Oleh
MOHAMAD IRDIANA FIRMANSYAH
NIM: 2040106
Menyetujui,
SUKABUMI
2022
PRAKATA
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan tugas akhir ini, terutama kepada :
iii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaar bagi pihak-
pihak yang membutuhkan dan membacanya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
2.3.2.4.1 Pengujian Kadar Lye secara Asidimetri .................................... 8
2.3.2.4.2 Pengujian Kadar Acid secara Alkalimetri.................................. 8
2.3.2.5 Pengecekan pH Hasil Final Rinse ............................................. 8
2.3.3 Tahap Verifikasi ............................................................................ 9
2.3.3.1 Uji Swab ATP ............................................................................ 9
2.3.3.2 Uji Swab Konvensional ............................................................. 9
2.3.3.2.1 Sampling .................................................................................. 10
2.3.3.2.1 Uji Total Plate Count (TPC) ................................................... 10
2.3.3.2.2 Uji Coliform ............................................................................ 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 12
3.1 Tahap Pengecekan 4T ............................................................................... 12
3.1.1 Pengecekan Parameter Time ........................................................ 13
3.1.2 Pengecekan Parameter Temperature ........................................... 14
3.1.3 Pengecekan Parameter Turbulence ............................................. 14
3.1.4 Pengecekan Parameter Titration.................................................. 15
3.1.4.1 Pengujian Kadar Lye secara Asidimetri ................................... 15
3.1.4.2 Pengujian Kadar Acid secara Alkalimetri ................................ 16
3.1.5 Pengecekan pH Hasil Final Rinse ............................................... 17
3.2 Tahap Verifikasi ........................................................................................ 17
3.2.1 Asesmen Penentuan Titik Swab Berdasarkan Skala Bahaya ...... 17
3.2.2 Uji Swab ATP .............................................................................. 19
3.2.3 Uji Swab Konvensional ............................................................... 22
3.3 Penentuan Frekuensi Pengecekan ............................................................. 23
3.4 Rekomendasi Frekuensi Beserta Aktivitas Pengecekan ........................... 25
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 28
4.1 Simpulan ................................................................................................... 28
4.2 Saran .......................................................................................................... 28
BAB V DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 29
LAMPIRAN ......................................................................................................... 31
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
ix
BAB I PENDAHULUAN
Cleaning in Place (CIP) adalah hal yang paling utama dan penting untuk
menjamin produksi pangan yang aman dan sesuai kualitas. Menurut BREMER et
al. (2006), CIP didefinisikan sebagai pembersihan menyeluruh pada sirkuit jalur
pipa atau peralatan pabrik tanpa membongkar atau membuka peralatan dan dengan
sedikit atau tanpa keterlibatan manual dari pihak operator. Menurut
INTERNATIONAL ASSOCIATION FOR FOOD PROTECTION (2002),
Sistem CIP mensirkulasikan larutan pencuci melalui jalur pipa dan peralatan yang
besar menggunakan suatu sistem pompa dan semprotan untuk secara otomatis
membersihkannya.
Peran CIP dalam industri pangan tidak bisa dipandang sebelah mata. CIP
berperan untuk mencegah terjadinya kontaminasi akibat faktor kebersihan dan
bertujuan supaya alat produksi yang digunakan bersih dan terbebas dari mikrob.
Hal ini dikarenakan dalam industri pangan seperti industri susu yang memproduksi
susu ultra high temperature (UHT), menerapkan proses termal steril komersial
untuk produknya, yaitu dengan cara disterilisasi dan kemudian dikemas secara
aseptik. Kondisi yang aseptik ini harus dijaga, karena diharapkan agar
mikroorganisme tidak memungkinkan untuk dapat tumbuh di dalamnya.
PT Indolakto sebagai salah satu industri pangan yang memproduksi susu
UHT memiliki penggolongan proses dari proses produksinya untuk memisahkan
priority area yang nantinya akan dibuatkan guideline untuk mengakomodir
informasi mengenai priority monitoring. Penggolongan tersebut terbagi menjadi 2
yaitu before heat dan after heat. Before heat adalah objek sebelum proses sterilisasi.
After heat adalah objek ketika proses sterilisasi hingga setelah sterilisasi. Makna
“heat” pada penggolongan tersebut ditujukan untuk heat treatment pada proses
sterilisasi pada area mesin UHT untuk dijadikan produk steril komersial.
Penggolongan ini digunakan untuk mencegah potensi ketidakefektifan proses CIP
yang bisa menyebabkan terjadinya deposit di area tersebut. Hal ini disebabkan
1
2
karena pada area after heat sudah tidak ada treatment atau proses untuk membunuh
mikrob (patogen atau non-patogen) yang disebabkan oleh deposit yang terjadi. Area
ini dianggap kritis dan memerlukan perhatian yang lebih. Untuk objek yang
terdapat pada area after heat yaitu homogenizer sterilizer (ST), aseptic tank (AT),
dan filling machine.
Proses CIP perlu diketahui ataupun dievaluasi efektivitasnya. Terdapat
beberapa cara untuk mengetahui efektivitas proses CIP, yaitu dengan pemantauan
seperti mengontrol dan mencatat selama proses pembersihan pada parameter waktu
kontak (time), suhu (temperature), laju aliran (turbulence), dan konsentrasi
(titration) atau disingkat menjadi 4T pada bahan pembersih. Data parameter time,
temperature, dan turbulence didapatkan dari angka yang muncul pada monitor
berdasarkan pembacaan sensor, sedangkan data konsentrasi perlu ditetapkan secara
manual dengan metode titrimetri. Apabila proses pembersihan yang dilakukan telah
selesai, selanjutnya dilakukan pengujian yang dapat menunjukkan efektivitas dari
kegiatan CIP, baik secara mikrobiologi melalui pengecekan swab konvensional
yang dilanjutkan dengan metode total plate count (TPC) dan uji coliform, lalu
secara rapid test menggunakan test kit untuk pengujian swab adenosine
triphosphate (ATP), maupun secara visual dengan mengusap objek dengan tisu
dalam kondisi kering dan bersih untuk melihat apabila terdapat debu ataupun
kotoran yang masih menempel.
Proses CIP dapat dikatakan efektif apabila hasil pengujian swab baik
dengan metode rapid test maupun konvensional berada di bawah nilai batas
maksimal yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemantauan dari
proses CIP yang dilakukan sehingga dapat diketahui efektivitas dari proses CIP
tersebut.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari bahan uji, bahan
kimia, dan media. Bahan uji yang digunakan berupa larutan acid, lye, final rinse
CIP, Promedia Swab Test ST25 PBS, dan Mvp Icon Surface Sampling Device.
Bahan kimia yang digunakan yaitu asam oksalat, natrium karbonat, larutan NaOH
0,5 N, larutan HCl 0,5 N, indikator PP, dan indikator SM. Media yang digunakan
yaitu plate count agar (PCA) dan violet red bile agar (VRBA).
2.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari alat uji, alat utama,
dan alat penunjang. Alat uji atau sampel yang akan diuji berupa alat produksi yang
digunakan yaitu pipa, tangki, dan mesin proses. Alat utama yang digunakan yaitu
Test kit Mvp Icon, pH meter Mettler Toledo SevenCompact Duo, inkubator
Memmert, dan hotplate with magnetic stirrer Cimarec+. Alat penunjang yang
digunakan yaitu erlenmeyer 100 mL dan 250 mL, labu takar 1000 mL, pipet
4
5
volumetri 10 mL, buret shelbach 50 mL, bulb merah, pipet tetes, cawan petri
disposable, dan botol Schott Duran 500 mL.
Percobaan ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengecekan 4T, dan tahap verifikasi.
Larutan HCl pekat (32%) dipipet 49,2 mL, kemudian dimasukkan ke dalam
labu takar 1000 mL (yang telah terisi air suling sebanyak 750 mL) dengan cara
dialirkan melalui dinding labu. Larutan tersebut diencerkan hingga tepat tanda tera
dan dihomogenkan.
N sampai titik akhir warna sindur. Jumlah mL HCl 0,5 N yang digunakan dicatat
dan dihitung untuk mengetahui normalitas HCl 0,5 N sebenarnya.
sebelumnya. Media lalu dipanaskan diatas hotplate pada suhu 465 oC selama 15
menit sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan putaran 400 rpm.
Pada tahap ini dilakukan pemantauan pada parameter 4T, untuk parameter
time, temperature, dan turbulence didapatkan dari angka yang muncul pada monitor
berdasarkan pembacaan sensor selama proses CIP berlangsung, sedangkan
konsentrasi (titration) ditetapkan secara manual dengan metode titrimetri. pH
larutan hasil final rinse dilakukan pengecekan menggunakan pH meter.
Waktu sirkulasi larutan CIP diatur pada monitor sesuai dengan angka
rekomendasi masing-masing objek. Waktu sirkulasi larutan CIP mulai dihitung saat
semua parameter (temperature, turbulence, dan konsentrasi larutan lye dan acid)
sudah mencapai target. Angka waktu yang ditampilkan pada monitor diamati
kemudian dicatat.
Aliran selama sirkulasi larutan CIP ditampilkan dalam bentuk angka pada
monitor, yang merupakan hasil pembacaan flow meter. Angka aliran yang
ditampilkan pada monitor diamati kemudian dicatat.
8
Probe pH meter dibilas dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
Probe pH meter dicelupkan ke dalam larutan hasil final rinse. Tombol read ditekan,
kemudian hasil pH yang muncul pada layar pH meter diamati dan dicatat.
9
Pada tahap ini dilakukan asesmen penentuan titik swab berdasarkan skala
bahaya pada setiap objek, kemudian dilakukan pengambilan sampel permukaan
dengan metode swab pada objek setelah proses CIP berlangsung. Sampel yang telah
diambil kemudian diuji dengan 2 cara, yaitu dengan cara rapid test menggunakan
test kit untuk uji swab ATP dan dengan cara konvensional (mikrobiologi).
Uji swab ATP dilakukan dengan mengusapkan ujung kapas swab secara
horizontal dengan ukuran 10 cm x 10 cm, kemudian dilakukan secara vertikal
dengan ukuran 10 cm x 10 cm secara berulang ke permukaan lantai, dinding, atau
mesin yang akan disampling.
Dimasukkan kembali alat swab ke dalam selongsong penutup alat swab
sampai rapat hingga terdengar bunyi “snap”. Ditekan bagian atas alat swab
sehingga reagen dapat mengaktivasi ATP yang terjerat pada kapas swab.
Pengukuran dengan perangkat Mvp Icon dalam keadaan tegak lurus dan bidang
datar. Chamber pada alat Mvp Icon dibuka kemudian dimasukkan perangkat swab
ke dalam chamber, lalu perangkat akan meminta untuk menutup chamber.
Menu “Plans” dipilih kemudian tekan “Run Test” untuk memulai
pengukuran, lalu hasil pembacaan akan muncul setelah 15 detik. Penutup chamber
dibuka, kemudian hasil tes akan tampil pada layar lalu hasil tes dicatat.
Pada tahap ini, dilakukan proses pengambilan sampel uji, lalu sampel uji
diuji di laboratorium dengan metode mikrobiologi melalui pengujian total plate
count (TPC) dan coliform.
10
2.3.3.2.1 Sampling
Media yang sudah memadat diinkubasi dalam oven selama 48 jam pada
suhu 35 oC. Setelah diinkubasi, diamati dan dihitung koloni yang terbentuk pada
cawan petri.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
12
13
5) Pembilasan akhir (final rinse): Pembilasan air di akhir proses CIP bertujuan
untuk membuang sisa acid hingga pH yang ditargetkan tercapai. Rentang
pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5-8,5.
Dilakukan proses CIP pada tanggal 7 Maret 2022 dengan hasil yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Pada objek sterilizer di parameter time, actual time yang didapatkan adalah
450 detik, sedangkan targetnya 2000 liter, hal ini dikarenakan pengaturan yang
terdapat pada sterilizer untuk proses pembilasan adalah berdasarkan jumlah liter
yang telah tersirkulasi. Oleh karena itu target 2000 liter tersebut tercapai pada 450
detik. Pada filling machine, phase intermediate rinse dan final rinse berdasarkan
kelipatan 60 detik dikarenakan pengaturan pada objek hanya memiliki pilihan
siklus per 60 detik. Pada parameter time ini masih bisa dilakukan validasi lanjutan
untuk dapat mengefisienkan lagi waktu yang dibutuhkan.
Hasil dari pengujian swab ATP setelah proses CIP maupun COP dapat
dilihat pada Tabel 3.
20
ZoC (
Objek Titik swab
maks. 2,4)
Homo dumper in 2,1
Homo dumper out 1.3
Jalur Homo in (di area lantai atas) 1,7
Jalur Homo out (di area lantai atas) 1,7
Sambungan ST HOMO In 2,1
ST
Sambungan ST HOMO Out 1,3
Inlet Holding tube 1,3
Outlet Holding Tube 1,9
Filter ST 1,7
Balance tank ST 1,7
Inlet AT 1,3
Outlet AT 1,3
AT
V 121 (end cluster) 1,5
Manhole , Wall, dan Sprayball AT 1,7
Upper Filling Pipe Outlet 1,9
Upper Filling Pipe Outside 1,9
Nozzle HI 1,7
Filling Float 1,7
Housing Nozzle HI 1,7
Lower Filling Pipe (in and out) 1,9
Tube Steril Air 1,7
Hasil dari pengujian swab permukaan setelah proses CIP maupun COP
kemudian diuji dengan metode konvensional (mikrobiologi) dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Gambar 4.
TPC Coliform
Objek Titik swab
(CFU / 100 cm2) (CFU / 100 cm2)
Homo dumper in 0 0
Homo dumper out 0 0
Jalur Homo in (di area lantai atas) 0 0
Jalur Homo out (di area lantai atas) 0 0
Sambungan ST HOMO In 0 0
ST
Sambungan ST HOMO Out 0 0
Inlet Holding tube 0 0
Outlet Holding Tube 0 0
Filter ST 0 0
Balance tank ST 0 0
Inlet AT 0 0
Outlet AT 0 0
AT
V 121 (end cluster) 0 0
Manhole , Wall, dan Sprayball AT 0 0
Upper Filling Pipe Outlet 0 0
Upper Filling Pipe Outside 0 0
Nozzle HI 0 0
Filling Float 0 0
Housing Nozzle HI 0 0
Lower Filling Pipe (in and out) 0 0
Tube Steril Air 0 0
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 4, hasil pengujian swab yang diuji dengan
metode konvensional (mikrobiologi) dengan parameter TPC dan coliform
menunjukkan hasil negatif, yaitu 0 CFU (colony forming units) pada semua titik di
setiap objek. Hal ini menandakan bahwa proses CIP yang dilakukan telah efektif,
dibuktikan dengan tidak tumbuhnya koloni pada permukaan media dalam cawan
petri, pernyataan ini juga diperkuat dengan hasil swab ATP yang berada di bawah
batas maksimal sehingga dapat mengindikasikan bahwa permukaan telah bersih.
Untuk pengujian TPC memiliki standar maksimal 100 CFU/100 cm2,
sedangkan pengujian coliform memiliki standar maksimal 10 CFU/100 cm2.
Pengujian dengan standar tersebut bertujuan sebagai indikasi kebersihan bahwa
apabila hasil pengujian dibawah standar maksimal, maka proses CIP telah efektif
dalam membersihkan objek.
Q2. Q5.
Q1. Q3. Q4.
Apakah ada Apakah
Apakah Apakah ada Apakah Total
Objek Titik asesmen potensi dead risiko gasket
terkena COP mudah skor
end atau deposit rusak
CIP? manual? dibuka?
produk? rendah?
Homo dumper
1 1 1 1 1 5
in
Homo dumper
1 1 1 1 1 5
out
Jalur homo in
(di area lantai 1 0 0 0 1 2
atas)
Jalur Homo out
ST
(di area lantai 1 0 0 0 1 2
atas)
Sambungan ST
1 0 1 0 0 2
HOMO In
Sambungan ST
1 0 1 0 0 2
HOMO Out
Inlet Holding
1 0 0 1 0 2
tube
25
Q2. Q5.
Q1. Q3. Q4.
Apakah ada Apakah
Apakah Apakah ada Apakah Total
Objek Titik asesmen potensi dead risiko gasket
terkena COP mudah skor
end atau deposit rusak
CIP? manual? dibuka?
produk? rendah?
Outlet Holding
1 0 0 1 0 2
Tube
Filter ST 1 0 0 1 NA 2
Balance tank ST 1 0 0 1 NA 2
Inlet AT 1 0 0 1 0 2
Outlet AT 1 0 0 1 0 2
V 121 (end
1 0 0 1 0 2
AT cluster)
Sprayball 1 0 0 0 NA 1
Wall 1 0 0 1 NA 2
Manhole 1 0 0 1 NA 2
Upper Filling
1 0 1 1 NA 3
Pipe Outlet
Upper Filling
1 0 1 1 NA 3
Pipe Outside
Nozzle HI 0 1 1 1 NA 3
Float 0 1 1 1 NA 3
Filling
Housing Nozzle
1 0 1 1 0 3
HI
Lower Filling
Pipe (in and 1 0 1 1 0 3
out)
Tube Steril Air 0 1 1 1 NA 3
4.1 Simpulan
Berdasarkan data pada tabel pengecekan parameter 4T, dan hasil pengujian
swab, menunjukkan hasil yang baik dan membuktikan bahwa proses CIP yang
dilakukan di PT Indolakto Cicurug 3 telah efektif dan sesuai baik secara prosedur
maupun pelaksanaannya.
4.2 Saran
28
BAB V DAFTAR PUSTAKA
MASYUDA, F. A. 2018. Analisa Kerugian Head Losses dan Friction pada Sistem
Perpipaan Beda Jenis Valve dengan Variasi Bukaan Valve. Skripsi. Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
SHAMA, G. & D.J. MALIK. 2013. The Uses and Abuses of Rapid
Bioluminescence-Based ATP Assays. International Journal of Hygiene and
Environmental Health 216: 115-125.
29
30