Anda di halaman 1dari 30

RESPON FREKUENSI PEMBERIAN POC BIO-3 TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL PETSAI

PROPOSAL PENELITIAN TERAPAN

Oleh:

SILVESTER PIDI
NIM. 182 389 120

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HORTIKULTURA


JURUSAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Silvester Pidi


NIM : 182389120
Program Studi : Teknologi Industri Hortikultura
Jurusan : Tanaman Pangan dan Hortikultura
Judul : Respon Frekuensi Pemberian POC Bio-3 Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Petsai

Proposal ini telah Dipertahankan dalam Seminar Penelitian Terapan Pada Hari …,
Tanggal … Juli 2022 dan Disetujui oleh Tim Penelaah untuk melakukan Penelitian

Kupang, …… Juli 2022

Menyetujui
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Ir Suryawati, M.Si Dr. Ir. Zainal Arifin, M. P.


NIP. 19620901 199403 2 001 NIP. 19661231 199703 1 005

Mengesahkan/Mengetahui
Ketua jurusan TPH Ketua Program Studi TIH

Jemrifs H. Sonbai, S.P., M.Sc Ir. Eko H A. Juwaningsih, M.Si


NIP. 19770618 200501 1 002 NIP. 19660828 199702 2 001

i
LEMBAR PENELAAH

Nama : Silvester Pidi


NIM : 182389120
Program Studi : Teknologi Industri Hortikultura
Jurusan : Tanaman Pangan dan Hortikultura
Judul : Respon Frekuensi Pemberian POC Bio-3 Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Petsai

Proposal ini telah Diseminarkan Di Hadapan Dewan Penelaah pada Tanggal


…. Juli 2022 dan Dinyatakan Layak Untuk Melakukan Penelitian

DEWAN PENELAAH

Penelaah Utama : …………………

Penelaah Anggota : ……………………..

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : Silvester Pidi
NIM : 182389120
Program Studi : Teknologi Industri Hortikultura
Jurusan : Tanaman Pangan dan Hortikultura

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal yang berjudul “Respon


Frekuensi Pemberian POC Bio-3 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Petsai” adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam proposal
penelitian tersebut diberi tanda citasi dan tunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pembuatan proposal penelitian dan gelar yang
saya peroleh.

Kupang, …. Juli 2022


Yang membuat pernyataan

Silvester Pidi

iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

KEGAGALAH ADALAH CERMIN UNTUK MELANGKAH LEBIH BAIK LAGI

PERSEMBAHAN

Laporan ini penulis persembahkan kepada:


1. Ayahanda tercinta ….. dan Ibunda Tercinta …..
2. Kakak …...
3. Almamater tercinta Politeknik Pertanian Negeri Kupang

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat
dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Respon Frekuensi Pemberian POC Bio-3 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Petsai”
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan dorongan baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dan secara khusus rasa
terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Suryawati, M.Si, selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Zainal Arifin, M. P,
selaku Pembimbing Anggota.
2. ………….., selaku Penelaah Utama dan ………, selaku Penelaah Anggota yang
telah meluangkan waktu untuk mengikuti seminar proposal ini serta memberikan
kritikan, masukan dan saran untuk penyempurnaan proposal penelitian terapan
ini.
3. Jemrifs H. H. Sonbai, S.P., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Tanaman Pangan dan
Hortikultura, dan Ir. Eko H. A. Juwaningsih, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Teknologi Industri Hortikultura.
4. Teman-teman seperjuangan Program Studi Teknologi Industri Hortikultura tahun
ajaran 2018.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih banyak
kekurangannya, namun penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Kupang, ….. Juli 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... i
LEMBAR PENELAAH................................................................................ ii
PERNYATAAN............................................................................................. iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat......................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
2.1 Tanaman Petsai................................................................................ 5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Petsai...................................................... 6
2.3 Pupuk Organik Cair Bio-3............................................................... 7
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan................................................................................ 10
3.3 Rancangan Penelitian...................................................................... 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian.................................................................... 11
3.5 Variabel Pengamatan...................................................................... 13
3.6 Model Matematika dan Analisis Data............................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. 19

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman


2.1 Kandungan hara POC Bio-3........................................................... 8

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman


1 Jadwa Penelitian............................................................................. 19
2 Denah Penelitian............................................................................. 20
3 Deskripsi Tanaman Petsai.............................................................. 21

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sayuran merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin
bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan sayuran. Sayuran banyak diminati masyarakat karena
banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh
(Haryanto, dkk., 2007).
Petsai (Brassica chinensis L.) merupakan kelompok sayuran semusim yang
dimanfaatkan daunnya sebagai makanan, baik segar maupun olahan serta menjadi
salah satu tanaman sayur yang paling banyak dipasarkan dan digemari oleh
masyarakat karena memiliki prospek, potensi, dan gizi yang cukup tinggi. Di
Indonesia sendiri banyak sekali jenis masakan yang menggunakan daun petsai,
baik sebagai bahan pokok maupun sebagai bahan pelengkap. Hal tersebut
menunjukan bahwa dari aspek sosial, masyarakat sudah menerima kehadiran petsay
untuk konsumsi sehari-hari (Haryanto, dkk., 2007). Petsai memiliki kandungan
karbohidrat 2,18 g; protein 1,50 g; lemak 0,20 g; serat 1,00 g; fosfor 37,00 mg;
vitamin A; vitamin C; dan vitamin K (Zulkarnain, 2013).
Produksi petsai di Indonesia pada tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan 2019
masing – masing sebesar 600.187 ton, 600.197 ton, 627.597 ton, 687.352 ton dan
712.684 ton (Direktorat Hortikultura, 2020). Potensi hasil petsai dapat menghasilkan
20 sampai 30 ton/ha atau rata – rata 25 ton sayuran segar pada musim kemarau per
periode tanaman (Haryanto, dkk., 2007).
Data BPS Indonesia (2020) menginformasikan bahwa produktivitas tanaman
petsai di Indosesia sebesar 4,43 ton/ha-1, dan di Nusa Tenggara Timur sebesar 2,31
ton/ ha-1. Berdasarkan data tersebut maka produktivitas tanaman petsai di NTT
tergolong rendah. Salah satu faktor yang menjadi penyebab menurunnya
produktivitas petsai diantaranya adalah menurunnya kesuburan tanah berkaitan
dengan penggunaan pupuk anorganik/kimia secara terus menerus, yang

1
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi penggunaan pupuk
kimia maka dimanfaatkan pupuk organik (Setiawan, 2002). Penggunaan pupuk
organik untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah merupakan hal yang
penting.
Tanaman petsai memerlukan unsur hara yang cukup dan tersedia bagi
pertumbuhan dan perkembangannya untuk menghasilkan produksi yang maksimal
(Wahyudi, 2010), oleh karena itu pemupukan merupakan faktor penentu
keberhasilan budidaya petsai. Penggunaan pupuk organik akan berdampak pada
berkurangnya biaya produksi tanpa mengurangi volume hasil, sekaligus mengurangi
pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimiawi yang berlebihan
(Zulkarnain, 2009). Penggunaan pupuk organik baik padat maupun cair dapat
menambah unsur hara serta memperbaiki struktur tanah, tekstur tanah, dan
menyimpan air. Selain itu, pemberian pupuk organik juga dapat digunakan untuk
meningkatkan produksi tanaman dengan tetap menjaga keamanan dan kelestarian
lingkungan (Febrian, dkk., 2018). Sumber bahan baku pupuk organik berupa limbah,
baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian, peternakan, maupun
limbah organik jenis lain (Nasaruddin dan Rosmawati, 2011). Salah satu sumber
pupuk organik yang kaya akan unsur hara adalah pupuk organic cair Bio-3.
Pupuk organik cair (POC) yang digunakan adalah Bio-3 merupakan buah
karya masyarakat setempat. Pupuk tersebut terbuat dari tumbuh-tumbuhan dataran
tinggi TTS yang difermentasi dan mengandung hara lengkap seperi bakteri pelarut
phosphat (Pseudomonas sp.), bakteri pengurai (Basillus sp.), Rhizhobium sp.,
Azaspirilium sp., Azotobacte sp., dan ZPT (auksin dan giberellin), N = 53,09, C-
Organik = 0,24, P = 1,25, K = 53,16, Na = 32,91, Ca = 4,75, Mg = 7,41, Fe-0,46,
Mn = 0,20, Zn = 0,76, Cu = tr (dalam ppm). POC Bio-3 telah digunakan pada
tanaman petani setempat seperti padi, jagung, mangga, apel, sawi, bawang merah,
kangkung. POC Bio-3 diberikan sebanyak 250 ml/15 liter air setiap minggu yang
diberikan dengan cara penyemprotan pada bagian daun tanaman. Sampai sejauh ini
penelitian khusus tentang POC Bio3 masih terbatas dilakukan, dalam hal ini masih
sebatas penerapan pada tanaman di Kabupaten TTS. Hasil penelitian dari Mali
(2016) menunjukkan bahwa, kombinasi perlakuan dengan rootone-f dan pemberian

2
poc bio-3 dua hari berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati. Perlakuan
Rw8 (dengan Rootone-F dan pemberian POC Bio3 2 hari) memberikan kualitas apel
terbaik dengan presentasi stek tumbuh stek (80,00%), waktu bertunas (6,33 hari),
jumlah tunas (4,17 pucuk ), jumlah daun (28,13 lembar), panjang tunas (13,67 cm),
dan jumlah akar (4,58 akar).
Penelitian mengenai pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman petsai telah banyak dilakukan, namun belum banyak yang khusus
meneliti tentang frekuensi pemberian pupuk organik cari Bio-3 sehingga penelitian
dengan judul “Respon Frekuensi Pemberian Konsentrasi POC Bio-3 terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Petsai” perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3 yang berbeda berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai?
2. Berapakah frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3 yang dapat
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang optimal?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Mengetahui pengaruh nyata frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
2. Mendapatkan frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3 yang dapat
menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang optimal.
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
budidaya tanaman petsay secara organik.
2. Sebagai bahan informasi ilmiah tentang penelitian khususnya respon
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai akibat frekuensi pemberian pupuk organik
cair Bio-3.

3
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini, antara lain :
1. Frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3 berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai.
2. Frekuensi pemberian pupuk organik cair Bio-3 tertentu dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman petsai yang optimal.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Petsai (Brassica chinensis L.)


Petsai merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
memiliki nilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah sub tropis
maupun tropis. Petsai berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman
ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang silam, kemudian menyebar ke
Philipina dan Taiwan (Rukmana, 2007).

2.1.1. Taksonomi dan morfologi tanaman petsai


1) Taksonomi
Kedudukan petsai dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan oleh para ahli
taksonomi yang dikutip oleh Rukmana (2007) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L. atau B.campestris var. Chinensis
2) Morfologi
Morfologi tanaman petsai menurut Rukmana (2007), adalah sebagai berikut :
Tanaman petsai memiliki system perakaran yaitu akar tunggang. Akar
tunggang merambat sampai kedalaman 20 cm, namun pada perakaran akar serabut
merambat secara horizontal dan dangkal.
Tanaman petsai berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat dan memiliki
batang lunak. Batang juga memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk
pertumbuhan daun dan organ-organ lainnya karena batang merupakan penghubung
atau transportasi pengangkut unsur hara yang disalurkan keseluruh organ tanaman.

5
Tanaman petsai memiliki daun bulat panjang, kasar, berkerut, rapuh serta
berbulu halus dan tajam. Urat (tulang) daun utamanya lebar dan berwarna putih.
Rasa daun petsai masak adalah lunak, sedangkan yang mentah agak pedas. Pola
pertumbuhan daun mirip tanaman kubis. Daun yang muncul terlebih dahulu
menutupi daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang
berwarna putih.
Tanaman petsai memiliki susunan dan warna bunga seperti kubis. Biji petsai
berwarna hitam kecoklatan dengan ukuran lebih kecil dari biji kubis.

2.1.2. Manfaat Tanaman Petsai


Tanaman tersebut memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya adalah
untuk menyehatkan mata, menurunkan kolesterol, menghindari serangan jantung,
sumber vitamin dan makanan untuk memulihkan tenaga. Hal ini dikarenakan
petsai memiliki kadar zat besi yang tinggi dan mengandung magnesium, tidak
seperti daging yang menyimpan potensi merugikan apabila dikonsumsi dalam
jumlah banyak (Rukmana, 2007).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Petsai


Tanaman petsai (Cucumis sativus L) merupakan tanaman sayuran daun dari
keluarga Cruciferae yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan cocok untuk
dikembangkan di daerah sub tropis maupun tropis. Tanaman petsai dapat tumbuh
pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian tempat berkisar 600 –
1500 meter diatas permukaan laut (m dpl) dan terpapar sinar matahari antara 8-12
jam/hari (Margiyanto, 2007).
Suhu ideal untuk produksi petsai berkualitas tinggi adalah 20-32°C, dengan
suhu optimal 27°C, sedangkan kelembaban relatif udara yang dikehendaki oleh
tanaman petsai adalah 40 – 75% dengan curah hujan 200-400 mm / bulan
(Margiyanto, 2007). Petsai dapat tumbuh pada tipe tanah lempung sampai lempung
berpasir, gembur, mengandung bahan organik, pH tanah optimum 6,0-6,8.
Persyaratan lain lokasi terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung serta
drainase air lancar (Margiyanto, 2007). Waktu tanaman petsai yang baik ialah

6
menjelang akhir musim hujan (Maret) atau awal musim hujan (Oktober) karena
tanaman lebih tahan terhadap hujan. Akan tetapi, perawatan tanaman pada musim
hujan akan lebih berat daripada musim kemarau karena serangan ulat daun
(Margiyanto, 2007).

2.3. Pupuk Organik Cair Bio-3


Pupuk organik cair adalah larutan yang terbuat dari bahan-bahan organik
yang difermentasikan dan dengan kondisi anaerob dengan bantuan dari organisme
hidup. Menurut Rizqiani et al. (2007), penggunaan pupuk organik cair juga dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih
mudah menembus tanah dan menyerap unsur hara serta memperbaiki pertumbuhan,
mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat
meningkatkan hasil tanaman. Penggunaan pupuk organik cair dapat merangsang
pertumbuhan tanaman terutama pada saat fase pertumbuhan vegetatif ke generatif,
seperti mendukung pembentukan klorofil sehingga dapat meningkatkan terjadinya
proses fotosintesis, merangsang pembentukan biji dan buah, selain itu unsur-unsur
tertentu dapat mengaktivasi beberapa enzim yang berkaitan dengan pertumbuhan
tanaman (Leovini, 2012).
Pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang dibuat melalui proses
fermentasi dari dedaunan segar misanya daun turi, gamal, lamtoro, atau limbah
organik lainnya (seperti kotoran hewan, limbah buah, sayur dan air cucian beras)
(Harjono, 2000). Pupuk organik cair Bio-3 merupakan pupuk organik cair hasil
karya masyarakat di Desa Tubuhu'e yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan dataran
tinggi Timor Tengah Selatan (TTS) dan mengandung hara lengkap. Dilihat dari
persyaratan teknis minimal pupuk cair maka POC Bio3 layak digunakan untuk
budidaya tanaman (Tabel 2.1.)

Tabel 2.1. Kandungan hara POC Bio-3

7
No Parameter Kadar Standar Mutu
1 pH 4–9
2 C-Organik 0,24 Minimal 6%
3 Unsur hara makro dalam ppm
N 53,09 3 – 6%
P2O2 1,25 3 – 6%
K2O 53,36 3 – 6%
4 Unsur hara mikro dalam ppm
Fe tersedia 0,46 5 – 50 ppm
Mn 0,20 250 – 5000
Cu tr 250 – 5000
Zn 0,76 250 – 5000
Na 32,91 -
Ca 4,75 -
Mg 7,41 -
5 Mikroba menguntungkan ٧
Bakteri pelarut phospat (Pseudomonas sp.) ٧
Bakteri pengurai (Basillus sp.) ٧
Rhizhobium sp. ٧
Azaspirilium sp. ٧
Azotobacte sp. ٧
6 ZPT ٧
Auksin ٧
Giberelin ٧
Kriteria peraturan mentri Pertanian No 70 Tahun 2011
Fungsi pupuk organic cair Bio-3 adalah untuk merangsang pertumbuhan
akar, merangsang aktivitas mikroba tanah, merangsang dan mempercepat
pembungaan dan meningkatkan bobot buah atau bulir yang dihasilkan. Keeunggulan
dari POC Bio-3 adalah dapat megurangi pupuk kimia 50 – 70%, mempercepat
pemanenan, meningkatkan produksi, repelant terhadap beberapa hama dan
mengurangi pemakaian air irigasi sampai 40%.
Pupuk organik cair Bio-3 telah digunakan pada tanaman petani setempat
seperti padi, jagung, mangga, apel, sawi, bawang merah, kangkung. Pupuk Bio-3
diberikan sebanyak 250 mi/l5 liter air setiap minggu yang diberikan dengan cara
penyemprotan pada bagian daun tanaman. Sampai sejauh ini penelitian khusus
tentang pupuk organik cair Bio-3 masih terbatas dilakukan, dalam hal ini masih
sebatas penerapan pada tanaman di Kabupaten TIS. Pupuk organik cair Bio-3
diproduksi di JI. Melati No. 9 Kobelete Soe-TTS dan telah dipasarkan di Kota Soe
namun belum dipatenkan.
Hasil penelitian dari Mali (2016) menunjukkan bahwa, kombinasi perlakuan
dengan rootone-f dan pemberian poc bio-3 dua hari berpengaruh nyata terhadap
parameter yang diamati. Perlakuan Rw8 (dengan Rootone-F dan pemberian POC

8
Bio3 2 hari) memberikan kualitas apel terbaik dengan presentasi stek tumbuh stek
(80,00%), waktu bertunas (6,33 hari), jumlah tunas (4,17 pucuk ), jumlah daun
(28,13 lembar), panjang tunas (13,67 cm), dan jumlah akar (4,58 akar).

BAB III

9
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan dilaksanakan di lahan Program Studi Tanaman
Pangan dan Hortikultura, Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Penelitian akan
dilaksanakan dari bulan Agustus - Oktober 2022.

3.2. Alat dan bahan


Alat yang digunakan adalah cangkul, ember, pisau, selang, tali, meter, baki,
gelas ukur, cup plastik, sekop, mistar, amplop, gunting, timbangan digital, alat tulis,
oven, kamera, dan alat penunjang lainnya. Bahan yang digunakan adalah benih
petsai, pupuk organik cair Bio-3 dan air.

3.3. Rancangan Penelitian


Penelitian ini akan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktor tunggal. Faktor yang akan dicobakan adalah frekuensi pemberian
pupuk organik cair Bio-3 yang terdiri dari 7 taraf yaitu:
P0 = Setiap hari tanpa POC Bio-3
P1 = 1 hari sekali POC Bio-3 25 ml/L air
P2 = 2 hari sekali POC Bio-3 50 ml/L air
P3 = 3 hari sekali POC Bio-3 75 ml/L air
P4 = 4 hari sekali POC Bio-3 100 ml/L air
P5 = 5 hari sekali POC Bio-3 125 ml/L air
P6 = 6 hari sekali POC Bio-3 150 ml/L air
Setiap perlakuan akan diulang 4 kali, sehingga terdapat 28 petak percobaan.
Setiap petak percobaan terdiri dari 14 tanaman dengan jumlah tanaman sampel
sebanyak 4 tanaman. Penempatan denah percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


Tahapan penelitian sebagai berikut:
3.4.1. Sanitasi dan sterilisasi alat

10
Peralatan yang akan digunakan disterilkan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi pada tanaman. Alat-alat dibersihkan dan dicuci menggunakan deterjen
kemudian dibilas dan dikeringkan.
3.4.2. Persiapan media tanam
1. Pembersihan lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma maupun kotoran lainnya
dengan menggunakan parang.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan
dengan kedalaman 12-20 cm dari permukaan tanah, hingga tanah menjadi
gembur. Tanah dibiarkan selama 2 hari agar mendapat penyinaran dari sinar
matahari langsung, sehingga mikroorganisme atau jasad renik yang bersifat
merugikan tanah ikut mati.
3. Pembentukan petakan bedengan
Pembentukan bedengan menggunakan sekop dan tali nilon, dengan jumlah
sebanyak 28 bedeng. Bedengan dibentuk dengan ukuran panjang 1,5 m, lebar
bedeng 1,5 m, tinggi 30 cm, dan lebar draenase 40 cm. Setelah itu, dilakukan
pemupukan dasar pada bedengan tersebut dengan menggunakan pupuk kandang
sapi sebanyak 5 kg/petak.
3.4.3. Pembibitan tanaman petsai
Pembibitan tanaman petsai dilakukan pada Tray. Media semai adalah
bokashi dan sekam bakar dengan perbandingan volume 1:1. Media semai dicampur
merata dan dimasukan ke dalam Tray. Media semai kemudian disiram hingga
lembab dan dilakukan persemaian. pada setiap lubang Tray disemai 1 benih petsai,
setelah itu dilakukan penyiraman dengan menggunakan air bersih setiap pagi dan
sore hari. Setelah berumur 2 minggu setelah semai atau bibit telah berdaun 3-4 helai,
bibit petsai siap dipindahkan ke media tanam.

3.4.4. Penentuan jarak tanam dan penanaman


Jarak tanam petsai yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah 40 x 40 cm.
Penanaman petsai dilakukan pada sore hari, sebelum bibit petsai ditanam, petakan

11
bedengan terlebih dahulu disiram dengan air bersih sampai lembab kemudian
membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak tanam 40 x 40 cm. Bibit
petsai dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1 bibit perlubang tanam.
3.4.5. Persiapan pupuk organik cair bio-3
1. Pupuk organik cair bio-3
Pupuk organik cair bio-3 yang digunakan adalah pupuk organic cair yang dibeli
dari pedagang yang memproduksi pupuk bio-3.
2. Aplikasi POC Bio-3 sesuai perlakuan
POC Bio-3 hasil fermentasi diberikan berdasarkan perlakuan frekuensi
perlakuan yang telah ditentukan dalam rancangan penelitian. Penggunaan pupuk
cair tersebut dengan mengencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan,
penggunaan dengan cara penyiraman di sekitar atau di sekeliling tanaman.
Aplikasi POC dimulai saat tanaman telah berumur 7 HST hingga 38 HST
(seminggu sebelum panen). Aplikasi POC ke tanaman 3 hari sekali dan
dilakukan pada sore hari. Apabila aplikasi POC dilakukan pada sore hari, maka
penyiraman air dilakukan pada pagi hari. Aplikasi POC Bio-3 disesuaikan
dengan perlakuan, diantaranya :
P0 = Kontrol : Setiap hari tanpa POC Bio-3. Setiap tanaman
diberi 250 ml larutan POC kotoran ayam
P1 = 1 hari sekali POC : POC 25 ml ditambah air 975 ml, kemudian
Bio-3 25 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3
P2 = 2 hari sekali POC : POC 50 ml ditambah air 950 ml, kemudian
Bio-3 50 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3
P3 = 3 hari sekali POC : POC 75 ml ditambah air 925 ml, kemudian
Bio-3 75 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3
P4 = 4 hari sekali POC : POC 100 ml ditambah air 900 ml, kemudian
Bio-3 100 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3
P5 = 5 hari sekali POC : POC 125 ml ditambah air 875 ml, kemudian

12
Bio-3 125 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3
P6 = 6 hari sekali POC : POC 150 ml ditambah air 850 ml, kemudian
Bio-3 150 ml/L air diaduk hingga homogen. Setiap tanaman diberi
250 ml larutan POC Bio-3

3.4.5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi :
1. Penyiraman
Penyiraman tanaman petsai dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan
menggunakan air.
2. Penyulaman.
Tanaman petsai yang layu dan mati dilakukan penyulaman yaitu dengan
mengganti tanaman mati dengan tanaman baru. Penyulaman tanaman petsai
dilakukan pada hari 1 sampai hari ke-7 setelah tanam.
3. Pemupukan
Pemupukan dengan POC bio-3 dilakukan mengikuti prosedur kerja pada poin
aplikasi POC bio-3 sesuai dengan perlakuan.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika terdapat adanya gejala hama
dan penyakit yang timbul di lapangan.
3.4.6. Panen
Pemanenan petsai dilakukan pada saat tanaman telah berumur 40-50 HST.
Panen dilakukan dengan cara memotong menggunakan pisau tajam.

3.5. Variabel Pengamatan


Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi variabel pendukung
dan variabel utama.
5.3.1. Variabel pendukung
Variabel pendukung yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan
diamati dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Suhu udara (ºC)

13
Suhu udara akan diamati dengan termometer maksimum dan minimum. Suhu
udara yang akan diamati adalah suhu maksimum dan minimum. Pengamatan
akan dilakukan setiap hari pada pukul 07.30 WITA.
2. Kelembaban udara (℅)
Kelembaban udara akan diamati dengan menggunakan termohidro. Pengamatan
akan dilakukan setiap hari pada pukul 07.30 WITA dan sore hari pada pukul
15.00 WITA.
3. Analisis POC bio-3, analisis sifat kimia pupuk, yaitu C-organik, pH, N, P, K, dan
Ca. Sampel diambil sebanyak ± 200 ml setelah penyaringan dan dikirim ke
Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universiatas Nusa Cendana.
4. Analisis sifat kimia tanah awal
Tanah diambil dari beberapa titik secara acak masing-masing sebanyak 250 g
sebagai sampel untuk analisis kandungan haranya. Analisis tanah yang dilakukan
adalah sifat kimia tanah yakni N, P, K,C Organik, KTK dan pH. Sampel tanah
dikemas dan dikirim ke Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Nusa Cendana.

5.3.2. Variabel utama


Variabel utama yang yang akan diamati dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung banyaknya daun
yang telah terbuka sempurna saat tanaman berumur 2 dan 4 MST. Pengukuran
dilakukan pada 4 tanaman sampel.
2. Klorofil daun (Maulid dan Laily, 2015)
Perhitungan klorofil daun dilakukan saat panen. Alat dan bahan yang digunakan
adalah gelas ukur, pisau, mortal dan alat penggerus, timbangan analitik, kertas
saring, pipet tetes, tabung reaksi, gelas ukur, corong, Spektrofotometer UV-Vis,
tabung cuvet, alkohol 95%, dan daun petsai.Daun yang diambil adalah daun
kedua sebelum krop setelah itu daun digunting untuk dijadikan bahan untuk
pengujian klorofil. Helaian daun setiap sampel diambil sebanyak 2 gram,
dihaluskan dan diekstraksi dengan alkohol 95% sebanyak 10 ml sampai semua

14
klorofil terlarut. Ekstrak disaring dan supernatan ditampung dalam gelas ukur 1
ml, lalu ditambahkan alkohol 95% sampai 9 ml. Diambil supernatan hasil
pengenceran sebanyak 2-3 ml dan dimasukan ke dalam tabung cuvet.
Kandungan klorofil diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang λ 649 dan 665 nm.
3. Bobot segar tanaman (g)
Menghitung jumlah seluruh tanaman yang dijadikan sampel pada saat panen.
Tanaman dicabut beserta akarnya dan dibersihkan dari kotoran (tanah). Masing-
masing tanaman sampel ditimbang dijumlahkan dan dirata-ratakan untuk
memperoleh bobot segar tanaman.
4. Panjang krop (cm)
Pengukuran panjang krop tanaman petsai dilakukan dengan cara mengukur
panjang krop dari pangkal sampai dengan ujung krop tanaman sampel.
Pengukuran panjang krop menggunakan penggaris. Pengukuran panjang krop
saat tanaman sudah dipanen.
5. Diameter krop (cm)
Pengukuran diameter krop petsai dilakukan pada tanaman sempel setelah panen.
Pengukuran diameter krop menggunakan jangka sorong dengan mengambil 3
posisi, yaitu pangkal, tengah, dan ujung krop kemudian dihitung rata-ratanya.
6. Bobot segar krop (g)
Tanaman petsai setelah dipanen dibersihkan dari kotoran yang menempel,
kemudian dipisahkan antara daun dan krop tanaman. Krop petsai yang terbentuk
kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot segar kropnya. Penimbangan
bobot segar krop dilakukan pada tanaman sampel menggunakan timbangan
analitik.

7. Bobot kering tanaman (g)


Setelah diperoleh bobot segar, tanaman sampel dikeringkan. Sebelum dioven
tanaman petsai dipotong kecil-kecil dan dikeringkan selama 7 hari, selanjutnya
dioven selama 3 hari dengan suhu 70o C hingga memperoleh berat konstan.

15
8. Bobot kering krop (g)
Krop yang telah ditimbang bobot segarnya, kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringkan selama 7 hari, selanjutnya dioven selama 3 hari dengan suhu 70oC
hingga memperoleh bobot konstan.

3.6. Model dan Analisis Data


Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktor tunggal menurut Sastrosupadi (2000), dengan rumus sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + ßj + €ij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j
µ = Nilai rata-rata
Ti = Pengaruh pengelompokan
ßj = Perlakuan ke-j
€ij = Galat percobaan perlakuan ke-i pada perlakuan ke-j
Data hasil percobaan yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
sidik ragam, dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji
lanjut menggunakan metode BNJ 5%.
Rumus uji BNJ 5% (Gasperzs, 1995) adalah sebagai berikut :
BNJ 5% = qα (p,fe) . (KTG/r)1/2

DAFTAR PUSTAKA

16
Badan Pusat Statistik. 2020. Susenas. BPS. Jakarta. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2017/01/Paparan-BPS-Konsumsi-Buah-dan-Sayur.pdf. (di
akses 26 Maret).

Febrian, M., Prijono. S., dan Kusumarini, N. 2018. Pemanfaatan Pupuk Organik
Cair untuk Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (brassica juncea L.) pada Tanah Berpasir. Jurnal. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Gaspersz, 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito, Bandung.
Harjono. 2000. Sistem Pertanian Organik. Aneka. Solo

Haryanto, E., T.,Suhartini, E. Rahayu, dan H.H. Sunarjono. 2006. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya Tanaman


Tomat (Solanumlycopersicum L.). Jurnal Agronomi. Yogyakarta: Program
Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Vol 11.

Margiyanto E. 2007. Budidaya tanaman sawi. http: //www.skma.org. [31 Agustus


2016].

Maulid, R.R. dan A.N. Laily. 2015. Kadar Total Pigmen Klorofil dan Senyawa
Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia pulcherrima) Berdasarkan Umur
Daun. Prosiding Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber
Daya Alam: 225-230.

Nasaruddin dan rosmawati, 2011.Pengaruh pupuk organik cair (poc) hasil


fermentasi daun gamal, batang pisang dan sabut kelapa terhadap
pertumbuhan bibit kakao.Jurnal agrisistem: 1(7): 29-37

Rizqiani, F., Erlina, A dan Nasih, W, Y,. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis
(Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan
Lingkungan. 7 (1): 43-45

Rukmana R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisus. Yogyakarta.

Mali, P.D 2016. Respon Pertumbuhan Potongan Apel Wiwilan akibat Kombinasi
Rootone-F dengan Waktu Aplikasi Pupuk Bio-3. Laporan Penelitian.
Program Studi Teknologi Industri Hortikultura. Jurusan Tanaman Pangan
dan Hortikultura. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Kupang.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis (Bidang Pertanian). Edisi


Revisi. Kanisius. Yogyakarta.

17
Setiawan A.I, 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan Ketiga Penebar
Swadaya. Jakarta.

Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Widiastuti, W. 2014. Penyakit Tanaman Mentimun Cucumis sativus. Fakultas


Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.

Zulkarnain. (2009). Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.

Zulkarnain, (2013), Budidaya Sayuran Tropis, Bumi Aksara, Jakarta.

DAFTAR LAMPIRAN

18
Lampian 1. Jadwal penelitian

No Jenis Kegiatan Agustus September Oktober

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan Penelitian

2 Pelaksanaan Penelitian

3 Pengambilan data

4 Analisis Data

5 Penulisan Tugas Akhir

Lampiran 2. Denah Penelitian


T

U S
19
B
ULANGAN I ULANGAN II ULANGAN III ULANGAN IV

1,5 m 50 cm

P5 P2 P6 P3
1,5 m

P3 P6 P1 P0

40 cm
P1 P4 P3 P6

P4 P0 P5 P2

P2 P1 P0 P4

P0 P5 P2 P1

P6 P3 P4 P5

Jumlah populasi tanaman adalah sebanyak 392 tanaman, dengan jumlah tanaman
sampel keseluruhan adalah 112 tanaman.
Keterangan : U1, U2, U3 dan U4 adalah ulangan 1, …, Ulangan 4
P0 = Setiap hari tanpa POC Bio-3

P1 = 1 hari sekali POC Bio-3 25 ml/L air

P2 = 2 hari sekali POC Bio-3 50 ml/L air

P3 = 3 hari sekali POC Bio-3 75 ml/L air

P4 = 4 hari sekali POC Bio-3 100 ml/L air

P5 = 5 hari sekali POC Bio-3 125 ml/L air

20
P6 = 6 hari sekali POC Bio-3 150 ml/L air

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Petsai

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 261/Kpts/TP.240/5/2000
TANGGAL : 8 Mei 2000

DESKRIPSI PETSAI VARIETAS LEONY F1

Asal tanaman : introduksi dari PT. East West Seed


Thailand, hasil persilangan induk jantan HA
016 M dengan induk betina HA 016 F
Golongan : hibrida
Umur panen (setelah tanam) : 65 – 70 hari
Tipe tumbuh : tegak
Bentuk krop/kepala : bulat
Kekerasan krop/kepala : padat dan kompak
Rasa : enak
Bobot per krop : 2 – 3 kg/krop
Daerah adaptasi : ketinggian 500 – 1.500 m dpl
Ketahanan terhadap hama
dan penyakit : tahan bakteri soft root, virus dan toleran bengkak
akar
Peneliti/Pengusul : PT. East West Seed Indonesia

MENTERI PERTANIAN

ttd

MUHAMMAD PRAKOSA

21

Anda mungkin juga menyukai