Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PT PEMBANGKIT JAWA BALI (PJB)

Disusun oleh :
GALIH TRI ARISANDY

SMKN 2 KRAKSAAN
JL.Diponegoro No.05 –Krakasaan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI PT PEMBANGKIT JAWA-BALI
UNIT PEMBANGKITAN PAITON, KAB.PROBOLINGGO
Diajukan kepada
SMKN 2 KRAKSAAN
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam menempuh Ujian Kenaikan Kelas

OLEH :

GALIH TRI ARISANDY

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 KRAKSAAN
FEBRUARI - APRIL 2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON 1 & 2
JL.Raya Surabaya-Situbondo Km 124 Paiton-Probolinggo
( 01 FEBRUARI - 30 APRIL 2019 )

Oleh :
GALIH TRI ARISANDY

Mengetahui,

Pembimbing PKL Pembimbing PKL


Supervisior Senior Har. Kontrol
& Instrument

PRIHASTOMO TRI AJI BAYU NUGROHO


NIP9116163ZJY NIP8107037JA

Supervisior Senior
SDM

MAIDA MUZAYYANAN
NIP : 8308125JA

iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON 1 & 2
JL.Raya Surabaya-Situbondo Km 124 Paiton-Probolinggo
(01 FEBRUARI – 30 APRIL 2019 )

Oleh :
GALIH TRI ARISANDY

Mengetahui,

Guru Pembimbing Kepala Program Studi


Teknik Elektronika Industri

ADHYAH RETNANINGTYAS.ST Dra.RETNO HANDAYANI


NIP19760619 201601 2 001 NIP19690718 199802 2 004

Kepala Sekolah

Drs.H.SAERI
NIP: 19610804 198711 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami selaku penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT.PJB UP PAITON dengan
sebaik-baiknya. Penyusun laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk menempuh Ujian Kenaikan Kelas.
Laporan ini berjudul “I/P CONVERTER” Dengan dibuatnya laporan ini
para pembaca sekalian bisa mengetahui cara kerja dari I/P CONEVERTER.
Pembaca bisa bertambah ilmu pengetahuan serta wawasan.

Penyusun Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih pada :
1. Bapak Drs. H. Saeri, selaku kepala sekolah SMKN 2 Kraksaan
2. Ibu Adiyah Retnaningtyas.ST selaku guru Pembimbing Teknik
Elektronika Industri SMKN 2 Kraksaan
3. Bapak Sugijanto, selaku Manager Keuangan & Administrasi
4. Bapak Bayu Nugroho, selaku Supervisior bidang Pemeliharaan
Kontrol & Instrumen dan juga Pembimbing PKL
5. Bapak-bapak teknisi ahli di Pemeliharaan Kontrol & Instrumen
6. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-
persatu atas bantuannya dalam menyelesaikan laporan ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini terdapat


banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu penulis
menerima segala kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan sekiranya apabila
ada kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Paiton, 30 MARET 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja
Lapangan (PKL…………………….…………………………………………1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)……………………………………………………………………………...2
1.3. Tujuan Pembuatan Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL)………………………………………………………………2
1.4. Batasan Masalah……………………………………………………………2
1.5. Tempat Waktu……………………………………………………………….2
BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN………………………………………………………………3
2.1. Sejarah Singkat PT.PJB
UP Paiton………………….…………………………………….……………..3
2.2. Visi dan Misi Perusahaan………………………….…….……………….4
2.5.1. Visi Perusahaan………………………………….………………..4
2.5.2. Misi Perusahaan………………………………….……………….4
2.3. Tata Nilai Perusahaan…………………………………….……………….4
2.4. Lokasi dan Plant layout PLTU
Paiton……………………………………………………………………………5-6
2.5. Struktur Organisasi PT.PJB
UP Paiton………………………………………………………………………..7
2.6. Kebijakan K3………………………………………………………………..13
2.7.1. Kebijakan dan Komitmen………..……………………….17
2.7.2 Tujuan Kebijakan K3………………….……………………….18
2.7.3 Ruang Lingkup K3……………………….………………………18
2.7.4 Acuan K3…………………………………………………………..18

vi
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………….…………14
3.1.Uraian Singkat Proses Produksi di PLTU …………………………………..14
3.1.1 Proses Pembentukan Uap (Steam) di boiler….…..……….16
3.1.2. Sistem Sirkulasi Air
(Circulation Water System)………………………………………….……….17
3.1.3. Sistem Penanganan Abu
(Ash Handling System)…………………………………………………...…….18
3.1.4. Sistem Penanganan Batubara
(Coal Handling System)……………………………………………..………..20
3.1.5 Dust Suppresion…………….…….……………….………..…….…21
3.1.6 Dust Collection…………….…….……………………….…………..22
3.1.7. Sistematis Alur Batubara….….…………………………………….22

3.2. Preventive Maintenance……………………………………………………….23


3.3 Corective Maintenance………………………………………………………....25

BAB IV Kesimpulan………………………………………………………………………………….32
4.1. Kesimpulan & Saran…………………………………………………………….33

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………34

Lampiran..……………………………………………………………………………………………….35

vii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Gambar Logo PT. PJB…………….…………………………………………3
2.2. Lokasi dan Plan Layout PLTU
Paiton………………………………….………….……………………………….5
2.3. Kompleks PLTU Paiton …………….……………………………………….…6
2.4. PetaLokasi PLTU Paiton……….….…………………………………7
2.5.. Gambar Struktur Organisasi
PLTU Paiton…………………………….……..……………………….…….….7
2.6.. Alur Proses Produksi di PLTU UP. Paiton….….…………...16
2.7. AlurProses Pembentukan Uap (Steam) di Boiler.……….……17
2.8. Diagram Alir WTP…….………….…………………………….……..……18
2.9. Diagram Alir Ash Handing……………………………………..…………19
3.0. Alur Proses Batubara di PLTU
UP. Paiton…………………………..………………………………………..23
3.1. Pengecekan Pressure Gauge di BFP………………………………..…23
3.2 Pengecekan Pressure Gauge di CWP………………………...24
3.3 Pengecekan Presseure Gauge di ACWP………………………………24
3.4 I/P Converter…………………………………………………………………….25

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu Sub Sistem
Pendidikan Nasional,memiliki kedudukan sangat penting dalam fungsi
menyiapkan tenaga kerja terampil untuk menunjang sistem pendidikan
nasional. Upaya penyiapan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha dan industri,didekati melalui kebijakan
“link and match” adalah penyelenggaraan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
Pada dasarnya Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan
penyelenggaraan yang mengintegrasikan secara tersistem pendidikan dunia
usaha dan industri. Pengintegrasian kegiatan pendidikan ini akan
menghilangkan perbedaan standar nilai sekolah dan dunia kerja serta sekaligus
mendekatkan supply dan demand ketenaga kerjaan.
Landasan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didasarkan atas arahan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993 dan ketentuan dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 1998 Tentang Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan-peraturan
pendukungnya antar lain :
- GBHN
Meningkatkan kualitas tenag kerja merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat serta Badan Usaha yang memakai tenaga kerja.
- UU SPN No. 2 tahun 1989 Ban W Pasal (1)
Penyelenggaran pendidikan pelaksanaan dua jalur yaitu jalur pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah
- PP No. 3 Bab III Pasal 4 Butir (3)
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan Nasional dapat
berbentuk pemberian kesempatan magang dan/ atau istihah kerja.
- Kep. Mendikbud No. 4990/u/1992 Pasal 33 Butir (6)
Kerjasama SMK dengan dunia usaha terutam bertujuan untuk meningkatkan
kesesuaian program SMK dengan dunia usaha antara lain meliputi Praktek
Kerja Lapangan (PKL) dan Magang.

Teknik Elektronika Industri Page 1


1.2. Tujuan Prakte.k Kerja Lapangan (PKL)
Praktek Kerja Lapangan pada dasarnya merupakan kegiatan
Instrakurikuler, harus dilaksanakan oleh setiap peserta diklat secara individu.
Meningkatkan pemahaman dan pemantapan serta
mengembangkan peserta diklat yang di dapat disekolah dan menerapkannya di
dunia usaha.
Meningkatkan keterampilan berupa penguasaan kemampuan
professional kejuruan peserta diklat.

1.3. Tujuan Pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Adapun tujuan pembuatan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
adalah :
 Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan atau pengalaman
dalam bentuk tulisan tersusun secara sistematik atau kronologi dalam
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Peserta didik mampu mencari alternative pemecahan masalah
kejuruan sesuai dengan program studinya yang terungkap dalam
laporan tertulis.
 Memberikan Informasi tentang perkembangan dunia usaha dan dunia
industry serta kaitannya dengan Pekerjaan sebagai Teknisi ke Sekolah

1.4. Batasan Masalah


Dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini hanya bersifat
mengamati, Mempelajari Proses Maintenance pada PLTU PJB Paiton 1 & 2

1.5. Tempat dan waktu


Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT.PJB Unit
Pembangkitan Paiton 1 & 2 , Jl. Raya Surabaya Situbondo KM 142, Paiton
Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia (67291), dan dilaksanakan dalam kurun
waktu 3 bulan atau lebih terhitung mulai tanggal 01 FEBRUARI2018 – 30 APRIL
2019

Teknik Elektronika Industri Page 2


BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH SINGKAT DAN PROFIL PERUSAHAAN


Unit Pembangkitan Paiton terbentuk berdasarkan surat keputusan direksi
PLN No.030K/023/DIR/1993, tanggal 15 Maret 1992 merupakan unit kerja yang
dikelola oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Timur dan Bali (PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturisasi di PT. PLN
pada tahun 1995 mengubah PT. PLN menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa-Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II.
Kemudian pada tahun 1997 Sektor Paiton namanya menjadi PT. PLN
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton (UP
Paiton).
Berdasarkan surat keputusan direksi No.039K/023/DIR/1998 tentang
pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton. Organisasi UP. Paiton
sejak tanggal 3 Juni 1999 mengalami perubahan mengikuti perkembangan
organisasi di PT. PLN. PJB. II yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu
menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan
yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah dipisahkan fungsi operasi dan
fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan menjadi organisasi yang
Lean and Clean, dan hanya mengoperasikan pembangkitan untuk
menghasilkan GWh. PT PJB mempunyai desain logo perusahaan tersendiri yang
seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Logo PT. PJB

Dengan perkembangan organisasi dan kebijaksanaan manajemen, maka


sejak tanggal 3 Oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II
berubah menjadi PT. PLN Pembangkitan Jawa-Bali (PT. PJB) dengan unit

Teknik Elektronika Industri Page 3


Pembangkitan Paiton sebagai satu unit pembangkitan utama. Pembangkitan
PLTU tersebut diawali dengan pembangunan 2 unit (unit1 dan unit2) dalam
rangka pelaksanaan pembangunan unit-unit pembangkitan tersebut,
pemerintah menetapkan dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 35 tahun
1957 untuk Pelaksanaan Pengawasan dan Koordinasi Pembangunan PLTU
Unit Pembangkitan Paiton.
Sesuai dengan program yang dirancang oleh pemerintah dalam rangka
penghematan bahan bakar minyak dan deversifikasi sumber energi, maka PLTU
Paiton telah di desain untuk menggunakan batubara sebagai bahan bakar
utamanya. Total kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2x400 MW atau sama
dengan 800 MW, yang telah beroperasi sejak tahun 1993/1994 untuk tahap 1.

2.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN


2.5.1 Visi Perusahaan
“ Menjadi Perusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Indonesia yang Terkemuka
dengan Standar Kelas Dunia ”
2.5.2 Misi Perusahaan
 Menjadikan PT. PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis
dalam bidang pembangkitan tenaga listrik.
 Memberikan hasil yang terbaik pada pemegang saham, pegawai,
pelanggan – pemasok, pemerintah, dan masyarakat serta lingkungannya.
 Memenuhi tuntutan pasar.

2.3 TATA NILAI PERUSAHAAN


 INTEGRITAS : adalah kepribadian yang selalu memperjuangkan
kebenaran melalui kejujuran dan tanggung jawab.
 KEUNGGULAN : adalah kondisi dimana kualitas kerja melampaui
standar yang telah ditetapkan.
 KERJASAMA : adalah menyatukan kemampuan dan bakat tiap orang
untuk mencapai tujuan bersama.

Teknik Elektronika Industri Page 4


 PELAYANAN : adalah sikap dan perilaku mementingkan kepuasan
pelanggan, pemegang saham, masyarakat dan bangsa.
 SADAR LINGKUNGAN :adalah kesadaran untuk selalu memelihara alam
dan lingkungan kerjanya sebagai sumber daya demi kelestarian
perusahaan.

2.4 LOKASI DAN PLAN LAYOUT PLTU PAITON


PT. PJB UP. Paiton yang berlokasi di Jl. Raya Surabaya-Situbondo Km 142,
Paiton-Probolinggo, Jawa Timur. Lokasi tersebut terletak kurang lebih 52 Km
dari Probolinggo atau kurang lebih 142 Km dari Surabaya kearah timur.
Sedangkan total area proyek Paiton adalah kurang lebih 476 Ha, termasuk
kurang lebih 200 Ha untuk ash disposal area (area pembuangan abu) dan
kurang lebih 32 Ha untuk komplek perumahan karyawan. Secara visual seperti
dapat dilihat seperti pada gambar 2.2, kondisi meteorologi pada gambar 2.3,
kompleks PLTU Paiton pada gambar 2.4 dan Peta Lokasi seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.2 Lay Out PLTU Paiton

Teknik Elektronika Industri Page 5


No. Kondisi Keterangan
1 Suhu rata-rata 30,87 oC
2 CurahHujan 1219 mm
3 Kelembabanudara rata-rata 71,33 %
4 Kecepatanangin rata- 0-33,2 m/s atau
rata/bulan/km/jam 0-12 km/jam
5 Bulan-bulanbasah November – April
6 Bulan-bulankering Mei – Oktober
7 T Bulanterbasah Januari (curahhujan rata-

a rata 453 mm)


8 b Arah angin dominan Selatan, Barat
el 2.5 Kondisi Meteorologi di Paiton

Gambar 2.3 Kompleks PLTU Paiton

Teknik Elektronika Industri Page 6


Gambar 2.4. PetaLokasi PLTU Paiton

2.5 STRUKTUR ORGANISASI


Dalam menjalankan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PT.PJB
UP Paiton, terdapat struktur organisasi yang menjalankan kegiatan tersebut.
Dapat digambarkan dalam bentuk orchart pada gambar 2.6.dibawah :

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT.PJB UP Paiton

Teknik Elektronika Industri Page 7


Dijabat oleh seorang manajer yang bertugas mengelola peningkatan
kerja operasi dan kompetensi SDM Unit Pembangkitan Paiton sehingga mampu
memproduksi tenaga listrik dengan efisien, mutu dan keandalan yang tingg
dengan tetap memperhatikan aspek komersial, dengan harga jual kompetitif
sesuai kontrak kinerja yang ditetapkan oleh direksi PT. PJB.

1. Manager Engineering dan Quality assurance

Menyelenggarakan pelaksanaan evaluasi, analisis dan perbaikan


penyelenggaraan, pembangkitan listrk meliputi sistem dan prosedur serta
preassurance untuk memastikan produksi listrik yang efisien, serta
melaksanakan program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Sistem Manajemen Mutu dan
Manajemen Resiko.

a. Supervisory system Owner

Membantu Manajer dalam menyediakan dana dalam implementasi


proyek sistem informasi untuk menunjang proses produksi listrik di lingkungan
PJB UP Paiton.

b. Supervisory Technology Owner

Membantu manajer dalam menyediakan dana dalam implementasi


kebutuhan teknologi untuk menunjang proses produksi listrik di lingkungan PJB
UP Paiton.

c. Supervisory Manajemen Mutu, Resiko dan Kepatuhan

Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan dan


mengendalikan kegiatan bidang, audit internal yang mencakup penentuan dan
penilaian kualitas (efektif & efisien) pelaksanaan pengendalian operasi
pembangkit Paiton atau unit bisnis, pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan realibilitas dan integritas informasi bidang audit operasional keuanga
dan administrasi sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku,
sehingga ketentuan perusahaan terlindungi dan tercapai kinerja perusahaan
yang maksimal dan optimal. Serta melaksanakan program Sistem Manajemen

Teknik Elektronika Industri Page 8


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Lingkungan
(SML), Sistem manajemen Mutu dan Manajemen Resiko.

2. Manajer Operasi

Merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi program bidang


operasi dan pengendalian bahan bakar yang mencakup penentuan dan
penilaian kualitas (efektif dan efisien) pelaksanaan pengendalian operasi
pembangkit Paiton. Serta mengumpulkan dan mendokumentasi pelaksanaan
bidang operasi dan bahan bakar sebagai bahan evaluasi.

a. Supervisory Perecanaan dan Pengendalian Operasi

Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan dan


mengendalikan kegiata operasi pada unit 1 dan 2 serta menentukan tindakan
teknis pada setiap permasalahan yang timbul pada pelaksanaan progrsm kerja.

b. Supervisory Produksi PLTU 1-2 (A,B,C,D)

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang


pengendalian operasi dan menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi
produksi, melaksanakan dan mengendalikan agar dicapai proses produksi
tenaga listrik yang efektif dan efisien sesuai rencana operasi.

c. Supervisory Bahan Bakar

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran penyediaan


dan perniagaan bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses produksi listrik di
Unit Pembangkitan Paiton.

d. Supervisory Kimia dan Laboratorium

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang


kimia serta menjabarkan recana tersebut kedalam fungsi kimia teknik dan
laboratorium, melaksanakan dan mengendalikan agar mencapai sasaran Unit
Pembangkit Paiton sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.

Teknik Elektronika Industri Page 9


3. Manajer Pemeliharaan

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan bidang


pengendalian, pemeliharaan agar selalu siap beroperasi setiap saat sehingga
mampu mendukung upaya pencapaian sasaran Unit Pembangkitan Paiton
sesuai dengan kontrak kerja yang ditetapkan redaksi.

a. Supervisory Perencanaan, Pengendalian dan Pemeliharaan

Membantu Manajer dalam melakukan koordinasi atas melaksanakan


kegiatan perencanaan, pengendalian dan pemeliharaan seccara prediktf,
preventif, korektif, dan emergency di Unit Pembangkitan Paiton.

b. Supervisory Outage Management

Membantu Manajer dalam melakukan perencanaan dan koordinasi atas


pelaksanaan mematikan unit 1 maupun unit 2 UP Paiton untuk mendukung
pengoperasian unit secara optimal dalam mencapai sasaran unit pembangkit,
sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan direksi.

c. Supervisory Pemeliharaam Mesin 1 ( Boiler, Turbin dan alat bantu )

Membantu Manajer dalam melaksanakan dan pemeliharaan harian pada


bidang mekanis unit 1 dan 2 Unit Pembangkitan Paiton untuk mendukung
pengoperasian unit secara optimal.

d. Supervisory Pemeliharaan Mesin 2 ( Sistem Bahan Bakar dan Abu )

Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan pada sistem


bahan bakar dan abu.

e. Supervisory Pemeliharaan Control dan Instrument

Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan pada control


dan instrument.

f. Supervisory Pemeliharaan Listrik

Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan sistem


kelistrikan di unit 1 dan 2 UP Paiton.

Teknik Elektronika Industri Page 10


f. Supervisory Sarana

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan bidang saran dan


prasarana dan menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi sarana dan
prasarana.

g. Supervisory Lingkungan

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang


lingkungan serta menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi perawatan
serta kelestarian lingkungan di sekitar Unit Pembangkitan Paiton agar sesuai
standar nasional dan internasional.

h. Supervisory K3

menyusun rencana dan anggaran bidang k3 serta menjabarkan rencana


tersebut kedalam fungsi K3 yang menyangkut tentang keselamatan dan
kesehatan kerja seluruh karyawan dan semua yang menyangkut asset
operasional di unit pembangkitan paiton sesuai dengan standar nasional yang
berlaku.

4. Manajer Logistik

Merencanakan, menentukan dan menyediakan kebutuhan barang yang


diperlukan untuk menunjang kelancaran proses produksi listrik secara kontinyu
di Unit Pembangkitan Paiton.

a. Supervisory Inventory Control dan Cataloger


Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran
bidang pengendalian pemeliharaan dan menjabarkan rencan tersebut ke
dalam fungsi inventory control dan cataloger.
b. Supervisory Pengadaan dan Kontrak Bisnis.

Membantu Manajer dalam menyusun anggaran dalam bidang


pengadaan dan kontrak bisnis .

c. Supervisori Administrasi Gudang

Teknik Elektronika Industri Page 11


Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pergudangan serta menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi administrasi
pergudangan.

5. Manajer Keuangan dan Administrasi

Menjabarkan rencana tahunan Unit Pembangkitan Paiton, termasuk


didalamnya adalah rencana setiap bidang Unit Pembangkitan Paiton ke dalam
anggaran tahunan UP Paiton serta merencanakan kegiatan bidang
Pengendalian Keuangan dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mendukug
upaya pencapaian sasaran unit pembangkitan paiton secara efektif dan efisien
sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh direksi.
Selain itu merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi program
administrasi kepegawaian pada seluruh jenjang jabatan untuk menciptakan
sistem administrasi SDM yang tertib dan rapi sesuai standar yang ditetapkan
perusahaan.

a. Supervisory SDM

Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan dan


mengendalikan kegiatan bidang SDM, yang mencakup sistem dan organisasi
bidang SDM, serta pendidikan dan pelatihan, penyediaan fasilitas kerja.

b. Supervisory Umum

Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan dan


mengendalikan kegiatan bidang umum untuk mendukung upaya pencapaian
sasaran yang telah direncanakan Unit Pembangkitan Paiton.

c. Supervisory Keuangan

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang


pengendalian keuangan dan menjabarkan rencana dan anggaran fungsi
akuntansi, mencatat secara sistematis segala transaksi yang mempengaruhi
harta, kewajiban perusahaan sehingga dapat diketahui posisi harta, kewajiban
serts besarnya laba rugi perusahaan.

Teknik Elektronika Industri Page 12


2.6 KEBIJAKAN K3
2.7.1 Kebijakan dan Komitmen

Kebijakan K3 adalah kebijakan manajemen tentang perwujudan


kepedulian perusahaan terhadap perlindungan perusahaan mengenai
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Proses pengolahan produksi
selalu mengikuti norma-norma K3 yang berlaku (Self Production), merupakan
komitmen dari seluruh pihak untuk menjamin terciptannya dan lestarinya
sistem manajemen K3. Perusahaan berusaha untuk memenuhi peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia dan standar nasional tentang
pelaksanaan K3. Perusahaan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan
sebagai wujud tanggung jawab perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Perencanaan K3 selalu di koordinasikan kedalam perencanaan
manajemen perusahaan. Komitmen seluruh pihak, kedisiplinan dan
pembudayaan K3 disetiap kegiatan perusahaan merupakan jaminan untuk
tercapainya kinerja K3 yang tinggi, prestasi ini harus terus dipertahankan dan
ditingkatkan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

2.7.2 Tujuan Kebijakan K3


Kebijakan K3 ini bertujuan untuk :
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera dari
kecelakaan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja, dan menjamin
orang lain yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan dan
keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
4. Mencapai unit yang ideal dan efisien serta proses produksi berjalan
lancar.

2.7.3 Ruang Lingkup K3

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT PJB UP Paiton


diawali dengan komitmen dari top manajemen yaitu dengan dibuatnya
Teknik Elektronika Industri Page 13
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja atau safety police. Kebijakan K3
merupakan bukti komitmen dari top manajemen dan seluruh karyawan di PT
PJB UP Paiton untuk senantiasa memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

2.7.4 Acuan K3

a. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang “ Keselamatan Kerja “


b. Per. Men. Tenaga Kerja RI No. Per. 05/MEN/1996 tentang : “ Sistem
Manajemen K3 “
c. Undang-undang RI No. 03 tahun 1969 tentang : “ Persetujuan Konversi
Organisasi Perburuhan Internasional “

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Uraian Singkat Proses Produksi di PLTU

Ketel uap PLTU unit 1 dan unit 2 adalah tipe pembakaran sulut dengan
bahan bakar solar sebagai penyulut dan pembakaran awal (untuk awal dan
hanya sampai beban 30%). Selanjutnya menggunakan bahn bakar utama batu
bara (hingga beban 100 %). Batu bara yang berasal dari kapal tongkang di
transfer menuju Conveyor (ban berjalan) menggunakan Ship Unloader (alat
untuk pengambilan batu bara dari tongkang) yang melalui proses penyaringan
Elektromagnetik Separator (magnit untuk penyaringan batu bara terhadap
logam) sebagian ditimbun di stockpile (tempat penimbunan batu bara) dan
sebagian lagi langsung dikirim ke tripper yang kemudian diisikan ke silo (setiap
unit terdiri dari lima silo). Semua proses ini dikontrol di CHCB (Coal Handling
Control Board), kecuali Ship Unloader. Sebelum dimasukkan ke dalam ruang
bakar ketel uap, batu bara digiling halus dengan alat penggiling Mill /
Pulverizer (Alat untuk mengiling batu bara). Masing- masing ketel uap
dilengkapi dengan 5 unit penggiling dan 4 unit yang beroperasi dan 1 unit
sebagai cadangan. Air pengisi ketel dan pemakaian sendiri (service water)
lainnya diambil dari mata air Kelontong dan dimurnikan melalui beberapa

Teknik Elektronika Industri Page 14


proses seperti Flitrasi (kemampuan untuk menyaring), Anion Exchanger
(menukar ion negatif dalam air), Cation Exchanger (menukar ion positif dalam
air), Mixed Bed Exchanger (alat menukar resin / bahan kimia). Air murni
sebelum digunakan ditampung di tangki air atau Demineralizer Tank (DT). Air
murni tersebut disalurkan melalui sistem air pengisi kedalam Boiler (ruang
bakar) dan pemanasan air menjadi uap, uap yang dihasilkan adalah uap panas
lanjut dengan tekanan 16 kg/cm2 dan temperatur 538 °C, yang akan digunakan
untuk menggerakkan turbin uap dan Generator sehingga dihasilkan energi
listrik. Uap panas lanjut tersebut setelah melalui turbin tekanan tinggi
dikembalikan lagi kedalam ketel untuk dipanaskan kembali dan selanjutnya
digunakan untuk memutar bagian tekanan menengah dan tekanan rendah dari
turbin tersebut. Uap bekas dari turbin uap sebagian digunakan untuk
memanaskan air pengisi ketel dan sisanya mengalir menuju alat pengembun
(Condenser) dimana uap tersebut diembunkan dengan media pendingin air
laut. Uap yang telah mengembun tersebut (condensate) dipompakan kembali
untuk mengisi ketel uap.
Generator menghasilkan listrik pada putaran 3000 rpm sebesar 473
MVA, 50 Hz, 18 kV. Daya listrik tersebut dialirkan melalui Trafo Generator
untuk menaikkan tegangan menjadi 500 KV sebelum masuk melalui sistem
kelistrikan yang ada dan selanjutnya ditransmisikan ke pusat beban melalui
transmisi 150 kV ke Gardu Induk Probolinggo dan Situbondo serta Gardu Induk
Krian melalui transmisi 500 kV.
Abu batu bara yang dihasilkan dari hasil pembakaran dalam ketel dan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Berat
(Bottom Ash). Abu terbang yang keluar dari ketel uap bersama gas buang
mengalir melalui alat penangkap abu terbang (fly ash silo) sedangkan abu berat
dari ruang bakar ketel uap akan jatuh ke bawah dan di kumpulkan dengan alat
pengumpul yang disebut Submerged Scraper Conveyor dan selanjutnya dengan
ban berjalan dikumpulkan ke dalam alat penampung abu berat (bottom ash
silo).

Teknik Elektronika Industri Page 15


Gambar 2.6 :
Alur Proses Produksi di PLTU UP. Paiton

3.1.1. Proses Pembentukan Uap (Steam) di Boiler


Air pengisi masuk ke economizer (alat untuk memanfaatkan gas buang
untuk pemanasan lanjut) yang berfungsi sebagai pemanas awal dan keluar
dalam bentuk fase cair, kemudian masuk ke steam drum (alat pemisah antara
uap dan air), air dari steam drum berupa saturated steam (perhitungan
temperatur dan tekanan) dan menuju ke primary superheater (pemanas akhir).
Sedangkan air turun melalui down comer (sirkulasi dari steam dream ke water
wall) menuju header (pembagi) dibawa ke lower drum, kemudian naik kembali
ke steam drum setelah sebelumnya melalui header dan riser (peningkat). Air
didalam riser menyerap panas dari gas hasil pembakaran. Dari steam drum
(pemisah antara uap dan air) yang berupa saturated steam dilewatkan ke
primary superheater dan secondary superheater untuk dipanaskan agar
menjadi superheater steam untuk menggerakkan High Pressure Turbine (HP
Turbine). Main steam dari superheater pada boiler, mengalir melalui dua
saluran masuk terus melewati Main Stop Valve (MSV/alat untuk membuka dan

Teknik Elektronika Industri Page 16


menutup), yang masing-masing mempunyai dua saluran pada Control Valve
(CV), kemudian masuk ke High Pressure Turbine (HP Turbine).
Jadi Main steam masuk ke HP Turbine melalui empat saluran. Uap yang
keluar dari HP Turbine dipanaskan lagi oleh reheater (pemanas ulang) untuk
menaikkan entalpi fluida uap lanjut kemudian menuju IP Turbine melalui
Control Reheat Valve (CRV). Uap yang keluar dari IP Turbine sebagian besar
digunakan untuk menggerakkan Low Pressure Turbine (LP Turbine), yang terdiri
atas LP-A Turbine dan LP-B Turbine.

Gambar 2.7.
AlurProses Pembentukan Uap (Steam) di Boiler

3.1.2. Sistem Sirkulasi Air (Circulation Water System)

Sistem sirkulasi pendinginan kondensor adalah sistem pendingin aliran


terbuka dan menggunakan air laut sebagai bahan baku pendingin. Syarat yang
paling dominan untuk keperluan pendingin pada sistem kondensor ini adalah
jumlah air yang mengalir, dimana untuk keperluan ini diperlukan aliran yang
sangat besar, karena dipakai untuk proses kondensasi uap bekas pemutar
turbin. Saluran ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan dua unit. Sistem
yang dipakai adalah sistem terbuka, karena dari condensor dibuang langsung
ke laut. Persyaratan kualitas tidak diperlukan kecuali pengaturan penginjeksian

Teknik Elektronika Industri Page 17


Chlorine/Hypochlorite yang berfungsi sebagai bahan desinfectan untuk
mencegah tumbuhnya biota laut dalam sistem peralatan yang didinginkan.
Peralatan penginjeksi Chlorine dipasang sebelum air laut lewat rak sampah
(Trash Racks). Setiap pompa pengisi sirkulasi dilengkapi dengan power
butterfly valve, pendingin perapat (pendinginan seal) dan pelumas pompa air
sirkulasi yang didapat dari discharge auxilary pump yang sebelumnya melalui
duplex strainer.
Sistem sirkulasi air akan mengisi kondensor dengan air laut yang disaring.
Air laut masuk ke kolam Pump House melalui saluran yang terbuka. Saluran
yang digunakan terdiri atas dua bagian, yaitu :

1. 3 unit pompa CWP.

2. 3 unit pompa ACWP.

Setiap pembersihan pipa dapat secara otomatis dengan type sponce ball
yang pelaksanaannya ditentukan oleh beban. Perlengkapannya terdiri dari dua
buah kapasitas pompa saringan, pipa, katub, dan kontrol-kontrol.

Gambar. 2.8.
Diagram Alir WTP

3.1.3 Sistem Penanganan Abu (Ash Handling System)

Sistem penanganan abu terbagi atas dua bagian, yaitu bagian pertama
adalah Bottom Ash yaitu abu yang tertinggal di bagian bawah ruang bakar.
Bagian yang kedua adalah Fly Ash adalah abu yang terbawa bersama gas-gas
hasil pembakaran.

Teknik Elektronika Industri Page 18


Bottom Ash Removal System adalah mengambil Bottom Ash dari bagian
bawah Furnace, Pyrites dan Mill Reject dari tangki yang terletak di setiap mill
dan abu economizer dari tangki yang terletak di bawah hopper economizer.
Abu-abu tersebut kemudian diangkut ke Ash Disponsal Area yang direncanakan
mampu menampung selama life time dari unit kurang lebih 30 tahun. Sebelum
diangkut ke Disponsal area ditampung dalam silo yang terletak dekat stack dan
mampu untuk menampung 24 jam.
System Fly Ash adalah pengambilan abu terbang dari bagian bawah,
Hopper Preciptator dan Hopper lainnya yang terbawa. Primary Air Heater dan
Secondary Air Heater yang kondisinya vacuum. Kemudian ditampung dalam
silo yang ditempatkan dekat stack (cerobong asap) yang tempatnya
berdekatan dengan bottom ash silo dan ditampung baru kemudian diangkut ke
disponsal area.
Adapun lokasi penimbunan terletak di Barat Daya dan Selatan Area PLTU
Paiton dengan luas kurang lebih 222 Ha. Untuk menghindari perembesan yang
dapat mencemari air tanah, maka area penimbunan abu dibuat lapisan yang
kedap air dan dikelilingi oleh selokan dan penghijauan.

Gambar 2.9.
Diagram Alir Ash Handling

Selanjutnya abu terbang akan ditransportasikan ke daerah penimbunan


abu (ash disposal area) melalui sistem pipa dengan hembusan udara
bertekanan, sedangkan abu beratnya akan diangkut dengan truck. Abu terbang

Teknik Elektronika Industri Page 19


dan abu berat tersebut akan diratakan dan dipadatkan secara berlapis-lapis
dan pada lapisan teratas ditanami rumput untuk menjaga keserasian hidup.

3.1.4 Sistem Penanganan Batubara (Coal Handling System)

Coal Handling system adalah perlengkapan Unit Pembangkitan Paiton


yang berfungsi memberikan pelayanan atau service untuk pengangkutan dan
pengaturan batu bara dari Ship Unloader (SU) atau Unloader Jetty hingga ke
sistem pembakaran boiler.
Dimana pada Unit Pembangkitan Paiton bahan bakar utamanya adalah
batu bara, selain minyak HSD (High Seed Diesel / solar) sebagai bahan bakar
awal. Jenis batu bara yang digunakan sekarang banyak dari unsur batu bara
Bentala, Adaro dan Berau, sedangkan untuk pemakaian bahan bakar Arutrin
tidak dipergunakan untuk sementara karena pertimbangan harga pembelian
yang terlalu mahal, maka digunakan alternatif bahan bakar lainnya. Berikut
jumlah nilai kalor yang terkandung dalam bahan bakar batu bara dari asal batu
baranya :

1. Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Nilai kalor (HHV) = 5700 – 6500

kcal/kg (disupplay oleh PT. Arutmin Indonesia).

2. Tambang Kayu Ulin, Bengkulu Selatan. Nilai kalor (HHV) = 5300

kcal/kg (disupplay oleh PT. Kili Suci Paramita).

3. Tambang Paringin dan Tutupan, Kalimantan Selatan. Nilai kalor (HHV)

= 5300 kcal/kg (disupplay oleh PT. Adaro Indonesia).

4. Tambang Lati, Kab. Berau kalimatan Timur. Nilai kalor (HHV) = 5300

kcal/kg (disupplay oleh PT. Kili Suci Paramita).

Batubara dengan ukuran 32 mm dan merupakan yang paling kecil dikirim


ke PLTU Paiton dengan kapal berjumlah 10.000 – 40.000 DWT untuk unit 1 dan
unit 2 serta untuk rencana pembangunan PLTU Paiton sepenuhnya.
Pembongkaran batubara dengan menggunakan Ship Unloader (alat untuk

Teknik Elektronika Industri Page 20


pengambilan batubara dari tongkang) dengan kapasitas rata-rata 1750
ton/jam.

Proses pentransferan batu bara ke dalam silo menggunakan konveyor A1


dan A2 dan kemudian dipindahkan ke konveyor B1 dan B2 berturut-turut pada
Transfer House no.1 Dalam transfer House no.2 batu bara dari konveyor B1 dan
B2 dicurahkan ke konveyor C1 dan C2 secara berturut-turut. Kemudian ke
Transfer House no.3 batu bara dikirim melalui D1 dan D2 ke konveyor E1 dan E2
dan seterusnya sampai pada Transfer House no.5 (conveyor day), kemudian
dicurahkan ke konveyor K1 dan K2 dan dikirim ke dalam Tripper L1 dan L2 masuk
ke dalam silo unit I dan unit II. Baru kemudian dikirim ke silo.
Ship Unloader adalah alat dengan Grab Bucket yang digunakan untuk
Batubara yang dibongkar dari tongkang/kapal sebagian masuk silo dan
sebagian lagi ke stock pile. PLTU Paiton memiliki sarana penimbunan batubara
lengkap dengan fasilitas yang diperlukan, sarana penimbunan ini dibuat luas
agar unit tetap beroperasi meskipun sarana angkutan batubara mengalami
gangguan.
Metode penimbunan batubara ada beberapa macam. PLTU Paiton
menggunakan penimbunan batubara secara Telescopic Chute yang berfungsi
untuk mencurahkan batubara dari conveyor ke stock area dengan alat
semacam belalai (chute) yang dapat bergerak naik turun. Dalam penimbunan
batubara diusahakan agar batubara tetap dalam keadaan padat. Pemadatan
batubara dimaksudkan agar tidak ada rongga udara yang menyebabkan
batubara mudah terbakar. Sarana pemadatan batubara di stock area
menggunakan dresser dan loader.
Untuk mencegah dan mengurangi debu yang tercampur didalam batubara
waktu loading atau unloading digunakan dua peralatan yaitu :

3.1.5 Dust Suppresion

Dust Suppresion adalah alat atau sarana yang digunakan untuk


mengurangi debu yang tercampur didalam batubara dengan cara
disemprot/spray air yang dicampur dengan zat kimia yaitu Metana (NH2) yang
membantu air dalam mengikat debu. Dust Suppresion dipasang ditiap Transfer
House dan dispraykan pada tiap ujung perpindahan batubara dari conveyor
yang satu ke conveyor yang lain.

Teknik Elektronika Industri Page 21


3.1.6 Dust Collection

Debu-debu batubara ada yang lolos dari Dust Suppresion dan sampai
masuk ke transfer tower. Untuk mengatasi hal ini digunakan Dust Collection
yang berfungsi untuk mengumpulkan debu-debu yang beterbangan di transfer
tower. Debu-debu itu dihisap oleh Dust Collection lalu dikumpulkan dan
terakhir dimasukkan ke silo.

3.1.7 Sistematis Alur Batubara

Sistem alur batubara dirancang untuk mencapai umur 30 tahun untuk


masa operasi dengan baik, apabila kondisi suhu 24 – 35 °C dengan kelembapan
udara relatip 95%. Alur penanganan batu bara melewati tahap-tahap sebagai
berikut :

1. Batu bara yang dikirim ke PLTU diangkut dengan tongkang/kapal


pengangkut batu bara. Dimana batu bara akan dibongkar dari kapal
tongkang dengan menggunakan Ship Unloader (SU 1 dan 2) type Bucket
yang dapat bergerak sepanjang relnya, dengan kapasitas maksimum
untuk ssetiap pengambilan 24 ton dan untuk tongkang mempunyai
kapasitas 5000 – 10.000 ton tiap tongkang.
2. Pada Ship Unloader batu bara akan dicurahkan kedua buah conveyor
yaitu A1 dan A2 yang mempunyai ukuran dan kapasitas masing-masing
lebar belt 2000 mm, 3500 t/h dimana dengan belt Conveyor A1 dan A2 ini
batu bara akan diangkut menuju Transfer House 1 (TH 1)
3. Didalam TH 1 batu bara dari conveyor A1 dan A2 akan dicurahkan ke belt
conveyor B1 dan B2. pada ujung akhir dari belt conveyor A1 dan A2 (masih
dalam TH 1) dilengkapi dengan Self Cleaning Belt type Magnetik
Separator (MSP 1) yang berfungsi untuk memisahkan logam yang
terdapat di batu bara tersebut.

Teknik Elektronika Industri Page 22


Gambar 3.0
Alur Proses Batubara di PLTU UP. Paiton

3.2 Preventive Maintenance


Preventive Maintenance adalah jenis Maintenance yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada alat selama operasi
berlangsung.Contoh Preventive Maintenance yaitu dengan menjadwalkan
pengecekan (inspection) dan pembersihan ( cleaning) atau pergantian
suku cadang secara rutin. Beberapa kegiatan yang berhubungan dengan
PM yang dilakukan pada PLTU Paiton unit 1 & 2 adalah sebagai berikut:

1. PM BFP (Boiler Feed Pump)


 Pengecekan PRESSURE GAUGE

Gambar 3.1
Pengecekan Pressure gauge di BFP
Penegecekan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pressure pada pipa ACWP
tersebut normal atau tidak.

Teknik Elektronika Industri Page 23


2. PM CWP (Cooling Water Pump)
 Pengecekan PRESSURE GAUGE
 Penggantian Cairan GLYCERIN Pada PRESSURE GAUGE

Gambar 3.2
Pengecekan Pressure gauge di CWP
Penegecekan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pressure pada pipa
ACWP tersebut normal atau tidak.

3. PM ACWP (Auxiliary Cooling Water Pump)


 Pengecekan PRESSURE GAUGE
 Penggantian Cairan GLYCERIN Pada PRESSURE GAUGE

Gambar 3.3
pengecekan Pressure gauge di ACWP
Penegecekan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pressure pada pipa ACWP
tersebut normal atau tidak.

Teknik Elektronika Industri Page 24


3.3 Corective Maintenance
Corective Maintenance adalah perawatan yang di lakukan dengan
cara mengidentifikasi penyebab kerusakan dan kemudian
memperbaikinya sehingga mesin atau peralatannya biasanya beroperasi
dengan normal kembali.Corective Maintenance biasanya dilakukan pada
peralatan yang sedang beroperasi tidak normal.Salah satu kegiatan
Corective Maintenance pada PLTU Paiton Unit 1 & 2 adalah melakukan
perbaikan pada I/P Converter.

a. I/P Converter

I/P Converter merupakan suatu alat yang digunakan untuk


mengubah sinyal arus menjadi pressure (sinyal tekanan). Salah satu
contoh yang terjadi di lapangan untuk Corrective Maintenance adalah
Penyimpangan atau pergeseran nilai yang diinginkan dari nilai standar
yang ada. I/P Converter mendapat supply udara dari Instrument Air Tank
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan udara yang sifatnya kering
untuk digunakan di semua unit di Unit 1-2. Kerusakan yang biasa terjadi
adalah pergeseran nilai dari nilai standard,pekerjaan yang dilakukan
untuk memperbaiki hal ini dengan cara melakukan kalibrasi.Pekerjaan ini
dilakukan untuk mengembalikan atau adjustment kenilai standard yang
telah di tentukan.

Gambar 3.4

I/P Converter

Teknik Elektronika Industri Page 25


b. Cara Kalibrasi :

Udara dari Service Air Tank (SAT) dikirim ke bengkel dengan


tekanan 8kg/cm², sedangkan I/P Converter hanya membutuhkan
tekanan 1kg/cm² - 2kg/cm². Tekanan/pressure yang masuk kemudian
dialirkan ke regulator yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya
tekanan udara yang di perlukan. Output dari regulator masuk ke Input
pada I/P Converter, kemudian Output pada I/P Converter menuju ke
Outlet pada Pressure Gauge. Pada I/P Converter terdapat tanda min (-)
dan plus (+), dimana tanda min (-) pada I/P Converter ke kabel Inject
current warna hitam, sedangkan tanda plus (+) ke kabel Inject Current
warna merah. Selector pada Inject Current diletakkan pada mA.Didalam
I/P Converter itu terdapat SPAN dan ZERO,Span digunakan apabila range
teringgi/1 kg pada Pressure Gauge jarum penunjuknya tidak sesuai,maka
kita mengadjustnya hingga sesuai/pas,Zero digunakan apabila range
terendah/0,2 kg pada Pressure Gauge jarum penunjuknya tidak
sesuai,maka kita mengadjustnya hingga sesuai/pas.Dengan sinyal Arus
DC 4 - 20 mA.Jika I/P Converter disesuaikan pada Pneumatic sinyal
standartnya 3psi = 4mA dan 15psi = 20mA,Kalibrasi biasanya dilakukan
jika terdapat pergeseran outputnya contohnya ketika kita memberi nilai
inputan 4mA dan outputnya 5psi tidak sesuai standartnya maka kita
harus mengkalibrasinya dengan memutar ZEROnya dan ketika kita
member inputan 20mA dan keluaran outputnya 20psi maka kita harus
memutar SPAN nya.

Gambar 3.5 Gambar 3.6


I/P Converter I/P Converter

Teknik Elektronika Industri Page 26


BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Praktek Keja Lapangan di PT. (PLN) Pembangkitan Jawa
Bali, Unit Pemeliharaan Paiton, penyusun dapat mengambil beberapa
kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. PLTU Paiton didirikan untuk memberikan supply energi listrik kepada


seluruh masyarakat yang membutuhkan di seluruh Jawa dan Bali.
2. Dengan dibentuknya organisasi dimana Unit Pembangkitan terbagi
menjadi 2 (dua) , yaitu PT. PJB dan PT. INDONESIA POWER, maka
pembagian tugas pada masing-masing bagian akan lebih jelas, yang
mana PT. PJB areanya meliputi Jawa dan Bali sedangkan PT. INDONESIA
POWER area meliputi Jawa bagian Barat.
3. PLTU Paiton yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama,
secara tidak langsung ikut serta dalam menyukseskan program
pemerintah dalam hal diversifikasi energi, dimana persediaan bahan
bakar minyak semakin menipis sehingga perlu dikembangkan
penggunaan bahan bakar alternatif.
4. Pengoperasian pada sistem kelistrikan yang sesuai dengan petunjuk
pengoperasian sesuai dengan peralatan masing-masing fungsi akan
tercipta keamanan dan terpeliharanya pada personil operator maupun
pada peralatan.
5. Untuk mengurangi pencemaran udara pada instalasi batu bara di PLTU
Paiton dilengkapi dengan Dust Suppresion dan Dust Collector.
6. Pada komponen-komponen bahan semikonduktor, dari semua
peralatan-peralatan kontrol listrik harus diperhatikan Livetime daripada
komponen tersebut sesuai dengan operasi manual book untuk
menghindari kerusakan-kerusakan pada saat operasi terutama pada
peralatan kontrol Automatic Voltage Regulator.
7. Dengan adanya pengontrolan air pengisi boiler baik secara eksternal dan
internal, maka kemungkinan terjadinya kerusakan boiler dapat dihindari.

SARAN

Teknik Elektronika Industri Page 27


1. PT. PJB UP PAITON hendaknya memperhatikan limbah hasil
produksi khususnya asap yang keluar dari stack, agar tidak
mengganggu lingkungan dan masyarakat sekitar
2. PT. PJB UP PAITON sebaiknya melakukan pelatihan ataupun
seminar K3 tentang pertolongan pertama secara rutin untuk
mengingatkan mereka tentang prosedur pertolongan pertama
yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan karena berdasarkan
penelitian banyak tenaga kerja yang melakukan pertolongan
kurang sesuai dengan standart pertolongan pertama yang
dianjurkan akibat lama tidak mendapatkan pelatihan.
3. Pihak sub kontraktor sebaiknya juga menguasai tentang
pertolongan pertama, karena resiko pihak sub kontraktor untuk
terjadinya kecelakaan lebih besar sehingga jika jam kerja dari sub
kontraktor diikutkan dalam perolehan penghargaan kecelakaan
nihil, maka kerugian hari hilang bisa dikrangi.
4. Salah satu cara untuk mengurangi angka kecelakaan kerja yaitu :
 Bagi tenaga kerja PJB wajib mengikuti indaction test yang
berlaku selama satu tahun
 Bagi tenaga kerja sub kontraktor wajib mengikuti induction
test yang berlaku selama 6 bulan.
5. Tenaga kerja sub kontraktor yang melaksanakan kegiatan di
PT. PJB wajib didampingi oleh tenaga kerja PT.PJB.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Elektronika Industri Page 28


Data teknis PT Pembangkit Jawa Bali UP Paiton 1 & 2
Ahmad Fauzan, Muhammad Iqbal MH. 2012. Laporan praktik kerja
industry di PT Pembangkit Jawa-Bali unit pembangkit
Paiton,Probolinggo. Malang : SMK Putra
Indonesia,http://www.vibrasindo.com/blogvibrasi/detail/136/mengenal
-lebih-jauh-mengenai-predictive-maintenance

Teknik Elektronika Industri Page 29


LAMPIRAN
Jurnal Kegiatan Februari

Jurnal Kegiatan Maret

Jurnal kegiatan April

Teknik Elektronika Industri Page 30

Anda mungkin juga menyukai