Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

“DRYING”

GRUP E

1. Darwati 1631010052
2. Rian Ardiansyah 1631010075

Tanggal Percobaan : 14 Maret 2018

LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2018
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“DRYING”

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I

Ir. C. Pujiastuti, MT
NIP. 19630305 198803 2 001

Dosen Pembimbing

Ir. Kindriari Nurma W,MT.


NIP. 19600228 198803 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 1


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 2


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikanLaporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “ Drying”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan, perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur
serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2018
di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional
‘VETERAN’ Jawa Timur.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti,MT. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Universitas Pembangunan Nasional ‘VETERAN’ Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Kindriani Nurma W, MT. pelaku Dosen pembimbing praktium.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran, seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam kesempurnaan laporan ini. Sehingga
penyusun berharap penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan
Teknik Kimia.

Surabaya, 16 Maret 2018

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 3


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
INTISARI.........................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
I.1 Latar Belakang.......................................................................................................5
I.2 Tujuan......................................................................................................................5
I.3 Manfaat.....................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
II.1 Secara Umum..........................................................Error! Bookmark not defined.
II.2 Sifat Bahan............................................................................................................8
II.3 Hipotesa...............................................................................................................15
II.4 Diagram Alir........................................................................................................16
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM...................................................................17
III.1 Bahan yang Digunakan.....................................................................................17
III.2 Alat yang Digunakan.........................................................................................17
III.3 Gambar Alat.......................................................................................................17
III.4 Rangkaian Alat..................................................................................................18
III.5 Prosedur.............................................................................................................18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………... ..19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...…25
APPENDIX ……………………………………………………………………………..26

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 4


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

INTISARI

Drying adalah pemisahan kandungan air yang terkandung pada suatu


bahan, sehingga kandungan air pada bahan tersebut berkurang sampai didapatkan
suatu nilai rendah yang dapat diterima menggunakan panas. Drying merupakan
salah satu proses pengambilan kandungan cairan yang terkandung pada suatu
bahan (padatan). Dengan menggunakan suatu medium yang dapat berupa gas atau
udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kadungan cairan semakin
berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam industri baik
berskala besar maupun kecil. Pada proses drying ini terjadi dua proses yaitu
perpindahan massa H2O dari bahan padatan ke permukaan padatan dan
perpindahan massa H2O dari dalam padatan ke udara.
Percobaan drying ini bertujuan untuk membuat grafik kecepatan
pengeringan versus kadar air dalam padatan, untuk mencari harga koefisien
perpindahan massa H2O dari padatan (Ky) pada periode pengeringan tetap, Dan
untuk membuat grafik tambahan yaitu kadar air dalam padatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu. dengan melakukan percobaan ini praktikan
diharapkan agar menguasai proses drying. Karena penting dan luasnya
penggunaan proses drying.
Dari percobaan yang dilakukan bahwa proses drying jika
semakin lama waktu, maka semakin rendah kadar air dalam
bahan. Semakin lama waktu pengeringan , percepatan
pengeringan semakin sedikit. Perbedaan suhu udara dengan
suhu bahan membuat semakin cepat pengeringan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 5


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
dapat mengurangi kandungan air atau kandungan zat cair di dalam zat padat
sampai suatu nilai rendah dapat diterima dengan menggunakan panas. Drying
merupakan salah satu proses yang merusak zat padat atau senyawa-senyawa yang
dikeringkan. Dasar dari proses drying adalah penguapan air ke udara karena
terjadi perbedaan suhu oleh kandungan udara dan bahan yang dikeringakan.
Proses drying banyak telah banyak digunakan dalam berbagai jenis industri. Alat
pengering dapat dikelompokkan berdasarkan jenis bahan yang diproses misalnya
bahan padat dan pasta digunakan pengering konveyor, pengering rotary, pengering
flash, dll. Sedangkan pengering zat cair dapat berupa spray dryer, dan drum dryer.
Pada praktikum drying langkah pertama yang harus dilakukan adalah
dengan menyiapkan bahan yang digunakan. Kemudian potong bahan sesuai
bentuk yang diinginkan. Timbang berat bahan sebagai berat awal. Setelah itu
ukur masing-masing sisinya. Panaskan oven terlebih dahulu sampai suhu yang
ditentukan, lalu masukkan bahan ke dalam oven, diamkan sampai interval waktu
tertentu. Setelah dicapai interval waktu tertentu, ambil bahan dari oven dan hitung
beratnya. Ulangi percobaan sampai didapatkan berat bahan relative konstan.
Percobaan drying ini bertujuan untuk membuat grafik kecepatan
pengeringan versus kadar air dalam padatan, untuk mencari harga koefisien
perpindahan massa H2O dari padatan (Ky) pada periode pengeringan tetap, Dan
untuk membuat grafik tambahan yaitu kadar air dalam padatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu. dengan melakukan percobaan ini praktikan
diharapkan agar menguasai proses drying. Karena penting dan luasnya
penggunaan proses drying.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 6


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

I.2 Tujuan
1) untuk membuat grafik kecepatan pengeringan versus kadar air dalam
padatan.
2) untuk mencari harga koefisien perpindahan massa H 2O dari padatan (Ky)
pada periode pengeringan tetap.
3) untuk membuat grafik kadar air dalam padatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu.

I.3 Manfaat
1) agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
drying.
2) agar praktikan dapat mengetahui kecepatan pengeringan bahan.
3) Agar praktikan dapat mengetahui proses perpindahan panas dan
pemisahan molekul air dari bahan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 7


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Secara Umum
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses menghilangkan
sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung dalam suatu material.
Sedangkan evaporasi dapat diartikan sebagai proses menghilangkan sejumlah air
(dalam jumlah cukup banyak) yang terkandung dalam suatu material. Dalam
proses evaporasi, air dihilangkan dari material dalam wujud uap pada saat
material tersebut mencapai titik didihnya. Sedangkan dalam proses drying, air
biasanya dihilangkan dalam wujud uap dengan bantuan gas panas.
Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif
tertentu. Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, kandungan
kebasahan di dalam zat padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari
kebasahan keseimbangan yang berkaitan dengan kelembaban udara masuk.
Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang basah tidak dapat dikeluarkan
dengan udara masuk, karena udara masuk itu mengandung kelembaban pula, yang
disebut kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture). Jadi meskipun telah
mengalami proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari
kandungan air. Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan equilibrium
moisture contentnya. Kandungan air dari produk yang sudah mengalami proses
drying berbeda-beda tergantung dari tipe produk. Sebagai contoh dried salt
mengandung kira-kira 0,5% air, batu bara mengandung kira-kira 4% air, dan
sebagian besar produk makanan mengandung kira-kira 5% air.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara,
yakni proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan sebagai
proses batch, apabila material dimasukkan ke dalam alat drying dan diproses pada
waktu tertentu. Sedangkan dalam proses kontinu, material dimasukkan secara
terus-menerus ke dalam alat drying dan material yang sudah dikeringkan
dipindahkan secara terus-menerus juga.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 8


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Proses drying juga dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat


menambah panas dan menghilangkan uap air, yakni:

1. Pada kategori pertama, panas ditambahkan dengan cara kontak langsung


dengan udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang
terbentuk dihilangkan dengan udara.

2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan
rendah, dan panas ditambahkan secara tidak langsung dengan cara kontak
dengan dinding baja atau dengan radiasi

3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material yang
beku.(

(Asnafi, 2015)

II.2.2 Prinsip Pengeringan

Prinsip pengeringan adalah proses penghantaran panas dan massa yang


terjadi secara serempak. Dalam pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip
perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan yang dikeringkan.

Terdapat 3 periode dalam proses pengeringan, yaitu periode awal (initial


period), dimana panas sensibel digunakan untuk menaikkan temperatur bijian,
laju penguapan air meningkat seiring dengan waktu, periode laju konstan
(constant rate period), dimana terjadi proses penguapan air bebas dari permukaan
bijian, laju penurunan kadar air bijian konstan, dan periode laju menurun (falling
rate period), dimana pada tahap ini laju pengeringan menurun. Pergerakan air dari
bagian dalam bijian menuju ke permukaan menjadi faktor penentu kecepatan
penurunan kadar air.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 9


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Penghantaran panas pada pengeringan dapat dilakukan secara konduksi,


konveksi, radiasi, dan dengan gelombang mikro. Sedangkan cara pengeringan
dapat dilakukan secara alami maupun buatan (mekanis).

Pengeringan Alami

Pengeringan alami dapat dilakukan dengan penjemuran langsung dan dengan


penjemuran dengan modifikasi. Penjemuran alami secara langsung biasanya
menggunakan sarana pengeringan paling sederhana seperti lantai jemur, jalan
beraspal atau tikar.
Kelemahan penjemuran dapat diatasi dengan modifikasi penjemuran
dengan kaca/plastik, dengan udara konveksi alami secara tidak langsung, dan
pengeringan hibrid. Pengeringan dengan solar kolektor dan kombinasi, panas
matahari dikumpulkan dengan kolektor kemudian dihembuskan udara ke bahan
yang dikeringkan. Pengering matahari yang dikombinasikan dengan pemanasan
buatan dinamakan pengering hibrid.

Pengeringan Buatan (Mekanis)

Pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan pemanasan dari hasil


pembakaran. Media udara dihembus melalui pemanas atau kontak langsung ke
produk yang dikeringkan. Pemanasan udara dapat dilakukan secara
langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Pada dasarnya, pengeringan
mekanis dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem batch (batch system) dan
sistem kontinyu (continuous system). Pada sistem batch, bijian dikeringkan dalam

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 10


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

suatu wadah dan kontak antara bijian dengan udara pengering lama/berulang kali.
Pada sistem kontinyu, bijian mengalir secara kontinyu dan kontak dengan udara
pengering hanya sekali saat bijian berada pada kolom/zona pengeringan saja.
(Rahayoe, 2017)

Selama proses pengeringan terjadi peristiwa pemindahan panas dan uap air
secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering
yang biasanya berupa panas. Sebagai akibatnya, terjadi perlambatan laju
kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan pangan
(biji-bijian tersebut diolah lebih lanjut.

Beberapa parameter yang mempengaruhi waktu atau lama pengeringan


adalah : suhu pengeringan, kelembaban udara, laju aliran udara, ukuran bahan,
tekanan parsial yang ada di dalam bahan, kadar air awal dan kadar air akhir biji-
bijian yang dikeringkan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering,
makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara
pengering makin besar energi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak
jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan.
Apabila kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin cepat pula
massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air.


Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam bahan
dan di luar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari
dalam bahan ke luar. Kadar air awal bahan yang akan dikeringkan akan
mempengaruhi lama pengeringan untuk mencapai kadar air akhir bahan. Oleh
sebab itu, umur panen biji-bijian merupakan dasar penentu kualitas dari biji-bijian
sebagai komoditas pangan. Umur panen yang tepat pada biji-bijian mencirikan
bahwa sifat-sifat fisika dan kimianya sudah baik atau normal, antara lain memiliki
tekstur yang kompak, padat, dan kandungan beberapa komponen kimianya
optimal. Air sebagai salah satu penyusun bahan pangan khususnya air bebas,
mengisi bagian rongga-rongga antar sel. Pada biji-bijian yang dipanen sebelum

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 11


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

waktunya, kandungan air lebih tinggi dibanding biji-bijian yang dipanen tepat
waktu.

Demikian pula kekompakannya. Jadi, apabila biji-bijian yang dipanen


pada usia lebih muda kemudian dikeringkan, maka biji-bijian akan keriput setelah
dikeringkan. Proses pemindahan air dari dalam bahan dimulai dari air yang
terdapat di bagian permukaan, yang secara kontinyu air dari bagian dalam (pusat)
bahan menuju ke bagian permukaan bahan. Apabila suhu pengeringan tinggi, akan
berdampak pada perubahan sifat kimia terutama yang kontak langsung dengan
udara panas, yaitu terjadinya pengeringan yang berlebihan pada bagian kulit luar
biji-bijian. Kulit (bagian luar) akan mengkerut dan bahkan gosong, sehingga pori-
pori tertutup. Tertutupnya pori-pori ini akan mengakibatkan air yang masih ada di
bagian dalam bahan tidak dapat keluar. Peristiwa tersebut dikenal sebagai case
hardening. Oleh karena itu, pengendalian tingginya suhu dengan kecepatan aliran
udara pengering sangatlah penting untuk diperhatikan.

Metode pengeringan yang biasa dilakukan terhadap biji-bijian adalah


penjemuran (sun drying) dan menggunakan alat pengering (artificial drying).
Penjemuran atau pengeringan dengan sinar matahari merupakan metode yang
paling tua dalam peradaban manusia, namun sampai saat ini masih merupakan
alternatif pilihan yang digunakan terutama di negara-negara beriklim tropis dan
negara berkembang. Penggunaan alat pengering dalam proses pengeringan
merupakan metode yang lebih dikembangkan mengingat keunggulan yang
dimilikinya yaitu prosesnya lebih cepat.

(Wardanu, 2009)

II.1.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

A. Luas Permukaan

Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air

menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 12


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan


dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar,

(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan


pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.

C. Kecepatan Aliran Udara

Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 13


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

D. Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.

E. Kelembapan Udara

Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir

(Tindaon, 2013)
Perbedaan suhu dan bentuk permukaan mempengaruhi proses pengeringan
dimana suhu yang tinggi akan mempercepat proses penguapan air yang berbeda
dalam bahan. Proses penguapan juga dapat

II.1.4 Laju Pengeringan

Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui waktu yang dibutuhkan


untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai kadar air yang
diinginkan pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan dengan cara :

1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu
pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan
air dari suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 14


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

kandungan air yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan penambahan
waktu.

2. Kurva Laju Pengeringan menunjukkan hubungan antara laju pengeringan vs


kandungan air, kurva ini terdiri dari 2 bagian yaitu periode kecepatan tetap dan
pada kecepatan menurun.

Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang relatif
kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan tersebut.

Rumus laju pengeringan massa menurut Treybal,1995 dinyatakan:

. ...................................................................................(1)
Keterangan:
Ms = Massa padatan tanpa air (kg)
A = Luas permukaan kontak antara fluida panas dengan padatan (m2)
dX=Perubahan moisture content dalam jangka waktu dt
dt= Perubahan waktu (detik)
(Irawan, 2011)
Untuk kadar air dalam setiap saat dapat dihitung dari berat bahan pada saat
tersebut (W) dengan rumus:

grH 2O Wi−Wk
Xi ( grpadatankering ) =
Wk
...................................................................(2)

Keterangan:
Wi = Berat basah (gr)
Wk = Berat kering (gr)
(Tim Dosen OTK 1, 2018)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 15


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

II.2 Sifat Bahan


1. Kentang

a. sifat fisika

 berwarna kuning

 tangkai berbentuk persegi

 buah berbetuk bulat agak oval

 bertekstur padat dan keras

b. sifat kimia

 kaya karbohidrat, lemak, serat, kalsium dan vitamin C

 mengandung mineral P, Mg, dan K

c. fungsi bahan sebagai bahan yang di keringkan

(Anna, 2015)

II.3 Hipotesa
Semakin lama waktu pengeringan, maka kadar air akan semakin berkurang
. Semakin lama waktu pengeringan, maka akan semakin besar kecepatan
pengeringan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 16


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

II.4 Diagram Alir

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 17


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 18


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

III.1.Bahan
1. Kentang
III.2.Alat
1. Oven
2. Neraca analitik
3. Pisau
4. Penggaris
5. Loyang
6. stopwatch
7. desikator

III.3. Gambar Alat

Oven neraca analitik desikator pisau

loyang

loyang stopwatch penggaris

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 19


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

III.4 Rangkaian Alat

III.5.Prosedur
1. menyiapkan bahan yang akan digunakan.
2. Bahan dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
3. Bahan ditimbang sebagai berat awal.
4. Swtwlah itu ukur masing-masing sisinya.
5. Panaskan oven terlebih dahulu sampai suhu yang ditentukan.
6. Masukkan bahan ke dalam oven, diamkan sampai interval waktu tertentu.
7. Setelah interval waktu tertentu, ambil bahan dari oven dan timbang dan
hitung.
8. Ulangi percobaan pada langkah ke 6 dan 7 sampai didapatkan berat
relative konstan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 20


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.Tabel hasil pengamanatan
Tabel 1 Berat Awal dan Luas Permukaan Bahan

Bentuk kentang Berat Awal (gr) Luas permukaan


(cm3)
Bola 11.9411 5.73
Segitiga 12.6321 18
Balok 12.1372 9

Prisma 12.2730 25.725

Tabel 2 Berat pada Interval Waktu

Bentuk Berat pada waktu(gr)


Kentang
10 20 30 40 50 60 70
10.1832
Bola 9.3402 8.5948 7.8460
7.1332 6.6586 6.0861
11.2295
Segitiga 10.2300 9.0104 8.1465
7.3055 6.7115 6.0195
10.9690
Balok 9.7361 8.8122 8.0312
7.2890 6.7578 6,2807
10.9354
Prisma 9.9237 9.0725 8.3580
7.6651 7.2393 6.7595

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 21


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

IV.2. Tabel Hasil Perhitungan

Tabel 3 Perhitungan Kadar Air (%)

Bentuk Kadar air pada waktu(%)


Kentang
10 20 30 40 50 60 70
Bola 67.32 53.46 41.22 28.61 17.20 9.40
0
Segitiga 86.55 68.27 49.69 35.33 21.36 12.27
0
Balok 70.29 55.01 40.30 27.87 16.05 7.59 0
Prisma 61.78 46.41 39.21 23.64 13.39 7.09 0

Tabel 4 Kecepatan Pengeringan (gr/ cm 2 menit )

Bentuk Kecepatan pengeringan(gr/ cm 2 menit )


Kentang
10 20 30 40 50 60 70
Bola 0.0715 0.0567 0.0438 0.0307 0.0182 0.0099
0
Segitiga 0.0269 0.0228 0.0166 0.0118 0.0072 0.0068
0
0.0490
Balok 0.0384 0.0281 0.0194
0.0112 0.0053 0
Prisma 0.0162 0.0123 0.0089 0.0062 0.0039 0.0019 0

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 22


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

IV.3. Grafik

Waktu vs Kadar Air


100
90
80
70
Kadar Air (%)

60 Bola
50 Segitiga
40 Balok
30 Prisma
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (menit)

Grafik 1. Waktu Pengeringan vs Kadar Air


Berdasarkan grafik waktu pengeringan versus kadar air dapat diketahui
bahwa semakin lam waktu pengeringan maka semakin berkurang kadar airnya.
Baik antara bentuk bola, limas segitiga, balo, ataupun prisma segitiga sama-sama
mengalami penurunan kadar air setiap interval waktu pengeringan.

Waktu vs Kecepatan Pengeringan


0.08
Kevepatan Pengeringan (gr/cm2 menit)

0.07
0.06
0.05 Bola
0.04 Segitiga
Balok
0.03
Prisma
0.02
0.01
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (menit)

Grafik 2. Kecepatan Pengeringan vs Waktu Pengeringan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 23


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Berdasarkan grafik 2 Kecepatan Pengeringan versus Waktu Pengeringan


dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka semakin keil
kecepatan pengeringannya.
IV.4. Pembahasan

Dari praktikum drying yang kami lakukan, kami menggunakan 4 macam


variable bentuk yaitu bola, segitiga, balok, dan prisma dengan bahan berupa
kentan. kami melakukan percobaan dengan memasukkan bahan kentang yang
telah dibentuk ke dalam oven dengan interval waktu 10 menit sampai menit ke 70
untuk menentukan berat berat konstan dengan suhu 110 celcius . Hasil yang kami
dapatkan semakin lama waktu pengeringan maka berat bahan semkin kecil, yang
membuktikan bahwa kadar air dalam bahan tersebut menurun. Semakin lama
waktu pengeringan maka percepatan pengeringan semakin menurun membuktikan
ketika kadar H2O dalam udara maka bahan sudah setimbang dengan kadar H2O
dalam udara maka kecepatan pengeringan nilainya nol. Semakin besar kadar H2O
maka semakin besar pula kecepatan pengeringannya.

Pada percobaan ini kadar air yang didapatkan selama proses pengeringan
dalam oven dengan bahan berupa kentang dan interval waktu 10 menit. Untuk
interval waktu ke-10 kadar air dari bahan berbentuk bola, segitiga, balok, dan
prisma berturut-turut adalah 67.32%, 86.55%, 70.29%, dan 61.78%. kecepatan
pengeringan untuk interval waktu ke-10 dengan bahan kentang berbentuk bola,
segitiga, balok, dan prisma segitiga, berturut-turut adalah 0.0715, 0.0269, 0.0490,
dan 0.0162 gr/ cm2 menit. Dari hasil yang di dapatkan dari percobaan dengan
perbandingan antara keempat bentuk kentang yang paling besar percepatan
pengeringan adalah kentang berbentuk prisma dikarenakan luas permukaanya
yang lebih besar dari antara keempat bentuk kentang. Oleh karena itulah
kecepatan pengeringan di pengaruhi oleh luas permukaan, jika luas permukaan
bahan tersebut besar maka semakin besar pula kecepatan pengeringannya.
Begitupun bila semakin kecil luas permukaaan bahan maka percepatan
pengeringannya pun semakin kecil.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 24


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Dari praktikum dyring ini dapat ditarik suatu kesimpulan yang sama
terhadap teori yang ada yaitu dengan membuktikan bahwa kentang memiliki
percepatan pengeringan yang tinggi dikarenakan terdapat kandungan kadar air
yang sangat tinggi di dalamnya. Hal ini dapat juga dilihat pada grafik yang
membuktikan semakin lama waktu pengeringan maka kadar air yang terdapat
pada bahan akan semakin kecil, dan kecepatan pengeringan semakin lambat
dikerenakan kadar air semakin sedikit. Selain itu, dari ke empat bentuk kentang
tersebut, bentuk prisma mengalami pengeringan sangat cepat. Hal ini dapat dilihat
pada tabel pengamatan bahwa kadar air pada kentang bentuk prisma lebih cepat
berkurang daripada kadar air pada bentuk yang lain. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa semakin besar luas permukaan suatu bahan maka semakin cepat pula
proses pengeringannya. Sehingga Data dan perhitungan yang didapatkan dari
percobaan ini sesuai dengan teori yang ada.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 25


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Perbedaan suhu udara dengan suhu bahan membuat
semakin cepat pengeringan

2. Semakin luas permukaan suatu bahan drying maka akan semakin besar
kecepatan pengeringannya.
3. Semakin lama waktu pengeringan , percepatan
pengeringan semakin sedikit
V.2 Saran
1. Praktikan lebih berhati-hati dan teliti dalam menimbang bahan maupun
mencatat hasil penimbangan.
2. Praktikan lebih cermat dan berkonsentrasi dalam membentuk bahan agar
data yang didapat benar dan meminimalisir kesalahan.
3. Praktikan lebih memahami prosedur dan tujuan dilakukannya praktikum
agar praktikum berjalan dengan lancer.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 26


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Anna, 2015 “Klasifikasi Morfologi Kentang” (http://www.materi


pertanian.com/klasifikasi dan morfologi.bengkoang/) Diakses pada tanggal
3 Maret 2018 pukul 11:40 WIB
Asnafi,2015
“PENGERINGAN .”(https://teknikpengeringan.tp.ugm.ac.id/artikel/2017/
21-teknik-pengeringan/). Diakses pada tanggal 18 Februari 2018 pukul
16:02 WIB

Mc Cabe, 2007 “Unit Operation Of Chemical Engineering” New York; Mc


Grawhil book co
Rahayoe, 2017 “Effect Of Different Drying Metods On The Morfology,
Crystallinty, Swelling Ability and Tensile Propeties Of Nata de Coco”.
Journol sains malysiana , 43 (5) (2014) : 767-773
Tindaon, 2013. “Teknik Pengeringan”.
(http://artikelteknikkimia.blogspot.co.id/2012/11/drying-
pengeringan.html). Diakses pada tanggal 18 Februari 2018 pukul 16:02
WIB.

Tim dosen OTK 1, 2018 “Drying” Surabaya: Universitas Pembangunan Naional


“veteran” Jawa Timur
Wardanu, Arya Pancha. 2009. “DRYING”.
(https://apwardhanu.wordpress.com/2009/06/26/pengeringan/). Diakses
pada tanggal 18 Februari 2018 pukul 16:02 WIB.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 27


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

APPENDIX

1. Luas permukaan bola


= 4 x π x r2
= 5.73
2. Luas permukaan balok
= 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
=9
3. Perhitungan Kadar Air pada Bola menit ke-10
Wi−Wk
Kadar Air = x 100 %
Wk
10.1832−6.0861
= x 100 %
6.0861
=67.32%
4. Perhitungan Kecepatan Pengeringan Bola menit ke-10
(wi−wi+1)
N=
A.∆t
10.1832−6.0861
=
5.73 x 10
= 0.07154gr/cm².min

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 28

Anda mungkin juga menyukai