Oleh :
DHOROTHEA ERSALINA ASTIPA TRISNADITA
14.I1.0092
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
DHOROTHEA ERSALINA ASTIPA TRISNADITA
NIM : 14.I1.0092
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan Kerja Praktik ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji
pada tanggal : 6 Juli 2017
Dekan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan judul “Proses Produksi
Susu & Pengemasan Cup Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional,
Salatiga” dengan lancar. Laporan ini disusun sebagai syarat dari mata kuliah Kerja
Praktik pada program S1 Teknologi Pangan Universitas Soegijapranata, dan sebagai
syarat untuk memenuhi kelengkapan akademis guna gelar Sarjana Teknologi Pertanian.
Kerja praktik ini juga sangat bermanfaat untuk penulis karena dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam bekerja.
Seluruh kelancaran dan keberhasilan laporan kerja praktik ini tidak lepas dari dukungan,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing penulis selama
melakukan kerja praktik dan selama proses pembuatan laporan kerja praktik ini
hingga selesai.
2. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktik dan laporan dengan baik dan
lancar.
3. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc. selaku Dekan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan kerja praktik.
4. Ibu Katharina Ardanareswari, STP, MSc. selaku dosen pembimbing kerja
praktik hingga laporan kerja praktik selesai.
5. Bapak Moh. Nur Ali Muslim, S.Pt selaku kepala QC dan R&D di CV. Cita
Nasional yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan kerja praktik di
CV. Cita Nasional dan sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan bantuan selama penulis berkerja praktik.
6. Seluruh staff QC dan karyawan bagian pengemasan dan produksi yang telah
membantu memberikan pengarahan, pengetahuan baru, informasi dan motivasi
kepada penulis.
iii
7. Ibu Ir. Cisilia Sunarti, MSc. yang telah membantu menyediakan tempat tinggal
di Rumah Dinas Perkebunan (BPT-BUN) Salatiga. Bapak Pradoto yang telah
mengizinkan penulis untuk tinggal di Rumah Dinas, dan Pak Gik yang telah
membantu penulis selama tinggal di Rumah Dinas.
8. Gloriana Novita Dewi, Benedicta Anindita Astri Nariswari, dan Monica Rika
Ivana selaku teman sekelompok da teman seperjuangan pada saat kerja praktik
di CV. Cita Nasional.
9. Teman-teman yang sudah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan kerja praktik dan pembuatan laporan kerja praktik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa
penulisan dan penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis memohon maaf jika adalah salah kata dan kekurangan selama kerja
praktik dan pembuatan laporan kerja praktik. Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sehingga laporan kerja praktik ini bisa lebih bermanfaat dan
dapat digunakan sebaik-baiknya. Terima kasih. Tuhan memberkati.
Semarang,
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL …………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………….. x
1. PROFIL PERUSAHAAN ………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang dan Sejarah CV. Cita Nasional ……....... 1
1.2. Struktur Organisasi …………………………………….. 2
1.3. Pembagian Kerja ……………………………………….. 2
1.4. Informasi Umum ……………………………………….. 3
2. SPESIFIKASI PRODUK ………….…………………….... 4
2.1. Bahan Baku Utama ……………………………………... 4
2.2.Bahan Baku Tambahan ………………………………….. 4
2.3. Produk ………………………………………………….. 5
3. PROSES PRODUKSI SUSU PASTEURISASI …………… 8
3.1. Alur Bahan Baku ………………………………………. 8
3.1.1. Penyediaan Bahan …………………………………… 8
3.1.2. Penanganan Bahan Baku ……………………………. 8
3.1.2.1. Penampungan Susu ……………………………….. 9
3.2. Alur Produksi …………………………………………. 10
3.2.1. Mixing ……………………………………………… 10
3.2.2. Pendinginan I ………………………………………. 11
3.2.3. Pasteurisasi dan Homogenisasi …………………….. 12
3.2.4. Pendinginan II ……………………………………… 13
3.2.5. Pengisisan dan Pengemasan ………………………... 14
4. PENGUJIAN BAHAN BAKU dan PRODUK……………. 15
4.1. Bahan Baku ………………………………………….. 15
4.1.1. Uji Organolpetik …………………………………… 15
4.1.2. Uji pH ……………………………………………… 15.
v
4.1.3. Uji Alkohol …………………………………….. …. 15
4.1.4. Uji Brix …………………………………………….. 15
4.1.5. Uji Kadar Lemak ………………………………… … 16
4.1.6. Uji Total Solid (TS) ………………………………… 16
4.1.7. Uji MBRT …………………………………………... 16
4.1.8. Uji Antibiotik ………………………………………. 17
4.2. Produk ………………………………………………… 17
4.2.1. Uji Suhu dan Volume ………………………………. 17
4.2.2. Uji pH ………………………………………………. 18
5. PROSES PENGEMASAN SUSU
PASTEURISASI DAN HOMOGENISASI ………………….. … 19
5.1. Jenis Kemasan ……………………………………………. … 19
5.1.1. Cup ……………………………………………………..... 19
5.1.2. Prepack …………………………………………………... 20
5.1.3. Krat ………………………………………………………. 20
5.2. Alat dan Proses Pengemasan …………………………... …… 21
5.2.1. Filling Area …………………………………………… … 21
5.2.2. Sealing Area ……………………………………………… 21
5.2.3. Cutting Area ……………………………………………… 22
5.3. Penanganan Produk Akhir …………………………………… 22
5.4. Masa Kedaluarsa ……………………………………………… 23
5.5. Labelling ……………………………………………………… 23
6. PEMBAHASAN …………………………………………….......... 25
6.1. Proses Pengemasan Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi..…… 25
6.1.1. Alur Bahan Baku ……………………………………………. 25
6.1.2. Pengujian Bahan Baku ……………………………………… 25
6.1.3. Bahan Baku Tambahan ……………………………………… 29
6.2. Proses Pengemasan Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi ……. 29
6.3. Penyimpanan Susu Pasteurisasi Setelah Proses Pengemasan …. 34
6.4. Labelling ………………………………………………………. 34
6.5. Pemeliharaan Mesin ………………………………………… 35
vi
7. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 37
7.1. Kesimpulan …………………………………………………….. 37
7.2. Saran …………………………………………………………… 37
8. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 32
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
1. PROFIL PERUSAHAAN
CV. Cita Nasional merupakan perusahaan perseorangan yang didirikan oleh Bapak H.
Rudi Kurnia Danuwijaya pada tanggal 10 November 2000 dan diresmikan oleh Menteri
Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia Bapak Pr. Dr. Ir. Bungaran Saragih, Mec.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang Industri pengolahan susu murni menjadi susu
segar dengan proses pasteurisasi dan homogenisasi dalam kemasan cup dan prepack
(plastik) dengan merk “SUSU SEGAR NASIONAL”.
Latar belakang didirikannya CV. Cita Nasional adalah ingin meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia dan ikut mensukseskan program pemerintah yaitu
mencerdaskan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. CV. Cita Nasional
menggunakan mesin dan teknologi modern yang di datangkan dari luar negeri untuk
menjamin kualitas produk yang dihasilkan.
CV. Cita Nasional pertama kali produksi pada tanggal 10 Nopember 2000 dengan
memproses 5.000 liter susu murni guna memproduksi susu pasteurisasi dalam kemasan
cup180 ml sebanyak 20.000 cup dengan rasa coklat dan stroberi dan susu pasteuriasi
dalam kemasan pure pack 500 ml dengan rasa plain (tawar). Susu tersebut dipasarkan
ke Surabaya dan sekitarnya. Selanjutnya produk “SUSU SEGAR NASIONAL” mulai
dikenal tidak hanya di Surabaya dan sekitarnya tetapi mulai dikenal juga di Yogyakarta,
Solo, Semarang, Salatiga, Kendal, Pati, Pekalongan, Purwokerto, Purworejo,
Temanggung, Magelang, Bandung, serta Jakarta dan sekitarnya. Agar konsumen tidak
bosan dengan produk susu dengan rasa coklat, stroberi, dan tawar kemudian CV. Cita
Nasional membuat dan mengembangkan varian rasa baru yaitu mocca dan jeruk (milk
juice) dengan kemasan cup dan rasa putih manis dengan kemasan pure pack, serta
tambahan kemasan ukuran mini pack 75 ml dengan rasa coklat dan rasa stroberi. Lalu
juga memproduksi yoghurtdengan tiga kemasan yaitu kemasan cup, kemasan botol, dan
kemasan plastik 2,5 kg. Untuk kemasan cup, ada beberapa rasa yaitu stroberi, anggur,
1
2
blueberry, dan mangga. Sedangkan untuk kemasan botol hanya terdapat dua varian rasa
yaitu plain dan stroberi.
Pemasaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan becak dan loper yang langsung
datang ke konsumen dan pemasaran langsung ke pabrik atau Industri di Jakarta dan
sekitarnya. Bahan baku diperoleh dari Koperasi Andini Luhur, Cepogo, Sumber Karya,
dan Boyolali.
2
3
Sistem gaji di CV. Cita Nasional berdasarkan oleh standar minimal dari Departemen
Tenaga Kerja Wilayah Jawa Tengah. Selain itu juga ada gaji (upah) jika ada tenaga
kerja yang bekerja dengan waktu lebih (lembur). Waktu lembur tersebut mulai pukul
17.00. CV. Cita Nasional juga mendaftarkan semua karyawannya ke BPJS
Ketenagakerjaan untuk melindungi kesejahteraan dan keselamatan para karyawannya.
Sistem pembagian kerja CV. Cita Nasional dapat dilihat pada Tabel 2.
3
2. SPESIFIKASI PRODUK
Bahan baku susu segar yang datang selalu diuji mutunya terlebih dahulu di
laboratorium. Ada 2 jenis pengujian yang dilakukan yaitu uji primer dan uji sekunder.
Uji primer yaitu uji alkohol, organoleptik (warna, rasa, dan aroma), pH, uji karbonat, uji
Methylene Blue Reduction (MBRT), dan uji peroksida. Sedangkan uji sekunder yaitu uji
lemak, total solid, lemak nabati, glukosa, dan uji antibiotik. Tujuan dari pengujian
bahan baku adalah untuk menjaga kualitas poduk yang akan dihasilkan. Jika bahan baku
susu segar yang diuji secara primer dan sekunder tidak memenuhi standar yang
ditetapkan oleh CV. Cita Nasional, maka susu tersebut akan ditolak.
2.2.2. Flavor
Flavor yang digunakan oleh CV. Cita Nasional berupa flavor berbentuk cair dengan
merk “Quest” dari Quest Internasional Indonesia. Selain itu juga menggunakanflavor
dari PT. Cipta Karya Aroma, Semarang. Masing-masing flavor memiliki kode flavoring
agent yang berbeda, seperti kode D1 04231 untuk flavorstrawberi, D1 04253 untuk
4
5
flavor coklat, dan QL 96939 untuk flavormocca. Selain flavor coklat, mocca, dan
strawberi terdapat juga flavor vanila dan jeruk. Flavor tersebut didatangkan dari
perusahaan Alrich Ingredients dengan kode flavorSS 8210 untuk flavor vanila, dan SS
1048 untuk flavorjeruk. Tujuan dari menambahkan flavor adalah untuk memberikan
aroma dan cita rasa yang spesifik pada produk.
2.2.3. Stabilizer
Stabilizer digunakan untuk menstabilkan bahan tambahan seperti bubuk coklat dan
pewarna pada suatu produk. Stabilizer yang digunakan oleh perusahaan CV. Cita
Nasional yaitu Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) dengan merek “Akzo Nobel Cellulose
Gum” dengan kode AF 2785 yang didatangkan dari Belanda dan telah mendapat
sertifikati halal dan spesifikasi produk yang sesuai. Selain itu juga digunakan sebagai
pengental.
2.2.4. Pewarna
Pewarna digunakan untuk memberikan nilai tambah pada suatu produk dan agar terlihat
menarik. CV. Cita Nasional dalam produknya menggunakan pewarna merah untuk rasa
stroberi dari PT. Roha Lautan Pewarna yaitu Ponceau 4R dengan merk dagang “Idacol”.
Untuk warna kuning rasa jeruk menggunakan pewarna FCF C1 15985. Sedangkan
untuk rasa coklat digunakan coklat bubuk Windmolen tipe A-000-T yang diproduksi
oleh General Food Industries Indonesia dan PT. Nirwana Lestari Bekasi.
2.3. Produk
2.3.1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah mengalami pemanasan dengan suhu 63-
660C selama ± 30 menit atau pemanasan dengan suhu 720C selama ± 15 detik lalu
didinginkan pada suhu 100C dan disimpan pada suhu maksimum 4,40C (SNI 01-3951-
6
1995). Terdapat 3 jenis kemasan pada susu pasteurisasi dan homogenisasi “SUSU
SEGAR NASIOANAL” yaitu kemasan cup, prepack, dan minipack. Susu dengan
kemasan cup dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu reguler dan industri. Susu cup reguler
dengan volume 150 ml dipasarkan ke masyarakat umum, sedangkan susu cup industri
dengan volume 170 ml dipasarkan ke instansi atau industri tertentu yang memesan
kepada CV. Cita Nasional. Rasa susu dengan kemasan cup untuk reguler yang
dipasarkan adalah coklat, strawberi, mocca, dan jeruk (milk juice). Sedangkan rasa susu
dengan kemasan cup untuk industri adalah coklat, strawberi, dan mocca. Selain
kemasan cup, susu pasteurisasi dan homogenisasi di CV. Cita Nasional juga dikemas
dengan kemasan purepack dengan volume 200 ml dan 500 ml dengan 2 varian rasa
yaitu plain dan putih manis serta minipack dengan volume 75 ml dengan 2 varian rasa
yaitu coklat dan stroberi.
Gambar 1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi “Susu Segar Nasional” dalam kemasan
cup (regular dan industri) dan purepack.
2.3.2. Yoghurt
Selain susu pasteurisasi dan homogenisasi, CV. Cita Nasional juga memproduksi susu
fermentasi yaitu yoghurt dengan merk “YOGHURT NASIONAL”. Yoghurt
didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi,
kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman bau dan rasa yang
khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan (DSN. 1992). Yoghurt
dikemas menjadi 3 jenis kemasan yaitu botol, cup, dan kaleng. Yoghurt kemasan botol
dan cup adalah jenis stirred yoghurt yaitu yoghurt yang dikemas setelah mengalami
proses inkubasi, sedangkan set yoghurt adalah yoghurt yang dikemas dalam kaleng dan
proses pengemasnnya dilakukan sebelum inkubasi. Terdapat 4 jenis rasa pada Yoghurt
kemasan cup dengan volume 150 ml yaitu stroberi, anggur, mangga,
7
blueberry.Sedangkan pada kemasan botol dengan volume 250 ml yaitu plain dan
strawberi. Set yoghurt dikemas dalam bentuk kaleng ukuran 2,5 kgdengan rasa tawar.
Gambar 2. Yoghurt “Yoghurt Nasional” dalam kemasan botol, cup, dan kaleng.
3. PROSES PRODUKSI SUSU PASTEURISASI
Tiap KUD akan mengirimkan susu murni untuk CV. Cita Nasional dengan
menggunakan alat angkut jenis truk (gambar 3) . Truk tersebut memiliki tangki yang
berbentuk silinder yang digunakan untuk memuat susu murni. Di dalam tangki tersebut,
dipasang mesin pendingin susu atau milk cooling. Tangki tempat susu terbuat dari bahan
stainless steel yang terdiri dari bagian luar dan bagian dalam, serta dilengkapi dengan
bahan isolator untuk menghambat kenaikan suhu.
Gambar 3. Proses transfer susu dari truk pengangkut susu segar ke pipa berisi filter
untuk menghancurkan endapan-endapan.
8
9
memastikan aman untuk dikonsumsi. Uji fisik tersebut meliputi uji organoleptik (warna,
bau, dan rasa), viskositas, suhu, dan berat jenis. Sedangkan untuk uji kimiawi meliputi
pH, alkohol, resolic acid, kadar lemak, uji lemak, gula (sukrosa), dan uji total padatan.
Standar CV. Cita Nasional yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel 3.
Bahan baku susu yang telah didinginkan di plate cooler kemudian ditampung ke dalam
tangki penampung atau storage tank dengan kode T.301 melalui pipa-pipa yang saling
berhubungan. Kapasitas dari tangki penampungan ini adalah ± 20.000 liter. Tangki ini
berfungsi untuk mempertahankan suhu susu dan mencegah kontaminasi. Di dalam
10
tangki ini terdapat dua buah agitator. Fungsinya adalah sebagai pengaduk yang
digunakan untuk menghomogenkan partikel-partikel lemak yang terdapat pada susu
sehingga tidak terjadi penggumpalan susu. Tangki T.301 ini berjumlah satu buah,
berbentuk silinder, dan terbuat dari stainless steel.
3.2.1. Mixing
Tahap pencampuran awal (mixing I), susu yang ada di dalam tangki penampungan
T.301 (gambar 4a) disalurkan menuju tangki pencampuran (mixing tank) kode T.201
(gambar 4b). Jumlah susu yang disalurkan menuju mixing tank T.201 hanya 25% dari
total susu yang akan diproduksi, dan sisanya akan dialirkan ke tangki antara
(intermediet tank). Kapasitas dari tangki pencampuran kode T.201 ini adalah sekitar
4000 liter. Tangki ini berbentuk silinder dan terbuat dari bahan stainless steel. Tangki
pencampuran T.201 telah dilengakpi dengan agitator yang berfungsi sebagai pengaduk
susu selama proses pemanasan sehingga panas susu merata.
a b
Gambar 4. Tangki pada proses produksi; (a) Tangki penampungan T.301; (b) Tangki
pencampuran (mixing) T.201.
11
Pada proses pencampuran awal, susu dipanaskan di Plate Heat Exchanger (PHE)
dengan suhu antara 50-60ºC selama 15 menit. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
bakteri dan menginaktifkan enzim pada susu. PHE di CV. Cita Nasional berbentuk
persegi panjang dan terbuat dari stainless steel. Pemanasan awal dilakukan untuk
mempercepat proses pencampuran bahan-bahan seperti gula, bubuk coklat, dan bahan
stabilizer. Bahan-bahan tersebut dimasukkan lewat corong mixing (gambar 5). Proses
pemanasan pada produksi susu coklat, dilakukan pada suhu 60ºC karena produksi susu
dengan rasa coklat membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mencampurkan bahan-
bahan seperti bubuk coklat.
3.2.2. Pendinginan I
Setelah proses mixing, susu yang ada pada tangki mixing T.201 didinginkan suhu 15ºC
sebelum kemudian ditransfer menuju tangki antara (intermediet tank) kode T.202.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tersebut adalah 5 menit. Kapasitas dari
intermediet tank T.202 (gambar 6) adalah 12.000 liter dan terbuat dari stainless steel.
Pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan susu melalui plate cooler. Di dalam
intermediet tank, susu ditambahkan bahan penunjang seperti flavor dan pewarna.
Dibutuhkan waktu selama 15 menit untuk penyaluran susu dari mixing tank T.201
menuju intermediet tank T.202.
12
merupakan pipa yang berfungsi untuk mempertahankan suhu pemanasan susu yaitu 82–
85°C selama 15 detik. Proses pasteurisasi bertujuan untuk membunuh seluruh
mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam susu.
a b
4.1.2. Uji pH
Pengukuran pH di CV. Cita Nasional menggunakan pH meter digital. Caranya adalah
probe pH meter dicuci dengan larutan aquades lalu memasukannya ke dalam sampel
susu dan dilihat hingga angka berhenti.
15
16
sampai 38°C. Waktu dicatat dari mulai masuk ke waterbath hingga warna biru hilang,
artinya sampel susu berwarna kembali normal. Semakin cepat perubahan warna larutan
semakin tinggi pula jumlah bakteri yang terkandung didalamnya.
4.2. Produk
4.2.1 Uji Suhu dan Volume
Untuk mengukur suhu dan volume digunakan termometer, caranya adalah dengan
mencelupkan ke dalam produk hingga memperoleh angka yang stabil. Suhu yang
diteteapkan oleh CV. Cita Nasional adalah 7-8ºC. sedangkan untuk uji volume, diukur
dengan gelas ukur. Masing-masing pengujian dilakukan 3 kali.
18
4.2.2 Uji pH
Alat yang digunakan adalah pH meter. Tujuan dilakukannya uji pH adalah untuk
mengetahui tingkat keasaman produk yang dihasilkan. Jika pH cenderung asam, maka
produk telah rusak dan tidak layak dugunakan. Uji pH juga digunakan untuk produk
susu atau setelah susu dikemas. Uji pH juga dilakukan setiap hari untuk susu yang
disimpan selama 7 hari (analisa harian).
Selain itu, dilakukan analisa harian untuk mengetahui umur simpan produk susu jadi.
Hal ini dilakukan untuk meminimalkan komplain dari konsumen. Sampel disimpan di
dalam lemari pendingin dengan suhu 5-6ºC. Pengujian dilakukan dimulai dari hari
pertama hingga hari ke-8 untuk susu rasa mocca dan stoberi, hari ke-12 untuk susu
coklat, dan hari ke-14 untuk susu rasa jeruk (milk juice).
5. PROSES PENGEMASAN SUSU PASTEURISASI DAN HOMOGENISASI
5.1.1. Cup
Untuk mengemas susu pasteurisasi dan homogenisasi yang telah jadi dan siap untuk
dipasarkan, digunakan kemasan bentuk cup (gambar 12a) volume 150 ml dengan merek
“SUSU SEGAR NASIONAL”. Bahan dasar dari kemasan ini adalah plastik jenis
polypropylene atau PP. Kemasan cup yang digunakan mensuplai dari PT. Innopack,
Surabaya. Polypropylene digunakan sebagai bahan pengemas karena mempunyai sifat
yang kuat, ringan, daya tembus air rendah, stabil suhu tinggi, dan cukup mengkilap.
Selain dari kemasan berbahan polypropylene, kemasan cup juga menggunakan lidcup
(gambar 12b) yang berfungsi sebagai penutup bagian atas kemasan cup. Bahan dasar
dari lidcup adalah polyethylene atau PE. Plastik PE lebih ringan dan tipis jika
dibandingkan dengan kemasan polypropylene. Bahan yang digunakan ini dipesan dari
PT. Innopack, Surabaya dalam bentuk gulungan. Kemasan lidcup ini digunakan setelah
pengisian susu ke dalam kemasan cup dan akan direkatkan dua kali dengan perekat pada
proses perekatan, fungsinya adalah agar produk tidak bocor.
19
20
Gambar 11. Bahan kemasan cup 150 ml; (a) cup ; (b) lidcup
5.1.2. Prepack
Kemasan ini merupakan kemasan yang digunakan sebagai pengemas susu berbahan
dasar polyethylene (PE). Kemasan ini memiliki ukuran 15 x 14 cm dengan volume 500
ml. Selain itu juga ada kemasan prepack dalam ukuran kecil dan disebut minipack
dengan volume 90 ml. Kemasan ini juga datang dari Surabaya yaitu dari PT. Innopack
dan dipesan dalam bentuk gulungan.
5.1.3. Krat
Kemasan krat digunakan sebagai kemasan sekunder untuk mengemas kemasan primer.
Krat yang digunakan oleh CV. Cita Nasional terbuat dari plastik jenis PVC (polyvinyl
chloride) yang bersifat kuat dan kaku dan memiliki kapasitas untuk menampung produk
susu sebanyak 108 cup volume 180 ml atau 250 minipack volume 90 ml. Krat tersebut
(gambar 13) disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit dan dibersihkan dengan air
dengan cara disemprot. Krat ini berfungsi untuk melindungi produk agar tidak rusak
akibat benturan dan memudahkan proses pengangkutan.
lidcup, lalu melewati bagian sealer (gambar 15b). Sealer ini memiliki fungsi
merekatkan lidcup yang ada pada bagian atas kemasan cup. Lalu dilakukan dua kali
proses sealing dengan suhu 240°C untuk mencegah kebocoran pada kemasan cup.
a b
untuk melindungi kemasan primer berupa kemasan cup. Krat ini mampu memuat 108
cup dan 250 bungkus kemasan minipack. Kemudian krat-krat yang telah berisi produk
susu kemasan cup, dimaasukkan ke dalam truk kontainer. Truk ini digunakan untuk
proses distribusi produk dengan dilengkapi sistem pendingin dan es balok. Fungsi
sistem pendingin adalah untuk menjaga suhu produk akhir susu di dalam truk kontainer
tetap berkisar 4°C. Jika produk akhir masih sisa, produk tersebut akan disimpan di
dalam box cooler dengan penyusunan krat yang tidak terlalu rapat guna terjadinya
pertukaran udara di dalamnya.
5.5. Labelling
Labelling diperlukan untuk memberikan identitas pada produk yang telah dihasilkan.
Pada CV. Cita Nasional ada 2 hal dalam sistem pelabelan yaitu prosedur pelabelan dan
informasi yang akan disampaikan. Tahapan labelling yaitu :
1. Desain label adalah rancangan tata letak semua informasi atau keterangan.
2. Isi informasi dibuat seperti komposisi bahan baku, kandungan nilai gizi, dan cara
penyimpanan.
3. Persetujuan pihak antara perusahaan dengan Departemen Kesehatan dan supplier.
24
Label yang ada pada kemasan susu pasteurisasi “SUSU SEGAR NASIONAL” berisi
tentang :
1. Nama produk : mencantumkan merek dagang produk tersebut.
2. Nama produsen : mencantumkan nama dan alamat dari perusahaan.
3. Bahan baku : mencantumkan semua bahan baku yang digunakan dalam susu.
4. Nilai gizi : mencantumkan kandungan gizi yang ada di dalam produk.
5. Cara penyimpanan : berisi tentang suhu yang baik untuk penyimpanan.
6. Nomor izin dari Departemen Kesehatan.
7. Volume dan isi dari produk.
8. Tanggal kedaluarsa : cetakan tanggal, bulan, dan tahun. Misal : 22JAN17
6. PEMBAHASAN
Uji pemalsuan susu segar juga dilakukan karena ditakutkan adanya penambahan benda-
benda asing yang berbahaya bagi peminumnya. Selain membahayakan, penambahan
bahan-bahan asing ke dalam susu segar juga akan mempengaruhi kualitas produk akhir.
Uji pemalsuan yang dilakukan yakni penambahan glukosa, karbonat, pati, dan lemak
nabati. Standar penerimaan tersebut telah disesuaikan dengan SNI Syarat Mutu Susu
Segar 1998 yang terdapat pada Lampiran 4.
25
26
Susu segar yang telah dinyatakan diterima langsung dialirkan menuju tangki
penampungan susu melalui selang yang telah dilengkapi dengan pompa dan alat filter
(penyaring). Selang terbuat dari stainless still yang tidak akan berkarat. Susu yang
masuk didinginkan dengan Plate Heat Excanger (PHE) hingga bersuhu 40C sampai
50C, kemudian susu masuk ke dalam tangki intermediate. Sebelumnya susu akan
melewati flowmeter untuk mengetahui jumlah susu yang masuk. Pendinginan susu
bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikrobia dalam susu.
Uji organoleptik.
Pengujian organoleptik merupakan hal yang penting. Uji organoleptik dapat mengetahui
apakah ada pemalsuan atau tidak. Uji organoleptik yang dilakukan oleh CV. Cita
Nasional adalah warna, bau, dan rasa. Apabila ada suatu kejanggalan saat uji tersebut
segera dilakukan uji pemalsuan susu untuk memastikanya. Sebagai contoh, apabila saat
dilakukan uji organoleptik susu terasa manis, dapat diindikasikan terdapat campuran
gula. Begitu pula susu yang rasa dan baunya tengik, dapat diindikasikan terdapat
campuran lemak nabati. Susu segar yang diterima di CV. Cita Nasional berwarna putih
kekuningan, rasa yang khas tidak hambar, tidak berbau tengik. Menurut Soeparno
(1996), susu segar mempunyai warna putih kekuningan, tidak berbau, memiliki rasa
yang khas. Hadiwiyoto (1994) menyatakan bahwa warna kuning disebabkan oleh
adanya zat warna karoten dan warna putih disebabkan oleh globula lemak, protein
kasein yang biasanya mengikat kalsium dan fosfat.
Uji pH.
Pengukuran pH di CV. Cita Nasional menggunakan pH meter digital (Gambar 4). Probe
pH meter dicuci menggunakan larutan aquades kemudian dimasukan ke dalam sampel
susu dan ditunggu hingga angka dalam monitor berhenti kemudian dicatat. Hasil rata-
rata pH di CV. Cita Nasional 7,09. Susu segar dalam keadaan ini tidak termasuk susu
yang normal. Keadaan ini dimungkinkan karena pH meter yang digunakan tidak pernah
27
Uji brix.
Pengujian ini dilakukan untuk produk setengah jadi atau produk jadi, untuk mengetahui
tingkat kemanisan dari produk olahan. Alat yang digunakan adalah refraktometer atago.
Susu yang akan diuji dituangkan pada ujung alat kemudian dilihat skala angkanya
menggunakan lubang bagian sisi lain dengan bantuan cahaya agar lebih jelas perbedaan
skalanya. Standar tingkat kemanisan produk susu di CV. Cita Nasional adalah 14 hingga
15 brix.
Uji alkohol.
Pengujian alkohol dilakukan pertama kali dalam penerimaan susu segar, karena sebagai
penentu keadaan susu masih baik atau rusak. Apabila susu mengalami kerusakan, saat
uji alkohol susu akan pecah. Pengujian yang dilakukan di CV. Cita Nasional adalah
28
dengan cara menuangkan alkohol 73% ke dalam tabung reaksi dengan perbandingan
susu dan alkohol 1:1. Keduanya dicampur dengan cara digojog. Mulut tabung ditutup
dengan jari kemudian tabung dibalik dan dilihat hasilnya apakah susu pecah atau tidak.
Apabila pecah dalam dinding tabung akan terlihat butiran-butiran putih kecil. Menurut
Hadiwiyoto (1994), susu segar yang masih dalam keadaan baik jika dicampur dengan
alkohol tidak akan terlihat adanya partikel padat dalam susu, apabila susu tercampur
dengan kolostrum, susu bersifat asam, atau susu dari sapi yang mastitis maka
penambahan alkohol akan menimbulkan gumpalan. Prinsip dari uji alkohol adalah
kestabilan sifat koloidal protein susu tergantung pada selubung air yang
menyelimutinya. Hal ini terutama pada kasein, apabila susu dicampur dengan alkohol
yang bersifat dehidrasi maka protein tersebut akan terkoagulasi sehingga susu tersebut
akan pecah (Harding, 1999).
Hadiwiyoto (1994) yang menyatakan bahwa total padatan adalah semua komponen
penyusun susu yang bukan berupa air.
b. Flavor
Flavor yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah flavor cair dengan merk Quest dari
Quest International Indonesia dan PT. Cipta Karya Aroma. Tujuan penambahan flavor
adalah memberikan aroma dan cita rasa yang spesifik, serta memperoleh tiruan aroma
yang khas dari suatu jenis bahan.
c. Stabilizer
Stabilizer yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah Carboxyl Methyl Cellulose
(CMC). Merek CMC yang digunakan adalah Akzo Nobel Cellulose Gum dengan kode
AF 2785. Tujuan penambahan stabilizer adalah untuk menghomogenkan bahan-bahan
tambahan seperti bubuk coklat dan pewarna serta mencegah terjadinya penggumpalan
pada produk susu.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah “Ponceau 4R” dengan merk
Idacol dari PT. Roha Lautan Pewarna. Produk susu pasteurisasi dan homogenisasi rasa
stroberi menggunakan pewarna makanan Ponceau 4R Cl 16255 dan rasa jeruk
30
Tujuan proses pengemasan di CV. Cita Nasional adalah untuk mengawetkan produk
akhir susu pasteurisasi dan homogenisasi terutama untuk mencegah timbulnya
kontaminasi mikroorganisme dan untuk mencegah kerusakan fisik. Hal ini sesuai
dengan teori Suyitno (1990) dalam Hendrasty (2013), bahwa dapat terjadi kerusakan
fisik terhadap produk akibat mikroorganisme. Kerusakan fisik dapat terjadi seperti
kehilangan air. Selain itu proses pengemasan bertujuan untuk memberi kemudahan saat
proses distribusi dan sarana promosi produk karena kemasan juga sebagai tanda
pengenal produk.
31
Beberapa kriteria kemasan yang baik adalah tidak mengandung bagian yang dapat
migrasi ke dalam pangan, produk dan kemasan harus berkualitas, pengemas juga harus
sesuai dengan sifat dan karakteristik produknya, bentuk pengemas yang digunakan
harus fungsional, desain grafis dibuat semenarik mungkin serta label informatif dan
sesuai dengan produk pangannya (Hendrasty, 2013).
Menurut Potter & Hotchkiss (1996) dalam Retiana, (2013) ada beberapa syarat yang
penting untuk pengemas makanan yaitu :
1. Pengemas tidak boleh beracun
2. Melindungi dari kontaminasi mikroorganisme
3. Dapat sebagai barier untuk mencegah hilangnya kelembaban dan mencegah
masuknya oksigen
4. Digunakan sebagai penyaring dari sinar UV yang berbahaya
5. Harus transparan
6. Mudah dibuka
7. Mudah ketika disusun
8. Mudah dicetak
9. Murah
10. Barrier terhadap migrasi lemak
juga tidak dapat ditutup dengan menggunakan panas karena mempunyai titik cair yang
tinggi. PP merupakan golongan polyolefin yang termasuk jenis polimer plastik.
Polimer-polimer tersebut merupakan turunan dari monomer-monomer olefin. PP
memiliki tiga bentuk polimer dasar yaitu isotaktik, sindiotaktik, dan ataktik. Perbedaan
bentuk polimer dikarenakan substansi penyusun PP yaitu propana memiliki gugus metil
(CH3) (Tice, 2002 dalam Retiana, 2013).
Untuk penutup pada kemasan cup, digunakan jenis plastik PE. Plastik PE lebih ringan
dan tipis jika dibandingkan plastik PP. Menurut SNI, susu pasteurisasi dikemas dengan
karton berlapis plastik PE, sehingga dari pernyataan tersebut, plastik PE telah
memenuhi standar SNI. Sifat yang terpenting dan dibutuhkan pada susu milik CV. Cita
Nasional adalah mampu di sealing pada suhu 240°C. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hendrasty (2013), bahwa plastik PE memiliki densitas rendah, murah, daya rentang
cukup kuat, fleksibel tetapi tidak jernih, dapat melindungi dari uap air, tetapi dapat
ditembus oleh oksigen, dapat di seal dengan panas.
Proses pengemasan susu pasteurisasi dan homogenisasi dengan kemasan cup diproduksi
menggunakan mesin fillomatic. Mesin ini ada di CV. Cita Nasional sebanyak 4 buah.
Untuk sehari-sehari, digunakan mesin dengan kapasitas 16 nozzle dan 8 nozzle. Mesin
ini mampu menghasilkan susu pasteurisasi kemasan cup 150 mL sebanyak 180 krat/jam,
dimana setiap satu krat dapat memuat susu pasteurisasi kemasan cup sebanyak 108
buah. Sedangkan mesin fillomatic dengan 8 nozzle hanya mampu menghasilkan 90
krat/jam. Pada mesin fillomatic, proses pengemasan dilakukan tiga tahap yaitu proses
filling (pengisian), sealing (penutupan kemasan), dan cutting (pemotongan plastik
penutup). Proses ini dilakukan dengan bantuan mesin lain yaitu conveyor, sehingga
produk dapat berjalan sesuai dengan alur produksi yang benar. Skema mesin fillomatic
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tahap awal proses pengemasan adalah proses filling atau pengisian dalam kemasan.
Susu yang telah ditampung di storage tank kode T.401 dan T.402, ditransfer ke mesin
fillomatic. Kemasan cup dimasukkan ke feeder yang ada pada fillomatic. Proses
memasukkan kemasan cup dilakukan secara manual. Setelah itu kemasan akan
33
diteruskan melalui conveyor. Conveyor ini akan membawa kemasan cup menuju nozzle
yang telah berisi susu pasteurisasi dari storage tank. Setelah proses filling, kemasan cup
yang berisi susu pasteurisasi dan homogenisasi ditutup dengan lidcup. Proses sealing
yang dilakukan menggunakan sealer yang mempunyai prinsip kerja memberikan
tekanan suhu tinggi pada lidcup, sehingga lidcup tersebut akan menempel dan melekat
pada bagian atas cup. Tujuan sealing adalah untuk mencegah kebocoran pada bagian
penutup kemasan. Kebocoran biasanya disebabkan karena kurang rekatnya antara
bagian atas cup dengan lidcup sehingga perlu dua kali sealing. Pemberian tanggal
kedaluarsa dilakukan dengan suhu 150° sebelum lidcup ditutupkan pada bagian
kemasan cup.
Tahap selanjutnya adalah pemotongan lidcup atau cutting. Cutting ini bertujuan untuk
memotong plastik lidcup agar bentuk dan ukurannya sesuai. Proses cutting dilakukan
dengan sistem press atau memberikan tekanan pada lidcup. lembaran plastik lidcup
yang telah dipotong akan digulung pada bagian penggulungan plastik sisa dari
penutupan. Plastik sisa ini akan diambil manual jika telah banyak yang tergulung.
Setelah lidcup terpotong, produk susu akan dilewatkan dengan conveyor menuju ruang
pengemasan sekunder (krat).
Pada tahapan pengemasan krat, produk akan ditata secara teratur sesuai dengan
kapasitas krat nya. Krat yang digunakan menggunakan bahan dari plastik polyvinyl
chloride (PVC). PVC memiliki sifat kuat dan kaku. Hal ini sesuai pernyataan Hendrasty
(2013) bahwa plastik PVC memiliki sifat yang kaku dan kuat. Kemasan krat digunakan
sebagai pengemas sekunder. Pengemas sekunder adalah kemasan yang tidak kontak
langsung dengan produk. fungsinya adalah untuk melindungi kemasan primer agar tidak
terjadi kerusakan akibat kontak fisik.
Plastik PVC merupakan plastik yang memiliki polimer rantai panjang. Polyvinylidene
chloride dihasilkan dari proses polimerisasi radikal bebas monomer polyvinylidene
chloride. Monomer ini adalah senyawa turunan dari etilen diklorida atau dikloroetana.
Keuntungan penggunaan plastik PVC adalah :
1. PVC lebih ringan dibanding kemasan gelas.
34
2. Rentan rusak
3. Organoleptik yang baik
4. Murah
5. Proses pembuatan yang mudah
6. Bersifat barrier yang baik
(Leadbitter, 2003 dalam Retiana, 2013)
6.4. Labelling
Label pada “SUSU SEGAR NASIONAL” tertera pada kemasan produk tersebut. Dalam
kemasan cup, label dicetak pada plastik PP dengan memuat nama produk, nama
produsen, komposisi bahan, informasi nilai gizi, cara penyimpanan, nomor izin dari
Departemen Kesehatan, volume dari produk, dan juga kode produksinya. Sedangkan
pada kemasan lidcup, memuat informasi mengenai nama produk dan tanggal
kedaluarsa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendrasty (2013) bahwa labelling atau
pelabelan sangat diperlukan pada suatu pengemas. Pelabelan dapat memuat identitas
produk, ukuran produk, jenis dan nama produk, nama dan alamat pabrik, menambah
daya tarik, dan sebagai keindahan pada pengemas.
Menurut Buerau & Multon (1996) dalam Retiana, (2013), labelling harus mencakup
informasi antara lain:
35
Jadi dengan adanya kegiatan pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan mesin
pengemasan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan
selama mesin tersebut dipergunakan untuk proses penngemasan. Sehingga diharapkan
proses pengemasan dapat berjalan lancar dan terjamin, dengan cara meningkatkat mutu
pemeliharaan. Oleh karena itu pemeliharaan mesin pengemasan ini perlu dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar perhatian perusahaan dalam menerapkan sistem
manajemen pemeliharaan mesinnya (Titin dan Chamidatul, 2015).
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Jenis plastik polypropylene (PP) dan polyethylene (PE) memiliki sifat barrier
(penghalang) terhadap lemak sehingga digunakan sebagai bahan pengemas susu
pasteurisasi “SUSU SEGAR NASIONAL”.
Proses pengisian dan pengemasan produk susu pasteurisasi dilakukan secara semi-
otomatisasi dengan menggunakan mesin fillomatic yang berpengaruh terhadap laju
produksi susu pasteursasi.
Tahapan dalam proses pengemasan adalah filling, sealing dan cutting serta
pengemasan dalam kemasan sekunder.
Proses pencetakan tanggal kadaluarsa pada lidcup dilakukan pada suhu 150°C dan
proses sealing dilakukan pada suhu 240°C.
7.2. Saran
Sebaiknya pemeliharaan perlu dilakukan terhadap mesin pengemasan agar dapat
berjalan dengan baik.
Sebaiknya kesadaran dan disiplin pekerja mengenai kebersihan dan keselamatan
untuk lebih diperhatikan seperti pemakaian masker, sarung tangan, dan penutup
kepala selama proses produksi dan pengemasan agar kualitas susu tetap baik.
37
8. DAFTAR PUSTAKA
Buerau, G. and J.L. Multon. (1996). Food Packaging Technology. Volume 2. VCH
Publishers, Inc. New York.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.
Liberty. Yogyakarta.
Hengky Wibawa, 2009. Adding Value Through Smart Packaging for Seafood.Food
Review Indonesia, Vol.IV (8), 56-59
Herlambang, Tri Mahawijaya. (2011). Kontrol Kualitas dan Proses Pengolahan Susu
Segar di CV. Cita Nasional, Salatiga, Jawa Tengah. Laporan Praktek Kerja
Lapangan.
Leadbitter, J. (2003). Packaging Materials : 5. Poly Vinyl Chloride (PVC) For Food
Packaging Applications. International Life Sciences Institute Europe. Belgium.
Retiana, Fiera Lusida. (2003). Proses Pengemasan Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi
di CV. CIta NAsional, Salatiga. Laporan Kerja Praktik.
Sutrisno, Himawan Hadi; Wirawan, Riza dan Triyono. (2013). Uji Kemampu-Bakaran
Pembungkus Kabel NYM Berstandar SNI dengan Differencial Scanning
Calorimetric. SETRUM - Volume 2, No. 1.
Suyitno, 1990. Bahan-Bahan Pengemas, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
38
39
Tarigan, Paulus; Ginting, Elisabeth; Siregar, Ikhsan. (2013). Perawatan Mesin Secara
Preventive Maintenance dengan Modularity Design Pada PT. RXZ. E-Jurnal
Teknik Industri FT USU Vol 3, No.3.
Titin dan Chamidatul, Isvi. (2015). Analisa Peningkatan Mutu Pemeliharaan Mesin
Terhadap Kelancaran Proses Produksi Pada Perusahaan Dolomite. Jurnal EKBIS
Vol. XIII No. 1.
Winarno, F. G. (1993). Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Lampiran 1. Susunan Organisasi
40
Lampiran 2. Denah Industri
41
Lampiran 3. Alur Produksi
42
43