Oleh :
Dhanang Edy Pratama (115061101111007)
Dian Nita Citra Dewi (115061101111013)
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
SURAT PERNYATAAN
1
KKN-P adalah kepanjangan dari Kuliah Kerja Nyata-Praktek yang artinya sama dengan
PKL (Praktek Kerja Lapang)
PRAKATA
Penulis
v
RINGKASAN
PT Petrokimia Gresik adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang berlokasi
di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi pupuk
(pupuk ZA, urea, Phonska, NPK, dan ZK), bahan kimia (ammonia, asam sulfat, asam
fosfat, cement retarder, alumunium fluorida), jasa engineering, dan jasa-jasa lainnya. PT
Petrokimia Gresik memiliki berbagai macam pabrik yang terbagi ke dalam tiga
Departemen Produksi, yaitu Departemen Produksi I yang terdiri dari pabrik ammonia, ZA
dan urea, Departemen Produksi II yang terdiri dari pabrik pupuk fosfat, Phonska, NPK dan
ZK dan Departemen Produksi III yang terdiri dari pabrik asam fosfat, asam sulfat, cement
retarder, alumunium fluorida dan ZA II. Perusahaan ini memiliki berbagai fasilitas
penunjang produksi, antara lain unit utilitas, unit pengolah limbah, dermaga khusus, sarana
kereta api, ban berjalan dan unit industri peralatan pabrik.
Salah satu pabrik yang berada di bawah Departemen Produksi IIB adalah Unit Pabrik
NPK. Unit NPK ini terdiri dari bagian NPK II/III/IV Pabrik pupuk NPK di PT Petrokimia
Gresik memiliki produk dengan nama dagang Phonska (pupuk subsidi) dan NPK Kebomas
(pupuk non-subsidi). Salah satu pabrik pupuk NPK yang ada adalah Pabrik NPK II yang
memproduksi NPK Kebomas berkapasitas produksi 100.000 ton/tahun. Pupuk NPK
Kebomas adalah pupuk majemuk yang mengandung makronutrien berupa N, P, dan K,
serta mikronutrien berupa Mg, S, dan lain-lain. Bahan untuk mikronutrien contohnya yaitu
dolomite, kieserite, brucite sebagai sumber Mg, ZA sebagai sumber S, dan lain-lain. Proses
produksi yang digunakan di Pabrik NPK II berbasis padatan dengan bahan baku berupa
urea, KCl, diamonium fosfat, clay dan bahan tambahan lainnya. Secara umum proses
produksi pada unit NPK terdiri dari proses persiapan bahan baku, granulasi, pengeringan
produk, pendinginan produk, pengayakan, coating dan pengantongan. Produk yang
dihasilkan dianalisa oleh Laboratorium Produksi IIB untuk menjaga kualitas produk yang
dihasilkan (quality control).
Kata kunci : PT Petrokimia Gresik, Pabrik NPK, NPK Kebomas, Departemen Produksi
IIB, Proses Produksi NPK
vi
SUMMARY
Key words : PT Petrokimia Gresik, NPK Fertilizer Plant, NPK Kebomas, Production
Department IIB, NPK Production Process
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................................................... iv
RINGKASAN ................................................................................................................................. vi
LAMPIRAN ..................................................................................................................................114
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Kapasitas produksi tiap unit pada Departemen Produksi IIB ..................................... 50
Tabel 3.5 Safety protection wortington air compressor 03 C-921 A/B/C .................................. 74
Tabel 4.4 Data bahan baku untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 19 Maret 2014 ....................... 102
Tabel 4.5 Data bahan baku untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 20 Maret 2014 ....................... 103
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 19 Maret 2014 .............. 104
Tabel 4.7 Data hasil perhitungan untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 20 Maret 2014 .............. 104
x
DAFTAR GAMBAR
kegiatan K3 ..................................................................................................... 41
Gambar 3.5. Proses pengolahan air pada Unit Pengolahan Air Babat ................................. 75
Gambar 4.1. Diagram P-T untuk reaksi brucite = periklase + air ........................................ 95
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang makin cepat membutuhkan sumber daya
manusia yang dapat diandalkan serta dapat mengikuti perkembangan dan perubahan-
perubahan yang terjadi untuk dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. Sumber Daya
Manusia merupakan salah satu faktor yang memengang peranan penting dari proses
perkembangan teknologi tersebut karena sebagai ujung tombak dari perkembangan
teknologi, dengan Sumber Daya Manusia yang mampu mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin berkembang, maka diharapkan tujuan nasional Negara
Indonesia dapat terwujud. Berdasarkan Undang-undang No 2 th 1989 tentang
Pendidikan Nasional, serta PP 60 Th 1999 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan
bahwa pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesional.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan Ilmu Pengetahuan, sedang Pendidikan Profesional merupakan pendidikan
yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu. Salah satu
perwujudan pendidikan profesional yaitu dengan diadakannya Praktek Kerja Lapangan
(PKL) atau Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) pada suatu lembaga-lembaga usaha
(perusahaan) khususnya pada bidang teknik kimia yang diperlukan masyarakat dalam
mendukung kegiatan kehidupan sehari-hari.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P)
merupakan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh mahasiswa, disusun atas dasar
visi dan misi yang termuat dalam tujuan Universitas Bawijaya dan merupakan
perpaduan antara kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dengan prinsip belajar
berkelanjutan. Selain itu, Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) merupakan
perwujudan kebijaksanaan dari “link and match” dalam proses dilaksanakan pada dua
tempat yaitu di bangku kuliah dan dunia usaha / industri. Upaya ini dilaksanakan dalam
rangka peningkatan mutu tamatan Perguruan tinggi khususnya Teknik Kimia
Universitas Brawijaya dalam mencapai tujuan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
tenaga kerja.
2
12. Menyajikan data dan informasi yang diperoleh selama praktek kerja lapangan serta
memecahkan studi kasus yang mungkin terjadi selama proses operasi yang terjadi
di lapangan.
13. Memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru
melalui kegiatan kerjasama (diskusi) dengan para pakar industri yang telah
berpengalaman di lapangan.
Bagi Perusahaan:
1. Memperoleh rekomendasi dari hasil pengamatan mahasiswa atas beberapa masalah
yang ada di perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
Hasil pengamatan dan analisa fenomena berdasarkan ilmu keteknikkimiaan
yang dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan praktek kerja lapang
dapat dijadikan sebagai salah satu rekomendasi dalam mempertimbangkan
dan menyelesaikan masalah di perusahaan.
BAB II
URAIAN SINGKAT PABRIK
6
7
6. 10 Juli 1972
Saat tahun 1972 pabrik ini memproduksi pupuk ZA berkapasitas 150.000
ton/tahun dan pupuk Urea sebanyak 61.700 ton/tahun dan diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972. Selanjutnya
tanggal 10 Juli diabadikan dan diperingati sebagai Hari Jadi PT. Petrokimia
Gresik.
7. 10 Juli 1975
Bentuk perusahaan menjadi PT. Petrokimia Gresik (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1975.
8. Tahun 1997
Berdasarkan PP No. 28/1997 menyatakan bahwa seluruh BUMN pupuk
dijadikan satu dalam sebuah Holding Company, oleh karena itu pada tahun 1997
PT. Petrokimia Gresik (Persero) berubah status menjadi holding company
bersama PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam bidang pemasaran, keuangan
dan produksi.
Saat ini PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa bidang usaha antara lain
industri pupuk sebagai bidang usaha yang utama dan jasa lainnya seperti : industri
pestisida, industri kimia, industri peralatan pabrik, jasa rancang bangun dan
perekayasaan, serta jasa lainnya.
9
(a)
(b)
Gambar 2.1. Perkembangan perusahaan, (a) tahun1980 – 2000; (b) tahun 2008 – 2015
10
Sehingga arti keseluruhan logo yaitu dengan didasarkan pada hati yang bersih
sesuai dengan lima sila Pancasila, diharapkan PT. Petrokimia Gresik dapat menjadi
pelopor perusahaan yang dapat memberikan kemakmuran bagi rakyat Indonesia
melalui industri pupuk demi menopang stabilitas ketahanan pangan di Indonesia. Atau
secara umum arti sebagai berikut:
“Dengan hati yang bersih berdasarkan kelima sila dari Pancasila,
PT. Petrokimia Gresik berusaha mencapai masyarakat adil dan
makmur untuk menuju keanggunan bangsa.”
Gresik dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik pupuk setelah melalui studi
kelayakan pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I), di
bawah Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Gresik dinilai ideal
dengan pertimbangan antara lain:
a) Tersedianya lahan yang kurang produktif.
b) Tersedianya sumber air dari aliran sungai Brantas dan Bengawan Solo.
c) Dekat dengan daerah konsumen pupuk terbesar, yaitu perkebunan dan petani tebu.
d) Dekat dengan pelabuhan sehingga memudahkan untuk mengangkut peralatan
pabrik selama masa konstruksi, pengadaan bahan baku, maupun pendistribusian
hasil produksi melalui angkutan laut.
e) Dekat dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan memadai, antara lain
tersedianya tenaga-tenaga terampil.
16
sebagai penunda dalam setting time. Kapasitas produksi unit ini sebesar
440.000 ton/tahun.
d) Pabrik Aluminium Fluorida
Pabrik ini menggunakan proses basah Chemie Linz A.G. dengan mereaksikan
asam fluosikat dengan aluminium hidroksida, yang digunakan untuk
membantu menurunkan titik lebur dari peleburan alumina. Kapasitas produksi
unit ini sebesar 12.600 ton/tahun.
e) Pabrik Pupuk ZA II
Kapasitas produksi unit ini sebesar 250.000 ton/tahun dengan bahan baku
berupa gypsum dan amonia cair Gypsum diperoleh dari limbah proses
pembuatan asam fosfat, sedangkan amonia cair disuplai dari pabrik I.
2. Dewan Direksi
a. Direktur Utama : Ir. Hidayat Nyakman, MSIE, MA
b. Direktur Komersil : Drs. T. Nugroho Purwanto, Ak
c. Direktur Teknik dan Pengembangan : Ir. Firdaus Syahril
d. Direktur Produksi : Ir. S. Nugroho Christjianto, MM
e. Direktur HRD dan Umum : Irwansyah, SE
Direktur Utama
GM GM GM
GM Pengenda GM Penjualan GM GM GM GM
Staf GM GM Tek GM GM
Uta Audit lian Penjualan Wilayah Pemasa Pabrik nolo Ris Pengem Engine GM Sekretaris
Internal GM Adm Pabrik Pabrik Pengada
ma Usaha Wilayah I II ran III gi et bangan ering SDM Perusahaan
Keuangan I II an
2.6.6. Koperasi
Koperasi Karyawan Keluarga Besar Petrokimia Gresik (K3PG) didirikan
sejak 13 Agustus 1983. Bidang usahanya meliputi:
- Unit toko swalayan, toko bahan bangunan dan alat listrik, toko elektronik,
dan apotek.
- Unit simpan pinjam, jasa servis AC, jasa bengkel motor, wartel dan warnet,
dan kantin.
- Unit stasiun pompa bensin umum (SPBU)
- Unit pabrik air minum kemasan (Air “K”)
15. Menampung tetesan, bocoran minyak ke dalam ember atau drum atau alat
penampung lainnya dan melaporkan adanya kebocoran tersebut kepada
atasannya
16. Melaporkan jika terjadi kerusakan mesin, kecelakaan, dan kebakaran.
17. Melaporkan bila ada pencurian.
18. Melaporkan kejadian penyelewengan.
19. Menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh bagian keselamatan
kerja dan bagian security dalam mengusut kecelakaan atau kebakaran dan
pelanggaran lainnya.
20. Melaporkan kepada atasan atau dokter perusahaan apabila menderita suatu
penyakit yang menular.
21. Menggunakan surat ijin keselamatan kerja (Safety Permit) untuk
melakukan pekerjaan yang memiliki syarat tersebut.
22. Menggunakan Safety Tag/Safety locked untuk melakukan pekerjaan
yang diharuskan penggunaannya guna mencegah kecelakaan pada diri
sendiri, orang lain atau rusaknya barang, mesin, dan alat perusahaan
lainnya.
23. Melaksanakan prosedur kerja, yang jika tidak dilaksanakan dapat
menyebabkan kerusakan pada peralatan atau barang perusahaan.
24. Minta ijin jika akan meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja.
25. Mengemudikan kendaraan dengan hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan,
kerusakan, dan mematuhi peraturan lalu lintas, serta mengendarai sepeda
motor dengan menggunakan helm.
26. Melaporkan apabila terjadi kerusakan pada saat mengoperasikan peralatan.
27. Datang pada waktu Call Out.
28. Memberikan informasi teknis/membuat perencanaan teknis yang benar
apabila diperlukan perusahaan.
29. Jujur dalam mempertanggungjawabkan penggunaan uang perusahaan.
30. Keluar masuk pabrik melalui jalan yang sudah ditentukan.
31. Melaksanakan tugas dengan baik sehingga tidak menimbulkan kerugian
dan kerusakan serta mengakibatkan kecelakaan diri sendiri maupun orang
lain.
32. Melaksanakan tugas kedinasan dengan baik dan senantiasa berpedoman
30
pada prinsip tepat guna dan hasil guna yang merupakan prinsip pokok
perusahaan.
33. Bertanggungjawab atas wewenang yang diterimanya dari atasan.
34. Menggunakan dan memelihara barang – barang milik perusahaan dengan
sebaik – baiknya dan efisien.
35. Menggunakan serta bertanggung jawab atas barang-barang perusahaan di
lokasi kerja masing-masing.
36. Mengatur, mengamankan, dan menyelamatkan dokumen – dokumen, arsip
– arsip kantor di lokasi kerja masing – masing yang menjadi
tanggungjawabnya.
37. Melaporkan kepada atasan dan/ atau atas inisiatif/kehendak sendiri untuk
mencegah apabila diketahui ada hal – hal yang dapat membahayakan dan
merugikan perusahaan, terutama di bidang keamanan, keuangan dan
material.
38. Meminta ijin kepada Direksi untuk istrinya yang melakukan perdagangan.
b) Larangan
1. Melakukan coretan – coretan, mengotori tempat kerja dan sejenisnya.
2. Datang terlambat atau mendahului pulang sebelum jam kerja selesai.
3. Bersenda gurau pada saat jam kerja yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan atau pada saat melaksanakan tugas.
4. Melakukan pekerjaan dengan cara – cara yang berbahaya.
5. Menumpang pada kendaraan forklift, pay loader, front and loader,
grander, bulldozer, excavator, dan crane.
6. Mengemudikan forklift, pay loader, front and loader,bulldozer,
excavator, dan crane tanpa surat izin mengemudi dari bagian keselamatan
kerja Ro Riksa.
7. Menyuruh orang lain melakukan absensi atau merubah catatan dalam
kartu absensi miliknya sendiri atau milik orang lain.
8. Memindahkan/membawa pulang kartu absensi
9. Tidur pada waktu jam kerja.
10. Meminum minuman keras saat jam kerja.
11. Membawa minuman keras ke tempat kerja.
31
4 D Libur
Untuk jam kerja pada sistem shift di PT. Petrokimia Gresik dapat dijelaskan
pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Jam kerja shift
2.7.2.4. Lembur
1. Karyawan yang harus bekerja pada hari libur resmi karena jenis dan sifat
pekerjaan atau harus bekerja di luar jam kerja, maka karyawan tersebut berhak
atas upah atau kompensasi lembur.
2. Karyawan yang bekerja shift dan mempunyai kelebihan jam kerja maka
kelebihan jam kerja tersebut dihitung sebagai lembur.
2.7.2.5. Cuti
1. Setiap karyawan berhak atas :
a. Cuti tahunan
b. Cuti besar
c. Cuti karena alasan penting
d. Cuti sakit
e. Cuti bersalin
f. Cuti gugur kandung
g. Cuti haid
h. Cuti di luar tanggunangan perusahaan.
2. Karyawan berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja, apabila karyawan telah
bekerja setiap selama 12 bulan secara terus menerus.
3. Karyawan berhak atas cuti besar selama tiga bulan apabila karyawan telah
bekerja setiap selama 6 tahun secara terus – menerus.
4. Cuti karena alasan penting diberikan kepada karyawan untuk hal – hal sebagai
berikut :
a. Perkawinan karyawan, selama 5 hari kalender.
b. Perkawinan anak karyawan, selama 2 hari kalender.
c. Istri karyawan gugur kandung atau melahirkan, selama 2 hari kalender.
d. Khitanan atau pembaptisan anak, selama 1 hari kalender.
e. Istri atau suami yang meninggal dunia, selama 5 hari kalender.
f. Anak/menantu/orang tua kandung/mertuaa kandung karyawan meninggal
dunia, selama 3 hari kalender.
5. Karyawan yang sakit, berdasarkan surat keterangan dokter perusahaan diberikan
cuti.
34
6. Karyawan wanita yang akan melahirkan berhak atas cuti bersalin selama 30 hari
kalender sebelum melahirkan dan selama 60 hari kalender sesudah melahirkan,
sedangkan yang mengalami gugur kandung diberi cuti gugur kandung selama
45 hari kalender atau sesuai indikasi medis yang ditetapkan dokter perusahaan.
7. Karyawan wanita yang haid berhak atas citi haid selama 2 hari tetapi dapat tetap
bekerja apabila kondisi kesehatannya cukup sakit.
8. Karena alasan kepentingan pribadi yang sangat mendesak, karyawan dapat
menjalani cuti diluar tanggungan perusahaan maksimal selama 3 tahun apabil
karyawan telah bekerja di perusahaan minimal selama tiga tahun secara terus
menerus
2.8.5. Organisasi K3
Agar pelaksanaan K3 di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat
menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk organisasi K3 di
dalam struktur perusahaan. Berdasarkan pengalaman dan pertimbangan manajemen
perusahaan, organisasi K3 diletakkan di dalam organisasi yang terdapat karyawan
dengan jumlah terbanyak dan Direktorat yang mempunyai potensi bahaya tertinggi,
yaitu Direktorat Produksi. Pembentukan organisasi K3 secara fungsional akan
memudahkan koordinasi dan kontrol terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul di
unit kerja dan dapat memberikan pengaruhnya kepada pimpinan dan karyawan di unit
kerjanya masing-masing, sehingga pengendalian kerugian yang diakibatkan oleh
kecelakaan, kebakaran, dan insiden lainnya dapat dikendalikan secara efektif.
Organisasi K3 ada dua macam, yaitu:
38
1) Organisasi Struktural
KARO K3
2) Organisasi Non-Struktural
Organisasi ini dibentuk agar kegiatan-kegiatan K3 dapat diintegrasikan pada
seluruh kegiatan-kegiatan operasional dalam gerak langkah yang sama, sehingga
sistem K3 yang ada dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta terjaga
kontinuitasnya. Bentuk organisasinya adalah sebagai berikut:
Safety Representative
Safety Representative adalah merupakan komite pelaksanaan K3 yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3
perusahaan serta melakukan peningkatan-peningkatan K3 di unit kerja yang
menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Adapun K3 dibentuk berjenjang
sebagai berikut:
a) Badan K3 tingkat Dep/Biro/Bidang
Ketua : Direksi
Sekretaris : Kabag Keselamatan Kerja
Pengawas : Digilir diantara Kadep/Karo/Kabid sebanyak 4 orang
selama tiga bulan
40
DIREKSI
Kebijakan K3 di
perusahaan
KAKOMP/KASAT/SEKPER/
KADEP/KARO/KABID
Bertanggung jawab:
- Penerapan K3 secara efektif
- Menciptakan kultur K3
- Pengawasan K3
DEP/BIRO PENGELOLA
KABAG/KASI
P2K3 - K3
Bertanggung jawab: - Lingkungan
Pengawasan dan pembinaan - Program & operasional - Keamanan
K3 di perusahaan - Penerapan peraturan K3 Bertanggung jawab:
- Pengawasan K3 - Penerapan K3
- Pengembangan K3
- Pengawasan pelaksanaan K3
KARU/PELAKSANA di perusahaan
Bertanggung jawab:
- Penerapan K3 di unit kerja
- Ketaatan pelaksanaan K3
BADAN K3
Bertanggung jawab:
- Penerapan K3 di unit kerja
- Ketaatan pelaksanaan K3 Keterangan:
Garis koordinasi dan
pertanggungjawaban
Garis informasi
Digunakan untuk melindungi seluruh kepala dan bagian muka dari percikan
bahan kimia yang bersifat asam atau alkali.
g) Sarung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik, kimia, dan listrik.
- Sarung tangan kulit dipakai bila bekerja dengan benda yang kasar, tajam.
- Sarung tangan asbes digunakan bila bekerja dengan benda yang panas.
- Sarung tangan katun digunakan bila bekerja dengan peralatan oksigen.
- Sarung tangan karet digunakan bila bekerja dengan bahan kimia yang
berbahaya, korosif, dan iritatif.
- Sarung tangan listrik digunakan bila bekerja dengan kemungkinan terkena
bahaya listrik.
h) Sepatu pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan karyawan di
tempat kerja.
- Sepatu keselamatan
Digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang keras atau tajam, bahan
kimia yang korosif, dan untuk menjaga seseorang agar tidak terpeleset oleh
air atau minyak.
- Sepatu karet
Digunakan untuk melindungi kaki terhadap bahan kimia yang berbahaya.
- Sepatu listrik
Digunakan apabila bekerja dengan kemungkinan terdapat bahaya listrik.
i) Baju pelindung
Untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap berbagai gangguan yang
dapat membahayakan karyawan.
- Baju pelindung yang tahan terhadap asam atau alkali (warna kuning)
Digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan bahan
kimia yang berbahaya baik asam atau alkali.
- Baju pelindung terhadap percikan pasir
Digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan pasir
pada saat membersihkan logam dengan semprotan pasir.
BAB III
PROSES PRODUKSI PABRIK NPK II
48
49
P2O5 : Min 46 %
Ukuran granul : 1 – 44 mm (80%)
Sifat fisik : Berbentuk butiran berwarna putih
Titik leleh : 155oC
Densitas : 1,619 gr/ml pada 25 oC
Warna : Hitam atau abu – abu
Sifat : Tidak higroskopis
6. Clay
Berfungsi sebagai perekat antar bahan dan juga sebagai filler. Clay
berbentuk bubuk dengan warna putih kecoklatan.
7. Filler lainnya
Berupa granul pupuk yang berukuran under size. Pada umumnya feed ini
diumpankan sebanyak 50% - 70%.
Deskripsi singkat proses yang terjadi saat produksi NPK sebagai berikut :
b. Proses Granulasi
Material dari raw material conveyor dibawa oleh bucket elevator menuju ke
granulator. Pada proses granulasi atau pembutiran ditambahkan steam dan slurry atau
air. Slurry didapatkan dari debu yang berasal dari scrubber, kemudian dikembalikan
lagi ke dalam granulator. Waktu tinggal dalam granulator kira – kira 45 menit. Semua
proses diatur dari ruang kontrol. Pemakaian steam dan slurry diatur sedemikian rupa
54
untuk menghasilkan NPK granul yang terbaik. Ketika berada di granulator, granul
yang terbentuk berukuran kecil maka penambahan diperlukan penambahan steam agar
diperoleh granul yang lebih besar.
Proses pembentukan granul (Gambar 3.2) terdiri dari 2 tahap yaitu (1)
agglomeration dan (2) accretion. Agglomeration merupakan tahap pembentukan inti
granul yang berasal dari penggabungan bahan baku. Sedangkan accretion merupakan
tahap pertumbuhan dengan cara penambahan jumlah layer pada granul.
c. Pengeringan Produk
NPK granul dari granulator selanjutnya dibawa oleh product granulator conveyor
ke dryer untuk pengurangan kadar air. Udara panas, sebagian uap air, gas ammonia dan
debu di dalam granulator dihisap ke unit scrubber dan granulator fan. Untuk
mengeringkan NPK granul di dalam dryer digunakan udara panas dari furnace. Gas
panas hasil pembakaran di dalam furnace diencerkan dengan udara dari furnace fan.
Temperatur udara panas inlet dryer berkisar antara 97 oC - 98 oC tergantung dari
formula NPK granul yang akan dikeringkan. Kadar air yang keluar dari granul
maksimal 1% dan temperatur gas panas outlet dryer dijaga sekitar 57 – 65oC. Gas
panas dari dalam dryer dibawa ke scrubber unit setelah sebelumnya dipisahkan dari
debu yang terbawa oleh dryer yang dihisap oleh blower. Debu dari dryer akan
55
dikembalikan ke raw material conveyor untuk digunakan kembali sebagai bahan baku.
Pada dryer ini menggunakan udara pengering dengan arah co-current.
d. Pendinginan Produk
Granul NPK kering keluaran dari dryer dibawa oleh product dryer conveyor ke
Cooler untuk didinginkan. Pendinginan dilakukan dengan mengalirkan udara (suhu
kamar) ke dalam cooler dengan sistem I menggunakan cooler fan. Udara yang
dialirkan adalah udara kering yang memiliki RH (relative humidity) rendah. Pada
proses pendinginan juga berfungsi menurunkan kadar air menjadi 1 %. Suhu keluar
dari cooler sekitar 35oC. Debu yang terbawa di dalam udara pendingin dari dedusting
system dipisahkan dan dikembalikan ke raw material conveyor.
e. Proses Pengayakan
NPK Granul yang sudah dingin dibawa oleh bucket elevator ke over vibrating
screen untuk diayak. Ukuran size yang diinginkan dari produk adalah 1 – 4 mm. Hasil
atas diterima oleh oversize conveyor untuk kemudian di haluskan di oversize crusher
dan hasilnya masuk ke raw material conveyor untuk digranulasi kembali. Hasil bawah
masuk ke undersize vibrating screen untuk dipisahkan menjadi produk onsize dan
undersize. Product onsize masuk ke bucket elevator menuju Coater, sedangkan
undersize masuk ke raw material conveyor untuk di granulasi kembali.
g. Bagging system
Produk NPK dari final product bucket elevator masuk ke product hopper yang
dilengkapi dengan level indicator. Produk NPK di dalam product hopper dikantongi
dengan menggunakan bagging machine dan dijahit menggunakan sewing machine.
NPK dalam kantong kemudian diterima oleh bagging product conveyor kemudian
dibawa forklift menuju gudang penyimpanan sementara
h. Penyerapan gas
Udara dari granulator, dryer dan cooler di-spray dengan air/slurry di scrubber
tower menggunakan scrubber pump. Air dari scrubber tower masuk ke bak scrubber
pit dan diaduk menggunakan scrubber pit agitator, sebagian air slurry di bak dipompa
menggunakan granulator pump untuk proses granulasi di granulator.
Air slurry dari bak setelah melewati screen dipompa oleh scrubber pump, sebagian
bisa dikirim ke granulator untuk proses granulasi.
Sehingga secara umum flowsheet proses produksi NPK II tertera pada Gambar 3.3.
C. Spesifikasi Cooler
Fungsi : Mendinginkan produk
Kapasitas : 55 ton/jam
Dimensi : 2,3 (D); 14 (L)
Kecepatan putaran : 3 rpm
Vendor : INCRO/ComSpain
58
RKAP secara umum memiliki 4 unsur penting yaitu produksi ( target RKAP
dan target operasional), stream day dan down time, consumption rate bahan baku,
jumlah bahan baku. Sehingga dalam RKAP selalu terdapat dua target yaitu target
RKAP dan target operasional, dimana biasanya target operasional lebih tinggi
daripada target RKAP agar target tahunan dapat tercapai.
Tegangan : 6 Kv
Arus : 930 A
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 1000 rpm
Jumlah silinder :8
Cos Q : 0,85
Sistem pendingin : sirkulasi tertutup
Merk : CREPELLE DE LACIOTET 8 SN 2
(Run of Pile)) dengan kadar P2O5 = 20 – 25% dan kemudian disimpan di open
storage untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk SP-36.
Pencampuran dan pengadukan dilakukan dengan alat berat (payloader). Selain
itu, untuk mencegah terjadinya korosi pada tangki akibat asam fosfat yang
korosif, permukaan dalam shell tangki dilapisi dengan rubber lining setebal 1,5
cm. Pengurasan juga dilakukan apabila diketahui ada bagian tangki yang bocor
atau lapisan rubbernya perlu diperbaiki.
c. Distribusi asam fosfat ke unit-unit produksi dilayani oleh empat buah pompa,
yaitu :
1. Pompa 02 P 702 A → Phonska
2. Pompa 02 P 702 B → PF I/SP-36
3. Pompa 03 P 702 A → Phonska IV
4. Pompa 03 P 702 B → PC
Kapasitas : 100 m3
Diameter : 5,8 m
Tinggi shell : 4,75 m
Amonia disimpan pada suhu -33oC dan tekanan dijaga ±40 g/cm2. Amonia
yang dikirim dari kapal dan dari pabrik I ketika masuk ke tangki penyimpan akan
mengalami ekspansi sehingga akan terbentuk amonia vapor yang membuat pressure di
tangki cenderung naik, untuk mengendalikan pressure di dalam tangki maka tangki
dilengkapi dengan sistem refrigeration (11 C 801 ABC dan 06 C 801 AB). Hal yang
sangat mempengaruhi terjadinya vapor yang cukup tinggi adalah bila saat aktivitas
unloading amonia dari kapal dan dari plant dan juga dapat terjadi akibat pengaruh
panas lingkungan. Sehingga untuk menjaga agar tekanan tangki berada pada kisaran
±40 g/cm2 diperlukan beberapa alat pengaman, untuk over pressure dan under
pressure. Sedangkan untuk membuat kondisi tangki 11 TK 801 dan 06 TK 801 bekerja
dalam satu sistem keseimbangan tekanan, maka dibuat interkoneksi vapor dan
intekoneksi liquid.
Amonia merupakan zat yang cukup berbahaya, karena itu harus dijaga agar
tidak terjadi kebocoran. Tekanan dalam tangki harus dijaga pada range tekanan 40 –
50 g/cm2, jika tekanan terlalu tinggi, tangki bisa meledak dan melepaskan amonia ke
udara. Oleh karena itu dibutuhkan sistem penjaga yang sangat ketat dan berlapis
terutama sistem pengaman yang dapat menjaga tekanan terutama saat :
Unloading amonia dari kapal ataupun dari pabrik
cooling down line unloading
distribusi ke unit lain ( ZA II, SP-501, Phonska, RFO)
sirkulasi
67
Berikut ini 2 jenis sistem pengaman dari tangki amonia yaitu berupa sistem
pengaman pada tekanan tinggi dan sistem tekanan tinggi antara lain yang dinyatakan
dalam Tabel 3.3 dan Tabel 3.4:
Kadar dari PA dari tangki 02/03 TK 701 A/B dan SA dari pabrik III
dicampurkan didalam mix static dengan perbandingan 65 : 35 sampai dengan 70 : 30 (
basis asam fosfat = 54 % dan asam sulfaat 98%). Kadar mixed acid harus memenuhi
standar quality plant yakni min. 36 % P2O5 total yang terdiri dari 34% P2O5 cs, 30%
P2O5 ws, dan min. 5% sulfur. Air yang digunakan untuk mendinginkan campuran.
Kadar asam juga harus memenuhi standar quality plant yaitu sebagai berikut :
pH = 7,5-8,5
CaH = maks. 600 ppm
Cl- = 0,5-1,0
PO4- = min. 2,8
Total solid = maks. 640
Pada kondisi normal, umumnya PA masuk ke tangki pencampur pada suhu +
76 oC sedangkan SA masuk pada suhu yang relatif mendekati suhu lingkungan.
69
Pencampuran asam menghasilkan panas akibat pengenceran asam sulfat oleh air yang
terkandung dalam asam fosfat sehingga diperoleh suhu campuran akhir mencapai 90-
100 oC Panas ini diserap oleh air pendingin dengan melewatkan campuran asam dalam
HE. Air pendingin yang dipakai di HE berasal dari 03 T-701 yang masuk pada suhu +
30 oC dan keluar pada suhu + 40 oC. MA masuk ke heat exchanger dengan flowrate
70-90 m3/jam. MA keluar heat exchanger bersuhu 60-70 oC. Outlet MA dari heat
exchanger harus mempunyai rasio PA:SA sebesar kurang lebih 34:21 % berat. Secara
umum Alat penukar panas yang digunakan dua buah dan dioperasikan secara
bergantian. 03 E-701 C beroperasi dengan posisi horizontal, mixed acid di luar tube
dan air pendingin di dalam tube, sedang 03 E-701 D beroperasi dengan posisi, vertikal,
mixed acid di dalam tube sedangkan air pendingin di luar tube. Sebagian campuran
asam yang telah didinginkan dikirim ke PF I/II, sedangkan sisanya di recycle kembali
kedalam tangki penampung ( 03 TK 701 D/E).
3.8.4. Steam
3.8.4.1. Penyediaan Steam
Untuk melayani kebutuhan steam bagi seluruh Unit Proses II, Utilitas II
mempunyai 2 unit pembuat steam dengan dua buah boiler pembuat steam tekanan 6-7
kg/cm2 atau low pressure steam (LPS), yaitu :
a. 02 B 911, kapasitas 10 ton/jam
b. 03 B 911, kapasitas 12 ton/jam
Kedua boiler berbahan bakar natural gas. Namun, apabila pasokan natural gas
mengalami kemacetan, bahan bakarnya dapat diganti solar. Pemakaian solar
sebenarnya tidak efisien oleh karena untuk memproduksi steam dalam jumlah yang
sama, solar yang dipakai lebih besar daripada natural gas yang dipakai.
Secara umum berikut ini adalah karakteristik air yang digunakan sebagai air
umpan boiler :
- pH : 8 – 9,5
- Total solid : < 1.000 ppm
- Total Suspended Solid (TDS) : < 40 ppm
- Total alkalinity : < 60 ppm sebagai NaOH
- Konduktivitas : maksimal 0,2-0,5 µS/cm
- Kadar SiO2 : maksimal 10 ppm
70
Gambar 3.4. Proses pembuatan steam pada boiler B 911 (CCR Pabrik I PT
Petrokimia Gresik)
2. Preheating I
Air dari TK 1112 kemudian masuk ke tangki TK 917 untuk mengalami
pemanasan awal. Pemanasan awal diperlukan agar boiler tidak bekerja terlalu berat.
Pemanas yang digunakan adalah steam yang dihasilkan boiler itu sendiri.
Temperatur air output dari preheating I yaitu 69oC.
4. Boiling
Boiler yang digunakan adalah boiler pipa air. Boiler ini melewatkan air dalam
tube dan melewatkan api dalam shell.
Mekanismenya diawali dengan proses air masuk ke boiler B 911 melalui
pompa P 912. Selanjutnya Fosfat (PO42-) 20-40% diinjeksikan ke dalam boiler agar
logam tangki tidak mudah terkorosi dan untuk melarutkan kerak pada tangki.
Temperatur air masuk boiler dari tangki TK 913 adalah 40°C. Untuk mengontrol
banyaknya kandungan padatan di boiler, dilakukan bowdown. Blowdown dilakukan
ketika TS (Total Solid) mencapai 3000 ppm. Biasanya blowdown ini dilakukan dia
akhir shift kerja dan berlangsung hanya selama 5 menit.
Didalam boiler ini terjadi pemanasan air (yang berada dalam tube) hingga
menjadi uap dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan bakar.
Pembakaran bahan bakar ini dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar
dengan mengalirkan bahan bakar (berupa gas alam) dan udara dari luar.
Level Safety Low Low (LSLL) → bekerja ketika level terukur 35%, muncul
very low level alarm yang akan mematikan boiler.
PENGAMAN PRESSURE :
Pressure normal operasi antara 6 – 7 kg/cm2.
Pada pressure 8,2 kg/cm2, boiler akan trip maka pada pressure 9,2 kg/cm2
boiler akan trip (PSHH 918).
Jika pada pressure 9,2 kg/cm2 tidak mau trip, maka safety valve PSV 914 A
akan pop pada pressure 9,8 kg/cm2.
Jika pada pressure 9,8 kg/cm2 PSV 914 A tidak kerja maka safety valve
PSV 914 B akan pop pada pressure 10,4 kg/cm2
Ada tiga parameter kualitas air yang diterapkan pada PT Petrokimia Gresik,
parameter-parameter tersebut antara lain:
1. Kualitas fisik : temperatur, kekeruhan, rasa, warna, dan bau
2. Kualitas kimia : COD, BOD, gas terlarut, padatan terlarut, padatan
tersuspensi, kesadahan, dan alkalinitas
3. Kualitas biologi : mikroorganisme (bakteri, alga, jamur)
75
1. External treatment
Treatment ini dilakukan di luar titik penggunaan air (dilakukan di luar pabrik
Petrokimia Gresik). Treatment yang dilakukan di sini adalah treatment pendahuluan
yang bertujuan mengurangi atau menghilangkan impurities. Pengolahan air eksternal
ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Proses pengolahan air pada Unit Pengolahan Air Babat (CCR Pabrik I PT
Petrokimia Gresik)
76
Secara garis besar pengolahan air eksternal terdiri dari beberapa tahap, antara
lain:
- Desanding : merupakan proses pengendapan lumpur, padatan dan pasir dengan
mechanical screen.
- Pre klorinasi : merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme dan
mengoksidasi bahan organik dengan menggunakan klorin. Setelah itu, lumpur yang
terdimensi dibuang sedangkan air diolah pada distribution structure.
- Koagulasi dan flokulasi : digunakan utuk menurunkan turbiditas < 19 ppm SiO2
serta mengatur pH 7,5 – 8,5. Air yang diolah pada distribution structure ditambah
aluminium untuk mengikat partikel penyebab kekeruhan dan membentuk flok.
Kemudian ditambah polyelektrolyte untuk mengikat flok dan momentumnya
menjadi lebih besar.
- Settling : tahap ini dilakukan dengan memakai alat pulsator untuk
mendapatkan flok yang berbentuk pada proses flokulasi dan koagulasi pada
zona – zona pengendapan di alat tersebut.
- Sand Filtration : tahap ini dilakukan dengan menggunakan saringan pasir
silika (sand filter) untuk memisahkan flok halus yang terikut air. Air yang
terpisah memiliki turbiditas < 3 ppm SiO2.
- Water Storage : pada alat ini terjadi proses pembebasan air dari mikroba
yang berbahaya. Di sini air mengandung chlorine bebas 0,4 – 1 ppm dan pH
7,5 – 8,5.
2. Internal treatment
Dari pengolahan eksternal, sebagian air akan dilakukan pengolahan internal
(internal treatment). Internal treatment adalah pengolahan yang dilakukan di titik
penggunaan air (langsung dilakukan pada unit yang membutuhkan). Tujuan internal
treatment adalah untuk menyesuaikan air pada kualitas yang diinginkan pada unit
tertentu (misal: air untuk boiler, cooling tower, dan sebagainya).
77
R-2210/2220
03 TK-2203 A/B Fil-2210-2280
TK-951
R-2201
(15.000 m3)
(300 m3)
Babat/ P-2201 ABC C-2202 AB
Gn. Sari
P-2202 AB
TK-1103 TK-951
(5.000 m3) P-2206 AB
(23.000 m3)
TK-1201
(15.000 m3)
Gambar 3.6. Lime softening unit PT Petrokimia Gresik (CCR Pabrik I PT Petrokimia
Gresik)
Air dari Gunungsari dan Babat yang sudah diolah secara eksternal akan menuju
ke pabrik di Gresik untuk dihilangkan kesadahan sementaranya, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.6 di atas. Secara umum, spesifikasi air dari Babat dan
Gunungsari adalah:
- pH : 7,5-8,5
- Turbiditas : maksimum 8,3 NTU
- Total kesadahan : maksimum 220 ppm
Air dari Gunungsari dengan rate sekitar 800 m3/jam disimpan ke dalam tangki
TK-1103. Air ini dimanfaatkan untuk hidran (pemadam kebakaran), service water, dan
kebutuhan non-proses lainnya. Air untuk proses dipenuhi dari Babat dengan rate 1500
m3/jam dan disimpan dalam tangki TK-951. Air dalam tangki inilah yang akan diolah
menggunakan beragam treatment hingga memenuhi standar air proses.
78
Dari TK-951, air dipompa menuju LSU (lime softening unit) R-2210/2220
dengan rate 150 m3/jam. Di sini, air diberi larutan Ca(OH)2 3% (w/w) dan larutan
polielektrolit FeCl3.6H2O 10% (w/w). Dalam tahap ini, kesadahan air akan
dihilangkan dengan adanya larutan Ca(OH)2, sesuai dengan reaksi berikut:
Ca(HCO3)2 + Ca (OH)2 2CaCO3+2H2O
Mg(HCO3)2 +2Ca (OH)2 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O
Penambahan polielektrolit dimaksudkan untuk mengikat padatan CaCO3 dan
Mg(OH)2 yang terbentuk dari reaksi agar mudah dipisahkan dan tidak mengotori air.
Air yang sudah dihilangkan kesadahannya itu lalu menuju bak filtrasi. Bak ini
berisi campuran pasir untuk menyaring flok-flok yag tadi terbentuk. Bak ini dilengkapi
dengan pompa vakum untuk menyedot air agar menembus filter, sehingga
menghasilkan air lunak. Secara berkala, bak filter di-backwash untuk mengatasi
penyumbatan filter. Backwash dilakukan dengan cara meniupkan udara melalui
blower C-2202 AB selama 5 menit, dilanjutkan dengan memompa air menggunakan
pompa P-2202 AB selama 15 menit.
Air lunak yang dihasilkan memiliki spesifikasi pH 9-10 dan kesadahan total
maksimum 80 ppm. Air ini melalui tangki R-2201 untuk sebagian diambil oleh pompa
P-2202 AB sebagai saarana backwash filter. Dari R-2201, air lalu disimpan di tangki
TK-10 (kapasitas 5.000 m3) dan TK-1201 (kapasitas 15.000 m3). Dari kedua tangki
ini, air akan menuju unit demineralisasi secara terpisah.
79
b. Demin plant
TK-1201
(15.000 m3)
P-1203 ABC
(65 m3/h)
C-1243 P-1241 ABC
TK-1206 Interconnect to
Demin Plant II
(190 m3)
TK-1102
P-1213 CD
D-1105
Selanjutnya adalah tangki D-1210 yang merupakan mixed bed exchanger. Alat
ini berfungsi untuk mengikat sisa-sisa anion dan kation yang masih terkandung dalam
air. Di dalam tangki tersebut berisi resin anion dan kation, dengan resin anion berada
di lapisan atas dan resin kation berada di lapisan bawah. Reaksi penukaran ion yang
terjadi sama dengan pertukaran kation dan anion pada tangki penukar kation dan anion
sebelumnya. Air yang dihasilkan dari mixed bed exchanger memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
- pH : 6-8
- Kadar SiO2 : maksimum 0,2 ppm
- Kesadahan total :0
- Konduktivitas : maksimum 2 µs
9-B-101
EXISTING PETRO PLANT BURNER OF DRYER
COMBUSTION CHAMBER
9-D-913
9-B-911
3.9. Laboratorium
Laboratorium merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang
kelancaran proses produksi dan menjaga mutu produk, sedangkan peran yang lain
adalah dalam pengendalian pencemaran lingkungan baik limbah padat, gas maupun
cair.
Tugas bagian laboratorium pabrik ini adalah menghasilkan data spesifik dari
suatu sampel yang dijadikan pertimbangan untuk melakukan tindakan lebih lanjut,
yaitu berupa tindakan yang perlu dilakukan setelah suatu analisa laboratorium
dilakukan demi kelangsungan proses produksi. Selain itu agar produk yang dihasilkan
dapat dioptimalkan. Dalam rangka pengendalian mutu produk dan pengembangan
pabrik, PT Petrokimia memiliki 3 laboratorium yaitu :
1. Laboratorium kebun percobaan yang bertugas meneliti efektifitas
produk pupuk terhadap berbagai jenis tanaman dan berbagai jenis tanah.
2. Laboratorium penelitian dan uji kimia yang bertugas meneliti bahan baku
dan bahan penunjang serta melakukan penelitian-penelitian untuk
mengembangkan pabrik.
3. Laboratorium produksi dibawah Direktorat Produksi dan merupakan
bagian dari Biro Pengendalian Proses dan Laboratorium, terdiri dari :
Bagian Laboratorium Produksi I
Bagian Laboratorium Produksi II
Bagian Laboratorium Produksi III
Tugas dari Laboratorium Produksi I, II, III adalah sebagai berikut :
Memeriksa bahan baku, bahan setengah jadi, bahan penolong dan produk
Memeriksa udara maupun limbah air buangan cair atau padat
yang dihasilkan oleh unit produksi
Melakukan percobaan yang ada kaitannya dengan proses produksi.
Laboratorium produksi mempunyai dua unit kerja yaitu unit kerja shift (normal
day) dan unit kerja shift.
Tugas unit kerja non shift :
1. Menyiapkan bahan-bahan kimia untuk menunjang kelancaran tugas shift
2. Menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan waktu panjang
3. Menganalisis bahan pembantu dan penolong yang bersifat insidental
4. Melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan proses
5. Menyiapkan peralatan kerja terutama peralatan instrumental
Tugas unit kerja shift :
1. Menganalisis sample secara rutin selama 24 jam sehari pada interval waktu
tertentu.
2. Mengendalikan kelangsungan proses harian sehingga mutu produk sesuai
dengan spesifikasinya.
Sehingga secara umum laboratorium produksi II melayani kegiatan analisa
untuk menunjang kelangsungan proses produksi yang meliputi kontrol kualitas bahan
baku, bahan setengah jadi, bahan pembantu, dan produk dari SP-36, NPK granulasi,
ZK, Phonska serta unit utilitas. Tugas – tugas utama dari Laboratorium Produksi II
adalah :
a. Melakukan analisis bahan baku dan hasil produksi secara kontinu
b. Melakukan penelitian dan percobaan untuk membantu kelancaran proses produksi
secara kontinu
c. Melakukan pemaantauan terhadap performance proses produksi dengan
melakukan analisa secara kotinyu terhadap pencemaran lingkungan.
Pengambilan sampel dilakukan setiap hari dengan jadwal tertentu untuk tiap–
tiap sampel. Sampel yang diperiksa dalam 3 bentuk yaitu :
a. Gas
Cara pengambilan dalam bentuk gas biasanya dilaksanakan langsung di tempat
atau di unit proses atau biasa dilakukan dengan pengambilan sampel dengan botol
gas yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk di analisa. Pengambilang
sampel dalam bentuk gas harus diperhatikan segi keamanannya terlebih dahulu
apabila gas yang dianalisa sangat berbahaya. Alat pelindung diri harus disesuaikan
85
dengan sifat sampel yang akan diambil. Arah angin juga harus diperhatikan yaitu
kita harus membelakangi arah angin.
b. Cairan
Untuk melakukan analisa dalam bentuk cairan, terlebih dahulu sampel harus
didinginkan apabila sampel yang akan di analisa dalam keadaan panas. Untuk
cairan yang berbahaya pengambilan sampel harus dilakukan dengan pipet atau alat
lain yang diupayakan tidak tertelan atau masuk ke mulut serta mengiritasi kulit.
c. Padatan
Untuk mengambil sampel dalam bentuk padatan, dilakukan dengan cara acak
dan disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Sampel padatan disimpan dalam
kontainer atau karung. Jumlah sampel yang harus diambil adalah akar dari jumlah
kontainer atau karung yang ada. Sedangkan pengambilan sampel padatan dalam
conveyor yang berjalan dengan titik pengambilan, yaitu dua titik di pinggir atau
satu titik di tengah.
86
87
Dalam beberapa proses produksi NPK Kebomas dengan formula tambahan 4 Mg,
Unit Produksi NPK menggunakan brucite 85% sebagai sumber Magnesium. Namun,
diindikasikan bahwa terjadi beberapa masalah yang mengganggu proses saat
menggunakan brucite sebagai bahan baku proses. Contoh masalah yang pernah terjadi
yaitu caking pada unit rotary dryer, sehingga produk output dryer mengandung
bongkahan-bongkahan besar (non-granul) yang dapat menyebabkan gangguan pada
unit selanjutnya (seperti screen, crusher). Selain itu juga diindikasikan bahwa terjadi
melt pupuk (lelehan produk) saat berada di rotary dryer yang dibuktikan dengan
adanya scale yang menempel menempel pada dinding dryer. Fenomena melt pupuk ini
diduga berasal dari urea yang meleleh karena tercium bau amonia di wilayah unit
proses saat peristiwa tersebut. Akibat adanya hal – hal tersebut maka diperlukan waktu
yang relatif lama untuk mengatasi permasalahan tersebut, karena pada dasarnya unit
produksi NPK Kebomas khusus didesain sebagai pabrik yang menangani material
padat (solid base) sehingga kesulitan akan terjadi ketika mengatasi gangguan dari
material cair dan gas. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kajian mengenai
kemungkinan penyebab hal tersebut dapat terjadi pada saat produksi NPK Kebomas
menggunakan brucite agar dapat meminimalkan kemungkinan caking, melt dan
lepasnya ammonia ke udara sekitar.
dari garam anorganik yang diperoleh dari proses ekstraksi atau proses fisik maupun
proses industri kimia. Sedangkan pupuk organik merupakan nutrisi yang berasal dari
tanaman atau kotoran hewan (UNIDO & IFDC, 1979).
Berdasarkan elemen penyusun dari pupuk, maka pupuk (fertilizer) dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis umum yaitu pupuk tunggal (straight fertilizer) dan
compound fertilizer. Pada pupuk tunggal terdiri dari satu jenis nutrisi primer tanaman
contoh pupuk nitrogen, pupuk potasium ataupun pupuk fosfat. Berbeda dengan
compound fertilizer, pada pupuk jenis ini minimal terdiri dari 2 nutrisi penyusun
utama yang dicampur secara kimia maupun blending. Contohnya yaitu pupuk NPK
(UNIDO & IFDC, 1979).
4.3.3. NPK
NPK adalah nama yang diberikan kepada pupuk yang bahan baku utamanya
mengandung nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Pupuk NPK ditandai dengan
perbandingan berat dari ketiga nutrien tersebut. Misalnya, NPK 12-12-18 berarti
89
mengandung 12% nitrogen, 12% fosfat (sebagai P2O5) dan 18% kalium (sebagai K2O)
(Gowariker dkk., 2009: 441).
Bahan baku produksi pupuk NPK compound sistem solid base di Petrokimia
Gresik terdiri dari :
1. DAP (Diammonium Phospate) : sebagai penyedia Fosfat dan penyedia Nitrogen
(P2O5 = 46%, N = 18%)
2. Urea : sebagai penyedia Nitrogen ( N = 46% )
3. KCl : sebagai penyedia Kalium (K2O = 60%)
4. ZA (Ammonium Sulfate ): sebagai penyedia Nitrogen dan Sulfur (N = 21%, S =
24%). ZA dipakai ketika pesanan NPK mengandung
formula S.
5. Clay : sebagai filler
6. Bahan tambahan (Cu, Zn, Mg, B, Fe, Mn, Mo dan Cl) :ditambahkan untuk
menyediakan elemen sesuai dengaan pesanaan konsumen.
7. Filler lainnya : biasanya berupa pupuk yang under size
Di bawah ini merupakan bahan baku yang diidentifikasikan perlu penanganan dan
pengendalian lebih saat proses produksi pupuk NPK karena kompatibilitasnya dengan
bahan penyusun pupuk lainnya.
4.3.5. Urea
Urea adalah senyawa dengan rumus kimia CO(NH2)2. Mulanya diisolasi
dari urin pada tahun 1773, urea ternyata bisa disintesis dari amonia dan asam
sianurat oleh Wohler pada tahun 1828:
NH3 + HCNO CO(NH2)2 (de la Vega dkk., 1998: 257)
Prinsip utama produksi urea komersil adalah berdasarkan reaksi
kesetimbangan antara karbon dioksida dan amonia. Reaksi pada proses produksi
urea adalah:
1) CO2 + 2NH3 NH2COONH4 ΔH= -37.4 Kcal/gm
mol
2) NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O ΔH= +6.3 Kcal/gm mol
(Bhaskar, dkk; 2007)
Reaksi 1 dan 2 adalah reaksi kesetimbangan. Reaksi pertama berlangsung
hampir sempurna pada 185-190 ⁰C dan 180-200 atm. Reaksi kedua (reaksi
dekomposisi) berlangsung lambat dan menentukan laju reaksi keseluruhan.CO2
dan NH3 yang belum dikonversi, serta karbamat yang belum terdekomposisi harus
di-recovery dan digunakan kembali.
Pupuk urea mengalami dua tahap transformasi agar bisa digunakan oleh
tanaman sebagai nutrisi. Transformasi pertama adalah reaksi hidrolisis urea:
CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2 (de la Vega dkk., 1998: 257)
Transformasi kedua adalah nitrifikasi dimana amonia dioksidasi oleh
mikroba tanah menjadi nitrit, kemudian teroksidasi lebih lanjut menjadi nitrat.
Reaksi ini berlangsung cepat di kondisi tanah yang hangat dan lembab, akan tetapi
berlangsung lambat di tanah yang suhunya dingin. Oleh karena itu pupuk ini
dianggap sebagai slow release di Eropa dan kurang populer, berbeda dengan
daerah lain yang iklimnya hangat (de la Vega dkk., 1998: 257).
91
Secara internasional urea adalah pupuk nitrogen padat yang paling populer,
dan penggunaannya meningkat secara drastis daripada pupuk-pupuk lainnya.Pada
skala dunia, lebih dari 50 juta ton urea diproduksi tiap tahunnya (de la Vega dkk.,
1998: 257).
Properti urea yang penting sebagai pupuk tercantum dalam Tabel 4.2 berikut
ini.
Tabel 4.2 Properti urea
Molecular weight 60.06
Nitrogen content, % 46.6
Color White
Specific gravity 1.335
Melting point, ⁰C 132.7
Solubility in water, parts per 100
parts of water by weight at
0 ⁰C 66.7
20 ⁰C 108.0
40 ⁰C 167.0
60 ⁰C 251.0
80 ⁰C 400.0
100 ⁰C 733.0
Critical relative humidity at
20 ⁰C 81%
30 ⁰C 73%
Specific heat at 20 ⁰C, cal/g. ⁰C 0.320
Heat of solution in water, cal/g -57.8
Sumber: de la Vega dkk., 1998: 258
semua nitrogen yang terdapat dalam campuran reaksi adalah urea, amonia, dan
sianat; sehingga reaksi samping yang mungkin terjadi pada kondisi ini (mis:
pembentukan asam sianurat) bisa diabaikan. Karbamat diketahui berperan sebagai
intermediet dalam reaksi, namun laju dekomposisi karbamat terlalu besar
sehingga pada berbagai pH karbamat tidak terakumulasi dalam campuran.Ini
menjadikan karbamat tidak bisa dianalisis secara kuantitatif (Warner, 1942: 706).
Reaksi hidrolisis urea dalam Warner (1942) adalah sebagai berikut:
k1
CO(NH2)2 NH4+ + OCN- (1)
k2
k3
OCN- + H3O+ NH3 + CO2 (2) (Warner, 1942: 706)
Pada kondisi asam (pH < 5) hidrolisis sianat terjadi secara signifikan
sehingga nilai k2[NH4+][OCN-] menjadi sangat kecil. Nilai k3 pada kondisi asam
sebesar 3,2 dan terus meningkat seiring bertambahnya [H+], sehingga sianat bisa
dianggap tidak ada pada reaksi kondisi asam (Warner, 1942: 707).
Pada kondisi basa (pH > 12) persamaan (1) juga bisa dianggap irreversibel.
Sianat ketika bertemu OH- akan membentuk amonia dan karbonat, tanpa reaksi
balik membentuk urea (Warner, 1942: 707).
4.3.6. Brucite
Brucite adalah bentuk mineral dari magnesium hidroksida, dengan rumus
kimia Mg(OH)2. Brucite biasanya ditemukan di lingkungan bersamaan dengan
serpentine, calcite, aragonite, dolomite, magnesite, hidromagnesite, artinite, talc,
dan krisolit.Mineral ini biasanya berwarna putih, hijau muda, biru, atau abu-abu;
berwarna kuning kecoklatan jika mengandung mangan (Anthony dkk., 2001).
Kandungan kimia dari mineral brucite tercantum dalam Tabel 4.3.
94
Gambar 4.1. Diagram P-T untuk reaksi brucite = periklase + air (Winter, 2010: 480).
2. Terciumnya bau amonia pada area pabrik menandakan bahwa terjadi reaksi
pelepasan gas amonia. Amonia mengandung nitrogen, sehingga komponen
pupuk yang diduga bereaksi dengan brucite adalah komponen yang mengandung
nitrogen, yaitu urea dan diamonium fosfat (DAP).
Dari kedua hal tersebut maka bisa diperkirakan bahwa terjadi reaksi antara
brucite dengan urea dan/atau DAP.
k1
CO(NH2)2 NH4+ + OCN- (1)
k2
k3
OCN- + H3O+ NH3 + CO2 (2) (Warner, 1942: 706)
dimana: k1 = 0,147; k2 = 240; k3 = 3,2
Suhu yang digunakan pada penelitian reaksi (1) dan (2) adalah sebesar 100oC,
sedangkan suhu granul pada dryer diperkirakan sebesar 130oC, sehingga reaksi-reaksi
tersebut dapat dianggap telah terjadi pada dryer. Untuk reaksi (2) bisa diabaikan,
karena kondisi pada penambahan brucite adalah basa, sedangkan reaksi (2) terjadi saat
asam.
Pada kondisi normal, kesetimbangan (1) cenderung bergeser ke kiri (k1<<k2).
Namun pada suasana basa akibat penambahan brucite, kesetimbangan bisa bergeser ke
kanan. Di sisi lain, kesetimbangan Mg(OH)2 juga cenderung bergeser ke kanan pula.
Ini terjadi karena ion NH4+ berinteraksi dengan OH- menurut reaksi berikut:
NH4+ + OH- NH3 + H2O
Dalam serangkaian reaksi ini, Mg(OH)2 memiliki kontribusi yang kecil jika
dibandingkan dengan urea akibat kelarutan Mg(OH)2 yang kecil. Akan tetapi,
rangkaian reaksi ini tidak bisa berjalan tanpa brucite, sehingga brucite lebih berperan
sebagai sebagai inisiator reaksi. Pada akhirnya serangkaian reaksi tersebut membentuk
amonia dan air yang diduga menjadi penyebab masalah ini.
102
Pada hari itu, pukul 22.00 terjadi gangguan produksi berupa produk outlet cooler
yang besar-besar (berbentuk bongkahan) dan sebagian material lain dalam kondisi
basah. Gangguan itu menyebabkan produksi harus dihentikan dan peralatan produksi
seperti dryer dan cooler harus dibersihkan terlebih dahulu hingga pukul 02.00 tanggal
20 Maret 2014.
Pada tanggal ini, produksi dihentikan hingga beberapa kali. Tercatat pukul 03.30 –
14.10 produksi terhenti karena material basah di dalam peralatan, sehingga harus
dikuras, yang memakan waktu lama. Lalu pukul 14.10 produksi dijalankan, tetapi
sebatas sirkulasi, untuk mengeringkan material di dalam peralatan tadi. Pada pukul
15.30 produksi terhenti lagi karena masalah yang sama, dan pada pukul 19.00 juga
terjadi hal yang sama.
4.7 Pembahasan
Berdasarkan kedua reaksi yang diduga telah terjadi (brucite dengan urea dan
brucite dengan DAP), kemudian dilakukan perhitungan stoikiometri dan
termodinamika reaksi. Hasil perhitungan tercantum dalam Tabel 4.6 untuk produksi
tanggal 19 Maret 2014 dan Tabel 4.7 untuk produksi tanggal 20 Maret 2014.
104
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 19 Maret 2014.
Jumlah per
Produk Reaksi
basis
Amonia lepas (kg) 0.13
Kehilangan N2 (kg) 0.0018%
Air yang dihasilkan (kg) 0.14
Struvite yang dihasilkan (kg) 0.00
Kenaikan temperatur pupuk (˚C) 90.00
(a) produksi reaksi urea dengan brucite
Jumlah per
Produk Reaksi
basis
Amonia lepas (kg) 54.09
Kehilangan N2 (kg) 50%
Struvite yang dihasilkan (kg) 780.50
Kenaikan temperatur pupuk (˚C) -
(b) produksi reaksi DAP dengan brucite
Tabel 4.7 Data hasil perhitungan untuk produksi NPK 12-6-22+3Mg 20 Maret 2014.
Jumlah per
Produk Reaksi
basis
Amonia lepas (kg) 0.06
Kehilangan N2 (kg) 0.0030%
Air yang dihasilkan (kg) 0.07
Struvite yang dihasilkan (kg) 0.00
Kenaikan temperatur pupuk (˚C) 73.34
(a) produksi reaksi urea dengan brucite
Jumlah per
Produk Reaksi
basis
Amonia lepas (kg) 15.45
Kehilangan N2 (kg) 50%
Struvite yang dihasilkan (kg) 223.00
Kenaikan temperatur pupuk (˚C) -
(b) produksi reaksi DAP dengan brucite
NB : Perhitungan reaksi brucite dengan DAP diatas menggunakan asumsi bahwa semua
brucite yang digunakan bereaksi seluruhnya dengan DAP :
105
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa urea dan air
memberikan pengaruh besar terhadap kenaikan temperatur, sedangkan brucite
bersifat sebagai inisiator reaksi. Pengaruh urea, brucite, dan air adalah sebagai
berikut:
Jumlah urea (dalam formula yang mengandung brucite) berbanding lurus
terhadap kenaikan temperatur.
Jumlah air berbanding lurus terhadap kenaikan temperatur.
Jumlah brucite berbanding lurus terhadap kenaikan temperatur, tetapi
pengaruhnya tidak sebesar urea dan air.
Di sisi lain, komponen lain seperti KCl, clay, dan sebagainya tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap temperatur. Pengaruh DAP terhadap temperatur
masih belum diketahui hingga saat ini.
107
4.9 Saran/Rekomendasi
Dari hasil studi literatur, pengamatan dan perhitungan mengenai penggunaan
brucite untuk produksi NPK Kebomas dapat dinyatakan bahwa permasalahan dalam
produksi terjadi karena adanya bahan yang tidak kompatibel. Reaksi antar bahan yang
tidak kompatibel tidak bisa dihindari namun dampaknya dapat diminimalkan. sehingga
saran dari penulis adalah:
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme reaksi brucite yang
terjadi secara laboratoris untuk uji produk yang terbentuk dari reaksi antar bahan
yang tidak kompatibel.
Pada penggunaan brucite saat proses produksi, sebaiknya diatur agar temperatur
operasi udara yang masuk pada dryer lebih rendah daripada operasi normal tanpa
brucite untuk meminimalisir overheating pada pupuk.
Brucite pada serangkaian mekanisme reaksi di atas adalah sebagai inisiator
reaksi dan reaktan pembatas. Sehingga untuk meminimalkan reaksi samping
maka penggunaan brucite dalam 1 sirkulasi seharusnya diminimalkan. Oleh
karena itu penambahan brucite bisa dilakukan sedikit demi sedikit sambil
melakukan resirkulasi produk, hingga kadar Mg produk mencapai target
merupakan salah satu cara yang dapat dicapai. Contoh untuk mendapatkan
tambahan 4 Mg, dalam 1 kali sirkulasi menggunakan brucite untuk memenuhi 3
Mg dan selanjutnya dapat diresirkulasi untuk menghasilkan produk yang sesuai.
Perlu pengecekan dan kalibrasi yang baik terhadap dozometer brucite saat akan
produksi meggunakan brucite, karena saat dozometer bucite tidak berfungsi
dengan baik, brucite bisa masuk sistem secara berlebih. Masuknya brucite
berlebih bisa berbahaya mengingat brucite berperan sebagai inisiator reaksi dan
pereaksi pembatas.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan pengamatan dan
mendapatkan penjelasan secara langsung di lapangan selama Praktek Kerja Lapang
(PKL) di PT. Petrokimia Gresik unit NPK II Departemen Produksi IIB yaitu :
1. PT. Petrokimia Gresik merupakan sebuah BUMN yang yang berlokasi di
kabupaten Gresik, Jawa Timur dan bergerak dalam bidang produksi pupuk
(pupuk ZA, Urea, Phonska, NPK dan ZK), bahan kimia (amonia, asam
fosfat, asam sulfat, cement retarder (Gypsum) dan alumunium fluorida), jasa
engineering dan jasa – jasa lainnya.
2. PT Petrokimia Gresik terdiri dari tiga Departemen Produksi yaitu
Departemen produksi I (Pabrik Amonia, ZA dan Urea), Departemen
Produksi II (Pabrik Pupuk Fosfat, Phonska, NPK dan ZK), dan Departemen
Pabrik III (Pabrik Asam Fosfat, Asam Sulfat, Cement Retarder, Aluminium
Fluorida dan ZA II).
3. Pabrik NPK di Petrokimia Gresik memiliki nama dagang Phonska (pupuk
subsidi) dan NPK Kebomas (pupuk non-subsidi). Spesifikasi perbandingan
kandungan N:P:K pada pupuk Phonska sebesar 15 : 15 : 15, sedangkan
formula perbandingan N:P:K pada pupuk NPK Kebomas memiliki jumlah
tertentu bergantung pada permintaan konsumen.
4. Unit produksi NPK II merupakan salah satu unit yang berada dibawah
Departemen Produksi IIB dengan produk berupa NPK Kebomas
berkapasitas produksi sebesar 100.000 ton/tahun.
5. Pupuk NPK – Kebomas adalah pupuk majemuk (pupuk compound) yang
mengandung unsur hara utama berupa N,P dan K serta nutrient tambahan
berupa S, Mg, dll. Sistem pembuatan pupuk ini berbasis solid base dengan
bahan baku utama berupa Urea, KCl, DAP,Clay dan bahan tambahan
lainnya.
6. Bahan baku untuk mikronutrien contohnya yaitu dolomit, kieserite,
brucite sebagai sumber Magnesium, ZA sebagai sumber Sulfur, Boraks
109
110
5.2 Saran/Rekomendasi
Demi peningkatan penyelenggaraan kerja maupun Praktek Kerja Lapang
(PKL) yang dilakukan di PT Petrokimia Gresik, khususnya bagi Biro Diklat dan
Departemen Produksi IIB, maka saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Sebaiknya di area pabrik Departemen IIB diperbanyak lingkungan
hijau/penanaman pohon khusus untuk mengurangi dampak polusi udara dan
memperindah daerah sekitar pabrik.
2. Sebaiknya dilakukan cleaning secara rutin disekitar pabrik agar debu-
debu tidak terlalu banyak mengotori lingkungan kerja pabrik.
3. Bagi karyawan Pabrik sebaiknya lebih ditekankan untuk memperhatikan
safety dan selalu menggunakan APD terutama masker karena kuantitas
debu di pabrik IIB relatif besar
4. Pemateri Biro Diklat sebaiknya lebih memperhatikan ketepan waktu
s a a t s e s i m a t e r i agar tidak banyak waktu yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA
Agrium U.S. Inc. 2009.Material Safety data Sheet: Urea, Granular 46-0-0. Calgary:
Agrium U.S. Inc.
www.ncmissouri.edu/hea/barton_epaosha/Urea4600%20msds.pdf. Diakses pada 19
September 2014 pukul 22.38.
Anthony, J. W., Bideaux, R. A., Bladh, K. W., Nichols, M. C. 2005. Handbook of
Mineralogy, Mineral Data Publishing, version 1. Chantily: Mineralogical Society
of America.
Ball, M. C., Taylor, H. F. W. 1961. The Dehydration of Brucite. Aberdeen: University of
Aberdeen.
Bhaskar, K., Chandra Das, P. 2007. Manufacture of Urea. Rourkela: National Institute of
Technology.
Bowles, J. F. W., Howie, R.A., Vaughan, D.J., Zussman, J. 2011. Rock-forming Minerals:
Non-silicates: oxides, hydroxide and sulphides, Volume 5A. London: Geological
Society of London.
Bradforth S. E., Kim E. H., Arnold D. W., Neumark D. M., (1992), "Photoelectron
spectroscopy of CN-, NCO-, and NCS-", J. Chem. Phys. 98 , Vol. 2), hal. 800-
810.
CCR Pabrik I. 2014. Demin plant PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik.
CCR Pabrik I. 2014. Lime softening unit PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik.
CCR Pabrik I. 2014. Proses pembuatan steam pada boiler B 911. PT Petrokimia Gresik.
CCR Pabrik I. 2014. Proses pengolahan air pada Unit Pengolahan Air Babat. PT
Petrokimia Gresik.
CCR Pabrik NPK II. 2014. Flowsheet proses produksi NPK II. PT Petrokimia Gresik.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep – Konsep Inti Jilid 1 dan 2. Edisi Ketiga.
Jakarta :Penerbit Erlangga.
De la Vega, J. R. L., Coleman, G. R. 1998. Fertilizer Manual. Dordrecht: Kluwer
Academic Publisher.
EFMA. 2006. Guidance For The Compatibility Of Fertilizer Blending Materials. Belgium
: EFMA
Engineeringtoolbox.com/gas-density-d_158.html. Diakses pada tanggal 19 September
2014 pukul 19.30.
111
112
DATA REAKSI
CO(NH2)2 (s) CO(NH2)2 (aq)
Massa urea (100oC) 7.33 kg/kg H2O (de la Vega et al., 1998: 258)
Data Densitas
Densitas air (61 ˚C) 0.984 kg/L (Geankoplis, 1993: 862)
Densitas urea 1.32 kg/L (de la Vega et al., 1998: 258)
Densitas larutan urea jenuh 1.279183673 kg/L
Densitas NH3 (334 K) 0.00061742 kg/L (engineeringtoolbox.com)
A-1
DATA MATERIAL
A-2
Data Bahan Baku
Tanggal : 19 Maret 2014
Diketahui :
Basis = 1 Jam
Massa material Persentase Massa (kg)
Massa brucite = 3% 420
Massa urea = 26% 3640
Massa DAP = 3% 420
Massa KCl = 39% 5460
Massa clay = 11% 1540
Massa P rock = 18% 2520
Massa total = 100% 14000
A-3
REAKSI BRUCITE DENGAN UREA
Massa urea dalam sistem = 3640 kg
Maka :
Massa ion Mg2+ = 0.004 kg = 0.0002 kgmol
Massa ion OH- = 0.008 kg = 0.0004 kgmol
Konsentrasi OH- ([OH-]) = 0.00000003 kgmol / L
A-4
3) Menghitung pembentukan amonia
NH4+ (aq) + OH- (aq) NH3 (g) + H2O (l)
Konstanta kesetimbangan (K) = 55555.56
A-5
REAKSI BRUCITE DENGAN DAP
A-6
MENGHTUNG PANAS REAKSI BUCITE DENGAN UREA
1) Disosiasi Brucite
Mg(OH)2 (s) Mg2+ (aq) + 2 OH- (aq)
Δ H brucite = -2.3 kJ/mol
mol brucite = 7.20 kgmol
Δ H brucite = -16569.5 kJ
2) Disosiasi Urea
CO(NH2)2 (aq) NH4+ (aq) + OCN- (aq)
Δ H disosiasi urea = -20.46 kJ/mol
mol urea = 60.61 kgmol
Δ H disosiasi urea = -1240000 kJ
3) Pembentukan Amonia
NH4+ (aq) + OH- (aq) NH3 (g) + H2O (l)
Δ H pembentukan amonia = -3.62 kJ/mol
mol amonia = 0.01 kgmol
Δ H pembentukan amonia = -27.2463 kJ
TOTAL
Δ H total = Δ H reaksi 1 hingga 3
Δ H total = 1256596.715 kJ
KENAIKAN TEMPERATUR
∆H = Q = m. Cp. ∆T
Q = -Δ H total = 1256596.715 kJ
massa total sistem = 14000 kg
Cp rata-rata = 1.00 kJ/kg K
ΔT = 90.00 K
A-7
RANGKUMAN HASIL PERHITUNGAN
Spesifikasi Produk :
NPK Kebomas 12 – 6 – 22 + 3Mg
A-8
Data Bahan Baku
Tanggal : 20 Maret 2014
Diketahui :
Basis = 1 Jam
Massa total = 100% = 4000
A-9
REAKSI BRUCITE DENGAN UREA
Massa urea dalam sistem = 1040 kg
Mol urea dalam sistem = 61.18 kgmol
Maka :
Massa ion Mg2+ = 0.001 kg = 0.0000 kgmol
Massa ion OH- = 0.008 kg = 0.0001 kgmol
Konsentrasi OH- ([OH-]) = 0.00000003 kgmol / L
A - 10
NH4+ (aq) + OH- (aq) NH3 (g) + H2O (l)
Konstanta kesetimbangan (K) = 55555.56
A - 11
REAKSI BRUCITE DENGAN DAP
A - 12
MENGHTUNG PANAS REAKSI BUCITE DENGAN UREA
1) Disosiasi Brucite
Mg(OH)2 (s) Mg2+ (aq) + 2 OH- (aq)
Δ H brucite = -2.3 kJ/mol
mol brucite = 2.06 kgmol
Δ H brucite = -4734.133791 kJ
2) Disosiasi Urea
CO(NH2)2 (aq) NH4+ (aq) + OCN- (aq)
Δ H disosiasi urea = -20.46 kJ/mol
mol urea = 17.32 kgmol
Δ H disosiasi urea = -354285.7143 kJ
3) Pembentukan Amonia
NH4+ (aq) + OH- (aq) NH3 (g) + H2O (l)
Δ H pembentukan amonia = -3.62 kJ/mol
mol amonia = 0.00 kgmol
Δ H pembentukan amonia = -13.47259055 kJ
TOTAL
Δ H total = Δ H reaksi 1 hingga 3
Δ H total = -359033.3207 kJ
KENAIKAN TEMPERATUR
∆H = Q = m. Cp. ∆T
Q = -Δ H total = 359033.3207 kJ
massa total sistem = 4000 kg
Cp rata-rata = 1.22 kJ/kg K
ΔT = 73.34 K
A - 13
RANGKUMAN HASIL PERHITUNGAN
Spesifikasi Produk :
NPK Kebomas 12 – 6 – 22 + 3Mg
A - 14