KLIMATOLOGI LAUT
2010716320014
Dosen I Dosen II
Dr. Muhammad Syahdan, S.Pi., M.Si Ira Puspita Dewi, S.Kel., M.Si.
NIP. 197708152006041003 NIP. 198104232005012004
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT praktikan mengucap syukur atas segala
limpahan rahmat sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan Klimatologi
Laut yang berjudul “Pengenalan Jenis dan Fungsi Peralatan dalam
Pengukuran Unsur-unsur Cuaca dan Iklim di Stasiun Meteorologi Kelas II
Syamsudin Noor Banjarmasin” ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Klimatologi Laut di Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Sholawat serta
salam juga tidak lupa selalu tertuju kepada Rasulullah SAW. Praktikan menyadari
bahwa penyusunan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu
praktikan ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata
Klimatologi Laut, yaitu Bapak Dr. Muhammad Syahdan, S.Pi., M.Si dan Ira
Puspita Dewi, S.Kel., M.Si. Praktikan juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberi masukan terhadap peyusunan ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala
bantuan dan jerih payah yang diberikan praktian sehingga penyusunan laporan
praktik lapang ini bisa selesai. Praktikan menyadari dalam penulisan ini banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam hal informasi. Oleh karena itu praktikan
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
penyusunan laporan praktik lapang ini. Praktikan berharap semoga laporan praktik
lapang ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan............................................................ 2
1.3. Ruang Lingkup Materi 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1.Pengertian Meteorologi dan Klimatologi 4
2.2.Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim............................................. 5
2.3.Aplikasi Pengukuran Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim 6
BAB 3. METODE PRAKTIKUM 8
3.1. Waktu dan Lokasi 8
3.2. Alat dan Bahan 8
3.2.1. Alat 8
3.2.2. Bahan 8
3.3. Metode Pengumpulan Data………………………………… 9
3.4. Metode Analisis Data 9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
4.1. Peralatan Pengukuran Radiasi Matahari…………………… 11
4.2. Peralatan Pengukuran Temperatur……………………........ 13
4.3. Peralatan Pengukuran Kelembaban…………...................... 14
4.4. Peralatan Pengukuran Arah dan Kecepatan Angin…........... 15
4.5. Peralatan Pengukuran Tekanan Udara……………….......... 17
4.6. Peralatan Pengukuran Unsur Cuaca Lainnya…………….... 19
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
BAB I.
1
2
meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan
cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi. Sebagai ontoh
fenomena ekstrim tersebut adalah tingginya gelombang laut yang berpotensi
mengakibatkan bencana alam. Dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir
dengan penyediaan informasi.
Iklim yaitu rata-rata cuaca dalam waktu yang lama (dalam kurun waktu 25-
30 tahun) dan dalam tempat yang relatif luas. Sedangkan cuaca merupakan segala
fenomena yang terjadi di lapisan troposfer dalam waktu singkat dan tempat yang
sempit. Ilmu yang mempeajari tentang iklim disebut klimatologi dan cuaca
disebut meteorology. Badan resmi yang mengurus informasi iklim dan cuaca
adalah BMKG (Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika).
Pengetahuan akan klimatologi sangat dibutuhkan guna menunjang
kemampuan praktikan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pada praktikum ini
dibahas tentang pengenalan alat-alat yang terdapat di dalam BMKG tersebut.
Tanpa mengetahui atau melihat secara langsung alat-alat yang digunakan dalam
klimatologi para praktikan hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk dari alat
tersebut. Walaupun memang zaman modern sekarang ini sudah canggih sehingga
bisa melihat gambar-gambarnya melalui internet, tetapi alangkah lebih baiknya
jika dapat melihat secara langsung.
4
5
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu,
yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah mengenai
kondisi cuaca di atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya jangka
waktunya dari menit sampai jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian mengenai
perubahan iklim di atmosfer dalam jangka panjang di daerah tertentu. Klimatologi
ini biasanya mengukur rata-rata temperatur, kelembaban, curah hujan, angin,
tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka waktu klimatologi biasanya dari hari
sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).
Peramalan adalah suatu kegiatan memperkirakan apa yang terjadi pada masa
yang akan datang berdasarkan nilai sekarang dan masa lalu dari suatu peubah
(Makridakis, 1999). Peramalan merupakan suatu unsur yang sangat penting
terutama dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Adanya tenggang waktu
antara suatu peristiwa dengan peristiwa yang terjadi mendatang merupakan alasan
utama bagi peramalan dan perencanaan. Dalam situasi tersebut peramalan
merupakan alat yang penting dalam perencanaan yang efektif serta
efisien.Pemilihan metode dalam peramalan tergantung pada beberapa aspek
penilitian yaitu aspek waktu, pola data, tipe model sistem yang diamati, dan
tingkat keakuratan peramalan. Penggunaan metode tersebut dalam peramalan
harus memenuhi asumsi-asumsi yang digunakan. Analisis dekomposisi wavelet
merupakan fungsi basis yang memberikan alat baru sebagai pendekatan yang
dapat digunakan dalam merepresentasikan data atau fungsifungsi yang lain
(Banakar dan Azeem, 2006).
3.2.1. Alat
1. Sangkar meteologi
2. Penangkar hujan OBS
3. Penagkar hujan Tipping Bucket digital
4. Penagkar hujan Hellman
5. Anemometer
6. Campbell stokes
7. Panci penguap
8. Pyranometer
9. Theodolit P-ball
10. Radar cuaca
11. Barometer
12. Thermometer minimum (alcohol)
13. Thermometer maksimum (raksa)
14. Radiosonde
15. Balon merah kecil
16. Balon latex
17. Transmitter radiosonde
18. Sensor suhu kelembapan
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada Praktik Lapang adalah materi yang diberikan
oleh narasumber yang berada di lokasi.
8
9
10
1
Cara kerja:
1. Compbell stokes diletakkan di ruang terbuka dengan pondasi boton
dibawahnya. Alatini diletakkan diatas ketinggian 120 cm.
2. Alat ini akan menyerap sinar matahari lalu memfokuskannya pada
satu titik padakertas bias.
3. Fokus cahaya tersebut akan membakar kertas bias, efeknya tidak seperti
kertas yang terbakar api akan tetapi hanya memberikan efek berlubang
1
pada kertas.
4. Kertas bias terbakar dapat menunjukan lamanya intensitas matahari.
5. Lamanya intensitas matahari dapat dilihat dari skala jam yang tersedia di
kertas bias.
6. Panjangnya lubang pada kertas bias di synkron kan dengan skala jam
maka kita dapatmelihat berapa lama cahaya matahari bersinar.
4.1.2. Pyranometer
Gambar 3. Pyranometer
Pada kondisisaat ini pengukuran Pyranometer masih dilakukan secara
manual, dimana untuk melihat hasil pembacaan pada sensor pyranometer harus
selalu terpaku pada monitor tampilan alat pyranometer selama proses pengukuran
1
berlangsung dan menulis dari hasil data pengukuran tersebut secara manual dan
tidak secara realtime.
Cara kerja dari alat ini, yaitu ketika suhu naik, air raksa dalam bola akan
mengembang dan naik melalui kolom tabung thermometer yang berskala. Jika
suhu turun air raksa dalam tabung akan turun. Ujung permukaan atas air raksa
adalah suhu udara pada saat pembacaan. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke
kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada
kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada
dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature, dapat kita
gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga diatasnya ditutup.
Kemudian udara dialirkan melalui permukaan air. Dengan adanya perpindahan
kalor dari udara ke permukaan air maka terjadilah penguapan. Udara menjadi
jenuh diujung kolam air tersebut. Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb
temperature. Untuk mengukur dua sifat (Dry dan Wet bulb temperature) ini
sekaligus biasanya menggunkan alat yang namanya sling, yaitu dua buah
thermometer yang disatukan pada sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut
dapat diputar. Satu thermometer biasa dan yang lainnya thermometer dengan bulb
diselimuti kain basah.
4.4.1. Anemometer
kecepatan angin dan untuk mengukur arah, anemometer merupakan salah satu
instrumen yang sering digunakan oleh balai cuaca seperti Badan Metereologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kata anemometer berasal dari Yunani
anemos yang berarti angin, Angin merupakan udara yang bergerak ke segala arah,
angin bergerak dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Anemometer ini
pertama kali diperkenalkan oleh Leon Battista Alberti dari Italia pada tahun 1450.
Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Adapun cara kerjanya adalah
dengan adanya hembusan angin yang mengenai baling-baling pada perangkat
tersebut. Putaran dari baling-baling tersebut akan di konversi menjadi sebuah
besaran dalam bahasa matematika.
Gambar 6. Anemometer
Alat ini terdiri dari ujung dan ekor. Saat angin bertiup dari arah utara,
Maka ekor Wind Vane akan terdorong dari arah utara ke Selatan sehingga ujung
depan Wind Vane akan berubah arah menuju arah utara yang merupakan arah
datangnya angin. Sedangkan untuk mengetahui nilai kecepatan angin,
menggunakan Cup Anemometer. Cup Anemometer terdiri dari 3 piringan yang
seimbang antar sudutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besar kecepatan
angin. Karena terdapat 3 buah piringan Cup, maka Cup anemometer akan tetep
berputar pada arah yang sama walaupun angin bertiup dari arah yang berbeda-
beda.
1
Barometer digital adalah salah satu alat ukur tekanan udara modern yang
bekerja berdasarkan prinsip perubahan kondisi sensor silikon terhadap perubahan
tekanan udara. Diharapkan dengan penggunaan barometer digital dapat
memperoleh data tekanan udara yang lebih akurat sehingga dapat menjelaskan
pengaruh tekanan udara terhadap prakiraan cuaca.
Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan
berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di stasiun-
stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat
1
ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu meskipun cuaca dalam keadaan
baik atau hari sedang cerah. Cara kerja alat ini adalah ketika hujan turun, air hujan
masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air
hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik keatas.
Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yanggerakkannya selalu mengikuti
tangkai pelampung Gerakkan pena dicatat pada pias yangditakkan/digulung pada
silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per.
- Lokasi sekitar sangkar meteorologi berupa lahan lapang bebas dari bangunan
ataupun pohon yang dapat menghalangi sinar matahari.
- Terbuat dari kayu dan di cat putih. Hal ini dilakukan agar warna putih pada
cat memantulkan kembali radiasi dari matahari sehingga tidak langsung
mengenai termometer.
- Pintu sangkar dibuat menghadap utara dan selatan. Hal ini dilakukan karena
gerak semu matahari adalah dari timur ke barat, dengan demikian pada saat
pengamatan tidak ada radiasi langsung matahari yang masuk kedalam sangkar
sehingga nilai parameter terukur merupakan nilai asli unsur udara dekat
permukaan.
- Dinding sangkar dibuat berventilasi/berkisi-kisi agar sirkulasi udara lancar
untuk mengalirkan udara masuk dan keluar.
- Ketinggian bangunan ± 2 meter.
2
1. Balon latex, Radiosonde terpasang pada balon yang terbuat dari karet
berukuran 350 sampai 600 gram dan diisi dengan helium atau
hidrogen, dan umumnya disebut balon cuaca. Balon tersebut mampu
mengangkat Radiosonde ke ketinggian sampai 100.000 kaki atau
sekitar 10 millibar.
2. Transmitter Radiosonde, seperangkat alat elektronik yang dilincurkan
dengan balon berisi gas hidrogen atau helium untuk mengukur
tekanan, suhu, dan kelembaban udara yang dilaluinya.
3. Gas H2, digunakan untuk mengisi balon
4. Ground Equipment, seperangkat alat utama yang dibutuhkan untuk
mengikuti jejak Radiosonde, menerima signal transmitter dan
mengkonversi signal menjadi data suhu, tekanan, dan kelembaban
udara serta memproses data tersebut menjadi data hasil pengamatan.
5. GPS
6. Komputer pengolah data
2
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, D. J., dkk. 2017. Sistem Alat Ukur Curah Hujan Otomatis Menggunakan
Telemetri Radio Pada Frekuensi 433 MHz. Jurnal SENTER.
31
32