter Satuan Standar Mutu
1. C-Organik % Min. 15%
2. C/N Rasto - 15 - 25
3. Bahan Ikutan (plastic, kaca, kerikil) % Maks. 2
4. Kadar Air % 8 - 20
5. Logam Berat
As ppm Maks. 10
Hg ppm Maks. 1
Pb ppm Maks. 50
Cd ppm Maks. 2
6. pH 4-9
7. Hara Makro (N + P2O5 + K2O) % Min. 4
8. Mikroba Kontaminan
E. Coli Cfu/g Maks. 102
Salmonella sp Cfu/g Maks. 102
9. Ukuran Butiran 2-5 mm % Min. 80
10. Hara Mikro
Fe total atau ppm Maks. 9000
Fe tersedia ppm Maks. 500
Mn ppm Maks. 5000
Zn ppm Maks. 5000
11. La ppm 0
12. Ce ppm 0
Sumber : Peraturan Menteri Pertanian No. 70 tahun 2011
26
sehingga memperoleh ijin penerbitan PO dan distribusi produk bisa dilakukan. Tata cara
analisa mutu petroganik tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Pengiriman sampel
produk Lab Uji
27
dari berbagai jenis bahan organik lain. Kondisi ini diaharapkan dapat mengefektifkan fungsi
bahan organik dalam memeperbaiki struktur tanah serta penyedia unsur hara bagi tanaman.
Adanya formula khusus yang digunakan sebagai bahan pendukung dalam proses
pembuatan Petroganik menjadi pembeda Petroganik dengan produk pupuk organik lainnya.
Formula khusus yang dipakai dalam Petroganik, yaitu Mixtro. Formula ini dibuat secara
intern di PT Petrokimia Gresik dan diperuntukkan khusus untuk proses produksi Petroganik.
Formula ini mendukung dalam penentuan proporsi bahan baku (consumtion rate) Petroganik.
Lebih dari 80% bahan baku yang digunakan dalam proses produksi Petroganik adalah bahan
organik alami, sisanya berupa bahan tambahan, yaitu kapur dan Mixtro. Formula mixtro
sendiri berfungsi sebagai tambahan sumber hara N, P, dan K. selain itu mixtro juga berfungsi
sebagai penguat dalam penyerapan unsur hara oleh tanah dan tanaman. Didalam kandungan
mixtro juga terdapat C-Organik, sehingga dengan penambahan formula mixtro ini turut
menyumbang kadar C-Organik didalam produk petroganik. Penggunaan mixro dalam
consumption rate hanya sekitar 1% dari total produksi. Dalam proses produksi penggunaan
mixtro tidak boleh berlebihan karena akan menghambat dalam proses granulasi.
Sumber bahan baku petroganik di PT Petrosida Gresik diantaranya adalah kotoran
ayam dan kotoran sapi. Kotoran ayam biasanya diperoleh dari daerah Blitar, Pasuruan, dan
Lamongan. Kotoran sapi diperoleh dari daerah Probolinggo dan Pasuruan. Kapur pertanian
diperoleh dari Desa Puger, Jember. Ketiga jenis bahan baku tersebut diserahkan oleh para
pengepul dari masing-masing daerah ke pihak PT Petrosida Gresik bagian pengadaan barang.
Setelah dilakukan analisis di laboratorium, bahan baku (khusunya kotoran sapi dan kotoran
ayam) yang diterima yaitu yang memiliki kadar air <25 %, tetapi masih diberikan toleransi
hingga kadar 30% dengan ketentuan tersendiri, yakni berat bahan baku dikonversi sesuai
dengan kadar air yang telah ditentukan. Sementara untuk kandungan C-Organik yang
diterima disini yaitu > 15% untuk kotoran sapi dan kotoran ayam. Dibawah ketentuan-
ketentuan tersebut maka bahan baku akan ditolak.
Proses pembuatan pupuk petroganik yang dilakukan oleh PT Petrosida Gresik ini
diawali dengan proses penimbangan masing-masing bahan baku sesuai consumption rate
petroganik. Bahan baku yang diterima oleh PT Petrosida Gresik ini sudah dalam bentuk halus
ukuran ± 80-100 mess, sehingga dalam proses produksi disini tidak diperlukan penghalusan
bahan baku terlebih dulu. Berikut data consumption rate terbaru untuk pembuatan 1000 kg
petroganik.
28
Tabel 4. Consumption Rate Petroganik
No. Bahan Baku Konsumsi (kg)
1. Kotoran Ayam 660
2. Kotoran Sapi 260
3. Kaptan (Kapur Pertanian) 200
4. Mixtro 10
Keterangan : - CR bahan baku kotoran ayam excess = 10%
- CR bahan baku kotoran sapi excess = 30%
Penetapan consumption rate ini bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi bahan baku
yang ada. Perubahan consumption rate disesuaikan dengan kadar C-Organik dari bahan baku
yang tersedia. Apabila terdapat bahan baku yang memiliki kadar C-Organik tidak mencapai
batas ketentuan yakni >15% maka akan dicampurkan dengan bahan baku lain yang memiliki
kadar C-Organik lebih tinggi.
Setelah dilakukan penimbangan sesuai Consumption Rate, kemudian dilakukan
pencampuran dari ke empat bahan-bahan tersebut. Proses pencampuran yang dilakukan disini
menggunakan alat pencampur (mixing). Dalam proses pencampuran ini, bahan-bahan yang
dicampur adalah kotoran sapi, kotoran ayam, dan kapur pertanian. Setelah semua bahan
tercampur dengan merata kemudian bahan tersebut dinaikkan ke belt conveyor untuk
selanjutnya masuk ke pan granulator untuk membentuk bahan-bahan halus tadi menjadi
butiran-butiran granul. Dalam proses pembuatan granul didalam pan granulator inilah proses
penambahan formula mixtro dan air ditambahkan. Formula mixtro yang ditambahkan yaitu
sebesar 1% dari total bahan baku produksi. Sedangkan untuk penambahan air dilakukan
sampai bahan baku pada pan granulator menjadi lembab sehingga lebih mudah untuk
dibentuk menjadi butiran granul. Selanjutnya, setelah selesai digranulasi pada pan granulator
kemudian bahan-bahan tersebut masuk ke dalam mesin pengeringan (drying). Dalam mesin
pengeringan ini dilakukan pemanasan hingga suhu mencapai 300oC dengan batu bara sebagai
sumber panasnya. Setelah keluar dari mesin pengeringan, kemudian bahan-bahan tersebut
masuk ke mesin pendinginan (cooler) dan selanjutnya masuk ke mesin pengayakan
(Screening). Didalam mesin pengayakan ini akan dipisahkan produk-produk berdasarkan
ukurannya. Untuk produk yang sesuai ukuran (2-5 mm) selanjutnya akan masuk ke mesin
pengemasan (Packaging). Sedangkan untuk produk yang tidak sesuai ukuran (terlalu besar
maupun terlalu kecil) maka akan dipilah tersendiri. Untuk produk dengan ukuran yang terlalu
besar akan masuk ke dalam mesin crusher untuk dihaluskan, sementara untuk produk yang
terlalu kecil akan masuk ke dalam pan granulator untuk selanjutnya dilakukan granulasi
29
kembali. Untuk lebih jelasnya proses pembuatan pupuk petroganik dapat dilihat dalam
diagram berikut ini :
Penghalusan
(Crusher)
Bahan baku
Kotoran Sapi Penimbangan
Analisa Bahan Baku
Kotoran Ayam Laboratorium
Kaptan
Mixtro
Pencampuran
Bahan Baku
Proses Proses
Proses Pendinginan dan Pengeringan Granulasi
Pengayakan
Pengemasasan
30
akan mendapatkan sertifikat analisis. Apabila PT Petrosida Gresik telah memperoleh
Certificate of Analysys selanjutnya sertifikat tersebut diserahkan kepada PT Petrokimia
Gresik untuk mendapatkan ijin distribusi. Berikut merupakan hasil analisis produk
petroganik terbaru yang telah dikeluarkan oleh Laboratory of Soil Fertility and Plant
Nutrition, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture,
Universitas Padjadjaran.
31
Tabel 5. Hasil Analisa Bahan Baku dan Produk Petroganik
Hasil Analisa Ketentuan
Parameter
Bahan Baku Produk Bahan Baku Produk
Kadar Air 14,92 % 11,55 % < 25 % 8 – 20 %
C-Organik 15,04 % 16,79 % > 15 > 15
N-Organik 0,54 0,69 - -
C/N ratio 20,17 16,08 15 – 25 15 – 25
pH 8,47 8,37 6-9 4–9
Fe 5280 ppm 5469 ppm < 9000 ppm < 9000 ppm
Penetapan N-Organik
Penetapan N-Organik pada analisis uji mutu pupuk digunakan untuk
mengetahui rasio C/N dari pupuk tersebut. Ratio C/N menunjukkan perbandingan
antara unsur karbon dengan unsur nitrogen. Nitrogen yang dibutuhkan dalam analisis
ini adalah nitrogen organik. N-Organik diperoleh dari pengurangan N-total dengan N-
32
tersedia. Dalam analisis N-Organik ini dilakukan dalam dua tahap yaitu destruksi dan
destilasi. Dari hasil analisi N-Organik yang telah dilakukan di laboratorium tanah dan
tanaman diperoleh hasil sebesar 0,54 untuk bahan baku dan 0,69 untuk produk
petroganik. Tidak ada ketentuan kisaran N-Organik oleh Permentan, karena analisis
N-Organik ini dapat dikatakan hanya sebagai perantara untuk mendapatkan parameter
C/N ratio.
Penetapan C-Organik
C-Organik merupakan parameter terpenting dalam uji mutu pupuk organik.
Kadar C-Organik inilah yang membedakan antara pupuk anorganik dengan pupuk
organik. Kadar C-Organik akan menunjukkan jumlah bahan organik yang terkandung
dalam suatu bahan. Karbon sendiri berfungsi sebagai sumber energi untuk
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik. Parameter C-Organik ini
termasuk parameter yang sangat penting dan terbilang tidak mudah dipenuhi oleh
produsen pupuk organik. Hal ini karena kadar C-Organik didalam suatu bahan mudah
mengalami penurunan oleh faktor-faktor lain seperti faktor lingkungan maupun faktor
sumber makanan yang dikonsumsi oleh hewan ternak.
Metode analisis C-Organik yang digunakan yaitu pengabuan menggunakan
alat muffle furnace. Pada metode ini sampel akan dimasukkan ke dalam alat muffle
furnace dengan suhu mencapai 550oC dalam waktu kurang lebih 4 jam. Dari hasil
yang diperoleh pada analisis yang telah dilakukan didapatkan kadar C-Organik bahan
baku sebesar 15,04% dan C-Organik produk sebesar 16,79%. Hasil tersebut telah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Permentan yaitu kandungan C-Organik
untuk bahan baku maupun produk pupuk harus > 15%.
Penetapan C/N ratio
Ratio karbon dan nitrogen (C/N) mempunyai arti penting misalnya apakah
terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara
nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat dekomposisi dan
kecepatan penguraian bahan organik serta ketersedian unsur hara nitrogen didalam
tanah (Bachtiar, 2006). Ratio C/N yang baik untuk pupuk organik yaitu yang
mendekati ratio C/N mikroorganisme, sehingga tidak akan terjadi kompetisi
penggunaan unsur karbon dan nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman dengan yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme. Standar mutu untuk parameter ratio C/N ketentuan
33
Permentan yaitu berkisar 15-25. Rasio C/N diperoleh dari data C-Organik dan data N-
Organik.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh rasio C/N untuk bahan
baku sebesar 20,17 dan produk sebesar 16,08. Hasil yang didapatkan tersebut sudah
sesuai dengan standar mutu pupuk organik yang dikeluarkan oleh Permentan. Dari
hasil tersebut terlihat bahwa rasio C/N bahan baku lebih besar daripada produk, hal ini
dikarenakan pada produk telah mengalami serangkaian proses sehingga dekomposisi
bahan organik oleh mikrobia menjadi lebih sempurna. Selain itu karena dalam proses
produksi diberikan tambahan formula mixtro dimana mixtro ini juga mengandung
unsur nitrogen sehingga dapat menyumbangkan nitrogen pada produk pupuk
petroganik.
Penetapan pH
Dari enam parameter yang menjadi pokok dalam analisis uji mutu pupuk
salah satunya yaitu penetapan pH. pH sendiri berkaitan dengan reaksi kimia (tingkat
kemasaman) suatu bahan. pH yang terlalu masam maupun terlalu basa akan
mempengaruhi unsur-unsur mikro lain menjadi tidak tersedia didalam tanah. pH yang
cocok untuk diaplikasikan di tanah yaitu yang berada pada kisaran netral, karena pada
pH netral tersebut banyak unsur hara makro maupun mikro yang tersedia bagi
tanaman.
Pada penetapan pH ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH
untuk pengujian pupuk hanya pH aktual, sehingga menggunakan aquadest sebagai
bahan pelarutnya. Hasil penetapan pH yang diperoleh yaitu sebesar 8,47 untuk bahan
baku dan 8,37 untuk produk. Hasil ini telah sesuai dengan ketentuan Permentan
bahwa bahan baku yang digunakan untuk produksi pupuk organik haruslah memiliki
pH berkisar antara 6-9, sedangkan untuk produk antara 4-9.
Penetapan Fe
Fe merupakan salah satu unsur mikro yang juga dibutuhkan oleh tanaman
tetapi dalam jumlah sedikit. Apabila kandungan logam Fe yang terdapat dalam pupuk
tinggi maka akan meracuni tanaman. Sehingga parameter Fe ini juga menjadi salah
satu dari enam parameter yang sering tidak lolos uji mutu.
Analisis Fe yang dilakukan di laboratorium tanah dan tanaman menggunakan
metode oksidasi basah yaitu menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometer). Dari hasil pembacaan AAS dan melalui perhitungan didapatkan
34
kandungan Fe untuk bahan baku sebesar 5280 ppm dan untuk produk sebesar 5469
ppm. Hasil tersebut sudah sesuai dengan ketentuan standar mutu pupuk yang
ditetapkan oleh Permentan yakni kandungan logam Fe pada bahan baku maupun
produk pupuk organik harus dibawah angka 9000 ppm.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kerja lapangan yang dilakukan di PT Petrokimia Gresik maka dapat
disimpulkan bahwa :
36
DAFTAR PUSTAKA
Amilia, Yusefa. 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis
Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Departemen
Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Asher, C., J. 1991. Beneficial Elements, Functional Nutrients, and Possible New Essential
Elements. In J.J. Mortvedt et al. (Ed.) Micronutrient in Agriculture. SSSA. Madison,
Wisconsin.
Kementerian Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pupuk
Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. No 28/Permentan/SR. 130/5/2009.
Mukhlis, Sarifuddin, dan Hanum. 2011. Kimia Tanah. USU Press, Medan.
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher, Yogyakarta.
37
LAMPIRAN
38
Keadaan Lingkungan Pabrik Petroganik yang berada di Kebun Percobaan PT
Petrokimia Gresik
39