Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zahra Dhiva Aprilia

NIM : 2010716320006
Program Studi : Ilmu Kelautan
MK : Konservasi Biota Laut Terancam Punah
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa'i, M.Si.

Resume Video Pengayaan 1 :


“Pelestarian Laut di Perairan Pulau Buano”

Pulau Buano merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi kekayaan laut
Indonesia yang berada di Kabupaten Seram bagian barat Provinsi Maluku. Pulau Buano juga
termasuk di wilayah pengelolaan perikanan atau WPP 715. Pada tahun 2017 Potensi perikanan
di Pulau Buano tercatat mencapai 124 ton. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor
ancaman yang dapat merusak keberlangsungan ekosistem sumber daya laut yaitu penangkapan
ikan dengan menggunakan bom dan racun.
Salah satu cara terbaik untuk melindungi sumber daya laut di Pulau buano adalah
melalui konservasi atau pelestarian. Pembentukan kawasan konservasi perairan berperan
penting untuk mengatur wilayah-wilayah penangkapan ikan guna mencegah penangkapan ikan
secara berlebihan dan merusak sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati laut. Selain
itu, pendidikan dan penyadartahuan masyarakat yang bermuara pada perubahan perilaku juga
penting untuk dilakukan.
Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced atau USAID SEA mendukung
pemerintah Indonesia dan pemerintah provinsi Maluku untuk memajukan konservasi laut dan
pemanfaatan sumber daya laut dan Perikanan yang berkelanjutan melalui reformasi tata kelola
perikanan dan pembentukan kawasan konservasi perairan di Pulau Buano. Pelaksanaan dari
proyek USAID Coral Triangle Center atau CTC bertugas memberikan pendidikan dan
penyadartahuan kepada masyarakat mengenai konservasi laut. Melalui proyek USAID
harapannya Indonesia dalam 5 tahun ke depan akan mengalami perbaikan pengelolaan
perikanan dan ekosistem begitu juga dengan penegakan peraturan dan kebijakan mengenai
konservasi laut.
Resume Video Pengayaan 2 :
“Program Konservasi Duyung dan Lamun di Indonesia”

Sejak tahun 1999, Duyung atau Dugong sudah dilindungi secara penuh oleh pemerintah
Indonesia. Namun, aksi nyata untuk melestarikan duyung dan habitatnya, yaitu padang lamun,
belum optimal dan terintegrasi. Tahun 2015, United Nations of Environment Programme
menggagas Dugong and Seagrass Conservation Project atau DSCP sebagai sinergi skala
global dari delapan negara, salah satunya Indonesia. DSCP di Indonesia adalah bentuk
kolaborasi nasional sebagai salah satu solusi permasalahan konservasi duyung dan lamun.
DSCP Indonesia diinisiasi oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut di
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang bekerjasama dengan Pusat Riset Kelautan, LIPI,
IPB serta WWF-Indonesia. Kegiatan DSCP Indonesia dilakukan secara nasional, utamanya di
Bintan, Kotawaringin Barat, Tolitoli, dan Alor, yang berfokus pada Kebijakan, Riset dan
Penyadartahuan, serta Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
1. Kebijakan
• RAN (Penyusunan Rencana Aksi Nasional)
Dokumen RAN Konservasi Duyung telah disahkan Menteri Kelautan dan
Perikanan melalui Kepmen KP No. 79/2018. Dokumen-dokumen ini didukung
oleh data dari acara simposium di tahun 2016. DSCP Indonesia juga telah
memfasilitasi koordinasi tingkat nasional melalui Komite Konservasi Dugong
dan tingkat Global melalui Executive Project Steering Committee Meeting.
• RAD (Penyusunan Rencana Aksi Daerah)
2. Riset dan Penyadartahuan
Kolaborasi antar Mitra DSCP di Indonesia telah menghasilkan “Pedoman
Metode Survei Duyung dan Lamun”, serta “Pedoman Pengukuran Neraca Karbon di
Ekosistem Lamun” yang bisa digunakan siapa saja. Kolaborasi lain DSCP Indonesia
adalah melalui penunjukkan aktor Arifin Putra sebagai Duta Duyung dan Lamun. Saat
ini, masyarakat dapat menggunakan peta persebaran duyung, video panduan
penanganan duyung terdampar, dan Poster dan Infografis untuk mendukung upaya
pelestarian duyung dan lamun. Bahkan kini, masyarakat juga bisa berpartisipasi aktif
dalam pengumpulan data duyung dan mengakses webGIS berisi data persebaran
duyung.
Basis Data Duyung: http://db.oseanografi.lipi.go.id/dugong
WebGIS Duyung: http://db.oseanografi.lipi.go.id/dugong/webgis
3. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Lebih dari 10 kelompok masyarakat yang sudah terlatih untuk memantau
duyung dan lamun serta menangani kejadian duyung terdampar di Kotawaringin Barat,
Tolitoli, dan Alor.
• Masyarakat terlibat dalam aksi pelepasan dan penguburan duyung di Desa
Bambapula, Tolitoli.
• Masyarakat Alor dilatih mengelola ekowisata di daerahnya
• Masyarakat Tolitoli dilatih mengolah hasil perikanannya
• Masyarakat Kotawaringin Barat diperkenalkan pada budidaya alga
• Masyarakat Bintan diajak bekerjasama dengan pihak akademisi dan swasta
Dengan bantuan DSCP Indonesia, kini berbagai peraturan dan kebijakan
kawasan konservasi yang sudah ada di Alor, Bintan, Kotawaringin Barat, dan Tolitoli
telah diintegrasikan dengan penambahan area konservasi baru, yaitu area-area yang
diidentifikasi sebagai habitat duyung.

Anda mungkin juga menyukai