Anda di halaman 1dari 39

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KAPUR DAN PUPUK KCL PADA

TANAMAN BAWANG MERAH


(ALLIUM ASCALONICUM L.)

OLEH :

DONI PRAMONO
194110307

LAPORAN PRATIKUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
Lembar Pengesahan

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KAPUR DAN KCL PADA


TANAMAN BAWANG MERAH (Allium Ascalanicum. L)

LAPORAN PRATIKUM

NAMA : DONI PRAMONO


NPM : 194110307
PROGRAM STUDI : Agroteknologi

MENYETUJUI

Dosen Pengampu 1 Dosen Pengampu II

Dr. Ir. Hj. Siti Zahrah, MP Sri Mulyani, SP., M.Si

Asisten Dosen Lapangan

Restian Agustino

2
ABSTRAK

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan di


Indonesia, terutama di daerah Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dolomit dan pupuk KCL
terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium Ascalanicum. L). Rancangan
yang digunakan adalah RAL faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu : Faktor K
(pemberian Kapur dolomit) yaitu: K1 (pemberian Kapur 60 gram/plot setara 600 kg/ha),
K2 (pemberian Kapur 120 gram/plot setara 1200 kg/ha), K3 (Pemberian Kapur 180
gram/plot setara 1800 kg/ha), dan K4 (Pemberian Kapur 240 gram/plot setara 2400
kg/ha). Faktor C (Pupuk KCL) yaitu : C1 (Pemberian pupuk KCL 15 gram/plot setara
150 kg/ha), C2 (pemberian pupuk KCL 30 gram/plot setara 300 kg/ha), C3 (Pemberian
pupuk KCL 45 gram/plot setara 450 kg/ha) dan C4 C3 (Pemberian pupuk KCL 60
gram/plot setara 600 kg/ha). Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui komposisi kapur
dolomite dan kcl yang paling tepat untuk menanam bawang.

3
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, serta kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan ini dengan judul : “Pemberian Berbagai Dosis Kapur

Dan Pupuk Kcl Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)”

Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Siti Zahrah, MP dan Sri Mulyani, SP., M.Si

selaku dosen pengampu mata kuliah lahan marginal yang banyak memberikan arahan

dan bimbingan sehingga selesai dalam penulisan laporan ini. Ucapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada Asisten dosen lapangan Aabang Restian Agustino atas segala

bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada

kedua orang tua yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan alporan ini masih terdapat

kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pertanian khususnya bidang

agroteknologi.

Pekanbaru, 27-Desember- 2021

Doni Pramono

4
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................4
C. Manfaat Penelitian ..................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................5
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................15
A. Tempat dan Waktu ................................................................................15
B. Bahan dan Alat .....................................................................................15
C. Rancangan Percobaan ...........................................................................15
D. Pelaksanaan Penelitian..........................................................................17
E. Parameter Pengamatan..........................................................................22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................25
A. Tinggi Tanaman ....................................................................................25
B. Jumlah Daun Per Rumpun (helai).........................................................30
C. Diameter Umbi (mm)............................................................................35
D. Jumlah Umbi Per Rumpun (umbi).........................................................39
E. Berat Basah Umbi Per Rumpun (g).......................................................41
F. Berat Kering Umbi Per Rumpun (g)......................................................44
G. Susut Bobot Umbi (%)..........................................................................46
V. PENUTUP ...................................................................................................51
A. Kesimpulan............................................................................................51
B. Saran .....................................................................................................51

5
RINGKASAN .....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................55
LAMPIRAN.........................................................................................................60

6
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae.

Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, yaitu daerah sekitar India, Pakistan sampai

Palestina (Rahayu, Berlian, dan Sundaya, 2005). Bawang merah merupakan salah

satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di daerah

Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

Menurut Kuttner (2002) dalam Marliah, dkk. (2012) bawang merah sangat

banyak manfaatnya, baik digunakan sebagai sayuran rempah, juga dimanfaatkan

sebagai obat tradisional karena mengandung asam amino allin yang berfungsi

sebagai antibiotik. Selain itu bawang merah dapat digunakan sebagai bumbu

masakan, sayuran dan penyedap masakan. Bawang merah sebagai obat tradisional

banyak digunakan untuk membantu mengatasi penyakit batuk (dahak), menurunkan

suhu tubuh, obat nyeri perut dan penyembuhan luka atau infeksi, demam dan kencing

manis (Rachmad, 2010).

Kebutuhan bawang merah terus meningkat, tidak hanya di pasar dalam

negeri, tetapi juga di luar negeri, sehingga terbuka peluang untuk ekspor. Dalam

periode tahun 2001-2005, ekspor bawang merah Indonesia mencapai 89.678

7
kilogram senilai US $14.309, dengan sasaran utama Singapura, Malaysia dan

Hongkong (AAk, 2003).

Pada tahun 2007 luas lahan budidaya bawang merah di Indonesia mencapai

93.694 hektar dengan produksi 802.810 ton dan produktifitas 8,57 ton/hektar. Akan

tetapi, pada periode tersebut terjadi kecenderungan penurunan pertumbuhan produksi

maupun produktivitasnya. Penduduk Indonesia tahun 2014 diperkirakan mencapai

253.584.135 jiwa sehingga kebutuhan bawang merah di Indonesia terus meningkat

mencapai 1.144.961 ton (Wibowo, 2009). Hal ini menjadikan nilai ekonomi bawang

merah terus meningkat tidak hanya dalam negeri tetapi juga di luar negeri, sehingga

permintaan bawang merah terus meningkat tetapi tidak diimbangi dengan produksi

bawang merah dalam negeri. Kebutuhan dan harga bawang merah terus mengalami

kenaikan dan mengalami kelangkaan karena terus menurunnya hasil produksi

bawang merah. Hal ini menjadi permasalahan yang serius. Dengan demikian perlu

ditingkatkan produksi bawang merah dalam negeri.

Salah satu tanah yang berpotensi untuk lahan pertanian adalah tanah Ultisol.

Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar

29,7 persen dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan yang

menonjol pada Ultisol adalah pH rendah, kapasitas tukar kation rendah, kandungan

unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg sedikit dan tingkat Al-dd yang tinggi,

mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman

(Subagyo, Suharta dan Siswanto, 2000).

8
Menurut Putri, Sipayung dan Sinuraya (2012) Penggunaan pupuk kimia yang

berkonsentrasi tinggi dan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang,

menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah. Hal ini terjadi karena

ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan

bahan organik tanah.

Pengapuran dapat dilakukan dengan menggunakan kapur dolomit. Dolomit

(CaMg (C03)2) adalah jenis kapur yang mengandung unsur hara kalsium karbonat

(CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3). Kapur dolomit berisi antara lain

CaO (30,4%), CO2 (47,7%), MgO (21,9%) dan sedikit senyawa besi, mangan, silica,

serta senyawa lain (0,05%) (Trubus, 2002) Tersedianya unsur hara tanaman

dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh

unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme

akan terganggu atau berhenti sama sekali, umumnya tanaman yang kekurangan suatu

unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik

(Suwandi, 2009).

Pembentukan umbi bawang merah sangat membutuhkan unsur kalium yang tinggi,

oleh karena itu perlu adanya penambahan unsur kalium. Input luar dari sistem LEISA ini

yaitu penambahan pupuk KCl sebagai sumber unsur kalium untuk pembentukan umbi

bawang merah. Penelitian mengenai pengaruh pupuk kalium pada bawang merah pernah

dilakukan untuk meningkatkan produksi bawang merah, di antaranya oleh Gunadi

(2009) yaitu dengan perlakuan dua sumber yaitu KCl dan K2SO4 dan dosis kalium,

Sumarni dkk., (2012a) dengan perlakuan pengaruh varietas, status K-tanah dan dosis

pupuk kalium. Penelitian mengenai pemupukan organik dan KCl pada tanaman bawang

9
merah telah dilakukan oleh Yetti dan Elita (2008) dan membuktikan bahwa

kombinasi pupuk kandang ayam dan sludge sawit dengan KCl 25 g/10 m2

berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, berat

basah dan berat kering perplot. Perbedaan penelitian sebelumnya adalah terletak

pada metode dan pemberian perlakuan kombinasi jenis pupuk yang diberikan.

B. Tujuan pratikum

 Tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kapur

dolomit dan pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil panen bawang

merah (Allium ascalonicum L.)

10
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk

ke dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan

guna menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini

juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin,

diabetes melitus, disentri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono,

2005). Wibowo (2005) menyatakan bahwa, bawang merah mengandung protein

1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan

air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak 90%. Komponen lain berupa

minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas dan memberikan citarasa gurih.

Menurut Suriani (2011), klasifikasi bawang merah adalah sebagai berikut,

Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Liliales; Famili: Liliaceae; Genus: Allium, Spesies: Allium ascalonicum L.

a. Morfologi Bawang Merah

Batang

11
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan

kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian

atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal

dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun

menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan

terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.

Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih

umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna

kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,

tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat

(Wibowo, 2005).

Daun

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda

hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta

ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru

bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat

daun tumbuh menjadi besar. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai

tempat fotosintesis dan respirasi. Sehingga secara langsung, kesehatan daun

sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Setelah tua daun menguning,

tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari

bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik

seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang

12
merah melekat relatif kuat dengan umbi, sehingga memudahkan dalam

pengangkutan dan penyimpanan (Sunarjono, 2003).

Bunga

Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga.

Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50

cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai

bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang

berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih

terbungkus seludang. Setelah seludang terbuka, secara bertahap tandan akan

tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2

cm (Sumadi, 2003).

Biji

Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan

yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan

persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan

mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat

biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji

berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).

b. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

 Iklim

Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang

pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan

13
pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak

tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya

bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan.

Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih

baik apabila pengairannya baik (Wibowo, 2005).

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah

beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka,

tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari

penuh juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih

dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat

menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo,

2005).

 Suhu dan ketinggian tempat

Dataran rendah sesuai untuk membudidayakan tanaman bawang merah.

Ketinggian tempat yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah kurang dari

800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl, tanaman

bawang merah masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah berkaitan erat

dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, maka suhu

semakin rendah (Pitojo, 2003). Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara

antara 25 - 32 oC. Pada suhu tersebut udara agak terasa panas, sedangkan suhu rata-rata

pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 oC. Selain itu,

iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka sangat membantu proses

14
pertumbuhan tanaman dan proses produksi. Pada suhu yang rendah, pembentukan umbi

akan terganggu atau umbi terbentuk tidak sempurna (Sumadi,2003). Sinar matahari

berperan cukup besar bagi kehidupan tanaman bawang, terutama dalam proses

fotosintesis. Tanaman bawang merah menghendaki areal pertanaman terbuka karena

tanaman ini memerlukan penyinaran yang cukup, minimal sekitar 70% intensitas cahaya

matahari (Rukmana, 2002).

 Tanah

Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang

gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai

bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung

berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan

yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik.

Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2009)

B. Kapur Dolomit

Dolomit ialah mineral yang dihasilkan dari alam dan didalamnya  mengandung unsur

hara berupa Magnesium (Mg) serta Kalsium (Ca). Dolomit ini mempunyai ciri-ciri

bentuk mirip tepung serta berwarna putih. Dolomit ini biasanya dapat digunakan oleh

para petani sebagai pupuk yang dapat berfungsi untuk meningkatkan kandungan hara

serta menetralkan asam pada tanah.Pupuk dolomit mempunyai fungsi yang sangat

penting ialah bisa menetralkan pH tanah. Jika tanaman sawit kita kurang maksimal

dalam memproduksi buah , serta daunnya banyak yang kuning , maka dolomit ini dapat

kita gunakan untuk memperbaikinya.

15
Berikut ini ciri-ciri fisik dolomit. Yaitu;

1. Mempunyai klasifikasi chemical karbonat.

2. Mempunyai beberapa warna diantaranya tidak berwarna, putih, merah muda,

hijau, abu-abu, coklat, dan hitam.

3. Mempunyai garis-garis warna putih.

4. Bertekstur seperti mutiara dan tembus pandang, serta memiliki belahan tiga arah

yang sempurna.

5. Mempunyai kekerasan antara 3.5 hingga 4.

6. Mempunyai berat jenias antara 2.8 hingga 2.9.

7. Mempunyai komposisi kimia CaMg (CO3)

Fungsi dolomit untuk pertumbuhan tanaman antara lain Memberikan nutrisi yang

sangat berharga bagi tanaman, Membantu mengubah pH tanah sesuai pada kebutuhan

tanaman, Menetralkan zat-zat berbahaya yang bisa meracuni tanah dan tanaman, seperti

aluminium, zat besi, dan tembaga, Meningkatkan efektifitas serta efisiensi tanah

terhadap penyerapan zat-zat hara di dalamnya, Menjaga ketersediaan unsur hara pada

tanah, Memperbaiki struktur tanah, menjadikannya lebih gembur, melancarkan sirkulasi

udara dalam tanah, serta yang menjadikan tanaman tumbuh subur nantinya,

Mengaktifkan berbagai jenis enzim pada tanaman, Merangsang pembentukan zat lemak,

karbohidrat, serta berbagai nutrisi lainnya dalam tanaman, Membantu distribusi fosfor

pada tanaman danMembantu pembentukan klorofil yang sempurna dalam tanaman.

C. Pupuk KCL

16
Kalium klorida (singkatan: KCl; bahasa Inggris: potassium chloride)

adalah senyawa garam alkali tanah dengan halida yang terbentuk dari

unsur kalium dan klor. Wujud umumnya adalah garam kristal berwarna putih atau tak

berwarna. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air dan terasa asin di lidah,

serupa garam dapur. Kegunaannya yang paling luas adalah untuk pupuk kimia, sebagai

infus dalam pengobatan, reaktan dalam laboratorum, pengolahan makanan, dan sebagai

salah satu dari tiga senyawa untuk eksekusi mati menggunakan injeksi.

 KCL adalah salah satu penyubur tanah yang bersifat anorganik tunggal dengan

konsentrasi tinggi. Yakni sekitaran 60 % K2O sebagai kalium klorida yang sangat cocok

digunakan di berbagai tanaman yang toleran terhadap unsur Clorida serta digunakan

pada tanah dengan kadar Clorida yang rendah.

Pupuk yang mengandung kalium harus dapat diterapkan di mana cadangan kalium

tanah tidak memadai. Kalium bisa diterapkan sebagai pupuk langsung, atau sebagai

bagian dari pupuk yang dicampur dengan senyawa nitrogen dan fosfor.

Berikut ini beberapa Manfaat Pupuk KCL untuk Tanaman, antara lain;

1. Meningkatkan hasil panen

Kandungan klorida dalam pupuk KCL bisa membantu meningkatkan hasil panen,

yaitu dengan meningkatkan resistensi penyakit pada tanaman.

2. Meningkatkan kualitas

17
Salah satu fungsi unsur hara dalam kalium yang umumnya terkandung dalam pupuk

KCL ialah untuk menghasilkan kualitas buah yang baik, seperti menjadikan buah lebih

besar, lebih berat, dan lebih manis. Hal ini disebabkan kalium bisa membantu proses

transfortasi glukosa di dalam tanah. Hal ini tentu saja dapat mengoptimalkan manfaat

buah-buahan atau sayuran yang ditanam.

3. Memperkuat batang tanaman

Tanaman yang baik ialah tanaman yang memiliki batang yang kokoh dan kuat. Hal

ini bisa menjadikannya bisa bertahan hidup lebih lama, dan tidak gampang ambruk atau

rapuh sebelum bisa menghasilkan buah. Kandungan K2O dalam pupuk KCL bisa

memberikan solusi untuk hal tersebut, ialah menjadikan tanaman lebih kuat dan terlihat

kokoh.

4. Tanaman lebih tahan stress dan serangan hama penyakit

Hal tersebut akan dapat menjadikan tanaman lebih tahan terhadap resiko

terjadinya stress serta kekeringan yang akhirnya dapat menyebabkan tanaman mati

sebelum dapat menghasilkan buah. Kandungan kalium yang terdapat dalam manfaat

pupuk KCL dapat mampu mencukupi kebutuhan tanaman untuk melindunginya terhadap

gangguan hama serta penyakit-penyakit lain yang dapat menyerang tanaman. Sehingga

nantinya tanaman bisa berpotensi menghasilkan panen yang lebih baik.

Pengaplikasian pupuk KCL akan sangat tepat pada saat tanaman telah mulai

memasuki masa berbunga. Hal ini akan bisa membantu meningkatkan aktivitas

18
pembentukan hasil biji ataupun buah pada tanaman. Sehingga bisa menghasilkan biji

atau buah yang sempurna, serta bisa mengurangi resiko kerusakan saat hasil panen

tersebut diangkut ataupun pada masa penyimpanan.

D. Penelitian Terdahulu

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI BAWANG MERAH (Alliumascalonicum L.) BERBASIS PUPUK

ORGANIK BERBEDA Oleh: NELI AFRILLIANA.

Hasil dari penelitian ini adalah perlakuan pupuk organik berbeda dan penambahan

KCl berpengaruh nyata (p<0,05) pada parameter tinggi tanaman,jumlah daun, diameter

umbi, berat segar tanaman, dan serapan K tanaman bawang merah, tetapi tidak

berpengaruh nyata pada parameter jumlah umbi dan berat Eskip tanaman. Pemberian

berbagai pupuk organik dengan penambahan KCl atau tanpa KCl atau pupuk NPK

memberikan hasil lebih tinggi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

umbi, berat segar tanaman dan serapan K tanaman dibandingkan tanpa pemupukan,

tetapi tidak meningkatkan jumlah umbi dan berat eskip tanaman. Penambahan pupuk

KCl pada pupuk organik tidak meningkatkan hasil berat segar tanaman dan berat eskip

tanaman. Pemberian pupuk kandang ayam memberikan indikasi hasil tertinggi pada

produksi bawang merah dibandingkan pupuk kandang kambing dan sapi. Yetti dan Elita

(2008) menunjukkan bahwa kombinasi pemberiaan pupuk organik (pupuk kandang

ayam dan sludge sawit) dengan dosis KCl 25 g/10 m2 berpengaruh nyata pada parameter

19
tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, berat basah dan berat kering perplot tanaman

bawang merah. Hasil penelitian Sumarni dkk., (2012a) memperlihatkan bahwa dosis K

optimum pada bawang merah varietas Bangkok 126,67 kg/ha K2O pada status K-tanah

rendah, pada status K-tanah sedang 170 kg/ha K2O, dan 1,5 kg/ha K2O pada status K-

tanah tinggi, sedangkan dosis pupuk K optimum untuk bawang merah varietas Kuning

yaitu 214,29 kg/ha K2O pada status K-tanah rendah, 216,67 kg/ha K2O pada status K-

tanah sedang, dan 106,50 kg/ha K2O pada status K-tanah tinggi. Penelitian Gunadi

(2009) memberikan hasil bahwa sumber pupuk kalium yang berbeda dari K2SO4 dan

KCl tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas, dan bobot kering

tanaman bawang merah tapi pupuk K2SO4 berpengaruh nyata terhadap hasil umbi

kering pertanaman, hasil umbi segar per petak dibandingkan pupuk KCl, penggunaan

pupuk K2SO4 tidak nyata meningkatkan kualitas umbi bawang merah pada saat panen

dibandingkan pemberian pupuk KCl, serta dosis kalium tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan hasil panen bawang merah. Napitupulu dan Winarto (2010)

menyimpulkan bahwa kombinasi pupuk N dosis 250 kg/ha dan pupuk K dosis 100 kg/ha

menghasilkan bobot umbi kering tertinggi yaitu 64,69 g/rumpun.

PENGARUH KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN BAWANG MERAH ( Alliumascalonicum L.) oleh Bastani Sepindjung; 2

Ridwan Hanan; 3 Muchlisin.

20
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui takaran kapur dolomit yang tepat terhadap

pertumbuhan dan produksi Bawang merah (Alliumascalonicum L.) Hasil dari penelitian

ini adalah pemberian kapur dolomit dengan berbagai takaran memberikan respon yang

berbeda pada setiap peubah yang diamati. Perlakuan 1 x Al-dd : 6,67 ton/ha (1.840

gr/petak) pada (P2) berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun,

panjang akar tanaman, jumlah akar tanaman, berat basah tanaman, berat bobot 25 umbi

dan berat kering tanaman.

21
III. BAHAN dan METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum penanaman bawang merah (Allium Ascalanicum. L) dilakukan pada lahan

percobaan universitas islam Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu pagi jam

08.00 WIB 23 Oktober 2021 sampai dengan 15 Januari 2022.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penanaman bawang merah (Allium

Ascalanicum. L) ini adalah:

- Pisau - Bibit bawang merah

- Gunting - Kapur dolomit

- Cangkul - Pupuk KCL

- Garu - Urea

- Timbangan - Fungisida

- Tali rapiah

- Kep pemyemprot

22
C. Rancangan Praktikum

Rancangan praktikum penanamab bawang merah ini menggunakan rancangan acak

lengkap ( RAL ) faktorial dengan berbagai parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun

per rumpun, berat basah umbi, berat kering umbi dan penyusutan bobot umbi.

D. Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan praktikum penanaman bawang merah (Allium Ascalanicum. L)

dilakukan dengan sebgai berikut:

 Praktikum dimulai dengan pembagian lahan dan kemudian dilanjutkan dengan

pembukaan lahan dengan menggunakan cangkul, garu dan parang dari gulma dan

alang-alang.

 Kemudian dilakukan pembagian plot 1x1 m untuk semua anggota kelas.

 Setelah itu melakukan pengolahan plot 1x1 m dengan jarak antar plot 50cm dan

tinggi plot 30cm.

 Setelah plot jadi dilakukan penambahan kapur dolomit sebanyak 180 gram dan

pemberian pupuk kotoran kambing 300 gram.

 Setelah itu dilakukan penanaman bibit bawang merah (Allium Ascalanicum. L) di

setiap plot sebanyak 16 buah dengan jarak tanaman10cm dari pinggir plot dan 20

cm antar tanaman.

 Kemudian dilakukan penambahan pupuk kcl 5 gram dan urea sebanyak 10 gram.

 Melakukan pembersihan gulma yang tumbuh pada setiap plot.

 Melakukan penyemprotan fungisida

23
 Jika sudah masuk waktu panen dilkukan pemanenan

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan terhadap tinggi tanaman bawang merah dilakukan setelah tanaman

berumur 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai tanaman berumur 8 MST.

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris. Agar standar pengukuran tidak

berubah, maka pengukuran dilakukan dengan bantuan ajir dengan menancapkan ajir

pipet di dekat samping tanaman setinggi 10 cm dengan 5 cm ke dalam tanah dan 5 cm di

atas permukaan tanah.

2. Jumlah Daun Per Rumpun (helai)

Pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah dilakukan setelah tanaman

berumur 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai tanaman berumur 8 MST.

Jumlah daun yang diamati dengan menghitung jumlah daun tanaman bawang merah

yang muncul.

3. Diameter Umbi (mm)

24
Pengamatan dilakukan terhadap diameter umbi, dimana dilakukan pengamatan

setelah panen. Umbi yang terbesar dari setiap sampel dipilih dan dilakukan pengukuran

diameter umbi dengan menggunakan jangka sorong.

4. Jumlah Umbi Per Rumpun (umbi)

Pengamatan jumlah umbi dilakukan setelah panen dengan cara menghitung

secara manual jumlah umbi per rumpun sampel.

5. Berat Basah Umbi Per Rumpun (g)

Pengamatan terhadap berat basah umbi bawang merah per rumpun dilakukan

setelah tanaman dipanen dengan menimbang berat umbi pada setiap rumpun, terlebih

dahulu memotong daun serta akar dan membersihkan tanah yang melekat pada umbi.

6. Berat Kering Umbi Per Rumpun (g)

Pengamatan terhadap berat kering umbi dihitung setelah umbi di keringkan atau

di jemur di bawah sinar matahari selama seminggu setelah panen pada setiap rumpun

dan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Berat kering simpan umbi dihitung

setelah umbi di keringkan atau di jemur di bawah sinar matahari selama 5-7 hari setelah

panen pada setiap rumpun.

7. Susut Bobot Umbi (%)

Pengamatan terhadap susut bobot umbi dilakukan di akhir penelitian dengan cara

menghitung selisih berat basah dan berat kering umbi bawang merah.

25
IV. Hasil dan Pembahasan

Pengaruh pemberian kapur dolomit sebanyak 180 gram dan pupuk KCL sebanyak 5

gram pada plot K1C3 a dapat terlihat dari pertumbuhan barang merah (Allium

Ascalanicum. L) yang digambarkan parameter sebagai berikut:

A. Tinggi Tanaman

No Hari, tanggal/bulan tahun Sampel Tinggi

tanaman tanaman

( cm)

1. Sampel 1 19 cm

Sampel 2 20 cm

Sampel 3 17 cm

Sampel 4 22 cm

Sampel 5 23 cm

26
2 Sampel 1 20 cm

Sampel 2 23 cm

Sampel 3 19 cm

Sampel 4 24 cm

Sampel 5 23 cm

3 Sampel 1 27 cm

Sampel 2 26 cm

Sampel 3 19 cm

Sampel 4 36 cm

Sampel 5 35 cm

4 Sampel 1 36 cm

Sampel 2 22 cm

Sampel 3 23 cm

Sampel 4 38 cm

Sampel 5 36 cm

5 Sampel 1 36 cm

Sampel 2 23 cm

Sampel 3 30 cm

Sampel 4 38 cm

Sampel 5 39 cm

27
Dari hasil tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh penanaman bawang

merah (Allium Ascalanicum. L) dengan pemberian kapur dolomit 180 gram dan pupuk

KCL 5 gram terhadap tinggi tanaman bawang tanaman mengalami penambahan tinggi

dari sampel 1 sampai dengan 5 cukup signifikan dari minggu pertama dilakukan

perameter sampei dengan minggu terakhir dilakukan pengamatan parameter. Hal ini

menunjukan bahwa pemberian kapur dolomit sebanyak 180 gram dan pupuk KCL 5

gram adalah berpengaruh nyata.

B. Jumlah Daun Per Rumpun

No Hari, tanggal/bulan/tahun sampe Jumlsh

helai daun

1 Sampel 1 22

Sampel 2 12

Sampel 3 20

Sampel 4 25

Sampel 5 23

2 Sampel 1 25

Sampel 2 29

Sampel 3 19

Sampel 4 25

Sampel 5 30

28
3 Sampel 1 24

Sampel 2 32

Sampel 3 22

Sampel 4 30

Sampel 5 32

4 Sampel 1 24

Sampel 2 33

Sampel 3 28

Sampel 4 35

Sampel 5 28

5 Sampel 1 41

Sampel 2 25

Sampel 3 23

Sampel 4 40

Sampel 5 24

Dari hasil tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh penanaman bawang

merah (Allium Ascalanicum. L) dengan pemberian kapur dolomit 180 gram dan pupuk

KCL 5 gram terhadap jumlah helai daun bawang tanaman mengalami penambahan

jumlah heai daun dari sampel 1 sampai dengan 5 cukup signifikan dari minggu pertama

dilakukan perameter sampei dengan minggu terakhir dilakukan pengamatan parameter.

29
Hal ini menunjukan bahwa pemberian kapur dolomit sebanyak 180 gram dan pupuk

KCL 5 gram adalah berpengaruh nyata.

V. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil melalui pelaksanaan praktek lapangan penanaman

komoditas bawang merah (Allium Ascalanicum. L) dengan pemberian kapur dolomit

sebanyak 180 gram dan pupuk KCL sebanyak 5 gram adalah:

1. Pemberian kapur dolomit sebanyak 180 gram pada tanaman bawang merah

(Allium Ascalanicum. L) pada parameter tinggi tanaman dan jumlah helai daun

yang diukur sebanyak lima kali pada lima sampel mengalimi penambahan tinggi

dan jumlah helai daun yang signifikan, hal ini menunjukan bahwa pemberian

pupuk dolomit sebanyak 180 gram berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

bawang merah (Allium Ascalanicum. L).

2. Pemberian pupuk KCL sebanyak 5 gram pada tanaman bawang merah (Allium

Ascalanicum. L) pada parameter tinggi tanaman dan jumlah helai daun yang

30
diukur sebanyak lima kali pada lima sampel mengalimi penambahan tinggi dan

jumlah helai daun yang signifikan, hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk

KCL sebanyak 5 gram berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bawang merah

(Allium Ascalanicum. L).

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil praktikum penanaman bawang merah (Allium

Ascalanicum. L) untuk meningkatkan pertumbuhannya perlu dilakukan pengapuran

menggunakan dolomit dan pemupukan dengan pupuk KCL.

Daftar pustaka

Delina Yelpi. 2019. PENGARUH PEMBERIAN DOLOMIT DAN PUPUK KCL

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANBAWANG MERAH

(Allium ascalanicum. L). UNIKS. Riau

Manurung Agnes. Vindo. 2019. ENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN PUPUK

KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAWANGMERAH (Alium ascalanicum L) VARIETAS VIETNAM. Universitas Darma

Agung. Medan

Sepinjung Bastian. 2018. PENGARUH KAPUR DOLOMIT TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium

ascalonicum L.). universitas Tridanti. Palembang

31
Afrilliana Nefli. 2009. PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK Kcl TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Alliumascalonicum L.)

BERBASIS PUPUK ORGANIK BERBEDA.

https://pertanian.sariagri.id/54936/mengenal-pupuk-dolomit-si-penyubur-

tanah#:~:text=Pupuk%20dolomit%20memiliki%20kadar%20mineral,magnesium%2C

%20dapat%20memaksimalkan%20produksi%20tanaman.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalium_klorida

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88281/Manfaat-Pupuk-Kcl/

Daftar Lampiran

1. Jadwal Praktikum

Tanggal Kegiatan Judul Kegiatan Urian Kegiatan


Sabtu, 23-10- 2021 Sanitasi lahan Sanitasi lahan adalah proses pembukaan
lahan dari gulma-gulma yang tumbuh
pada lahan yang akan ditanami dengan
tanaman bawang merah. Sanitasi
bertujuan untuk membasmi gulma yang
tumbuh, alat yang digunakan saat
sanitasi lahan seperti cangkul, garu,
parang dan angkong. Gulma yang telah
dibersihkan kemudian di buang ke
tempat sampah.
Senin, 25-10-2021 Pengukuran plot 1x1 Kegiatan dilakukan dengan pembagian

32
m dan pembagian plot plot untuk semua anggota kelas dan
setelah itu dilakukan pengukuran plot
1x1 m dengan jarak antar plot 50 cm
dan tinggi plot 30 cm.
Kamis, 28-11-2021 Penggemburan plot Kegiatan diawali dengan penggemburan
dan pembersihan dari setiap plot dengan cara mebolak
gulma balikkan tabah dengan cangkul
kemudian dilakukan pembersihan gulma
yang tumbuh agar plot bersih dari
gulma, gulma yang tumbuh adalah jenis
rumput teki-tekian.
Sabtu, 6-11-2021 Memberikan pupuk Kegiatan diawali dengan membersihkan
kandang ayam 300 gulma yang tumbuh pada plot kemudian
gram dan dolomit 180 menggemburkan tanah kembali dengan
gram cangkul, kemudian dilakukan
penambahan pupuk kotoran kambing
sebanyak 300 gram untuk menambah
unsur hara dan penambahan 180 gram
kapur dolomit untuk menetralkan ph
tanah untuk pertumbuhan bawanng
merah.
Sabtu, 13-11-2021 Memperbaiki Kegiatan dilakukan dengan
bedengan dari gulma memperbaiki bedengan dari gulma yang
tumbuh dan mencangkul kembali
dengan cangkul 1x1 m dan tinggi plot
30 cm kemudian dilanjutkan dengan
memperbaiki parit plot.
Sabtu, 27-11-2021 Penanaman bawang Penanaman Bawang merah jarak tanam
merah yang digunakan 20 cm × 20 cm. Pilih
umbi bawang merah yang ukurannya

33
seragam. Penampilan umbi harus segar,
sehat dan tidak kisut. Sebelum
dilakukan penanaman umbi bawang
merah dipotong sepertiga bagian ujung
umbi. Benih direndam dengan
fungisida dithane dengan dosis 2 g/liter
air selama 5 menit. Kemudian umbi
siap dimasukan kedalam lubang tanam
yang telah dibuat. Setiap lubang tanam
diisi satu umbi. Setelah umbi ditanam
ditutup dengan sedikit tanah dan ditabur
dengan Furadan 3G.
Sabtu, 4-12-2021 Membersihkan gulma, Pada pertemuan kali ini dilakuakn
melakukan pembersihan gulma yang ada di plot
penyulaman tanaman masing-masing kemudian dilakuakn
yang mati perapian kembali plot. Kemudian
dilakukan penyulaman tanaman bawang
yang mati agar bawang dapat tumbuh
bersama.
Sabtu, 11-12-2021 Pemupukan dengan Pada pertemuan kali ini diawali
KCL 5 gram dan urea dilakukan pembersihan gulma yang ada
10 gram, pembersihan pada plot kemudian dilanjutkan dengan
gulma pemberian pupuk KCL 5 gram dan urea
sebanyak 10 gram. Fungsi dari
pemupukan kali ini adalah memperkuat
umbi bawang, mencegah hama dan
serangga yang menyerang dan untuk
meningkatkan hasil penen.
Sabtu, 18-12-2021 Pengukuran parameter Sebelum dilakukan pengukuran
bawang merah parameter dilakukan terlebih dahulu

34
pembersihan gulma yang ada pada plot
bawang merah, kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran parameter bawang
merah yaitu tinggi tanaman dan jumlah
helai daun tanaman. Pada minggu
pertama tainngi tanaman bawang
masing-masing sampel 19, 20, 17, 22,
23 cm. Dan dan jumlah daun setiap
sampel masing-masing adalah 25, 20,
12, 25, 23 helai.

35
5. Dokumentasi Kegiatan

Foto bersama kelas bang Restian Agustino

Penyiraman tanaman bawang pagi dan sore

36
Penimbangan kcl dan dolomit Pencabutan gulma

37
Biodata Penulis

Nama : Doni Pramono

Tanggal Lahir: 17 April 2021

Alamat : Sukamaju, Singingi Hilir

Agama : Islam

Nama Orang Tua:

 Ayah : Suwarno
 Ibu : Sumiah

Asal Sekolah :

 SDN 013 Sukamjau


 SMPN 4 Singingi Hilir
 SMA NEGERI PINTAR PROV. RIAU

Riwayat Organisasi:

38
 Anggota Osis SMA NEGERI PINTAR
 Kepala bidang osis humas SMA NEGE PINTAR
 Ketua MPK SMA NEGERI PINTAR

39

Anda mungkin juga menyukai