“ SEDIMENTASI“
GROUP K
1. Michelle Vaneza Priscilla 1631010029
2. Alfacino Brillian Al’amiin 1631010031
LEMBAR PENGESAHAN
“SEDIMENTASI”
GRUP : K
1. Michelle Vaneza Priscilla 1631010029
2. Alfacino Brillian Al’amiin 1631010031
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembiming,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Sedimentasi“.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 1
Maret 2018 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Caecilia Pujiastuti, M.T. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia dan Ir. Nurul Widji Triana, M.T. selaku dosen pembimbing praktikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang sempurna, kecuali
yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dengan rendah hati,
penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh asisten dosen yang turut
membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap
penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.
Surabaya, 3 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK.................................................................................................vi
INTISARI..............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
III.1 Bahan..........................................................................................................11
III.2 Alat.............................................................................................................11
III.3 Gambar Alat...............................................................................................11
III.4 Rangkaian Alat...........................................................................................12
III.5 Prosedur Percobaan....................................................................................12
V.1 Kesimpulan..................................................................................................26
V.2 Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
APPENDIX............................................................................................................28
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Slurry Pada Konsentrasi 2,5%.................................13
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 1. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry (Z2,
cm) pada konsentrasi 2,5 %...................................................................................16
Grafik 3. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 4 %...............................................................................18
Grafik 5. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 5 %...............................................................................20
Grafik 7. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 6 %...............................................................................22
Grafik 9. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 7,5 %............................................................................24
Grafik 10. Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/ml) dengan kecepatan
pengendapan (v, cm/menit) pada konsentrasi 7,5 %..............................................25
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengendapan dapat dilakukan neraca batch dan continue. Proses batch
sering dipergunakan untuk skala laboratorium yang menggambarkan proses
sedimentasi sederhana, sedangkan proses continue dipergunakan dalam skala
komersial dengan mempertimbangkan kecepatan pengendapan terminal dari
partikel–partikelnya. Percobaan skala laboratorium dilakukan pada suhu uniform
untuk menghindari gerakan fluida atau konveksi karena perbedaan densitasnya
yang dihasilkan dari perbedaan temperatur.
a. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar.
Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti
semakin banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan
bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel dengan partikel yang lain. Drag
force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan
partikel dalam fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan gerakan partikel ke
bawah. Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum yang
arahnya tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan maka, dengan
adanya drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan
menyebabkan gerakan partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya
total ke bawah sehingga kecepatan pengendapan semakin turun.
b. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran
partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya.
Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume
partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan
gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total
untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan
semakin menurun.
c. Jenis Partikel
Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh terhadap
gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Density partikel
yang semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan
gaya gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang
merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan
semakin besar pula, ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar.
Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati tinggi interface
(antarfase) sebagai fungsi waktu yang diberikan. Pada point ini, tinggi Z1 dan
Z2 adalah intercept tangen kecepatan pengendapan (sedimentation rate).
(Uswaah, 2016)
Sedimentasi memiliki dua fungsi yaitu untuk memperoleh cairan jernih dan
slurry dengan konsentrasi padatan yang tinggi. Jika dilihat berdasarkan
konsentrasi partikel dan interaksi antar partikel, terdapat empat jenis sedimentasi.
Terjadi ketika konsentrasi partikel sangat tinggi sehingga partikel pada satu
tingkat secara mekanis masuk diukur oleh partikel pada tingkat yang lebih
rendah.
(Carlsson, 1998)
Pada umumnya thickener dilengkapi dengan pengaduk radial yang digerakkan
dengan lambar dari suatu proses sentral. Lengan-lengan pengaduk mengaduk
Terdapat tiga daerah utama dalam continuous thickener yaitu daerah klasifikasi
dimana liquida jernih keluar sebagai aliran overflow, daerah suspension settling
dan daerah thickener dalam perhitungan diameter thickener dipergunakan
persamaan.lumpur secara perlahan dan mengumpulkannya ke tengah tangka
sehingga dapat mengalir ke dalam bukaan besar yang bermuara pada pipa masuk
pompa lumpur.
Q
V= ……………………………... (1)
Ap
4 Ap
D=
√ π
....................................................
(2)
Qxr
h= .......................................................(3)
A
Q = Debit (m3/s)
r = waktu (s)
Kecepatan pengendapan suatu partikel (v) ditentukan dengan tangen kurva pada
waktu tertentu dan slope
−dz
=vi .......................................................(4)
dt
Pada titik ini ketinggiannya adalah, dan sehingga jadi memiliki persamaan
kecepatan pengendapan, sehingga :
zo−z 2
v= ......................................................
t−0
(5)
t = waktu (menit)
C1 . Z1 = C0 . Z0…………………………………
(6)
Dalam suatu batch test diambil lapisan dengan konsentrasi C dan solid
seolah mempunyai kecepatan naik sebesar V2. Solid mengendap ke dalam lapisan
ini dari atas mempunyai konsentrasi (c-dc) dan kecepatan (v-dv) terhadap kolom
bagian atas atau (v+dv+vc) terhadap lapisan. Bila lapisan konstan maka material
balancenya.
(c-dc)sɵ(v+dv+v2)=sɵ(v+v2)……………………………(7)
v−dv
V2 = c dv - …………………………………
dc
(8)
Jika suatu partikel mulai diam karena berada di dalam suatu fluida dan
kemudian digerakkan melalui fluida dengan adanya gaya luar, gerakan dari
partikel ini dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah adalah
periode percepatan singkat dimana kemudian kecepatan akan bertambah dari 0
kekecepatan terminal. Tahap kedua adalah terjadi saat partikel telah berada dalam
kecepatan terminalnya. Karena periode percepatan awal pendek biasanya
sepersepuluh detik atau kurang, percepatan awal ini akan menyebabkan jarak yang
pendek. Di sisi lain kecepatan terminal dapat dipertahankan selama partikel tetap
berada dalam perawatan di dalam peralatan. Beberapa metode pemisahan seperti
jigging dan tabling bergantung pada perbedaan partikel selama periode kecepatan.
Dari banyak metode yang digunakan adalah yang menggunakan periode
kecepatan terminal saja.
Partikel yang lebih berat dari larutan suspensi dapat dipisahkan dari gas
atau cairan pada sebuah tangka pengendapan yang besar , dimana kecepatan fluida
rendah dan partikel memiliki waktu untuk keluar atau mengendap. Peralatan
sederhana seperti ini memiliki penggunaan yang terbatas karena tidak lengkapnya
pemisahan dan tenaga untuk mengeluarkan padatan.
(McCabe, 2005)
II.3 Hipotesa
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
2. Tepung tapioka
III.2 Alat
1. Neraca analitik
2. Beaker glass
3. Penggaris
4. Kaca arloji
5. Gelas ukur
6. Spatula
7. Stopwatch
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
60 25,5 2 0,8
t ꝏ = 180 menit
60 1,9 1,4
24,5
75 2,1 1,4
24,5
90 2,5 1,4
24,5 1 1,9
30
24,5 2 2,2
75
24,5 3 2,2
90
25 0,4 1,1
15
25 0,7 2
30
25 1 2,2
45
25 1,5 2,3
60
25 2,5 2,4
75
25 3 2,4
90
25 0,2 1,8
15
25 0,8 2,7
30
25 1 2,8
45
25 1,5 2,9
60
25 2,1 3
75
25 3,1 3
90
C0 C1 v Q A D h
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu pengendapan (t) (menit)
Grafik 1. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 2,5 %.
Pada grafik diatas pada menit ke-15 diperoleh tinggi slurry 0,5 cm;
pada menit ke-30 tinggi slurry 0,7 cm; pada menit ke-45 tinggi slurry 0,8 cm;
pada menit ke-60 tinggi slurry 0,9 cm; pada menit ke-75 tinggi slurry 1 cm; pada
menit ke-90 tinggi slurry 1,1 cm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi
slurry mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu.
1.7
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
1.3
0.0205 0.0210 0.0215 0.0220 0.0225 0.0230 0.0235 0.0240 0.0245 0.0250
Konsentrasi Slury (C1) (gr/ml)
1.6
f(x) = 0.01 x + 0.56
1.4 R² = 0.78
1.2
Tinggi Slury (Z2) (cm)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu pengendapan (t) (menit)
C0 C1 v Q A D h
(gr/cm3) (gr/cm3) (Cm/menit) (Cm3/menit) (Cm2) (Cm) (Cm)
0,04 0,03951 1,6133 33,33333 20,6612 5,1303 24,2
Grafik 3. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 4 %.
Pada grafik diatas pada menit ke-15 diperoleh tinggi slurry 0,5 cm;
pada menit ke-30 tinggi slurry 1 cm; pada menit ke-45 tinggi slurry 1,2 cm; pada
menit ke-60 hingga menit ke-90 diperoleh tinggi slurry 1,4 cm. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa tinggi slurry mengalami kenaikan seiring berjalannya
waktu hingga tinggi slurry mulai konstan pada menit ke-60.
1.5 kecepatan
pengendapan (v,
1.45
cm/menit) pada
1.4
konsentrasi 4 %.
1.35 Pada grafik diatas
0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
pada konsentrasi slurry
Konsentrasi Slury (C1) (gr/ml)
terendah yaitu 0,0359 gr/ml
diperoleh kecepatan pengendapan sebesar 1,4666 cm/menit. Sedangkan pada
konsentrasi slurry tertinggi yaitu 0,0395 gr/ml diperoleh kecepatan pengendapan
sebesar 1,6133 cm/menit. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
tinggi konsentrasi slurry maka semakin besar pula kecepatan pengendapannya.
Ta 2.5
1.5
0.5
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu pengendapan (t) (menit)
C0 C1 v Q A D h
(gr/cm3) (gr/cm3) (Cm/menit) (Cm3/menit) (Cm2) (Cm) (Cm)
0,05 0,0493 1,6133 33,33333 20,6612 5,1303 24,2
Grafik 5. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 5 %.
Pada grafik diatas pada menit ke-15 diperoleh tinggi slurry 1,5 cm;
pada menit ke-30 tinggi slurry 1,9 cm; pada menit ke-45 tinggi slurry 2,1 cm;
pada menit ke-60 hingga menit ke-90 diperoleh tinggi slurry 2,2 cm. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi slurry mengalami kenaikan seiring
berjalannya waktu hingga tinggi slurry mulai konstan pada menit ke-60.
1.65
1.5
1.45
1.4
1.35
1.3
0.04 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Konsentrasi Slury (C1) (gr/ml)
1.5
0.5
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu pengendapan (t) (menit)
C0 C1 v Q A D h
(gr/cm3) (gr/cm3) (Cm/menit) (Cm3/menit) (Cm2) (Cm) (Cm)
0,06 0,05904 1,64 33,33333 20,3252 5,088 24,6
Grafik 7. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 6 %.
Pada grafik diatas pada menit ke-15 diperoleh tinggi slurry 1,1 cm;
pada menit ke-30 tinggi slurry 2 cm; pada menit ke-45 tinggi slurry 2,3 cm; pada
menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 2,3 cm; pada menit ke-75 hingga menit ke-90
diperoleh tinggi slurry 2,4 cm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi
slurry mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu hingga tinggi slurry mulai
konstan pada menit ke-75.
1.7
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
Konsentrasi Slury (C1) (gr/ml)
3.5
3 f(x) = 0.01 x + 2
R² = 0.67
2.5
Tinggi Slury (Z2) (cm)
1.5
0.5
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu pengendapan (t) (menit)
Tabel 10. Perhitungan C0, C1, v, Q, Ap, D, dan h pada konsesntrasi 7,5 %.
C0 C1 v Q A D h
(gr/cm3) (gr/cm3) (Cm/menit) (Cm3/menit) (Cm2) (Cm) (Cm)
0,075 0,0744 1,6533 33,33333 20,1615 5,0678 24,8
Grafik 9. Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi slurry
(Z2, cm) pada konsentrasi 7,5 %.
Pada grafik diatas pada menit ke-15 diperoleh tinggi slurry 1,8 cm;
pada menit ke-30 tinggi slurry 2,7 cm; pada menit ke-45 tinggi slurry 2,8 cm;
pada menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 2,9 cm; pada menit ke-75 hingga menit
ke-90 diperoleh tinggi slurry 3 cm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
tinggi slurry mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu hingga tinggi slurry
mulai konstan pada menit ke-75.
1.7
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08
Konsentrasi Slury (C1) (gr/ml)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Semakin besar waktu pengendapan, maka tinggi endapan yang dihasilkan
semakin besar.
2. Semakin besar konsentrasi slurry, maka kecepatan pengendapan semakin
besar.
3. Endapan paling tinggi diperoleh pada larutan tepung tapioca 7,5 % dengan
tinggi 1,2 cm.
4. Endapan paling rendah diperoleh pada larutan tepung tapioca 2,5 %
dengan tinggi 1,2 cm.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami prosedur percobaan sebelum melakukan
percobaan.
2. Sebaiknya praktikan terlebih dahulu memahami prinsip sedimentasi.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti ketika mengamati ketinggian slurry dan
cairan bening.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
f. Diameter (D)
4A
D=
√ π
4 × 19,9203
D=
√ 3,14
D=5,0375 cm
g. Tinggi Continuous Thickener (h)
Q∆t
h=
Ap
33,3333 ×15
h=
19,9203
h=25,1 cm