GRUP M
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA II
“DISTILASI EKSTRAKTIF”
GRUP: M
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Distilasi Ekstraktif”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 28
September 2021 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia II.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Ibu Renova Panjaitan, ST., MT selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan
saran, seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan
Teknik Kimia
Surabaya, 28 September 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
INTISARI............................................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
I.2 Tujuan........................................................................................................... 3
I.3 Manfaat......................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
II.2.3 Refluks.................................................................................................. 8
iii
II.5 Hipotesa..................................................................................................... 16
BAB IV ................................................................................................................. 22
BAB V ................................................................................................................... 25
V.2 Saran.......................................................................................................... 25
LAMPIRAN ......................................................................................................... 27
2. Perhitungan .............................................................................................. 27
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Memperoleh etanol dengan kemurnian tinggi melalui proses pemisahan
distilasi ekstraktif
2. Menentukan kurva kesetimbangan dengan membuka titik azeotrop
3. Mengetahui pengaruh penambahan entrainer pada proses distilasi ekstraktif
I.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Distilasi vakum
Merupakan distilasi yang dilakukan degan cara cairan diuapkan pada
tekanan rendah. Tujuan utamanya adalah menurunkan titik didih cairan yang
bersangkutan, dan volatilitas relatif meningkat jika tekanan diturunkan. Alat
distilasi ini merupakan alat yang tidak sederhana karna memerlukan system
tertutup.
4. Distilasi Uap
Distilasi uap dilakukan untuk memisahkan komponen campuran pada
temperatur lebih rendah dari titik didih normalnya. Dengan cara ini pemisahan
dapat brlangsung tanpa merusak komponen-komponen yangakan dipisahkan. Ada
dua cara melakukan distilasi uap. Yang pertama dengan menghembuskan uap
secara kontinu diatas campuran yang sedang diuapkan. Cara kedua dengan cara
memdidihkan senyawa yang dipisahkan bersamaan dengan pelarutnya. Dalam
model distilasi uap temperatur dari komponen yang dipisahkan dapat diturunkan
dengan cara menguapkanya. Temperatur penguapan dalam hal ini lebih rendah dari
temperatur didih senyawasenyawa yang dipisahkan. Hal ini juga untuk menjaga
agar senyawasenyawa yang dipisahkan tidak rusak karena panas.
5. Distilasi azeotrope
Distilasi dengan menguapkan zat cair tanpa perubahan komposisi. Jadi ada
perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat
utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase
uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi tidak
dapat dilakukan. Distilasi ini sering digunakan dalam proses isolasi komponen,
pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair.
6. Distilasi ekstraktif
Distilasi ini mirip degan distilasi azeotropik dalam hal penambahan
senyawa dalam hal penambahan senyawa lain untuk mempermudah proses
pemisahan. Dalam hal ini pelarut yang melakukan ekstrasi karena senyawa yang
ditargetkan dapat larut degan baik dalam pelarut yang dipilih.
II.2.3 Refluks
Refluks adalah teknik distilasi uap dan berbaliknya kondensat ini ke dalam
sistem asalnya. Ini digunakan dalam distilasi industry dan laboratorium. Refluks
juga digunakan dalam bidang kimia untuk memasok energi dalam jangka Panjang.
Fungsi refluks adalah untuk memperbesar L/V di enriching section sehingga
mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality yang
ditentukan atau dengan jumlah stage yang sama akan menghasilkan product quality
yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap agar
panas yang digunakan efisien. Refluks ini bisa dimasukkan dalam macam-macam
distilasi walau pada prinsipnya agak berlainan. Refluks dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah
zat yang ada (Fatimura, 2014).
yang merupakan rasio dari nilai y / x [fraksi mol uap di atas (dibagi dengan) fraksi
mol cair] dari dua komponen. Misalnya, volatilitas relatif komponen L sehubungan
dengan komponen H didefinisikan dalam persamaan berikut:
𝑦𝐿/𝑥𝐿
𝛼𝐿𝐻 =
𝑦𝐻/𝑥𝐻
Semakin besar volatilitas relatif, semakin mudah pemisahan.
Volatilities relatif dapat diterapkan pada sistem biner dan multikomponen. Dalam
kasus biner, volatilitas relatif antara komponen ringan dan berat dapat digunakan
untuk memberikan hubungan sederhana antara komposisi fase cair (x adalah mol
fraksi komponen cahaya dalam fase cair) dan komposisi uap
fase (y adalah fraksi mol dari komponen cahaya dalam fase uap):
𝛼𝑥
𝑦=
1 + (𝛼 − 1)𝑥
(Gmehling, 1993)
11
12
13
C. Fungsi : Sebagai zat yang ditambahkan untuk membuat perbedaan titik didih
antar komponen dalam campuran
II.4.2 Ethanol
A. Sifat fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Bening
3. Titik didih : 78o C
4. Titik leleh : 25o C
5. Densitas : 0,8 gr/cm3
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 gr/mol
C. Fungsi : Sebagai zat yang akan dimurnikan pada proses distilasi ekstraktif
14
A. Sifat fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Titik didih : 1413o C
4. Titik leleh : 800,4o C
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : NaCl
2. Berat molekul : 58,45 gr/mol
II.4.4 Aquadest
A. Sifat fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Titik didih : 100o C
4. Titik leleh : 0o C
5. Densitas : 1 gr/cm3
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : H2O
2. Berat molekul : 18,02 gr/mol
15
II.5 Hipotesa
Diharapkan pada percobaan distilasi ekstraksi ini, pada saat penambahan garam
pada campuran etanol-air dapat memperbesar perbedaan titik didih dengan
menghilangkan titik azeotrope dari dua komponen yang saling larut sehingga dapat
dipisahkan hingga memperoleh ethanol fuel grade.
16
17
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
3. Kalsium klorida
4. Natrium klorida
III.2 Alat
1. Neraca Analitik
2. Piknometer
3. Selang
4. Heating mantle
5. Thermometer
6. Labu leher tiga
7. Divider
8. Statif dan klem
9. Pipet
10. Spatula
11. Gelas ukur
12. Erlenmeyer
13. Kondensor
14. Packed Column
15. Labu Ukur
16. Beaker Glass
17. Corong Kaca
18
Gelas ukur
Neraca analitik
19
20
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
% Ethanol % Ethanol
Waktu ρ Distilat ρ Bottom Td Tw dalam dalam
(gr/ml) (gr/ml) (°C) (°C) Distilat Bottom
1. 0,79162 0,8598 63 75 96,4762 69,8502
2. 0,78828 0,86423 63 75 97,5964 67,9344
3. 0,78672 0,86518 62 77 98,0655 67,5103
4. 0,78381 63 77 99,0033 66,0042
Rata-Rata 62,75 76 -
Berdasarkan tabel Perhitungan Fraksi Distilat dan Fraksi Bottom digunakan
ethanol 87% 300 ml dengan entrainer CaCl2. Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali
penimbangan setiap distilat dan bottom. Didapatkatkan densitas distilat berturut
turut sebesar 0,79162; 0,78828; 0,78672; dan 0,78381 gr/ml. Selanjutnya
didapatkan densitas pada bottom berturut-turut sebesar 0,8598; 0,86423; 0,86518;
dan 0,86428 gr/ml. Setelah itu, didapatkan dalam distilat kadar etanol paling tinggi
sebesar 99,0033% yaitu pada densitas sebesar 0,78381 gr/ml dan suhu 63 °C.
Sedangkan yang paling rendah sebesr 96,4762% yaitu pada densitas 0,79162 gr/ml
dan suhu 63 °C. Selain itu dalam bottom, kadar etanol tertinggi sebesar 69,8502%
yaitu pada densitas 0,8598 gr/ml dan suhu 75 °C. Sedangkan yang terendah sebesar
66,0042% yaitu pada densitas 0,86428 gr/ml dan suhu 77 °C. Dari hasil perhitungan
yang dilakukan membuktikan bahwa percobaan yang dilakukan telah berhasil
memecah azeotrop yang dimiliki oleh etanol-air yakni kadar umumnya 96%.
Menurut teori (Billah, 2014) pengaruh penambahan komponen ketiga yang
memiliki sifat mengikat air akan dapat mengurangi kontak lebih lama antara ethanol
dengan air dan oksigen sehingga semakin sedikit ethanol yang teroksidasi. Hal
22
tersebut dapat dilihat dari kadar akhir distilat yang diperoleh telah melebihi kadar
etanol pada umumnya yaitu sebesar 99,0033%.
Dari data percobaan di atas didapatkan data berupa suhu dari distilat dan
bottom yang kemudian dirata-rata digunakan untuk menentukan nilai α
campurannya. Untuk mencari nilai α diperlukan data lain yakni tekanan parsial (Po
) tiap komponen campuran. Suhu rata-rata hasil percobaaan yang diperoleh yaitu
pada distilat dan bottom berturut-turut sebesar 62,75 °C dan 76 °C. Kemudian dari
rata-rata suhu tersebut dicari nilai P , pada distilat untuk etanol dan air berturut-
turut bernilai 0,52426 atm dan 0,22334 atm. Pada bottom diperoleh nilai P etanol
dan air berturut-turut sebesar 0,91316 atm dan 0,39741 atm. Sehingga dapat
ditentukan nilai α distilat sebesar 2,3474 dan bottomnya sebesar 2,2979. Maka
diperoleh nilai α campurannya sebesar 2,3225 yang kemudian akan digunakan
untuk menentukan fraksi y.
23
IV.2 Grafik
(a) (b)
Gambar IV.2. 1(a) Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air (Literatur) (b) Kurva
Kesetimbangan Ethanol-Air (Percobaan)
Gambar di atas menunjukkan kurva kesetimbangan etanol-air berdasarkan
literatur dan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Pada kurva literatur
masih terdapat titik azeotrop, oleh karena itu percobaan ini dilakukan dengan tujuan
membuka titik azeotrop tersebut sehingga dapat diperoleh kemurniaan distilat yang
lebih tinggi. Berdasarkan gambar terlihat pada hasil percobaan yang diperoleh
menunjukkan telah terbukanya titik azeotrop pada kurva. Hal ini dikarenakan
adanya penambahan entrainer berupa garam CaCl2 pada campuran etanol-air
sebagai pengikat air. Adanya penambahan garam CaCl2 akan mempengaruhi nilai
relative volatility campuran. Karena dapat dikatakan garam memiliki efek dehidrasi
yang dapat merubah komposisi fasa uap dan liquid dari etanol. Hal ini sesuai dengan
teori (Billah, 2014), semakin kurva kesetimbangan mengembang ke atas dari kurva
45 maka menandakan mudah untuk dipisahkan (α>1). Begitu juga sebaliknya,
apabila kurva mengembang ke bawah dari kurva 45 menandakan semakin sulit
dipisahkan (α≤1).
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data dari hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada percobaan distilasi ekstraktif didapatkan ethanol dengan kadar
kemurnian tinggi yaitu sebesar 99,0033%
2. Pada kurva kesetimbangan yang diperoleh, titik azeotrope menghilang pada
xd yaitu 0,9 dan yd yaitu 0,9543.
3. Penambahan entrainer pada proses distilasi ekstraktif berpengaruh pada
kadar kemurnian yang diperoleh. Semakin lama waktu kontak antara larutan
ethanol dengan entrainer maka semakin tinggi kadar kemurnian dari distilat
yang didapatkan.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan dapat menjaga temperature pada saat proses distilasi
ekstraktif sehingga tidak melewati temperatur titik didih air yang akan
mempengaruhi konsentrasi distiat.
2. Sebaiknya praktikan melakukan perhitungan dan penimbangan kebutuhan
entrainer dengan benar, karena kosentrasinya mempengaruhi relative volatility
dan kemurniannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan
Massa piknometer kosong : 12,7396 gram
ρ air : 0,966 gr/ml
BM Ethanol : 46,07 gr/mol
BM Air : 18,02 gr/mol
Tabel 1. 1 Hasil Pengamatan Densitas Distilat dan Bottom
Massa Massa
Densitas Densitas
Percobaan Pikno Isi Pikno Isi Tw ◦C Td ◦C
Distilat Bottom
Distilat Bottom
2. Perhitungan
1. Pembuatan Larutan dan Kebutuhan Entrainer
a. Pembuatan Larutan
% x V1 = % 𝑥 𝑉2
96% x 300 ml = 87% x 𝑉2
(87% 𝑥 300𝑚𝑙)
V1 = 96%
= 271,8750 𝑚𝑙
b. Kebutuhan Entrainer CaCl2
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐶𝑎𝐶𝑙₂ 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
CaCl2 = 100
102 𝑔𝑟 𝑥 30 𝑚𝑙
= 100 𝑚𝑙
= 30,6 𝑔𝑟
27
= 0,79162 𝑔𝑟/𝑚𝑙
b. Densitas Bottom
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 (𝑔𝑟)− 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 (𝑔𝑟)
ρ = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 (𝑚𝑙)
19,8354 𝑔𝑟 − 11,2374 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 0,8598
3. Temperatur Rata – Rata Pada Percobaan Keempat
a. Temperatur Rata – Rata Distilat
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + ...
𝑇′ = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎
(63 + 63 + 62 + 63)°𝐶
= 4
= 62,75
b. Temperatur Rata – Rata Bottom
𝑡1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + ...
𝑇′ = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎
(75+ 75 + 77 + 77)°𝐶
= 4
= 76
4. Tekanan Parsial Ethanol dan Air
Dalam mendapatkan tekanan parsial ethanol dan air dimana didapat dari table
2-8 vapor pressure of organic compounds dan hasil interpolasi table 2-5 vapor
pressure of liquid water from 0-100°C dapat dilihat pada buku Perry, dengan
suhu rata-rata distilat, maka diperoleh :
a. Tekanan Parsial Air Pada Bottom
Tekanan parsial air pada bottom
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
28
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
y = 0,038595 MPa
Pᵒ = 0,3809 atm
b. Tekanan Parsial Alkohol Pada Bottom
𝐶2
𝐿𝑛 𝑃 = 𝐶1 + ( 𝑇 ) + 𝐶3 𝐿𝑛 𝑇 + 𝐶4 𝑇^𝐶5
= 99,0033% %
6. Relative Volatility Distilat dan Bottom
𝑃°𝐸𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
𝛼 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 = 𝑃°𝐴𝑖𝑟
0,5299
= 0,2258
= 2,3464
𝑃°𝐸𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
𝛼 𝐵𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 =
𝑃°𝐴𝑖𝑟
0,8766
= 0,3809
= 2,3016
29
𝛼 = √𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝛼 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚
= √2,3464𝑥 2,3016
= 2,3239
8. Kurva Kesetimbangan
Data fraksi mol (XD) ditentukan dari 0 sampai 1 menggunakan interval 0,1.
Kemudian mencari nilai YD yang akan digunakan plot untuk membuat kurva,
diperoleh berdasarkan persamaan berikut :
𝛼 𝑥 𝑋𝑑
𝑌𝑑 =
1 + (𝛼 − 1)𝑥 𝑋𝑑
2,3238 𝑥 0,1
𝑌𝑑 = 1+(2,3238−1)𝑥 0,1
𝑌𝑑 = 0,2052
30