Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

“HEAT EXCHANGER“

GRUP J
1. Rizka Mila Nurdiana 17031010054
2. M. Kimpria Prabawa 17031010186

Tanggal Percobaan : 09 September 2019

LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
HEAT EXCHANGER

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“HEAT EXCHANGER”

GRUP : J

1. Rizka Mila Nurdiana 17031010054


2. M. Kimpria Prabawa 17031010186

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia II Dosen Pembiming,

Ir. Ketut Sumada, M.S. Ir. Mu’tasim Billah, M.S.


NIP 19620118 198803 1 001 NIP 19600504 198703 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II i


HEAT EXCHANGER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Heat Exchanger“.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 9
September 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ketut Sumada, M.S. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
2. Bapak Ir. Mu’tasim Billah, M.S.selaku dosen pembimbing praktikum.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Penyusun sadar bahwasanya tidak ada sesuati yang sempurna. Oleh karena
itu, penyusunan sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka, dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan
saran guna menyempurnakan laporan praktikum ini
Surabaya, 14 September 2019

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II ii


HEAT EXCHANGER

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
Intisari.................................................................................................................1
Bab 1 Pendahuluan
I.1. Latar Belakang........................................................................................2
I.2. Tujuan Percobaan....................................................................................2
I.3. Manfaat...................................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Pustaka
II.1. Secara Umum..........................................................................................3
II.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi.........................................................10
II.3. Sifat Bahan..............................................................................................11
II.4. Hipotesa...................................................................................................12
Bab 3 Pelaksanaan Praktikum
III.1. Bahan Yang Digunakan..........................................................................13
III.2. Alat Yang Digunakan..............................................................................13
III.3. Gambar Alat............................................................................................13
III.4. Prosedur Percobaan.................................................................................15
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
IV.1. Tabel Hasil Pengamatan..........................................................................16
IV.2. Tabel Hasil Perhitungan..........................................................................17
IV.3. Grafik......................................................................................................18
IV.4. Pembahasan.............................................................................................19
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
V.1. Kesimpulan.............................................................................................21
V.2. Saran........................................................................................................21
Daftar Pustaka.....................................................................................................22
Lampiran I...........................................................................................................23
Lampiran II..........................................................................................................27

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iii


HEAT EXCHANGER

INTISARI
Penukar panas atau Heat exchanger merupakan suatu alat yang dapat
memindahkan panas dari suatu sistem ke sistem yang lain tanpa terjadi
perpindahan massa dari sistem satu ke sistem yang lain. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida yang terdapat sekat pemisah maupun
fluida yang bercampur langsung. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan
menggunakan alat penukar panas atau heat exchanger bertujuan untuk
mempelajari dan memahami prinsip kerja alat tersebut. Perancangan dilakukan
berdasarkan nilai koefisien perpindahan panas overall.Adapun prosedur dari
percobaan fluid flow sebagai berikut.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyalakan pompa air dan
air dialirkan untuk mengisi tangki pemanas, kemudian mengukur densitas air
dengan piknometer. Kemudian memanaskan air selama ±1,5 jam. Amati suhu
pada termometer dan catat setelah suhu konstan. Alirkan air yang telah
dipanaskan menuju pipa yang berlawanan arah dengan pendingin. Ulangi
percobaan dengan variabel bukaan pipa air panas dan waktu yang telah
ditentukan.
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan variabel bukaan kran
1,5;2;2,5;3 dan variabel waktu 5 detik, diperoleh nilai koefisien perpindahan
panas (Ud) sebesar 651,7692 ; 611,8650 ; 542,0325 ; 533,1649 Btu/jam.ft².⁰F.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai koefisien perpindahan
panas untuk air yang diperoleh tidak sesuai dengan data ketentuan pada literatur,
dimana harga Ud untuk air berkisar antara 200-500 Btu/jam.ft².⁰F. Oleh karena
itu, apabila alat penukar panas tetap dirancang dengan data yang didapat, akan
mengakibatkan ketidak efisien energi dan harga peralatan yang dibutuhkan.

Kata Kunci : heat exchanger ; koefisien overal perpindahan panas ;

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iv


HEAT EXCHANGER

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Penukar panas atau Heat exchanger merupakan suatu alat yang dapat
memindahkan panas dari suatu sistem ke sistem yang lain tanpa terjadi
perpindahan massa dari sistem satu ke sistem yang lain. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida yang terdapat sekat pemisah maupun
fluida yang bercampur langsung. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemrosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor mempunyai peran penting dalam suatu proses produksi atau
operasi. Alat penukar panas sangat luas dipakai di dunia industri, terutama dalam
industri kimia yang membutuhkan energi panas dalam kapasitas besar.
Berdasarkan hal tersebut, pada praktikum kali ini dilakukan percobaan
menggunakan alat penukar panas atau heat exchanger bertujuan untuk
mempelajari dan memahami prinsip kerja alat tersebut. Perancangan dilakukan
berdasarkan nilai koefisien perpindahan panas overall.
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis heat exchanger
2. Untuk mengetahui prinsip kerja heat exchanger
3. Untuk menentukan nilai UD (koeffisien perpindahan panas) keseluruhan
(over all) pada proses pemanasan air
I.3. Manfaat Praktikum
1. Agar praktikan dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
percobaan heat exchanger
2. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi heat exchanger di Industri
3. Agar Praktikan dapat menekan potensi fauling factor (Rd) pada
perancangan alat penukar panas.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


HEAT EXCHANGER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Heat Exchanger


Heat Exchanger adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas
dari sistem satu ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air
pendingin (cooling water). Alat penukar panas dirancang sedemikian mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida yang terdapat dinding
yang memisahkan maupun keduanya bercampur langsung.
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida pada temperatur berbeda dimana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung yang berarti tidak ada dinding antara kedua fluida,
dan juga dapat dilakukan secara tidak langsung yang melalui
interfase/penghubung antar fluida. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang
banyak dipakai adalah shell and tube heat exchanger. (Suswanto, 2015)
II.1.1 Macam-macam Perpindahan Panas
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat berupa konduksi,
konveksi, atau radiasi. Adapun penjelasan dari perpindahan panas secara
konduksi, konveksi dan radiasi adalah sebagai berikut :
1. Konduksi
Suatu material bahan yang mempunyai gradient, maka kalor akan
mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini
disebut konduksi atau hantaran. Konduksi termal pada logam-logam
padat terjadi akibat gerakan elektron yang terikat dan konduksi termal
mempunyai hubungan dengan konduktivitas listrik. Laju perpindahan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


HEAT EXCHANGER

kalor secara konduksi sebanding dengan gardien suhu dan dengan


konstanta kesetimbangan (konduksi), maka menjadi persamaan Fourier.
dT
q=−k . A . ............................................................................(1)
dx
Keterangan :
q : perpindahan panas (joule)
A: luas permukaan perpindahan panas (m2)
k: konstanta
dT
: gradien suhu aliran panas
dx
2. Konveksi
Konveksi merupakan proses perlindungan kalor dengan media
atau benda yang menghantarkan kalor juga turut berpindah seolah-olah
kalor dibawah oleh media tersebut. Proses perindahan kalor ini umumnya
terjadi dari benda padat ke fluida baikcair maupun gas. Kalor yang
dipindahkan secra konveksi dinyatakan dengan persamaan Newton.
q=−h . A . dT............................................................................(2)
Keterangan :
q : perpindahan panas (joule)
h : koefisien perpindahan panas (m2k)
A: luas permukaan perpindahan panas (m2)
dT: perubahan suhu (K)
3. Radiasi
Pada proses radiasi, panas diubah menjadi gelombang
elektromagnetik yang merambat tanpa melalui ruang media penghantar.
Jika gelombang tersebut mengenai suatu benda, maka gelombang dapat
mengalami transisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan) dan absorpsi
(diserap) dan menjadi kalor.hal itu tergantung pada jenis benda.
Menurut hukum Stefan Boltzman tentang radiasi panas dan berlaku
hanya untuk benda hitam, bahwa kalor yang dipancarkan (dari benda
hitam) dengan laju yang sebanding dengan pangkat empat temperatur

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


HEAT EXCHANGER

absolut benda itu dan berbanding lurus dengan permukaan benda secra
matematis dapat ditulis :
q=σ . A .T 4 ....................................................................................(3)
Keterangan :
q : perpindahan panas (joule)
A: luas permukaan perpindahan panas (m2)
σ : konstanta Stefan Boltzman ( 5,67.10-8Wm-2k-4)
(Syaichurrozi, 2014)
II.1.2 Klasifikasi Heat Exchanger
1. Crossflow Exchanger
Berfungsi dalam pemanasan dan pendinginan udara atau gas
aplikasi, dimana gas mungkin dipaksa melintasi bundel tabung sementara
cairan lain digunakan adalam tabung untuk keperluan pemanasan atau
pendinginan. Pada penukar ini gas mengalir melintasi tabung dikatakan
sebagai aliran campuran, sedangkan cairan di dalam tabung tidak
bercampur. Gas dicampur karena dapat bergerak bebas dalam penukar
karena pertukaran panas. Cairan lainnya terbatas pada turbular terpisah,
saluran saat diexchanger sehingga tidak dapat bercampur dengan dirinya
sendiri selama proses perpindahan panas.

Gambar I.1.1 Crossflow Heat Exchanger

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


HEAT EXCHANGER

Tipe aliran penukar yang berbeda ditunjukkan pada gambar I.1.1.


Pada kasus ini gas mengalir melewati bundel tabung bersirip dan
karenanya tidak dicampur karena terbatas disaluran terpisah antara sirip
saat melewati penukar. Penukar ini adalah terpakai dari jenis yang
digunakan dalam aplikasi pendingin udara jika fluida tidak dicampur
mungkin ada gradien suhu baik paralel maupun normal ke arah aliran,
sedangan ketika fluida dicampur akan ada kecenderungan suhu fluida
untuk menyamakan dalam arah normal ke mengalir sebagai hasil
pencampuran.

Gambar I.1.2 Cross-flow heat exchanger kedua fluida tidak bercampur


(Holman, 1986)
2. Aliran Co-Current
Penukar panas jenis ini, kedua fluida ( dingin dan panas ) masuk
pada sisi penukar panas sisi penukar panas yang sama, mengalir dengan
arah yang sama dan keluar pada sisi yang sama pula. Karakter penukar
panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar
panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas, sehingga diperlukan
media pendinginan pemanas yang banyak.
3. Aliran Counter- Current
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin)
masukdan keluar pada sisi yang berlawanan. Temperatur fluida dingin
yang keluar dari penukar panas lebih tinggi dibandingkan temperatur
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9
HEAT EXCHANGER

fluida panas yang keluar dari penukar kalor, sehingga dianggap lebih
baik dari aliran searah (Syaichurrozi, 2014).
II.1.3 Perhitungan pada Heat Exchanger
1. Perhitungan pada Heat Exchanger
Q=m. c . ∆ T .....................................................................(4)
Keterangan :
Q : kalor (joule)
m : massa (lbm)
c :kapasitas panas (Btu/lb o F)
∆T : pebedaan temperatur ( o F)
2. Perhitungan Log Mean Temperatur Difference (∆ LMTD)
( T 1−t 2 )−( T 2−t 1 )
∆ LMTD=
T 1−t 2 .....................................................................
ln
T 2−t 1
(5)
Keterangan :
T1, T2 : Temperatur fluida panas yang masuk dan keluar
t1,t2 : temperatur fluida dingin yang masuk dan keluar
3. Perhitungan Luasan Aliran
A. Luasan fluida pada tube
ID x C x B
a= .........................................................................................(6)
144 pt
B. Luasan fluida tube
Nt x a ' t
a= ............................................................................................(7)
144
Keterangan :
a: luas (ft2)
ID : inside diameter
C: spesifik fluida dingin (Btu/lboF)
B: buffle spacing (in)
a’t : eksternal surface tube (ft)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


HEAT EXCHANGER

n : nomor pada fase tube

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


HEAT EXCHANGER

4. Perhitungan Kecepatan aliran massa


1. kecepatan aliran massa pada shell
Ms
Gs= ..............................................................................................(8)
a
2. kecepatan aliran massa pada tube
Mt
¿= ....................................................................................(9)
a

Keterangan :
Gs : Kecepatan aliran massa pada shell (lb/hr.ft2)
Gt : kecepatan aliran massa pada tube (lb/hr.ft2)
m : massa
a : flow area (ft2)
5. Perhitungan bilangan Reynold
A. Bilangan Reynold pada shell dan tube
ID x G
ℜ= ...........................................................................................(10)
μ
Keterangan :
ID : inside diameter (ft)
G : mass velocity ( lb/hr.ft2)
µ: viskositas (ft/hr)
6. Perhitungan Bilangan Prandtl
A. Bilangan Prandtl pada shell
Cs x μs
Pr ¿ ............................................................................................(11)
ks
Ctx μt
Pr ¿ ............................................................................................(12)
kt
Keterangan :
C : kapasitas panas ( Btu/lb )
µ: viskositas (ft/hr)
k : konduktivitas thermal ( Btu/hr.ft2.oF /ft)
Pr : tekanan (psi)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


HEAT EXCHANGER

7. Perhitungan rasio viskositas


μ
Qs , t= ( )
μw
0,14
....................................................................................(13)

Keterangan :
µ: viskositas (ft/hr)
µw: viskositas tube well temperature (lb/ft.hr)
8. Perhitungan koefisien perpindahan panas
h k
=JH x x Pr 1 /3..............................................................(14)
∅ D
Keterangan :
h : joeffisien perpindahan panas ( Btu/hr.ft2.oF )
∅ : viskositas rasio
JH : faktor perpindahan panas
K : konduktivitas thermal (Btu/hr.ft2.oF /ft)
D : diameter ( ft)
Pr : tekanan (psi)
9. Perhitungan koefisien konveksi
IDt hi
hio=Qt x x .............................................................................(15)
ODt Qt
Keterangan :
hio : koeffisien perpindahan panas pada permukaan dan luar pipa (Btu/h.r
ft2.oF)
10. Koeffisien perpindahan panas menyeluruh saat kotor
A=Nt x L x a ' '....................................................................................(16)
Q
Ud= ...................................................................................
A x ∆ T LMTD
(17)
hio x ho
Uc= .........................................................................................(18)
Uc x Ud

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


HEAT EXCHANGER

Uc−Ud
Rd= ..........................................................................................
Uc x Ud
(19)
Keterangan :
Uc, Ud : clean and design overall coefisien ( Btu/hr.ft2 oF)
Rd : Kombinasi faktor pengotor (hr.ft2.oF/Btu)
(Muchammad, 2017)
II.1.4 Aplikasi di Dunia Industri
Aplikasi dari perpindahan kalor di industri yaitu perminyakan, pangan,
farmasi dll. Sebagian besar dari industri- indutri yang berkaitan dengan
pemrosesan selalu menggunakan alat ini, karena alat penukar kalor ini
mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi.
(Syaichurrozi, 2014).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


HEAT EXCHANGER

II.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi perpindahan panas


1. Tekanan
Semakin besar tekanan maka suhu meningkat sehingga perpindahan
panas yang dihasilkan juga semakin besar.
2. Suhu
Jika suhu stabi maka suatu proses operasi semakin mudah dikendalikan.
3. Faktor pengotor
Semakin besar faktor pengotornya, maka perpindahan panas yang
dihasilkan semakin kecil (Syah,2013).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


HEAT EXCHANGER

II.3 Sifat Bahan


1. Air
A. Sifat Fisika
1. Fase : berupa cairan
2. Warna : Tidak berwarna
3. Titik didih : 100℃
4. Titik beku : 0℃
5. Specific gravity :1
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : H2O
2. Berat Molekul : 18,016
(Perry,1997 “water”)
C. Fungsi : sebagai fluida yang mengalir pada pipa untuk percobaan
Heat Exchanger.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


HEAT EXCHANGER

II.4 Hipotesis
Pada percobaan Heat Exchanger diharapkan semakin besar bukaan kran
maka kecepatan volumetriknya semakin besar dan bukaan kran juga
mempengaruhi nilai UD (koefisien overall perpindahan panas).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


HEAT EXCHANGER

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
III.2 Alat
1. Stopwatch
2. Alat heat exchanger
3. Thermometer
4. Ember
5. Gelas ukur
III.3 Gambar Alat

Gelas Ukur Stopwatch

Ember Thermometer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


HEAT EXCHANGER

Alat Heat Exchanger

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


HEAT EXCHANGER

III.4 Prosedur

Memanaskan air dalam tangki penampung


hingga temperatur tertentu

Mengisi pipa dengan air dan


menghilangkan gelembung-gelembung
udara dari pipa manometer lalu
mengalirkan air melalui bagian – bagian
dalam pipa pada laju alir yang diinginkan

Menentukan densitas air dengan


piknometer

Mengalirkan air panas kedalam bagian


shell pada tekanan tertentu

Menunggu sampai aliran dan temperatur


konstan, lalu melakukan pengamatan
selama 20 menit untuk data waktu,
pembacaan manometer, temperatur dan
tekanan dengan selang waktu 2 menit.

Mengulangi percobaan dengan variabel


laju alir dan temperatur umpan air panas

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


HEAT EXCHANGER

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1. Pengamatan Temperatur
Bukaan Waktu
Kran (s) T1 (oC) T2 (oC) t1(oC) t2 (oC)
1,5 5 68 63 26 32
2 5 60 55 31 35
2,5 5 60 56 32 36
3 5 60 57 33 37

Tabel 2. Pengamatan Kecepatan Volumetrik Fluida


Bukaan Waktu Vol Air Panas (ml) Kecepatan
Kec Volumetrik Air Panas Volume Air Densitas
Volumetrik Air
 kran (s)  1 2 3 rata-rata (ml/S) Dingin (ml) (gr/ml)
Dingin (ml/s)
1,5 5 2300 1680 1900 1960 392 1960,52 392,1 1,0058
2 5 2000 1630 1890 1840 368 1947,34 389,47 1,0058
2,5 5 1830 1410 1650 1630 326 1631,16 326.23 1,0058
3 5 1840 1450 1520 1603,33 320,67 1528,01 305,6 1,0058
IV.2 Tabel Perhitungan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


HEAT EXCHANGER

Tabel 3. Perhitungan Koeffisien Perpindahan Panas


C air dingin Kecepatan Kecepatan
Bukaan C air panas
(Btu/lbm°F) volume air panas volume air
kran air (Btu/lbm°F)
Temperatur air panas (°F) T air dingin (°F) (ft3/s) dingin ((ft3/s)
panas
T1 T2 t1 t2
1,5 154,4 145,4 78,8 89,6 1 1 0,01384 0,01385
2 140 131 87,8 95 1 1 0,013 0,01375
2,5 140 132,8 89,6 96,8 1 1 0,01151 0,01152
3 140 134,6 91,4 98,6 1 1 0,01132 0,01079

Tabel 4. Perhitungan Koeffisien Design


Massa air
Massa air panas dingin ∆T Q air panas Q air dingin A Ud
(lbm/hr) (lbm/hr) LMTD (Btu/hr) (Btu/hr) (ft) (Btu/hr.ft2/oF)
3129.19 4,3382 65,696 205575,04 285 4,801 651,7692
2937.61 4,309 44,094 129530,56 190 4,801 611,865
2602,34 3,6094 42,667 111033,09 154 4,801 542,0325
2559,76 3,3811 42,294 108261,68 143 4,801 533,1649

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


HEAT EXCHANGER

IV.3 Grafik

Grafik ∆TLMTD vs Q panas


250000
Q panas (BTU/hr)

200000
f(x) = 3964.15 x − 54187.6
150000 R² = 0.98
100000 Linear ()
50000
0
40 45 50 55 60 65 70
∆TLMTD

Grafik 1. Hubungan ΔT LMTD vs Q panas

Grafik ∆TLMTD vs Q dingin


300
250 f(x) = 5.49 x − 73.92
Q dingin (BTU/hr)

200 R² = 0.94
150
100 Linear ()
50
0
40 45 50 55 60 65 70
∆TLMTD

Grafik 2. Hubungan ΔT LMTD vs Q dingin

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 1


HEAT EXCHANGER

Grafik Q panas vs Ud
700
600 f(x) = 0 x + 420.1
500 R² = 0.87
400
Ud

300
Linear ()
200
100
0
0 0 0 0 0 0 0
000 000 000 000 000 000 000
10 12 14 Q panas
16 (BTU/hr)
18 20 22

Grafik 3. Hubungan Q panas vs Ud

Grafik Q dingin vs Ud
700
600 f(x) = 0.83 x + 425.14
500 R² = 0.88
400
Ud

300
Linear ()
200
100
0
120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
Q dingin (BTU/hr)

Grafik 4. Hubungan Q dingin vs Ud

IV.4. Pembahasan
Pada percobaan Heat Exchanger dengan menggunakan Heat
Exchanger jenis Single Pass Double Pipe dengan variable yang dijalankan
berupa bukaan kran yaitu 1,5;2;2,5;3 dengan selang waktu selama 5 detik
setiap variabel. Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dari percobaan
kemudian diplot pada grafik, nilai perpindahan panas pada fluida dingin dan
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2
HEAT EXCHANGER

fluida panas terhadap nilai ∆T LMTD mengalami kenaikan. Pada nilai


perpindahan panas pada fluida dingin dan fluida panas terhadap nilai UD
yang didapat juga mengalami kenaikan yang dapat dilihat pada grafik.
Berdasarkan hasil percobaan perpindahan panas (Q) terhadap ∆TLMTD
diperoleh hasil yang sesuai dengan teor untuk nilai perpindahan panas (Q)
yang semakin besar, maka semakin besar pula nilai ∆T . Namun, pada
LMTD

hasil percobaan perpindahan panas (Q) terhadap UD diperoleh hasil yang


tidak sesuai dengan literatur, dimana untuk air harga UD antara 250 – 500
Btu/ft2 oF,sedangkan pada percobaan, data yang diperoleh melebihi range
nilai tersebut. Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya hal ini, yaitu dalam pipa heat exchanger terdapat kerak – kerak
yang menempel pada dinding – dinding pipa, kurang akuratnya pengukuran
laju alir sehingga berpengaruh pada perhitungan massa air, dan dapat juga
kurang telitinya pada saat pengamatan pada termometer.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


HEAT EXCHANGER

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1 Kesimpulan
Dari praktikum Heat Exchanger yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Semakin besar nilai perpindahan panas (Q) maka semakin besar pula nilai
∆TLMTD.
2. Nilai koefisien perpindahan panas (UD) terbesar untuk tiap – tiap bukaan
kran 1,5; 2; 2,5; 3 adalah sebesar 651,7692 ; 611,8650 ; 542,0325 ;
533,1649 Btu/jam.ft².⁰F.

V.2. Saran
1. Untuk alat heat exchanger sebaiknya diperiksa terlebih dahulu sebelum
digunakan terutama kompor nyalakan terlebih dahulu.
2. Dalam mengamati temperatur sebaiknya lebih teliti dikarenakan temperatur
pada alat sulit stabil.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


HEAT EXCHANGER

DAFTAR PUSTAKA

Holman,P.1986.“Heat Transfer”.New York : Mc Graw Hill.

Muchammad.2017.“Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer


ReBoiler Oliezo di PT Pertamina Refiners unit IV cilacap”.Jurnal
Momentum.Vol 13.Hlm 74-76.

Perry Robert H dan Green DW.1999. “Perry’s Chemical Engineers Handbook


Seventh Edition”.New York : Mc Graw Hill Book Company.

Suswanto dkk.2015.“Perpindahan Panas Pada Heat Exchanger Double Pipa


Dengan Sirip Berbentuk Siku Empat”.Jurnal Rekayasa Kimia.Vol 10.Hlm
49.

Syah,Hendri.2013.“ Kajian Kinerja Penukar Panas Tipe Shell And Tube Satu
Haluan Dengan Pengontrolan Suhu Outlet”.Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan.Vol 9.Hlm 159.

Syaichurrozi,Iqbal dkk.2014.“Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate And


Frame: Pengatur Umpan Dana Ah Terhadap Koefisien Perpindahan Panas
Menyeluruh”.Jurnal Teknik Energy.Vol 11.Hlm 11-13.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


HEAT EXCHANGER

LAMPIRAN 1

Diketahui:
a) Diameter pipa luar 2” (OD) = 2,38 in = 0,1983 ft
b) Diameter pipa dalam 1,25” (OD) = 1,66 in = 0,115 ft
(Data diambil dari Tabel 11 Kern)
c) Panjang pipa (L) = 305 cm = 3,05 m = 10 ft
T 1 +T 2 154,4+145,4
d) Suhu rata-rata air panas (Tav) = = =149,9 ℉
2 2

T 1 +T 2 129,2+125,6
= =127,4 ° F , maka
2 2
Cp air panas = 1 Btu/lb.ᵒF
t 2 +t 78,8+ 89,6
Suhu rata-rata air pendingin (tav) = 1
= =84,2 ℉
2 2

t 1 +t 2 89,6+ 92,3
= =90,95 ° F , maka
2 2
Cp air pendingin = 1 Btu/lb.ᵒF
(Data diambil dari Grafik 2 Kern)
Perhitungan untuk bukaan kran air panas 1 dan kran air dingin 2
1. Debit air
Volume rata-rata air dingin yang ditampung selama 5 detik = 1960,52 ml
V 1960,52 ml
Q = = = =392,1 BTU / jam
t 5 detik
Volume air panas yang ditampung selama 5 detik = 1960 ml
V 1960 ml
Q= = = =392 BTU / jam
t 5 detik
2. Densitas air
berat piknometer isi−berat piknometer kosong
ρ air =
volume piknometer
42,1645−17,0202
¿
25

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


HEAT EXCHANGER

gr lbm
¿ 1,0058 =62,79
ml cuft
3. Massa air yang masuk HE
BTU lbm lbm
Air dingin : ṁ = Q . ρ = 392,1 x 62,79 x 3600=4,3382
jam cuft jam
BTU lbm lbm
Air panas : ṁ = Q . ρ = 392 x 62 , , 79 x 3600=3129,19
jam cuft jam

4. Laju perpindahan kalor (Q)


Air dingin:
Q = m.Cp.(t2-t1)
lbm Btu
= 4,3382 x 1 x ( 89,6−78,8 ) ᵒF=285
jam jam

Air panas:
Q = m.Cp.(T1-T2)
lbm Btu
= 3129,19 x 1 x ( 154,4−145,4 ) ᵒF=205575,04
jam jam
( T 1 -t 2 ) − ( T 2 -t 1 )
ln ( T 1 -t 2 ) / ( T 2 -t 1 )
5. ∆T LMTD = =

( 154,4−89,6 )−(145,4−78,8)
=65,696℉
ln ( 154,4−89,6 ) 1/(145,4−78,8)
6. Diameter inner pipa
Do−Di 0,1983−0,115
D= = =0,1529 ft
ln Do/Di ln(0,1983/0,115)
7. Luas permukaan perpindahan kalor
A = π x D x L=3,14 x 0,1529 x 10=4,801 ft 2
8. Koefisien perpindahan panas pipa dingin
Btu
205575,04
Q jam Btu 2 0
U D= = =651,7692 ft F
A x ∆ t 4,801 ft x 65,696 ℉
2
jam

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


HEAT EXCHANGER

Hasil perhitungan UD melampaui UD standar pada literatur buku “Process


Heat Transfer” Tabel 8 oleh Kern. Karena pada literatur U D terpenuhi apabila
mencapai 250 sampai dengan 500.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


HEAT EXCHANGER

LAMPIRAN 2

Gambar 1. Proses pengukuran berat piknometer kosong dan piknometer isi untuk
pengukuran densitas air

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9

Anda mungkin juga menyukai