Disusun Oleh :
SHITA AGESTI PRADINA
331510124
Di Pasar Kedunggede sampah masih menjadi masalah yang sulit untuk diatasi,
terlebih sampah organik yang menumpuk diarea Pasar, dikernakan bidang
persampahan masih minim dalam pengelolaan sampah, masyarakat dan pedagang
banyak yang belum menyadari akan bahaya buang sampah sembarangan dan
bahaya penumpukan sampah di area Pasar. Tujuan dalam penelitian ini untuk
memanfaatkan sampah organik yang ada dipasar kedunggede menjadi pupuk cair
menggunakan alat komposter guna untuk dijadikan pupuk tanaman hias dan
mengurangi timbulan sampah dipasar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa pupuk organik cair yang dihasilkan kadar nitrogen terlalu tinggi sehingga
belum dapat digunakan untuk semua jenis tanaman, dan alat komposter yang
dibuat oleh peneliti sudah dapat digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair
maupun pupuk kompos padat.
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan limpahan rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pemanfaatan Sampah Organik Pasar Kedunggede
Menjadi Pupuk Cair Menggunakan Komposter Dengan Metode Aerob” ini
dengan baik.
Terima kasih juga penyusun sampaikan kepada pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Selama proses
penyusunan Skripsi ini, penulis selalu mendapatkan dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga segala rintangan yang penulis alami dapat teratasi. Oleh
karena itu, dengan terselesaikannya skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Hamzah M. Mardi Putra, S.K.M.,M.M. selaku Rektor Universitas
Pelita Bangsa;
2. Ibu Putri Anggun Sari,S. Pt., M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pelita Bangsa dan selaku pembimbing utama;
3. Bapak Dodit Ardiatma, S.T., M. Sc. selaku Kepala Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Pelita Bangsa;
4. Ibu Nisa Nurhidayanti. S.Pd., M.T, selaku pembimbing kedua;
5. Orang tua dan Keluarga yang selalu memberikan doa, semangat dan
dukungan baik dalam bentuk moral maupum materi;
6. Teman-teman Teknik Lingkungan Universitas Pelita bangsa 2015;
7. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini;
Oleh karena itu dengan keterbukaan penyusun mengharapkan segala bentuk
saran dan kritik yang sifatnya membangun. Akhir kata penyusun juga berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bekasi, 17 Januari 2020
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...............................................i
LEMBAR PUBLIKASI.............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................v
KATA PENGANTAR...............................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................3
1.3 Batasan Masalah.........................................................................3
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................3
1.5 Tujuan Penelitian........................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian......................................................................4
1.7 Sistematika Penulisan.................................................................5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................59
5.2 Saran........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................62
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
terdapat 23 pasar tradisional salah satunya pasar Kedunggede hal ini terdapat
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah daerah, swasta. Badan usaha milik daerah kerjasama dengan swadaya
masyarakat atau koperasi skala kecil, menengah dengan proses jualbeli barang
tenaga kerja diarea pasar, dan mempermudah warga sekitar membeli kebutuhan
tidak pada tempatnya juga mengurangi nilai estetika pasar. Selain ini, sampah juga
yaitu :
organik.
2
1. Berapa banyak timbulan sampah di Pasar Kedunggede ?
pupuk cair.
3
yang bersih dan sehat, dan bisa memanfaatkan sampah yang tadinya hanya di
angkut ke TPA, menjadi nilai yang berharga dan bisa bermanfaat untuk semua
1.7 SistematikaPenulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan di bahas tentang latar belakang, identifikasi masalah,
sistematika penulisan.
Pada bab ini akan dibahas teori yang relevan dengan materi dan topik
Bab ini akan membahas : Lokasi dan waktu penelitian, penentuan titik
pengambilan sampel, alat dan bahan, teknik pengujian sampel, analisis data hasil
pengujian sampel.
4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan disimpulkan mengenai tercapai atau tidaknya tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat,
sementara, dan tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan
lingkungan.
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam berbentuk
padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah
penanganaan sampah
6
a. Sampah rumah tangga;
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
c. Sampah spesifik.
jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang telah tua.
Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
7
yang ramah lingkungan. Pengolahan sampah secara komposting merupakan
diantaranya :
aspek teknik, aspek kelembagaan dan aspek keuangan dan manajemen. Uraian
dibawah ini akan membahas aspek-aspek tersebut. Hal pertama yang perlu
dimengerti dan difahami agar dalam menyusun sistem pengelolaan yang dimulai
8
sampah dapat dilakukan secara benar. Karakter sampah dapat dikenali sebagai
berikut:
dan kemakmuran serta gaya hidup dari masyarakat perkotaan. Oleh karena itu
rata sampah yang ditimbulkan oleh setiap penduduk di Kabupaten Bekasi adalah
sebanyak 0,8 kg/hari, di Bangkok sebanyak 0,9 kg/hari, di Singapura 1,0 kg/hari
dan di Seoul sebanyak 2,8 kg/hari. Pengumpulan sampah pada lokasi timbulan
pada kegiatan pengumpulan sampah antara lain banyaknya timbunan sampah yang
pernafasan dan mengundang lalat yang merupakan pembawa dari berbagai jenis
penyakit. Tempat sampah yang memadai menjadi hal yang sangat langka pada
kawasan yang padat penduduknya. Sungai dianggap merupakan salah satu tempat
pembuangan sampah yang paling mudah bagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut
dilakukan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, memang untuk
9
sampah tetapi untuk jangka panjang akan menyebabkan berbagai masalah yang
sebagainya.
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
sebagainya.
10
1. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, daun
10. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang
cair.
11
2.3 Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu tempat tertentu, bertemunya antara penjual dan pembeli
transaksi jual-beli, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk ke
pasar akan membeli barang, ada yang datang ke pasar hanya sekedar main saja
Pasar Tradisional adalah tempat terjadinya transaksi jual beli antara pembeli
Pasal 1, ayat 5 Pasar Tradisional, yang selanjutnya disebut Pasar adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan
swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
12
Menurut (Kementrian Perdagangan RI, 2011).Pasar tradisional mempunyai
1. Kontribusi ekonomi;
mempunyai peranan dalam aktivitas sosial. Pasar pada prinsipnya adalah tempat
dimana para penjual dan pembeli bertemu. Tetapi apabila pasar telah
terselenggara dalam arti para pembeli dan penjual sudah bertemu serta barang
bukan hanya sebagai pusat kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai pusat
kebudayaan. Pasar dilihat dari segi pengertian ekonomi ialah suatu tempat
menetap yang penduduknya terutama hidup dari perdagangan dari pada pertanian
pasar bagian dari sanitasi pasar, yang merupakan usaha pengendalian melalui
13
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan oleh sampah pasar yang erat hubunganya dengan timbul atau
berikut:
2. Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat,
3. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan;
kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas
pengangkut sampah
6. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m
penanganan sampah. Pengelolaan sampah yang baik dapat dilihat dari beberapa
segi, yaitu:
1. Dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja yang bersih mencegah tempat
14
lingkungan hidup;
pengurangan dan penanganan sampah. Dari definisi di atas maka tampak bahwa
unsur- unsur pokok utama dalam pengelolaan sampah, sehingga kita dapat
melibatkan nilai- nilai keindahan dan kesehatan. Bak- bak sampah yang tidak
tanah secara terbuka merupakan hal yang tidak diinginkan yang sering terlihat di
tempat- tempat komersial. Oleh karena itu bak- bak sampah (kontainer) maupun
bak- bak pengumpul sampah lainnya harus memenuhi syarat tertentu sehingga
15
maupun kesehatan pada umumnya. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 18
Tahun 2008)
1. Syarat konstruksi
b. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan dan kedap air.
c. Mempunyai tutup dan sebaiknya mudah dibuka atau pun ditutup tanpa
mengotori tangan.
2. Syarat volume
3. Syarat lokasi
16
alat pengangkut kemudian membawanya ke tempat pengumpulan sementara atau
tempat menampung sampah yang diperoleh dari semua kontainer yang ada di
sampah dari penyimpanan sementara dapat terangkut tanpa bekas, baik di tempat
tidak teratur maka perlu dibangun rumah sampah sehingga sampa-sampah yang
dihasilkan setiap harinya dapat ditampung terlebih dahulu agar tidak berserakan.
(Hermawati, 2015)
a. Konstruksi terbuat dari bahan yang kedap air, ada tutupnya dan selalu
17
b. Volume bak atau kontainer mampu menampung sampah dari pemakai
e. Sampah di bak pengumpul sementara tidak boleh melebihi tiga hari untuk
h. Jarak dari rumah yang dilayani terdekat 10 meter dan terjauh 500 meter. i.
2.4.3 Pengangkutan
tempat penghasil sampah ke tempat pembuangan akhir atau secara tidak langsung
(TPSS) lalu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alat-alat angkut sampah dari
sumber sampah atau lokasi/ tempat pengumpul sampah sementara dapat berupa:
a. Terbuat dari bahan logam atau melapisi bagian dalam dinding bak dan
18
c. Truk terbuka minimal harus ditutup dengan jala/ jaring.
kerja, sarung tangan, topi, masker, sepatu, bot, sapu, cangkul dan garpu.
lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya ada yang positif dan ada juga
19
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-
dengan sampah.
masyarakat.
keperluan lain.
20
1. Pengaruh terhadap kesehatan
atau tikus.
dan sebagainya.
dan sebagainya.
21
f. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas
setempat.
2.6 Komposter
22
memperhatikan sistem aerasi yang sempurna dengan mempertimbangkan adanya
(Mudiatun, 2018)
Proses pengomposan dibagi menjadi dua cara yaitu proses aerob yang
menggunakan udara bebas, dan anaerob yang secara tertutup artinya tanpa udara.
sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk
karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH
sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan
ditambah kan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk. Cara membuat kompos
aerob memakan waktu 20-30 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos
dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembapan
harus dibalik untuk menstabilkan suhu dan kelembapannya. Pada proses ini
23
terdapat bahan tambahan (dekomposer) agar pengkomposan yang terjadi
berlangsung sedikit lebih cepat. Proses ini harus dilakukan pengawasan secara
terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan
inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia
dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif
anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku
untuk dijadikan kompos. Di lahan yang tersisa disekitar telah terisi dengan
Peran bahan organik terhadap sifat bilologis tanah adalah meningkatkan aktifitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
24
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh
tanaman. Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
memberikan peningkatan kadar kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium
yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukan perbedaan
yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang
ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
hara mikro dan makro lengkap walaupun jumlahnya sedikit dan dapat
ketersediaan tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara,
Pada dasarnya bahan baku kompos dapat diperoleh dari semua bahan
organik yang ada di alam seperti Dedaunan, limbah pertanian, sampah organik
c. Struktur remah
25
d. Kandungan bahan yang halus tinggi
juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta
EM4 akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.Berikut ini beberapa manfaat EM4 bagi
karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang
dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik. Jumlah
26
sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan yang pokok, yaitu Bakteri
baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi
semi anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air
unsur hara dalam pupuk organik sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang
pengomposan yang optimal, kualitas maupun kecepatannya. Selain itu, juga untuk
ini merupakan ciri khas proses pengomposan aerob, berupa bahan yang
menyerupai tanah berwarna hitam dan kecokelatan, remah dan gembur. Apabila
bentuknya sudah seperti ini maka kompos aerob siap digunakan pada tanaman
27
1. proses windrow
tertutup. Sistem ini dirancang untuk mengatasi masalah bau dan mempercepat
waktu proses dengan pengaturan kondisi lingkungan, seperti: aliran udara, suhu
Salah satu keuntungan dari metode aerob tertutup adalah lebih mudah
Selain itu pada reaktor yang tertutup, panas yang dihasilkan selama proses dapat
selain itu suhu yang tinggi juga akan meningkatkan laju degradasi sehingga proses
Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian yang
ada di lahan dapat dilihat secara sederhana dari penampakan warna tanaman
dilahan. Misalnya ada tanaman yang terlihat hijau sementara yang lainnya terlihat
tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara. Untuk memudahkan unsur hara
28
dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu
dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai
Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang terdapat didalamnya
lebih mudah diserap tanaman. Pemberian pupuk organik cair juga harus
timbulnya gejala kelayuan pada tanaman. Jenis sampah organik yang bisa diolah
menjadi pupuk organik cair adalah sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi,
sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-
lain . Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan
organik basah seperti sisa buah dan sayuran. Selain mudah terdekomposisi, bahan
ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan tanaman. Semakin tinggi kandungan
selulosa dari bahan organik, maka proses penguraian akan semakin lama.
(Pranata, 2014)
atau disemprotkan ke daun tanaman. Kedua cara tersebut bisa dilakukan secara
terbit agar zat hara yang terkandung dalam pupuk tersebut dapat langsung dipakai
29
Karakteristik pupuk cair organik memiliki warna cokelat agak kekuningan
dan bau yang cukup menyengat. Bau tersebut dapat dikurangi, bahkan dihilangkan
alami. Adapun bahan alami yang dapat digunakan yaitu sereh wangi, jeruk citrun,
30
bahan organik yang berasal dari pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, limbah
ternak, dan berbagai sampah. Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Fungsi unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N),
vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif
batang (tinggi dan ukuran batang). Phospat (P) berfungsi untuk pengangkutan
merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Kalium (K)
kesuburan dalam tanah yang terdiri dari berbagai ikatan C (karbon). potential of
unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi
tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca),
Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe),
Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn), Boron (B), dan
31
jumlahnya di dalam tanah. Terkadang tanah pun tidak mengandung unsur-unsur
tersebut secara lengkap. Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot
oleh tanaman saat manusia tidak henti-hentinya bercocok tanam tanpa diimbangi
dengan pemupukan. Kalau dilihat dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13
unsur tersebut hanya 4 unsur saja yang diambil tanaman dalam jumlah yang
banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tersebut disebut unsur
makro. Ke-4 jenis unsur makro tersebut adalah N, P, K, Ca.( Hadisuwiro, 2017)
jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang telah tua.
Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
jurnal, buku dan lain sebagainya yang telah di lakukan oleh para peneliti terdahulu
32
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penulis
No
Judul & Tahun Persamaan Perbedaan Hasil
alat yang dapat
cara dibuat berbeda, membanding
Rancang Bangun Hadisuw merancang dia kan alat
Alat Pengolahan
1 Sampah Organik
iro alat dan menggunakan mana yang
Menjadi Pupuk Cair , 2017 bahan yang seng, peneliti lebih efektif
digunakan menggunakan untuk
tong digunakan
Pembuatan Pupuk Penambahan
Organik Cair Dari Bioaktivator
Sampah Organik Elma
Rumah Tangga Em4 waktu yang hasil dari
2 dkk,
Dengan Penambahan (Effective digunakan pupuk cair
2016
Bioaktivator Em4 Microorganis
(Effective ms)
Microorganisms)
Rancang Bangun
Komposter Rumah
Tangga Komunal Tahir cara
kapasitas kualitas
3 Sebagai Solusi dkk, membuat
Pengolahan Sampah komposter pupuk
2018 komposter
Mandiri Kelurahan
Pasirjati Bandung
proses aerob
Pembuatan Kompos Ikbal dilakukan
Secara Aerob metode yang keefektifan
4 Dengan Bulking
dkk, secara manual,
di gunakan tempat
Agent Sekam Padi 2015 di lahan
terbuka
Teknologi Yuwono
Pengolahan Sampah cara yang objek yang kualitas
5 Organik Menjadi
dkk,
digunakan digunakan pupuk
Kompos Cair 2016
Pengaruh Variasi
Rasio C/N Terhadap
Kualitas Kompos Pranata, parameter sampah yang perbandingan
6 Dari Sampah 2014 yang di uji di pakai hasiluji lab
Organik Secara
Aerob
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bekasi.
Bujur timur sampai 107016’45’’ Bujur Timur dan 06017’75’’ Lintang Selatan
34
tentang sistem sebagai jaringan yang saling berhubungan yang mempengaruhi
dapat dilakukan untuk sistem yang baru tanpa harus merubah sistem yang telah
3.3.1 Alat
a. Bor
b. Gurinda
c. Gunting seng
d. Meteran
e. Las besi
f. Gergaji
g. Palu
h. Obeng
i. Timbangan
j. Spidol
k. Botol aqua
35
3.3.2 Bahan
c. Paku aluminium
d. Kran air
e. Pipa
f. Saringan
g. Karet
h. Kunci slot
i. Lem
36
Gambar 3.2 Tampak depan Komposter
Sumber : Data Primer( Autocad), 2020
37
Gambar 3.4 Detail Komposter
Sumber : Data Primer( Autocad), 2020
38
Fungsi dari komponen komposter yaitu :
pupuk organik padat agar pupuk cair yang keluar benar – benar hanya air
lindi
e. Kasa berfungsi untuk penguat pipa agar tidak kendur dan berputar
a. Masukan sampah kering untuk alas paling bawah, guna untuk penyaringan
g. Lalu keluarkan pupuk organik cair dari komposter melalui keran air
39
3.4.3 Pengujian Pupuk Organik Cair
a. Ambil sampel pupuk cair organik yang ada di dalam tong plastik
Spektrophotometry.
8 EM 4 1 botol 80.000
40
11 Pipa PVC ukuran 2 inch 50mm 1 buah 95.000
dapat dimulai pada tanggal 01 Agustus 2019 atau sesuai persetujuan dan
kebijakan dari pihak Pasar Kedunggede. Berikut jadwal rencana penelitian yang
41
9 Uji kualitas pupuk
Cair
10 Penyusunan Laporan
kepada pedagang yang berkaitan langsung dengan objek studi, pencatatan laporan
mengenai :
Bulan pertama
1 1) Data karakteristik sampah
yang di dapatkan
42
Pembuatan dan pemaparan laporan pemanfaatan
43
BAB IV
Hasil rancangan alat pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair terdiri
dari 7 bagian utama yaitu rangka, penutup dan wadah masukan sampah, pipa,
kasa, wadah saringan, wadah penampung cairan, dan kran air. Alat penggerak
cairan, dan kran air. Alat penggerak dari alat ini yaitu tenaga manusia.
,bahan tersebut digunakan sebagai rangka utama karena lebih kuat untuk
menopang badan alat pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair. Penutup
dan wadah masukan sampah terbuat dari karet plastik berukuran 0,4mm, ukuran
sisi bawah 10 cm x 5 cm, dan tinggi 30 cm. Ukuran ini digunakan karena wadah
dapat menampung sampah kurang lebih 5 kg. Wadah saringan terbuat plat
lebih 5 kg sampah.
Plastik saringan yang digunakan berupa jala yang ukuran lubangnya tidak
besar, cukup untuk menyaring ampas dari sampah yang sudah diendapkan. Wadah
penampung cairan terbuat dari plat Tong Karet dengan ukuran 30 cm x 30cm x 30
cm yang dapat menampung kurang lebih 3 liter cairan pupuk organik cair. Kran
Hasil rancangan alat pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair dapat
44
Tampak Dalam Tampak Luar
cm. Ukuran ini tidak terlalu besar untuk skala pedagang karena penyimpanannya
mudah. Kemudian alat ini menggunakan tenaga manusia karena dapat digunakan
Proses pembuatan pupuk dari bahan organik sampah pasar dapat di lihat
45
Cabe
bawang
Sawi
kol
Toge
Nasi
Ikan
Tulang ayam
Ampas kelapa
Serabut kelapa
Sekam
Daun pisang kering
EM4
6
Hasil fermentasi selama 15 hari
46
8 Hasil pengendapan pupuk organik cair selama
30 hari
Cara kerja dari alat ini yaitu sampah organik dimasukkan dalam wadah
sampah yang telah hancur di masukan ke dalam alat pembuat pupuk cair organik,
dan sampah organik yg telah di potong akan turun dengan sendirinya di wadah
penyaringan dan akan tersaring antara ampas dan cairan dari sampah tadi. Ampas
memerlukan kurang lebih 15 hari untuk memisahkan antara ampas dan cairan
kran, cairan yang dihasilkan dari sampah organik sebanyak 5kg menghasilkan
pupuk organik cair sebanyak kurang lebih 1 liter, setelah pupuk cair organik di
keluarkan dari alat komposter selanjutkan pupuk organik cair dimasukan kedalam
bak penampungan dan di diamkan selama 30 hari guna pupuk tidak mengeluarkan
bau tak sedap. Dan untuk melihat ampas dari sampah dapat dilakukan dengan
mengeluarkan melalui pintu yang ada di alat komposter. Ampas tersebut dapat
47
dicincang kemudian disaring dalam wadah plastik menunjukkan bahwa hasil
saringan masih basah dan berulat. Ini dikarenakan kondisi dalam wadah plastik
terlalu sempit, dimana jarak antara saringan dan penutup terlalu dekat sehingga
tumbuh ulat, karena kondisi dalam wadah lembab yang menyebabkan ulat senang
dengan menggunakan wadah yang sama (wadah saringan alat pengolahan sampah
organik), menunjukkan hasil saringan kering dan menyisakan sedikit ampas. Hasil
saringan kering dikarenakan kondisi ruang dalam wadah cukup besar dibanding
membuat sampah organik menjadi pupuk organik cair. Dari 5 kg sampah organik
yang dimasukkan 60% yang tidak terurai menjadi pupuk cair, selebihnya menjadi
pupuk cair sebanyak 1 liter. Sehingga adanya alat pengolahan ini pedagang sayur
pupuk cair. Sehingga, sampah-sampah organik yang dibuang begitu saja dapat
48
4.3 Hasil Pengamatan Kualitas Komposisi Pupuk Organik Cair
yang terjadi pada bahan dalam unit komposter. Hasil pengamatan digambarkan
pada tabel 7.
Kasar, Coklat
lembek muda,
Menyusut
dan warna Berbau Tidak ada
3 hari hingga
1 memiliki lindi busuk belatung
pertama sekitar 5cm
kadar air kuning
yang kecoklatan
tinggi
Kasar, Coklat
lembek muda,
dengan warna
kadar air lindi
yang kuning Menyusut
Bau Tidak ada
3 hari ke tinggi, kecoklatan hingga
2 busuk belatung
dua sudah sekitar 5cm
mulai
hancur dan
serpihan
lebih kecil
Bagian Coklat
bawah tua, warna Menyusut
masih lindi Bau hingga Tidak ada
3 hari ke
3 lembek kuning busuk sekitar belatung
tiga
dengan kecoklatan 10cm
kadar air
Pekat, Coklat
Menyusut
kasar dan tua, warna
Bau hingga Tidak ada
3 hari lembek lindi
4 busuk sekitar belatung
keempat dan m kuning
10cm
kecoklatan
49
Lembek Coklat Bau Menyusut
dan daun tua, warna tidak hingga Tidak ada
3 hari ke
5 kering lindi terlalu sekitar belatung
lima
masih utuh hitam busuk 10cm
pengamatan pertama sampah sudah mulai berubah warna menjadi coklat muda,
serta telah terbentuk kompos cair (lindi) berwarna kuning kecoklatan. Pada
pengamatan ini sudah muncul bau busuk dengan kadar ringan dan telah terjadi
reduksi volume sampah (penyusutan volume) sekitar 5%. Pengamatan setelah hari
serpiah kecil-kecil. Warna sampah berubah menjadi coklat gelap, bau relatif
ringan, dan volume sampah mengalami reduksi sekitar 5%. Pengamatan setelah
hari ke-9 dan menunjukkan kondisi sampah yang relatif sama dengan pengamatan
cair cukup banyak dan kompos relatif tidak berbau. Kompos padat dalam kondisi
lembek dan kompos cair yang terbentuk berwana coklat tua bahkan seperti
berwarna hitam. Secara umum dapat diketahui bahwa pada 3 hari pertama proses
pengomposan sudah terbentuk kompos cair dan sampah sudah mulai hancur serta
muncul bau yang relatif menyengat, namun pada akhir relatif tidak menyengat.
demikian, proses pemanenan kompos cair bisa dilakukan pada 15 hari. Sedang
50
penelitian ini, proses pengomposan dilakukan selama 15 hari dengan metode
dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu diantaranya adalah lama waktu
pengomposan. Hal ini sesuai dengan pendapat peneliti yang menyatakan bahwa
waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang. Jenis
probion, starbio, EM 4, dan lainnya Peneliti lain juga menyatakan bahwa kualitas
kompos yang dihasilkan dari proses dekomposisi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Ukuran bahan yang lebih kecil, waktu fermentasi yang lama, dan jumlah EM4
4.4 Hasil Uji Kualitas Komposisi Pupuk Organik Cair Yang di Hasilkan
Pengujian sampah organik pasar menjadi pupuk cair yang berupa uji
dan pH meter, Pemeriksaan laboratorium kompos cair dilakukan 2 kali, pada hari
pupuk cair yang lebih berkualitas, dan akan terlihat hari ke berapa yang memenuhi
standar baku mutu pupuk organik cair organik yang mengacu pada Permentan
51
4.4.1 Data Hasil Uji Kualitas Pupuk Organik Cair hari ke 15
yang dihasilkan pada hari ke 15 penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Kualitas Pupuk Organik Cair hari ke 15
menunjukkan nilai yang bervariasi. Parameter kimia untuk Hara Mikro fospor
kualitas pupuk sesuai (Permentan No.70 Thn 2011) tetapi hasil dari uji Nitrogen
(N = 9,5%) nilainya lebih besar dari standar baku mutu itu terjadi karena adanya
yang dihasilkan pada hari ke 30 penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
52
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Kualitas Pupuk Organik Cair hari ke 30
Persyaratan Teknis
Hasil uji minimal pupuk cair (
No Parameter Satuan Spesifikasi
Laboratorium Permentan No.70
Thn 2011)
1 C- organik 18,5 Min 6 % Spektrophotometry
2 pH 9,6 4-9 - pH meter
N(
3 Nitrogen )
7,2 3-6 % Spektrophotometry
4 P2O5 5,4 3-6 % Spektrophotometry
5 K 2O 4,8 3-6 % Spektrophotometry
Sumber : PT. Advanced Analytics Asia Laboratories, 2019
yang dihasilkan menunjukkan nilai yang bervariasi. Parameter kimia untuk Hara
18,5%) dari kompos cair sudah memenuhi nilai standar kualitas pupuk sesuai
(Permentan No.70 Thn 2011) tetapi hasil dari uji nitrogen ( N = 7,2%) nilainya
lebih besar dari standar dan untuk parameter Potensial Hidrogen (pH = 9,6) untuk
banyak mengandung kacang – kacangan, nasi, lauk pauk karena bahan tersebut
NH3, hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukan bahwa peningkatan
53
4.5 Pembahasan
dan pH dalam sampel lindi yang dihasilkan pada hari ke 15 dan 30 hari penelitian
Nitrogen nilainya lebih tinggi di hari 15 maupun hari ke 30. Adapun hasil
54
Nilai parameter hara mikro (N, P, K) hasil penelitian ini nilai Nitrogen nya
terlalu tinggi hasil dekomposisi sampah pasar sayur selama 15 dan 30 hari. Pupuk
cair organik yang dihasilkan mengandung kadar unsur hara, dan hari ke 30
ternyata pH yang dihasilkan terlalu basa lemah. Karena Pada awalnya nilai pH
dikarenakan pada awal penguraian hasil oksidasi material organik. Pada awal
awal proses terjadi degradasi bahan - bahan organik yang menyebabkan pH dan
Nitrogen menjadi naik, seperti kol, toge, dan sekam terdapat juga sampah nasi dan
lauk pauk yang mengandung kadar protein yang tinggi sehingga menyebabkan
kadar nitrogen dan pH menjadi naik, sedangkan untuk 3 parameter lainnya P2O5,
K2O dan C- organik dari hari 15 sampai hari 30 mengalami peningkatan dan hasil
uji lab menunjukan bahwa 3 parameter tersebut telah sesuai dengan standar baku
dihasilkan sama dengan jumlah mikroba yang mati di mana pada saat ini aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa
bahan. Namun pada penelitian ini penurunan kadar N tidak nampak sebab
waktu yang lebih lama untuk melihat kondisi tersebut, sebagaimana penelitian
yang telah dilakukan oleh Siburian (2018) yang menggunakan variabel waktu 30
55
dan 60 hari, ternyata pada waktu maksimum yaitu 60 hari kadar N nya menurun
tentang standar baku untuk pupuk organik berbentuk cairan, maka jenis sampel
lindi yang diperoleh pada penelitian ini belum dikategorikan sebagai jenis pupuk
organik cair sebab kadar Nitrogen terlalu tinggi sehingga belum memenuhi
standar baku mutu hasil analisa kadar N pada sampel yang dihasilkan kali ini
berkisar pada range 9,5 sampai 7,2% sehingga jenis sampel yang diperoleh
kualitas buah menurun, menyebabkan rasa pahit pada buah, produksi tanaman
menurun, dan hanya daun yang lebat dan pertumbuhan vegetative yang cepat.
Penelitian pupuk organik cair ini memang belum bisa digunakan untuk
pupuk cair tanaman seperti buah dan sayur atau tanaman sebagai bahan pangan
manusia , tetapi pupuk organik cair yang peneliti buat dapat digunakan untuk
pupuk cair tanaman hias yang hanya membutuhkan keindahan dari daun, dan
seperti tanaman yang bertunas kamboja,tanaman udara dan sejenisnya. Dan dapat
dikategorikan juga sebagai jenis pembenah tanah. Adapun yang dimaksud dengan
adalah bahan- bahan sintetis atau alami , organik atau mineral, berbentuk padat
maupun cair yang mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Oleh sebab itu
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan pupuk organik cair ini agar
56
dihasilkan pupuk organik cair yang benar benar memenuhi standar baku yang
telah ditetapkan oleh pemerintah maupun instansi atau lembaga tertentu yang
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Telah dibuat alat pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair terdiri
dari 9 bagian utama yaitu rangka, penutup dan wadah masukan sampah,
pipa, kasa, lubang udara, wadah saringan, wadah penampung cairan, dan
kran air. Sumber penggerak dari alat ini yaitu tenaga manusia. Dengan
kurang lebih 5 kg, kapasitas wadah penampung cairan kurang lebih 1 liter.
menjadikan pupuk organik pasar menjadi pupuk cair, selain itu juga tidak
tidak terurai menjadi pupuk cair, selebihnya menjadi pupuk cair sebanyak
di hari ke 30 kualitasnya lebih baik dari hari ke15 yaitu sebesar 18,5% dari
standar baku mutu min 6, Phospor di hari ke 30 kualitasnya lebih baik dari
hari ke 15 yakni 5,4% dari standar baku mutu 3-6%, Kalium kualitasnya
lebih baik di hari ke 30 yaitu 4,8% dari standar baku mutu 3-6%, dan
58
untuk nitrogen dan pH mengalami kenaikan karena Kadar nitrogen naik
naik karena sampah organik yang membusuk menghasilkan NH3, hal ini
5.2 Saran
cair.
59
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan karena membutuhkan waktu 2 bulan
untuk fermentasi bahan organik menjadi pupuk cair dan butuh waktu 3
60
DAFTAR PUSTAKA
Dahono. 2017. Pembuatan kompos cair dan pupuk cair organik dari kotoran dan
urin sapi. Lokal pengkajian teknologi peternakan (LPTP) Kepulauan
riau.
Elma, Sari, Yuki,Azam 2016 Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah
Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator Em4
(Effective Microorganisms). Jurnal ilmiah Teknik Lingkungan.
Erwin ikhsan nur. 2016. Edisi revisi Hukum Lingkungan Dalam Sistem
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup di Indonesia.
Bandung: PT Refika Aditama.
Indriyani, Y. H,, 2016, membuat kompos secara kilat, Cet, 4, penebar Swadaya,
Jakarta.
61
Mirwan, Mudiatun., Rosariawari, F. 2018, Optimasi Pematangan Kompos
Dengan Penambahan Campuran Lindi dan Bioaktivator Stardec.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan
62
63
64
65
66
67
68