oleh
BOGOR
2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
Oleh
15.61.08084
Bogor
2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Industri di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Narogong –
Bogor oleh Kemas M. Harun Ar Rasyid Sukarius NIS 15.61.08084
Disetujui oleh,
Disahkan oleh,
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas berkat
dan rahmatnya yang tercurahkan kepada penulis dan keluarga. Dan tak lupa
penyusun sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi besar Muhammad saw sebagai suri tauladan yang baik bagi umat
manusia didunia.
Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan judul “LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI PT SOLUSI BANGUN INDONESIA –
NAROGONG Perbandingan Metode Titrasi dengan Spektrofotometri untuk
kadar khlorida dalam sampel Control Coal dan Alternative Fuel Fine
Product”. Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VIII Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Bogor tahun ajaran 2018/2019. Laporan ini adalah hasil
pengalaman kerja industri Penyusun di Laboratorium AFR (Alternative Fuel
and Raw Material) PT Solusi Bangun Indoensia -Narogong Plant, yang
berlokasi di Jalan Raya Narogong Km 7 Bogor, Jawa Barat. Laporan ini
merupakan pertanggung jawaban kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
Praktik Kerja Industri berlangsung selama empat bulan yaitu mulai tanggal 7
Januari 2018 sampai 30 April 2019.
Prakerin ini dilaksanakan di berbagai institusi dengan macam-macam
divisi yang masih terkait pada rumpun analis kimia. Selama prakerin
siswa/siswi diharapkan bisa menggali potensi diri dan membuka wawasan
tentang dunia industri khususnya untuk peranan analis kimia. Setelah
kegiatan prakerin selesai siswa/siswi dituntut untuk bisa melaporkan hasil
kegiatan baik secara tertulis dalam bentuk laporan maupun secara lisan
dalam presentasi.
Laporan ini dan terdiri dari lima bab yang secara umum berisi tentang
pendahuluan, profil institusi prakerin, kegiatan di laboratorium, hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan serta saran.
i
ii
Bogor,
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Sejarah ..................................................................................................... 4
B. Profil Perusahaan...................................................................................... 8
B. Kegiatan Analisis..................................................................................... 32
A. Hasil ........................................................................................................ 46
B. Pembahasan ........................................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................................. 63
iv
v
B. Saran ...................................................................................................... 63
LAMPIRAN ........................................................................................................ 66
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
1
2
B. Tujuan PRAKERIN
2
3
A. Sejarah
Pada tahun 1962, Direktorat Geologi Departemen Pertambangan
Indonesia membentuk team survei untuk melakukan studi kelayakan
mengenai kemungkinan didirikannya pabrik semen di Jawa Barat. Pada
tahun 1963 dilakukan penelitian mengenai cadangan bahan baku di
sukabumi oleh E. J Patty dan di Cibadak oleh B. N Wahyu, sehingga
pada tahun 1964 ditemukan bahan tambang silka di cibadak Tak lama
kemudian B. N Wahyu dan Prayitno melakukan penelitian di daerah
walihir, Cibinong dan ditemukan tambang batu kapur (limes Stone) dan
tanah liat (Shale). Pada tahun yang sama, Goei Tjoe Houw juga
mengadakan penelitian mengenai cadangan batu kapur di daerah
Kemuning, Kelurahan Kelapa Nunggal. Hasil penelitian menunjukan
bahwa daerah tersebut sangat potensial untuk mendirikan pabrik semen
dan disertai studi perbandingan yang menunjukan pendirian lokasi pabrik
tepat, hal ini dikarenakan :
1. Persediaan bahan baku yang cukup
2. Mudah mendapatkan tenaga kerja
3. Mudah mendapatkan sumber tenaga listrik
4. Dekat dengan daerah pemasaran
5. Persediaan sumber air yang cukup
6. Letak pelabuhan yang tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan untuk
ekspor, untuk memasukan alat – alat berat pada saat pembangunan
pabrik, dan bahan baku yang didatangkan dari tempat lain seperti
gypsum, Bahan bakar, Dan lain sebagainya.
Pada tanggal 24 Mei 1968, Direktorat Geologi dan PT.
Semen Gersik melakukan penandatangan kontrak kerja sama penelitian
bahan baku semen di daerah Klapanunggal dan sekitarnya. Proyek ini
dilaksanakan antara bulan Juni hingga Desember 1968 dibantu oleh
International Finance Coorporation (IFC), Wahsington D. C, USA. Hasil
penelitian menunjukan :
1. Sumber batu kapur (Limes stone) terletak di daerah Kelapa Nunggal,
Pasir Kemuning, Pasir Bali , dan Pasir Guha.
4
5
Bulan Februari 1997 PT. Semen Cibinong tbk. Mendapat sertifikat ISO
9002 dari SGS yarsley London, yang diserahkan oleh Presiden Direktur
SGS ICS Indonesia Mr. Erik Roger pada Bpk. Hasyim Sumitro Djojohadi
Kusumo selaku persiden Direktur PT. Semen Cibinong tbk.
Pada bulan juni tahun 2000 Holcim Ltd sebuah perusahaan
semen yang berpusat di Switzerlan melakukan penawaran resmi
terhadap saham PT. Semen Cibinong. Pada bulan desember tahun 2000
The Jakarta Intiative Force mengeluarkan pengumuman bahwa Holcim
Ltd dan Steering Committee Of Creditors telah mencapai kesepakatan
untuk merestrukturisasi hutang PT. Semen Cibinong. Pada tanngal 13
Desember 2001 Holcim Ltd resmi menjadi pemegang saham utama PT.
Semen Cibinong tbk, dengan total saham 77,33 %. Pada tahun 2006 PT.
Semen Cibinong resmi berganti nama menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk.
Pada tahun 2014 Holcim dan Lafarge mengumumkan proyek
merger mereka. Pada tahun 2015 penutupan merger, yang melahirkan
LafargeHolcim, pemimpin baru dari industri bahan bangunan.
Kepemilikan saham Holcim Indonesia adalah LafargeHolcim Group
sebesar 80. 65% dan sisanya dimiliki publik. Kehadiran Holcim di
Indonesia ditandai dengan beroperasinya empat pabrik di Lhoknga –
Aceh, Narogong – Jawa Barat, Cilacap – Jawa Tengah dan Tuban –
Jawa Timur. Kegiatan produksi Holcim juga ditunjang dengan adanya
fasilitas penggilingan & terminal distribusi yang tersebar hingga ke
Kalimantan dan Sumatra, serta sistem manajemen penjualan yang prima
dan inovasi produk yang selalu dapat menjadi solusi kebutuhan semen di
Indonesia.
B. Profil Perusahaan
I. Visi
II. Misi
C. Organisasi Perusahaan
D. Disiplin Kerja
I. Waktu
b. Gaji lembur
Diberikan kepada karyawan yang bekerja lebih dari delapan jam
kerja.
Geocycle
Pra-pemrosesan
Geocycle menyiapkan limbah untuk pengolahan akhir yang aman
dan bertanggung jawab melalui co-processing.Limbah umumnya tidak
dapat digunakan secara langsung untuk co-processing di kiln semen,
tetapi harus melalui proses persiapan. Langkah ini menghasilkan produk
yang stabil yang memenuhi spesifikasi teknis produksi semen dan
menjamin bahwa standar lingkungan dipenuhi.Langkah-langkah pra-
pemrosesan kami membutuhkan keahlian dan investasi yang besar.
Geocycle memiliki instalasi, orang-orang dan pengetahuan untuk
14
Co-processing
Geocycle menawarkan solusi pengolahan limbah berdasarkan
proses industri unik yang disebut co-processing. Ini mengacu pada daur
ulang simultan bahan mineral dan pemulihan energi dalam satu proses
industri tunggal: pembuatan semen.Bagian mineral limbah menggantikan
bahan mineral primer (seperti batu kapur, tanah liat atau besi) dan bagian
yang mudah terbakar menyediakan energi yang dibutuhkan untuk
produksi klinker. Akibatnya, 100% dari input limbah didaur ulang atau
diperoleh kembali tanpa menghasilkan residu tambahan. Teknologi yang
digunakan juga memastikan penghancuran komponen-komponen
beracun.
.
A. TINJAUAN PUSTAKA
a. Batubara
1. Moisture (air)
Moisture batubara bukanlah seluruh air yang terdapat didalam
pori-pori batubara dan yang terbentuk dari penguraian batubara
selamapemanasan. Moisture batubara adalah air yang menguap dari
batubara apabila dipanaskan pada suhu (105-110)°C.
2. Inorganic matter (zat anorganik)
Elemen dari zat anorganik disebut mieral atau disebut juga
dengan mineral matter. Tingkat kandungan mineral yang diperlukan
diukur oleh kegunaan batubara tersebut. Pada batubara tertentu
kandungan mineral yang terlalu rendah mungkin sama tidak
diinginkannya dengan kandungan yang terlalu tinggi.
3. Organic matter (zat organik)
Zat organik adalah satu-satunya komponen batubara yang
menghasilkan kalori pada proses pembakaran. Komponen batubara ini
diuraikan menjadi beberapa elemen yang disebut sebagai maceral,
sedangkan jika dilihat dari sisi kedua, komponen ini terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, klorin, oksigen, serta terdapat juga
sedikit zat organik bawaan, seperti natrium, kalium, dan sebagainya.
b. Fine Product
I. Plastik
II. Karet
a. Karet Alam
Karet (alam) adalah polimer hidrokarbon yang
terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks)
digetah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga
diproduksi secara sintesis. Sumber utama barang dagang
dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae).
Ini dikarenakan dengan melukainya akan memberikan
respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi
Jenis Karet Alam Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun
yang diperoleh dari pohon karet havea brasiliensis. Beberapa kalangan
19
1. Lateks kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap
pohon karet.
2. Sheet angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang
sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet
yang sudah digiling tetapi belum jadi.
3. Slap tipis
Slap tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang
sudah digumpalkan dengan asam semut.
4. Limp segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari
gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk
penampung.
e. Tyre rubber
f. Karet Sinetis
Karet sintesis sebagian besar dibuat dengan
mengandalkan bahan baku minyak bumi. Berikut macam karet
sintesis:
c. Khlorida
Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk
larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl -). Ion klorida
adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami
dalam jumlah yan lebih banyak dari pada anion halogen lainnya. Klorida terdapat
di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi dapat
meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
perkaratan peralatan logam.
22
d. Titrimetri
Pereaksi yang kita reaksikan disebut larutan baku atau larutan standar.
Penambahan larutan baku diteteskan sedikit demi sedikit dengan menggunakan
buret sampai tercapai titik akhir.
1. Titrasi
Proses mereaksikan titrat dengan titran.
2. Titik Akhir
Titik dimana terjadi perubahan warna indicator dalam larutan sehingga
titrasi harus dihentikan.
3. Titik Setara
Titik dimana mgst contoh sama dengan mgst penitar/jumlah titran dan
titrat yang secara stokiometri sudah ekivalen (setara).
4. Indikator
Suatu senyawa kimia yang ditambahkan dalam suatu penitaran yang
memberikan perubahan warna atau kekeruhan pada saat titik akhir
tercapai
5. Bahan Baku Primer
Bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat larutan standee
primer dimana konsentrasinya dapat diketahui dengan tepat dan dipakai
untuk menetapakan konsentrasi larutan standar sekunder.
6. Bahan Baku Sekunder
23
e. Titrasi Argentometri
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam
dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).
f. Spektrofotometri
27
g. Hukum Lambert
h. Hukum Beer
It= Io10-k c
c = ketebalan medium
k = konstanta
Hukum Beer atau Lambert mudah digabungkan menjadi suatu rumus yaitu:
𝐼𝑜
Log 𝐼𝑡 =a.b.C
b = Ketebalan media
C = Konsentrasi
1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium
pengabsorpsi tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecil, akan
menurunkan intensitas berkas.
i. Jenis Spektrofotometer
berkas sinar akan melalui larutan, sebelum menumbuk fotosel dimana berkas
sinar tersebut diubah menjadi arus pada sirkuit dan akhirnya diperoleh nilai
pada penampil data. Bila sampel diletakkan pada jalannya sinar, sinar melewati
sampel dan kemudian menumbuk fotosel, maka akan terjadi suatu
penyimpangan arus yang sebanding dengan konsentrasi larutan.
1. Sumber Sinar
2. Monokromator
3. Sel Sampel
d. Tidak rapuh.
4. Detektor (detector)
5. Read out
k. Linearitas
m. Presisi
Kedekatan nilai hasil uji dari harga sebenarnya dapat dinyatakan dengan nilai
akurasi. Nilai akurasi ini merupakan ukuran prosedur analisis dapat tepat
mengukur konsentrasi analit yang sebenarnya (Mursyidi & Rohman, 2007).
n. Uji t (t Test)
Uji t digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata dari dua populasi dengan
selang kepercayaan tertentu. Pengujian dua kelompok data tersebut memberikan
32
informasi adanya perbedaan kedua varian data yang diuji. Jika t hitung < t Tabel
maka kedua rata-rata tidak berbeda secara signifikan dan sebaliknya jika t hitung
> t Tabel maka kedua rata-rata berbeda secara signifikan (Rohman, 2014).
B. Kegiatan Analisis
a. Instruksi Kerja penetapan S & Cl dengan Bomb Calorimeter
I. Acuan
II. Prosedur
1. Persiapan Sampel
Keterangan :
Np : Normalitas penitar
Keterangan :
III. Definisi
35
Heat Content adalah nilai panas yang dihasilkan oleh suatu bahan
Limbah yang dimaksud adalah limbah yang mempunyai nilai kalor seperti
biomass (sekam padi), BBS (Bahan Bakar Sintetik), dan lain-lain.
IV. Acuan
V. Prosedur
10. Jika analisis selesai, nilai kalori akan muncul pada layar.
36
Keterangan :
m = berat sampel
c. Instruksi Kerja penetapan As, Cd, Co, Cr, Zn, Cu, Hg, Mn, Ni,
Pb, Sb, Tl, V, Se, Sn, SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O,
TiO2, P2O5, Na2O, BaO dengan alat ICP Spectrometer
Varian-720
37
VI. Definisi
ICP adalah singkatan dari Inductively Coupled Plasma, yaitu suatu alat
yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan logam dalam suatu bahan
cair
VII. Acuan
VIII. Prosedur
Gambar 6 pH Meter
I. Definisi
II. Acuan
III. Prosedur
1. Kalibrasi
3) Dipilih nomor 1) pH
4) Ditekan STANDARDIZE
39
2. Analisa
Gambar 7 Viscometer
I. Definisi
II. Acuan
III. Prosedur
1. Penyiapan Alat
CP 0.0 20.1 C
2. Kalibrasi
3. Analisa
I. Acuan
II. Prosedur
III. Definisi
TOX-100 adalah instrument yang dibuat oleh Mitsubishi Chemical
Curporation untuk mengukur Total Organik Halogen, Total Chlorida,
Organik Chloride, Total Sulfur, Organic, sulfur dan sampel solid,
Sludge, Liquid (Organic dan Inorganic)
TOX-Total Organic X (Golongan Halogen F, Cl, Br, I, At)
TSX-Total Sulfur dan X (Golongan Halogen F, Cl, Br, I, At)
TSX-Cl adalah Total Sulfur dan halogen dalam mode Chloride
Measurement. Dimana yang diukur adalah besarnya Chloride dalam
sampel
TSX-S adalah Total Sulfur dan halogen dalam mode Chloride
Measurement. Dimana yang diukur adalah besarnya sulfur dalam
sampel
AOX- Absorbable Organic Halogen, dalam hal ini yang diukur
adalah besarnya organik Halogen yang terabsorp oleh karbon
POX-Purgeable Organic Halogen, dalam hal ini yang diukur adalah
besarnya Organik Halogen yang realease/volatile jika di purge pada
kondisi suhu tertentu
End point adalah kondisi paling optimum cell yang dipersyaratkan
dalam melakukan fungsinya untuk melakukan pengukuran target
dalam satuan potensional
Test Titrasi adalah auto test instrument untuk mendapatkan End
Point yang dipersyaratkan
Electrolyte adalah larutan yang dibuat berdasarkan ketentuan yang
berfungsi untuk media hantar listrik dan bisa juga sekaligus sebagai
absorber analyte
IV. Acuan
Operation Manual TOX-100 Mitsubishi Chemical Corporation
V. Prosedur
- Warning up
1. Dibuka valve gas Oksigen dan karbon
2. Dinyalakan On Power dan Heater di panel alat bagian depan
3. Dibuka program TOX-100 di komputer
4. Disi password dengan “TOX-100”
5. Cell preparation
44
A. Hasil Analisis
I. Percobaan
Bahan-bahan :
Alat-alat :
V. Cara Kerja
1. Metode Spektrofotometri
- Tahap Preparasi
Pembuatan Larutan Deret standar (0.0; 5.0; 10.0; 15.0; 20.0; 25.0;
30.0; 35.0) mg/L
Deret standar (0.0; 5.0; 10.0; 15.0; 20.0; 25.0; 30.0; 35.0) mg/L
dibuat dengan cara memipet larutan standar klorida 100 mg/L sebanyak
0.00 mL; 5.00 mL; 10.00 mL; 15.00 mL; 20.00 mL; 25.00 mL;30.0mL;
35.0mL), masing-masing dimasukan ke labu takar 100 mL, kemudian
ditera dengan air demineral dan dihomogenkan.
C1 V1 = C2 V2
48
C2 V2
V1=
C1
Keterangan:
= 5 mL = 10 mL
= 15 mL = 20 mL
= 25 mL = 30 mL
= 35 mL
Preparasi Sampel
demineral, kemudian disaring ke labu takar 100 mL, lalu ditera dengan air
demineral, dan dihomogenkan.
- Pengondisian Alat
Pengondisian alat spektrofotometer UV-Vis varian DR 5000
dilakukan dengan menyalakan alat kemudian dipilih parameter uji yang
akan diukur dan diklik start. Sampel siap dilakukan pengujian sesuai
dengan prosedur.
2. Metode Titrimetri
Preparasi Sampel
Preparasi Reagent
Tahapan Titrasi
A. Blanko
1. Ditambahkan HNO3 1:2 sebanyak 50mL
2. Ditambahkan AgNO3 0.05N sebanyak 10mL
3. Ditambahkan indikator Fe3+ sebanyak 3-4 tetes
4. Dititar dengan NH4SCN sampai dicapai warna titik akhir yaitu
endapan putih larutan merah bata.
B. Sampel
1. Dipipet 50mL sampel, dimasukan ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan HNO3 1:2 sebanyak 50mL
3. Ditambahkan AgNO3 0.05N sebanyak 10mL
4. Ditambahkan indikator NH4Fe(SO4)2 sebanyak 3-4 tetes
5. Dititar dengan NH4SCN sampai dicapai warna titik akhir yaitu
endapan putih larutan merah bata.
52
Hasil Akhir :
. Metode Spektrofotometri :
1. Deret Standar
Parameter Nilai
Slope 0.0687
53
2. Limit Deteksi
Pengulangan Absorbansi
1 0.03
2 0.029
3 0.028
4 0.028
5 0.028
6 0.028
7 0.027
Average 0.0283
SD 9.5 x10^-4
LOD 0.0311
LOQ 0.0378
54
3. Uji Presisi
SD 0.0216
RSD 4.41
SD 0.003
RSD 1.06
55
4. Akurasi
Data kadar sampel akurasi yang diperoleh dari tujuh kali ulangan untuk masing-
masing sampel kemudian dihitung nilai akurasi dengan rumus sebagai berikut:
1 VS6-066 0.1399
2 VS6-066 0.1400
3 VS6-066 0.1434
4 VS6-066 0.1757
5 VS6-066 0.1337
6 VS6-066 0.1287
7 VS6-066 0.1396
Average 0.1430
Stdev 0.0152
To SRM range
0.134-0.166
1 requirement
Acceptability Yes
Acceptability
based on
internal
2
requirement Yes
±5% (CPR 1021
point 15.7.3.1
bagian b)
56
Metode Titrimetri
SD 0.0039
LOD 0.0118
LOQ 0.0393
2. Uji Presisi
Rata-rata 0.0587
SD 0.0103
57
Rata-rata 0.3058
SD 9.55x10-3
58
3. Akurasi
Rata-rata 0.0098
Akurasi 2%
Acceptability based
on internal
requirement ±5% Yes
(CPR 1021 point
15.7.3.1 bagian b)
59
Tabel 10. Penentuan Uji T sampel Control Coal Metode spektrofotometri dengan
Argentometri
Variable 1 Variable 2
Observations 6 6
Df 10
t Stat -6.833022735
Tabel 11. Penentuan Uji T sampel AF Fine Product Metode spektrofotometri dengan
Argentometri
Variable 1 Variable 2
Observations 6 6
Df 10
t Stat 0.391587463
B. Pembahasan
%Titrasi %Spektro
0.0636 0.0932
0.0465 0.0865
0.0693 0.0963
0.0578 0.0899
0.0464 0.0916
0.0686 0.0838
61
%Titrasi %Spektro
0.2999 0.3041
0.3019 0.2994
0.3211 0.3086
0.2946 0.3067
0.3045 0.3045
0.3125 0.3072
Uji T yang dilakukan adalah Equal variances assumed. Pada baris ini
digunakan apabila varians kedua data sama. Untuk penentuan ini, T hitung <
T table pada setiap sampel dan metode, sehingga semua hasil dinyatakan
tidak berbeda nyata.
Tujuan akurasi yakni untuk menentukan keakuratan metode yang divalidasi
dengan dibandingkan terhadap nilai sebenarnya. Kedua metode yang diuji
keakuratannya dengan standar masing-masing. Titrasi dengan standar klor
100 ppm sedangkan spektrofotometri dengan standar VS6-066
LOD (limited of detection) adalah batas konsentrasi terkecil yang dapat di
baca oleh alat berbeda dengan LOQ (limited of Quntitatif) adalah batas nilai
konsentrasi terkecil yang dapat dilakukan secara kuantitatif mulai preparasi
hingga pembacaan oleh alat instrument.
Kemampuan baca maksimum spektrofotometer yang digunakan adalah pada
absorbansi 3.5, sehingga jika read out tidak memberikan hasil maka harus
dilakukan pengenceran terhadap sampel.
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang dapat
dibandingkan. Yaitu biaya dan waktu pengerjaan per sampel.
62
B. Saran
a. Untuk Laboratorium :
b. Untuk siswa :
Harus berinisiatif. Aktif membantu analis dan bertanya jika ada hal
yang tidak diketahui.
63
64
Tim Penyusun GL2059 – Ver 2.1. 2017. Instruksi Kerja Operasional Laboratorium
AFR. Bogor : PT Holcim Indonesia Tbk
65
LAMPIRAN
Ppm Abs
0 0
4.9 0.3730
9.9 0.6790
15 1.0290
20 1.3790
25 1.7190
30 2.0670
35 2.4270
2.5
1.5
Absorbansi
1
0.5
0
0 10 20 30 40
66
67
CRM − x
Akurasi = x 100%
CRM
(0.1500− 0.1430)
= x 100%
0.1500
= 4.7%
CRM − x
Akurasi = x 100%
CRM
(0.0100− 0.0098)
= x 100%
0.0100
= 2%
0.12
0.1
0.08
0.06 %Titrasi
%Spektro
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6
68
0.325
0.32
0.315
0.31
0.305
%Spektro
0.3
%Titrasi
0.295
0.29
0.285
0.28
1 2 3 4 5 6
= 4.41 %
̅
𝑥
3
CV Horwitz = 3
. 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.0749
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100
= 4.45
Requirement = % RSD (calculation) ≤ rsd (Horwitz)
Acceptability = Yes
69
= 1.06 %
̅
𝑥
3
CV Horwitz = . 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
3
1.8537
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100
= 2.48
= 17.25%
̅
𝑥
3
CV Horwitz = 3
. 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.0587
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100
= 6.13
Requirement = RSD (calculation) ≤ % rsd (Horwitz)
Acceptability = No
70
= 3.12%
̅
𝑥
3
CV Horwitz = . 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
3
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.3058
3
= . 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100
3
= 4.78
Requirement = RSD (calculation) ≤ % rsd (Horwitz)
Acceptability = Yes