Anda di halaman 1dari 42

PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK DAN NPK 16:16:16

PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Disusun oleh :

ABDUL KARIM
204110222
Agroteknologi D

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memnhi tugas akhir praktikum Lahan
Marginal dan Teknologi Pengeloaannya

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
RIAU 2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK DAN NPK 16:16:16 PADA

TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Oleh :

ABDUL KARIM
204110222
Kelas : D Agroteknologi

MENYETUJUI

1. Pembimbing I 2. Pembimbing II

Dr. Ir. Hj. Siti Zahrah, MP Dr. Ir. H. T. Edy Sabli.,MSi

3. Asisten Dosen

Noer Arif Hardi.SP,.MP


i

ABSTRAK

Praktikum ini dilakukan di lahan pertanian Universitas Islam Riau Jalan

Kaharuddin Nasution Km 11, No 113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit

Raya, Kota Pekanbaru. Dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2022 sampai dengan

tanggal 6 Januari 2023.

Tujuan dari praktikum Lahan Marginal dan Teknologi Pengelolaannya adalah

untuk mengetahui “pengaruh pemberian berbagai pupuk organik dan NPK 16:16:16

pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)”.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Dengan perlakuan pupuk organic kotoran sapi dengan dosis 3 kg per plot 1x1

meter yang dilakuakan ketika sebelum tanam dan pemberian pupuk NPK 16:16:16

dengan dosis 30 gram per plot yang dilakukan sebanyak 3 kali selama penanaman

bawang merah hingga panen.

Berdasrkan hasil praktikum “pengaruh pemberian berbagai pupuk organik dan

NPK 16:16:16 pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)” dapat

disimpulkan bahwa pengaruh pemberian perlakuan cukup berpengaruh terhadap

bawang merah dengan hasil terbaik terjdapat pada hari ke-56 setelah tanam dan hasil

parameter terbaik pada sampel 1 baik dari tinggi tanaman: 35,7 cm, diameter umbi:

10,4 cm, berat basah umbi: 123 gram dan berat kering umbi dengan hasil 87 gram.

Kata kunci : Pupuk Organik, NPK 16:16:16, Bawang Merah


ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

pembuatan laporan ini, tak lupa juga sholawat serta salam semoga tercurah selalu

kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Dalam menyusun dan penulisan laporan ini tidak sedikit menemukan kesulitan

yang saya hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari segala pihak akhirnya

saya dapat menyelesaikannya dengan baik.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang membangan dari berbagai pihak demi

kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan berharap semoga laporan ini dapat

lebih baik untuk kedepannya.

Pekanbaru,..Desember 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL................................................................................................iv

BIODATA PENULIS..........................................................................................v

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3

III. BAHAN DAN METODE..............................................................................12

A. Tempat dan Waktu..................................................................................12

B. Bahan dan Alat........................................................................................12

C. Rancangan Praktikum..............................................................................12

D. Pelaksanaan Praktikum...........................................................................12

E. Parameter Pengamatan............................................................................14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................17

A. Tinggi Tanaman .....................................................................................17

B. Jumlah Daun Per Rumpun.......................................................................18


iv

C. Diameter Umbi........................................................................................19

D. Jumlah Umbi Per Rumpun......................................................................20

E. Berat Basah Umbi Per Rumpun...............................................................21

F. Berat Kering Umbi Per Rumpun.............................................................22

G. Susut Bobot Umbi...................................................................................23

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................24

A. Kesimpulan.............................................................................................24

B. Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

LAMPIRAN.........................................................................................................29
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Tinggi Tanaman Bawang Merah...................................................17

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Per Rumpun.........................................18

Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter Umbi..........................................................19

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Per Rumpun........................................20

Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Basah Umbi Per Rumpun................................21

Tabel 6. Hasil Pengamatan Berat Kering Umbi Per Rumpun...............................22

Tabel 7. Hasil Pengamatan Susut Bobot Umbi.....................................................23


vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Praktikum..............................................................................29

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Brebes.......................30

Lampiran 3. Dokumentasi Selama kegiatan praktikum........................................31


vii

BIODATA PENULIS

Nama : ABDUL KARIM

NPM : 204110222

Kelas : D Agroteknologi

Matkul : Lahan Marginal dan Teknologi Pengelolaannya

Asal Sekolah :

SD : SDN 015 Ujungbatu

SMP : MTsN 2 Tandun

SMA : SMAN 1 Ujungbatu

Foto diri
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L. ) merupakan salah satu tanaman

sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, karena kegunaanya

sebagai salah satu penyedap rasa yang sering ditambahkan pada berbagai macam

masakan, oleh sebab itu permintaan terhadap bawang merah semakin meningkat

setiap tahun. Bawang merah dikenal hampir di setiap negara. Kalangan internasional

menyebutnya shallot. Bawang yang semarga dengan bawang merah adalah bawang

daun, bawang putih, dan bawang bomay dan merupakan family Liliaceae. Bawang

merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanamannya berbentuk rumpun,

akarnya serabut, daunnya memanjang dan berbentuk silinder, pangkal daun berubah

bentuk dan fungsinya yaitu membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut

dapat membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan membentuk

umbi kembali (Natural Nusantara, 2004).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi bawang merah Indonesia

mencapai 2 juta ton pada 2021. Jumlah itu meningkat 10,42% dari tahun 2020 yang

sebesar 1,82 juta ton. Peningkatan produksi bawang merah terlihat tiap tahunnya

sejak 2017, di mana saat itu Indonesia hanya memproduksi 1,47 juta ton. Jumlahnya

terus meningkat dengan rata-rata kenaikan 8% tiap tahun. Berdasarkan data BPS

(2021) produksi tanaman bawang merah di Provinsi Riau sebesar 329 ton. Menurut

Badan pusat statistik, dalam dekade terakhir ini permintaan bawang merah untuk

konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan, sehingga Indonesia harus
2

mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengurangi volume impor,

peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah senantiasa ditingkatkan melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi.

Guna meningkatkan produktifitas dari bawang merah dilaksanakanlah

modifikasi teknik-teknik budidaya bawang merah, salah satunya adalah

peangaplikasian berbagai pupuk organic selain itu pemberian pupuk NPK 16:16:16

juga merupakan suatu usaha untuk meningkatkan produksi bawang merah, untuk

itulah dilaksanakan praktikum Lahan Marginal dan Teknologi Pengelolaannya

bertempat di lahan pertanian UIR Pekanbaru, Riau. dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian berbagai pupuk organik dan NPK 16:16:16 pada tanaman

bawang merah (Allium cepa L.)

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum Lahan Marginal dan Teknologi Pengelolaannya

adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai pupuk organik dan NPK

16:16:16 pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim yang

membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan panjang mencapai 15-40 cm. Bawang

merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang

terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5

mm (Anisyah, 2014). Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta;

Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledonae; Ordo: Liliales; Famili:

Liliaceae; Genus: Allium; Spesies: Allium ascalonicum L.

Haghiack (2005) menyatakan bahwa perakaran pada bawang merah ini

memiliki perakaran yang dangkal dan juga bercabang memencar, dengan kedalam

mencapai 15-30 cm di dalam tanah serta tumbuh di sekitar umbi bawang merah.

Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang memiliki bentuk

hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat melekatnya akar

dan juga mata tunas. Daun bawang merah memiliki bentuk silindris kecil memanjang

yang tingginya mencapai 50-70 cm, memiliki lubang dibagian tengah, dan pangkal

daun runcing. Daun bawang merah ini berwarna hijau mudah hingga tua, dan juga

letak daun ini melakat pada tangkai yang memiliki ukuran pendek.

Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang

berbentuk seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas.

Pada bagian atas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah
4

daun dan batang semua yang berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi

menjadi umbi lapis. Menurut Latarang (2006), daun bawang merah berbentuk

silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing

berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang

ukurannya relatif pendek, sedangkan bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman

(titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200

kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum

bungra terdiri atas 5-6 helai daun bunga berwarna putih, 6 benang sari berwarna

hijau atau kekuningkuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitga. Buah

bawang merah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah

2-3 butir. Biji bawang merah berbentuk pipih, berwarna putih, tetapi akan berubah

menjadi hitam setelah tua.

 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

Deptan (2003) menyatakan terdapat beberapa syarat tumbuh tanaman bawang

merah yaitu:

a. Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi,

serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang

maksimal (minimal 70% penyinaran) yang berarti penyinaran yang harus diterima

tanaman paling tidak sebesar 70% dalam melakukan kegiatannya, suhu udara 25-

32°C, dan kelembaban nisbi 50-70%.


5

Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya

rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udara lebih

panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah

dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22°C tanaman bawang

merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai

tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah.

Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian

1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan

dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. Tanaman

bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur

tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah.

b. Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang

sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi

tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman

bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus

atau Latosol. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh

tanaman bawang merah. Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim

kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April atau

Mei setelah panen padi dan pada bulan Julia tau Agustus. Penanaman bawang merah

di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu,

sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan. pada lahan tegalan. Bawang merah

dapat ditanam secara tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah.


6

 Fase Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah

Fase pertumbuhan bawang merah terbagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif

dan vase generatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauziah (2017), bahwa fase

tanaman bawang merah ada 2 yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif

terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru, sedangkan fase generatif

terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, bunga, buah

dan biji yaitu pada fase vegetatif terjadi perkembangan pembesaran sel dan

pembelahan sel yang terlihat dari panjang tanaman dan diameter batang,

perbanyakan daun dan perkembangan akar dengan menggunakan air. Sedangkan,

fase generatif adalah perkembangan bunga dan umbi. Menurut Nugroho, et al. (2017)

pada saat memasuki fase generatif, tanaman mulai melakukan pengisian umbi atau

cadangan makanan dan fase vegetatif berkurang.

B. Pupuk Oranik Kotoran Sapi

Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi dan hewan dari subfamili

Bovinae lainnya (kerbau, yak, bison). Kotoran sapi memiliki warna yang bervariasi

dari kehijauan hingga kehitaman, tergantung makanan yang dimakan kerbau. Setelah

terpapar udara, warna dari kotoran sapi cenderung menjadi gelap (Bornemissza, G. F.

1976).

Kotoran sapi merupakan salah satu bahan yang mempunyai potensi untuk

dijadikan kompos karena mengandung unsur hara seperti nitrogen 0,33%, fosfor

0,11%, kalium 0,13%, kalsium 0,26%. Pupuk kompos merupakan bahan pembenah

tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Pada

umumnya pupuk organik mengandung hara makro N,P,K rendah, tetapi mengandung
7

hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman

(Kementan, 2022).

Kotoran sapi biasanya digunakan sebagai pupuk kandang. Di berbagai tempat

di dunia, kotoran sapi yang dikeringkan digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran

sapi juga digunakan untuk menghasilkan biogas untuk dibakar dan menghasilkan

listrik dan panas. Biogas memiliki kandungan gas metana dan telah digunakan secara

luas di berbagai pedesaan di India dan Pakistan sebagai sumber energi terbarukan.[1]

Di Afrika Tengah, masyarakat suku Maasai membakar kotoran sapi di dalam rumah

untuk menangkal nyamuk. Di tempat dingin, kotoran sapi dijadikan bahan insulasi

termal. Kotoran sapi juga merupakan salah satu pilihan bahan baku pembuatan bahan

bangunan setara dengan bata.

Di Beaver, Oklahoma, kepingan kotoran sapi kering dijadikan bahan untuk

permainan cow chip throwing (lempar kepingan kotoran), yang sudah populer sejak

tahun 1970an.

Kotoran sapi menjadi habitat bagi berbagai jenis organisme yang memecahkan

kandungan nutrisi yang ada di dalamnya untuk didaur ulang dan disatukan dengan

molekul tanah. Di tempat di mana sapi belum berdiam pada waktu yang lama,

organisme pendegradasi kotoran sapi belum banyak sehingga keberadaan kotoran

sapi dapat menjadi sarang tumbuhnya organisme merugikan. Di Australia, kumbang

kotoran harus didatangkan dari luar untuk membantu mendaur ulang kotoran sapi di

lahan penggembalaan hewan (Bornemissza, G. F. 1976).


8

C. Pupuk NPK 16:16:16

Pupuk NPK ialah penyubur tanah secara buatan yang berbentuk cair atau padat

yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, serta  kalium. Pupuk NPK

adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang juga paling umum digunakan. Oleh

karena itulah pada artikel ini akan melakukan pembahasan materi mengenai

pengertian pupuk NPK, kandungan, ciri, manfaat, dan cara penggunaannya (Kurnia,

2019).

Pupuk NPK 16-16-16 sendiri merupakan pupuk jenis kimia yang memiliki

kandungan nitrogen sebanyak 16 persen, fosfor 16 persen dan kalium 16 persen

Haris, 2020). NPK Mutiara 16-16-16 saat ini menjadi brand NPK terpopuler untuk

pupuk non-subsidi, menurut riset Markplus, Inc sehingga meraih penghargaan

Indonesia WOW Brand selama dua tahun berturut-turut. Ada banyak keunggulan

yang menjadi alasan utama para petani di Indonesia baik di perkotaan maupun di

pedesaan harus memilih NPK Mutiara 16-16-16 sebagai pupuk andalannya.

PK Mutiara 16-16-16 mengandung kombinasi dua sumber Nitrogen, yaitu

Nitrat dan Ammonium (Ammonium Nitrat Base), dimana Nitrat langsung bisa

diserap oleh tanaman sedangkan Ammonium sebagai cadangan yang nanti akan

dirubah menjadi bentuk Nitrat. Kombinasi kedua jenis Nitrogen tersebut akan

memberikan respon pertumbuhan tanaman lebih cepat dan hasil panen lebih banyak.

Sumber Nitrogen yang efisiensi dapat mengurangi kehilangan hara ke lingkungan.

 Adapun fungsi masing-masing hara lainnya dalam NPK Mutiara 16-16-

16 sebagai berikut:

FOSFAT.
9

NPK Mutiara 16-16-16 menyediakan Fosfat yang lebih efisien, dimana hara

ini dibutuhkan tanaman untuk memfasilitasi metabolism energi (energi untuk

pertumbuhan), meningkatkan pembelahan sel, pertumbuhan akar, pembungaan, dan

pembentukan umbi.

KALIUM.

NPK Mutiara 16-16-16 adalah pupuk lengkap yang menyediakan hara Kalium

seimbang. Kalium diperlukan oleh tanaman karena berperan sebagai pengatur

keseimbangan air di dalam sel, turgor sel, kehilangan air karena transpirasi;

bertanggungjawab dalam produksi dan transportasi gula, kerja enzim-enzim dan

pembentukan protein; meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres kekeringan

atau dingin serta serangan hama dan penyakit. Meningkatkan kualitas hasil produksi

baik warna, rasa dan daya simpannya.

Menurut npkmutiara.com (2022) Saat pencampuran, penanganan atau pada

waktu ditebarkan ke tanaman, komposisi kandungan hara NPK masih sama lengkap

dan seimbang, yaitu 16 % N, 16 % P, dan 16 % K. Tidak terjadi segregasi saat

aplikasi di lapangan. Ini tentunya menjadi keunggulan tersendiri karena terjaminnya

keseragaman penyebaran semua hara, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman lebih

maksimal.

D. Penelitian Terdahulu tantang berbagai pupuk Organik dan NPK 16:16:16

pada tanaman bawang merah

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik NPK Mutiara

(16:16:16) Dan Pupuk Organik Mashitam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi


10

Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) varietas Thailand. Yang ditulis

oleh Edy Soenyoto (2015).

Percobaan ini dilakukan di Dusun Sumber Agung, Desa Krecek, Kecamatan

Badas, Kabupaten Kediri diatas ketinggian ±130 M diatas permukaan laut. Dengan

jenis tanah glei atau aquep, mulai penelitian pada tanggal 28 Juli 2015 sampai

dengan tanggal 5 Oktober 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

rancangan acak kelompok (RAK) factorial.

Sebagai faktor pertama adalah perlakuan dosis Pupuk Organik MASHITAM

(M) yang terdiri dari 4 level yaitu M0: tanpa perlakuan pupuk, M1: Pupuk Organik

MASHITAM dengan dosis 450 kg/ha, M2: Pupuk Organik MASHITAM dengan

dosis 500 kg/ha, dan M2: Pupuk Organik MASHITAM dengan dosis 550 kg/ha.

Faktor perlakuan ke dua yaitu Pupuk Anorganik NPK MUTIARA (16:16:16) (N)

terdiri dari 3 level yaitu: N1: Pupuk anorganik NPK MUTIARA (16:16:16) dengan

dosis 150 kg/ha, N2: Pupuk anorganik NPK MUTIARA (16:16:16) dengan dosis 200

kg/ha, N3: Pupuk anorganik NPK MUTIARA (16:16:16) dengan dosis 250 kg/ha.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi dosis

pupuk organik MASHITAM dan pupuk anorganik NPK MUTIARA (16:16:16) yang

terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.)

varietas bangkok thailand.

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Dosis Pupuk Anorganiki NPK Mutiara

(16:16:16) Dan Pupuk Organik Mashitam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi

Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) varietas Thailand” dapat

disimpulkan bahwa : terjadi interaksi yang sangat nyata antara perlakuan dosis pupuk
11

NPK Mutiara dan dosis pupuk organik Mashitam terhadap variabel tinggi tanaman

umur 28 hst dan interaksi nyata terhadap variabel tinggi tanaman umur 42 hst dan

jumlah daun umur 42 hst. Perlakuan dosis pupuk NPK Mutiara berpengaruh sangat

nyata terhadap variabel jumlah anakan umur 28 hst dan berpengaruh nyata terhadap

variabel jumlah anakan umur 42 hst. Perlakuan dosis pupuk organic Mashitam

berpengaruh sangat nyata terhadap variabel berat basah umbi per-petak dan

berpengaruh nyata terhadap variabel berat kering umbi per-petak. Produksi tertinggi

dihasilkan pada perlakuan dosis pupuk organic Mashitam 550 kg/ha yaitu sebesar

2,34 kg umbi kering perpetak (11.700 kg/ha).


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan Di lahan pertanian Universitas Islam Riau Jalan

Kaharuddin Nasution Km 11, No 113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit

Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilksanakan selama + 3 bulan, Mulai dari

bulan Oktober akhir sampai bulan desember akhir tahun 2022.

B. Bahan dan Alat

Bahan yg diguakan dalam praktikum ini yaitu bibit bawang merah brebes,

pupuk NPK 16:16:16, pupuk organic kotoran sapid an pestisida. sedangkan alat yang

digunakan dalam praktikum ini yaitu cangkul, alat babat, gembor, alat tulis,

penggaris, ember, kamera/Handphone dan timbangan analitik.

C. Rancangan Praktikum

Praktikum ini menggunakan Rancangan Lingkungan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Dengan mengambil data parameter dari 5 sampel terbaik, lalu

kemudian dihitung.

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan Penelitian

Ukuran lahan yang digunakan adalah panjang 17,3 m dan lebar 7,3 m.

Sebelum melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu lahan yang dijadikan

sebagai tempat penelitian dibersihkan dari rumput dan sampah agar perlakuan
13

terhadap tanamanbawang merah tersusun rapi dan lahan yang digunakan datar

untuk memudahkan dalam penanaman, dan perawatan tanaman.

2. Pengolahan tanah dan pembuatan plot

Sebelum melakukan penelitian Tanah di balikan dan di gemburkan dengan

kedalaman kurang lebih 20 cm. Selanjutnya setelah tanah diolah dilakukan

dengan membuat masing-masing plot dengan ukuran 1 m x 1m dengan tinggi 30

cm sebanyak 31 plot dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak antar plot 50

cm.

3. Pemasangan Label

Pemasangan label dilakukan satu minggu sebelum pemberian perlakuan

sesuai dengan lay out penelitian. Label dipasang sesuai nama masing-masing pada

plot yang telah disiapkan

4. Penanaman bawang merah

Penanaman bawang merah dengan jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x

20 cm. jumlah umbi bawang merah yang ditanam sebanyak 25 umbi dan sampel

yang digunakan yaitu sebanayk 5 sampel.

5. Pemupukan

Pemupukan bawang merah sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan.

Pemberian yang dilakukan yaitu penaburan pupuk organik menggunakan pupuk

bokashi daun ketapang dengan dosis pemberian 3kg/plot setara dengan 300ton/ha.

Pemberian pupuk NPK 90g/plot setara dengan 900kg/plot. Pemberian pupuk NPK

16:16:16 dilakukan 3kali selama pertumbuhan tanaman bawang merah yaitu pada

umur 7 HST dengan dosis 30g/plot, 21 HST dengan dosis 30g/plot, 42 HST
14

dengan dosis 30g/plot. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara larikan atau

barisan tanaman.

6. Parameter Pengamatan

Parameter yang dilaksanakan yaitu pengukuran tinggi tanaman bawang

merah dan jumlah daun perhelai. Parameter dilakukan setelah umur tanaman 7

HST, 21 HST sampai 42 HST dilakukan sebanyak 5 kali pengamatan.

7. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan

fungisida yaitu Antracol 70 WP dengan bahan aktif dithane

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 4 (empat ) kali yaitu setelah tanam

berumur 7 HST, 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Pengukuran tinggi tanaman dengan

menggunakan meteran dari leher akar sampai titik tumbuh terakhir. Pengukuran

tinggi tanaman dilakukan sampai memasuki masa generatif. Hasil dari pegamatan

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah daun

Pelaksanaan pengamatan dan perhitungan jumlah daun tidak berbeda dengan

menghitung panjang tanaman. Hal ini dikarenakan perlakuan dilakukan pada hari

yang sama dan bergantian setelah pengamatan dan pengukuran panjang tanaman.
15

Menghitung jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah tumbuh

sempurna dan mencatatnya pada form pengamatan.

3. Diameter Umbi

Pengamatan diameter umbi pada bawang merah dilakukan dengan cara

melilitkan tali rafia/plastic ke umbi bawang merah lalu kemudian hasil lilitan tersebut

diukur dengan penggaris dan yang diukur meruakan umbi terbaik/terbesar per

rumpun. Data hasil pegamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk

tabel.

4. Jumlah umbi per rumpun

Pengamatan jumlah umbi dilakukan ketika sesudah panen dengan cara

menghitung manual jumlah umbi per rumpun yan diambil sebanyak 5 sampel. Data

hasil pegamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

5. Berat basah umbi per rumpun

Pengambilan data berat basah per rumpun dilakukan langsung setelah panen

dilakuan, ini dilakukan agar berat umbi bawang merah belum susut. Untuk

menghitung berat basah umbi bawang merah menggunakan timbangan analitik dan

diambil sebanyak 5 sampel. Data hasil pegamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.

6. Berat kering per rumpun

Pengambilan data berat kering per rumpun dialakukan seminggu setelah panen

dengan dijemur sehingga umbi bawang merah mengalami penurunan bobot. Untuk
16

menghitung berat kering umbi bawang merah menggunakan timbangan analitik dan

diambil sebanyak 5 sampel. Data hasil pegamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk table.

7. Susut bobot umbi

Pengambilan data susut bobot umbi dengan mengambil selisih antara berat

basah umbi bawang merah dengan berat kering umbi bawang merah. Data hasil

pegamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Adapun hasil pengamatan tinggi tanaman bawang merah disajikan dalam

bentuk table.

Table 1. Hasil Tinggi Tanaman Bawang Merah

Hari ke- Tinggi tanaman (cm) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
14 26 22,3 25 21,7 20 23
28 38 37,5 29,3 34.4 33,6 34,56
42 39,3 38,4 32,5 37,6 34 36,36
56 39,5 38,3 33,6 38,2 35,4 37
Rerata 35,7 34,12 30,1 32,97 30,75

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman bawang merah dari table diatas

dapat diambil bahwa pengaruh penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L)

dengan pemberian pupuk organic 3 kg dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot

terhadap tinggi tanaman bawang mengalami penambahan tinggi dari sampel 1

sampai dengan 5 cukup baik pertumbuhannya dari minggu pertama dilakukan

perameter sampai dengan minggu terakhir dilakukan pengamatan parameter.

Diperoleh hasil pengamatan tinggi tanaman yang paling tinggi presentasi tanaman

nya yaitu pada sampel 1 dengan rata-rata tinggi tanaman 35,7 cm dan sampel 2

dengan rata-rata 34,12 cm. Sedangkan untuk hari dengan rerata tertinggi terhapat pda
18

hari tanamn ke-56 dengan rata-rata 37 cm. dari tabel juga didapat bahwa

pertambahan tinggi tiap minggunya mengalami penambahan yang cukup stabil.

B. Jumlah Daun Per Rumpun

Adapun hasil pengamatan jumlah helai daun per rumpun disajikan dalam

bentuk tabel dibawah.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Helai Daun Per Rumpun

Hari ke- Jumlah Daun (helai) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
14 13 10 14 12 14 12,6
28 16 13 17 15 16 15,4
42 20 16 23 25 21 21
56 24 20 25 25 24 23,5
Rerata 18,25 14,75 19,75 19,25 18,75

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun dari hasil tabel diatas dapat

dijelaskan bahwa pengaruh penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L)

dengan pemberian pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap

jumlah helai daun bawang tanaman mengalami penambahan jumlah helai daun dari

sampel 1 sampai dengan 5 cukup baik karena penambahan jumlah daun cukup

banyak dan sebagian daun banyak yang mengalami serangan penyakit seperti daun

banyak yang menguning dan rusak bahkan hampir mati. Jumlah daun setiap sampel

nya ada yang mengalami paling banyak jumlah daunnya pada sampel 2 dengan rata-

rata sebanyak 19,75 helai dan sampel dengan rerata 19,25 helai. Dan untuk rerata

jumlah helai daun tertinggi terdpat pada hari tanam bawang merah ke-56. Hal ini
19

membuktikan bahwa pemberian pupuk organik dan NPK berpengaruh baik pada

pertumbuhan jumlah daun jika diberikan dosis yang tepat dan perawatan yang baik

pada tanaman bawang merah tersebut.

C. Diameter Umbi

Adapun hasil pengamatan diameter umbi bawang merah disajikan dalam

bentuk tabel dibawah.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter Umbi

Hari/tgl Diameter umbi (cm) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Senin, 19 10,4 6,9 8 8,3 7,3 8,18
Desember
2022

Berdasarkan hasil pengamatan dari Diameter Umbi (mm) dari tabel diatas

dapat dijelaskan penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L) dengan

pemberian pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap

Diameter Umbi, bawang merah tanaman mengalami penambahan Diameter Umbi

dari sampel 1 sampai dengan 5 cukup baik di Diameter Umbi nya. Jumlah Diameter

Umbi setiap sampel nya ada yang mengalami paling besar adalah pada sampel 1

dengan Diameter 10,4 cm. Dan rerata diameter umbi bawang merah pada sampel

sebesar 8,18 cm. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pupuk organik dan NPK

berpengaruh baik pada pertumbuhan jumlah daun jika diberikan dosis yang tepat dan

perawatan yang baik pada tanaman bawang merah tersebut.


20

D. Jumlah Umbi Per Rumpun

Adapun hasil pengamatan jumlah umbi per rumpun disajikan dalam bentuk

tabel dibawah.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Per Rumpun

Hari/tgl Jumlah umbi (buah) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Senin, 19 9 14 6 16 8 10,6
Desember
2022

Berdasarkan hasil pengamatan dari Jumlah Umbi Per rumpun dari tabel diatas

dapat dijelaskan penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L) dengan

pemberian pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap Jumlah

Umbi, bawang merah tanaman mengalami penambahan jumlah umbi dari sampel 1

sampai dengan 5 cukup baik di Jumlah Umbi nya. Jumlah Umbi setiap sampel nya

ada yang mengalami paling banyak adalah pada sampel 4 dengan Jumlah 16 umbi

dan sampel 2 dengan Jumlah 14 umbi. Dan untuk rerata jumlah umbi bawang merah

sebesar 10,6 buah. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pupuk organik dan NPK

berpengaruh baik pada pertumbuhan jumlah daun jika diberikan dosis yang tepat dan

perawatan yang baik pada tanaman bawang merah tersebut.


21

E. Berat Basah Umbi Per Rumpun

Adapun hasil pengamatan barat basah per rumpun disajikan dalam bentuk tabel

dibawah.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Berat Basah Umbi Per Rumpun

Hari/tgl Berat basah (gram) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Senin, 19 123 113 67 65 79 89,4
Desember
2022

Berdasarkan hasil pengamatan dari Berat Basah Umbi dari tabel diatas dapat

dijelaskan penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L) dengan pemberian

pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap Berat Basah Umbi,

bawang merah tanaman mengalami penambahan Berat Basah umbi dari sampel 1

sampai dengan 5 cukup baik. Berat basah setiap sampel nya ada yang mengalami

paling banyak adalah pada sampel 1 dengan berat basah 123 gram dan sampel 2

dengan berat basah 114 gram, sedangkan untuk berat basah teringan terdapat pada

sampel 4 dengan berat 65 gram. Dan untuk rerata berat basah per rumpun pada

tanaman bawang merah dari smpel 1 sampi 5 adalah 89,4 gram. Hal ini membuktikan

bahwa pemberian pupuk organik dan NPK berpengaruh baik pada pertumbuhan

Berat Basah jika diberikan dosis yang tepat dan perawatan yang baik pada tanaman

bawang merah tersebut.


22

F. Berat Kering Umbi Per Rumpun

Adapun hasil pengamatan barat basah per rumpun disajikan dalam bentuk tabel

dibawah.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Berat Kering Umbi Per Rumpun

Hari/tgl Berat kering (gram) Rerata


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Senin, 26 87 68 43 56 44 59,6
Desember
2022

Berdasarkan hasil pengamatan dari Berat Kering Umbi dari tabel diatas dapat

dijelaskan penanaman bawang merah (Allium Ascalanicum. L) dengan pemberian

pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap Berat Kering

Umbi, bawang merah tanaman mengalami penambahan Berat Kering umbi dari

sampel 1 sampai dengan 5 cukup baik. Berat Kering setiap sampel nya ada yang

mengalami paling besar adalah pada sampel 1 dengan berat kering 87 gram dan

sampel 2 dengan berat kering 68 gram, sedangkan untuk berat kering teringan terdapt

pada sampel 3 dengan berat kering 43 gram. Dan untuk rerata berat kering pada

tanaman bawang merah dari sampel 1 sampai 5 adalah 59,6 gram. Hal ini

membuktikan bahwa pemberian pupuk organik dan NPK berpengaruh baik pada

pertumbuhan Berat Basah jika diberikan dosis yang tepat dan perawatan yang baik

pada tanaman bawang merah tersebut.


23

G. Susut Bobot Umbi

Adapun hasil pengamatan susut bobot umbi disajikan dalam bentuk tabel

dibawah.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Susut Bobot Umbi

Hari/tgl Susut bobot (%)


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Senin, 26 29,27 39,82 35,82 13,84 44,30
Desember
2022

Berdasarkan hasil pengamatan dari Susut Bobot Umbi dari tabel diatas dapat

dijelaskan penanaman bawang merah (Allium ascalanicum. L) dengan pemberian

pupuk organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/plot terhadap Susut Bobot Umbi,

bawang merah tanaman mengalami penambahan Susut Bobot dari sampel 1 sampai

dengan 5 cukup baik. Susut Bobot setiap sampel nya ada yang mengalami paling

besar adalah pada sampel 5 dengan susut bobot 44,30 % dan sampel 3 dengan susut

bobot 39,82%, sedangkan untuk susut bobot terkecil terdapat pada sampel 4 dengan

susut bobot 13,84%. Susut bobot pada bawang merah terjadi kerena beberapa factor

diantaranya yaitu intensitas cahaya matahari yang bersinar, besar umbi yang dijemur

dan masih ada yang lain.


V. KESIMPUALAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum pemberian pupuk

organik dan NPK 16:16:16 dengan dosis 30g/ploy pada pertumbuhan tanaman

bawang merah adalah

1. hasil pengamatan tinggi tanaman yang paling tinggi presentasi tanaman nya

yaitu pada sampel 1 dengan rata-rata tinggi tanaman 35,7 cm dan sampel 2

dengan rata-rata 34,12 cm.

2. Jumlah daun setiap sampel nya ada yang mengalami paling banyak jumlah

daunnya pada sampel 2 dengan rata-rata sebanyak 19,75 helai dan sampel

dengan rerata 19,25 helai.

3. Jumlah Diameter Umbi setiap sampel nya ada yang mengalami paling besar

adalah pada sampel 1 dengan Diameter 10,4 cm.

4. Jumlah Umbi setiap sampel nya ada yang mengalami paling banyak adalah

pada sampel 4 dengan Jumlah 16 umbi dan sampel 2 dengan Jumlah 14 umbi.

5. Berat basah setiap sampel nya ada yang mengalami paling banyak adalah

pada sampel 1 dengan berat basah 123 gram dan sampel 2 dengan berat basah

114 gram.

6. Berat Kering setiap sampel nya ada yang mengalami paling besar adalah

pada sampel 1 dengan berat kering 87 gram dan sampel 2 dengan berat kering

68 gram.

7. Susut Bobot setiap sampel nya ada yang mengalami paling besar adalah pada

sampel 5 dengan susut bobot 44,30 % dan sampel 3 dengan susut bobot

39,82%.
25

B. Saran

Dari praktikum Lahan Maginal penanaman bawang merah varietas Brebes,

sebaiknya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penanaman bawang merah

dilakukan diwaktu yang tepat, tidak seperti saat praktikum, penanaman dilakukan

pada saat musim penghujan sehingga banyak dari tanaman bawang merah yang

ditanam terserang penyakit kuning pada daun dan umbi yang busuk sehingga

produktifitas yang dihasilkan kurang maksimal.


26

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Sahputra. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap

Pemberian Kompos Kulit Kopi dan Pupuk Organik Cair. Jurnal Online

Agroekoteknologi. Vol. 2(1): 26-35.

Anisyah, F. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah dengan Pemberian

Berbagai Pupuk Organik. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Anwar, Liu DL, Farquharson R, Macadam I, Abadi A, Finlayson J, Wang B,

Ramilan T. 2015. Climate change impacts on phenology and yields of five

broadacre crops at four climatologically distinct locations in Australia.

Agricultural Systems 132: 133-144.

Asandhi, A. A., N. Nurtika, dan N. Sumarni. 2005. Optimasi Pupuk dalam Usaha

Tani LEISA Bawang Merah di Dataran Rendah. Jurnal Penelitian UNIB. 15(3):

199 - 207.

Azmi, C., I. M. Hidayat, dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi

terhadap Produktivitas Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. 21(3):206-213.

Badan Litbang Pertanian. 2016. Diseminasi inovasi pertanian Budidaya Bawang

Merah. Tanjung Pinang. LPTP KepulauanRiau Badan Litbang Pertanian

Kementerian Pertanian
27

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral. 2014. Produksi Bawang MerahMenurut

Provinsi Tahun 2009-2013. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

Balitsa. 2018. Bawang Merah Varietas Super Philip. [Online] Diakses melalui:

https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ (4 Januari 2023)

Balitbang. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Bawang Merah,

Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor.

BMKG Malang. 2018. BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso Malang. Malang.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2010.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Deptan, 2003. Pengembangan Usaha Agribisnis Bawang Merah Terpadu. Direktorat

Tanaman Sayuran, Hias, dan Aneka Tanaman. Direktorat Jenderal Bina

Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian Jakarta.

Ditlinhorti. 2012. Ulat Bawang. [Online] Diakses melalui:

https://ditlinhortikultura.pertanian.go.id/ (diakses 4 Januari 2023)

Fauziah, Rahmi. 2017. Budidaya Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum)

pada Lahan Kering Menggunakan Irigasi Spray Hose pada Berbagai Volume

Irigasi dan Frekuensi Irigasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kementan. 2022. Membuat Kompos dari Kotoran Sapi. https://pustaka.setjen.

pertanian.go.id/index-berita/membuat-kompos-dari-kotoran-sapi. Diakses tang-

gal 4 Januari 2022.


28

Abdul Haris Maulana. 2020. Kenali Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang Asli.

https://www.kompas.com/homey/read/2020/11/27/175235776/kenali-pupuk-

npk-mutiara-16-16-16-yang asli?page=all#:~:text=Pupuk%20NPK%2016%2D

16%2D16,persen%20dan%20kalium%2016%20persen. Diakses tanggal 4

Januari 2022.

Kurniati Lestari. 2019. Manfaat dan Gejala Kekurangan Pupuk N,P,K. http://cybex.

pertanian.go.id/mobile/artikel/85051/MANFAAT-DAN-GEJALA-KEKURA

NGAN-PUPUK-N-P-K/. Diakses tanggal 4 Januari 2022.

Npkmutiara.com. 2022. 5 Alasan Utama Kenapa Harus Pilih NPK Mutiara 16-16-16.

https://www.npkmutiara.com/post/5-alasan-utama-kenapa-harus-pilih-npk-

mutiara-161616. Diakses tanggal 4 Januari 2022.

Edy Soenyoto. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik NPK Mutiara (16:16:16)

Dan Pupuk Organik Mashitam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman

Bawang Merah (Allium ascalonicum L) varietas Thailand. Jurnal Hijau

Cendekia Volume 1(1) : 21-27.


29

LAMPIRAN

1. Jadwal Praktikum

Tahun2021-2022
No September Oktober November Desember
Kegiatan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembukaan lahan
Pembuatan plot
dan pemasangan
2
plang

Penyiangan gulma
dan pemberian
3
pupuk dasar
organik
Penanaman
4
bawang merah
Pemberian pupuk
5 anorganik (NPK
16:16:16)
Parameter
6
pengamatan
Pengendalian hama
8
dan penyakit

9 Panen

10 Laporan
30

2. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Brebes

- Berasal dari Lokal Brebes (Jawa Tengah)

- Daya Adaptasi cukup bagus untuk ditanam di semua wilayah Indonesia

- Dapat ditanam dengan baik pada semua tanah pada ketinggian 10-1000 mdpl

- Umur berbunga : 50 hari setelah tanam

- Umur saat panen : 60 hari setelah tanam

- Tinggi tanaman : 25-44 cm

- Warna umbi : merah muda

- Bentuk umbi : lonjong bercincin kecil pada leher cakram

- Banyakan Anakan : 7-12 umbi per rumpun

- Produksi Umbi : 9,9 ton/Ha

- Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit

busuk umbi (Botrytis alii) dan peka terhadap penyakit busuk ujung daun

(Phytophtora porii)
31

3. Dokumentasi selama kegiatan Praktikum

Proses pembukaan lahan untuk prakti- Pembuatan plot oleh masing-masing


kum mahasiswa

Hasil plot yang sudah jadi dengan uku- Pemerian perlakuan pupuk organic ko-
Ran 1x1 meter toran sapi sebanyak 3 kg

Sanitasi plot sebelum ditanam perendaman bibit bawang merah deng-


an fungisida
32

Penanaman bawang merah sebanyak 25 pengukuran tinggi tanaman bawang


Buah dalam 1 plot merah

Penghitungan jumlah helai daun pada Pemanenan bawang merah dan juga pe-
Bawang merah ngukuran diameter umbinya

Sebagian hasil panen bawang merah penimbangan berat basah umbi bawang
merah
33

Penjemuran bawang merah selama 1 penimbangan berat kering


minggu

Foto bersama kelas 5D agoteknologi bersama asisten dosen Noer Arif Hardi.SP,.MP

setelah panen bawang merah.

Anda mungkin juga menyukai