Oleh:
Kelompok 9
Nama:
1. Malvin Liandi (082002000014)
2. Putri Salsabila (082002000024)
Asisten Laboratorium:
Tasya Oemar
Tanggal Percobaan:
25 November 2021
Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karuna dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini untuk memenuhi tugas Praktikum Laboratorium Lingkungan dengan judul
“Laporan Praktikum Laboratorium 1 (Penetapan Senyawa Nitrogen:
Ammonium, Nitrit, Nitrat, dan N-organik)”.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan terkait materi yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan penilaian yang
dapat membangun dari berbagai pihak agar kami dapat membuat laporan yang
selanjutnya dengan baik. Akhirnya kami berharap agar laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
2.2.Nitrit .............................................................................................................. 5
2.4.N-Organik ..................................................................................................... 7
ii
3.3.5. Cara Penetapan Kadar N-Organik ........................................................17
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
dan limbah rumah tangga (cair) langsung ke badan air tanpa melewati proses
pengolahan. Warna air yang ketika dilakukan pengambilan sampel ada berwarna
coklat. Penggolongan Air sungai tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 Pasal 8 yang menyatakan tingkat kelas penggunaan air. Sungai
Ciliwung sendiri sudah tidak layak untuk digunakan untuk bhan baku air minum,
sehingga kelas air untuk penggunaan sungai Ciliwung adalah kelas 3 dan kelas 4.
Analisis yang dilakukan pada kali ini terkait kandungan nitrogen pada air di Sungai
Ciliwung pada daerah Jakarta Timur. Air yang mengandung NH3 berlebih dapat
mempengaruhi kondisi pH air menjadi basa. Ammonia akan membentuk senyawa
ion dengan senyawa asam dan berubah menjadi garam Ammonia atau akan
terionisasi menjadi NH4+. Ketika kondisi perairan dengan pH rendah, maka NH3
yang banyak akan menyebabkan air beracun. Tetapi pada keadaan air dengan pH
tinggi, kandungan NH3 sedikit saja akan membuat air beracun. Kondisi berlebihan
NH3 ditandai dengan air yang berbau menyengat. Sedangkan nitrit dan nitrat
merupakan proses pengubahan Ammonium menjadi senyawa nitrogen bebas. Hal
ini ada dalam siklus nitrogen. Senyawa nitrit tidak ada dalam limbah segar, karena
belum adanya proses dekomposisi senyawa nitrogen. Kedua parameter ini jika
berlebihan pada air akan menyebabkan air bersifat korosif. Oleh karena itu,
dilakukannya praktikum Penetapan Senyawa Nitrogen: Ammonium, Nitrit, Nitrat,
dan N-Organik agar dapat mengetahui cara penetapan kadar dari senyawa nitrogen
dalam air dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi parameter ini dalam air.
1.2.Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari diadakannya percobaan mengenai “Ammonium,
Nitrit, Nitrat, dan N-organik” ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ammonia
Ammonia merupakan senyawa yang biasa berbentuk gas (terdapat bentuk
cair) dan memiliki rumus kimia NH3. Ammonia dalam air terdapat dua bentuk yaitu
ammonia bebas (NH3) dan ammonia yang terionisasi (NH4+). Pada Perairan alami,
suhu dan tekanan normal ammonia berada dalam bentuk gas dan membentuk
dengan gas kesetimbangan ammonium. Kesetimbangan Antara gas ammonia dan
gas ammonium ditunjukkan dengan persamaan reaksi berikut (Ajie,2017).
𝑁𝐻3 + 𝐻2 𝑂 → 𝑁𝐻4+ + 𝑂𝐻 −
3
air minum menyatakan bahwa Batasan untuk kadar dari ammonia adalah 1,5 mg/L.
Sedangkan Pada KEPMENLH No. 51 Tahun 1995 Tentan Baku Mutu Air Limbah
menyatakn bahwa batas untuk ammonia bebas dalam limbah industri adalah 1-5
mg/L. Sedangkan untuk beberapa indsutri sendiri memiliki karakteristik air limbah
masing-masing. Contohnya adalah Baku Mutu Air limbah industri pestisida untuk
NH3 bernilai 1 mg/L. NH3 Sendiri biasanya dapat ditemukan dalam bentuk
ammonia total. Dalam Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI
Jakarta yang dimuat dalam Peraturan Gubernur No. 122 Tahun 2005 menyatakan
bahwa batas baku mutu untuk limbah cair yang dapat dibuang untuk kadar NH3
adalah 10 mg/L. Penyebab lain dari adanya ammonia adalah penggunaan pupuk
urea yang dapat terbawa aliran air sehingga mencampur dengan badan air. Dalam
urin manusia dapat ditemukan kadar dari ammonia yang terkandung dalam urea.
Kadar urin sendiri 98% adalah air dan sisanya terdiri dari beberapa senyawa seperti
urea, asam urat, creatinine, dan lain-lain. Sehingga grey water atau air hasil
aktivitas rumah tangga dapat mengandung ammonia berlebih (Ana,2010). Dampak
yang ditimbulkan dari ammonia adalah akan membunuh hewan yang ada di dalam
perairan yang bersain dengan oksigen dalam tubuh hewan dan dapat dipengaruhi
pH untuk mengetahui seberapa beracunnya air tersebut karena ammonia (Ajie,
2017).
Metode pengukuran ammonia atau penetapan kadar ammonia dengan cara
kolorimetri atau metode Nessler. Dimana ketika air sampel ditambahkan dengan
pereaksi Nessler, maka ion NH4+ akan bereaksi dengan pereaksi Nessler
membentuk senyawa yang menimbulkan warna bervariasi antara merah jingga
hingga coklat. Warna yang ditimbulkan dapat dibaca dengan alat spektrofotometer
dengan Panjang gelombang 420 nm (Tim Dosen, 2019). Berikut merupakan suatu
cara dalam menghitung kadar ammonia.
𝑚𝑔 𝑁𝐻4+ ⁄𝐿 = 𝐶 𝑥 𝐹𝑝
Keterangan:
C : Kadar Ammonia yang diperoleh dari kurva kalibrasi.
4
Fp : Faktor Pengenceran, yaitu perbandingan antara volume larutan akhir
sampel yang diencerkan dengan volume awalnya.
2.2. Nitrit
5
Penentuan nitrit ini didasarkan pada pembentukkan senyawa azo yang berwarna
merah keunguan. Senyawa terbentuk pada pH 2-2,5 melalui reaksi kopling antara
senyawa sulfanilamid dan N-(1-naftil)-etilen diamin dihidroklorida. Warna yang
terbentuk dapat diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada panjangn
gelombang maksimu 543 nm. Dalam menghitung kadar NO2-N pada larutan induk
digunakan persamaan berikut (Tim Dosen, 2019).
2.3. Nitrat
6
Tahun 1995 yang bernilai 20-30 mg/L. Sehingga air limbah yang dibuang dari hasil
proses industri harus sesuai dengan nilai yang dinyatakan dalam keputusan tersebut.
Dampak yang ditimbulkan ketika kadar nitrat pada air minum berlebihan masuk ke
dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan, serta jika pada
bayi di bawah umur 3 bulan akan menyebabkan methemoglobinemia (Aaltje,
2009).
Metode penentuan kadar nitrat dapat digunakan metode
kolorimetri/spektrofotometri dengan pereaksi fenol-sulfat dan didasarkan pada
pembentukkan senyawa nitro-fenol-sulfat yang berwarna kuning. Warna tersebut
serupa dengan kandungan NO3- dengan air alami dan diukur dengan
spektrofotometri dengan Panjang gelombang 410 nm (Tim Dosen,2019).
2.4. N-Organik
Dalam menentukan kadar nitrogen organik perlu dicari kadar dari Nitrogen
total dimana yang terdiri dari nitrogen organik dan nitrogen sebagai ammonia
dalam sampel air. Metode ini disebut dengan Metode Kjedahl. Metode Kjedahl
berprinsip bahwa terjadi oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk
membentuk CO2 dan dalam bentuk ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan
jumlah N (Dippos, 2019). Metode Kjedahl terdiri dari tiga tahap, yaitu Destruksi,
Destilasi, dan Titrasi.
a. Destruksi
Tahap ini terjadi dimana asam sulfat akan mengoksidasi N-organik
menjadi ammonium sulfat, H2O, dan CO2. Dalam mempercepat destruksi
ditambakan kalium sulfat sebagai katalis dan tembaga sulfat sebagai
indikator (Tim Dosen,2019).
b. Destilasi
Pada hasil destruksi dihasilkan ammonium Sulfat yang dipecah
menjadi ammonia dengan penambahan NaOH dan pemanasan. Selanjutnya
ammonia akan berubah menjadi ammonium dengan ditambahkan asam
borat (H3BO3).
c. Titrasi
7
Tahap yang terakhir adalah melakukan titrasi kepasa sisa asam borat
yang tidak bereaksi dengan ammonia. Dititrasi menggunakan larutan
standar asam. Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko akan
menggambarkan jumlah ekivalen nitrogen dalam sampel.
Dalam melakukan perhitungan kadar N-organik dalam sampel,
maka dapat digunakan persamaan berikut (Tim Dosen,2019).
1000
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁 (%) = (𝐴 − 𝐵) 𝑥 𝑁𝐻2 𝑆𝑂4 𝑥 14 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 𝑥
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
A : Volume H2SO4 0,02 N untuk titrasi sampel (mL)
B : Volume H2SO4 0,02 N untuk titrasi sampel (mL)
Ar N : 14 gr/mol
8
BAB III
METODE PENGUKURAN
9
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
7 Spektrofotom - 1 - 2,972
NH4Cl
eter gram
4. Erlenmeyer - 2 Sulfanilamida - 10 gr
9 Spektrofotometer - 1 CHCl3 - 1 mL
10
3.2.3. Alat dan Bahan Parameter Nitrat
Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
penetapan kadar Nitrat.
6. Oven - 1 CHCl3 - 2 mL
7. Pipet - 3 - - -
8 Pyrex - 2 - - -
9 Erlenmeyer - 1 - - -
11
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
6. Statif - 1 Na2B4O7 - 5 gr
12
No Cara Kerja Gambar
13
No Cara Kerja Gambar
14
No Cara Kerja Gambar
15
3.3.4. Cara Kerja Penetapan Kadar Nitrat
Berikut merupakan cara kerja yang digunakan dalam percobaan Penetapan
kadar Nitrat.
Tabel 3. 8 Cara Kerja Penetapan Kadar Nitrat
16
No Cara Kerja Gambar
17
No Cara Kerja Gambar
18
No Cara Kerja Gambar
19
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
4.1.2. Ammonium
Berikut merupakan hasil pengamatan pada parameter ammonium yang
tercantum dalam table 4.2.
Tabel 4. 2 Hasil Spektrofotometer Amonium
No Gambar Keterangan
20
4.1.3. Nitrit
No Gambar Keterangan
4.1.4. Nitrat
Berikut merupakan hasil pengamatan pada parameter nitrat yang tercantum
dalam table 4.4.
Tabel 4. 4 Hasil Spektrofotometer Nitrat
No Gambar Keterangan
21
Tabel 4. 5 Hasil Spektrofotometer N-Total
No Gambar Keterangan
Tahap destruksi
Pada tahap ini gas SO2
1
hilang dan volume sampel
menjadi 30 mL
Tahap Destilasi
Tahap ini dilakukan sampai
2
sampel yang berada pada labu
Erlenmeye berubah warnanya
menjadi hijau muda.
Tahap Titrasi
Pada tahap ini sampel yang
sudah di destilasi dititrasi
3 dengan larutan asam H2SO4
sampai warna berubah dari
hijau muda menjadi biru
muda.
4.2 Perhitungan
4.2.1. Ammonium
Berikut merupakan data konsentrasi dan absorben dalam spektrofotometer
kadar Ammonium.
Tabel 4. 6 Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Spektofotometer Amonium
Konsentrasi Absorban
0 0
0,1 0,675
0,3 1,791
0,4 2,7331
22
Konsentrasi Absorban
0,5 2,875
0,6 3,266
Diketahui:
• a = 0,115
• b = 5,6054
• r2 = 0,9767
• y = 1,661
Ditanya: X ammonium?
Jawab:
Y = a + bX
Y = 0,115 + 5,6054X
1,661 = 0,115 + 5,6054X
X = 0,276 mg/L
Konsentrasi Absorban
0 0
23
Konsentrasi Absorban
0,01 0,159
0,02 0,298
0,05 0,704
0,1 1,332
0,15 1,992
0,2 2,532
Diketahui:
• a = 0,0395
• b = 12,718
• r2 = 0,9987
• y =1,874
Ditanya: X Nitrit?
Jawab:
Y = a + bX
Y = 0,0395 + 12,718X
1,874 = 0,0395 + 12,718X
X = 0,144 mg/L
24
4.2.3. Nitrat
Berikut merupakan data konsentrasi dan absorben dalam spektrofotometer
kadar Ammonium.
Tabel 4. 8 Tabel Konsentrasi dan Absorbandi Spektrofotometer Nitrat
Konsentrasi Absorban
0 0
0,4 0,033
0,8 0,058
1,2 0,075
1,6 0,104
2,0 0,129
Diketahui:
• a = 0,004
• b = 0,0625
• r2 = 0,9942
• y = 0,185
Ditanya: X Nitrat?
Jawab:
Y = a + bX
Y = 0,004 + 0,0625x
0,185 = 0,004 + 0,0625x
X = 2,896 mg/L
25
4.2.4. N-Organik
Diketahui:
• A = 0,1 mL
• B = 0,6 mL
• Ar N = 14 gr/mol
• N H2SO4 = 0,02 N
• Fp =1
Ditanya: Kadar N?
Jawab:
Kadar N (mg/L) = (B-A) x N H2SO4 x Ar N x (1000/mL sampel) x fp
Kadar N (mg/L) = (0,6 mL – 0,1 mL) x 0,02 N x 14 gr/mol x (1000/50 mL) x 1
Kadar N (mg/L) = 2,8 mg/L
N% = 0,0028 gr/L x 100% = 0,28%
4.3 Pembahasan
Sungai Ciliwung merupakan sungai yang melintasi provinsi Jawa Barat dan
menuju Provinsi DKI Jakarta. Sungai ini memiliki hulu di Telaga Warna yang ada
di kaki Gunung Pangrango, daerah Gunung Putri (Puncak) Kabupaten Bogor.
Sungai Ciliwung memiliki hilir di Pantai utara Jakarta dengan Panjang sungai
sekitar 120 km dan luas daerah aliran sungai ± 425 km2. Sungai Ciliwung
membelah Provinsi Jakarta dimana air mengalir dari Bogor melewati kota depok
dan berakhir di Teluk Jakarta. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang
tercemar berat akibat adanya aktivitas manusia baik rumah tangga maupun
industri, sehingga menjadi tidak layak untuk digunakan terutama pada daerah
Ibukota. Sehingga menjadikan Sungai Ciliwung salah satu sungai yang tercemar
berat. Pada penelitian kali ini, sampel diambil yaitu Sungai Ciliwung yang berada
di perbatasan langsung antara Jakarta Timur dengan Jakarta Selatan. Tepatnya
berada di Jl. AL Mabruk Jakarta Timur.
Dalam analisis Indikator yang digunakan dalam menganalisis parameter
ammonium, nitrtit, nitrat, dan N-organik digunakan metode spektrofotometer
dimana dialirkan suatu gelombang cahaya monokromatik, sehingga didapatkan
26
suatu konsentrasi dari parameter yang dianalisis berdasarkan kemampuan
menyerap cahaya. Pada Keempat parameter ini saling berhubungan satu sama
lain. Hubungan antara parameter ammonium hingga N-organik ada dalam siklus
nitrogen. Ammonium didapatkan dari proses ammonifikasi atau pengubahan
ammonia menjadi ion NH4+. Pada tahap pertama siklus, terjadi fiksasi nitrogen
dimana adanya pengubahan nitrogen di atmosfer menjadi ammonia (NH3) atau
adanya kotoran hewan ataupun tumbuhan dan hewan mati yang dapat mencemari
lingkungan dan terdapat ammonia. Setelah itu terjadi proses nitrifikasi yang
merupakan terjadinya proses oksidasi dari ammonium menjadi nitrit dan
dilanjutkan dengan proses oksidasi nitrit menjadi nitrat. Bakteri yang berperan
dalam proses ini seperti bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Selanjutnya
dilakukan proses asimilasi dimana terjadi pembentukan senyawa kompleks
organic (asam amino) dari nitrat. Setelah itu kembali lagi ke tahap awal. Setiap
tahap memiliki sifat masing-masing, dimana ketika ammonium mendominasi
perairan akan bersifat basa, dan proses oksidasi pada nitrit dan nitrat akan
menjadikan perairan bersifat asam dan korosif. Pada percobaan ini dilakukan
analisis air sampel terkait senyawa nitrogen yang diambil dari sungai ciliwiung di
daerah perbatasan antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Pada hasil analisa data didapat kadar ammonia total (NH3 dan NH4+) dalam
sampel sebesar 0,276 mg/L. Analisis sampel dilakukan dengan metode
spektrofotmeter dengan pereaksi Nessler agar dapat teridentifikasi adanya senyawa
ammonia dalam perairan tersebut. Pada percobaan ini diperoleh grafik hasil
spektrofotometri dengan nilai regresi atau tingkat kepercayaan sebesar 97,67%.
Grafik yang dibuat berdasarkan pada hasil spektrofotometer pada larutan kalibrasi
dan yang memiliki penyerapan cahay dari spektrofotometer yang menyerupai dari
larutan sampel. Sehingga didapatkan grafik persamaan garis lurus dan titik sampel
larutan yang ada dalam percobaan ammonium ini berada diantara di larutan sampel.
Nilai Regresi yang didapatkan ini menyatakan bahwa nilai kebenaran atau
kepercayaan dari grafik ini adalah 97,67% yang berarti nilai dari sampel tersebut
memiliki presentase kebenaran sebesar nilai regresi. Pada baku mutu menurut
PERKEMENKES No. 492 tahun 2010 Tentang Pesyaratan Kualitas Air Minum
27
menyatakan bahawa nilai tersebut dibawah baku mutu untuk air minum yang
bernilai sebesar 1,5 mg/L. Hal ini menandakan bahwa kadar ammonia berada di
bawah standar air minum. Sedangkan pada KEPMENLH terkait Baku Mutu Air
Limbah cair industri sebesar 1-5 mg/L, dimana air limbah yang mengalir harus
dibawah < 5 mg/L dan pada air yang ada dalam sungai ciliwung pada lokasi yang
dipilih berada di bawah baku mutu. Jika kadar NH3 atau NH4+ dominan dalam air
dan perairan bersifat basa, maka sedikit kadar dari ammonia total akan
menyebabkan air bersifat beracun. Sedangkan pada pH yang asam dibutuhkan
kadar ammonia total yang tinggi untuk air bersifat racun. Pada Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Bahwa air kelas 1 memiliki kadar NH3 Maksimum
adalah 0,5 mg/L, sedangkan pada kelas 2 hingga 4 batas kadar NH3 tersebut ≤ 0,02
mg/L. Dalam penetuan Kelas Air ini perlu diperhatikan parameter yang lain agar
perairan tersebut dapat ditentukan dalam kelas yang dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Pada Baku mutu air limbah berdasarkan Keputusan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005 menyatakan bahwa air limbah
cair domestik adalah 10 mg/L. Kadar Ammonia total dalam air ini dapat berasal
dari limbah industri maupun limbah rumah tangga dan limbah yang paling banyak
mengalir pada sungai Ciliwung adalah limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga
seperti air pembuangan hasil dari kamar mandi yang memiliki jumlah ammonia
yang cukup banyak, karena urin manusia mengandung ammonia. Ataupun dapat
berasal dari pembusukan hewan yang mati dan kotoran hewan. Perairan yang
memiliki kadar NH3 yang cukup banyak akan berbau menyengat dan tidak layak
guna. Oleh karena itu, dilakukannya percobaan ini agar diketahui pengaruhnya
terhadap badan air tersebut.
Pada percobaan selanjutnya didapatkan kadar Nitrit dalam sampel air
sebesar 0,144 mg/L. Dalam penetapan kadar nitrit ini digunakan pereaksi azo
untuk mengidentifikasi adanya ion nitrit dan menggunakan metode
spektfotometer dengan Panjang gelombang sebesar 543 nm untuk penetapan
kadar nitrit dan diperoleh warna merah muda pada hasil analisis. Pada Percobaan
ini diperolah grafik hasil spektrofotometri dengan nilai regresi atau tingkat
kepercayaan sebesar 99,87%. Grafik yang diperoleh berupa persamaan garis lurus
28
atau linear dengan titik sampel yang didapatkan dari larutan sampel dengan nilai
absorban sebesar 1,874 dan didapatkan titik sampel berada diantara titik kurva
kalibrasi dimana nilai absorban dan konsentrasi berada diantara nilai dari kurva
kalibrasi, tetapi hal ini dapat digunakan persamaan garis yang didapatkan untuk
mencari nilai konsentrasi larutan sampel. Kurva kalibrasi digunakan sebagai
pembanding dari larutan sampel dan dicari persamaan garisnya. Berdasarkan hasil
yang diperoleh didapat bahwa kadar nitrit dalam sampel berada dibawah baku
mutu yang dimuat dalam PERMENKES No. 492 Tahun 2010 terkait Persyaratan
Air minum yang bernilai 3 mg/L dan pada PERMENKES No.32 Tahun 2017
Terkait Higiene Sanitasi menyatakan nilai baku mutu untuk kadar nitrat sebesar 1
mg/L. Pada Air sampel yang didapatkan pada sungai Ciliwung tersbut berada di
bawah baku mutu untuk dua penggunaan berbeda. Sedangkan pada Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 menyatakan untuk kelas air 1 hingga 3
menyatakan bahwa kadar maksimum adalah dibawah ≤1 mg/L. Nitrit dapat
ditemukan dalam air karena proses dekomposisi senyawa organik dimana nitrit
merupakan proses penyimpangan antara pengoksidasian antara ammonium
menjadi nitrat dan nitrit tidak dapa ditemukan dalam limbah segar, karena limbah
segar belum mengalami proses degradasi atau dekomposisi senyawa organik. Ion
nitrit yang berlebihan dalam air akan bersifat korosif karena ion ammonium
teroksidasi oleh oksigen menjadi anion yang dapat membentuk senyawa asam. Ion
nitrit sendiri dapat berasal dari alam dan pada limbah industri dan limbah rumah
tangga. Sehingga parameter ini saling berhubungan dengan parameter lainnya.
Pada percobaan Penetapan kadar Nitrat diperoleh hasil analisis sebesar
2,896 mg/L. Penetuan kadar Nitrat dilakukan dengan menambahkan pereaksi
Fenol-Sulfat dalam air sampel untuk mengidentifikasi ion nitrat dan dianalsis
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Pada
percobaan penetapan kadar nitrat ini didapatkan grafik hasil spektrofotometri
dengan nilai regresi atau nilai kepercayaan sebesar 99,42%. Grafik yang diperolah
berasal dari nilai larutan kalibrasi yang digunakan untuk mencari persamaan garis
lurus yang bertujuan untuk mencari nilai konsentrasi larutan sampel sesuai dengan
nilai absorban pada larutan sampel. Titik sampel yang didapatkan pada grafik
29
nitrat berada jauh dari garis lurus karena nilai absorban cukup besar. Pada hasil
penambahan pereaksi Fenol-Sulfat diperoleh bahwa laurtan sampel sudah sesuai
dengan warna pada larutan yang digunakan untuk kurva kalibrasi. Berdasarkan
PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Air Minum bahwa kadar
nitrat yang diperbolehkan atau maksimum yang terkandung dalam air minum
adalah 50 mg/L dan pada PERMENKES 32 Tahun 2017 terkait penggunaan air
untuk keperluan Higiene Sanitasi bahwa kadar nitrat maksimumnya adalah 10
mg/L. Sedangkan pada air limbah cair industry yang dinyatakan oleh KEMENLH
No. 51 tahun 1995 bahwa kadar nitrit pada air limbah yang diperbolehkan
mengalir ke badan air sebesar 20-30 mg/L. Sedangkan pada percobaan ini
diperoleh kadar nitrat dibawah baku mutu yang telah dimuat, karena itu air pada
sungai ciliwung tidak bersifat asam yang disebabkan oleh ion nitrat. Kadar ion
nitrat yang berlebihan akan menyebabkan air bersifat asam dan korosif.
Sedangkan ion nitrat dapat berada di dalam perairan secara alami atau perbuatan
manusia. Secara alami karena adanya siklus nitrogen dalam air yang mengubah
ion ammonium menjadi nitrat dan dapat berasal dari kotoran hewan atau hewan
dan tumbuhan yang mati. Sedangkan perbuatan manusia menyebabkan naiknya
nilai nitrat karena hasil aktvitas manusia baik skala industri maupun rumah
tangga.
Kadar Nitrogen organik dihitung untuk mengetahui kadar nitrogen total
dalam perairan tersebut. Kadar Nitrogen organik atau N-Total dalam percobaan
ini didapatkan sebesar 2,8 mg/L atau 0,28% dalam sampel air tersebut. Dalam
penetapan kadar Nitrogen Organik atau N-Total ini melalui 3 metode, yaitu
destruksi, destilasi, dan Titrasi. Pada hasil akhir titrasi didapatkan warna hasil biru
muda. Larutan hasil destilasi di titrasi oleh H2SO4 atau dua kali titrasi dengan
mentitrasi larutan blanko dan sampel air. Penetapan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar nitrogen total dari nitrogen organik dan nitrogen sebagai
ammonia dalam sampel air. Kekurangan unsur nitrogen akan berkurangnya
pertumbuhan mikroorganisme terutama fitoplankton dan tumbuhan, karena unsur
nitrogen nutrisi yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup (unsur pembentuk protein).
30
Kelebihan dari unsur nitrogen juga tidak berdampak baik bagi organisme dalam
perairan, dimana akan bersifat racun bagi tumbuhan serta mikroorganisme.
31
BAB V
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Astono, Widyo. 2018. Kandungan Nitrat dan Fosfat di Sungai Ciliwung. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Ayuniar, Ligar Novi. 2018. “Analisis Kualitas Fisika dan Kimia Air di Kawasan
Budidaya Perikanan Kabupaten Majalengka”. Jurnal EnviScience. Vol. 2
(2). Semarang: universitas Diponegoro.
Azizah, Mia dan Mira Huamairoh. 2015. “Analisis Kadar Amonia (NH3) Dalam
Air Sungai Cileungsi”. Jurnal Nusa Sylva. Vol 15 (1). Bogor: Universitas
Nusa Bangsa Bogor.
Emilia, Ita. 2019. “Analisa Kandungan Nitrat dan Nitrit Dalam Air Minum Isi
Ulang Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis”. Jurnal
Indobiosains. Vol. 1 (1). Palembang: Universitas PGRI Palembang.
Hasugian, Dwi Riismei Marito. 2018. Pemeriksaan Kadar Nitrat-Nitrit di Dalam
Air Minum Yang Berasal Dari Kecamatan Parlilitan Kab. Humbang
Hasundutan Dengan Metode Spektrofotometri UV/VIS. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Hendrawan, Diana dan Pramiati Purwaningrum. 2019. Penuntun praktikum
laboratorium lingkungan 1. Jakarta: Universitas Trisakti.
Kurniawan, Ajie. 2017. Analisa Kadar Amonia (NH3) Pada Limbah Cair Outlet
Pabrik Karet Secara Salisilat Menggunakan Spektrofotometer Visibel
Portabel DR/2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Manampiring, Aaltje E. 2009. Studi Kandungan Nitrat (NO3-) Pada Sumber Air
Minum Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota
Tomohon. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Mukaromah, Ana Hidayati.2010. “Penggunaan Self-Cleaning Fotokatalis TiO2
Dalam Mendegradasi Ammonium (NH4+) Berdasarkan Lama Waktu
Penyinaran”. Jurnal Kesehatan. Vol. 3 (1). Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Purba, Dippos Pardamean Purba. 2019. Penentuan Kadar Nitrogen (N) Pada Pupuk
NPK Dengan Metode Kjeldahl di PT. SUCOFINDO Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
33
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 112 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
Peraturan Menteri Kesehatan No.492 tahun 2010 Tentang Kualitas Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarta Dan
Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
.
34
LAMPIRAN
Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum
Tabel 1 Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No Standar Baku
Parameter Unit Mutu
(kadar
maximum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3, Zat padat terlarut mg/L 1000
(Total Disskolved Solid)
4. Suhu ℃ Suhu udara ±3
5. Rasa - Tidak berasa
6. Bau - Tidak berbau
Standar Baku
No Parameter Unit Mutu
(kadar
maximum)
1. Total Coloform CUF/100 ml CUF/100 ml 50
2. E. coli CUF/100 ml 0
Tabel 4 Baku Mutu Persyaratan Kualitas Air Minum KEMENKES No. 492
Tahun 2010
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 112 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
Tabel 6 Baku Mutu Limbah Cair Domestik Provinsi DKI Jakarta
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Tabel 6 Baku Mutu Air Limbah Domestik KEMENLKH
T, Pe.conoon
_t. Nen8ubur Vado. Nttnt, Al'frat . &n dmontun menTgunelzqn nAo& kdlorrndee
aldt|" sfieWto@melea
a<pa Dasar
a. N rfro& ( No z)
W_Sqa9A_a,aduJ -/on * a(a.te.,rt atr .. N7s t,ti ,Beto-t .0 don, Poses
oLrrary, i rbfr;,t,| ryU3q
tnonffarttbon lLan *a Parqlan
r1, ,.-. \
I* +ury?@qn!=> 'tenot -sulfdl - Ut a''n^ Vemben*l@'
__gg"lElsr;eb,r* seru?d d?!As4_ Vg@Ay h.Jo3- al{on--atr
ala*, . Sc! a\fi& q sanL?A /qn *c^ &utlcu de-ttgan sp-hlo1oturt
sp-Uoptuvlet
dertgar' \ = 4lOnm
4. tl-Tal
_nlf!9a91 h2td ?gtl _4:
nr{rogon y:W:*:_
rhfue hgA 1aa)zstr ga(u
tlBg,fpVsr , clps h (at; A -h*ragt
"{an
ar Sulhg
trct Lu Srarlc,
\tuud (u
Atdl durn a*, (\anan tunLd
!*" dur, t
l-.bu" nffnb gecutaqlJ
Vet kr tanng (
?ereaks, {?wcurtq \eatVupqa
SPclz/o foqilw {
t l"erna D rq
,trAlq tayH
don 0QrelOolt + h\ot alc
malotlon Srnl enst a&n
&omVot
Sa pfd Ve Wu LO rnenLb _'lo.UoUan ?egry
ukg! jN'yga_et-_
, sP.LlzTor'-'9lq!-I :1P!:1.
*1,'-*-.-.-.,1.:_:.t=-. -L=::.:.=':'-',-,---:-=-J-.:-:.: -1*=:-:.!
-
.,.. -.
1( Venerttuan U ada, nttr*
t1{)
-d
alw'ot+ alu malut- tuvrI
t^?Ad^bth@^ ltclll,) Sdn,?d 99 sucr5 farntrt ?trqtbs, t^Dnq
g a.r|mg drl dfr\ d-om Von turre,ot-
n
m0.X,ncot,
Ccoi zrl€r.-
$uder .bxl.aA'
U4!+
lth];r S?.f6?ar, d urgan SPeh ?o tofoneJe'
). -- hl0 ort
.r ?,e,nertl,/U Vade- N- tor'l
a- frst n tlc,r
h . Dp;trta:t