Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I


“PROSES PELARUTAN PADAT CAIR”

OLEH :

Nama / NPM : Shinta Budi Pratiwi (17031010029)


Fatchur Rozaq (17031010042)
Pararel / Grup :A/N
Tanggal Percobaan : 14 Maret 2019

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
PELARUTAN PADAT CAIR

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I

“ PROSES PELARUTAN PADAT CAIR “

GRUP N :

1. SHINTA BUDI PRATIWI (17031010029)


2. FATCHUR ROZAQ (17031010042)

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing


Operasi Teknik Kimia I

( Ir. C. Pujiastuti, MT ) ( Ir. Bambang Wahyudi, MS )


NIP. 19630305 198803 2 001 NIP. 19580711 198503 1 001

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 2


PELARUTAN PADAT CAIR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “PROSES PELARUTAN PADAT CAIR”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. C. Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
dan Dosen Pembimbing praktikum proses pelarutan padat cair.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya. Maka dengan rendah hati, kami mengharapkan kritik dan saran
dari seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksanaan kesempurnaan
laporan ini. Penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik, khususnya mahasiswa
jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 21 Februari 2019

Penyusun

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 3


PELARUTAN PADAT CAIR

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
INTISARI 5
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 6
I.2 Tujuan Percobaan 7
I.3 Manfaat Percobaan 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara umum 8
II.2 Sifat bahan 15
II.3 Hipotesa......................................................................................................16
II.4 Diagram Alir 17
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan 18
III.2 Alat............................................................................................................18
III.3 Gambar Alat..............................................................................................19
III.4 Rangkaian Alat 19
III.4 Prosedur 20
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN
IV.1 Tabel pengamatan 21
IV.2 Tabel perhitungan 21
IV.3 Grafik 22
IV.4 Pembahasan...............................................................................................23
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan.................................................................................................25
V.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
APPENDIX 30

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 4


PELARUTAN PADAT CAIR

INTISARI

Adapun tujuan pada pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk menentukan


koefisien perpindahan massa padat cair. Yang kedua yaitu untuk menentukan
berat zat padat yang terlarut dalam zat terlarut. Yang ketiga yaitu Untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat terlarut.
Setelah itu dengan adanya tujuan tadi diharapkan praktikan memahami
perpindahan massa berdasarkan jenisnya. Serta mengetahui aplikasi proses
pelarutan padat cair pada industri kimia. Kemudian agar mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam proses pelarutan padat cair.
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah kalsium oksida (CaO).
prosedur dalam percobaan proses pencampuran padat cair ini, Pada proses
pencampuran padat cair ini langkah awal yang dilakukan yaitu, Masukkan pelarut
(aquadest) ke dalam tangki (beaker glass) dengan volume 195 ml.Timbang zat
padat (kalsium oksida) dengan berat tertentu ( 2,5 gr , 3 gr , 3,5gr , 4 gr dan 4,5
gr.Lakukan operasi pengadukan dengan magnetic stirrer dan waktu 6 menit.Saring
larutan setelah proses sehingga terpisah antara zat padat dan filtrate.Menghitung
densitas filtrat. Mengeringkan residu untuk mendapatkan berat zat padat
kemudian di timbang.

Sehingga didapatkan hasil kelarutan dari zat padat kalsium oksida dengan
volume pelarut 195 ml dengan waktu pengadukan 6 menit dan berat bahan yang
berbeda yaitu 2,5 gram, 3 gram, 3,5 gram, 4 gram, dan 4,5 gram. Nilai kelarutan
berdasarkan padatan tersisa yaitu 0,0980 gr/195ml, 0,5897 gr/195ml, 0,2243
gr/195ml, 0,2988 gr/195ml, 0,3505 gr/195ml. Kelarutan kalsium oksida dalam
teori sebesar 0,0023205 gr/195ml,sehingga dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa percobaan tidak sesuai karena di dapat hasil kelarutan lebih tinggi daripada
teori sehingga larutan tersebut semua nya bersifat lewat jenuh.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 5


PELARUTAN PADAT CAIR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Larutan merupakan suatu campuran homogen antara dua zat dari
molekul,atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud adalah zat padat. Secara
kuantitatif,kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Pelarutan adalah suatu proses
dimana adanya proses antara dua komponen yang terlarut dari zat terlarut
(padatan) dan zat pelarut (cairan) yang saling larut membentuk satu fasa dalam
konsentrasi tertentu. Pada proses pelarutan terjadi perpindahan massa dimana
massa zat terlarut dapat larut dalam pelarut. Pada proses pelarutan,tarikan antar
partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut
dengan zat terlarut.
Prosedur praktikum proses pelarutan padat cair yaitu pertama masukkan
pelarut ke dalam bejana atau tangki dengan volum tertentu. Timbang zat padat
dengan berat tertentu dan masukkan ke dalam tangki secara perlahan-lahan.
Lakukan operasi pengadukan dengan variasi putaran pengaduk dan waktu
pengadukan. Saring larutan setelah proses sehingga fase padat yang tersisa
terpisahkan dengan fase cair (filtrat). Menghitung densitas filtrat. Mengeringkan
residu untuk mendapatkan berat zat padat kemudian timbang.
Pada percobaan pelarutan padat cair terdapat beberapa tujuan. Yang
pertama untuk menentukan berat zat padat yang terlarut dalam zat pelarut. Untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat terlarut.
Untuk menentukan koefisien perpindahan massa padat cair.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 6


PELARUTAN PADAT CAIR

I.2 Tujuan

1. Untuk menentukan berat zat padat yang terlarut dalam zat pelarut.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kelarutan terhadap massa zat terlarut.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengadukan terhadap kelarutan zat padat
pada suatu pelarut zat cair.

I.3 Manfaat

1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses


pelarutan padat cair.
2. Agar praktikan dapat memahami perpindahan massa padat cair
berdasarkan sifatnya.
3. Agar praktikan dapat menngetahui aplikasi proses pelarutan padat cair
pada industri kimia.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 7


PELARUTAN PADAT CAIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sifat-sifat suatu
larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan
komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang
menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut.

(Supriadi,2017)

Larutan zat padat dalam cairan,daya larut zat padat dalam cairan tergantung
jenis zat terlarut,jenis pelarut,temperatur dan sedikit tekanan. Batas daya
larutnya ialah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk
bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda,tergantung jenis zatnya.
Umumnya daya larut zat-zat anorganik dalam air lebih besar daripada dalam
pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya
temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.

(Sukardjo,2013)

II.1.1 Kelarutan

Merupakan massa 1 gram zat terlarut dalam 1 liter zat pelarut atau dapat
juga kelarutan diartikan sebagai kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 8


PELARUTAN PADAT CAIR

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, ataupadat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan
pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit
kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,
titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan
yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Perpindahan massa terjadi pada komponen dalam campuran berpindah
dalam fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya
perbedaan konsentrasi. Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai laju
perpindahan massa dibagi volume packing yang disebut sebagai koefisien
perpindahan massa overall volumetrik. Laju perpindahan massa per satuan luas
dinyatakan sebagai berikut :

NA = Kc (CA- CA*)............................................................(1)

Keterangan:
NA = Laju pepindahan massa per satuan luas (m/s)
Kc = Koefisien pepindahan massa per satuan luas
CA = Konsentrasi jenuh zat A (gr/ml)
CA* = Konsentrasi zat A pada waktu tertentu (gr/ml)
Laju perpindahan massa oleh F.C Nachod dinyatakan dalam koefisien
perpindahan massa, sebagai berikut :
𝑑𝑞
= KDS (C-C*)...........................................................(2)
𝑑𝑡
Keterangan :

dq/dt = Laju perpindahan massa (m/s)

KDS = Koefisien perpindahan massa dalam basis berat

C = Konsentrasi jenuh (gr/ml)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 9


PELARUTAN PADAT CAIR

C* = Konsentrasi zat pada waktu tertentu (gr/ml)

(Redypta, 2015)

II.1.2 Pengadukan

Pengaduka (agitation) menujukkan gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu


pada suatu bahan di dalam bejana,dimana gerakan itu biasanya mempunyai
semacam pola sirkulasi. Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud
tergantung dari tujuan langkah pengolahan itu sendiri.

Tujuan dari proses pengadukan yang memiliki berbagai maksud dari


tujuan proses langkah itu sendiri, tujuan dari pengadukan antara lain :

1. Untuk membuat partikel zat padat (suspensi)

2. Untuk mencampur zat cair yang saling larut, seperti alcohol dan air

3. Untuk menyebarkan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung


kecil yang akan tersebar merata dengan proses pengadukan

4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat yang lain,
sehingga membentuk emulsi atau butiran halus

5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau
mantel kalor (jacket atau coil) untuk mempertahankan suhu.

Kadang-kadang pengaduk( arigator) digunakan untuk beberapa tujuan


sekaligus seperti, umpamanya dalam hidrogenasi katalitik daripada zat cair.
Dalam bejana hidrogenasi,gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana
terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi,sementara kalor
reaksi diangkut ke luar melalui kumparan atau mantel. Zat cair biasanya di
aduk dalam suatu tangki atau bejana,biasannya berbentuk silinder dengan
sumbu terpasang vertikal.

(Mc.Cabe,1999)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 10


PELARUTAN PADAT CAIR

II.1.3 Pola Aliran dalam Bejana Aduk

Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki,
sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai
tiga komponen, dan pola aliran keseluruhan didalam tangki itu tergantung pada
variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen
kecepatan yang pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus
terhadap poros impeller. Komponen kedua, ialah komponen tangensial, atau
rotasional, yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan terhadap lintasan
lingkar disekeliling poros. Dalam keadaan biasa, dimana poros itu vertikal,
komponen radial dan tangensial berada dalam satu bidang horizontal, dan
komponen longitudinalnya vertikal.
(Abbyta,2017)
II.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:
1. Sifat zat terlarut
Dalam senyawa kimia, secara umum dapat diamati bahwa, berat molekul
dari suatu material bertambah, gaya antar molekul juga meningkat dan
kelarutan menurun. Titik lebur mencerminkan interaksi ukuran antar molekul,
sehingga senyawa dengan titik lebur tinggi memiliki kelarutan yang rendah,
gaya antar molekul juga dipengaruhi oleh struktur kristal dengan solvasi.
2. pH
Ionisasi ion tersebut ditentukan oleh nilai pKa dan pH medium, bentuk
terionisasi.

3. Sifat zat pelarut


Pelarut polar memiliki momen dipol yang besar karena muatan elektrik
yang dinyatakan, didistribusikan pada ikatannya tidak sama dengan atom
pusatnya. Ikatannya terpolarisasi dengan satu atom bermuatan positif dan
lainnya bermuatan negatif.
4. Temperatur

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 11


PELARUTAN PADAT CAIR

Temperatur akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses larutan menyerap energi


kemudian temperature meningkat begitu juga kelarutan akan meningkat. Jika proses
larutan melepas energi maka kelarutan akan berkurang dengan berkurangnya
temperatur.
5. Penambahan Larutan
Penambahan pelarut dapat meningkatkan atau mengurangi
kelarutan. Elektrolit lemah dapat bersifat seperti elektrolit kuat dan seperti
monoelektrolit dalam larutan.
6. Ukuran Molekul
Ukuran molekul akan mempengaruhi kelarutan. Semakin besar berat
molekul maka semakin sedikit yang terlarut. Molekul yang besar lebih sulit
untuk dikelilingi dengan molekul pelarut untuk melarutkan zat.
7. Tekanan
Untuk zat terlarut gas, kelarutan meningkat jika temperatur meningkat dan
kelarutan berkurang jika temperatur berkurang.
(Wangi,2017)
II.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran
Derajat pencampuran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
1. Aliran
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi basanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebalikanya aliran yang laminer
dapat menggagalkan pencampuran
2. Ukuran Partikel
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus dicampur, yang
berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam
campuran, maka proses pencampuran akan semakin baik. Perbedaan
ukuran yang besar dalam proses pencampuran akan menyulitkan dalam
terciptanya derajat pencampuran yang tinggi.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada
pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat
pelarutan terjadi, terjadi pula perstiwa difusi laju difusi dipercepat oleh

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 12


PELARUTAN PADAT CAIR

adanya aliran. Kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu, sehingga dapat


dikatakan bahwa dengan naiknya suhu derajat pencampuran akan semakin
baik pula.
4. Viskositas campuran
5. Jenis bahan yang dicampur
6. Urutan pencampuran
7. Suhu dan Tekanan (pada gas)
8. Bahan tambahan pada pencampuran seperti emulgator.
(Lubis,2012)
II.1.6 Jenis-Jenis Larutan
Larutan terdiri dari beberapa macam yang dibagi berdasarkan beberapa hal
antara lain:
1. Larutan Pekat dan Larutan Encer

Perbedaan antara larutan pekat dan larutan encer adalah pada jumlah solven
dan solut nya pada larutan pekat jumlah solut cenderung lebih banyak
dibandingkan jumlah proton sementara pada larutan encer jumlah solvent
cenderung lebih banyak dibandingkan jumlah solut nya.

2. Larutan Berdasarkan Daya Hantarnya

Terdapat juga larutan elektrolit, air memang bukanlah konduktor listrik yang
baik sebagai pelarut. Namun apabila di dalam air dimasukkan senyawa ion terlarut
semisal NaCl, maka larutan tersebut dapat menjadi konduktor listrik atau biasa
dikenal sebagai larutan elektrolit. Larutan elektrolit terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:

a. Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang seluruh molekul-


molekulnya terbagi menjadi ion-ion yang terionisasi sempurna. Hal itu
menyebabkan larutan tersebut memiliki daya hantar yang kuat seperti
larutan HCl atau asam klorida.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 13


PELARUTAN PADAT CAIR

b. Larutan elektrolit lemah merupakan larutan yang molekul-molekulnya


tidak semuanya menjadi ion-ion. Sehingga memiliki daya hantar yang
sangat lemah.
c. Larutan non elektrolit merupakan larutan yang semua molekul-molekulnya
tidak menjadi ion ion atau tidak mengalami ionisasi. Sehingga larutan
tersebut tidak bisa menghantarkan arus listrik atau tidak memiliki daya
hantar.

3. Larutan Berdasarkan Kejenuhan Larutan


a. Larutan jenuh merupakan larutan yang memuat beberapa solute yang larut
dan mengalami kesetimbangan terhadap solute padatnya.
b. Larutan tidak jenuh merupakan larutan yang memuat solute yang kurang
dari kebutuhan untuk menghasilkan larutan jenuh.
c. Larutan sangat jenuh merupakan larutan yang memuat solute lebih banyak
dibandingkan jumlah solute yang dibutuhkan untuk menghasilkan larutan
jenuh.
(Abid,2017)

II.1.7 Rumus Kelarutan dan Persen Recorvery

Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah
pelarut. Secara matematika dapat ditulis :

S = n/V ..............................................................................(3)

Keterangan:

S= Kelarutan (mol/L)

N= Jumlah maksimum zat atau mol (mol)

V= Volume pelarut (ml)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 14


PELARUTAN PADAT CAIR

Rumus dan satuan kelarutan ternyata mirip dengan rumus dan satuan molarita.
Tetapi bedanya adalah kelarutan hanya dihitung ketika larutan itu sudah tetap
jenus, yaitu keadaan dimana pelarut sudah malerutkan jumlah maksimal zat
terlarut. Sementara molaritas bisa dihitung dari keadaan larutan itu belum jenuh.

(Vernandes,2017)

Persen temu balik (% Recovery, % R) adalah Persen temu balik dihitung


dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% R = A – B x 100%................................................(4)
Keterangan :
R adalah recovery
A adalah kadar contoh uji yang terlarut(mg/L)
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L)
(Siti,2013)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 15


PELARUTAN PADAT CAIR

II.2 Sifat Bahan


1. Aquadest
A. Sifat fisika
1. Fase = Cair
2. Warna = Tidak berwarna
3. Densitas = 1000 kg/m3
4. Titik didih = 100◦C
5. Berat Molekul = 18,02 gr/mol
B. Sifat kimia
1. Tidak dapat terbakar
2. Tidak beracun
3. Memiliki pH 7 (netral)
4. Tidak terjadi iritasi pada kulit
5. Polimerisasi tidak terjadi
C. Fungsi = Sebagai pelarut universal
(Rizki,2016)
2. Natrium Klorida
A. Sifat fisika
1. Fase : Solid
2. Bau : Tidak berbau
3. Warna : Putih
4. Titik didih : 1465◦C
5. Titik lebur : 801◦C
B. Sifat kimia
1. Berat molekul 58.44 gr/mol
2. Tidak mudah terbakar
3. Mudah korosi terhadap besi
4. Produk stabil
5. Kelarutan dalam air 35.9 gr/100 ml
C. Fungsi = Sebagai bahan yang terlarut
(Firda,2014)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 16


PELARUTAN PADAT CAIR

II. 3 Hipotesa
Pada saat konsentrasi pelarut yang dipakai besar,maka zat terlarut juga akan
besar. Bila semakin besar volume pelarut,maka jumlah zat terlarut akan besar
pula.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 17


PELARUTAN PADAT CAIR

II. 4 Diagram Alir

Masukkan pelarut (aquadest) ke dalam tangki (beaker glass) dengan


volume 245 ml dan hitung densitasnya

Timbang zat padat (Natrium Klorida) dengan berat tertentu ( 83 gr ; 85 gr;


88 gr ; 89 gr; 90 gr dan 92 gr

Lakukan operasi pengadukan dengan magnetic stirrer dan waktu 10 menit

Saring larutan setelah proses sehingga terpisah antara zat padat dan filtrat

Menghitung densitas filtrat

Mengeringkan residu untuk mendapatkan berat zat padat kemudian di


timbang

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 18


PELARUTAN PADAT CAIR

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan

1. Aquadest
2. Natrium Klorida

III.2 Alat

1. Kertas saring
2. Beaker glass
3. Spatula
4. Neraca analitik
5. Piknometer
6. Kaca arloji
7. Stopwatch
8. Corong kaca
9. Magnetic stirrer
10. Oven
11. Erlenmeyer
12. Gelas ukur

III.3 Gambar Alat

Kertas Kaca Erlenmyer Gelas


saring arloji ukur

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 19


PELARUTAN PADAT CAIR

Spatula Oven Neraca Beaker


analitik glass

Corong
Stopwatch Piknometer Neraca
kaca
analitik

III.4 Rangkaian Alat

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 20


PELARUTAN PADAT CAIR

III. 5 Prosedur

1. Masukkan pelarut (aquadest) ke dalam tangki (beaker glass) dengan


volume 245 ml.
2. Timbang zat padat (kalsium oksida)dengan berat tertentu (83 gr, 85 gr, 88
gr, 89 gr, 90 gr dan 92 gr.
3. Lakukan operasi pengadukan dengan magnetic stirrer dan waktu 10 menit.
4. Saring larutan setelah proses sehingga terpisah antara zat padat dan filtrat
5. Menghitung densitas filtrat.
6. Mengeringkan residu untuk mendapatkan berat zat padat kemudian di
timbang.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 21


PELARUTAN PADAT CAIR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan

Volume
Berat Bahan Konsentrasi Berat Sesudah Berat
Pelarut t (Menit)
Awal (gr) Bahan (%w) Pelarutan (gr) Terlarut (gr)
(ml)
83 245 28.68 10 0.4225 82.5775
85 245 29.31 10 0.9295 84.0705
88 245 30.14 10 1.8802 86.1198
89 245 30.45 10 2.074 86.926
90 245 30.72 10 2.144 87.856
92 245 31.06 10 3.434 88.566

% Recorvery ρ Awal (gr/ml) ρ Filtrat (gr/ml)

99.49 0.988212 1.1812


98.91 0.988212 1.1833
97.86 0.988212 1.1915
97.67 0.988212 1.1928
97.61 0.988212 1.2099
96.26 0.988212 1.2104

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 22


PELARUTAN PADAT CAIR

IV.2 Tabel Perhitungan

Tabel 1. Kelarutan Berdasarkan Padatan Tersisa

Variabel
NaCl Tidak NaCl Larut Kelarutan
Volume Berat Awal
t (menit) Larut (gr) (gr) (gr/ml)
Pelarut (ml) (gr)
245 83 10 0.4225 82.5775 33.70510
245 85 10 0.9295 84.0705 34.31448
245 88 10 1.8802 86.1198 35.15093
245 89 10 2.074 86.926 35.48
245 90 10 2.144 87.856 35.85959
245 92 10 3.434 88.566 36.14938

Tabel 2. Kelarutan Berdasarkan Densitas

Variabel
ρ Awal ρ Akhir Kelarutan
Volume Berat Awal
t (menit) (gr/ml) (gr/ml) (gr/ml)
Pelarut (ml) (gr)
245 83 10 0.988212 1.1812 19.2988
245 85 10 0.988212 1.1833 19.5088
245 88 10 0.988212 1.1915 20.3288
245 89 10 0.988212 1.1928 20.4588
245 90 10 0.988212 1.2099 22.1688
245 92 10 0.988212 1.2104 22.2188

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 23


PELARUTAN PADAT CAIR

IV.3 Grafik

Kelarutan vs Berat Awal


36.5

36
Kelarutan (gr/ml)

35.5

35

34.5 Kelarutan

34

33.5
82 84 86 88 90 92 94
Berat Awal (gr)

Grafik 1. Hubungan Antara Berat Awal vs Kelarutan Berdasarkan Padatan


Tersisa
Dari grafik 1 didapatkan grafik yang berbanding lurus antara berat awal
dan kelarutan. Hal ini sesuai dengan teori karena, semakin besar berat bahan maka
kelarutan juga semakin besar.

Kelarutan vs Berat Awal


22.5
22
21.5
Kelarutan (gr/ml)

21
20.5
20
19.5 Kelarutan
19
18.5
82 84 86 88 90 92 94
Berat Awal (gr)

Grafik 2. Hubungan Antara Berat Awal vs Kelarutan Berdasarkan Densitas


Pada grafik 2 didapatkan grafik yang berbanding lurus. Semakin besar
berat bahan maka semakin banyak Natrium Klorida (NaCl) yang terlarut, maka

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 24


PELARUTAN PADAT CAIR

densitasnya akan semakin besar. Sehingga kelarutan menjadi semakin besar


dengan naiknya densitas.

IV.4 Pembahasan
Adapun tujuan pada pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk menentukan
koefisien perpindahan massa padat cair. Yang kedua yaitu untuk menentukan
berat zat padat yang terlarut dalam zat terlarut. Yang ketiga yaitu Untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat terlarut.
Setelah itu dengan adanya tujuan tadi diharapkan praktikan memahami
perpindahan massa berdasarkan jenisnya. Serta mengetahui aplikasi proses
pelarutan padat cair pada industri kimia. Kemudian agar mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam proses pelarutan padat cair.
Pada proses pencampuran padat cair ini langkah awal yang dilakukan
yaitu, Masukkan pelarut (aquadest) ke dalam tangki (beaker glass) dengan
volume 195ml.Timbang zat padat (kalsium oksida) dengan berat tertentu ( 2,5 gr ,
3 gr , 3,5gr , 4 gr dan 4,5 gr.Lakukan operasi pengadukan dengan magnetic stirrer
dan waktu 6 menit.Saring larutan setelah proses sehingga terpisah antara zat padat
dan filtratMenghitung densitas filtrat. Mengeringkan residu untuk mendapatkan
berat zat padat kemudian di timbang.

Pada percobaan kali ini didapat data pengamatan yaitu, Kalsium oksida
(CaO) dengan volume pelarut 195 ml dan diaduk selama 6 menit dengan variabel
berat bahan yang berbeda-beda, yaitu 2,5 gram , 3 gram, 3,5 gram ,4 gram dan
4,5 gram. Untuk berat 2,5 gram, didapat kalsium oksida (CaO) yang terlarut
adalah sebesar 0,1912 gram. Untuk berat 3 gram, didapatkan kalsium oksida
(CaO) yang larut sebesar 1,15 gram. Untuk berat 3,5 gram, kalsium oksida (CaO)
yang terlarut adalah sebesar 0,4374 gram . Pada berat 4 gram, yang larut adalah
sebesar 0,5827 gram. Dan pada berat bahan 4,5 gram, yang larut dalam 195 ml air
Dalam teori,kelarutan kalsium oksida dalam teori sebesar 0,0023205
gr/195ml,sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa percobaan tidak
sesuai teori karena di dapat hasil kelarutan lebih tinggi daripada teori sehingga
larutan tersebut semua nya bersifat lewat jenuh. Hal ini dikarenakan pada bahan

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 25


PELARUTAN PADAT CAIR

kalsium oksida (CaO) yang tidak murni,yang kedua kecepatan pengadukan yang
bersifat tidak konstan, karena semakin cepat pengadukan maka semakin cepat
pula larutnya begitu juga dengan semakin banyaknya yang larut dalam pelarut.
Begitu pula dengan waktu pemanasan saat pengeringan bahan dengan
oven,dimana semakin cepat waktu pengovenan maka residu yang didapatkan
masih berat karena kandungan airnya masih ada sehingga mempengaruhi berat
residu. Sedangkan pada beda densitas, pada percobaan didapatkan data, semakin
besar densitas maka kelarutan juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada pada literatur, dimana jika suatu densitas tinggi maka berat bahan juga
tinggi. Sehingga pada kelarutan, semakin besar berat bahan maka kelarutan juga
semakin tinggi.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 26


PELARUTAN PADAT CAIR

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu pelarutan maka semakin besar pula berat yang
terlarut.
2. Semakin lama waktu dan berat bahan yang dilarutkan maka densitas
semakin tinggi.
3. Adapun faktor yang mempengaruhi kelarutan sendiri yaitu pengaruh
kemurnian suatu bahan , waktu pelarutan, dan kecepatan pengadukan.
4. Berdasarkan hasil kelarutan dapat disimpulkan bahwa semua larutan hasil
percobaan merupakan larutan lewat jenuh. Pada teori sebesar 0,0023205
gr/195ml tetapi pada hasil percobaan sebesar 0,0980 gr/195ml, 0,5897
gr/195ml, 0,2243 gr/195ml, 0,2988 gr/195ml, 0,3505 gr/195ml.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam melaksanakan proses penyaringan
sehingga zat padat tidak tercampur dalam filtrate.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menimbang berat bahan,berat kertas
saring dan berat residu kering yang telah di oven.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam ketetapan waktu antara magnetic
stirrer dengan stopwatch agar pengadukan berjalan dengan tepat.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 27


PELARUTAN PADAT CAIR

DAFTAR PUSTAKA

Abbyta,Tasha.2017.” Tangki berpengaduk”.( http://tashaabbytablogspot.com/20


17/02/tangki-berpengaduk.html). Diakses pada tanggal 09 Februri 2019
pukul 11.01 WIB.
Abid.2017.”Pengertian Larutan”.( https://satujam.com/pengertian-larutan/).Diakes
pada tanggal 13 Februari 2019 pukul 21.00 WIB.

Firda,Ferdi.2014.” Msds kalsium oksida cao bahasa indonesia”.(http://info


cendekia-ff.blogspot.com/2014/12/msds-kalsium-oksida-cao-bahasa-indone
sia.html). Diakses pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 11.11WIB.

Lubis,Ahmad.2012.”Pencampuran bahan kimia mixing process”.(


http://ahmadhusnilubis.blogspot.com/2012/02/pencampuran-bahan-kimia-
mixing-process.html).Diakses pada tanggal 13 Februari 2019 pukul 21.30
WIB.

Mc Cabe,Warren L,.Julian C smith., dan Peter Harriot.1999.” Operasi Teknik


Kimia jilid 1”. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Reydipta,Aziis.2015.”Pelarutan padat cair”.(http://pelarutan padatcair.blogspot


.com/). Diakses pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 10.30 WIB.

Rizki.2016.”Sifat Fisika kimia senyawa”.(http://rizki-mj.blogspot.com/2016/04


/sifat-kimia-fisika-senyawa.html).Diakses pada tanggal 10 Februari 2019
pukul 16.00 WIB.

Siti,Challimah.2013.”Persen Recorvery”.(http://chacha-mumet.blogspot.com/201
3 /01/). Diakses pada tanggal 13 Februari 2019pukul 11.30 WIB.

Supriadi,Bambang,.Prihambodo Trapsilo., dan Laili Mei.2017.” Pengaruh


Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”.06.147.

Sukardjo.2013.”Kimia Fisika”. Jakarta:Rineka Cipta.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 28


PELARUTAN PADAT CAIR

Vernandes,Andrian.2017.”Kelarutan dan hasil kali kelarutan”.(https://www.av


kimia.com/2017/02/kelarutan-dan-hasil-kali-kelarutan-ksp.html?m=10.
Diakses pada tanggal 13 Februari 2019 pukul 13.11 WIB.

Wangi,Yoeslyn.2017.”Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan”.(http://yoeslynwa


gi.blogspot.com/2017/02/faktor-fakto-yang-mempengaruhi-kelarutan.hmtl).
Diakses pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 14.13 WIB.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 29


PELARUTAN PADAT CAIR

APPENDIX

1.Densitas Air
m. pikno isi − m. pikno kosong
𝜌=
volume pikno
41,4796 gr−16,7743 gr
𝜌= = 0,988212 gr/cm3
25 ml

2.Densitas filtrate
m. pikno isi − m. pikno kosong
𝜌=
volume pikno
46,3047 gr− 16,7743 gr
𝜌= = 1,181216 gr/cm3
25 ml

3.Berat terlarut
Berat terlarut = berat bahan awal-berat bahan akhir
= 83 gram – 0,4225 gram
= 82,5775 gram

4.Kelarutan berdasarkan padatan tersisa


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 100 𝑔𝑟
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
195 𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
82,5775gr x 100 gr
Kelarutan = 245 𝑚𝑙

Kelarutan = 33,705102 gr/ml

5.Kelarutan berdasarkan densitas


m = (𝜌akhir- 𝜌awal) x volume pelarut

m = (1,1812 – 0,988212) x245


= 47,28206 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 100 𝑔𝑟
a. 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 245 𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
47,28206 𝑔𝑟 𝑥 100 𝑔𝑟
Kelarutan = 245 𝑚𝑙

Kelarutan = 19,2988 gr/ml

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 30


PELARUTAN PADAT CAIR

6.Kelarutan berdasarkan teori

Kelarutan CaO teori sebesar 35,9 gram/100ml.

Sehingga

Kelarutan CaO dalam 245 ml= 87,95 gr/245ml

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I” 31

Anda mungkin juga menyukai