Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT SOLUSI BANGUN INDONESIA TBK NAROGONG


PLANT

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan


– SMAK Bogor Tahun Pelajaran 2018/2019

oleh

Kemas Mohammad Harun Ar Rasyid Sukarius 15.61.08084

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI)

Sekolah Menengah Kejuruan – SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA

BOGOR

2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT SOLUSI BANGUN INDONESIA TBK NAROGONG


PLANT

(Perbandingan Metode Titrasi Argentometri dengan Metode


Spektrofotometri Penentuan Kadar Klorida Dalam Sampel Control Coal
dan Alternative Fuel Fine Product )

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan


– SMAK Bogor Tahun Pelajaran 2018/2019

Oleh

Kemas Mohammad Harun Ar Rasyid Sukarius

15.61.08084

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI)

Sekolah Menengah Kejuruan – Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor

2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Industri di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Narogong –
Bogor oleh Kemas M. Harun Ar Rasyid Sukarius NIS 15.61.08084

Disetujui oleh,

Farhan Tri S, Am.d Rusman, M.Si


NIK 62502804 NIP 19781113200502100
Asisten Pembimbing Pembimbing Sekolah

Disahkan oleh,

Dwika Riandari, M.Si Yayan Susanto, S.E


NIP 1966072620022 NIK 62500600
Kepala SMK – SMAK Bogor Pembimbing Institusi
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas berkat
dan rahmatnya yang tercurahkan kepada penulis dan keluarga. Dan tak lupa
penyusun sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi besar Muhammad saw sebagai suri tauladan yang baik bagi umat
manusia didunia.
Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan judul “LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI PT SOLUSI BANGUN INDONESIA –
NAROGONG Perbandingan Metode Titrasi dengan Spektrofotometri untuk
kadar khlorida dalam sampel Control Coal dan Alternative Fuel Fine
Product”. Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VIII Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Bogor tahun ajaran 2018/2019. Laporan ini adalah hasil
pengalaman kerja industri Penyusun di Laboratorium AFR (Alternative Fuel
and Raw Material) PT Solusi Bangun Indoensia -Narogong Plant, yang
berlokasi di Jalan Raya Narogong Km 7 Bogor, Jawa Barat. Laporan ini
merupakan pertanggung jawaban kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
Praktik Kerja Industri berlangsung selama empat bulan yaitu mulai tanggal 7
Januari 2018 sampai 30 April 2019.
Prakerin ini dilaksanakan di berbagai institusi dengan macam-macam
divisi yang masih terkait pada rumpun analis kimia. Selama prakerin
siswa/siswi diharapkan bisa menggali potensi diri dan membuka wawasan
tentang dunia industri khususnya untuk peranan analis kimia. Setelah
kegiatan prakerin selesai siswa/siswi dituntut untuk bisa melaporkan hasil
kegiatan baik secara tertulis dalam bentuk laporan maupun secara lisan
dalam presentasi.
Laporan ini dan terdiri dari lima bab yang secara umum berisi tentang
pendahuluan, profil institusi prakerin, kegiatan di laboratorium, hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan serta saran.

i
ii

Dengan penuh rasa syukur, laporan akhir ini dapat dirampungkan


tepat pada waktu yang ditentukan. Namun ada juga hambatan dan rintangan
yang penulis lalui baik menyangkut masalah pribadi dan masalah non teknis
lainnya. Tapi berkat dukungan orang tua, pembimbing, dan rekan-rekan
lainnya, penulis termotivasi untuk memberikan hasil semaksimal mungkin
dalam penyusunan tugas akhir ini. Dan tak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang memberi bantuan, dukungan, serta do’a.
Rasa terima kasih ini ditujukan khusus kepada :
1. Dwika Riandari, M.Si, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan
SMAK – Bogor.
2. Indra Darmanto selaku technical AFR division manager.
3. Yayan Susanto, selaku AFR laboratory superintendent dan pembimbing
Prakerin di institusi prakerin.
4. Rusman, M.Si, selaku pembimbing Prakerin di sekolah yang telah
memberikan perhatian dan bimbingan berharga kepada penulis.
5. Farhan Tri Setiaji selaku analis dan asisten pembimbing Prakerin di
institusi Prakerin.
6. Moch. Abbas Riyadi, Irpan Efendi, Andik Supendi, Ari Aripini, Wahyu
Jayadinata Pratama, Deni Mulyawan, dan Dadan Imam selaku Chemical
Analyst yang telah membantu memberikan ilmu dan pengalaman dalam
menjalani kegiatan Prakerin.Seluruh staf dan karyawan PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk khususnya pada Departemen Geocycle
Laboratory atas dukungan serta kerjasamanya selama penulis
melaksanakan Prakerin.
7. Seluruh dewan guru dan tenaga kependidikan Sekolah Menengah
Kejuruan-SMAK Bogor yang telah memberikan ilmu yang sangat
berharga.
8. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan
dukungan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan kegiatan dan
penyusunan laporan prakerin ini.
9. Ratih Millena, Sri Melianti Rahayu, Elsa Yuliani dan Nadia Nur sebagai
teman-teman seperjuangan yang telah menjadi teman sekaligus rekan
iii

kerja yang baik selama menjalani kegiatan Prakerin di PT Solusi Bangun


IndonesiaTbk.
10. Seluruh teman-teman angkatan 61, atas kebersamaan dan
dukungannya.
11. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu dalam
membantu pelaksanaan kegiatan maupun penyusunan laporan Prakerin
ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna baik dalam
penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan sarannya yang bersifat membangun atas isi laporan ini dan
berharap kritik dan saran tersebut sebagai masukan untuk perbaikan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis berharap kepada seluruh pembaca dan pengguna laporan ini
agar laporan ini bermanfaat secara langsung kepada pembaca maupun tidak
langsung serta khususnya kepada siswa/siswi Sekolah Menengah Kejuruan
SMAK – Bogor dalam pemilihan metode yang tepat dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan mengenai hal tersebut.

Bogor,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan PRAKERIN .................................................................................... 2

C. Tujuan Penyusunan Laporan ..................................................................... 2

D. Ruang Lingkup PRAKERIN ....................................................................... 3

BAB II INSTITUSI PRAKERIN ............................................................................. 4

A. Sejarah ..................................................................................................... 4

B. Profil Perusahaan...................................................................................... 8

C. Organisasi Perusahaan .......................................................................... 10

D. Disiplin Kerja ........................................................................................... 11

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM ........................................................... 15

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 15

B. Kegiatan Analisis..................................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 46

A. Hasil ........................................................................................................ 46

B. Pembahasan ........................................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 63

A. Kesimpulan ............................................................................................. 63

iv
v

B. Saran ...................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

LAMPIRAN ........................................................................................................ 66

Lampran1. Tabel 15. Deret Standar .............................................................. 66

Lampiran 2. Grafik Perbandingan Absorbansi dengan Konsentrasi ............... 66

Lampiran 3. Perhitungan % Akurasi Metode Spektrofotometri ....................... 67

Lampiran 4. Perhitungan %Akurasi Metode Titrasi ......................................... 67

Lampiran 5. Flow Chart Perbandingan Metode Sampel Control Coal ............. 67

Lampiran 6. Flow Chart Perbandingan Metode Sampel AF Fine Product ...... 68

Lampiran 7. Uji Presisi sampel control coal metode spektrofotometri .... 68

Lampiran 8. Uji Presisi sampel AF Solid metode spektrofotometri .......... 69

Lampiran 9. Uji Presisi sampel control coal metode Titrasi ..................... 69

Lampiran 10.Uji Presisi sampel AF Solid metode spektrofotometri ......... 70


vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Keberadaan Holcim di Indonesia ......................................................... 7


Gambar 2 Logo Holcim ........................................................................................ 8
Gambar 3 Spektrofotometer UV - Vis................................................................. 33
Gambar 4 Bomb Calorimeter ............................................................................. 34
Gambar 5 ICP - OES ......................................................................................... 37
Gambar 6 pH Meter ........................................................................................... 38
Gambar 7 Viscometer ........................................................................................ 39
Gambar 8 Karl Fischer ....................................................................................... 41
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik performa kurva kalibrasi .................................................. 52


Tabel 2 Hasil penentuan Limit Deteksi .............................................................. 53
Tabel 3 Hasil keterulangan sampel Control Coal Sampel ................................. 54
Tabel 4 Hasil keterulangan sampel alternative fuel fine product. ....................... 54
Tabel 5 Uji Akurasi............................................................................................ 55
Tabel 6 Hasil Titrasi Penentuan LOD & LOQ .................................................... 56
Tabel 7 Pengulangan sampel coal .................................................................... 56
Tabel 8 Pengulangan sampel alternative fuel fine product ................................ 57
Tabel 9 Uji Akurasi............................................................................................ 58
Tabel 10 Perbandingan Metode dengan Uji T sampel Control Coal .................. 59
Tabel 11 Perbandingan Metode dengan Uji T sampel AF Fine Product ............. 59
Tabel 12 Perbandingan Metode kadar klorida dalam sampel Control Coal ........ 60
Tabel 13 Perbandingan Metode kadar klorida dalam sampel AF Fine ............... 61
Tabel 14 Penggunaan pereaksi metode titrasi. .................................................. 62
Tabel 15 Penggunaan pereaksi metode spektrofotometri .................................. 62
Tabel 16 Deret Standar...................................................................................... 66
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan di sektor industri


maka tidak dapat dielakkan lagi sekolah-sekolah kejuruan, khususnya
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor harus mampu menghadapi
tuntutan dan tantangan yang senantiasa muncul dalam kondisi seperti
sekarang ini. Mengingat tuntutan dan tantangan masyarakat industri di
tahun-tahun mendatang akan semakin meningkat dan bersifat padat
pengetahuan dan keterampilan, maka pengembangan pendidikan
menengah kejuruan khususnya rumpun kimia analisis harus difokuskan
kepada kualitas lulusan. Berkaitan dengan itu, maka pola pengembangan
yang digunakan dalam pembinaan sistem pendidikan menjadi sangat
penting. Seperti halnya sekolah menengah kejuruan lainnya, SMK-SMAK
Bogor mempunyai visi dan mengemban misi sebagai berikut :
1. Visi
Menjadi Sekolah Menengah Analis Kimia unggulan dan berwawasan
lingkungan yang menghasilkan lulusan professional dan bermartabat.
2. Misi
a. Melaksanakan pendidikan kejuruan analis kimia yang berkualitas
dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan
dunia industri.
b. Membina dan meningkatkan kemitraan nasional dan internasional.
c. Menerapkan budaya cinta dan peduli lingkungan yang
berkesinambungan.
d. Membina dan menyelenggarakan fungsi sosial dan
kemasyarakatan.
Siswa-siswi SMK SMAK Bogor perlu belajar mengaplikasikan
keterampilan mereka pada dunia kerja sebagai wujud kesiapan dalam
mengahadapi tantangan global. Dunia industri memiliki peran penting
untuk melahirkan lulusan yang berkompeten pada bidang analisis kimia.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah menyediakan fasilitas belajar ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam batas-batas tertentu. Maka untuk

1
2

mengatasi keterbatasan tersebut, perlu diadakan studi langsung di dunia


kerja.
Adapun bagi dunia industri, bermanfaat agar lebih
menginformasikan produk dan keunggulan perusahaan. Sehingga perlu
adanya kemitraan yang baik antara sekolah dan industri untuk
mengadakan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang merupakan
suatu syarat kelulusan bagi siswa SMK SMAK Bogor.

B. Tujuan PRAKERIN

Secara umum Prakerin dilaksanakan untuk menerapkan


pengetahuan yang diterima selama belajar di sekolah dan menambah
pengetahuan serta pengenalan lingkungan kerja di industri. Adapun
tujuan yang harus dicapai dari kegiatan Prakerin ini adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa
sebagai bekal di dunia kerja yang sesuai dengan program studi kimia
analisis.
2. Memantapkan dan mematangkan sikap profesional siswa dalam
rangka memasuki dunia kerja.
3. Meningkatkan wawasan siswa khususnya pada aspek-aspek yang
potensial dalam dunia kerja, antara lain: struktur organisasi, disiplin,
lingkungan dalam sistem kerja.
4. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen
kimia analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang
disediakan sekolah.
5. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
Bogor.

C. Tujuan Penyusunan Laporan

Tujuan utama pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi


tugas dan nilai akhir di SMK SMAK Bogor. Laporan ini merupakan
laporan kegiatan selama praktik kerja industri yang dilaksanakan selama
empat bulan sejak Januari sampai dengan April tahun ajaran 2017/2018.
Adapun tujuan pelaksanaan praktek kerja industri adalah :

2
3

1. Meningkatkan kemampuan dan menerapkan keterampilan siswa


sebagai bekal kerja sebagai analis kimia.
2. Mengembangakan kreatifitas dan sikap profesional siswa dalam
memasuki dunia kerja.
3. Mengembangkan wawasan siswa pada aspek potensial dalam dunia
kerja seperti kedisiplinan dan sistem kerja.
4. Melakukan tugas projek analisis sebagai proses pengembangan
pemahaman siswa pada kegiatanpraktek kerja industri di
laboratorium.
5. Memperoleh saran dan kontribusi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran di SMK SMAK Bogor.

D. Ruang Lingkup PRAKERIN

Ruang lingkup Prakerin dapat dibagi dalam beberapa dimensi, yaitu:


1. Kegiatan
Kegiatan di laboratorium AFR PT Solusi Bangun Indonesia Tbk-
Pabrik Narogong adalah uji kualitas bahan bakar substitusi/alternatif
dan bahan baku pembuatan semen.
2. Sifat Kegiatan
Prakerin merupakan kegiatan intrakurikuler yang wajib diikuti oleh
seluruh siswa kelas 13 sesuai dengan program kurikulum yang
berlaku di SMK-SMAK Bogor.
3. Waktu dan Tempat Prakerin
Pelaksanaan dilakukan di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk-Pabrik
Narogong yang bertempat di Jl. Raya Narogong km. 7 Bogor 16820.
Dilaksanakan selama 4 bulan mulai 7 Januari 2019 sampai 30 April
2019, tepatnya di laboratorium AFR.
BAB II INSTITUSI PRAKERIN

A. Sejarah
Pada tahun 1962, Direktorat Geologi Departemen Pertambangan
Indonesia membentuk team survei untuk melakukan studi kelayakan
mengenai kemungkinan didirikannya pabrik semen di Jawa Barat. Pada
tahun 1963 dilakukan penelitian mengenai cadangan bahan baku di
sukabumi oleh E. J Patty dan di Cibadak oleh B. N Wahyu, sehingga
pada tahun 1964 ditemukan bahan tambang silka di cibadak Tak lama
kemudian B. N Wahyu dan Prayitno melakukan penelitian di daerah
walihir, Cibinong dan ditemukan tambang batu kapur (limes Stone) dan
tanah liat (Shale). Pada tahun yang sama, Goei Tjoe Houw juga
mengadakan penelitian mengenai cadangan batu kapur di daerah
Kemuning, Kelurahan Kelapa Nunggal. Hasil penelitian menunjukan
bahwa daerah tersebut sangat potensial untuk mendirikan pabrik semen
dan disertai studi perbandingan yang menunjukan pendirian lokasi pabrik
tepat, hal ini dikarenakan :
1. Persediaan bahan baku yang cukup
2. Mudah mendapatkan tenaga kerja
3. Mudah mendapatkan sumber tenaga listrik
4. Dekat dengan daerah pemasaran
5. Persediaan sumber air yang cukup
6. Letak pelabuhan yang tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan untuk
ekspor, untuk memasukan alat – alat berat pada saat pembangunan
pabrik, dan bahan baku yang didatangkan dari tempat lain seperti
gypsum, Bahan bakar, Dan lain sebagainya.
Pada tanggal 24 Mei 1968, Direktorat Geologi dan PT.
Semen Gersik melakukan penandatangan kontrak kerja sama penelitian
bahan baku semen di daerah Klapanunggal dan sekitarnya. Proyek ini
dilaksanakan antara bulan Juni hingga Desember 1968 dibantu oleh
International Finance Coorporation (IFC), Wahsington D. C, USA. Hasil
penelitian menunjukan :
1. Sumber batu kapur (Limes stone) terletak di daerah Kelapa Nunggal,
Pasir Kemuning, Pasir Bali , dan Pasir Guha.

4
5

2. Sumber tanah liat (Shale) terletak di daerah Pasir Tangkil, Pasir


Wilihir, Pasir Leutik, dan Pasir Kemuning.
3. Sumber pasir silika terletak di daerah Cibadak.
4. Lokasi pabrik adalah di Desa Narogong, Kelurahan Klapanunggal,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pada tanggal 5 Juli 1971 didirikanlah pabrik semen Cibinong
dengan akte notaris Abdul Latief dari jakarta dan memperoleh
persetujuan dari Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. 1.
A. S/159/1971 serta dalam Berita Negara No. 82 pada tanngal 18 oktober
1971, yang selanjutnya dilengkapi dengan Berita Negara No. 466.
Konstruksi pembangunan pabrik dimulai pada tahun 1972, dilakukan oleh
Kaiser Engineering International Inc. Amerika, kemudian direalisasikan
oleh kontraktor indonesia dan Mitsubitshi Heavy Industries Ltd. Jepang.
Resminya perusahaan patungan ini berdiri pada tanggal 15 Juni 1971
dengan nama PT. Semen Tjibinong. Pembangunan pabrik semen PT.
Semen Cibinong unit 1 dengan kapasitas 600. 000 ton/tahun baru dimulai
pada tahun 1973 dan secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 14 Agustus 1975. Pembangunan pabrik PT. Semen Cibinong
Tbk. Unit II dengan kapasitas 600. 000 ton/tahun, diselesaikan dengan
baik pada bulan Juli 1977 sehingga kapasitas produksi total menjadi 1,2
ton/tahun. Melalui perencanaan, program perbaikan dan modifikasi yang
baik maka pada tahun 1985 PT. Semen Cibinong berhasil memperbesar
kapasitas semen mencapai 1,5 ton/tahun. Sejak berstatus PMDN pada
tanggal 19 November 1988, Perseroan telah melakukan misi untuk
menjadikan dirinya sebagai produsen semen dan beton yang terdepan
dalam konteks industri semen indonesia dan dalam rangka menjaga citra
dirinya sebagai produsen semen handal dalam mutu dan pelayan kepada
pelanggannya, maka dilakukan usaha – usaha sebagai berikut :
1. Pemasangan penghisap debu yang baru pada tahun 1990, berhasil
menurunkan emisi debu dari cerobongnya, menjadi pabrik semen
yang terbersih di Indonesia yang berwawasan lingkungan.
2. Berkat berhasilnya konvensi bahan bakar dalam tanur putarnya dari
gas menjadi batu bara, sejak tahun 1991 biaya produksi semen dapat
ditekan.
6

3. Agar jaringan distribusi semen dapat mencapai konsumen tepat


waktu, sejak 1991 dibentuk Armada angkutan sendiri yang dikelolah
oleh PT. Wahana Transtama, yang merupakan anak perusahaan.
4. Dalam rangka mendekatkan diri kepada konsumen dan dalam
rangkameraup keuntungan nilai tambah, telah dibentuk sebuah anak
perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan serta pemasaran
beton siap pakai, yaitu PT. Trumix Beton.
Perluasan pabrik tersebut terus dilaksanakan. Salah satu wujud
tindak lanjutnya adalah dengan dibangunnya unit III yang
pembangunanya dimulai pada tanggal 2 maret 1990. Proyek ini selesai
kurang lebih dua tahun kemudian (1992) dan langsung beroprasi.
Hyundai dari korea selatan bertindak sebagai kontraktor sedangkan fuller
dari amerika serikat merupakan pembuat mesin dan peralatan utamanya
yang dilengkapi dengan proses pembuatan semen terbaru serta teknologi
pengendalian debu. Dengan dioperasikannya unit III tersebut, membuat
total kapasitas PT. Semen Cibinong bertambah menjadi 3.000.000,- ton /
tahun. Pada bulan juni 1993, perusahaan melakukan akuisasi terhadap
seluruh saham PT. Semen Nusantara yang berlokasi Cilacap Jawa Barat.
PT. Semen Nusantara ini memiliki kapasitas produksi 1.000.000,-
ton/tahun. Satu tahun kemudian perusahaan menambah kapasitas
produksi dengan membangun unit II di Cilacap dengan kapasitas produksi
2.600.000,- ton / tahun unit dua yang dibangun pada tahun 1994 mulai
beroprasi tahun 1997 sehingga kapasitas total produksi di Cilacap
sebesar 4.100.000 ton / tahun. Pada bulan agustus 1995 perusahaan
mengakuisasi seluruh saham PT. Dwima Agung Tuban Jawa Timur.
Bulan desember tahun yang sama perusahaan melakukan
penandatanganan kontrak dengan konsorsium Fuller amerika dan Han
jung Korea dalam rangka pembangunan unit IV di Narogong dengan
kapasitas 2.600.000. ton/tahun. Sehingga pada tahun 1998 diharapkan
kapasitas total 9.700.000.ton/tahun.
Pada tahun 1996, perusahaan menandatangani kontrak usaha
patungan dengan The Union Myanmar Economic Holding Limited (BUMN
Myanmar) dalam bidang industri semen bernama Myanmar Cement
Company Ltd. Perusahaan ini merupakan pabrik semen asing pertama di
Negara tersebut dan direncanakan mulai beroprasi pada tahun 2000.
7

Bulan Februari 1997 PT. Semen Cibinong tbk. Mendapat sertifikat ISO
9002 dari SGS yarsley London, yang diserahkan oleh Presiden Direktur
SGS ICS Indonesia Mr. Erik Roger pada Bpk. Hasyim Sumitro Djojohadi
Kusumo selaku persiden Direktur PT. Semen Cibinong tbk.
Pada bulan juni tahun 2000 Holcim Ltd sebuah perusahaan
semen yang berpusat di Switzerlan melakukan penawaran resmi
terhadap saham PT. Semen Cibinong. Pada bulan desember tahun 2000
The Jakarta Intiative Force mengeluarkan pengumuman bahwa Holcim
Ltd dan Steering Committee Of Creditors telah mencapai kesepakatan
untuk merestrukturisasi hutang PT. Semen Cibinong. Pada tanngal 13
Desember 2001 Holcim Ltd resmi menjadi pemegang saham utama PT.
Semen Cibinong tbk, dengan total saham 77,33 %. Pada tahun 2006 PT.
Semen Cibinong resmi berganti nama menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk.
Pada tahun 2014 Holcim dan Lafarge mengumumkan proyek
merger mereka. Pada tahun 2015 penutupan merger, yang melahirkan
LafargeHolcim, pemimpin baru dari industri bahan bangunan.
Kepemilikan saham Holcim Indonesia adalah LafargeHolcim Group
sebesar 80. 65% dan sisanya dimiliki publik. Kehadiran Holcim di
Indonesia ditandai dengan beroperasinya empat pabrik di Lhoknga –
Aceh, Narogong – Jawa Barat, Cilacap – Jawa Tengah dan Tuban –
Jawa Timur. Kegiatan produksi Holcim juga ditunjang dengan adanya
fasilitas penggilingan & terminal distribusi yang tersebar hingga ke
Kalimantan dan Sumatra, serta sistem manajemen penjualan yang prima
dan inovasi produk yang selalu dapat menjadi solusi kebutuhan semen di
Indonesia.

Gambar 1 Keberadaan Holcim di Indonesia


8

B. Profil Perusahaan

Gambar 2 Logo Holcim

PT Holcim Indonesia Tbk memiliki empat pabrik yang bertempat di


Lhoknga – Aceh, Narogong – Jawa Barat, Cilacap – Jawa Tengah dan
Tuban – Jawa Timur. Perusahaan ini merupakan satu-satunya produsen
yang menyediakan produk dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis
semen, beton dan agregat, bahkan kini sedang mengembangkan usaha
waralaba yang unik, yakni Solusi Rumah, yang menawarkan solusi
perbaikan dan pembangunan rumah dengan biaya terjangkau dengan
dukungan lebih dari 14.700 ahli bangunan binaan Holcim.
Produk Holcim dijual di lebih dari 9.000 toko bangunan di seluruh
Indonesia. Perusahaan ini menyediakan solusi agregat dan beton inovatif
seperti : MiniMix, SpeedCrete, ThruCrete, dan PakCrete untuk
memudahkan dalam membangun rumah. Holcim Beton adalah
perusahaan yang pertama memasarkan SpeedCrete, produk beton cepat
kering untuk membantu menghemat waktu perbaikan jalan dan proyek 32
perusahaan pertama yang mengembangkan fasilitas batching plant
keliling. Holcim juga hadir Mobile Lab yang siap memberikan layanan
konsultasi dan dukungan teknis yang handal. Kebutuhan untuk pasar
utama Holcim, yaitu Pulau Jawa, dipasok dari dua unit produksi utama
dan satu stasiun penggilingan, semua unit ini mampu berproduksi dengan
kapasitas 8.265 juta ton pertahun. Sedangkan unit produksi yang berada
di Tuban, Jawa Timur, yang baru beroperasi pada tahun 2013 sendiri
memiliki kapasitas tahunan 1,7 juta ton. Holcim mengoperasikan banyak
batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap yang
mencakup pula gudang dan silo.
9

Selain itu, Holcim melalui unit bisnis Geocycle menawarkan solusi


pengelolaan limbah bagi perusahaan terkemuka di Indonesia. Tim
Geocycle bertugas menyediakan solusi total pembuangan limbah industri,
perkotaan dan pertanian bagi konsumennya yang tidak ingin terbebani
masalah pengumpulan, penyimpanan dan pembuangan limbah
berbahaya maupun limbah tidak berbahaya. Geocycle mempelopori
pembangunan instalasi pemusnahan gas perusak ozon, CFC, dengan
cara yang aman – fasilitas yang pertama di kawasan Asia Tenggara.
Holcim memperoleh kredit karbon dalam program Mekanisme
Pembangunan Bersih UNFCCC dengan memanfaatkan biomassa dalam
proses produksi semen. Langkah ini dapat mengurangi emisi CO2 yang
muncul dalam proses pembusukan.
Pada tahun 2013 pabrik semen PT Holcim di Cilacap menjadi
salah satu dari sedikit badan usaha di Indonesia yang berhasil meraih
penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Negara Lingkungan
Hidup – penghargaan tertinggi di bidang manajemen limbah dan
lingkungan hidup di Indonesia, yang dicapai untuk keempat kalinya. Dan
pabrik PT Holcim Indonesia Tbk. di Narogong berhasil memperoleh
peringkat PROPER Hijau untuk ketiga kalinya berturut-turut. Pada tahun
yang sama, PT Holcim Indonesia memperoleh penghargaan Industri Hijau
untuk yang keempat kalinya. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan
satu-satunya yang menerima penghargaan Ozon sebagai pengakuan
atas kegiatan yang berkelanjutan dalam memusnahkan bahan perusak
ozon dengan aman.
Adapun visi dan misi Holcim Indonesia Tbk :

I. Visi

Menjadi perusahaan yang terdepan dengan kinerja terbaik dalam


industri bahan bangunan di Indonesia.

II. Misi

 Memastikan nihil bahaya dalam setiap kegiatan operasional


dan bisnis.
 Mengembangkan sumber daya manusia yang berkinerja tinggi
melalui lingkungan kerja yang beragam dan melibatkan setiap
individu didalamnya.
10

 Menciptakan nilai yang sama dan solusi-solusi yang


berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan.

Pada tanggal 01 Februari 2019 PT Semen Indonesia Grup resmi


mengakuisisi 80% saham PT Holcim Indonesia dan berganti nama
menjadi PT Solusi Bangun Indonesia

C. Organisasi Perusahaan

Kelancaran dan kontinuitas jalannya suatu pabrik merupakan


tujuan utama, untuk mencapai tujuan tersebut maka suatu perusahaan
harus memiliki struktur organisasi perusahaan yang baik, yang
memberikan tugas dan tanggung jawab serta wewenang pada setiap
bagian.
Organisasi di PT. Holcim Indonesia, Tbk. disusun sebagaimana
layaknya badan usaha yang bergerak dalam bidang industri dan
perdagangan, khususnya pabrik semen, yang membagi unit-unit
organisasi secara fungsional, dengan tidak terlepas dari sistem yang
dianjurkan dalam ISO (International Standart Organization). Dalam
struktur organisasi memberi wewenang kepada setiap bagian perusahaan
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, juga kepada
bagian dimana suatu perusahaan bertanggung jawab secara langsung.
Struktur organisasi PT Holcim Indonesia Tbk telah mengalami
beberapa kali perubahan dan sekarang yang berlaku adalah hasil
penyempurnaan dan mulai ditetapkan pada bulan Juni 1997. Berdasarkan
struktur organisasi ini, perusahaan dikendalikan oleh Dewan Direksi
dibawah pengawasan Dewan Komisaris, yang para anggotanya dipilih
dan diangkat pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dewan Direksi dipimpin oleh seorang Persiden Direktur dan
dibantu oleh seorang Wakil Persiden Direksi serta tim interrnal Audit dan
tim Teknis Dewan Direksi juga dibantu oleh Executive Senior Advisor.
Dibawah Persiden Direktur ada terdapat beberapa direktur yang
membawahi divisi-divisi, yaitu Direktur Produksi, Direktur SDM, Direktur
Pemasaran, Direktur Keuangan, Direktur Logistik dan ekspor, Direktur
RMX dan Aggregat, Direktur Legal & Corporate Affairs, dan Direktur
11

Relationship Management. Direktorat Produksi sistem manajemennya


dibagi dua, yaitu manajemen produksi pabrik Narogong, Ciwandan, dan
pabrik Cilacap.

D. Disiplin Kerja

I. Waktu

Sistem kerja di PT Holcim Indonesia Tbk, dibagi nenjadi dua kelompok


yaitu:
a. Karyawan yang tidak berhubungan dengan produksi (non shift).
Memiliki jadwal kerja hari Senin hingga Jumat dengan jadwal
sebagai berikut :
1. Pukul 08.00-12.00 WIB : waktu kerja
2. Pukul 12.00-13.00 WIB : waktu istirahat
3. Pukul 13.00-16.00 WIB : waktu kerja
b. Karyawan yang berhubungan dengan proses produksi
Berlangsung selama 24 jam sehari, memilki jadwal kerja 5 hari
dalam seminggu dengan waku libur 2 hari. Waktu kerja diatur dalam
bentuk shift, yaitu :
1. Shift pagi (Grave Yard Shift ) : Pukul 00.00 – 08.00 WIB
2. Shift siang (Day Shift) : Pukul 08.00 – 16.00 WIB
3. Shift malam (Swing Shift) : Pukul 16.00 – 24.00 WIB
Masing-masing shift diberi waktu istirahat selama 30 menit.
Khusus karyawan yang bekerja di Bag Plant hanya ada 2 shift, yaitu Day
Shift dan Swing Shift.
Dalam setiap departemen terdapat 4 kelompok dengan
pembagian tiga kelompok bekerja dan satu kelompok libur. Pengaturan
waktu kerja diatur sedemikian sehingga setiap karyawan akan mendapat
giliran bekerja pada shift pagi, siang dan malam.

II. Sistem Gaji Pegawai

Sistem gaji dibagi menjadi dua bagian yaitu :


a. Gaji bulanan
Diberikan kepada karyawan tetap dan besarnya tergantung pada
golongannya, gaji ini ditetapkan dengan peraturan yang dikeluarkan
perusahaan.
12

b. Gaji lembur
Diberikan kepada karyawan yang bekerja lebih dari delapan jam
kerja.

III. Kesejahteraan Karyawan

PT Holcim Indonesia Tbk memberikan kesejahteraan kepada


karyawan berupa fasilitas-fasilitas yang disediakan yang cukup memadai
seperti :
a. Fasilitas Kesehatan
b. Fasilitas Perumahan
c. Fasilitas Organisasi Perburuhan
d. Fasilitas Pendidikan
e. Fasilitas Transportasi
f. Fasilitas Koperasi Karyawan
g. Fasilitas Kantin
h. Fasilitas Peribadatan
i. Fasilitas Asuransi
j. Fasilitas Tunjangan

IV. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah suatu rangkaian usaha-usaha yang


harus dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan didalam proses
kerja dan untuk memperbaiki suasana kerja yang aman tentram bagi
segenap karyawan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pekerjaan di pabrik adalah pekerjaan yang penuh dengan resiko.
Kemungkinan terjadi kecelakaan kerja lebih besar dibandingkan dengan
pekerjaannya di perkantoran, belum lagi dilingkungan yang tidak sehat
karena material yang beterbangan dan udara yang tidak bersih. Hal ini
membuat PT. Holcim Indonesia, Tbk. memikirkan fasilitas untuk
keselamatan kerja untuk para pekerja. Ada beberapa peralatan dan
perlengkapan yang disediakan oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk. untuk
para karyawan yang bergantung pada jenis tugasnya. Perlengkapan
tersebut diantaranya :
a. Safety helmet, untuk melindungi kepala terutama di lingkungan
pabrik dimana material dapat ditransformasikan di tempat yang cukup
tinggi.
13

b. Safety shoes, untuk melindungi kaki dari benda-benda yang tajam


ataupun panas juga agar tidak tergelincir.
c. Masker/Respirator, alat pelindung pernapasan untuk mencegah
masuknya partikel kecil ke dalam sistem pernapasan khususnya pada
daerah berdebu. Alat ini diutamakan untuk pekerja yang bertugas
menyapu, mengangkut material, pekerja lapangan di raw mill, finish
mill, kiln dan packing.
d. Kacamata Lab, untuk pekerja di bagian mechanic untuk melindungi
mata pada waktu mengelas.
e. Ear Plug, digunakan untuk melindungi telinga dari suara bising dan
dutamakan untuk para pekerja di power supply;
f. Juga perlengkapan lain tergantung bagian masing-masing.

Geocycle

Geocycle adalah penyedia terkemuka layanan pengelolaan


limbah industri, pertanian, dan kota di seluruh dunia. Geocycle
menerapkan teknologi 'pemrosesan bersama' yang telah terbukti dan
memanfaatkan fasilitas yang ada di industri semen untuk mengatasi
tantangan limbah secara berkelanjutan. Ini memungkinkan geocycle
untuk memulihkan energi dan mendaur ulang material dari limbah.
Geocycle mengelola lebih dari 10 juta ton limbah setiap tahun, sehingga
memberikan kontribusi nyata untuk membawa masyarakat selangkah
lebih dekat ke masa depan tanpa limbah.

Pra-pemrosesan
Geocycle menyiapkan limbah untuk pengolahan akhir yang aman
dan bertanggung jawab melalui co-processing.Limbah umumnya tidak
dapat digunakan secara langsung untuk co-processing di kiln semen,
tetapi harus melalui proses persiapan. Langkah ini menghasilkan produk
yang stabil yang memenuhi spesifikasi teknis produksi semen dan
menjamin bahwa standar lingkungan dipenuhi.Langkah-langkah pra-
pemrosesan kami membutuhkan keahlian dan investasi yang besar.
Geocycle memiliki instalasi, orang-orang dan pengetahuan untuk
14

melakukannya, baik melalui penghancuran, pemisahan, homogenisasi


atau pengeringan bahan limbah.

Co-processing
Geocycle menawarkan solusi pengolahan limbah berdasarkan
proses industri unik yang disebut co-processing. Ini mengacu pada daur
ulang simultan bahan mineral dan pemulihan energi dalam satu proses
industri tunggal: pembuatan semen.Bagian mineral limbah menggantikan
bahan mineral primer (seperti batu kapur, tanah liat atau besi) dan bagian
yang mudah terbakar menyediakan energi yang dibutuhkan untuk
produksi klinker. Akibatnya, 100% dari input limbah didaur ulang atau
diperoleh kembali tanpa menghasilkan residu tambahan. Teknologi yang
digunakan juga memastikan penghancuran komponen-komponen
beracun.
.

Co-processing diakui oleh Konvensi Basel UNEP sebagai opsi


yang praktis, hemat biaya, aman dan disukai lingkungan dibandingkan
dengan opsi pengolahan limbah lainnya.
15

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM

A. TINJAUAN PUSTAKA

a. Batubara

Batubara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, yaitu


berasal dari material organik berbagai macam fosil tumbuhan yang terbentuk
dibawah lapisan bumi. Batubara merupakan terminologi masyarakat yang
dipergunakan untuk menyebut semua sisa tumbuhan yang telah menjadi
fosil, bersifat padat, berwarna gelap dan dapat dibakar. Proses perubahan
sisa-sisa tanaman yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dan
diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun.
Sehingga, membentuk lapisan batubara disebut dengan pembatubaraan.
Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan.

Batubara dengan mutu rendah biasanya lebih lembut dengan materi


yang rapuh dan berwarna siram seperti tanah. Batubara tersebut memiliki
tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dengan
demikian kandungan energinya rendah. Batubara dengan mutu lebih tinggi
umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang
seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tingggi memiliki kandungan
karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan
menghasilkan energi yang lebih banyak (Worl Coal, 2009).

Yakub (2014) mengemukakan bahwa batubara merupakan materi


heterogen yang jika dilihat dari sisi kimiawi terdiri dari komponen
moisture(air), inorganic matter (zat anorganik), dan organic matter (zat
organik). Elemen zat anorganik disebut mineral, sedangkan elemen zat
organik disebut maceral. Ketiga komponen tersebut bercampur dalam
jumlah, bentuk, dan ukuran yang tidak merata, serta berkaitan dalam ikatan
yang berbeda pula.
16

1. Moisture (air)
Moisture batubara bukanlah seluruh air yang terdapat didalam
pori-pori batubara dan yang terbentuk dari penguraian batubara
selamapemanasan. Moisture batubara adalah air yang menguap dari
batubara apabila dipanaskan pada suhu (105-110)°C.
2. Inorganic matter (zat anorganik)
Elemen dari zat anorganik disebut mieral atau disebut juga
dengan mineral matter. Tingkat kandungan mineral yang diperlukan
diukur oleh kegunaan batubara tersebut. Pada batubara tertentu
kandungan mineral yang terlalu rendah mungkin sama tidak
diinginkannya dengan kandungan yang terlalu tinggi.
3. Organic matter (zat organik)
Zat organik adalah satu-satunya komponen batubara yang
menghasilkan kalori pada proses pembakaran. Komponen batubara ini
diuraikan menjadi beberapa elemen yang disebut sebagai maceral,
sedangkan jika dilihat dari sisi kedua, komponen ini terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, klorin, oksigen, serta terdapat juga
sedikit zat organik bawaan, seperti natrium, kalium, dan sebagainya.

b. Fine Product

Fine product merupakan material limbah tidak berbahaya dan beracun


yang di dalamnya terdiri limbah plastik dan karet. Plastik merupakan bahan
organik yang mempunyai kemampuan untuk diubah ke berbagai bentuk.
Apabila terpapar panas dan tekanan, plastik akan terurai di tanah dalam
waktu lebih dari 20 tahun bahkan dapat mencapai 100 tahun, sehingga
dapat menurunkan kesuburan tanah dan di perairan plastik akan sulit terurai
(Purwaningrum, 2016)

Laboratorium Alternative Fuel Raw (AFR) Geeocycle adalah divisi dari


PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yang bertugas menganalisis sampel limbah
internal dan perusahaan lain ( client ) yang dapat dimaanfaatkan sebagai
bahan bakar dan bahan baku alternatif. Limbah yang diterima oleh PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut harus
memenuhi parameter analisis yang ditetapkan.
17

I. Plastik

Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk


polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang mempunyai sifat-sifat
unik dan luar biasa. Polimer sendiri adalah adalah rantai berulang
dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul
identik yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut
homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan
kopolimer. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai
lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka
dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih
besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan
tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn and Trojan,
1975). Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam
suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp,
jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih
keras dan tegar (Syarief et al. 1988). Bahan baku pembuatan plastik
adalah minyak dan gas sebagai sumber alami. Dalam
perkembangannya minyak dan gas ini mulai digantikan oleh
bahanbahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang
diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi
(Syarief et al 1989). Polimer alam yang telah kita kenal antara lain:
selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Pada awal mula
perkembangannya polimer alam hanya digunakan untuk membuat
perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga
akhir abad 19 dan selanjutnya manusia mulai memodifikasi polimer
menjadi plastik. Plastik yang pertama kali dibuat secara komersial
adalah nitroselulosa. Material plastik ini telah berkembang pesat dan
sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang
elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi,
kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produk-produk industri
lainnya. Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai
sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses
pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan
tambahan atau aditif. Penggunaan bahan tambahan ini beraneka
ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu
18

produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya maka bahan


tambahan atau bahan 5 pembantu proses dapat dikelompokkan
menjadi: bahan pelunak (plastiksizer), bahan penstabil (stabilizer),
bahan pelumas (lubricant), bahan pengisi (filler), pewarna (colorant),
antistatic agent, blowing agent, flame. Bahan aditif yang ditambahkan
tersebut disebut komponen non-plastik yang berupa senyawa
anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan
aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar
UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).

II. Karet

Karet merupakan salah satu komoditi hasil pertanian


Indonesia. Hasil pengolahan getah tanaman karet sangat berguna
bagi kehidupan sehari-hari seperti ban kendaraan. Karet juga
digunakan untuk membuat, sandal karet, alas sepatu,
pembungkus kabel listrik dan sebagainya.

a. Karet Alam
Karet (alam) adalah polimer hidrokarbon yang
terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks)
digetah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga
diproduksi secara sintesis. Sumber utama barang dagang
dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae).
Ini dikarenakan dengan melukainya akan memberikan
respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi

Jenis Karet Alam Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:

1. Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun
yang diperoleh dari pohon karet havea brasiliensis. Beberapa kalangan
19

menyebut bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan


merupakan bokar ( bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari
petani yangmengusahakan kebun karet. Menurut pengolahannya bahan olah
karet dibagi menjadi 4 macam:

1. Lateks kebun

Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap
pohon karet.

2. Sheet angin

Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang
sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet
yang sudah digiling tetapi belum jadi.

3. Slap tipis

Slap tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang
sudah digumpalkan dengan asam semut.

4. Limp segar

Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari
gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk
penampung.

b. Karet Alam Kompensional

Karet Alam Kompensional atau dikenal dengan nama RSS


(Ribbed Smoked Sheet) dan karet krep (crepe) digolongkan
sebagai karet konvensional, juga dibuat langsung dari lateks
kebun, dengan terlebih dahulu menggumpalkannya kemudian
digiling menjadi lembaran – lembaran tipis dan dikeringkan
dengan cara pengasapan untuk karet sip asap, dan dengan cara
pengeringan menggunakan udara panas untuk karet krep. Mutu
karet konvensional dinilai berdasarkan analisis visual permukaan
lembaran karet. Mutu karet akan semakin tinggi bila
permukaannnya makin seragam, tidak ada gelembung, tidak
mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekar / kokoh.

c. Karet Bongkah atau block rubber


20

Karet Bongkah atau block rubber adalah karet remah


yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bendela-bendela
dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang
berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna
tersendiri.

d. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber adalah karet


alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.
Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis. Warna
atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan
mutu pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak
berlaku untuk jenis yang satu ini. Persaingan karet alam dengan
karet sintesis merupakam penyebab timbulnya karet spesifikasi
teknis.

e. Tyre rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam


yang dihasilkan dari bahan setengah jadi sehingga bisa langsung
dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau pun
barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre
rubber juga memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik
sehingga mudah digabungkan dengan karet sintesis.

f. Karet Sinetis
Karet sintesis sebagian besar dibuat dengan
mengandalkan bahan baku minyak bumi. Berikut macam karet
sintesis:

a) Karet Sintesis untuk Kegunaan Umum


- SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet
sintesis yang paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan
kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga
rendah.
21

- BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat


lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit.
- IR (isopropene rubber) atau polyisoprene rubber, mirip
dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer
isoprene.

b) Karet Sintesis untuk Kegunaan Khusus


- IIR (isobutene isopropene rubber), sering juga disebut butyl
rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga
membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan asap.
- NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene
rubber adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang
paling sering digunakan. Sifatnya yang sangat baik adalah
tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak, karet ini
tidak mengembang.
- CR (chloroprene rubber)
Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan
NBR masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh
oksigen dan ozon diudara, bahkan juga tahan terhadap panas
atau nyala api.
- EPR (ethylene propylene rubber)
Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap
sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya.

c. Khlorida

Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk
larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl -). Ion klorida
adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami
dalam jumlah yan lebih banyak dari pada anion halogen lainnya. Klorida terdapat
di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi dapat
meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
perkaratan peralatan logam.
22

Klorida perlu dianalisis kadarnya karena dapat menyebabkan korosi.


Korosi adalah peristiwa perusakan logam akibat terjadinya reaksi kimia dengan
lingkungan yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan. Lingkungan dapat
berupa asam, basa, oksigen dari udara, oksigen dalam air atau zat kimia lain.
Korosi pipa dalam system sangat tidak diinginkan karena dapat menimbulkan
kebocoran sistem yang membahayakan. Sistem perpiaan umumnya terbuat dari
besi yang rentan terhadap korosi.

d. Titrimetri

Volumetri/titrimetri adalah suatu cara analisis jumlah (kuantiatif)


berdasarkan pengukuran volume larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
dengan tepat yang direaksikan dengan larutan contoh yang akan ditetapkan
kadarnya.

Pereaksi yang kita reaksikan disebut larutan baku atau larutan standar.
Penambahan larutan baku diteteskan sedikit demi sedikit dengan menggunakan
buret sampai tercapai titik akhir.

Beberapa istilah dalam volumetri:

1. Titrasi
Proses mereaksikan titrat dengan titran.
2. Titik Akhir
Titik dimana terjadi perubahan warna indicator dalam larutan sehingga
titrasi harus dihentikan.
3. Titik Setara
Titik dimana mgst contoh sama dengan mgst penitar/jumlah titran dan
titrat yang secara stokiometri sudah ekivalen (setara).
4. Indikator
Suatu senyawa kimia yang ditambahkan dalam suatu penitaran yang
memberikan perubahan warna atau kekeruhan pada saat titik akhir
tercapai
5. Bahan Baku Primer
Bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat larutan standee
primer dimana konsentrasinya dapat diketahui dengan tepat dan dipakai
untuk menetapakan konsentrasi larutan standar sekunder.
6. Bahan Baku Sekunder
23

Bahan kimia yang konsentrasinya harus ditetapkan oleh larutan baku


primer
7. Standarisasi
Suatu proses pengukuran konsentrasi larutan baku sekunder
menggunakan larutan baku primer

Pada umumnya ada 3 cara titrasi yaitu :

1. Titrasi langung (Direct Titration)


Larutan contoh langsung bereaksi dengan larutan standar, missal : titrasi
antara NaOH dengan HCl
2. Titrasi tidak langsung (Back titration)
Cara ini dilakukan bila zat yang berada dalam contoh tidak breaksi
dengan larutan baku sehingga harus ditambahkan zat ke tiga yang dapat
bereaksi dengan senyawa yang berada dalam contoh yang berlebih dan
kelebihan zat ke 3 dapat dititardengan larutan baku.
3. Cara penggantian (Displacement titration)
Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku.
b. Tidak bereaksi secara stokiometri dengan larutan baku
c. Tidak salng memperngaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk.

e. Titrasi Argentometri

Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil


reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut.Prinsip
dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan
pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta
diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi (Khopkar, 1990).

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti


perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi atgentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
24

digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam
dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar


halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut
juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang
mendasari argentometri adalah : (Gandjar, 2007).

AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-

Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya


pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan
pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak
dititrasi.Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk
endapan (Roth, H.J: 1998).

Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang


tergolong pembentukan kompleks) dibedakan atas 3 macam berdasarkan
indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir, yaitu :

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri


dapatdibedakan atas :

I. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan


bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi
yang terjadi adalah :(Khopkar, SM, 1990)

Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72- + H2O

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH

2AgOH ↔ Ag2O + H2O

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan


cara titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak
klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
25

indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida


mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan
Ag2CrO4. Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode
Mohr. Reaksi yang terjadi adalah :(Khopkar, SM, 1990)

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)

Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan


metode Volhard dan metode Fajans dimana dengan metode ini hanya
dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi Cl-, CN-, dan Br-.(Khopkar,
SM, 1990)

Aplikasi titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak digunakan


untuk menentukan kandungan kadar klorida dalam berbagai contoh air,
misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industry
sabun, dan sebagainya. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan dengan
kondisi larutan berada pada pH kisaran 6,5-10 disebabkan karena ion
kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jika pH dibawah 6,5
maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan
mendominasi didalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat
sangat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk
memungkinkan terjadinya endapan Ag 2CrO4 sehingga hal ini akan
berakibat sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam
dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran
pH tersebut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit
dengan menggunakan padatan natrium hidrogen karbonat (Khopkar, SM,
1990).

II. Metode Volhard (Penentu zat warna yang mudah larut)

Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan


penambahan larutan standar AgNO 3. Indikator yang dipakai adalah Fe 3+
dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan
AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang
digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat
26

oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN


(Khopkar,1990).

Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat


ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat.Larutan
perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentrasi Ag+ dititrasi dengan menggunakan
larutan standar (SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe 3+. Ion besi
(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang
berwarna merah. (Khopkar,1990).

Reaksi yang terjadi adalah :(Khopkar,1990).

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (endapan putih)

Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

III. Metode Fajans (Indikator absorbsi)

Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti


pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator
adsorbsi seperti eosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet
menjadi merah.pH tergantung pada macam anion dan indikator yang
dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl -
berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka
kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+
sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder (Gandjar, 2007).

Indicator absorbsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri,


titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbs dikenal dengan
sebuah titrasi argentometi metode Fajans. Contohnya pada penggunaan
titrasi ion klorida dengan larutan standar Ag+ (Harjadi,1990).

f. Spektrofotometri
27

Spektrofotometri adalah suatu cara analisis kuantitatif berdasarkan


besarnya absorbansi cahaya oleh suatu zat pada panjang gelombang tertentu
dengan suatu alat yang dinamakan spektrofotometer. Kejadian yang mungkin
terjadi sebagai akibat interaksi atom atau molekul dengan REM adalah hamburan
(scattering), absorpsi (absorption), dan emisi (emission) REM oleh atom atau
molekul yang diamati.

Spektrofotometri terjadi akibat adanya hamburan REM oleh atom atau


molekul, namun jika disertai dengan adanya absorpsi makan akan membentuk
spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri terdiri atas dua instrument yang
digabungkan dalam kotak, yaitu sebuah spectrometer dan sebuah fotometer.
Spektrometer adalah sebuah instrument yang mempunyai system optis yang
dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnetik, sedangkan
sebuah fotometer adalah instrumen untuk mengukur intensitas cahaya yang
diteruskan atau di absorpsi.

Analisis spektrofotometri didasarkan pada hokum Beer-Lambert.


Kedua hukun terpisah yang mengatur absorpsi tersebut biasanya dikenal
sebagai hukum Lambert dan hukum Beer. Dalam bentuk gabungan kedua
hukum ini dikenal sebagai hukum Beer-Lambert.

g. Hukum Lambert

Dalam hukum Lambert dinyatakan bahwa bila cahaya monokromatis


melewati media tembus cahaya, laju berkurang oleh bertambahnya ketebalan,
berbanding lurus dengan intensits cahaya (Basset dkk, 1994). Dengan kata lain
bahwa intensitas cahaya akan menurun bila panjang media yang dilalui cahaya
bertambah. Hukum ini dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑃𝑜
Log 𝑃
=k .b

Keterangan: Po = Intensitas cahaya masuk

P = Intensiatas cahaya keluar

b = Ketebalan medium yang dilalui sinar

h. Hukum Beer

Hubungan antara konsentrasi analit pengabsorpsi dan tingkat absorpsi


dirumuskan oleh Beer pada tahun 1895. Hukum Beer berbunyi bila cahaya
monokromatis dialirkan melalui suatu media, maka kecepatan turunya
28

intensiatascahaya dengan kepekatan media berbanding dengan intensitas


cahaya itu. Hukum ini dinyatakan dalam persamaan berikut:

It= Io10-k c

Keterangan: Io = intensitas cahaya masuk

It = intensitas cahaya keluar

c = ketebalan medium

k = konstanta

Hukum Beer atau Lambert mudah digabungkan menjadi suatu rumus yaitu:
𝐼𝑜
Log 𝐼𝑡 =a.b.C

Keterangan: a = Absorptivitas Molar

b = Ketebalan media

C = Konsentrasi

Melalui persamaan Lambert-Beer ini akan dapat terlihat hubungan antara


absorban (A), transmitan (T), dan koefisien absorpsi molar, yaitu:

Berdasarkan hukum Lambert-Beer didapatkan suatu kesimpulan menurut


Khopkar (1990) bahwa:

1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium
pengabsorpsi tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecil, akan
menurunkan intensitas berkas.

2. Jika suatu cahaya monkromatis mengenai suatu medium yang


transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium
sebanding dengan intensitas cahaya. Intensitas cahaya monokromatis
berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorpsi
bertambah.

i. Jenis Spektrofotometer

Jenis spektrofotometer yang biasa digunakan menurut DAY dan


UNDERWOOD (2002), adalah:

I. Single-beam spectrophotometer (spektrofotometer berka tunggal)

Spektrofotometer sinar tunggal hanya memiliki satu berkas cahaya dari


sumber yang melalui monokromator. Berkas sinar konstan dari sumber akan
melalui lensa pemfokus serta filter sehingga menjadi monokromatis, selanjutnya
29

berkas sinar akan melalui larutan, sebelum menumbuk fotosel dimana berkas
sinar tersebut diubah menjadi arus pada sirkuit dan akhirnya diperoleh nilai
pada penampil data. Bila sampel diletakkan pada jalannya sinar, sinar melewati
sampel dan kemudian menumbuk fotosel, maka akan terjadi suatu
penyimpangan arus yang sebanding dengan konsentrasi larutan.

II. Double-beam spectrophotometer (spektrofotometer berkas ganda)

Pada spektrofotometer berkas ganda yang diukur adalah perbedaan


intensitas antara dua berkas sinar, yaitu antar berkas sinar yang melalui larutan
blanko dan sinar yang melalui larutan sampel. Prinsip kerjanya adalah berkas
sinar dari sumber sinar kontinyu dilewatkan ke sel yang berisi sampel dan
kemudian menumbuk permukaan fotosel. Bagian sinar yang lain setelah melalui
diafragma iris yang dapat digerak-gerakkan baru melalui larutan pembanding
untuk kemudian tiba pada sel pembanding.

j. Instrumen Spektrofotometer UV-Vis

Secara sederhana instrumentasi spektrofotometri UV-Vis yang disebut


spektrofotometer UV-Vis terdiri dari :

Sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out (pembaca)

Instrumentasi spektrofotometer UV-Vis terdiri dari 5 bagian :

1. Sumber Sinar

Sumber sinar berfungsi sebagai sumber sinar dengan berbagai macam


rentang panjang gelombang.

Ada dua jenis lampu yang digunakan yaitu:

a. Lampu wolfram (W), daerah serapan tampak (visible) dengan


panjang gelombang 400-800 nm.

b. Lampu deuterium (D2), untuk menganalisis daerah ultraviolet


(nonvisible) dengan panjang gelombang 200-400 nm.

2. Monokromator

Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang


yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik.
30

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi


spektrum cahaya sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga
cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnanya lensa yang dikenai
cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai
dengan jenis pemeriksaan.

3. Sel Sampel

Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. Pada


spektrofotometri UV, VIS dan UV-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat
sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau geklas, namun kuvet
dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal
ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV,
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak.
Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. Kuvet
yang digunakan di laboratorium AFR yaitujeniskuvetdengan volume 10
mL. Syarat-syarat kuvet yang baik, yaitu:

a. Tidak berwarna (transparan) sehingga dapat mentranmisikan


cahaya.

b. Secara optis memiliki permukaan yang sejajar.

c. Tidak bereaksi terhadap larutan uji (inert).

d. Tidak rapuh.

e. Mempunyai bentuk yang sederhana.

4. Detektor (detector)

Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari


sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik.

Syarat-syarat sebuah detector:

a. Kepekaan yang tinggi.

b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi.

c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang


d. Waktu responcepat dan signal minimum tanparadiasi
e. Signal listrik yang dihasilkanharussebandingdengantenagaradiasi.
31

5. Read out

Merupakan sutu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat


listrik yang berasal dari detektor.

k. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan (dalam rentang) metode analisis


memberikan respon secara langsung atau bantuan transformasi matematik yang
baik, untuk mendapatkan hasil dari variabel data (absorbansi dan rentang kurva)
dimana secara langsung proporsional dengan konsentrasi (sesuai analit) dalam
contoh kisaran yang ada, serta untuk mengetahui kemampuan standar dalam
mendeteksi analit dalam contoh (Chan, dkk., 2004). Syarat nilai koefisiensi
korelasi (r) yang didapat harus memiliki nilai > 0,995 (Ermer & Miller, 2005).

l. LOD dan LOQ

Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi merupakan jumlah atau


konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu
diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit of Quantitation (LOQ) atau batas
kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat ditentukan
secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan kerapatan yang baik.

m. Presisi

Presisi menunjukkan adanya derajat kesesuaian hasil uji yang dilakukan


secara individual, yang merupakan penyebaran hasil uji secara individual dari
nilai rata-rata dimana proses analisis dilakukan berulang pada sampel yang
berasal dari campuran homogen (Riyanto, 2014). Nilai presisi dapat ditentukan
dengan membandingkan Relative Standard Deviasion (RSD) atau Coeficient
Variation (CV) dengan syarat keberterimaan. Kriteria seksama diberikan jika
metode memberikan nilai % RSD ≤ 2% (Harmita, 2004). Akurasi (Accuracy)

Kedekatan nilai hasil uji dari harga sebenarnya dapat dinyatakan dengan nilai
akurasi. Nilai akurasi ini merupakan ukuran prosedur analisis dapat tepat
mengukur konsentrasi analit yang sebenarnya (Mursyidi & Rohman, 2007).

n. Uji t (t Test)

Uji t digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata dari dua populasi dengan
selang kepercayaan tertentu. Pengujian dua kelompok data tersebut memberikan
32

informasi adanya perbedaan kedua varian data yang diuji. Jika t hitung < t Tabel
maka kedua rata-rata tidak berbeda secara signifikan dan sebaliknya jika t hitung
> t Tabel maka kedua rata-rata berbeda secara signifikan (Rohman, 2014).

B. Kegiatan Analisis
a. Instruksi Kerja penetapan S & Cl dengan Bomb Calorimeter

I. Acuan

 Operation Instruction Manual 1261 Isopheribol Bom


Calorimeter PARR 1261

 HACH, Water Analysis Hand Book, 4 th Edition

 AWWA, WEF, APHA, 1998, Standard Methods for the


Examination of Water and Wastewater

 EN 196-2:2005 Cement part 2: Chemical Analysis of Cement

II. Prosedur

1. Persiapan Sampel

1) Sample terlebih dahulu didestruksi dalam alat Bomb


Calorimeter.

2) Dilapisi dinding vessel dengan air suling (demin easy pure)


atau larurtan NaHCO3 sebanyak 10-15 ml.

3) Dikeluarkan vessel dari alat, keluarkan udara dari vessel, buka


vessel dan bilas dengan air suling (gunakan air demin Easy
Pure).

4) Disaring air bilasan tersebut, masukkan ke dalam labu ukur


100 mL.

5) Dihimpitkan dengan air demin, lalu homogenkan.

2. Analisa Chlor dengan Cara Titrasi

1) Dipipet 50 ml masukan kedalam Erlenmeyer

2) Ditambahkan larutan HNO3 (1:2) 20 ml

3) Ditambahkan AgNO3 5 ml 0.05 N


33

4) Ditambahkan indicator NH4Fe(SO4)2 jenuh

5) Dititar dengan NH4CNS 0,025 M hingga warna merah muda


samara dan stabil.

6) Dicatat TA sebagai Volume titar.

7) Dilakukan blanko dengan method yang sama tanpa simple


(Blanko terhadap 50 ml aquadest)
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝) 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑁𝑝
𝐶𝑙 = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥 100%
mg

Keterangan :

Mg : Bobot sample (mg)

Np : Normalitas penitar

Vb : Volume penitar (blanko)

Vp : Volume penitar (sample)

Mr : Bobot ekuivalen klor (Cl) = 35.5

FP : Factor pengenceran jika dipakai

3. Analisa Sulfur dengan Spektrofotometer

Gambar 3 Spektrofotometer UV - Vis

1) Dipastikan spektrofotometer dalam kondisi baik dan siap untuk


digunakan.

2) Pada Main Menu, Pilih Stored Program, kemudian dipilih


metode analisa Sulfat.
34

3) Dimasukkan 10 ml sample yang sudah dipreparasi ke dalam


sample cell.

4) Ditambahkan 1 sachet Reagent Sulfaver lalu homogenkan.

5) Tekan tanda timer (jam) pada menu untuk mengaktifkan


penunjuk waktu, tekan OK, penunjuk waktu akan menghitung
mundur selama 5 menit.

6) Segera ukur pada Spektrofotometer, Hasil analisa sebagai


mg/L SO42-.

7) Tekan Options dan pilih save untuk menyimpan hasil tersebut.

Catat hasil analisa sementara sebagai SO42-

8) Untuk mendapatkan hasil analisa sebagai % S, maka gunakan


perhitungan berikut ini :
3,3 x ppm SO4
%𝑆 =
mg

Keterangan :

3,3 : Faktor kimia (0.33) x Faktor Pengenceran (0.1)x100

9) Catat nilai sebagai hasil analisa akhir.

b. Instruksi Kerja penetapan Nilai Kalori dengan alat Bomb


Calorimeter

Gambar 4 Bomb Calorimeter

III. Definisi
35

Heat Content adalah nilai panas yang dihasilkan oleh suatu bahan
Limbah yang dimaksud adalah limbah yang mempunyai nilai kalor seperti
biomass (sekam padi), BBS (Bahan Bakar Sintetik), dan lain-lain.

IV. Acuan

 Operation Instruction Manual 1261 Isopheribol Bomb


Calorimeter PARR1261

 Instruction Manual Leco AC500

 Annual Book of ASTM D 5468-02 (2007) : Standard Test


method for Gross Calorific and Ash Value of Waste
Materials

V. Prosedur

1. Ditimbang 0.5 – 1.0 gram sample pada cawan sample dan


catat beratnya. (Pastikan sample berada di tengah cawan
sample untuk menghindari misfire).

2. Dipasang cawan berisi sample tepat pada dudukan cawan


pengait pada vessel yang sudah dilengkapi kawat fuse. (kawat
fuse tidak menyentuh cawan dan jarak permukaan sample
dengan kawat fuse 0.5 cm).

3. Dimasukkan ke dalam kalorimeter bom lalu ditutup dan


dikencangkan sekrup untuk gas output.

4. Dihubungkan nozzle pipa gas O2 pada bomb calorimeter lalu


tekan tombol pada issue pho vessel tersebut. (pengisian O2
berhenti otomatis).

5. Dimasukkan bomb calorimeter ke dalam tangki vessel berisi


air lalu ditutup issue pho vessel nya.

6. Ditulis identitas sampel pada kolom Sample Name dan berat


sample pada kolom Mass.

7. Ditulis No. Vessel yang digunakan pada kolom Vessel.

8. Dipilih Method General pada kolom Method.

9. Ditekan F5 untuk memulai analisa.

10. Jika analisis selesai, nilai kalori akan muncul pada layar.
36

11. Dibuka tutup combustion vessel lalu dikeluarkan bom kalori


meter dengan memiringkan bomb calorimeter sehingga air di
atasnya mengalir kemudian simpan pada dudukannya.

12. Secara perlahan dikendurkan sekrup gas output yang sudah


dihubungkan dengan selang pembuangan gas sampai gas
dalam vessel habis.

13. Dibuka tutup bomb calorimeter lalu angkat pengaitnya.

14. Dibersihkan seluruh peralatan dan simpan untuk digunakan


kembali.
W. T − e1 − e2 − e3
𝐻𝑐 =
mg

Keterangan :

Hc = Gross Heat of Combustion

T = Kenaikan issue phot

W = Energi Equivalent yang digunakan

e1 = Koreksi Heat dari HNO3

e2 = Koreksi Heat dari H2SO4

e3 = Koreksi Heat dari Kawat

m = berat sampel

c. Instruksi Kerja penetapan As, Cd, Co, Cr, Zn, Cu, Hg, Mn, Ni,
Pb, Sb, Tl, V, Se, Sn, SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O,
TiO2, P2O5, Na2O, BaO dengan alat ICP Spectrometer
Varian-720
37

Gambar 5 ICP - OES

VI. Definisi

ICP adalah singkatan dari Inductively Coupled Plasma, yaitu suatu alat
yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan logam dalam suatu bahan
cair

VII. Acuan

 Instruction Manual ICP SpectrometerVarian-720

 USEPA SW846 Methods 3051 and 6010

VIII. Prosedur

1. Ditimbang sample dengan berat tertentu

2. Dimasukkan ke dalam vessel microwave

3. Ditambahkan pelarut asam sesuai dengan metode yang


digunakan

4. Dimasukkan ke dalam Microwave, lakukan proses digestion

5. Setelah proses digestion selesai, diencerkan ke dalam labu


ukur, lalu diimpitkan sampai batas

6. Jika akan menggunakan auto sampler maka dituangkan


larutan sampel ke dalam test tube

7. Khusus untuk analisis Hg, digunakan VGA (Vapor Generator


Accessories) sebagai alat bantu

8. Dipilih metode ICP yang akan digunakan

9. Diketik nama sampel di dalam kolom worksheet

10. Diklik pada nama sampel yang akan dianalisis hingga


berwarna kuning
38

11. Diklik Start Analysis

d. Instruksi Kerja Analisa pH dan Kalibrasinya

Gambar 6 pH Meter

I. Definisi

pH adalah tingkat keasaman/kebasaaan suatu zat atau material terentu


yang bias diketahui dengan keberadaan ion H+

II. Acuan

 Operation Manual pH Meter Mettler Toledo

III. Prosedur

1. Kalibrasi

1) Disiapkan larutan Buffer pH 4, pH 7, dan pH 10

2) Ditekan tombol MODE

3) Dipilih nomor 1) pH

4) Ditekan STANDARDIZE
39

5) Ditekan MANUAL BUFFER ENTRY

6) Dimasukkan angka buffer yg digunakan sebagai standard

7) Dicatat berapa slope yang dihasilkan.

8) Hasil yang bagus mempunyai slope > 90 %

9) Dibuat laporan hasil kalibrasinya.

2. Analisa

1) Diklik On pada instrumen.

2) Dimasukkan issue secukupnya kedalam wadah dan


rendam elektroda yang sudah kering dan bersih

3) Dibaca nilai pH pada display alat dan catat angka yg


muncul dalam display.

4) Diersihkan elektroda dan bilas serta rendam dengan HNO3


10%

5) Diklik Off pada alat.

e. Instruksi Kerja penetapan kekentalan dengan alat Viscometer


beserta petunjuk cara kalibrasi

Gambar 7 Viscometer

I. Definisi

Viscosity adalah kekentalan dari suatu zat cair.

II. Acuan

 Operation Manual Viscometer-Brookfield DV-II+


40

 D2983-09 Standard Test Method for Low-Temperature


Viscosity of Lubricants Measured by Brookfield Viscometer

III. Prosedur

1. Penyiapan Alat

1) Diklik kan tombol power Viscometer yg ada di bagian


belakang alat

2) Akan muncul di display alat bertuliskan “Remove Spindel


Press Any Key”

3) Ditekan tombol SELECT SPINDLE maka alat akan


melakukan AUTOZEROING

4) Setelah sekitar 15 detik maka akan muncul display alat


bertuliskan “Replace Spindel Press Any Key”

5) Ditekan salah satu tombol pada alat maka akan muncul


display alat bertuliskan

CP 0.0 20.1 C

OFF RPM % 0.0

2. Kalibrasi

1) Dimasukkan sample standar yang sudah diketahui nilai


viscositasnya dari yang kecil hingga yang besar

2) Dipilih spindle 1 sampai 4 yang sesuai dengan besar


kecilnya nilai viscositas

3) Catat hasil pembacaan alat, dan bandingkan dengan nilai


viscositas yang ya diperoleh

3. Analisa

1) Dimasukkan sample yang akan dianalisa ke dalam beaker


glass 600 mL

2) Dipilih spindle yang akan digunakan sesuai dengan


kekentalan sampel

3) Dipasang spindle tsb pada alat viscometer sampai


kencang
41

4) Diletakkan sample ditangah2 hingga menyentuh batas


pada spindle

5) Diatur kecepatan putaran spindle (RPM) dengan cara


menekan tombol SET SPEED, kemudian pilih dengan
tombol ATAS/BAWAH hingga diperoleh %Torque >80%

6) Jika muncul tanda EEEE di display berarti viscositas OUT


OF RANGE, maka RPM harus diset kembali (dikurangi)
hingga muncul angka viscositas pada display

7) Ditekan tombol SELECT DISPLAY untuk mengubah


tampilan issue -SS-SR

8) Digunakan spindle yg kecil dan kecepatan rendah untuk


mengukur viscositas yg tinggi

9) Dikurangi speed atau pilih spindle yang lebih kecil, jika


pembacaan alat >100%,

f. Instruksi Kerja penetapan %H2O dengan Karl Fischer 758


KFD Titrino

Gambar 8 Karl Fischer

I. Acuan

 Operation Manual Karl-Fischer

II. Prosedur

1. Dinyalakan Karl Fisher dengan menekan tombol “MERAH”


42

2. Disi vessel dengan solvent yang sesuai

3. Dinyalakan stirrer dengan menekan “ON”

4. Dinyalakan komputer dan panggil program Karl Fisher


(metrohm-vesus)

5. Ditekan “USER METHOD”, dipilih “RECAL METHOD” dienter,


dipilih metode yang akan digunakan

6. Distabilkan alat dengan menekan “START”, ditunggu sampai


driff “OK” dan lampu tidak berkedip lagi

7. Ditimbang sample dalam syringe dan catat bobotnya

8. Ditekan “START”, diteteskan sample dalam vessel dan tutup


kembali vessel

9. Ditimbang kembali syringe untuk mengetahui selisih bobot


sample

10. Dimasukkan identitas sample dengan cara menekan “SMPL


DATA” diisi id#1 dengan kode sample

11. Dimasukkan data bobot sample, diklik enter

12. Ditekan QUIT sample tampilan layer menunjukkan kurva

13. Ditunggu sampai layer menampilkan hasil analisanya

g. Instruksi Kerja Analisa Cl dan S dengan TOX


I. Tujuan
Instruksi kerja imi ditetapkan dan dipelihara untuk memberikan
pedoman cara pengoperasian peralatan TOX-100 sehingga personil
yang melakukan pengujian dengan menggunakan peralatan TOX-100
dapat mengoperasikan dengan benar dan sistematis sesuai dengan
instruksi kerja alat.
II. Ruang Lingkup
Instruksi kerja ini diterapkan oleh personil laboratorium yang
berwenang agar mampu melakukan pengoperasian peralatan dan
kalibrasi peralatan TOX-100
43

III. Definisi
 TOX-100 adalah instrument yang dibuat oleh Mitsubishi Chemical
Curporation untuk mengukur Total Organik Halogen, Total Chlorida,
Organik Chloride, Total Sulfur, Organic, sulfur dan sampel solid,
Sludge, Liquid (Organic dan Inorganic)
 TOX-Total Organic X (Golongan Halogen F, Cl, Br, I, At)
 TSX-Total Sulfur dan X (Golongan Halogen F, Cl, Br, I, At)
 TSX-Cl adalah Total Sulfur dan halogen dalam mode Chloride
Measurement. Dimana yang diukur adalah besarnya Chloride dalam
sampel
 TSX-S adalah Total Sulfur dan halogen dalam mode Chloride
Measurement. Dimana yang diukur adalah besarnya sulfur dalam
sampel
 AOX- Absorbable Organic Halogen, dalam hal ini yang diukur
adalah besarnya organik Halogen yang terabsorp oleh karbon
 POX-Purgeable Organic Halogen, dalam hal ini yang diukur adalah
besarnya Organik Halogen yang realease/volatile jika di purge pada
kondisi suhu tertentu
 End point adalah kondisi paling optimum cell yang dipersyaratkan
dalam melakukan fungsinya untuk melakukan pengukuran target
dalam satuan potensional
 Test Titrasi adalah auto test instrument untuk mendapatkan End
Point yang dipersyaratkan
 Electrolyte adalah larutan yang dibuat berdasarkan ketentuan yang
berfungsi untuk media hantar listrik dan bisa juga sekaligus sebagai
absorber analyte
IV. Acuan
Operation Manual TOX-100 Mitsubishi Chemical Corporation
V. Prosedur
- Warning up
1. Dibuka valve gas Oksigen dan karbon
2. Dinyalakan On Power dan Heater di panel alat bagian depan
3. Dibuka program TOX-100 di komputer
4. Disi password dengan “TOX-100”
5. Cell preparation
44

a. Dibersihkan dengan kertas pembersih semua electrode


(katoda, anoda, sensor, reference)
b. Dibersihkan dengna cara diamplas memakai amplas halus
atau cairan brasso yang diteteskan di kertas pembersih jika
bagian logam pada Katoda, anoda, sensor berwarna kusam
atau hitam
c. Diisi/diganti larutan – larutan electrolyte dalam electroda jika
telah berkurang
 Diganti larutan electrolyte cell dengan yang baru kisaran
2/3 volume cell
 Dipasangkan/ditempatkan kembali cell unit pada posisi
standby dengan kecepatan pengadukan kisaran 40 skala
d. Click menu system
 System Setup  Pilih Cl atau S  Transmit
 Titration current  On
 Heater  On
 Default Blank  Save
 Default Calibrate  Save
e. Test Titration
 Diklik menu Run
 Ditunggu sampai muncul indicator
 Ditekan ENTER Setelah indicator muncul, maka test titrasi
berjalan otomatis
f. Test titrasi selesai ditunjukan dengan tanda READY
g. Check Result dengan Click maka hasil test titrasi akan muncul
h. Hal yang harus diperhatikan adalah End Point harus kisaran
290 – 315 mV, dan Gain-1 harus jangan lebih dari 5.00
i. Diulangi test titrasi jika hasilnya tidak masuk persyaratan.
Dimana hal ini bisa diperbaiki dengan cara :
 Membersihkan kembali electrode
 Mengganti larutan electrolyte electrode
 Mengganti larutan electrolyte cell
 Membuat larutan electrolyte cell yang baru karena ada
kemungkinan sudah rusak
45

j. Ditunggu instrumen sampai indicator mV menunjukkan 0-1 mV


atau statusnya READY Setelah test titration completed,

- Analisis Internal Standard dan Sampel


1. Dibuka Open Method, lalu pilih metode yang sesuai dengan
sampel yang akan kita analisa
2. Dipilih Target SAMPLE, Type SAMPLE, Quantity Larutan
STD/Sample yang akan dianalisa, tanggal, costumer ID, lalu diklik
Add dan Click Run Method
3. Dipilih metode yang kita inginkan
4. Diisi data ID sesuai dengan kelompok batch Analisa yang akan
dilakukan
5. Diklik Run dan tunggu instrument standby sampai muncul
indikator START yang berkedip biru
6. Dimasukan sampel ke dalam Boat (inject atau di timbang)
7. Diekan ENTER
8. Hasil bisa dilihat di result table setelah Analisis complete
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

I. Percobaan

Percobaan ini bertujuan menentukan metode yang lebih baik untuk


penentuan kadar Khlorida dalam sampel batu bara dan alternative fuel fine
product. Hasil pengujian ini kemudian akan diaplikasikan kedalam pengerjaan
penentuan kadar khlorida di Lab AFR.

II. Waktu dan Tempat

Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan magang-Praktik Kerja


Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2019.
Percobaan ini berlangsung di Laboratorium AFR PT Solusi Bangun Indonesia
yang beralamat di Jalan Raya Narogong km 7, Cileungsi, Bogor.

III. Bahan dan Alat

Bahan-bahan :

Metode Spektrofotometri : Bahan yang digunakan pada percobaan


meliputi bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah standard
control coal batubara dan alternative fuel fine coal. Bahan kimia yang digunakan
meliputi air demineral, Ferric Nitrate (Fe(NO3)3.9H2O, merkuri tiosianat, larutan
metanol, dan natrium klorida untuk ditetapkan secara spektrofotometri.

Metode Titrasi : untuk metode titrasi digunakan HNO 3, AgNO3, NH4SCN,


dan NH4Fe(SO4)2.

Alat-alat :

Metode Titrimetrimetri : spektrofotometer UV-VisHach DR 5000, bom


kalorimeter varian AC 500 Leco, neraca analitik Mettler Toledo, labu takar 100
mL 250 mL, pipet makro 5 mL, pipet volumetri 10 mL, kuvet 10 mL, pipet tetes,
batang pengaduk, botol semprot, corong, spatula, kaca arloji, dan kertas saring.
47

Metode Titrasi : bom kalorimeter varian AC 500 Leco, neraca analitik


Mettler Toledo, labu takar 100 mL, burret 25mL, erlenmeyer 400mL, pipet
volumetri 5mL, pipet volumetri 50 mL, pipet tetes, corong, dan kertas saring.

IV. Metode Percobaan

Metode percobaan dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap preparasi,


pengujian dan pengolahan data. Tahap preparasi pada metode spektrofotometri
meliputi preparasi sampel, pembuatan larutan standar klorida, larutan deret
standar dan larutan pereaksi merkuri tiosianat. Tahap pengujian meliputi
penambahan pereaksi dan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 455 nm. Tahap pengolahan data dilakukan secara statistika
untuk parameter uji linieritas, limit deteksi instrument, presisi (ripitabilitas),
akurasi, dan

Untuk metode titrasi, tahap preparasi meliputi prepraasi sampel,


pembuatan pereaksi HNO3 1:2, titran NH4SCN, AgNO3 0.05M dan indikator
NH4Fe(SO4)2

V. Cara Kerja

1. Metode Spektrofotometri

- Tahap Preparasi
 Pembuatan Larutan Deret standar (0.0; 5.0; 10.0; 15.0; 20.0; 25.0;
30.0; 35.0) mg/L
Deret standar (0.0; 5.0; 10.0; 15.0; 20.0; 25.0; 30.0; 35.0) mg/L
dibuat dengan cara memipet larutan standar klorida 100 mg/L sebanyak
0.00 mL; 5.00 mL; 10.00 mL; 15.00 mL; 20.00 mL; 25.00 mL;30.0mL;
35.0mL), masing-masing dimasukan ke labu takar 100 mL, kemudian
ditera dengan air demineral dan dihomogenkan.

Perhitungan Pembuatan Larutan Deret Standar Cl dari Larutan standar


Klorida 100 mg/L

C1 V1 = C2 V2
48

C2 V2
V1=
C1

Keterangan:

C1 = konsentrasi larutan induk (mg/L)

C2 = konsentrasi larutan deret standar (mg/L)

V1 = volume larutan induk (mL)

V2 = volume larutan deret standar (mL)


49

Deret Standar 5 mg/L Deret Standar 10 mg/L


5 mg/L x 100 mL 10 mg/L x 100 mL
V1= V1=
100 mg/L 100 mg/L

= 5 mL = 10 mL

Deret Standar 15 mg/L Deret standar 20 mL


15 mg/L x 100 mL 20 mg/L x 100 mL
V1= V1=
100 mg/L 100 mg/L

= 15 mL = 20 mL

Deret Standar 25 mg/L Deret Standar 25 mg/L


25 mg/L x 100 mL 30 mg/L x 100 mL
V1= V1=
100 mg/L 100 mg/L

= 25 mL = 30 mL

Deret Standar 35 mg/L


35 mg/L x 100 mL
V1= 100 mg/L

= 35 mL

 Preparasi Sampel

Sampel Control coal batubara : ditimbang ± 0,8000 g, kemudian di


destruksi menggunakan bom kalorimeter varian AC 500 LECO (sebanyak 7
sampel). Sisa pembakaran dari bom kalorimeter dilarutkan dengan air
demineral, kemudian disaring ke labu takar 100 mL, lalu ditera dengan air
demineral, dan dihomogenkan.

Sampel alternative fuel fine product : sampel disampling minimal 3


titik dalam pile yang sama, lalu sampel dimasukan kedalam mini shareder
untuk mengecilkan sampel sampai ukuran 10-20 mm, hasilnya di quartering
dan dimasukan kedalam cutting mill untuk dikecilkan ukurannya lagi sampai
1-2mm. Lalu dilakukan quartering lagi dan dihimogenkan di dalam kantung
sampel. Setalah itu sampel dipanaskan di oven semala + 2 jam. Sampel
dihomogenkan kembali di kantung sampel, ditimbang ± 0,8000 g, kemudian
di destruksi menggunakan bom kalorimeter varian AC 500 LECO (sebanyak
7 sampel). Sisa pembakaran dari bom kalorimeter dilarutkan dengan air
50

demineral, kemudian disaring ke labu takar 100 mL, lalu ditera dengan air
demineral, dan dihomogenkan.

 Preparasi Pembuatan Reagent


Fe(NO3)3.9H2O ditimbang 20.2 gram kemudian dilarutkan ke
dalam 2.5 mL HNO3(p) kemudian diencerkan menggunakan air
demineral ke dalam labu ukur 100mL. Ditimbang 0.417 gram Merkuri
Tiosianat (Hg(SCN)2). Encerkan ke dalam labu ukur 100 mL
menggunakan methanol. Pipet masing – masing 20 mL (20 mL larutan
Ferric Nitrat dan 20 mL larutan merkuri tiosianat). Encerkan ke dalam
labu ukur 100 mL, homogenkan. Reagent siap digunakan

- Pengondisian Alat
Pengondisian alat spektrofotometer UV-Vis varian DR 5000
dilakukan dengan menyalakan alat kemudian dipilih parameter uji yang
akan diukur dan diklik start. Sampel siap dilakukan pengujian sesuai
dengan prosedur.

2. Metode Titrimetri

 Preparasi Sampel

Sampel Control coal batubara : ditimbang ± 0,8000 g, kemudian di


destruksi menggunakan bom kalorimeter varian AC 500 LECO (sebanyak 6
sampel). Sisa pembakaran dari bom kalorimeter dilarutkan dengan air
demineral, kemudian disaring ke labu takar 100 mL, lalu ditera dengan air
demineral, dan dihomogenkan.

Sampel alternative fuel fine product : sampel disampling minimal 3


titik dalam pile yang sama, lalu sampel dimasukan kedalam mini shareder
untuk mengecilkan sampel sampai ukuran 10-20 mm, hasilnya di quartering
dan dimasukan kedalam cutting mill untuk dikecilkan ukurannya lagi sampai
1-2mm. Lalu dilakukan quartering lagi dan dihimogenkan di dalam kantung
51

sampel. Setalah itu sampel dipanaskan di oven semala + 2 jam. Sampel


dihomogenkan kembali di kantung sampel, ditimbang ± 0,8000 g, kemudian
di destruksi menggunakan bom kalorimeter varian AC 500 LECO (sebanyak
6 sampel). Sisa pembakaran dari bom kalorimeter dilarutkan dengan air
demineral, kemudian disaring ke labu takar 100 mL, lalu ditera dengan air
demineral, dan dihomogenkan.

 Preparasi Reagent

Disiapkan Reagent HNO3 1:2, AgNO3 0.05N, Fe3+ sebagai


indikator, dan NH4SCN sebagai titran.

 Tahapan Titrasi
A. Blanko
1. Ditambahkan HNO3 1:2 sebanyak 50mL
2. Ditambahkan AgNO3 0.05N sebanyak 10mL
3. Ditambahkan indikator Fe3+ sebanyak 3-4 tetes
4. Dititar dengan NH4SCN sampai dicapai warna titik akhir yaitu
endapan putih larutan merah bata.
B. Sampel
1. Dipipet 50mL sampel, dimasukan ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan HNO3 1:2 sebanyak 50mL
3. Ditambahkan AgNO3 0.05N sebanyak 10mL
4. Ditambahkan indikator NH4Fe(SO4)2 sebanyak 3-4 tetes
5. Dititar dengan NH4SCN sampai dicapai warna titik akhir yaitu
endapan putih larutan merah bata.
52

Hasil Akhir :

 . Metode Spektrofotometri :

1. Deret Standar

Tabel 1. Karakteristik performa kurva kalibrasi

Parameter Nilai

Koefisien Korelasi (R) 0.9998

Koefisien Determinasi (R2) 0.9997

Intersep 7.7918 x10 -3

Slope 0.0687
53

2. Limit Deteksi

Data konsentrasi sampel pengujian limit deteksi instrumen yang


diperoleh dari tujuh kali ulangan kemudian dihitung nilai rata-rata,
simpangan baku dan limit deteksi instrumen dengan rumus sebagai
berikut:

Tabel 2. Hasil penentuan Limit Deteksi

Pengulangan Absorbansi

1 0.03

2 0.029

3 0.028

4 0.028

5 0.028

6 0.028

7 0.027

Average 0.0283

SD 9.5 x10^-4

LOD 0.0311

LOQ 0.0378
54

3. Uji Presisi

Tabel 3. Hasil keterulangan sampel Control Coal Sampel

Pengulangan Bobot sampel absorbansi Ppm %spektro

1 0.7902 0.5093 7.3 0.0949

2 0.7629 0.4612 6.6 0.0865

3 0.7683 0.5162 7.4 0.0963

4 0.7675 0.4818 6.9 0.0899

5 0.7643 0.4887 7 0.0916

6 0.7761 0.4702 6.8 0.0838

SD 0.0216

RSD 4.41

Tabel 4. Hasil keterulangan sampel alternative fuel fine product.

Pengulangan Bobot absorbansi Ppm %spektro

1 0.8878 1.8637 27 0.3041

2 0.8819 1.8215 26.4 0.2994

3 0.8845 1.8833 27.3 0.3086

4 0.8735 1.8489 26.8 0.3067

5 0.8738 1.8352 26.6 0.3045

6 0.8819 1.8696 27.1 0.3072

SD 0.003

RSD 1.06
55

4. Akurasi

Data kadar sampel akurasi yang diperoleh dari tujuh kali ulangan untuk masing-
masing sampel kemudian dihitung nilai akurasi dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Akurasi

No Sample Labels %Chlor

1 VS6-066 0.1399

2 VS6-066 0.1400

3 VS6-066 0.1434

4 VS6-066 0.1757

5 VS6-066 0.1337

6 VS6-066 0.1287

7 VS6-066 0.1396

Average 0.1430

Stdev 0.0152

SRM value 0.1500

To SRM range
0.134-0.166
1 requirement

Acceptability Yes

Accuracy (%) 4.7%

Acceptability
based on
internal
2
requirement Yes
±5% (CPR 1021
point 15.7.3.1
bagian b)
56

 Metode Titrimetri

1. Penentuan LOD & LOQ

Tabel 6. Hasil Titrasi Penentuan LOD & LOQ

Pengulangan Bobot M titran V blanko (mL) V sampel (mL) fp %

1 1.0000 0.025 9.7 9.50 1 0.0177

2 1.0000 0.025 9.7 9.55 1 0.0133

3 1.0000 0.025 9.7 9.50 1 0.0177

4 1.0000 0.025 9.7 9.60 1 0.0089

5 1.0000 0.025 9.9 9.75 1 0.0133

6 1.0000 0.025 9.9 9.80 1 0.0089

SD 0.0039

LOD 0.0118

LOQ 0.0393

2. Uji Presisi

Tabel 7. Pengulangan sampel coal


Pengulangan Bobot M titran V blank V sampel fp %

1 0.8368 0.025 10 9.70 2 0.0636

2 0.7629 0.025 10 9.80 2 0.0465

3 0.7683 0.025 10 9.70 2 0.0693

4 0.7675 0.025 10 9.75 2 0.0578

5 0.7643 0.025 10 9.80 2 0.0464

6 0.7761 0.025 10 9.70 2 0.0686

Rata-rata 0.0587

SD 0.0103
57

Tabel 8. Pengulangan sampel alternative fuel fine product


Pengulangan Bobot M titran V blank V sampel fp %

1 0.8878 0.025 9.8 8.30 2 0.2999

2 0.8819 0.025 9.8 8.30 2 0.3019

3 0.8845 0.025 9.8 8.20 2 0.3211

4 0.8732 0.025 9.8 8.35 2 0.2946

5 0.8744 0.025 9.8 8.30 2 0.3045

6 0.8808 0.025 9.8 8.25 2 0.3125

Rata-rata 0.3058

SD 9.55x10-3
58

3. Akurasi

Tabel 9. Uji Akurasi


Sampel Label %Cl

std 100 ppm 0.0098

std 100 ppm 0.0098

std 100 ppm 0.0102

std 100 ppm 0.0098

std 100 ppm 0.0098

std 100 ppm 0.0093

Standar Deviasi 2.85 x 10-4

Rata-rata 0.0098

SRM label 0.0100

Akurasi 2%

Acceptability based
on internal
requirement ±5% Yes
(CPR 1021 point
15.7.3.1 bagian b)
59

4. Perbandingan Metode Uji T

Tabel 10. Penentuan Uji T sampel Control Coal Metode spektrofotometri dengan
Argentometri
Variable 1 Variable 2

Mean 0.0587 0.090216667

Variance 0.000107064 2.05817E-05

Observations 6 6

Pooled Variance 6.38228E-05

Hypothesized Mean Difference 0

Df 10

t Stat -6.833022735

P(T<=t) one-tail 2.27609E-05

t Critical one-tail 1.812461123

P(T<=t) two-tail 4.55219E-05

t Critical two-tail 2.228138852

Tabel 11. Penentuan Uji T sampel AF Fine Product Metode spektrofotometri dengan
Argentometri
Variable 1 Variable 2

Mean 0.306983333 0.3055

Variance 8.01217E-05 5.972E-06

Observations 6 6

Pooled Variance 4.30468E-05

Hypothesized Mean Difference 0

Df 10

t Stat 0.391587463

P(T<=t) one-tail 0.351788869

t Critical one-tail 1.812461123

P(T<=t) two-tail 0.703577737

t Critical two-tail 2.228138852


60

B. Pembahasan

 Presisi atau kedapat ulangan bertujuan untuk memastikan bahwa metode


yang dilakukan dapat menghasilkan hasil yang sama dengan jangka waktu
yang pendek ataupun jangka waktu panjang, dengan orang yang berbeda
ataupun sama dengan alat yang sama atau berbeda. Pada penentuan ini
didapatkan hasil bahwa RSD hitung pada penentuan klorida dalam sampel
control coal, jika dibandingkan dengan RSD Howirtz didapatkan hasil yang
lebih tinggi sehingga keberterimaanya ialah tidak presisi. Sedangkan
penentuan kadar klor lainnya, hasil RSD perhitungan dibawah RSD Howirtz
sehingga hasil dinyatakan presisi.Hal ini dapat dikarenakan jumlah analit
pada sampel control coal yang terlalu kecil sehingga kurang cocok untuk
ditetapkan secara titrasi. Selain itu sampel tidak dapat ditimbang lebih
banyak lagi karena dalam preparasi awal sampel didestruksi menggunakan
kalorimeter bom yang mana sudah ditentukan batas maksimal bobot yang
harus ditimbang.

Tabel 12. Perbandingan kadar penetapan kadar klorida dalam sampel


Control Coal

%Titrasi %Spektro

0.0636 0.0932

0.0465 0.0865

0.0693 0.0963

0.0578 0.0899

0.0464 0.0916

0.0686 0.0838
61

Tabel 13. Perbandingan kadar penetapan kadar klorida dalam sampel AF


Fine Product

%Titrasi %Spektro

0.2999 0.3041

0.3019 0.2994

0.3211 0.3086

0.2946 0.3067

0.3045 0.3045

0.3125 0.3072

 Uji T yang dilakukan adalah Equal variances assumed. Pada baris ini
digunakan apabila varians kedua data sama. Untuk penentuan ini, T hitung <
T table pada setiap sampel dan metode, sehingga semua hasil dinyatakan
tidak berbeda nyata.
 Tujuan akurasi yakni untuk menentukan keakuratan metode yang divalidasi
dengan dibandingkan terhadap nilai sebenarnya. Kedua metode yang diuji
keakuratannya dengan standar masing-masing. Titrasi dengan standar klor
100 ppm sedangkan spektrofotometri dengan standar VS6-066
 LOD (limited of detection) adalah batas konsentrasi terkecil yang dapat di
baca oleh alat berbeda dengan LOQ (limited of Quntitatif) adalah batas nilai
konsentrasi terkecil yang dapat dilakukan secara kuantitatif mulai preparasi
hingga pembacaan oleh alat instrument.
 Kemampuan baca maksimum spektrofotometer yang digunakan adalah pada
absorbansi 3.5, sehingga jika read out tidak memberikan hasil maka harus
dilakukan pengenceran terhadap sampel.
 Selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang dapat
dibandingkan. Yaitu biaya dan waktu pengerjaan per sampel.
62

Tabel 14. penggunaan pereaksi metode titrasi

Bahan baku Harga Kuantitas Pemakaian Biaya bahan


(cm/g/mL) (cm/g/mL) baku

HNO3 Rp687.000 2.500 mL 50mL Rp13.740

AgNO3 Rp880.000 25 g 0,04125 g Rp1.452

NH4Fe(SO4)2 Rp1.300.000 500 g 0,02 g Rp52

NH4SCN Rp941.000 500 g 0,019 g Rp36

Jumlah Biaya Bahan Baku Rp15.092

Tabel 15. penggunaan pereaski metode spektrofotometri

Bahan baku Harga Kuantitas Pemakaian Biaya bahan


(cm/g/mL) (cm/g/mL) baku

HgSCN Rp1.450.000 25 g 2mL~ Rp 96.74


0.0834g/100mL

Fe2(SO)3.9H2O Rp600.000 250 g 2mL~ Rp 193.92


4.04g/100mL

Methanol Rp1.000.000 2.5 L 2 mL Rp800

Jumlah Biaya Bahan Baku Rp 1090.66

 Biaya yang dikeluarkan untuk analisis menggunakan spektrofotometri lebih


murah daripada metode titrasi karena pereaksi yang digunakan lebih sedikit
dan dalam jumlah yang sedikit pula. Selain itu untuk waktu analisis, metode
spektrofotometri pun lebih cepat karena hanya menggunakan satu pereaksi
yang sudah dicampur sebelumnya di botol pereaksi dan juga dengan sekali
preparasi dapat untuk menganalisis banyak sampel. Selain itu pembacaan
spektro langsung berupa read out sedangkan titrasi ketelitiannya terbatas
karena hanya mengandalkan kemampuan baca manusia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian perbandingan Metode Titrasi dan


Spektrofotometri untuk penetapan Khlorida dalam sampel Control Coal dan
Alternative Fuel Fine Product bahwa metode yang paling baik digunakan adalah
spektrofotometri. Pernyataan demikian dibuktikan dengan hasil pengujian yang
dilakukan telah memenuhi syarat penerimaan yang ditetapkan. Untuk sampel
Control Coal,penentuan harus ditentukan dengan spektrofotometri karena hasil RSD
kalkulasi lebih tinggi dari RSD Howirtz, sedangkan untuk sampel Alternative Fuel
Fine Product, metode titrasi dapat menjadi pengganti metode spektrofotometri jika
terdapat masalah dengan spektrofotmeter. Dan dari faktor lainnya, yaitu biaya dan
kecepatan waktu analisis, menggunakan metode spektrofotometri per sampelnya
lebih murah dan lebih cepat daripada metode tittrasi.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terhadap kegiatan PRAKERIN di


PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk yang telah dilakukan meliputi beberapa hal,
diantaranya

a. Untuk Laboratorium :

 Untuk kuvet alangkah lebih baik direndam dengan perendam


khusus kuvet agar tetap terjaga kebersihannya. Seperti larutan
KOH-Alkohol atau larutan K2Cr2O7,

 Untuk instrument yang rusak, hendaknya segera diperbaiki atau


dipindahkan ke tempat lain.

b. Untuk siswa :

 Harus berinisiatif. Aktif membantu analis dan bertanya jika ada hal
yang tidak diketahui.

 Hendaknya mengenal lingkungan kerja. Dari mulai personil,


ruangan, tempat penyimpanan dan kegiatan lab.

63
64

 Bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.

 Pelajari instrumen-instrumen dengan membaca manual book,


internet atau dapat ditanyakan langsung ke analis.
Daftar Pustaka

Anwar, Hadi https://www.infolabling.com/2016/03/batas-deteksi-metode-pengujian-


secara.html#.XMvfU5ghP7I , diakses pada 1 Maret 2019 pukul 20.40 WIB

Hach Water Analysis Handbook Fifth Edition

Tim Penyusun GL2059 – Ver 2.1. 2017. Instruksi Kerja Operasional Laboratorium
AFR. Bogor : PT Holcim Indonesia Tbk

HARMITA. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode & Cara Perhitunganya.


Jurnal Farmasi UI Vol. 1 No. 3, Desember 2004, 117-135. Departemen
Farmasi FMIPA

Sulistiowati, Yudi Yudianingrum, dan Hilda Rosyanti. 2017. Metode Praktik


Kimia Analisis (Volumetri). Bogor: Sekolah Menengah Kejuruan SMAK-
Bogor.

Siti Rohyati, dan Zaenal Arifin. 2017. Ultraviolet/Visible Spectrophotometry. Bogor:


Sekolah Menengah Kejuruan SMAK-Bogor.

Wisconsin Department of Natural Resources Laboratory Certification Program.


1996 ANALYTICAL DETECTION LIMIT GUIDANCE & Laboratory Guide for
Determining Method Detection Limits.

65
LAMPIRAN

Tabel 15. Deret standar

Ppm Abs

0 0

4.9 0.3730

9.9 0.6790

15 1.0290

20 1.3790

25 1.7190

30 2.0670

35 2.4270

Grafik Perbandingan Konsentrasi dengan Absorbansi deret standar

2.5

1.5
Absorbansi
1

0.5

0
0 10 20 30 40

66
67

 Perhitungan %Akurasi Metode Spektrofotometri

CRM − x
Akurasi = x 100%
CRM

(0.1500− 0.1430)
= x 100%
0.1500

= 4.7%

 Perhitungan %Akurasi Metode Titrasi

CRM − x
Akurasi = x 100%
CRM

(0.0100− 0.0098)
= x 100%
0.0100

= 2%

Flow chart perbandingan metode spektrofotometri dengan metode


titrasi sampel control coal

0.12

0.1

0.08

0.06 %Titrasi
%Spektro
0.04

0.02

0
1 2 3 4 5 6
68

Flow chart perbandingan metode titrasi dengan metode titrasi sampel


alternative fuel fine profuct

0.325
0.32
0.315
0.31
0.305
%Spektro
0.3
%Titrasi
0.295
0.29
0.285
0.28
1 2 3 4 5 6

 Perhitungan Presisi sampel control coal metode spektrofotometri


𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
RSD(calculation) = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 % 𝐶𝑙
x 100%
0.0216
= 0.4879
x 100%

= 4.41 %
̅
𝑥
3
CV Horwitz = 3
. 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.0749
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100

= 4.45
Requirement = % RSD (calculation) ≤ rsd (Horwitz)
Acceptability = Yes
69

 Perhitungan Presisi sampel AF Solid metode spektrofotometri


𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
RSD(calculation) = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 % 𝐶𝑙
x 100%
0.003
= 0.011
x 100%

= 1.06 %
̅
𝑥
3
CV Horwitz = . 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
3
1.8537
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100

= 2.48

Requirement = % RSD (calculation) ≤ rsd (Horwitz)


Acceptability = Yes

 Perhitungan Presisi sampel control coal metode Titrasi


𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
RSD(calculation) = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 % 𝐶𝑙
x 100%
0.0103
= x 100%
0.0587

= 17.25%
̅
𝑥
3
CV Horwitz = 3
. 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.0587
3
= 3
. 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100

= 6.13
Requirement = RSD (calculation) ≤ % rsd (Horwitz)
Acceptability = No
70

 Perhitungan Presisi sampel AF Solid metode spektrofotometri


𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
RSD(calculation) = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 % 𝐶𝑙
x 100%
9.55x10−3
= 0.3058
x 100%

= 3.12%
̅
𝑥
3
CV Horwitz = . 21−0,5𝑙𝑜𝑔100
3
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0.3058
3
= . 21−0,5 𝑙𝑜𝑔 100
3

= 4.78
Requirement = RSD (calculation) ≤ % rsd (Horwitz)
Acceptability = Yes

Anda mungkin juga menyukai