Oleh:
IQBAL RAMADHAN
1652010007
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
iv
bimbingan selama kegiatan Kerja Praktek dan memberikan kritik mapun
saran dalam penyusunan laporan Kerja Praktek.
6. Ibu Verona Amelia ST selaku pembimbing lapangan Kerja Praktek di PT.
Petrokimia Gresik yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan,
dan nasihat kepada penulis.
7. Seluruh karyawan di PT. Petrokimia Gresik yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu telah memberikan pengarahan, ilmu, dan
pengalaman khususnya di Departemen Lingkungan dan K3.
8. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, semoga segala kebaikan dan jasanya dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan dan penyusunan laporan
Kerja Praktek ini terdapat kekurangan adanya keterbatasan pengetahuan,
referensi, serta pengalaman. Maka kritik dan saran yang membangun penulis
harapkan demi terciptanya pembelajaran di masa yang akan datang.
Akhirnya harapan penulis semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
v
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
1
pupuk di Indonesia. Keberagaman pupuk yang diproduksi PT. Petrokimia Gresik
menghasilkan limbah dalam jumlah besar berupa limbah cair, gas, padat dan B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) yang membutuhkan penanganan masing-masing.
Upaya yang dilakukan PT. Petrokimia Gresik dalam mengelola limbah yang
dihasilkan seperti menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk menangani masalah limbah tersebut. Salah satunya yaitu Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) berupa Effluent Treatment dan Advanced
Treatment. Hasil pengolahan tersebut adalah air yang memenuhi baku mutu yang
kemudian dibuang ke badan air. Selain itu, hasil sampingan ET berupa sludge
dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku dan bahan penolong produksi
pembuatan pupuk dan produk lainnya.
PT. Petrokimia Gresik mempunyai visi untuk menjadi produsen pupuk dan
produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya paling diminati
konsumen, Untuk mencapai visi tersebut PT. Petrokimia Gresik sangat
memperhatikan faktor-faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung adalah
faktor manusia. Faktor manusia memiliki peluang yang cukup besar dalam
melakukan suatu kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Oleh
karena itu PT. Petrokimia Gresik menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam penelitian ini mengevaluasi penerapan
prosedur operasional SMK3 PT. Petrokimia Gresik untuk mencegah kecelakaan
kerja yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk
mengembangkan SMK3.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis bertujuan untuk mengadakan studi
kinerja pengolahan limbah cair, emisi gas serta manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) PT Petrokimia Gresik dengan mengangkat judul “Studi
Kinerja Pengolahan Limbah Cair, Emisi Gas dan Analisa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja PT Petrokimia Gresik”.
2
1. Kerja Praktek dilakukan pada Bagian Teknologi Departemen Lingkungan &
K3
2. Objek pengamatan yang digunakan adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah
Pabrik 3 dan Emisi Gas Pabrik Asam Sulfat.
3. Data-data didapat dari perusahaan serta melalui observasi dan kunjungan ke
Departemen Lingkungan & K3, Effluent Treatment III A , dan Pabrik III A
Asam Sulfat PT. Petrokimia Gresik
3
6. Memenuhi beban satuan kredit semester ( SKS ) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis kelulusan mahasiswa tahap sarjana di
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa
Timur
7. Menyelaraskan antara ilmu yang ada di kelas dan di lapangan
1.3.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan kerja praktek di PT Petrokimia Gresik sebagai
berikut:
1. Menganalisa karakteristik air limbah dan emisi udara yang dihasilkan oleh
PT. Petrokimia Gresik
2. Mengetahui dan mengkaji proses pengolahan limbah cair dan emisi udara
pada PT. Petrokimia Gresik
3. Menganalisa kegiatan operasional dan perawatan unit pengolahan lumpur
PT. Petrokimia Gresik.
4. Mengetahui prosedur dan pelaksanaan K3 di PT. Petrokimia Gresik.
5. Mengetahui proses industri dari Pabrik PT. Petrokimia Gresik.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah industri adalah air yang berasal dari rangkaian proses produksi
suatu industri dengan demikian maka air limbah tersebut dapat mengandung
komponen yang berasal dari proses produksi tersebut dan apabila dibuang ke
lingkungan tanpa pengelolaan yang benar tentunya akan dapat mengganggu badan
air penerima. Dampak pencemaran air limbah industri terhadap mutu badan air
penerima bervariasi tergantung kepada sifat dan jenis limbah, volume dan
frekuensi air limbah yang dibuang oleh masing-masing industri (Benefield D &
Clifford, 1980).
Tabel 2.1 Baku Mutu air limbah Cair bagi usaha atau kegiatan industri
Petrokimia.
5
Pupuk Urea Pupuk Nitrogen Lain Amoniak
Beban Beban Beban
Pencemar Pencemar Pencemar
Tertinggi (
Parameter kg/ton ) Tertinggi ( kg/ton ) Tertinggi ( kg/ton )
COD 3,0 3,0 0,30
TSS 1,5 3,0 0,15
Minyak
dan Lemak 0,3 0,30 0,03
NH3-N 0,75 1,5 0,30
TKN 1,5 2,25
Ph 6,0 - 10 6,0 – 10 6,0 – 10
Debit Air 15 m3 per
Limbah ton produk 15 m3 per ton produk 15 m3 per ton produk
Catatan :
3. Beban air limbah pabrik amoniak, berlaku pula untuk pabrik pupuk urea
dan pupuk nitrogen lain yang memproduksi kelebihan amoniak
Baku Mutu limbah Cair Pada Industri Pupuk, menurut Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Industri Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya dapat dilihat pada tabel 2.2 dan
2.3.
6
• Volme Limbah Cair Maksimum per Satuan Produk
1. 10 m3 / ton Pupuk Urea
2. 10 m3 / ton Pupuk Nitrogen
3. 10 m3 / ton Pupuk Za
4. 10 m3 / ton Pupuk Amoniak
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Pupuk Urea, Pupuk Nitrogen,
Pupuk ZA, dan Amoniak
Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Pupuk Fosfat, Pupuk
Majemuk NPK, dan Asam Fosfat.
7
Kadar Maksimum (mg/L)
PARAMETER PUPUK PUPUK MAJEMUK ASAM
FOSFAT NPK FOSFAT
COD 200 200 200
TSS 200 200 200
Flourida (F) 50 50 50
Minyak dan Lemak 20 20 20
TKN - 180 -
pH 6–9
(Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Industri Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya)
8
Tabel 2.5 Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk Urea
9
Tabel 2.7 Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk
10
dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tingkatan perlakuan
pengolahan maka sistem pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi: Pre
treatment, Primary treatment system, Secondary treatment system, Tetriary
tratment system. Setiap tingkataan tratment terdiri pula atas sub-sub treatment
yang satu dengan yang lain berbeda. Langkah-langkah yang digunakan pada
proses untuk pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Pengolahan Limbah Primer
Pengolahan limbah primer terhadap air limbah cair adalah penghilangan
bahan padat yang tidak melarut di dalam air seperti sampah, kotoran, dan lain-
lain. Langkah pertama yang dilakukan adalah screening yaitu menghilangkan
bahan pencemar yang berukuran besar yang masuk ke dalam limbah cair dengan
menggunakan jaring atau peralatan lain. Langkah selanjutnya adalah penghilangan
partikel dengan ukuran yang lebih kecil yang tidak dapat disaring dari dalam air
dengan menggunakan grit removal, yaitu bahan yang terbuat dari materi yang
tidak dapat diurai oleh mikroorganisme berbentuk seperti pasir.
Tahap selanjutnya adalah proses sedimentasi primer untuk menghilangkan
benda padat yang mengapung dan mengendap. Proses ini biasanya dilakukan
melalui penambahan senyawa kimia agar bahan pencemar dapat mengapung atau
mengendap berupa lemak dan dapat dikumpulkan.
2. Pengolahan Limbah Sekunder
Pengolahan air limbah skunder adalah pengolahan air yang berasal dari
pemurnian air pada proses primer, biasanya dilakukan melalui proses biologi.
Pengaruh yang paling berbahaya dengan kehadiran senyawa organik bidegrable
adalah BOD, yaitu konsumsi oksigen terlarut di dalam air oleh mikroorganisme
pada saat mendegradasi senyawa organik terlarut di dalam air oleh
mikroorganisme pada saat mendegradasi senyawa organik.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk pengolahan limbah cair
secara biologi adalah trickling filter yaitu dengan menyiramkan limbah padat pada
perumukaan batuan atau wadah padat lainnya yang dipengaruhi oleh
mikroorganisme, sehingga limbah dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam
terairasi (kaya oksigen) dan jumlah oksigen yang diperlukan oleh organisme
11
tersebut tidak terbatas. Cara lain untuk pengolahan limbah skunder untuk proses
pengolahan limbah cair adalah melalui proses pengaktifan lumpur, yaitu dengan
cara memasukkan mikroorganisme ke dalam tangki pengolahan sehingga cara ini
sangat efektif untuk mengolah limbah cair, dan produknya dapat dipergunakan
sebagai gas atau bahan bakar dan sebagai pupuk.
3. Pengolahan Limbah Tersier
Pengolahan limbah tersier adalah pengolahan limbah lanjutan
sehingga semua bahan pencemar yang terdapat dalam air harus diyakinkan telah
hilang dari air. Pengolahan limbah tersier dapat dikategorikan sebagai: (1)
pembebasan bahan padat tesuspensi, (2) menghilangkan bahan organik terlarut,
(3) penghilangan bahan anorganik terlarut. Setiap tahapan mempunyai tingkat
kesulitan bervariasi tergantung pada kualitas air limbah hasil pengolahan skunder.
Bahan padat tersuspensi adalah sebagai bahan sisa pengolahan mikroorganisme
yang terdapat pada bak sedimentasi skunder. Sedangkan senyawa organik terlarut
adalah bahan organik yang berbahaya atau berpotensi sebagai senyawa beracun
terhadap makhluk hidup.
Pengolahan Limbah Gas atau yang sering disebut dengan emisi gas .
Karena bentuknya yang gas, maka limbah ini sangat fleksibel dan tentu saja jika
dibiarkan akan mencemari udara. Limbah gas supaya tidak semakin berdampak
buruk maka perlu adanya penanganan yang pas. Limbah gas perlu mendapatkan
pengolahan khusus. Biasanya pengolahan limbah gas ini melibatkan alat- alat
khusus yang membantu mengatasi pencemaran udara.
Pada umumnya, pengolahan limbah gas ini bertujuan untuk menangani adanya
pencemaran. Secara umum ada 2 metode yang dapat digunakan untuk mengatasi
hal ini, yaitu mengurangi pencemaran dari sumbernya dan melakukan
pengenceran limbah gas. Berikut ini beberapa langkah pengolahan limbah gas
agar dapat menangani terjadinya pencemaran udara serta materi- materi partikulat
yang terbawa limbah gas tersebut:
12
1. Pengurangan gas buang
Gas- gas berbahaya yang terkandung di dalam limbah gas perlu untuk dikontrol
jumlahnya supaya tidak mencemari udara yang ada di sekitar kita. ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol jumlah gas berbahaya ini, antara
lain:
Metode fisik dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan agar
lebih ramah lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan berdasarkan perubahan
fase atau penyerapan pada suatu adsorban, yang dijelaskan sebagai berikut:
Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai dengan
memberikan bau- bauan yang enak. Pada dasarnya metode ini bukan untuk
menghilangkan gas, namun hanya untuk menyamarkan saja.
13
• Metode fase cair
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk penyerapan gas yang
memiliki tingkat kelarutan yang tinggi pada zat cair. Gas buangan dialirkan
kemudian dikontakkan dengan senyawa penyerap gas (adsorban) yang mana pada
umumnya menggunakan air. Kemudian adsorban akan dimurnikan kembali jika
memungkinkan, dimanfaatkan untuk penggunaan lainnya, atau dibuang.
Metode ini digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa penyerap atau
adsorban dalam bentuk padat. Proses ini dimulai dengan melarikan gas dan
mengontakkannya dengan dengan adsorban padat. Molekul gas akan terserap dan
terkondensasi di permukaan adsorban secara fisik maupun kimia. Contoh salah
satu adsorban yang sering digunakan adalah arang aktif. Arang aktif ini banyak
bentuknya.
Arang aktif dalam bentuk granular banyak digunakan sebagai penyerap bau dan
juga warna. Arang aktif dalam bentuk serat banyak digunakan untuk menyerap
bau dan warna pula. Arang aktif jenis serat ini mempunyai daya serap yang lebih
tinggi daripada jenis granular. Daya serap secara fisik dan kimia ini hanya
berlangsung selama 2 hingga 3 hari saja sebelum mencapai titik jenuh.
• Metode pembakaran
Metode ini dilakukan dengan cara membakar langsung gas senyawa organik pada
tingkat suhu yang cukup sehingga dapat menghasilkan karbondioksida dan air.
Namun metode ini mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang
lumayan besar, sehingga banyak orang menghindari metode ini.
Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengolah limbah gas agar
nantinya tidak terlalu mencemari udara. Cara- cara tersebut dapat dilakukan secara
indivial maupun kolektif. Sehingga kita bisa memulainya dari diri sendiri
kemudian kepada masyarakat.
14
2.4 Proses Produksi
Proses produksi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk mengkonversi
bahan baku menjadi produk yang berbeda sifat fisik atau sifat kimia sehingga
bernilai jual tinggi.
Berdasarkan definisi proses produksi diatas, jenis produksi dapat dibedakan atas :
1. Proses kimiawi
2. Proses fisika
3. Proses transportasi
4. Proses pertanian
5. Proses perakitan
Fungsi serta system produksi dan operasi :
1. Proses pengolahan
2. Jasa – jasa penunjang
3. Perencanaan
4. Pengendalian atau pengawasan
Berdasarkan proses produksi, dapat dibedakan menjadi :
• Batch
Proses yang berlangsung pada urutan ( masukan – proses – keluaran ) pada
satu kali siklus.
• Kontinyu
Proses yang berlangsung dengan masukan sama dengan keluaran, yang
dijaga selama 24 jam tanpa henti.
• Semi Batch
Proses yang sama dengan batch, tetapi prosesnnya ada modifikasi untuk
memungkinkan penambahan reaktan / penghapusan produk pada waktu
tertentu
2.5 Manajemen Lingkungan
PT Petrokimia Gresik bertekad menjadi produsen pupuk dan produk kimia
lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya paling diminati
konsumen dengan kinerja unggul dan berkelanjutan, melalui penerapan Sistem
15
Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara terintegrasi dengan komitmen :
1. Menempatkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup
(K3LH) sebagai prioritas utama dalam setiap aktivitas.
2. Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kerusakan sarana
dan prasarana dengan mengendalikan potensi bahaya sehingga tercipta
budaya dan sistem kerja yang aman.
3. Melakukan pengelolaan dan perbaikan lingkungan secara terus-menerus
guna mencegah dampak signifikan pencemaran lingkungan dengan upaya
penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), limbah cair, limbah padat dan
kebisingan, pengurangan dan pemanfaatan limbah B3 dan non B3,
perlindungan keanekaragaman hayati, konservasi air, serta menerapkan
Reduce, Reuse, Recycle, Recovery (4R).
4. Menjamin kepuasan pelanggan dengan menyediakan produk pupuk,
produk kimia dan jasa tepat mutu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat,
tepatwaktu, dan tepat harga.
Mentaati dan mematuhi Peraturan Perundangan dan persyaratan lainnya
yang berlaku; tanggap terhadap isu-isu K3, lingkungan global dan
konservasi sumber daya alam; menerapkan Responsible
Care dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Maksud dan tujuan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT.
Petrokimia Gresik adalah untuk mewujudkan lingkungan yang serasi dan baik di
Kompleks Industri Petrokimia Gresik dan sekitar perusahaan, sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku serta mewujudkan perusahaan sebagai
pembinaan dan pendukung dalam mewujudkan lingkungan yang baik.
16
• Pembina Lingkungan
Mewujudkan perusahaan sebagai pembina dan pendukung dalam
mewujudkan lingkungan yang baik.
1. Pola Pengelolaan Lingkungan:
a. Pendekatan Teksosi
• Teknologi
Memanfaatkan teknologi guna pencegahan dan, pengendalian potensi
pencemaran dan pemulihan lingkungan
• Sosial Ekonomi
Ikut berperan serta dalam pengembangan wilayah.
b. Institusional
Pengembangan koordinasi dan kerjasama, baik intern maupun ekstern,
dalam upaya pengelolaan lingkungan, mengingat bahwa penyelesaian
masalah lingkungan memerlukan keterkaitan dengan berbagai pihak
(masyarakat dan pemerintah).
2. Strategi
Strategi yang diterapkan untuk mencapai maksud dan tujuan adalah:
• Pemilihan design/teknologi yang ramah lingkungan.
• Mengoperasikan unit-unti produksi secara optimal dengan efisiensi tinggi,
dengan memperhatikan Mutu, Lingkungan dan Keselamatan Kerja
• Mengoperasikan unit-unit pengendali dan pengolah limbah, serta
melakukan pemantauan rutin sebagai sarana pengendalian.
• Melakukan upaya meminimalisasi buangan/limbah dengan melakukan :
• Source Reduction (material Substitution, Process Change & Equipment
Modification)
• On Site and Off Site Using (Recycle, Reuse & Recovery)
• Selalu mengupdate & mengevaluasi peraturan yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan.
• Melakukan penataan ruang sesuai kebutuhan dan berupaya meningkatkan
daya dukung lingkungan.
17
• Membina kepekaan, kesadaran dan kepedulian lingkungan
• Mengembangkan kerjasama dengan instansi terkait.
• Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.
3. Organisasi
Dibentuk Biro Lingkungan sebagai unit kerja yang secara khusus
menangani permasalahan lingkungan sejak tahun 1990, sekarang namanya
berubah menjadi Departemen Lingkungan dan K3 (Dep. LK3).
18
BAB 3
DESKRIPSI UMUM PERUSAHAAN
19
Pada mulanya perusahaan ini berada dibawah Direktorat Industri Kimia
Dasar, tetapi sejak tahun 1992 berada di bawah Departemen Perindustrian dan
pada awal tahun 1997, PT. Petrokimia Gresik berada dibawah naungan
Departemen Keuangan. Akan tetapi, akibat adanya krisis moneter yang dialami
bangsa Indonesia menyebabkan PT. Petrokimia Gresik menjadi Holding company
PT. Pupuk Sriwijaya pada tahun 1997 yang kini menjadi PT. Pupuk Indonesia
Holding Company.
20
➢ Tahun 1975
Status badan usaha PT. Petrokimia Gresik diubah menjadi “Perusahaan
Perseroan” berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1975.
➢ Tahun 1997
PT. Petrokimia Gresik menjadi anggota holding dengan PT. Pupuk Sriwijaya
(Persero) sebagai induknya berdasarkan PP No. 28 tahun 1997.
➢ 2012 - Sekarang
PT. Petrokimia Gresik menjadi anggota Holding Company PT Pupuk
Indonesia (persero) berdasarkan SK Kementrian Hukum & HAM Republik
Indonesia nomor : AHU 17695.Ah.01.02. Tahun 2012.
21
Dibangun pabrik Amoniak dan Urea baru dengan teknologi proses Kellog
Amerika. Konstruksi ditangani oleh PT. IKPT Indonesia. Pembangunan
dilakukan mulai awal tahun 1991 dan ditargetkan beroperasi pada Agustus
1993, namun mengalami keterlambatan sehingga baru dioperasi mulai
tanggal 19 April 994. Penggunaan lahan pabrik urea yang berada di PT>
Petrokimia Gresik ini lebih efisien dibandingkan dengan Urea lain di
Indonesia.
6. Perluasan keenam (25 Agustus 2000)
Dibangun pabrik pupuk NPK berkapasitas 300.000 per tahun yang
memproduksi pupuk majemuk Phonska menggunakan teknologi proses oleh
Incro, Spanyol. Konstruksinya ditangani oleh PT. Rekayasa Industri mulai
awal tahun 1999 dan beroperai pada bulan Agustus tahun 2000. Selanjutnya
pabrik pupuk NPK ini dirubah namanya menjadi NPK Phonska I. Pabrik ini
telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid pada
tanggal 25 Agustus 2000.
7. Perluasan ketujuh (22 Maret 2005)
Dibangun Pabrik Pupuk Zwavelzuur Pottasium (ZK) dengan kapasitas 10.000
ton pertahun yang memproduksi pupuk K2SO4 . Lisensor pabrik ini adalah
China Jizhou City Potash Fertilizer Co.Ltd. pabrik ini menggunakan proses
Mannheim (Estern Tech) dengan kontraktor uama adalah Konsarsin Eastern
Tech Co dari Taiwan dan Timas (Indonesia).
8. Perluasan kedelapan (19 Desember 2005)
Dibangun pabrik pupuk NPK Granulasi I yang memproduksi pupuk NPK
Kebomas / NPK Phonska dan Pabrik Petroganik dengan kapasitas masing-
masing sebesar 100.000 ton/tahun dan 1350 kg/jam (10.200 kg/hari, 1 hari =
8 jam), yang diresmikan oleh Mentri Negara BUMN Sugiharto.
9. Perluasan kesembilan (15 Mei 2008)
Dibangun pabrik pupuk NPK Granulasi I yang memproduksi pupuk NPK
Kebomas / NPK Phonska dan Pabrik Petrobio dengan kapasitas masing-
masing sebesar 100.000 ton/tahun dan 10.000 ton/tahun, yang diresmikan
oleh Mentri Pertanian Anron Apriyanto.
22
10. Perluasan kesepuluh (27 Februari 2009)
Dibangun pabrik pupuk NPK Granulasi III & IV yang memproduksi pupuk
NPK Kebomas/NPK Phonska dengan kapasitas masing-masing 100.000
ton/tahun, yang diresmikan oleh Mentri Negara BUMN Sofjan Djalil.
11. Perluasan kesebelas (4 Oktober 2009)
Dibangun Pabrik NPK Phonska III yang merupakan rehabilitasi dan
optimalisasi dari pabrik pupuk SP-36 dengan kapasitas desain 600.000
ton/tahun. Dibangun juga Pabrik Pupuk Fosfat I dengan kapasitas 500.000
ton/tahun dan dibangun Pabrik Pupuk Fosfat II dengan kapasitas 500.000
ton/tahun yang juga diresmikan oleh Mentri BUMN Sofjan Djalil.
12. Perluasan kedua belas (Proyeksi Tahun 2015)
Dibangun pabrik amoniak II dengan kapasitas produksi 45.000 ton/jam dan
dibangun pabrik urea dengan kapasitas produksi 465.000 ton/jam.
3.1.3.2 Misi
1. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya program
swasembada pangan.
2. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kalancaran kegiatan
operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
3. Mengembangkan potensi usaha untuk memenuhi industri kimia nasional
dan berperan aktif dalam community development.
3.1.3.3 Tata Nilai
1. Safety ( Keselamatan ) : Merngutamakan keselamatan dan kesehatan kerja
serta pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan operasional.
2. Innovation ( Inovasi ) : Meningkatkan inovasi untuk memenangkan bisnis
3. Integrity ( Intergritas ) : Mengutamakan intergritas dalam segala hal
23
4. Synergistic Team ( Tim Yang Sinergi ) : Berupaya membangun semangat
kelompok yang sinergistik
5. Customer Satisfaction ( Kepuasaan Pelanggan ) : Memanfaatkan
profesionalisme untuk peningkatan kepuasaan pelanggan
Akronim dari Tata Nilai disingkat : FIRST
24
5. Slogan “ Solusi Argoindustri “ yang berarti PT. Petrokimia Gresik adalah
produsen pupuk untuk solusi pertanian di Indonesia
3.2 Lokasi
PT Petrokimia Gresik berlokasi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan
menempati lahan seluas 450 Ha. Area tanah yang ditempati berada dalam
10 desa di tiga kecamatan yaitu :
• Kecamatan Gresik, meliputi Desa Ngipik, Karangturi, Sukorame, dan
Tlogopojok.
• Kecamatan Kebomas, meliputi Desa Kebomas, Tlogopatut, dan Randu
Agung.
• Kecamatan Manyar, meliputi Desa Romo Meduran, Pojok Pesisir, serta
Desa Tepen.
Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil studi kelayakan pada tahun 1962 oleh
Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I) yang dikoordinir oleh
Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Pada saat itu, Gresik dinilai
layak berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Jauh dari permukiman penduduk. saat awal akan dibangun, lokasi yang
dipilih di Gresik adalah lokasi yang jauh dari permukiman penduduk, serta
tersedia lahan sebesar 450 Ha
2. Dekat dengan laut. Sebagan besar bahan baku PT Petrokimia Gresik adalah
bahan impor, sehingga dibutuhkan lokasi yang dekat dengan laut agar
memudahkan proses pengadaan bahan baku, juga dalam pendistribusian hasil
produksi melalui jalur laut.
3. Berdekatan dengan daerah konsumen, yaitu perkebunan dan pertanian.
4. Dekat dengan sumber air, yaitu aliran sungai Brantas dan Bengawan Solo
5. Dekat dengan Surabaya yang memiliki pusat terampil teknologi (Sumber
Daya Manusia)
6. Dekat dengan pusat pembangkit tenaga listrik. PT. Petrokimia Gresik
mempunyai dua kantor pusat, yaitu Kantor Pusat yang terletak di Jalan
Ahmad Yani Gresik 61119 dan Kantor Cabang yang terletak di Jalan Tanah
Abang III No.16 Jakarta Pusat 10160.
25
Gambar 2.1. Plant Layout PT Petrokimia Gresik
26
untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan diseluruh wilayah Republik
Indonesia selama perusahaan masih menjalankan usahanya, dan wajib didaftarkan
ulang setiap 5 tahun sekali sehingga Surat Izin Usaha ini berlaku hingga 10
Desember 2020.
Sedangkan untuk Izin Perluasan dikelurkan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor :
18/1/IU/II/PMDN/INDUSTRI/2011 tentang Izin Usaha Perluasan Penanaman
Modal Dalam Negeri Kepala Badan Kooordinasi Penanaman Modal yang
ditetapkan di Gresik tanggal 13 November 2011. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
oleh Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur UPT Pelayanan Perizinan
Terpadu Nomor : P2T/13/17.05/01/III/2015 tentang Izin Lingkungan yang
ditetapkan di Surabaya pada tanggal 02 Maret 2015 kepada PT Pterokimia Gresik.
27
Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi 2
Kompartemen dan 2 bagian secara langsung yaitu Kompartemen Sumber Daya
Manusia dan Kompartemen Sekretaris Perusahaan. Sedangkan 2 bagian yang
dibawahi secara langsung yaitu Bagian Kemitraan & Bina Lingkungan serta
Bagian Keamanan.
Secara lengkap struktur organisasi PT. Petrokimia Gresik dapat dilihat
pada lampiran laporan ini.
3.5 Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan di PT. Petrokimia Gresik terdiri dari Direksi, General
Manajer/Sesper/Staff Utama, Manajer/Staff Utama Muda, Kepala Bagian (Kabag)
dan Staff Madya, Kepala Seksi (Kasi) dan Staff Muda, Kepala Regu (Karu),
Kepala Urusan (Kaur) dan Staff Pemula, dan Pelaksana.
Jumlah karyawan di PT. Pterokimia Gresik berjumlah 3.074 orang.
Rincian jumlah karyawan PT. Petrokimia Gresik per 30 Juni 2018 berdasarkan
jabatannya dilihat di tabel 4.2.
28
3.6 K3
29
• Melakukan penataan ruang sesuai kebutuhan dan berupaya
meningkatan daya dukung lingkungan.
• Membina kepekaan, kesadaran, dan kepedulian lingkungan.
• Mengembangkan kerjasama dengan instansi terkait.
• Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
30
b. Organisasi K3
Kompartemen Teknologi
T PMK
u
Pembinaan & Kerja Pabrik I Kerja Pabrik Kerja Pabrik
g
a K3(SPPK) II & III&
s pelabuhan Revamping
31
c. Melakukan pembinaan K3 kepada stiap orang yang beraa di tempat kerja.
d. Menjamin tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawan sesuai
dengan bahaya kerja di tempat kerjanya.
e. Membuat dan merencanakan program kesehatan kerja dan gizi kerja
karyawan.
PT. Petrokimia Gresik melalui Departemen LK3 secara rutin dan
berkesinambungan melakukan berbagai kegiatan yang bersifat promosi dan
edukasi, serta melibatkan semua elemen perusahaan ini yang dilaksanakan
sepanjang tahun. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a. Lomba Pemadaman Kebakaran
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar seluruh pekerja mengerti,
memahami, dan mampu mengendalikan dan memadamkan kebakaran jika
suatu saat terjadi kebakaran di unit kerja masing-masing. Dalam lomba ini,
tim beranggotakan 6 orang dengan komandan regu minimal pejabat Eselon
III, ditugaskan untuk memadamkan kebakaran kolam yang berisi
campuran antara air dan solar menggunakan fire hydrant system,
b. Lomba Search and Rescue
Lomba ini bertujuan untuk menguji kemampuan dan ketangkasan dalam
mencari dan menyelamatkan korban pada suatu kejadian kecelakaan.
c. Lomba Cerdas Cermat
Lomba ini untuk mengukur pemahaman tentang pengetahuan para peserta
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Fire & Rescue, serta
aspek Lingkungan yang ada di PT. Petrokimia Gresik. Lomba ini
mengadopsi konsep salah satu acara kuis di sebuah stasiun televisi swasta
dengan beberapa penyesuaian.
d. Lomba Karya Tulis dan Lomba Poster K3
Lomba ini dilaksanakan secara manual dan komputerisasi. Melalui lomba
ini diharapkan memunculkan ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai
sarana promosi penerapan K3, PPHS, kepedulian lingkungan, dan tindakan
pencegahan terhadap hal-hal yang bersifat unsafe condition dan unsafe
action.
32
e. Kuis Pengetahuan K3
Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja CSMS (Contractor
Safety Management System) dan BBS (Behavior Based Safety) yang
bertujuan meningkatkan awareness karyawan dan mitra kerja terhadap K3.
Kuis pengetahuan ini dilakukan secara acak dan mendadak kepada semua
karyawan dan mitra kerja yang berada di wilayah PT. Petrokimia Gresik.
33
c. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk mengurangi resiko
kecelakaan yang terjadi akibat kontak antara bahaya dan tenaga kerja sesuai
dengan standart kerja yang diingankan. Penyediaan APD merupakan kewajiban
dan tanggung jawab bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan sesuai dengan UU
No. 1 Tahun 1970. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan PT.
Petrokimia Gresik antara lain :
• Topi Keselamatan ( Safety Head)
Untuk melindungi kepala terhadap benturan kemungkinan tertimpa benda-
benda yang jatuh, melindungi bagian kepala dari kejutan listrik ataupun
terhadap kemungkinan terkena bahan kimia yang berbahaya.
• Alat Pelindung Mata (Eye Goggle)
• Alat Pelindung Telinga
Untuk melindungi telinga terhadap kebisingan dimana bisa alat tersebut
tidak dipergunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan ketulian
yang bersifat tetap.
• Alat Pelindung Pernafasan
Untuk melindungi hidung dan mulut dari berbagai kejadian yang dapat
membahayakan. Terdiri dari masker kain dan masker filter untuk debu.
• Sarung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik kimia, dan
listrik.
• Sepatu Pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan di tempat
kerja. Sepatu pengaman yang digunakan umumnya adalah sepatu karet.
• Baju Pelindung
Untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap bahaya yang mungkin
terjadi.
34
3.7 Infrastruktur
d. Pusat Riset
e. Tuks/Dermaga
Lebar : 25 meter
35
BAB 4
PROSES PRODUKSI
36
4.2 Proses Produksi Pabrik 3A Asam Sulfat
Asam sulfat mempunyai peranan penting dalam semua kegiatan industri
modern terutama dalam pembuatan fibre, cellulosiques (kertas), logam-logam besi
dan non-besi, transformasi minyak, bahan-bahan dari plastik, industri asam dan
organik, dan industri pupuk.
Pabrik yang pertama kali membuat asam sulfat dibangun di Inggris pada
tahun 1740. Pada waktu itu asam sulfat dibuat dari belerang dan Na-sulpetrede
(sodium sulpetrede). Tahun 1987 orang mulai membuat asam sulfat dari pyrite
FeS2. Tahun 1831 orang menemukan proses pembuatan H2SO4 melalui proses
kontak tetapi hal ini dikembangkan pada permulaan abad ke-20. Pada umumnya
pabrik pembuat asam sulfat memakai sistem proses kontak.
Proses kontak adalah proses yang mana SO2 diubah menjadi SO3 melalui
media katalis pada temperatur tertentu. Proses aslinya menggunakan platina. Pada
tahun 1831, Peregris Phillips menemukan katalis platina untuk konversi SO2 ke
SO3. Pada tahun 1838 paten pertama ditemukan oleh Frederic Kulman. Pada
tahun 1898 banyak proses serentak yang dikembangkan oleh Hochst, Manhein,
Grillo-Schroedder, BASF, dan Tentelewa.
Proses Hochst:
a) Panas yang timbul pada layer dipakai untuk memanasi gas sebelum
masuk katalis
b) Pendinginan gas sesudah katalis didinginkan melalui tube exchanger
c) Bed I absorbsi SO3 awal dan bed II absorbsi SO3 akhir
d) Katalis yang digunakan nikel sulfat dan platina asbes
Proses Manhein:
a) Pemakaian udara kering dengan memakai H2SO4 sebagai media
penyerapan
b) Oksida besi sebagai katalis pertama (Fe2O3 abu dari pyrite) kemudian
arsenic
c) Satu pendinginan gas dan satu penyerapan SO3
d) Pemasangan sebuah filter gas
e) Katalis yang kedua dipakai platina asbes
f) Penyerapan gas SO3 terakhir
37
Proses Grillo-Schroeder:
a) Pembersihan debu di dalam ruangan dari rantai-rantai grid pyrite
b) Pendinginan gas dalam satu seri dari 3 tower
c) Filtrasi gas melalui coke
d) Drying oleh sulfuric acid konsentrasi tinggi
e) Satu layer katalis pada temperatur tertentu sesudah pemanasan gas di
dalam satu tempat dua sisi
f) Katalisnya dari platina yang didapat dari magnesium sulfat
g) Pendinginan gas di dalam SO3 absorber adalah alat yang berdiri vertikal
Proses BASF:
a) Pembersihan debu di dalam kamar penangkap debu
b) Pendinginan gas dengan tube -tube exchanger
c) Scrubbing gas dilakukan dalam satu bejana
d) Filtrasi gas melalui coke
e) Drying air menggunakan asam sulfat konsentrasi tinggi
f) Katalis diletakan pada satu bejana dari tube di atas plate
g) Absorbsi SO3 didalam absorber yang berbentuk seperti lonceng
Proses Tentelewa:
a) Pembersihan debu dari gas di dalam kamar penahan debu
b) Pendinginan gas disalurkan melalui tube side exchanger
c) Filtrasi gas tanpa Scrubbing didahului silek atau coke
d) Drying air menggunakan asam sulfat konsentrasi tinggi
e) Memakai katalis di atas asbes platina di dalam dua bejana yaitu bejana
reaksi dan diikuti satu bejana lagi untuk menyelesaikan reaksi
f) Penyerapan SO3 dalam bejana penyerap seperti lonceng
Untuk berat 1 kg platina dapat menghasilkan 1 ton asam sulfat per hari. Pada
proses BASF dan Tentelewa converter menghasilkan 10 ton asam sulfat per hari.
Pada proses Grillo menghasilkan 8 ton per hari. Hilang tekan untuk proses BASF
dan Tentelewa 3-4 m air dan pada proses Grillo 1,5 m air. Katalis yang digunakan
dalam proses adalah sebagai berikut:
a) Lipport dari asbes: 7-10% dari berat platina (BASF dan Tentelewa)
38
b) Lipport dari magnesium sulfate : 0,2-0,4 berat platina (Grillo)
Katalis tersebut peka terhadap impuritas seperti: hidrogen arsenat, hidrogen sulfat,
klor, dan uap air. Mulai tahun 1922 digunakan katalis vanadium yang tidak begitu
peka terhadap impuritas, terutama terhadap arsenat dan uap air, dan dihasilkan
konversi rendemen konstan. Pada tahun 1928 realisasi dari pembuatan katalis
vanadium untuk menggantikan katalis platina.
39
Gambar 4.2.1 Diagram Alir SA Plant
40
Tabel 1.1 Jenis Sulfur
Sumber I Sumber II
Tipe dan keadaan Bright, solid in flake solid in flake
Komposisi (%-massa):
Sulfur 99,42 98,11
H2O 0,5 2,6 maks.
Ash 0,05 0,9 maks.
Organic matter 0,03 0,8 maks.
Acidity, %-massa 0,2 0,52
Impurities As, Se, Te, Si, F dll Hidrokarbon = 0,083 maks.
nihil NaCl = 0,007 maks.
Fe = 0,1 maks.
K = 4 ppm maks.
Na = 15 ppm maks.
41
kotoran (cake) sehingga kotoran akan jatuh di floor dan kemudian dibuang dengan
shovel loader .
Selama pencairan sulfur, ditambahkan kapur bubuk (CaO 56%-w/w) ke
dalam melter untuk menetralkan free acid yang terkandung di dalam sulfur. Pada
keadaan operasi aktual, kapur yang ditambahkan dilebihkan 20%. Penambahan
kapur ini dilakukan di dump hopper .
Untuk mencairkan sulfur di melter digunakan steam yang bertekanan 7
kg/cm2 dan untuk menjaga keadaan sulfur tetap cair diperpipaan digunakan steam
jacket dengan tekanan steam sebesar 4 kg/cm2. Untuk menjaga sulfur tetap cair
temperatur dijaga 135oC. Viskositas sulfur cair akan menurun dengan kenaikan
temperatur, viskositas minimum dicapai pada temperatur 153 oC. Pada temperatur
di atas 153 oC viskositas sulfur akan naik dengan cepat. Kondensat steam dari
jacket dikumpulkan dan ditampung untuk digunakan lagi.
Diatomaceous earth (tanah diatom) yang digunakan sekitar 100-150 kg tiap
filter tiap precoating. Level sulfur cair di dalam pit dijaga normal. Sulfur bersifat
tidak korosi, namun kandungan asam lemah dan asam sulfat yang terjadi karena
reaksi (sulfur dengan H2O dan udara) bersifat korosif terutama pada bagian
permukaan sulfur cair. Peralatan yang digunakan untuk sulfur cair diberi proteksi
pada range normal level.
Sulfur cair dengan temperatur sekitar 130-140oC pada outlet filter
selanjutnya di tampung di dalam tangki (TK 1001). TK 1001 mempunyai
kapasitas 1800 ton sulfur cair atau 1000 m3. Tangki ini dilengkapi dengan steam
coil dan diisolasi. Kapasitas ini sama dengan untuk keperluan operasi selama 3
hari.
42
furnace dapat diatur dengan control valve HICV 1101 yang dikontrol dari control
room.
Sulfur cair yang masuk ke sulphur furnace (B 1101) di-spray-kan melalui
sulphur burner (B 1102 A/B) dan direaksikan dengan udara kering dari drying
tower (T 1301) menjadi gas SO2 dengan reaksi sebagai berikut:
S + O2 → SO2 + 70,96. 103 Kcal/kmol.
Desain dari sulfphur furnace ini mengikuti prinsip siklon dari CELLECO.
Sekitar 55% dari laju alir total udara ke sulphur furnace dimasukkan lewat wind
box untuk sulphur burner. Selebihnya masuk ke tiga header penyuplai udara
disekeliling furnace . Sebagian dari udara yang di line supply ke header dinaikkan
tekanannya oleh cooling air booster compressor (C 1101) dan dimasukkan ke
burner gun, peep holes dari sulphur furnace sebagai pendingin.
Udara pembakaran yang disuplaikan secara tepat sepanjang dinding
refractory melalui nosel udara mengakibatkan kecepatan yang tinggi dan
menimbulkan sirkulasi yang turbulen. Sulfur di-spray-kan ke dalam furnace
melalui atomizing gun. Pembakaran yang sempurna dimaksudkan untuk
melindungi pemanasan setempat dari refractory dan penguapan sulfur dan
pembentukan NOx.
Gas proses panas yang mengandung SO2 dengan konsentrasi sekitar 10,5%-v
didinginkan secara tepat di dalam WHB B 1104 dan steam superheater E 1102
yang mana steam yang diproduksi adalah superheater steam . Temperatur gas
outlet furnace sekitar 1050oC dan outlet WHB 590oC. WHB dilengkapi dengan
by pass gas untuk menjaga temperatur gas inlet converter.
43
SO2 + ½ O2 → SO3 + 23,49. 103 Kcal/kmol
Gas outlet bed I yang mengandung SO3 dengan temperatur 610oC masuk ke
shell side heat exchanger I (E 1201) yang mana panasnya diberikan kepada gas
yang akan masuk ke bed IV. Gas dari bed I kemudian masuk ke bed II dengan
temperatur 440oC untuk konversi selanjutnya.
Gas outlet bed II dengan temperatur 520oC masuk ke shell side heat
exchanger II (E 1202) dan selanjutnya keluar pada temperatur 430oC dan masuk
ke bed III. Pada E 1202 ini panas gas digunakan untuk memanaskan gas yang
akan masuk ke bed IV.
Gas outlet bed III banyak mengandung SO3 dengan temperatur 450oC masuk
ke economizer I (E 1203) untuk didinginkan hingga 220oC sebelum masuk
absorbing tower I (T 1302). Sekitar 94% dari gas SO2 dikonversikan menjadi gas
SO3 di tiga bed pertama.
Setelah gas SO3 diserap dengan H2SO4 di T 1302, sisa gas dengan temperatur
80oC melalui demister F 1302 di bagian atas T 1302. Aliran gas tersebut
kemudian dipisah secara paralel dan masing-masing masuk ke tube side heat
exchanger I dan II kemudian aliran gas digabung sebelum masuk bed IV.
Gas sebelum masuk bed IV dipanasi di heat exchanger I dan II. Temperatur
gas naik menjadi 420oC. Konversi terakhir ini dari double contact terjadi di bed
katalis IV. Gas outlet bed IV dengan temperatur 440oC masuk ke dalam
economizer II (E 1204) untuk didinginkan hingga 190oC sebelum masuk
absorbing tower II (T 1303). Untuk mencegah kondensasi gas dari gas outlet T
1302, dipasang tracing pada gas duct antara T 1302 dan E 1201/E 1202.
4.2.5 Seksi 1300 atau Seksi Pengeringan Udara dan Penyerapan Gas SO3
Udara atmosfer diisap dengan air blower (C 1301) melalui drying tower .
Pada drying tower ini kandungan air dalam udara diserap H2SO4 dan
menghasilkan udara kering. Asam sulfat 98,5% disirkulasikan melalui drying
tower. Udara kering dari air blower yang bertemperatur 110oC dimasukkan ke
sulphur furnace sebagai udara pembakar untuk oksidasi sulfur. Gas yang
mengandung SO3 dari bed III dan bed terakhir dari konverter diserap oleh H2SO4
44
98,5% yang disirkulasikan di absorbing tower I dan II yang menghasilkan asam
sulfat.
SO3 + H2O → H2SO4 + 32,8 kcal/kmol
Pengenceran H2SO4 selama penyerapan H2O dari udara di dalam drying
tower dan penambahan konsentrasi dari penyerapan SO3 didalam absorbing
tower I dicampur bersama-sama di dalam DT/1st AT pump tank (D 1301).
Apabila konsentrasi H2SO4 di dalam pump tank ini masih lebih tinggi dari 98,5%,
ditambahkan air (dilution water ) yang tujuannya untuk menjaga konsentrasi tetap
98,5% H2SO4.
Panas yang dihasilkan oleh pengenceran tadi di drying tower dan panas hasil
reaksi di dalam absorbing tower I dan II, masing-masing didinginkan di acid
cooler dengan sirkulasi cooling water. Temperatur H2SO4 didalam DT/1st AT
pump tank sekitar 100oC. Asam tersebut dipompakan dari pump tank ke drying
tower dengan pompa P 1301 kemudian didinginkan di drying tower cooler E
1301 AB sampai 60oC dan masuk ke drying tower. Asam sulfat outlet drying
tower bertemperatur 65oC dan kembali ke DT/1st AT pump tank. Dengan 1st AT
Circulation pump (P 1302) asam sulfat dikirim ke absorbing tower I melalui 1st
AT cooler (E 1302) yang mana asam sulfat didinginkan menjadi 80oC. Asam
sulfat outlet absorbing tower bertemperatur sekitar 118oC.
Asam dengan temperatur 90oC dari 2nd AT masuk ke 2nd AT pump tank (D
1302) dan dipompakan oleh P 1303 ke absorbing tower II melalui absorbing
tower cooler (E 1303) untuk didinginkan sampai 80oC.
Produk asam yang diambil dari cabang line 2nd AT Circulation pump masuk
ke product cooler (E 1304) yang mana produk didinginkan sampai 45oC dan
dikirim ke sulfuric acid storage tank (TK 1401 AB) yang mana lokasinya ada di
tank yard.
45
4.2.6 Steam System
Boiler feed water (BFW) yang telah diolah dan bebas gas yang disediakan
oleh power generation unit dengan temperature 105oC dimasukkan ke suction
pompa BFW (P 1101 AB) yang menghasilkan tekanan yang cukup untuk bisa
dikirim ke steam drum WHB. Sebelum masuk steam drum WHB, BFW dialirkan
terlebih dahulu ke economizer I dan II secara paralel. Saturated steam dengan
tekanan 35 kg/cm2 yang dihasilkan di steam drum WHB di buat superheat di
steam superheater (E 1102) oleh panas dari gas keluaran furnace yang
mengandung SO2. Steam superheat yang dihasilkan bertemperatur 400oC dan
sebagian digunakan sebagai penggerak BFW pump turbine (TP 1101) yang mana
digunakan untuk stand by pump dalam hal motor pompa tidak jalan. Biasanya
seluruh high pressure steam pada tekanan 35 kg/cm2 dikirim ke battery limit
sedangkan low pressure diimpor dari battery limit yang akan digunakan pada dua
tekanan yang berbeda untuk mencairkan sulfur padat dan memanasi sulfur cair.
Blow down dari WHB dipisahkan di dalam blow down flash tank (D 1101)
yang mana steam yang terikut diambil kembali dan dimasukan ke dalam LP
steam header. Air blow down dikirim ke effluent treatment unit setelah
didinginkan sampai 50oC.
46
4.3 Utilitas Produksi
PT. Petrokimia Gresik memiliki utilitas yang baik untuk mengembangkan
dan mendukung kelancaran pengadaan bahan baku, proses produksi, dan
distribusi pemasaran. Utilitas yang dimiliki antara lain:
1. Dermaga dan Fasilitasnya
Dermaga bongkar muat barang yang dimiliki PT. Petrokimia Gresik
memiliki panjang 625 m dan lebar 36 m, berbentuk seperti huruf T. Dermaga
ini mampu disandari oleh 3 buah kapal sekaligus dengan bobot 40.000 –
60.000 ton pada sisi laut dan 3 buah kapal berbobot dibawah 10.000 ton pada
sisi darat. Total kapasitas bongkar muat tersebut bisa mencapai 5 juta
ton/tahun. Dermaga ini juga difasilitasi dengan berbagai fasilitas bongkar
muat antara lain:
• Continous Ship Unloader (CSU) untuk membongkar bahan curah
berkapasitas 1.000 ton/jam.
• Multiple Loading Crane atau alat muat terpadu yang dapat memuat hasil
produksi ke kapal dalam bentuk curah dengan kapasitas 120 ton/jam atau
dalam bentuk kantong @50 kg berkapasitas muat 2.000 kantong/jam.
• Dua unit Cangaroo Crane alat bongkar curah dengan kapasitas masing-
masing 350 ton/jam.
• Conveyor atau ban berjalan yang dimiliki oleh PT. Petrokimia Gresik
memiliki system ban yang terbagi dalam 3 unit dengan panjang
keseluruhan mencapai 22 km. Ketiga unit ban tersebut meliputi satu unit
untuk pembuatan produk berkantong kemasan berkapasitas 120 ton/jam
dan dua unit untuk pembongkaran bahan baku curah yang masing-masing
berkapasitas 1.000 ton/jam.
• Fasilitas pompa dan pipa untuk penyaluran bahan baku cair, masing-
masing berkapasitas 60 ton/jam untuk amoniak dan 90 ton/jam untuk
asam sulfat
47
Gambar 4.3.1 Dermaga PT Petrokimia Gresik
48
Gambar 4.3.2 Unit Utilitas Batubara
49
4.3.4.1 Primary Effluent Treatment Section (Gambar 1.11)
Semua air buangan yang bersifat asam dinetralkan dengan menambahkan lime
milk. Sesudah di-treatment, neutralized, dan clarified, air akan digunakan kembali
sebagai air proses pada gypsum dan AlF3 plant. Untuk selanjutnya slurry yang
terdiri dari CaF2 dan Ca3(PO4)2 dikirim ke filtration Section.
Semua air buangan yang tercemar oleh asam masuk pada no.1 pH adjusting
tank (TK 6611) yang akan dinetralkan satu tingkat dengan injeksi lime milk.
neutralized water kemudian secara overflow mengalir ke no.2 pH adjusting tank (
TK 6612) yang mana proses netralisasi bila perlu dilanjutkan lagi dengan
penambahan injeksi lime milk. Pengaruh dari proses netralisasi ini akan terbentuk
partikel-partikel kecil dengan komposisi utamanya adalah CaF2 dan Ca3(PO4)2.
Polimer diinjeksikan masuk coagulation tank (TK 6614) dengan pompa P6616
AB. Pada unit ini terjadi proses penggumpalan dari partikel-partikel kecil menjadi
gumpalan –gumpalan yang lebih besar. Slurry kemudian overflow ke thickener (D
6615) yang berfungsi untuk memisah menjadi clear water dan thickened slurry.
Clear water akan overflow ke treated water pit (D 6616) dan dipompa kembali
ke gypsum dan AlF3 plant dengan treated water pump (P 6614 AB). Thickened
slurry dikirim ke filtration Section dengan desludge pump (P 6612 AB). Excess
water pump (P 6609) akan diperlukan pada suatu saat ketika waste water
karena beberapa hal jumlahnya melebihi batas sehingga diperlukan kelancaran
pengiriman ke filtration. Excess water ini akan dikirim ke Excess water storage
Section.
50
Gambar 1.11 Primary Effluent Treatment Section
51
panjang dan harus dihindari adanya pengendapan di sepanjang pipa tersebut
hingga menuju thickener (D 6640) pada filtration Section.
Alat untuk pemisahan terdiri dari dua belt filter (rotating drum filter).
Vacuum filter (Fil 6641 AB) mempunyai bentuk susunan yang mana filter cloth
tersusun pada sekeliling permukaan dari drum yang disupport ke central shaft.
Masing-masing ruang kecil terpisah menjadi dua bagian daerah yaitu daerah
filtrasi dan daerah dehidrasi. Masing-masing daerah dihubungkan ke vacuum
pump (C6641 AB) untuk membuat vakum. Oleh sebab itu, pada saat drum
berputar dan ruang-ruang kecil tersebut secara otomatis akan menunjang proses
penyaringan dan cake yang agak tebal akan tertahan pada filter cloth dan ketika
level cairan naik proses dehidrasi akan dimulai. Filter cloth tidak selalu fix di
peeling point , akan keluar dari drum dan setelah pencucian dengan water sprayer
akan kembali lagi ke drum. Filter cloth akan dicuci setiap kali putar dan filter area
harus selalu bersih untuk menambah laju dehidrasi. Jumlah pencucian filter cloth
sebesar 150 l/menit/filter atau 300 liter/menit atau 18 m3/jam untuk dua filter.
Untuk menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan di-treated di
dalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali. Di dalam
coagulation sedimentation equipment , suspended solid (SS) dari waste water
diambil. Jumlah pencucian filter cloth = 150/min/fil. atau 300l/min = 18 m3/j
untuk 2 filter, untuk menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan
ditreat didalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali.
Di dalam coagulation sedimentation equipment diambil SS-nya dari waste
water. SS didalam air bekas cucian akan diambil kira-kira 300 mg/L. sebagai
koagulan dipakai alum dan polimer. flok setelah koagulation akan dikirim ke
thickener D-6645 dimana akan didiamkan untuk dipisahkan menjadi supernatant
liquor dan sludge, dengan demikian liquor supernatant akan dipakai kembali
sebagai air pencuci filter cloth. sludge akan dikirimkan kembali ke vacuum filter
untuk dehydration dan cake dehydration akan disimpan sementara didalam cake
hopper D-6649 AB kemudian diangkut dengan dump truk ke tempat pembuangan.
Dalam operasi normal, jumlah filtrat dalam vacuum filter dan supernatant liquor
dari thickener, diharapkan 49,6 ton/j dengan flow rate water 50,2 ton/j dan
52
slurry yang direcycle 4,5 ton/h dari secondary effluent treatment section.
kandungan air dalam cake dehydrate diharapkan 60% cake discharge kira-kira 5
t/h (± 3 t/h air akan terikut dalam hydrate cake ), menyaring 20,4 t/h hasil dari
49,6 t/h akan dikirim ke Primary effluent treatment section yang digunakan
kembali dan sisa 29,2 t/h akan dikirim ke secondary effluent section dimana N,P,F
dan SS yang terkandung dalam filtrate akan diambil.
53
Section ini dimaksudkan menerima filtrat dari filtration section dan
mengambil P, F, dan N dengan metode koagulasi dan sedimentasi. Untuk
mengambil fluorine dengan metode koagulasi dan sedimentasi dilakukan dengan
penambahan Ca2+ dan Al3+, fluorin direaksikan dengan penambahan beberapa
chemical dalam solid yang sukar larut dalam air. Seperti diketahui CaF2 sukar
terurai menjadi Ca2+ dan F- dan terbentuk dengan penambahan Ca2+. Metode ini
kemudian dipakai untuk fluorin treatment. sebagai garam Ca(OH)2 disuplay dari
primary effluent treatment section.
Ca2+ + 2F- → CaF2
kelarutan CaF2 4,9x10-11 (mol/L)3, dengan penambahan Ca2+ konsentrasi F- akan
berkurang. Sebenarnya konsentrasi F- ini akan sukar berkurang dengan
penambahaan air dan memberikan garam Ca2+ secara berlebihan karena bentuk
CaF2 merupakan koloid dalam liquid. Ini sudah lama diketahui bahwa
penggunaaan alum atau garam-garam Al yang lain sebagai koagulan, fluorin dapat
diambil tetapi mekanisme pengambilannya masih belum jelas karena ada suatu
pendapat yang menyatakan bahwa Al dan F sulit membentuk garam Na3AlF6, dan
F yang lain diabsorbsi flok Al(OH)3 dan mengendap bersama-sama.
Menggunakan Al3+ sehingga derajat treatment yang lebih tinggi perlu diakukan
tetapi adsorsi merupakan faktor utama dan Al3+ berlebih perlu diberikan untuk
mengurangi konsentrasi F ini, berarti bahwa penurunan konsentrasi F seperti yang
diinginkan juga konsentrasi raw water yang tinggi sangat tidak ekonomis. Oleh
karena itu dilihat dari segi ekonomi konsentrasi F outlet didesain 10 mg/L.
Dengan cara yang sama untuk F sebagian P bereaksi dengan Ca2+ menjadi kalsium
fosfat (CaHPO4.2H2O, Ca(H2PO4)2) dan sebagian diabsorbsi dengan flok
Al(OH)3.
Sludge dipisahkan di thickener (D6654) dikirim ke filtration Section di
dehidrasi. dalam waste water mengandung pula SO42- ini berarti mempercepat
terjadinya CaSO4.2H2O. Dengan penambahanan Ca2+ dimaksudkan untuk
menurunkan kecepatan terjadinya CaSO4.2H2O. Jumlah Ca(OH)2 hanya bereaksi
dengan F dan P dan NaOH sebagai sumber alkali direaksikan dengan alum dan ini
untuk mengatur pH.
54
Al2(SO4)3 + 6 NaOH → 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4
55
Gambar 4.2.1 Fasilitas Pengendali Limbah Gas dan Debu Pabrik 3A
PT Petrokimia Gresik
56
BAB 5
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH & HASIL
57
3. Air limbah dari Unit Cement Retarder (CR) pada proses purifikasi
Pada unit ini terbentuk purifiedgypsum, yaitu sebagai raw material untuk
pembuatan granulegypsum dari beberapa impurities yang dihilangkan dari
phospogypsum. Phospogypsum mengalami pengenceran pada slurry tank
menggunakan air dari bak Neutralize Water Pit membentuk slurry 39%,
kemudian diaduk untuk melarukan impurities. Selanjutnya slurry
dipisahkan antara cakegypsum dari filtratnya dengan filter. Cake
(purifiedgypsum) yang sebelumnya disemprot dengan steam untuk
menurunkan moisture yang terkandung didalamnya, masuk ke conveyor
untuk dikirim ke purifiedgypsum storage. Sedangkan filtrate yang
mengandung impurities dan phospogypsum akan dinetralkan di Effluent
Treatment. Air limbah ini mengandung sebesar 467 ppm dan Fluor
sebesar 3523 ppm dikirim ke unit pH Adjusting Tank I.
4. Air limbah dari unit pendukung
Pada unit ini air limbah yang berasal dari blow demin water diolah di unit
Effluent Treatment.
58
Petrokimia Gresik melakukan pengolahan limbah cair langsung ke proses
pengolahan limbah secara kimia, yaitu langsung dengan penambahan bahan-
bahan kimia tidak melalui proses pengolahan limbah secara fisika terlebih dahulu.
Limbah cair tersebut kemudian dialirkan menuju pengolahan lanjutan
yaitu Settling Basin (Equalizer). Di unit ini langsung dilakukan proses pengolahan
secara kimia dengan penambahan larutan kapur untuk mentetralkan pH. Hal ini
bisa menyebabkan penambahan larutan kapur dalam jumlah banyak, sehingga
mempengaruhi temperatur limbah cair tersebut. Limbah cair yang akan dibuang
ke laut kemungkinan bisa dalam keadaan temperatur yang tinggi. Selanjutnya, air
limbah tersebut akan diendapkan sebelum dibuang ke laut.
59
Unit ini berfungsi untuk mengontrol keseluruhan proses pengolahan
limbah cair di unit Effluent Treatment mulai dari masuknya limbah cair ke
dalam inlet pada Adjusting Tank sampai menghasilkan cake dan air yang
keluar dari outlet kolam netralisasi. Control Room dilengkapi dengan alat-
alat seperti:
• Indikator pH
• Indikator pengaliran dari air limbah yang masuk (Automatic Tune
Control)
60
limbah sebelum masuk ke unit Primary Teratment dan
mengontrol debit limbah.
b) Pembuatan Lrutan Kapur
Larutan kapur sebagai penetralisir pH air buangan, agar pH
yang dihasilkan di outlet berada diantara 6,5-8. Pembuatan
larutan kapur yang akan ditambahkan pada unit Effluent
Treatment menggunakan kapur bubuk (CaO) dengan kadar
kemurnian 70% tiap kemasan kantong 50 kg/ton.
Proses pre treatment dalam unit Effluent Treatment, antara lain:
1. Bubuk kapur masuk ke dalam Slaked Lime Silo ( M-6621)
berkapasitas 150 m³ yang berfungsi menampung bubuk
kapur.
2. Bubuk kapur diatur oleh Rotary Valve (M-6619-2) masuk
ke Lime Feed Conveyor (M-6619-1) untuk disalurkan ke
Grit Separator (D-6618) yang berfungsi memisahkan kapur
dengan pasir dengan melarutkan kpur dengan air. Overflow
air kapur ditampung di Lime Milk Tank (TK-6620).
3. Grit (endapan) yang tidak larut dari proses pelarutan kapur
diendapkan di bottom Grit Separator (D-6618) kemudian
ditransfer ke Grit Conveyor (M-6620) untuk disalurkan ke
Grit Bunker (D-6619) yang berfungsi sebagai penampung
pasir.
4. Larutan kapur yang ditampung di Lime Milk Tank (TK-
6620) diaduk dengan Lime Milk Tank Agitator (M-6617)
agar tidak menggumpal, kemudian didistribusikan ke pH
Adjusting Tank dengan Lime Milk Pump (P-6615 A/B).
2. Primary Teratment (Pengolahan Pertama)
Pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan zat padat
tercampur melalui pengendapan dengan proses netralisasi pH,
koagulasi, dan pengendapan. Proses primary treatment pada Effluent
Treatment, antara lain:
61
1. Air limbah direaksikan dengan larutan kapur yang berasal
dari unit purifikasi (120 – 140 m³/jam) dalam pH Adjusting
Tank I (TK-6611) berkapasitas 60 m³/jam dengan tujuan
mengatur pH antara 6,5 – 8. Terjadi proses kimia, yaitu
injeksi larutan kapur (Ca(OH)₂) dan proses fisik yaitu
pengadukan larutan kapir agar tercampur homogeny dengan
limbah. Dari proses netralisasi ini terbentuk gumpalan-
gumpalan kecil berupa kalsium fluoride dan kalsium fosfat.
2. Setelah dinetralkan, air limbah diproses ke pH Adjusting II
(TK-6612) yang berfungsi sebagai penetralisir pH apabila
hasil dari pH Adjusting Tank I belum memenuhi kriteria
pH yang diinginkan.
3. Polimer dengan jenis (Poly Acid Amide) yang disimpan di
polymer hopper ditambahkan ke air limbah pada Coagulan
Tank (TK-6614). Polimer berfungsi sebagai koagulan untuk
memperbesar flok-flok polutan dari pH Adjusting Tank
agar lebih mudah mengendap.
4. Air limbah yang telah mengandung flok-flok diendapkan ke
unit Thickener I dengan proses pengadukan agar terbentuk
flok yang lebih besar. Pengendapan flok terjadi secara
gravitasi menghasilkan slurry (lumpur) dan neutralized
water. Overflow pada neutralized water akan masuk ke
neutralized water pit, sedangkan slurry diproses ke
Thickener II (D-6640) secara under flow. Neutralized water
dipompa ke Purification Plant dan produksi .
3. Secondary Treatment (Pengolahan Lanjutan)
Secondary Treatment berfungsi untuk menurunkan kandungan zat
padat dan senyawa kimia yang tidak diinginkan (fluor dan )
dengan penambahan polymer,tawas,dan soda kaustik (NaOH) serta
penetralan pH agar menghasilkan Treated Water yang sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan PT. Petrokimia Gresik.
62
Proses yang terjadi pada Secondary Treatment, antara lain:
1. Slurry yang berasal dari Thickener I masuk ke Thickener II
(D-6640) untuk dipisahkan kembali antara air jernih dan
sludge nya, sehingga didapat lumpur yang lebih pekat.
2. Hasil endapan yang dihasilkan akan dikeruk dengan
scrapper untuk selanjutnya dipompa ke Vacuum Filter (Fil-
6641) secara underflow. Lumpur yang menempel pada
media filter disebut cake, dibawa ke disposal area.
3. Air yang telah terpisah dari sludge nya serta overflow dari
Thickener II (D-6640) dialirkan ke Measuring Tank (TK-
6651), berfungsi mengukur jumlah aliran untuk mengetahui
dosis optimal bahan kimia yang diubutuhkan dalam
penguraian polutan pada air limbah.
4. Hasil pengolahan Measuring Tank digunakan sebagai
campuran pembuatan NaOH dengan menginjekasikan soda
caustic (51,4%) dan tawas (40%) ke dalam Mixing Tank
(TK-6652). Penambahan soda caustic berfungsi untuk
mengikat fluor dan dalam air limbahn (flok
(Al , sedangkan penambahan tawas bertujuan
menyeimbangkan pH dalam keadaan netral karena polimer
dapat bekerja efektif dalam range pH 6,5 – 8. Air limbah
selanjutnya dialirkan ke Coagulation Tank melalui under
flow.
5. Dalam proses pencampuran dengan pengaduk (agitator).
Terjadi proses koagulasi antara air limbah dengan polimer
dengan terbentuknya flok-flok yang lebih besar pada
Coagulation Tank (TK-6653) agar dapat menurunkan kadar
solid dalam air. Selanjutnya, air limbah dialirkan ke
Thickener III (D-6654).
6. Flok-flok dalam air limbah diendapkan secara gravitasi
pada unit Thickener III (D-6654) menghasilkan treated
63
water dengan karakteristik pH netral, kandungan suspended
solid sedikit, jumlah fuor dan fosfat telah menurun. Treated
water dikumpulkan ke Treated Water Tank (TK-6660).
7. Sludge dari Thickener III akan masuk kembali ke
Thickener II untuk diproses selanjutnya ke vacuum filter
(Fil-6641 AB) Sludge akan dihisap dengan tekanan tinggi
sehingga cake akan menempel pada filter cloth dan air
masuk ke vacuum filter. Selanjutnya air akan dialirkan ke
Treated Water Tank, sedangkan cake yang telah menumpuk
akan jatuh ke conveyor dan dibawa ke cake hopper untuk
dibuang ke disposal menggunakan dump truck.
2) Unit Settling Basin (Equalizer)
Di dalam pengolahan lanjutan (Advanced Treatment) ada 4 tahapan,
yaitu sebagai berikut :
a. Netralizer
Langkah-langkah pengolahan air limbah di Netralizer adalah sebagai
berikut :
1. Air limbah dari pabrik I, pabrik II, dan pabrik III ditampung menjadi
satu di Open Ditch dengan karakteristik air limbah yang berbeda-beda,
yaitu air limbah dari pabrik I lebih bersifat netral, sedangkan air
limbah dari pabrik II dan pabrik III bersifat asam dengan komponen
utamanya adalah PO4 dan flour. Hal itu dilakukan supaya air limbah
dari pabrik I, pabrik II, dan pabrik III dapat saling menetralisir
sehingga pada tahap selanjutnya tidak memerlukan penambahan bahan
kimia dalam jumlah yang banyak.
2. Air limbah dari Open Ditch dimasukkan ke bak Agigator untuk
direaksikan dengan larutan kapur untuk menetralkan pH air limbah. Di
dalam bak Agigator ini dilengkapi dengan scrapper atau pengaduk
untuk mempercepat reaksi antara larutan kapur dengan air limbah.
3. Setelah terjadi reaksi penetralan di bak Agigator, air limbah kemudian
dialirkan ke bak pengendap I untuk menurunkan padatan tersuspensi.
64
Bak pengendap I terdiri dari dua train yang dioperasikan bergantian,
jika bak satu sudah penuh maka aliran diarahkan ke bak dua. Bak ini
dilengkapi dengan sekat yang berfungsi untuk menahan endapan agar
tidak ikut dalam aliran air limbah ke bak selanjutnya. Apabila endapan
atau sludge di bak pengendap I sudah penuh, maka sludge dikuras dan
dibuang ke disposal (area pembuangan sludge).
4. Setelah terjadi pengendapan di bak pengendap I, air limbah dialirkan
ke bak pengendap II untuk proses pengendapan lebih lanjut. Bak ini
ukurannya lebih kecil dari bak pengendap I dan hanya terdiri dari satu
bak saja. Apabila sludge di bak pengendap II ini sudah penuh, maka
sludge dikuras dan dibuang ke disposal (area pembuangan sludge).
b. Equalizer
Di tahapan pengolahan bak Equalizer ini apabila limbah cair dari bak
netralizer kadar pH masih rendah, maka akan dilakukan penetralan lebih
lanjut dengan penambahan larutan kapur atau caustic soda (NaOH).
Langkah-langkah pengolahan air limbah di tahapan Equalizer adalah
sebagai berikut :
1. Jika pH campuran dari bak netralizer masih rendah (asam), maka
ditambahkan larutan kapur dan caustic soda (NaOH) untuk
menetralkan air limbah sekaligus mengendapkan garam-garam fosfat.
2. Setelah reaksi penetralan, air limbah kemudian dialirkan ke bak
pengendap I dan bak pengendap II untuk menurunkan kadar padatan
tersuspensinya. Bak pengendap I dan bak pengendap IIterdiri dari dua
train yang dioperasikan secara bergantian, jika bak yang satu sudah
penuh maka aliran air limbah diarahkan ke bak yang kedua. Bak ini
juga dilengkapi dengan sekat yang berfungsi untuk menahan agar
endapan yang ada tidak ikut dalam aliran air limbah ke bak
selanjutnya. Apabila sludge sudah penuh, maka sludge akan dikuras
dan dibuang ke disposal (area pembuangan sludge).
3. Setelah diendapkan di bak pengendap I dan pengendap I, air limbah
dimasukkan ke bak pengendap III. Bak pengendap III ini berfungsi
65
untuk pengendapan lebih lanjut. Bak ini memiliki ukuran lebih kecil
dari bak pengendap I dan bak pengendap II dan hanya terdiri dari satu
bak saja. Apabila sludge sudah penuh, maka sludge akan dikuras dan
dibuang ke disposal (area pembuangan sludge).
c. Point L
Point L adalah titik sampling air buangan terolah akhir atau outlet dari bak
Equalizer sebelum dialirkan ke kolam indikator. Di Ponit L ini air limbah
dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah
Kabupaten Gresik dan dilakukan analisa oleh Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL) Surabaya atau Laboratorium lain yang sudah
ditetapkan sebagai Laboratorium lingkungan oleh Gubernur Propinsi Jawa
Timur. Pemeriksaan dan analisa dilakukan satu kali dalam satu bulan.
Analisa yang dilakukan dengan parameter sebagai berikut :
• Titrimetri, untuk menganalisa PH dan kandungan NH3.
• Spektofotometri, untuk menganalisa COD dan kandungan fosfat.
• Gravimetri, untuk menganalisa kadar padatan yang tersuspensi.
• Oil Content Analyzer, untuk menganalisa kandungan minyak dan
lemak.
d. Kolam Indikator
Air limbah yang akan dibuang ke laut yang sudah dilakukan pemeriksaan
dan analisa di Point L maka akan dialirkan ke kolam indikator. Yang
dijadikan sebagai indikator di kolam indikator ini adalah tumbuhan
mangrove, karena mangrove lebih peka terhadap adanya pencemaran air
dibandingkan dengan indikator lannya. Jenismangrove yang digunakan
adalah Brugueira gymnorizha, Avicenia marina, dan Rhizopora
Mucronata.
Bahan kimia yang digunakan di unit advanced treatment adalah sebagai
berikut :
• Kapur atau CaO (slaked lime)
66
Kapur yang digunakan dalam bentuk Ca(OH)2 atau lime milk
dengan konsentrasi 15%, kadar CaO 56-70%, dan kandungan pasir
maksimum 10%. Dasar pemilihan CaO adalah karena dari reaksi
yang terjadi antara air limbah dengan larutan kapur akan dihasilkan
endapan yang dapat diolah kembali untuk menjadi produk lain
yang bernilai jual.
• Caustic soda (NaOH)
Caustic soda (NaOH) yang digunakan dalam bentuk larutan
dengan pH 12.
67
Beberapa parameter yang dikontrol, antara lain: pH, Fluor, Total
Suspended Solid (TSS) dapat dilihat pada lampiran.
Pada tabel 5.3 menunjukkan kadar PO4 / Phospat Treated Water ET belum
keseluruhan memenuhi baku mutu yaitu 5 mg/l dengan rata-rata PO4 / Phospat
59,55 mg/l. Hal ini diduga akibat pengendapan fosfat kurang optimal karena debit
air limbah yang meningkat.
68
5.3.2.2 pH
Neutralized Water pH
No Bulan Inffluent Effluent
1 Januari 2019 1.81 6.91
2 Februari 2019 1.28 7.46
3 Maret 2019 1.89 7.49
4 April 2019 1.54 7.68
5 Mei 2019 2.02 4.57
6 Juni 2019 2.31 7.16
7 Juli 2019 1.41 5.69
8 Agustus 2019 1.72 5.23
Tabel 5.4 Tabel nilai rata - rata pH Neutralized Water Effluent Treatment
Pada tabel 5.4 menunjukkan tabel keseluruhan nilai pH dalam air limbah
yang diproses unit Effluent Treatment memiliki rata-rata 6,52 pada limbah cair PT
Petrokimia Gresik sudah mencukupi baku mutu yaitu, 6,5-8,5 mg/L. Tetapi pada
bulan Mei , Juli , Agustus pH belum mencapai baku mutu. Hal ini diduga ada
masalah pada kapur / NaOH
Treated Water pH
No Bulan Inffluent Effluent
1 Januari 2019 1.81 7.27
2 Februari 2019 1.28 8.48
3 Maret 2019 1.89 9.63
4 April 2019 1.54 9.26
5 Mei 2019 2.02 7.60
6 Juni 2019 2.31 9.16
7 Juli 2019 1.41 6.19
8 Agustus 2019 1.72 6.77
Tabel 5.5 Tabel nilai rata - rata pH Tretaed Water Effluent Treatment
Pada tabel 5.5 menunjukkan tabel keseluruhan nilai pH dalam air limbah
yang diproses unit Effluent Treatment memiliki rata-rata 8,04 pada limbah cair PT
Petrokimia Gresik sudah mencukupi baku mutu yaitu, 6,5-8,5 mg/L. Tetapi pada
bulan Maret, April, Juni, Juli pH belum mencapai baku mutu. Hal ini diduga ada
masalah pada kapur / NaOH
69
5.3.2.3 SS ( Suspended Solid )
Neutralized Water SS
No Bulan Effluent
1 Januari 2019 94.43
2 Februari 2019 85.36
3 Maret 2019 86.26
4 April 2019 130.19
5 Mei 2019 2114.20
6 Juni 2019 335.43
7 Juli 2019 202.63
8 Agustus 2019 546.6667
Tabel 5.6 Nilai Rata2 perbulan SS di Neutralized Water
Treated Water SS
No Bulan Effluent
1 Januari 2019 87
2 Februari 2019 89
3 Maret 2019 87
4 April 2019 80
5 Mei 2019 98
6 Juni 2019 102
7 Juli 2019 248
8 Agustus 2019 123.7647
Tabel 5.7 Nilai Rata2 perbulan SS di Treated Water
70
bekerja secara maksimal untuk mengikat flok-flok kecil menjadi flok yang lebih
besar. Flok akan lebih mudah mengendap sehingga nilai ss berkurang.
5.4 Sanitasi
Sanitasi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi bagi sebuah industri.
Penerapan sanitasi harus dilakukan secara continue dan menyeluruh agar
diperoleh kualitas produk akhir yang baik sehingga menarik minat konsumen dan
meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat.
Sanitasi lingkungan pabrik beserta isinya akan mempengaruhi produk yang
dihasilkan dan kelangsungan perusahaan. Sanitasi berhubungan dengan
kelangsungan proses produksi dan kualitas produk. Sanitasi meliputi lingkungan
pabrik, ruangan pengolahan, bahan baku yang digunakan, karyawan yang bekerja
dan limbah yang dihasilkan. Sanitasi diperlukan untuk melindungi produk supaya
kualitas produk dapat terjaga dengan baik dan stabil. Dalam sanitasi yang sangat
diperhatikan adalah sanitasi pekerja, sanitasi peralatan dan sanitasi ruang.
a. Sanitasi Perkerja
Sanitasi karyawan meliputi kebersihan tubuh sebelum dan sesudah bekerja.
Industri pupuk PT. Petrokimia Gresik telah membuat peraturan untuk keperluan
sanitasi terhadap karyawan, peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
• Harus membersihkan tubuh sebelum dan sesudah bekerja minimal
mencuci tangan dan kaki.
• Menggunakan APD ( alat perlindung diri ).
• Karyawan ikut bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi
dengan bekerja sesuai bidang pekerjaannya.
• Ikut menjaga kebersihan tempat dan lingkungan pabrik.
• Menggunakan peralatan sesuai fungsinya.
b. Sanitasi Perlatan
Sanitasi peralatan yang diperlukan untuk menjaga kebersihan peralatan. Hal
ini dilakukan dengan cara membersihkan semua perlatan setelah proses produksi
berlangsung. Sanitasi peralatan yang diterapkan di PT Petrokimia Gresik yaitu
pembersihan dilakukan dengan cara menyikat dan menyemprotkan air keseluruh
71
bagian alat. Sedangkan untuk peralatan pengering digunakan semburan angin
yang cukup kencang agar kebersihan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap.
c. Sanitasi Ruang
Selain sanitasi karyawan dan sanitasi peralatan kebersihan lingkungan
kerja juga menjadi perhatian utama. Kebersihan tempat kerja akan meminimalkan
kontaminan yang dapat merusak produk serta berdampak pada kesehatan para
pekerja. Kebersihan tempat pengolahan dan lingkungan sekitar pabrik serta daerah
produksi harus dijaga dengan baik dengan cara pembersihan teratur serta diajaga
pembuangan limbah sesuai pada tempatnya. PT petrokimia Gresik telah
menerapkan sistem sanitasi ruangan dengan menyediakan tempat pengolahan
limbah pabrik sesuai dengan jenis limbahnya serta selalu rutin mebersihkan
lingkungan sekita unit produksi agar kualitas produk serta kesehatan para pekerja
tetap baik.
72
b. Memasang alat pemantauan kualitas emisi secara terus menerus (Continuous
Emission Monitoring/CEM) pada cerobong tertentu yang pelaksanaannya
dikonsultasikan dengan Menteri dan bagi cerobong yang tidak dipasang
peralatan (Continuous Emission Monitoring/CEM) wajib dilakukan
pengukuran secara manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali.
c. Memantau sarana dan prasarana pengendalian pencemaran udara
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b;
d. Menyampaikan laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam
huruf b kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan
Menteri, sekali dalam 3 (tiga) bulan untuk pemantauan dengan peralatan
otomatis;
e. Menyampaikan laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam butir
b kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri,
sekali dalam 6 (enam) bulan untuk pemantauan yang menggunakan peralatan
manual;
f. Mengambil tindakan penanggulangan yang diperlukan apabila terjadi kondisi
tidak normal dan atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi
bagi kegiatan industri pupuk dilampaui dan segera melaporkan kepada
Bupati/Walikota dengan tembusan Gubernur dan Menteri. Dan untuk
pengelolaan limbah B3 telah sesuai berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
101 tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah B3.
73
5.7 Emisi Gas
Di Pabrik III Asam Sulfat menghasilkan gas buang berupa SO2. Dilakukan
treatment untuk gas buang tersebut dan hasil yang didapatkan untuk emisi gas
adalah SO2 620 mg/Nm3 dengan baku mutu 800 mg/Nm3 . Bisa disimpulkan
bahwa pengelolaan emisi gas di PT. Petrokimia Gresik berjalan dengan baik
dan sesuai peraturan yang berlaku..
74
DAFTAR PUSTAKA
Ambulkar, Archis. 2015. Guidance for Professional Development in Drinking Water and
AECOM , English
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya,
Bandung
Havlin, J.L., Beaton., J.D., Tisdale, S.L, and Nelson, W.L. 2005. Soil Fertility and
Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.2015.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI
Menteri Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Menteri Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Menteri Lingkungan Hidup. 2014. PermenLH 5/2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk
Menteri Lingkungan Hidup. 2004. PermenLH 133/2004 tentang Baku Mutu Emisi Gas untuk
(http://www.petrokimiahttp://www.petrokimia-
gresik.com/Pupuk/Safety.Health.and.Environmentgresik.com/Pupuk/Safety.Health.a
(http://www.petrokimiahttp://www.petrokimia-
gresik.com/Pupuk/Safety.Health.and.Environmentgresik.com/Pupuk/Safety.Health.a
(http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Sejarah.Perusahaana). Diakses
Petrokimia Gresik.
Lampiran 5. Dokumentasi Kunjungan ke Effluent Treatment Pabrik III PT
Petrokimia Gresik
Lampiran 6. Dokumentasi Kunjungan ke Pabrik III A Asam Sulfat Emisi Gas
PT Petrokimia Gresik