Anda di halaman 1dari 34

DRYING

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
“DRYING”

OLEH :

Nama / NPM : 1. Iwan Purwadi /17031010015


2. Vara Fauziyah S./17031010018
Pararel / Grup :A/F
Tanggal Percobaan : 11 April 2019

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2019

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 1


DRYING

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“DRYING”

Grup F :
1. Iwan Purwadi /17031010015
2. Vara Fauziyah S /17031010018

Telah Diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing

(Ir. Caecilia Pujiastuti, MT) (Ir. Suprihatin, MT)


NIP 19630305 198803 2 001 NIP 19630508 199203 2 001

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 2


DRYING

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi operasi teknik
kimia I ini dengan judul “Drying”.
Laporan resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah operasi teknik
kimia I yang telah kami lakukan berdasarkan percobaan, dengan melakukan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dan literatur serta
petunjuk dari asistem pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 11 April 2019
di laboratorium operasi teknik kimia I.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik dari sarana, prasarana, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Caecilia Pudjiastuti, MT selaku kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia.
2. Ir. Suprihatin, MT selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, maka kami selalu mengharapkan kritik dan saran seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam praktikum yang kami lakukan.
Tentunya kami sangat berharap laporan yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 11 April 2019

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 3


DRYING

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
INTISARI .............................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 6
I.1 Latar Belakang ....................................................................................... 6
I.2 Tujuan Percobaan ................................................................................... 7
I.3 Manfaat Percobaan................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum.......................................................................................... 8
II.2 Sifat Bahan.............................................................................................13
II.3 Hipotesa.................................................................................................14
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan ........................................................................................... 15
III.2 Alat .................................................................................................... 15
III.3 Gambar alat ......................................................................................... 15
III.4 Prosedur percobaan ............................................................................. 16
III.5 Diagram Alir ....................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel pengamatan .............................................................................. 18
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan .................................................................... 19
IV.3 Grafik .................................................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan .......................................................................................... 24
V.2 Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................25
APPENDIX ......................................................................................................... 26

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 4


DRYING

LAMPIRAN……………………………………………………………………...32

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 5


DRYING

INTISARI
Drying atau pengeringan padatan berarti menghilangkan cairan yang relatif
kecil atau lainnya dari material padat untuk mengurangi kandungan residu dengan
nilai yang rendah. Tujuan dari percobaan drying yaitu untuk mengetahui waktu
yang digunakan untuk mencapai berat pengeringan yang konstan. Untuk
mengetahui hubungan kadar air dalam padatan versus waktu dan kecepatan
pengeringan versus waktu. Dan untuk mengetahui hubungan kecepatan
penngeringan versus kadar air dalam padatan.
Prosedur pada percobaan drying adalah menyiapkan apel yang sudah
dikupas dan dicuci, lalu dipotong dengan berbagai bentuk. Timbang bahan sebagai
berat awal. Oven dinyalakan hinggga mencapai suhu yang diinginkan, lalu
masukkan potongan apel kedalam oven. Pada setiap interval waktu, apel
ditimbang untuk mendapatkan beratnya. Pengeringan dihentikan bila berat apel
sudah mencapai berat konstan.
Hasil pada percobaan drying didapatkan nilai rata – rata kadar air pada
bentuk balok, kubus, prisma segitiga berturut – turut sebesar 1,3429%,
0,929972%, 1,010961%. Kadar air semakin turun dengan seiring bertambahnya
waktu. Nilai kecepatan pengeringan juga semakin turun seiring bertambahnya
waktu. Dan didapatkan kesimpulan yaitu semakin besar kecepatan
pengeringannya maka kadar air yang hilang dari dalam apel juga semakin banyak.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 6


DRYING

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Drying merupakan proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat lainnyadari
bahan padatan, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair didalam zat padat itu
sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Pengeringan merupakan suatu
metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
dengan cara menguapkan hingga kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara
normal. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
karena perbedaan suhu. Alat pengering dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
bahan yang dikeringkan. Banyaknya jenis alat pengering memerlukan
pengetahuan yang cukup untuk menentukan alat pengering dan prosedurnya
sesuai jenis bahan yang akan dikeringkan.
Prosedur pada percobaan drying adalah menyiapkan apel yang sudah dikupas
dan dicuci, lalu dipotong dengan berbagai bentuk. Timbang bahan sebagai berat
awal. Oven dinyalakan hinggga mencapai suhu yang diinginkan, lalu masukkan
potongan apel kedalam oven. Pada setiap interval waktu, apel ditimbang untuk
mendapatkan beratnya. Pengeringan dihentikan bila berat apel sudah mencapai
berat konstan.
Tujuan dari percobaan drying yaitu untuk mengetahui waktu yang digunakan
untuk mencapai berat pengeringan yang konstan. Untuk mengetahui hubungan
kadar air dalam padatan versus waktu dan kecepatan pengeringan versus waktu.
Dan untuk mengetahui hubungan kecepatan penngeringan versus kadar air dalam
padatan.Sedangkan manfaatnya yaitu agar dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi. Dapat mengetahui aplikasi dalam dunia industry. Dan dapat
mengeahui mekanisme dari proses drying.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 7


DRYING

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berat
pengering yang konstan.
2. Untuk mengetahui hubungan kadar air dalam pdatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu.
3. Untuk mengetahui hubungan kecepatan pengeringan versus kadar air
dalam padatan.

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui pengaplikasian drying pada dunia
industri kimia.
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan.
3. Agar praktikan dapat mengetahui cara kerja pengeringan kadar air suatu
bahan.

BAB II

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 8


DRYING

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Pada umumnya, pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah
kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa
zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah ysng dapat diterima.
Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi, dan
hasil pengeringan biasanya lali siap untuk dikemas.
Pemisahan air atau zat cair lain dari zat padat dilakukan dengan memeras zat
cair itu secara mekanik hinga ke bahkeluar, atau dengan pemisah sentrifugal atau
dengan penguapan secara termal. Pemisahan zat cair secara mekanik biasanya
lebih murah biayanya, dan karena itu biasanya kandungan zat cair itu diturunkan
terlebih dahulu sebanyak-banyaknya dengan cara itu sebelum mengumpankan ke
pengering panas.

II.1.1 Klasifikasi Pengering


Beberapa pengering bekerja secara continous dan yang laiinya bersifat
batch. Pengering dapat dikelompokkan :
1. Pengering di mana padatan secara langsung terkena gas panas (biasanya
udara).
2. Pengering di mana dipindahkan ke padatan dari padatan. media eksternal
seperti uap kondensasi, biasanya melalui permukaan mctal yang dengannya zat
padat bersentuhan.
3. Pengering yang dipanaskan oleh energi dielektrik, radial, atau gelombang
mikro.
Pengering yang mengekspos padatan ke gas panas disebut adiabatik atau
pengering langsung mereka yang panasnya ditransfer dari media eksternal dikenal
sebagai pengering nonadiabatic atau pengeringan tidak langsung.

II.1.2 Prinsip Pengeringan

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 9


DRYING

Karena banyaknya bahan yang dikeringkan dalam peralatan komersial dan


banyak jenis peralatan yang digunakan, tidak ada teori pengeringan tunggal yang
mengikat semua bahan dan jenis pengering. Variasi dalam bentuk dan ukuran stok,
dalam kondisi lembabdalam mekanisme aliran uap air melalui padatan, dan dalam
metode kesetimbangan, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan -
semua mencegah perlakuan terpadu Prinsip-prinsip umum yang digunakan dengan
cara semiquantitatif diandalkan. Pengering jarang dirancang oleh pengguna tetapi
dibeli dari perusahaan yang berspesialisasi dalam rekayasa dan fabrikasi peralatan
pengeringan.
(McCabe, 2005)
II.1.3 Kecepatan Pengeringan
Pada proses drying terjadi dua proses perpindahan massa yang berlangsung
seri, yaitu perpindahan massa H2O dari dalam padatan ke permukaan padatan dan
perpindahan massa H2O dari permukaan padatan ke udara. Kecepatan perpindahan
massa H2O dapat didekati dengan persamaan:
g H 2O dx
N = = −De
txA dr
..............................................................................................(1)
Sedang kecepatan perpindahan massa H2O antara fase (permukaan padatan ke
udara) dapat didekati dengan persamaan berikut :
g H 2O
N = = Ky( y∗− y)
txA
.....................................................................................(2)

Keterangan:
g H2O = massa iar
Y* = kadar air di udara
N = jumlah metode transfer unit
t = waktu
A = luas permukaan
Ky = koefisien transfer massa

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 10


DRYING

Y = kadar uap di udara


De = equivalent diameter
R = jari - jari
Apabila suatu bahan basah dengan kadar air yang mula-mula cukup tinggi maka

g H 2O
pada umumnya grafik kecepatan pengeringan N versus kadar air
txA

g H 2O
tersisa dalam padatan x mengikuti pola. Secara garis besar
g padatan kering
grafik dapat dibagi ke periode kecepatan pengeringan tetap dan periode kecepatan
menurun.

Kecepatan pengeringan turun tak beraturan sampai mencapai titik E.


Sampai titik E kadar air tidak bisa turun lagi karena kecepatan pengeringan
nilainya nol. Kadar H2O dalam padatan sudah setimbang dengan kadar H2O dalam
udara. Kadar air dalam padatan pada titik E disebut kandungan cairan dalam
kesetimbangan.
(Tim Dosen OTK I,2018)
II.1.4 Mekanisme Pengeringan
Mekanisme pengeringan meliputi dua proses perpindahan yaitu
perpindahan kalor dan perpindahan massa uap air dengan mengkondisikan udara
pengering. Proses perpindahan kalor terjadi karena suhu bahan lebih rendah
daripada suhu udara pengering yang dialirkan di sekelilingnya. Udara panas yang

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 11


DRYING

dialirkan ini akan meningkatkan suhu bahan dan menyebabkan tekanan uap air
bahan menjadi lebih tinggi daripada tekanan uap air di udara, sehingga terjadi
perpindahan massa uap air dari bahan ke udara. Apabila tekanan parsial uap aor
dalam bahan ternyata lebih besar dari pada tekanan parsial udara sekitarnya, maka
uap air akan mengalir dalam bahan. Sebaliknya, apabila tekanan parsial uap air
diluar bahan lebih tinggi maka uap air akan mengalir masuk ke dalam bahan,
maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap air serta dalam
keadaan demikian ini terjadi moisture equilibrium content atau kadar air yang
seimbang.
(Ariadi, 2009)
II.1.5. Aplikasi Drying
1. Pengering Baki

Pengering paling sederhana yaitu pengering baki,baki pengering pada dasarnya


adalah lemari dimana bahan untuk dikeringkan ditempatkan diatas baki. Ini
merupakan dasr unit yang digunakan untuk kapasitas kecil. Pengering ini
memiliki ruang sekitar 10,20, atau lebih.

2. Pengering Conveyor dan Tunner

Pengering baki dapat berlanjut dengan memindah padatan yang lembab dengan
memasang baki. Dengan conveyor memasukkan feed ke pengrting pada sabuk
yang ada pada pengering.

3. Pengering Putar

Mengalir bebas, partikel bahan bisasaja sulit untuk tahan terhadap kawat
anyaman atau logam dari belt conveyor.material seperti itu dapat kering dalam
pengering putar ketika padatan jatuh di dalam semprotan yang terus menerus
diberikan di dalam pusat dari pengering putar dan udara akan hilang ketika
diseprotkan dengan penyemprotan.

(Foust, 1966)

II.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 12


DRYING

1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan semakin cepat bahan menjadi kering. Air
menguap melalui permukaan bahan. Sedangkan air yang berada dibagian
tengah akan merembes kebagianpermukaan dan kemudian menguap untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong lebih dahulu, dikarenakan akan memperluas permukaan bahan.
2. Perbedaan suhu dan udara sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium dengan bahan maka
perpindahan panas kedalam bahan dan akan semakin cepat pula kehilangan air
dari bahan.
3. Kecepatan aliran udara
Semakin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehingga dapat mencegah terjadinya udara jenuh
dipermukaan bahan.
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang.
5. Kelembaban Udara
Semakin lembab udara semakin lama kering, sedangkan semakin kering udara
semakin cepat pengeringannya.
II.1.7 Rumus Kadar Air
Kadar air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
w−(w 1−w 2)
Kadar air basis basah (g/100 g) = x 100
w
............................................(3)
w−(w 1−w 2)
Kadar air basis kering (g/100g) = x 100
w 1−w 2
............................................(4)
Keterangan :
w = bobot sampel sebelum dikeringkan (gr)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 13


DRYING

w1 = bobot sampel dan cawan kering (gr)


w2 = bobot cawan kosong (gr)
(Erlinawati, 2015)

II.2 Sifat Bahan


1. Apel
A. Sifat Fisika
1. Aroma kuat.
2. Berwarna hijau kekuning-kuningan.
3. Cita rasanya 54.82% manis.
4. Bobot buah sebesar 145.50 gram.
5. Daging buah bewarna kuning keputihan.
B. Sifat Kimia
1. Kadar air sebesar 84.05%.
2. Kadar asam sebesar 0.32 gram.
3. Aktivitas antioksidan 6.53 gram.
4. Total gula 8.29 gram.
5. pHcairan buah 4.62.
(Sri,2016)
C. Fungsi : Sebagai bahan yang dihilangkan kadar airnya (dikeringkan)
dalam percobaan drying.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 14


DRYING

II.3 Hipotesa
Semakin besar luas permukaan bahan, maka kecepatan pengeringan menjadi
semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan juga semakin cepat.
Selain itu, semakin tinggi kadar air bahan maka kecepatan pengeringannya
lambat..

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 15


DRYING

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Apel

III.2 Alat
1. Pisau
2. Oven
3. Neraca analitik
4. Penggaris
5. Stopwatch
6. Loyang
7. Desikator

III.3 Gambar Alat

Pisau Gelas Ukur Stopwatch


Loyang

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 16


DRYING

Neraca Analitik Penggaris


Desikator

III.4 Prosedur Percobaan


1. Siapkan apel yang sudah dikupas, dicuci, dan dipotong menjadi berbagai
bentuk.

2. Timbang bahan sebagai berat awal dan hitung luas permukaannya

3. Alirkan udara pengeringan dari oven dengan pompa vakum

4. Nyalakan oven dengan suhu yang ditentukan lalu masukkan apel kedalam
oven

5. Pada setiap interval waktu, timbang berat bahan yang diuji (apel)

6. Pengeringan dihentikan bila hasil yang di dapat konstan

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 17


DRYING

III.5 Diagram Alir

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 18


DRYING

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 19


DRYING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dilakukan pengukuran massa bahan setelah dipanaskan dalam oven pada suhu
110◦C dengan interval waktu 20 menit. Didapatkan data pada tabel dibawah ini :
IV.1 Tabel Pengamatan
Tabel 1. Berat awal dan luas permukaan
Luas permukaan
Bentuk bahan Berat awal (gr) (cm3)
Balok 35 66,74
Kubus 35 69,36
Prisma segitiga 35 50,65

Tabel 2. Berat pada interval waktu


Berat pada waktu (gr)
Bentuk
Bahan 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit
29.59 26.05 22.81 20.18 18.04 16.14 14.44 13.23 12.05 11.05 10.20 10.06
Balok
46 66 23 63 15 2 64 94 91 04 3 78
30.93 27.34 24.53 22.28 20.27 18.66 17.33 16.11 15.10 14.27 13.51 13.38
Kubus
74 56 56 07 26 09 88 36 44 37 2 75
Prisma 30.51 26.87 23.74 21.26 19.24 17.47 15.77 14.54 13.48 12.59 11.75 11.63
segitiga 53 33 3 96 06 17 47 84 89 08 01 25

IV.2 Tabel Perhitungan


Tabel 3 Kadar Air (%)
KADAR AIR (%)
BENTU
K 240
BAHA 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 me
N menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit nit
193.9 158.8 126.5 100.5 79.20 60.33 43.49 31.50 19.77 9.759 1.342
Balok
530 113 867 036 002 294 113 241 89 8 9 0
131.0 104.2 83.27 66.42 51.42 39.39 29.51 20.36 12.82 6.619 0.929
Kubus
917 622 246 913 932 048 485 303 465 608 972 0
Prisma 162.3 131.0 104.1 82.84 65.40 50.19 35.60 25.06 15.95 8.238 1.010
segitiga 28 191 092 634 383 729 885 684 874 126 961 0

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 20


DRYING

Tabel 4. Kecepatan Pengeringan (gr/cm2 menit)


KECEPATAN PENGERINGAN (gr/cm2 menit)
BENTU
K 20 40 240
BAHA meni meni 60 80 100 120 140 160 180 200 220 men
N t t menit menit menit menit menit menit menit menit menit it
Balok 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0001
46 1978 9548 7581 5974 4551 328 2376 1492 0736 01289 0
Kubus 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.9749
2651 0062 8036 6411 4963 3801 2848 1965 1238 0639 x10-05 0
Prisma 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0001
segitiga 864 5045 1955 9513 751 5764 4089 2878 1833 0946 16091 0

IV.3 Grafik
250.0000

200.0000
Kadar Air (%)

150.0000

balok
100.0000
kubus
prisma segitiga
50.0000

0.0000
0 50 100 150 200 250 300

Waktu Pengeringan (menit)

Gambar 1. Hubungan antara kadar air persen (%) dengan waktu pengeringan
(menit)
Berdasarkan dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
lama waktu yang digunakan dalam proes pengeringan suatu bahan,maka kadar air
yang terkandung dalam suatu bahan akan semakin rendah.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 21


DRYING

Kecepatan Pengeringan (gr/cm2 menit)


0.0200
0.0180
0.0160
0.0140
0.0120
0.0100
0.0080 balok
0.0060 kubus
0.0040 prisma segitiga
0.0020
0.0000
0 50 100 150 200 250 300

Waktu Pengeringan (menit)

Gambar 2. Hubungan antara kecepatan pengeringan ( cmgram


2
menit )
dan waktu

pengeringan (menit)
Berdasarkan dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
lama waktu yang digunakan dalam proes pengeringan suatu bahan, maka semakin
kecil kecepatan pengeringan yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan
K ecepatan P engerin gan (gr/cm 2 m enit)

tersebut.
0.0200

0.0150

0.0100
balok
0.0050 kubus
prisma segitiga
0.0000
0.0000 100.0000 200.0000 300.0000

Kadar Air (%)

gram
Gambar 3. Hubungan antara kecepatan pengeringan( ¿ dengan kadar
c m2 menit
air (%)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 22


DRYING

Berdasarkan dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin cepat


kecepatan pengeringan yang terjadi pada suatu bahan, maka semakin banyak
kadar air yang hilang dari bahan tersebut.

IV.4 Pembahasan
Pada praktikum ini kami menggunakan apel yang sudah dipotong menjadi
bentuk kubus, balok dan prisma segitiga. Kami melakukan percobaan dengan
interval waktu 20 menit sampai 240 menit untuk menentukan berat konstan
dengan suhu 100°C. Hasil yang kami dapatkan semakin lama waktu pengeringan
maka berat bahan tersebut semakin menurun yang membuktikan bahwa kadar air
dalam bahan berkurang akibat pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan
oven. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan adalah kadar air
dalam apel, waktu pengeringan, luas permukaan apel serta suhu yang digunakan.
Setelah didapatkan data nilai kadar air yang hilang dari padatan dan
kecepatan pengeringan diperoleh grafik hubungan antara kadar air yang hilang
pada padatan dengan waktu pengeringan, grafik hubungan kecepatan pengeringan
dengan waktu pengeringan, dan kecepatan pengeringan dengan kadar air yang
hilang dari padatan. Dilihat hubungan antara kadar air yang hilang dari padatan
terhadap waktu pengeringan, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu
pengeringan maka kadar air yang hilang pada bahan juga akan semakin menurun.
Apabila kita melihat hubungan antara kecepatan pengeringan terhadap waktu
pengeringan, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengeringan maka
kecepatan pengeringan akan naik. Pada hubungan antara kecepatan pengeringan
dengan kadar air yang hilang dari padatan, dapat diketahui bahwa semakin tinggi
kecepatan pengeringan maka kadar air yang hilang dari padatan semakin kecil.
Dari tiga macam bentuk bahan yang berupa balok, kubus, dan prisma
segitiga dari bahan apel. Apel berbentuk prisma segitiga memiliki kecepatan
pengeringan lebih cepat daripada kubus dan balok. Dengan kecepatan

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 23


DRYING

pengeringan pada balok, kubus dan prisma segitiga secara berturut turut adalah
sebesar 0,00283 gram/menit.cm2, 0.002361 gram/menit.cm2 dan 0.003495
gram/menit.cm2 pada waktu pengeringan 240 menit. Hal ini terjadi karena apel
berbentuk prisma segitiga mempunyai luas permukaan sebesar 50,65 cm2 yang
lebih kecil dari pada apel berbentuk lain. Hal ini tidak sesuai dengan literature,
karena pada literature didapat semakin luas permukaan bahan maka kecepatan
pengeringan semakin cepat.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 24


DRYING

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Dari data yang telah kami peroleh pada percobaan drying ini dapat
disimpulkan bahwa bahan yang memiliki kecepatan pengeringan paling tinggi
yaitu dengan bentuk prisma segitiga. Dapat disimpulkan semakin lama waktu
pengeringan maka kecepatan pengeringan akan semakin kecil dan semakin lama
waktu pengeringan maka kadar air yang hilang pada bahan juga akan semakin
kecil serta semakin luas permukaan bahan maka kecepatan pengeringan semakin
cepat.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih berhati – hati dalam melakukan proses
pengovenan agar tangan tidak terkena oven.

2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati suhu yang ada di oven
agar sesuai dengan suhu yang diinginkan.

3. Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat melakukan penimbangan pada


bahan yang telah di desikator.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 25


DRYING

DAFTAR PUSTAKA

Ariadi, Derry.2009.“Bagaimana mekanisme pengeringan”. (www . derryriadi


.blogspot.com/2009/04/bagaimana-mekanisme-pengeringan.html?m=1).Di-
akses pada tanggal 24 Maret 2019 pukul 21.00 WIB.

Erlinawati.2015.“Uji Kinerja Rotary Dryer Berdasarkan Effiensi Thermal


Pengeringan Sebuah Kayu Untuk Pembuatan Biopelet”. 21. 51.

Foust, Alam S.1966. “Principles of Unit Operation”. New York : John Wiley and
Cons.

Mc Cabe, Warren L,dkk.2005. “Unit Operation of Chemical Engineering”.


Singapore: Metuaw Will Books.

Sufriadi. 2004. “Buah Apel Manalagi”. (repository.umy.ac.id) .Diakses pada


tanggal 7 April 2019 pukul 23.04 WIB.

Tim Dosen.2019.“Drying”. Surabaya : UPN Veteran Jawa Timur.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 26


DRYING

APPENDIX
1. Luas permukaan
a. Kubus
Lp = 6 x S x S
= 6 x 3,4 x 3,4
= 69,36 cm2
b. Balok
Lp = (2 x p x l) + (2 x p x t) + (2 x l x t)
= (2 x 3,7 x 3) + (2 x 3,7 x 3,1) + (2 x 3 x 3,1)
= 66,74 cm2
c. Prisma Segitiga
Lp = (A x t) + (3 x p x l)
= (3,5 x 3,5) + (3 x 4 x 3,2)
= 50,65 cm2
2. Kadar air

a. Kubus
Menit ke 20
30,9374−13,3875
1. x 100=131,0917
13,3875

Menit ke 40
27,3456−13,3875
2. x 100=104, 2622
13,3875

Menit ke 60
24,5356−13,3875
3. x 100=83,27246
13,3875

Menit ke 80
22,2807−13,3875
4. x 100=66,42913
13,3875

Menit ke 100
20,2726−13,3875
5. x 100=51,42932
13,3875

Menit ke 120
18,6609−13,3875
6. x 100=39,39048
13,3875

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 27


DRYING

Menit ke 140
17,3388−13,3875
7. x 100=29,51485
13,3875
Menit ke 160
16,1136−13,3875
8. x 100=20,36303
13,3875
Menit ke 180
15,1044−13,3875
9. x 100=12,82465
13,3875
Menit ke 200
14,2737−13,3875
10. x 100=6,619608
13,3875
Menit ke 220
13,5120−13,3875
11. x 100=0,929972
13,3875
Menit ke 240
13,3875−13,3875
12. x 100=0
13,3875

b. Balok
Menit ke 20
29,5946−10,0678
1. x 100=193,9530
10,0678

Menit ke 40
26,0466−10,0678
2. x 100=158,8113
10,0678

Menit ke 60
22,8123−10,0678
3. x 100=126,5867
10,0678

Menit ke 80
20,1863−10,0678
4. x 100=100,5036
10,0678

Menit ke 100

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 28


DRYING

18,0415−10,0678
5. x 100=79.20002
10,0678

Menit ke 120
16,1620−10,0678
6. x 100=60,33294
10,0678

Menit ke 140
14,4464−10,0678
7. x 100=43,49113
10,0678

Menit ke 160
13,2394−10,0678
8. x 100=31,50241
10,0678

Menit ke 180

12,0591−10,0678
9. x 100=19,7789
10,0678

Menit ke 200

11,0504 −10,0678
10. x 100=9,7498
10,0678

Menit ke 220

10,2030−10,0678
11. x 100=1,3429
10,0678

Menit ke 240

10,0678−10,0678
12. x 100=0
10,0678

c. Prisma segitiga
Menit ke 20
30,5153−11,6375
1. x 100=162,328
11,6375

Menit ke 40

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 29


DRYING

26,8733−11,6375
2. x 100=131,0191
11,6375

Menit ke 60
23,7430−11,6375
3. x 100=104,1092
11,6375

Menit ke 80
21,2696−11,6375
4. x 100=82,84634
11,6375

Menit ke 100
19,2406−11,6375
5. x 100=65,40383
11,6375

Menit ke 120
17,4717−11,6375
6. x 100=50,19729
11,6375

Menit ke 140
15,7747−11,6375
7. x 100=35,60885
11,6375

Menit ke 160
14,5484−11,6375
8. x 100=25,06684
11,6375

Menit ke 180
13,4889−11,6375
9. x 100=15,95874
11,6375

Menit ke 200

12,5908−11,6375
10. x 100=8,238126
11,6375

Menit ke220

11,7501−11,6375
11. x 100=1,010961
11,6375

Menit ke 240

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 30


DRYING

11,6325−11,6375
12. x 100=0
11,6375

3. Kecepatan pengeringan

a. Balok
Menit ke 20
29,5946−10,0678 gram
1. N= =0,0146
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 40
26,0566−10,0678 gram
2. N= =0,011978
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 60
22,8123−10,0678 gram
3. N= =0,008036
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 80
20,1863−10,0678 gram
4. N= =0,006411
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 100
18,0415−10,0678 gram
5. N= =0,005974
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 120
16,1420−10,0678 gram
6. N= =0,004551
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 140
14,4464−10,0678 gram
7. N= =0,00328
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 160
13,2394−10,0678 gram
8. N= =0,002376
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 180
12,0591−10,0678 gram
9. N= =0,001492
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 200
11,0564 −10,0678 gram
10. N= =0,0000736
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 220

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 31


DRYING

10,2030−10,0678 gram
11. N= =0,000101289
66,74 x 20 cm² menit
Menit ke 240
10,0678−10,0678 gram
12. N= =0
66,74 x 20 cm² menit

b. Kubus
Menit ke 20
30,9374−13,3875 gram
1. N= =0,012651
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 40
27,3456−13,3875 gram
2. N= =0,010062
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 60
24,5356−13,3875 gram
3. N= =0,008036
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 80
22,2807−13,3875 gram
4. N= =0,006411
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 100
20,2726−13,3875 gram
5. N= =0,004963
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 120
18,6609−13,3875 gram
6. N= =0,003801
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 140
17,3388−13,3875 gram
7. N= =0,002848
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 160
16,1136−13,3875 gram
8. N= =0,001965
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 180
15,1044−13,3875 gram
9. N= =0,001238
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 200
14,2737−13,3875 gram
10. N= =0,000639
20 x 69,36 cm² me nit
Menit ke 220
13,512−13,3875 gram
11. N= =0,0000897491
20 x 69,36 cm² menit
Menit ke 240

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 32


DRYING

13,3875−13,3875 gram
12. N= =0
20 x 69,36 cm² menit

c. Prisma segitiga
Menit ke 20
30,5153−11,6325 gram
1. N= =0,01864
50,65 x 20 cm² m enit
Menit ke 40
26,8733−11,6325 gram
2. N= =0,015045
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 60
23,7430−11,6325 gram
3. N= =0,011955
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 80
21,2696−11,6325 gram
4. N= =0,009513
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 100
19,2406−11,6325 gram
5. N= =0,009513
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 120
17,4717−11,6325 gram
6. N= =0,005764
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 140
15,7747−11,6325 gram
7. N= =0,004089
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 160
14,5484−11,6325 gram
8. N= =0,002878
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 180
13,4889−11,6325 gram
9. N= =0,001833
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 200
12,5908−11,6325 gram
10. N= =0,000946
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 220
11,7501−11,6325 gram
11. N= =0,0001116091
50,65 x 20 cm² menit
Menit ke 240
11,6325−11,6325 gram
12. N= =0
50,65 x 20 cm² menit

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 33


DRYING

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pengovenan

Gambar 2. Penimbangan apel

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1” 34

Anda mungkin juga menyukai