“HEAT EXCHANGER”
PARALEL B / GRUP T
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA II
“HEAT EXCHANGER”
PARALEL B / GRUP T
Dosen Pembimbing
i
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Aplikasi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Heat exchanger“.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Aplikasi Operasi
Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori serta
petunjuk asisten pembimbing.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nuraini Fauziyah, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing praktikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sadar bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu, penyusun
sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka
dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan praktikum ini.
Penyusun
ii
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
INTISARI............................................................................................................ viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.2. Tujuan.......................................................................................................... 1
I.3. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 3
iii
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
II.5. Hipotesa.................................................................................................... 21
BAB IV ................................................................................................................. 26
BAB V ................................................................................................................... 34
LAMPIRAN ......................................................................................................... 37
iv
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran searah .... 4
Gambar II. 2. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran
berlawanan .............................................................................................................. 5
Gambar II. 3. Aliran silang (cross current) ............................................................. 5
Gambar II. 4. Shell and tube 1-2 exchanger ......................................................... 15
Gambar II. 5. Double pipe exchanger ................................................................... 16
Gambar II. 6. Pipa coil heat exchanger................................................................. 16
Gambar II. 7. Open Tube Section Heat exchanger ............................................... 17
Gambar II. 8. Heat exchanger Jenis Lamella ........................................................ 17
Gambar II. 9. Gasketter plate exchanger ............................................................... 18
v
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
DAFTAR TABEL
vi
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEATBUTIRAN
PENGUKURAN EXCHANGER
PADAT
DAFTAR GRAFIK
vii
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
INTISARI
Heat exchanger merupakan salah satu alat yang digunakan untuk proses
penukaran panas pada dua fluida yang memiliki perbedaan temperature. Proses
perpindahan panas dalam alat heat exchanger dapat dilakukan secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Alat penukar panas yang digunakan beragam diantaranya
jenis shell and tube yang terdiri suatu shell yang didalamnya terdapat banyak pipa
dengan diameter yang relative kecil. Prinsip penukar panas dapat diaplikasikan
dalam alat AC, kulkas, dan lain sebagainya. Percobaan heat exchanger dilakukan
untuk menentukan laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panasnya.
Percobaan dimulai dengan memanaskan air dalam tangki hingga bersuhu
70˚C. Kemudian pompa air yang telah panas. Buka gate valve air panas dan air
dingin secara bersamaan dengan variabel tertentu, tampung volume air yang
keluar dari pipa pemanas. Tampung volume keluar dan amati tekanan serta suhu
air dingin dan panas yang masuk beserta yang keluar. Mengukur volume air yang
keluar dari tangki dengan menggunakan gelas ukur, dan mengukur suhu air masuk
dan keluar. Kemudian mengulangi percobaan dengan menggunakan bukaan gate
valve yang mana dapat memvariasi besaran laju alir.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, data yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan terjadinya kebocoran pada pipa
air dingin sehingga panas yang berpindah memiliki nilai yang fluktuatif. Nilai
koefisien perpindahan panas yang berpindah berbanding lurus dengan besarnya
bukaan kran dan laju alir fluida panas. Nilai koefisien perpindahan panas pada tiap
bukaan kran sebesar 184,9924 Btu/hr.ft2.°F; 375,2735 Btu/hr.ft2.°F; 471,0394
Btu/hr.ft2.°F dan 593,0996 Btu/hr.ft2.°F dengan rata-rata koefisien perpindahan
panas yang terjadi sebesar 390,3364 Btu/hr.ft².˚F. sehingga dapat disimpulkan
semakin besar bukaan kran maka akan semakin besar laju alir fluida panas dan
koefisien perpindahan panas (UD) semakin besar.
viii
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui laju perpindahan panas pada double pipe heat
exchanger
2. Untuk mengetahui hubungan antara bukaan kran dengan laju perpindahan
panas pada double pipe heat exchanger
3. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas keseluruhan pada proses
perpindahan panas pada heat exchanger
1
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami mekanisme perpindahan panas pada
percobaan heat exchanger
2. Agar praktikan mampu memahami faktor yang mempengaruhi percobaan
heat exchanger
3. Agar praktikan dapat mengaplikasikan alat heat exchanger pada industri
kimia
2
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
sisi penukar panas yang sama. Temperatur fluida yang memberikan energi akan
selalu lebih tinggi dibanding temperatur fluida yang menerima sejak memasuki
alat penukar kalor hingga keluar. Temperatur fluida yang menerima kalor tidak
akan pernah mencapai temperatur fluida yang memberikan kalor.
Gambar II. 1. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran searah
2. Aliran Berlawanan Arah (Counter Current)
Alat penukar kalor tipe aliran berlawanan atau counter current, memiliki
arah aliran yang berlawanan. Aliran fluida berlawanan arah terjadi , di mana satu
fluida masuk di ujung penukar panas, sedangkan fluida lain masuk di ujung lain
dari penukar panas, yang masing-masing mengalir dalam arah berlawanan.
Perpindahan kalor terjadi antara satu ujung bagian yang panas dari kedua fluida
dan juga bagian yang paling dingin. Temperatur keluar fluida dingin dapat
melebihi temperatur keluar fluida panas (Bizzy, 2013). Untuk jenis aliran arus
balik ini memberikan panas yang lebih baik bila dibandingkan dengan aliran
langsung atau paralel. Sementara jumlah lintasan mempengaruhi efektivitas
penukar panas yang digunakan (Husen, 2020).
4
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Gambar II. 2. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran
berlawanan
3. Aliran silang (Cross Current)
Crross-flow atau sering disebut dengan aliran silang adalah apabila fluida-
fluida yang mengalir sepanjang permukaan bergerak dalam arah saling tegak
lurus. Pada aliran ini, besarnya beda temperatur rata-rata adalah besarnya LMTD
aliran berlawanan dikalikan besarnya faktor koreksi. Besarnya faktor koreksi
diberikan sesuai dengan bentuk dari kontruksi saluran dimana dua fluida yang
berbeda temperatur mengalir (Husen, 2020). Aliran silang banyak digunakan
dalam pemanasan dan pendinginan udara atau gas. Alat penukar panas yang
menerapkan aliran silang biasanya digunakan ketika kedua fluida tidak tercampur
atau satu fluida tercampur dan yang lain tidak tercampur (Haryadi, 2012).
Keterangan :
q : Laju perpindahan panas konduksi (W)
A : Luas penampang (m2)
k : Konduktivitas thermal bahan (W/mK)
𝑑𝑇
: Gradien temperature pada penampang
𝑑𝑋
6
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Untuk kasus sederhana aliran panas keadaan steady melalui dinding datar
(plane), gradien suhu dan aliran panas tidak berubah dengan waktu dan sepanjang
lintasan aliran panas luas penampangnya sama :
𝑞𝑘 𝐿 𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝐴
∫0 𝑑𝑥 = − ∫𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑑𝑇 …………………………….. (5)
Keterangan :
qk : Laju perpindahan panas konduksi (W)
A : Luas penampang (m2)
K : Konduktivitas thermal bahan (W/mK)
dx : Panjang penampang (m)
dT : Temperature (K)
L : Panjang lintasan aliran
Jika k tidak bergantung pada T, setelah integrasi diperoleh rumus untuk
laju konduksi panas melalui dinding :
𝐴𝑘 ∆𝑇
𝑞𝑘 = (𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − 𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛) = ……………………… (6)
𝐿 𝐿/𝐴𝑘
Keterangan :
qk : Laju perpindahan panas konduksi (W)
Ak : Luas penampang (m2)
∆T : Perbedaan temperature (K)
L : Panjang lintasan aliran
L/A setara dengan tahanan termal (thermal resistance) R yang diberikan
oleh dinding kepada aliran panas dengan caea konduksi dan diperoleh :
𝐿
𝑅𝑘 = 𝐴𝑘 ……………………………………....... (7)
Keterangan :
Rk : Tahanan termal
Ak : Luas penampang (m2)
L : Panjang lintasan aliran
Kebalikan dari tahanan thermal disebut konduktansi termal (termal conductance) :
𝐴𝑘
𝐾𝑘 = …………………………..……………. (8)
𝐿
7
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Keterangan :
Kk : Konduktansi termal
Ak : Luas penampang (m2)
L : Panjang lintasan aliran
(Mursadin, 2016)
2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Konveksi yaitu perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dengan
fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa
fluida (cairan/gas) (Suyatno, 2017). Perpindahan secara konveksi, kalor akan
mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu
dan energi dalam partikel-partikel fluida tersebut. Selanjutnya partikel tersebut
akan bergerak ke daerah suhu yang lebih rendah dimana partikel tersebut akan
bercampur dengan partikel fluida lainnya (Puspawan, 2010). Misalnya dinding
logam yang menjadi panas atau dingin akibat fluida panas atau dingin yang
mengalir didalamnya. Salah satu logam yang dicelupkan dalam fluida panas dapat
menyebabkan perubahan energi dalam partikel fluida kemudian partikel tersebut
saling bercampur dengan partikel logam sehingga logam mengalami kenaikan
temperature.
Laju perpindahan panas secara konveksi dapat dirumuskan dengan :
𝑞𝑐 = ℎ𝑐. 𝐴. ∆𝑇 …………………………………. (9)
Keterangan :
qc : Laju perpindahan panas konveksi (W)
A : Luas penampang (m2)
hc : Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2K)
∆T : Perbedaan temperature (K)
Dengan persamaan (6) dapat didefinisikan konduktansi termal K untuk
perpindahan panas konveksi sebagai :
𝐾𝑐 = ℎ𝑐. 𝐴 ……………………………………. (10)
Keterangan :
Kc : Konduktansi termal
8
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Keterangan :
Rc : Tahanan termal
hc : Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2K)
A : Luas penampang (m2)
(Mursadin, 2016)
3. Perpindahan kalor secara radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/
sinaran/radiasi gelombang elektromagnetik, tanpa memerlukan media perantara
(Suyatno, 2017). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ketempat
lainnya (dari benda panas kebenda yang dingin) dengan pancaran gelombang
elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas
jika terserap oleh benda yang lain (Suswanto, 2015). Misalnya perpindahan panas
antara matahari dengan mobil berwarna hitam yang diparkir di tempat yang terik.
Udara bukanlah perantara dalam perpindahan panas ini karena temperature udara
di sekitar mobil tersebut lebih rendah daripada temperature mobil tersebut
(Haryadi, 2012).
Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi
tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna
atau benda hitam (black body) memancarkan energi radiasi dari permukaannya
dengan laju qr yaitu :
𝑞𝑟 = 𝐴1 . 𝜎. 𝑇1 4 …………………....................... (12)
Keterangan :
qr : Laju perpindahan panas radiasi (W)
A1 : Luas permukaan (m2)
σ : Konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 108 W/m2K4)
T1 ; Temperature permukaan (K)
9
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
10
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Keterangan :
qr : Laju perpindahan panas radiasi (W)
ε1-2 : Emisivitas bahan 1 dan 2
A1 : Luas permukaan (m2)
σ : Konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 108 W/m2K4)
T1 ; Temperature permukaan (K)
T2 : Temperature lingkungan (K)
(Mursadin, 2016)
11
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Keterangan :
De : Diameter ekuivalen (ft)
µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)
Gs : Kecepatan aliran massa pada shell
IDt : Diameter dalam tube (ft)
Gt : Kecepatan aliran massa pada tube
5. Mencari factor perpindahan panas
Faktor perpindahan panas pada shell dapat diperoleh dengan menggunakan
grafik Shell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles. Faktor
perpindahan panas pada tube dapat diperoleh dengan menggunakan grafik
Tube Side Heat Transfer.
6. Menentukan bilangan Prandtl
Harga bilangan Prandtl pada shell dapat diperoleh dengan menggunakan
software steam table atau dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑐𝑝𝑠 . 𝜇
𝑃𝑟𝑠 = …………………………………………… (24)
𝐾𝑠
Keterangan :
µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)
cps : Panas spesifik fluida pada shell / tube
ks : Konduktivitas termal (Btu/(jam.ft.°F)
7. Menentukan koefisien perpindahan panas
Koefisien perpindahan panas pada shell
12
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
1
ℎ𝑜 𝑘
= 𝐽𝐻𝑠 . 𝐷𝑠 . (𝑃𝑟𝑠 )3 …………………………………… (25)
Φ𝑠 𝑒
Keterangan :
De : Diameter ekuivalen (ft)
IDt : Diameter dalam tube (ft)
ks , kt : Konduktivitas termal (Btu/(jam.ft.°F)
JHs, JHt : Faktor perpindahan panas
Prs : Bilangan Prandtl pada shell
JHt : Faktor perpindahan panas tube
Prt : Bilangan Prandtl pada tube
8. Menentukan rasio viskositas dan koefisien dinding tube
Rasio viskositas dari steam pada dinding shell
𝜇 0.14
Φ𝑠 = (𝜇 ) ……………………………………….... (27)
𝑤
Keterangan :
µ : Viskositas dari steam pada Tav,in
µw : Viskositas dari steam pada Tw
9. Menentukan overall heat transfer coefficient
Clean Overall Heat Tranfer Coefficient (Uc) dapat diperoleh sebagai
berikut :
ℎ𝑖𝑜 . ℎ𝑜
𝑈𝑐 = ………………………………………….... (29)
ℎ𝑖𝑜 +ℎ𝑜
Keterangan :
hio : Koefisien perpindahan panas bagian dalam pipa
13
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
Keterangan :
Uc : factor pengotor bersih
Ud : factor pengotor kotor
11. Menghitung pressure drop
Pressure drop pada shell
𝑓 . (𝐺𝑠 )2 . 𝐼𝐷𝑠 . (𝑁+1)
∆𝑃𝑠 = ( ………………………… (32)
5.22 . 1010) . 𝐷𝑒 . 𝑆𝐺𝑠 . Φ𝑠
Keterangan :
De : Diameter ekuivalen (ft)
SGs : Kecepatan aliran massa pada shell
IDt : Diameter dalam tube (ft)
SGt : Kecepatan aliran massa pada tube
Φs/t : Rasio viskositas
12. Menghitung efisiensi efektif dari Heat exchanger
𝑞𝑎𝑐𝑡
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝜂𝑒𝑓𝑓 ) = . 100% ………… (34)
𝑞𝑚𝑎𝑥
Keterangan :
qact : Panas yang bekerja
qmax : Panas maksimum
(Budiman, 2014)
14
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
exchanger ini dibentuk menjadi U. Penukar kalor pipa ganda terdiri atas
dua set pipa konsentris, dua tee (katup) penghubung, return head (kepala
balik) dan return bend (tikungan balik). Pipa bagian dalam didukung di
dalam pipa luar dengan kelenjar pengepakan, dan cairan memasuki pipa
bagian dalam melalui koneksi berulir yang terletak di luar bagian penukar
yang tepat. Katup memiliki koneksi nozel atau sekrup yang melekat untuk
memungkinkan masuk dan keluarnya cairan anulus yang melintasi dari
satu pipa ke pipa lainnya melalui kepala balik. Kedua panjang pipa bagian
dalam dihubungkan oleh sebuah tikungan balik yang biasanya terbuka dan
tidak memberikan permukaan perpindahan panas yang efektif (Kern,
1985).
udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk
pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip
untuk memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil
pipe, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang
lebih kecil dari jenis shell and tube.
18
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
19
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
20
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
II.5. Hipotesa
Praktikum heat exchanger menggunakan jenis double pipe heat
exchanger. Percobaan yang dilakukan untuk mengetahui factor pengotoran (Ud).
Diharapkan praktikum heat exchanger memperoleh nilai pengotoran normal uap
air yang tidak mengandung minyak berdasarkan teori sebesar 0,0005F.ft 2/Btu.
Karena dari nilai pengotoran tersebut akan berpengaruh pada temperaur fluida
yang mengalir dan koefisien perpindahan panas. Semakin tinggi faktor
pengotoran, maka dapat mengganggu temperature fluida dan menurunkan
koefisien perpindahan panas fluida.
21
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
22
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. Aquadest
III.2. Alat
1. Gelas Ukur
2. Neraca Analitik
3. Piknometer
4. Stopwatch
5. Satu unit alat Double Pipe Heat exchanger
6. Thermometer
Gelas Ukur
Neraca Analitik
23
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
7 6 6
7
7
4
6
6 6 6
6
2
3
5 5
1
Keterangan Gambar :
1. Api Pemanas
2. Tangki Air Pemanas
3. Tangki Air Dingin
4. Manometer
5. Pompa / pump
6. Valve / keran
7. Termometer
8. arah aliran air panas
9. arah aliran air dingin
24
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
III.4. Prosedur
25
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
27
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
35,0000
30,0000
∆T LMTD ( ˚F)
y = -0,0003x + 45,335
25,0000 R² = 0,973
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Q Air Panas (Btu/hr)
28
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
35,0000
30,0000
∆T LMTD ( ˚F)
y = -0,0003x + 45,335
25,0000 R² = 0,973
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Q Air Dingin (Btu/hr)
29
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
400,0000
300,0000
200,0000
100,0000
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
30
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
400,0000
300,0000
200,0000
100,0000
0,0000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Q Air Dingin (Btu/hr)
31
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
dengan menampung air yang keluar selama 5 detik lalu diamati volumenya,
kemudian mengukur densitas dengan menggunakan piknometer.
Percobaan heat exchanger diulang dengan variabel bukaan kran 2; 2,5;
2,75 dan 3 dengan masing-masing dilakukan selama 5 detik dan didapatkan
volume rata-rata air panas secara berturut-turut sebesar 2010 ml; 2245,6667 ml;
2293,3333 ml; dan 2353,3333 ml. Data volume rata-rata air panas ini kemudian
digunakan untuk menghitung debit air panas, debit air panas digunakan untuk
menghitung laju aliran massa air panas dan laju aliran massa digunakan untuk
menghitung laju perpindahan panas (Q) air panas. Diperoleh Q air panas dengan
bukaan kran 2; 2,5; 2,75 dan 3 berturut-turut sebesar 28998 Btu/hr; 51860 Btu/hr;
59555 Btu/hr dan 67903 Btu/hr. Setelah didapatkan hasil perhitungan laju
perpindahan panas (Q) air panas maka dapat digunakan untuk menghitung volume
air dingin dengan prinsip Azas Black, yakni apabila ada dua benda yang suhunya
berbeda kemudian berkontak maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang
bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti
sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama) sehingga dapat
dituliskan Qlepas sama dengan Q terima, dimana zat yang melepas kalor adalah
zat bersuhu tinggi dan yang menerima kalor adalah zat bersuhu rendah (Muhsin,
2019). Diperoleh juga hasil perhitungan ΔT LMTD dengan bukaan kran 2; 2,5;
2,75 dan 3 berturut-turut sebesar 37,5414 °F; 33,0963°F; 30,2797 °F dan 27,4192
°F. Dari data ΔT LMTD kemudian digunakan untuk menghitung nilai koefisien
perpindahan panas (UD) pada masing-masing bukaan kran secara berturut-turut,
didapatkan nilai UD sebesar 184,9924 Btu/hr.ft2.°F; 375,2735 Btu/hr.ft2.°F;
471,0394 Btu/hr.ft2.°F dan 593,0996 Btu/hr.ft2.°F. Hasil perhitungan UD pada
bukaan kran 2,5 dan 2,75 sebesar 375,2735 Btu/hr.ft2.°F dan 471,0394
Btu/hr.ft2.°F telah memenuhi syarat UD standar yaitu berkisar 250-500 Btu/hr ft²
F yang tercantum pada literatur buku “Process Heat Transfer” Tabel 8 oleh Kern,
sementara pada bukaan kran 2 dan 3 tidak memenuhi syarat U D standar karna
pada bukaan kran 2 dengan nilai UD 184,9924 Btu/hr.ft2.°F sehingga termasuk
underdesign dan bukaan kran 3 dengan nilai UD 593,0996 Btu/hr.ft2.°F sehingga
termasuk overdesign.
32
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
33
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Laju perpindahan panas fluida diperoleh berturut-turut tiap bukaan sebesar
28998 Btu/hr; 51860 Btu/hr; 59555 Btu/hr dan 67903 Btu/hr.
2. Hubungan antara bukaan kran dengan laju perpindahan panas yaitu
berbanding lurus. Semakin besar bukaan kran, maka semakin cepat pula laju
perpindahan panas yang terjadi.
3. Koefisien perpindahan panas yang diperoleh tiap bukaan sebesar 184,9924
Btu/hr.ft2.°F; 375,2735 Btu/hr.ft2.°F; 471,0394 Btu/hr.ft2.°F dan 593,0996
Btu/hr.ft2.°F.
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih cermat dan teliti dalam pembacaan thermometer
agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
2. Sebaiknya praktikan lebih cermat dalam percobaan perhitungan debit agar
hasil yang diperoleh lebih akurat.
3. Sebaiknya air yang digunakan dalam percobaan adalah air bersih agar tidak
menimbulkan kerak-kerak pada dinding pipa sehingga tidak mengurangi
keakuratan hasil pengamatan.
34
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
DAFTAR PUSTAKA
Bizzy, I, & Setiadi, R, 2013, “Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell
and Tube dengan Program Heat Transfer Research Inc”, Jurnal Rekayasa
Mesin, Vol. 13, No. 1, hh 69-71
Budiman, A, Syarief, A, & Isworo, H, 2014, “Analisis Perpindahan Panas dan
Efisiensi Efektif High Pressure Heater (HPH) di PLTU Asam-Asam”,
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam, Vol. 03, No. 2, hh 77-79
Girish, S, Monica, T, & Praveen, L, 2017, “Enhancement Techniques of Double
Pipe Heat exchanger”, International Journal of Scientific Development
and Research, Vol. 02, No. 7, hh 220
Hameed, VM, & Awad, SM, 2020, “Experimental Investigation of Double Pipe
Heat exchanger Temperature Distribution”, International Journal of
Multidisciplinary Sciences and Advanced Technology, Vol. 02, No. 1, hh
10-11
Handoyo, E, A, 2001, “Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell and Tube Heat
exchanger”, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 3, No. 2, hh 22
Haryadi & Mahmudi, A, 2012, Buku Bahan Ajar : Perpindahan Panas, Politeknik
Negeri Bandung, Bandung
Husen, A, Akbar, TMI, & Cholis, N, 2020, “Analisis Pengaruh Kecepatan Aliran
Fluida Dingin Terhadap Efektivitas Shell and Tube Heat exchanger”,
Jurnal Bina Teknika, Vol. 16, No 1, hh 3
Kern, DQ, 1985, Process Heat Transfer, McGraw-Hill Inc, Tokyo
McCabe, 2005, Unit Operations of Chemical Engineering Seventh Edition,
McGraw-Hill Companies Inc, Singapore
Menterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2009, “Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)”, Jakarta
Mursadin, A & Subagyo, R, 2016, Bahan Ajar : Perpindahan Panas I HMKK
453, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
Perry 1997, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook fifth edition, McGraw-
Hill.Inc, NewYork
35
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
36
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
LAMPIRAN
2. Perhitungan
Diketahui:
a) Diameter pipa luar 2” (OD) = 0,1667 ft
b) Diameter pipa dalam 1,25” (ID) = 0,1042 ft
(Data diambil dari Tabel 11 Kern)
c) Panjang pipa (L) = 10 ft
𝑇1 + 𝑇2 140+131
d) Suhu rata-rata air panas (Tav) = = = 135,5 ℉, maka :
2 2
1. Debit air
Volume air dingin
Volume rata-rata air dingin yang ditampung selama 5 detik =
913,6349 ml
𝑉 913,6349 𝑚𝑙
Q= = ∶ 28317 = 0,0065 𝑓𝑡 3 /𝑠𝑒𝑐
𝑡 5 𝑠𝑒𝑐
2. Densitas air
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 21,221−11,1227
ρ= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 10
gr
= 1,0098 𝑔𝑟/𝑚𝑙
3. Massa air yang masuk HE
Air panas : 𝑚̇ = Q . ρ = 402 𝑚𝑙/𝑠 .1,0098 𝑔𝑟/𝑚𝑙. 7,937
𝑙𝑏𝑚
= 3222,0383 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑙 𝑔𝑟
Air dingin : 𝑚̇ = Q . ρ = 182,7270 . 1,0098 𝑚𝑙 . 7,937
𝑠
𝑙𝑏𝑚
= 1465 𝑗𝑎𝑚
= 28998 Btu/hr
(𝑇1−𝑡2)−(𝑇2−𝑡1) (140−107,6)−(131−87,8)
5. ∆𝐿𝑀𝑇𝐷 = 𝑇1−𝑡2 = 140−107,6 = 37,5414
ln ln
𝑇2−𝑡1 131−87,8
38
HEAT
PENGUKURAN EXCHANGER
BUTIRAN PADAT
39