OLEH :
EXSELLIN PRISMASELLA
NPM : 1631010108
FAKULTAS TEKNIK
JAWA TIMUR
2020
Laporan Penilitian “Sintesa Limbah Biogas Sebagai Bahan
Pembentuk Mineral Struvite Menggunakan Reaktor Sekat Secara
Sinambung”
OLEH :
EXSELLIN PRISMASELLA
NPM : 1631010108
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapang ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik tidak lepas dari dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
2. Kepada kedua orangtua yang selalu memberikan doa kepada penulis
3. Para pimpinan PT Salim Ivomas Pratama Tbk.
4. Bapak Ghofar Ismail selaku pembimbing lapangan (Manajaer QC) PT
Salim Ivomas Pratama Tbk.
5. Seluruh staff dan supervisor PT Salim Ivomas Pratama Tbk. yang selalu
membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu selama
praktik kerja lapang
6. Ibu Dr. Dra. Jariyah, MP. Selaku Dekan Fakultas Teknik
7. Ibu Dr. Ir. Sintha Soraya Santi, MT selaku Kepala Program Studi
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
8. Ibu Dr. T, Ir. Susilowati, MT selaku dosen pembimbing praktik kerja
lapang
9. Partner praktik kerja lapang yang selalu mendukung penulis
Penulis berharap Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai proses pembuatan
minyak goreng kelapa sawit. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
kerja praktik ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan kerja
praktik yang telah penulis buat ini. Semoga laporan kerja praktik yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Sejarah PT Salim Ivomas Pratama Tbk .................................. 1
I.2 Lokasi dan Tata letak Pabrik .................................................. 5
I.3 Struktur Organisasi Pabrik ..................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Proses .......................................................................... 10
II.2 Tugas Khusus ......................................................................... 11
BAB III PROSES PRODUKSI ...............................................................
III.1 Bahan Baku Utama ................................................................. 23
III.2 Bahan Penunjang .................................................................... 24
III.3 Uraian Proses Produksi Minyak ............................................. 26
III.4 Refinery Plant ......................................................................... 27
III.5 Fraksinasi Plant ...................................................................... 34
III.6 PET Bottling Plant .................................................................. 38
BAB IV SPESIFIKASI PERALATAN .................................................. 49
BAB V PENGENDALIAN MUTU
V.1 Inspeksi ................................................................................... 61
V.2 Laboratorium Analisa ............................................................. 64
BAB VI UTILITAS
VI.1 Pengadaan Air ........................................................................ 73
VI.2 Pengadaan Uap Air ................................................................. 74
VI.3 Pengadaan Listrik ................................................................... 76
BAB VII KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................... 79
BAB VIII UNIT PENGOLAHAN LIMBAH
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Industri minyak dari kelapa sawit merupakan salah satu kunci dari
perekonomian Indonesia. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk, Surabaya (PT. SIMP)
merupakan industri minyak goreng, margarin, dan shortening yang memiliki
produksi cukup besar di Indonesia, dengan bahan baku dasar CPO (Crude Palm
Oil). PT. SIMP memproduksi berbagai merk ternama seperti : Bimoli Spesial,
Bimoli, Palmia, Simas, Amanda, dan Delima.
PT.SIMP cabang Surabaya berdiri pada tahun 1991 dengan nama awal
PT. Intiboga Sejahtera dengan luas tanah ±6,5 Hektar. Perusahaan ini mulai
beroperasi pada bulan Agustus 1993, dan setahun kemudian tepatnya pada tanggal
28 Januari 1994 perusahaan ini diresmikan pertama kali oleh Ir. Tungki
Ariwibowo selaku Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Meperindag).
Pada bulan April 1997 PT.Intiboga Sejahtera diakui oleh Indofood Group.
PT. Intiboga Sejahtera berganti nama menjadi PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
(PT.SIMP) cabang Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2006. Hasilnya pada sekitar
tahun 2011, PT Salim Ivomas Pratama kepada Bursa Efek Indonesia sehingga
ditambahkannya Tbk pada nama perusahaan menjadi PT Salim Ivomas Pratama
Tbk.
CPO yang telah diolah akan menghasilkan minyak goreng, margarin dan
shortening dan beberapa merk. Produk minyak goreng dengan merk yaitu Bimoli,
Bimoli spesial, Delima. Sedangkan margarin dengan merk Simas, Palmia,
Amanda. Palmia merupakan High-End perusahaan ini untuk margarin dan
shortening. Semua produk yang dihasilkan oleh PT. Salim Ivomas Pratama
berkualitas tinggi dan dijamin kehalalannya.
Kemasan yang di produksi pun ada berbagai macam, untuk minyak goreng
di kemas dalam kemasan botol 250 ml, 620 ml, 1 liter dan 2 liter. Kemasan refill
biasanya 1 dan 2 liter hingga jerigen untuk kemasan 5 liter dan untuk margarin di
kemas dalan sachet yang seberat 200 gram.
Bimoli
Bimoli Spesial
Delima
Simas
Palmia
Amanda
“Menjadi perusahaan nomor satu dalam industri minyak goreng dan lemak nabati
bermerk di Indonesia”
“ Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami dengan
menjunjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan
dan secara bersamasama membangun kesatuan untuk
mencapai keunggulan dan inovasi yang berkelanjutan.”
Kebijakan Perusahaan
Kami memahami dan mematuhi regulasi dan persyaratan untuk proses kerja yang
peduli terhadap lingkungan, keamanan pangan, keselamatan dan kesehatan kerja
serta mensejahterakan Karyawan.”
Prinsip 5 S :
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat berdampak pada kerugian
dan menimbulkan korban, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja itu sendiri
dalam upaya untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit akibat kerja, dan lain-lain.
Plant ini dapat dikatakan plant yang strategis karena berada di Sea Spote
Zone yaitu Tanjung Perak. Dalam satu hari PT.Salim Ivomas Tbk dapat mengolah
±2400 ton bahan baku berupa CPO, selain itu juga memiliki fasilitas yang unggul
sehingga dapat memastikan bahwa kualitas hasil produksinya bermutu dan dapat
bersaing dengan produk minyak maupun margarin merk lainnya.
BM
1. Branch Manager
Bertugas mengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam menjaga
kelangsungan operasi perusahaan dalam ruang lingkup.
2. PPIC Division
Mengontrol dan planning dari kebutuhan bahan baku sampai dengan jadwal
pada plant.
3. Factory Division
produk dan sales marketing yang bertanggung jawab atas produk yang akan
dan sudah terjual.
a. Distribution
Bertanggung jawab atas distribusi produk yang akan di export maupun
impor.
b. Sales Marketing.
Bertanggung jawab atas produk yang akan dan sudah terjual, serta
pemasaran produk PT SIMP Tbk.
a. Finansial
b. Accounting
7. Personalia & GA
a. Personalia
b. GA ( general affair )
c. Security
8. Purchasing
Total pekerja 880 karyawan dimana 47 orang karyawan wanita dan 883
karyawan laki-laki per Desember 2019 . Pekerja tersebut dibagi menjadi 3
golongan, yaitu manager, staf dan operator. Sistem kerja PT. SIMP cabang
Surabaya terdiri dari shift (continue 24 jam) dan non-shift (continue tidak 24jam).
Adapun pembagian jam kerja sebagai berikut:
II 15.00 – 23.00
13.00 – 17.00
12.45 – 17.00
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan baku yang digunakan pada PT. Salim Invomas Pratama Tbk
Surabaya untuk memproduksi produk minyaknya menggunakan bahan baku CPO
(Crude Palm Oil), kemudian CPO melalui dua plant yaitu refinery dan
fraksination dan beberapa proses untuk menjadi minyak yang berkualitas.
CPO yang masuk sebagai Feed memasuki refinery plant, proses pertama
yaitu degumming. CPO dipanaskan dengan suhu tinggi, lalu CPO tersebut
ditambahkan dengan Phosporic Acid (PA). PA berfungsi sebagai pengikat gum
(getah) larutan tersebut harus terus diaduk agar PA yang ditambahkan kedalam
CPO tercampur sempurna (homogen). Setelah itu CPO memasuki proses kedua
Beaching Earth yaitu proses penambahan BE, proses penambahan BE dilakukan
dalam suhu tinggi. BE berfungsi sebagai pemucat warna pada CPO (semakin
banyak penggunaan BE maka itu menunjukkan kualitas CPO kurang baik). CPO
yang sudah melalui proses tersebut difilter agar BE dan getah yang terdapat pada
CPO hilang sehingga CPO terlihat jernih meski masih berwarna. Hasil CPO yang
sudah melewati proses Degumming dan bleaching earth adalah Degumming
Bleached Palm Oil (DBPO). DBPO yang dihasilkan dipanaskan dahulu sebelum
memasuki tangki Deodorizer, pada proses ini dibutuhkan suhu yang lebih tinggi
karena warna dan FFA dalam CPO akan memudar dan berkurang dalam suhu
tinggi tertentu, FFA tidak dibiarkan begitu saja namun ditampung ke dalam tangki
tertentu dan menghasilkan PFAD, PFAD ( Palm Fatty Acid Destilate) merupakan
hasil samping dari proses deodorizing yang bisa dijual namun tidak untuk di
konsumsi melainkan sebagai bahan dasar sabun dan kosmetik. Hasil utama dari
proses Deodorizing adalah RBDPO (Refined Bleached Deodorised Palm Oil).
RBDPO ini sebagian dikirim ke Fraksination Plant dan sebagian bisa langsung
dijual untuk produk dengan proses goreng rendam.
Pada Fraksination Plant RBDPO ini melalui dua proses yaitu Cristalizer
dan Filtrasi. Proses pertama yang diawali RBDPO adalah Cristalizer dimana
RBDPO didinginkan hingga membentuk dua fasa yaitu fasa cair (olein) dan fasa
padat (stearin), setelah terbentuk dua fasa tersebut RBDPO memasuki proses
Filtrasi untuk memisahkan fasa cair dan fasa padat. Fasa padat (stearin) akan
tertingal pada mesin filterpress dan fasa cair (olein) terserap pada filterpress dan
mengalir kedalam tangki storage. Dan fasa padat (stearin) akan digunakan sebagai
baku pembuatan margarine dan shortening. Sedangkan fasa cair Olein bisa
langsung dikemas. Untuk pembuatan botol dengan berbagai macam ukuran PT.
SIMP juga memproduksi sendiri. Bahan baku yang digunakan adalah PET (Poly
Ethylen Terepthatalat), botol hasil poduksi sendiri digunakan untuk kemasan
Bimoli Klasik, sedangkan untuk Bimoli Spesial menggunakan botol bulat yang
diperoleh dari vendor. Selain membuat botol pada plant ini juga bertugas
melakukan pengisian, penutupan, pemberian label, pemberian kode expired, dan
pengemasan dalam karton, sampai dengan sealling karton . Selanjutnya minyak
yang telah dikemas, diangkut menuju gudang untuk menunggu giliran dipasarkan.
PA DPO
zat pengotor
CPO 0,07 % PA
Zat pengotor PreMixer Degumming
Tank
CPO yang sudah dipanaskan dengan plate heat exchanger, ditambahkan dengan
PA yang ditransfer dari tempat penampungan PA menggunakan pompa lalu
dihomogenkan dengan Pre Mixer yang dilengkapi agitator. CPO yang telah
homogen ditampung di Degumming Tank. Proses Penambahan PA berfungsi
untuk menggumpalkan zat pengotor atau getah yang ada dalam CPO. Kapasitas
CPO yang masuk 38000 kg/h. Berikut ini adalah komposisi CPO:
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak bebas CPO dan zat pengotor, gum.
0,3
Aliran 3 Aliran 4
114 114
PA 26,6 26,6
Zat pengotor 95 95
&gum
TOTAL 38026,6 38026,6
BE
DPO
2%
(DBPO &
Zat pengotor & gum
Pre Mixer Bleaching Blotong)
PA Tank
DPO,PA,zat pengotor dan gum masuk ke dalam pre mixer lalu ditambahkan BE
atau Bleaching Earth. Proses Bleaching ini menggunakan zat penyerap yang
memiliki aktivitas permukaan yang tinggi dalam menyerap zat warna, juga dapat
digunakan untuk menyerap sifat koloidal lainnya seperti gum dan zat-zat
pengotor.
Aliran 7 Aliran 9
114 -
PA 26,6 -
BE 760 -
Zat Pengotor 95 -
gum
Blotong - 995,6
Pada Niagara Filter ini terjadi penyaringan bin blotong yang terdiri dari
(PA,BE,Gum dan kotoran) yang terdapat pada minyak. Niagara Filter ini
memiliki efisiensi 99,9% dalam menyaring blotong. Hasil DBPO yang keluar
Niagara Filter akan dialirkan menuju filtrat tank , namun sebelum DBPO masuk
ke filtrat tank disaring terlebih dahulu dengan bag filter.
di NF
= x 995,6 kg/h
= 795,683 kg/h
Blotong 995,6
994,603 37791,997
Sebelum masuk ke filtrate tank, terjadi penyaringan lagi melalui Bag Filer. Pada
Bag Filter ini terjadi penyaringan kembali blotong dengan menggunakan
penyaring yang berbentuk bag.
Pada Deodorizer Tank ini terjadi penghilangan bau dan warna. Di dalamnya juga
terdapat tray, dimana setiap tray terdapat sparging steam yang berfungsi untuk
mengaduk DBPO yang ada di dalamnya. Pada Deodorizer Tank ini menghasilkan
2 Produk yaitu PFAD dan RBDPO.
Asam Palmitat 69
Asam Oleat 11
Air 2
Steam - 9501,98 - - -
BAB III
PROSES PRODUKSI
Komponen penyusun minyak kelapa sawit terdiri dari trigliserida. Asam lemak
penyusun trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Komposisi asam lemak pada Crude Palm Oil (CPO) dapat dilihat pada tabel IV.I.
Phosphoric Acid pertama kali diolah oleh Boyle, di tahun 1694 dengan
melarutkan P4O10 dalam air, setelah ditemukannya unsur Phospor.
Sifat-sifat fisika dan kimia dari Phosphoric Acid adalah sebagai berikut :
Gambar 3.2 PA
Phosphoric Acid atau dikenal dengan Asam Fosfat sebagian besar digunakan
dalam proses produksi pupuk pertanian, pembersih, farmasi, dan lain-lain.
Phosphoric Acid yang digunakan dalam pengolahan minyak biasanya mempunyai
konsentrasi 85 % dalam jerrycan 35 kg. Pada industri minyak goreng, asam fosfat
digunakan pada proses penghilangan getah (degumming).
Batuan Bentonit atau Bleaching Earth yang dipakai oleh PT.SIMP berasal
dari beberapa produsen Bleaching Earth. Sebelum digunakan bentonit ini harus
diperiksa ke bagian laboratorium QC terlebih dahulu dengan parameter uji bulk
density, moisture, keasaman, pH, dan daya pucat. Daya pucat merupakan
parameter yang paling kritis untuk bahan baku ini karena penggunaan Bleaching
Earth adalah untuk memucatkan warna minyak.
Gambar 3.3 BE
Bleaching Earth adalah sejenis clay yang berasal dari bumi yang kaya akan
mineral dan biasa digunakan dalam proses penyerapan, pemucatan warna, dan
penyaringan. Setelah dipakai, Bleaching Earth harus diproses untuk digunakan
kembali atau dibuang sebagai limbah. Bleaching Earth juga mengandung zat besi,
magnesium, kalsium, dan kandungan yang terbesar adalah aluminium dan silika
yang berfungsi sebagai adsorben. Penamaan Bleaching Earth berasal dari
kemampuannya untuk menghilangkan pigmen warna dari minyak dan bahan
kimia lainnya. Dosis penambahan BE tergantung kepada 2 faktor yakni, kualitas
CPO dan kualitas minyak yang ingin diproduksi.
Proses pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku Crude Palm Oil
dilaksanakan dalam proses utama, yaitu:
1. Proses Refinery
2. Proses Fraksinasi
Bahan baku CPO disimpan dalam tangki dalam stasiun penerimaan. CPO yang
terdapat pada storage tank mengalami perlakuan pemanasan yang dilakukan
secara kontinu, di mana temperatur CPO dipertahankan pada suhu 45-550C
dengan menggunakan steam. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mencegah
terjadinya pembekuan CPO, memudahkan pemisahan CPO dengan kotoran dan
air, memudahkan sebelum proses refinery. Pada tahap awal dari storage tank
menuju ke proses refinery. Pada Rifenery Plant ini ada tiga Rifenery Plant yaitu
Rifenery Plant I, Rifenery Plant II dan Rifenery Plant III dengan desain alat yang
berbeda yaitu pada Rifenery Plant I adalah LURGI, Rifenery Plant II adalah
ALFA LAVAL, dan Rifenery III adalah LIPICO. Pada proses Rifenery Plant III
terdapat 3 section yaitu Degumming Section, Bleaching Section dan Deodorizer
Section. Pada tahap kedua dilakukan tahap fraksinasi. Proses fraksinasi dilakukan
dengan dry fractionation. Proses fraksinasi kering adalah untuk memisahkan
minyak sawit menjadi dua fraksi, yaitu palm oil (fraksi cair) dan palm stearin
(fraksi padat). yang pada akhirnya akan dihasilkan olein dan stearin. Olein yang
dihasilkan dapat langsung disimpan dalam tangki penyimpanan yang selanjutnya
yang ditambahkan sesuai dengan kualitas yang diproses. Dari Bleacher Tank yang
overflow DPO, pada proses ini DPO yang telah ditambahkan BE bertujuan
sebagai pemucat warna dan sekaligus mengikat gum yang telah terikat oleh
Phosporic Acid. Didalam Bleacher Tank terdapat coil yang dilengkapi dengan
steam sparging untuk membantu agar reaksi berjalan dengan homogen. Kemudian
overflow ke dalam Buffer Vessel (VE612) yang berfungsi supaya reaksi menjadi
lebih sempurna. Pada proses ini setelah DBPO keluar dari Buffer Tank (VE612)
kemudian DBPO yang terbentuk dialirkan. Hasil dari proses bleaching akan
menghasilkan minyak yang memiliki warna lebih cerah dan stabil. Faktor penting
yang cukup berpengaruh adalah suhu, kelembapan, dan sifat bleaching earth yang
ditambahkan atau digunakan dalam proses
Filtration Process
Pada plant Rifenery terdapat utilitas yang turut berperan dalam proses antara lain :
A. Air
2. Pada plate cooler (HE751) dimana air bersih dari Cooling Tower
digunakan sebagai pendingin FAD
3. Pada plate cooler (HE742) dimana air bersih digunakan sebagai pendingin
RBDPO
4. Untuk pencucian screen di Niagara Filter
5. Pada pompa (PU721) dimana air bersih digunakan proses pendinginan
B. Steam
1. Pada Heat Exchanger (HE312/712) dimana steam yang berasal dari Power
Plant digunakan untuk pemanas CPO/DBPO pada tahap awal
2. Pada Bleacher Tank (VE611), Buffer Vessel (VE612), Deodorizing Tank
(PC731), Final Heater (HE722), dan Economizer Tank (HE721) dimana
steam dari boiler digunakan sebagai sparger
3. Pada Niagara Filter (FL621, FL622, FL623, FL624) steam dari boiler
digunakan sebagai media pengering cake (blotong)
4. Pada final heater (HE722) dimana steam disirkulasi dari HPB sebagai
pemanas sebelum DBPO masuk ke Deodorizer (PC731)
5. Steam digunakan sebagai tracing pada pipa jalur minyak dan pada coil,
Filtrate Tank (VE701), PFAD Tank (VE751), Splash Oil Tank (VE711)
6. Untuk memanasi air cucian untuk Niagara Filter
C. Udara
1. Udara digunakan pada Pneumatic Sistem pada pembuka valve dan control
valve di seluruh proses
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang telah diproses dari
refinery plant kemudian ditampung pada storage tank dipompa masuk kedalam
Criystalizer (CR). Pada crystalizer terdapat beberapa tahapan proses. Pengisian
RBDPO kedalam tangki crystalizer disebut filling. Setelah dilakukan filling
namun suhu yang belum memenuhi maka dilakuakn reheat dan disirkulasi
kembali menggunakan PHE dan dicross dengan air panas. Kemudian masuk
ketahap pengadukan agar suhu crystallizer dari atas hingga bawah tangki sama,
proses ini disebut homogenisasi. Kemudian dilanjutkan proses kristalisasi dimana
terjadi pendinginan dengan air Cooling Tower dan Chiller. Pada tahap ini setelah
minyak mencapai temperatur tertentu kristal mulai terbentuk dan kecepatan
pengadukan diturunkan agar kristal tidak pecah serta suhu air diturunkan agar
suhu minyak dapat turun sesuai dengan yang dibutuhkan dan dipertahankan.
Setelah beberapa waktu (holding) kemudian dilakukan pengecekan RBDPO
kristal yang didapat sesuai dengan yang diinginkan Quality Control (QC).
Kemudian dilakukan pompa kedalam filter press.
Pada Fractination Plant terdapat utilitas yang ikut berperan dalam proses, antara
lain:
A. Air (Water)
1. Cold Water
2. Digunakan sebagai pendingin gas Freon didalam Condensor Chiller
3. Digunakan sebagai pendingin di dalam Crystallizer hingga mencapai
suhu yang diinginkan, dimana cold water ini dipompa dari Cooling
Tower
4. Digunakan sebagai sanitasi
5. Chilled Water sebagai pendingin dalam Crystallizer ketika suhu
RBDPO mencapai suhu yang diinginkan sampai RBDPO tersebut akan
mengalami filtrasi
B. Steam
Digunakan sebagai pemanans air untuk menghasilkan air panas, dimana
air panas tersebut akan dipakai
2. Pemanasan RBDPO
3. Pemanasan stearin
4. Pemanasan olein washing
5. Pemanasan olein produk
Selain itu, setam juga dipakai untuk memansai semua jalur minyak yang ada di
plant melalui pipa tracing.
Pigment Kuning
4. PP ( Poly Prophylene)
5. Olein
Selain botol bimoli klasik yang diproduksi sendiri di PET Bottling Plant,
ada juga kemasan-kemasan lain yang didatangkan dari supplier. Kemasan
yang diperoleh dari supplier, antara lain botol bimoli spesial ukuran 250
mL, 620 mL, 1000 mL, 2000 mL, serta can bimoli spesial dan klasik
ukiran 5 Liter.
1. Yellow Pigment
2. Box/Karton
3. Label
Label yang digunakan untuk memberikan keterangan pada botol dan can
berasal dari supplier. Label ini berisi keterangan merk, nilai gizi, berat
bersih, dan lain-lain.
4. Lem
Lem yang digunakan untuk merekatkan label pada botol dan can diperoleh
dari supplier. Lem ini nantinya dioleskan pada label secara otomatis
menggunakan mesin.
5. Tinta Printing
Tinta berwarna hitam yang digunakan berasal dari supplier. Tinta ini
digunakan untuk mencetak tanggal kadaluarsa dan kode produksi pada
kemasan botol dan label kemasan can.
6. Packing Tape
Pada PET Bottling Plant terdapat 4 mesin utama, yaitu mesin pembuatan
botol kualitas klasik menggunakan mesin ASB, mesin pembuatan cap (tutup),
mesin pembuatan handle, dan mesin serac (untuk filling khusus kemasan botol
spesial). Masing-masing mesin ASB (Air Stretch Blow Molding Machine)
memiliki 4 line yang berfungsi untuk menghasilkan botol dengan volume 2L, 1L,
620 mL, dan 250 mL. Dalam plant ini selain pembuatan botol, juga dilakukan
pembuatan tutup botol (cap) dan pembuatan pegangan (handle). Ada 2 jenis tutup
botol yang dibuat, yaitu ukuran 27 mm dipakai untuk botol ukuran 250 mL dan
ukuran 30 mm dipakai untuk botol ukuran 620 mL, 1L, dan 2L. PT. Salim Ivomas
Pratama Tbk hanya memproduksi botol untuk kualitas klasik, sedangkan untuk
kemasan botol kualitas spesial, kemasan pouch, kemasan can, dan label PT. Salim
Ivomas Pratama Tbk memperolehnya dari supplier. Plant ini menghasilkan output
dalam kemasan pouch, botol, dan can berukuran 5L.
A. Pembuatan Cap
Pembuatan cap 27 untuk botol ukuran 250 ml, dan cap 30 untuk
botol ukuran 620 ml, 1000 ml, 2000 ml. Bahan dasar pembuatan cap
(tutup botol) adalah HDPE (High Density Poly Ethylene) dan LLDPE
(Low Linear Density Poly Ethylene), hal ini dikarenakan karakterisitik
dari bahan baku keras jadi dapat digunakan sebagai tutup. Berikut tahapan
proses :
1. Mixing : HDPE dicampur LL dengan rasio perbandingan tertentu yang
disesuaikan dan pigmen warna.
2. Melting : pelelehan bijih plastik, HDPE dan LL dimasukkan dalam
hopper ditambahkan pigmen warna.
3. Moulding : Lelehan dimasukkan dalam cetakan cap yang dilengkapi
pendingin
4. Crushing : penghancuran sisa bahan yang gagal dibentuk
B. Pembuatan Handle
Pembuatan handle yang khusus digunakan pegangan pada botol
2000 ml. Pada urutan prosesnya hampir sama dengan pembuatan cap 27
dan 30. Bahan baku yang digunakan berbeda dengan pembuatan cap, pada
handle bahan yang digunakan yaitu poly propylene (PP) yang dicampur
dengan pigment kuning. Tahapan prosedur pembuatan cap hampir sama
dengan pembuatan handle, yang berbeda hanyalah pada mold (cetakan).
Setelah terbentuk pada cetakannya, handle akan turun ke bawah tempat
penampungan produk handle, sekali inject yang keluar sebanyak 8 pcs.
Handle yang terbentuk jika tidak memenuhi syarat akan di crusher, dan
dilelehkan kembali untuk dibentuk menjadi handle lagi.
Berikut merupakan syarat handle yang baik :
1. Bentuk handle harus sesuai dengan mold dan tidak terjadi pengkerutan
C. Pembuatan Botol
Biji PET yang sudah mencair tersebut diinjeksikan melalui nozzle menuju
ke block cavity yang berfungsi membentuk preform. Prinsip kerja alat ini
adalah cetakan yang berbentuk silinder sesuai dengan ukurannya. Preform
adalah bentuk awal dari botol yang berupa tabung plastik dengan berbagai
ukuran sesuai ukuran botol yang dibentuk.
2. Conditioning
Setelah terbentuk preform, maka preform ini diputar atau dipindahkan 90o
kedudukan semula untuk mengalami tahap selanjutnya yaitu tahap
conditioning yang merupakan proses penyempurnaan dan penstabilan
preform agar pada saat blowing, botol yang dibentuk tidak bocor dan
bentuknya bagus. Pada bagian ini terdapat dua bagian yaitu bagian atas
yang disebut conditioning core yang berfungsi untuk mengendalikan dan
menstabilkan bagian dalam preform, pada bagian ini dilengkapi dengan
thermocontrol dan dialiri dengan air panas. Sedangkan bagian luar terdapat
heating pot berfungsi untuk memanaskan bagian luar,bagian mana yang
paling tebal diberi suhu yang lebih tinggi dari bagian yang lain.
3. Blowing
D. Proses Filling
a. Kualitas Klasik
Proses filling terdapat beberapa bagian yaitu filling untuk botol, filling
untuk pouch, dan filling untuk jerrycan. Filling untuk botol dilakukan pada 4
mesin ASB untuk 4 ukuran botol (250 mL, 620 mL, 1 Liter, 2 Liter). Botol yang
telah jadi kemudian menuju mesin filling melalui conveyor, yang sebelumnya
telah dilakukan inspeksi untuk mengetahui botol-botol yang reject atau rusak.
Botol yang reject akan dikumpulkan untuk dihancurkan, sedangkan botol yang
tidak reject akan masuk ke dalam mesin filling untuk dilakukan pengisian minyak
goreng. Pengisian minyak dilakukan secara otomatis sesuai volume botol. Botol
yang telah terisi kemudian dilakukan pemasangan tutup botol pada mesin capping.
b. Kualitas Special
Pengisian pada jerrycan juga dilakukan dengan mesin, namun untuk penutupnya
dipasang secara manual oleh operator. Kemasan can (jerrycan) didapat dari
supplier dengan grade minyak yang diisikan adalah grade klasik dan special yang
diperolah dari tangki penampungan olein. Secara keseluruhan, proses yang terjadi
pada filling untuk can sama dengan proses untuk pengisian botol. Akan tetapi, ada
perbedaan yaitu sebelum can diisi minyak, dilakukan terlebih dahulu proses
labelling.
E. Tahapan Labelling
F. Tahapan Packing
G. Tahapan Sealing
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
A. CPO Tank
Letak : Refinery Plant
Fungsi : Menampung bahan baku CPO
Kapasitas : 21750 ton
Diameter : 3 meter
Tinggi : 20 meter
Bentuk : Silinder
Bahan : Stainless stell
Jumlah : 3 Buah
B. CPO Pump
Letak : Refinery Plant
Fungsi : Memindahkan CPO dari CPO Tank Menuju PHE
Tipe : Centrifugal Pump
Jumlah : 1 buah
C. Plat Heat Exchanger (PHE)
Letak : Refinery dan Fraksinasi Plant
Fungsi : Meningkatkan suhu dengan media steam
Spesifikasi : Tipe PHE, jumlah tube 315 buah
Bahan : Stainless steel
Jumlah : 2 buah
IV.2.2 Bleaching
Kapasitas : 5 ton
Jumlah : 1 buah
IV.2.4 Deodorization
IV. 3 Fractination
IV.1 Maintenance
IV.2.1 Mechanic
1. Preventive Mechanic
2. Korektif
IV.2.2 Electric
IV.2.3 Civil
IV.2.4 Workshop
1) Pengelasan
2) Pemotongan
Pemotongan adalah proses pemisahan benda padat menjadi dua atau lebih,
melalui aplikasi gaya yang terarah melalui luas bidang permukaan yang kecil.
Cara pemotongan dibagi menjadi 3 sesuai dengan benda yang digunakan saat
pemotongan :
4) Roll Plate yaitu alat yang biasanya digunakan untuk membentuk silinder,
atau bentuk-bentuk lengkung lingkaran dari pelat logam yang disispkaan
pada suatu roll yang berputar. Roll tersebut mendorong dan membentuk
plat yang berputar secara terus menerus tingga terbentuklah silinder.
5) Roll pipa untuk membuat pipa menjadi lingkaran yang sesuai dengan
ukuran pipa tersebut untuk reling tank (pagar tank).
BAB IV
LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU
V.1 Pendahuluan
Stearin (Colour,
Fractination Plant RBDPO Crystallizer (CP, IV)
IV, MP)
3. Berat : Berat dari kemasan botol serta tutupnya, pouch, jerrycan, kardus,
dan packing tape diukur menggunakan timbangan digital, dan dicocokkan
dengan spesifikasi produk yang ada.
4. BS (Bursting Strength) : pemeriksaan ketahanan kertas kemasan kardus
yang diterima dari supplier. Dilakukan pada bagian dasar kardus, karena
bagian dasar kardus merupakan bagian yang menahan seluruh isi produk.
Perhitungan pemeriksaan Bursting Strength:
BS = A x F
Keterangan :
5. ECT (Edge Crush Test) : pemeriksaan tekan tepi kardus terhadap tekanan.
Pengukuran ECT dilakukan dengan memotong bagian kardus seperti
bentuk kupu-kupu, lalu meletakannya pada alat Range Crush Test (RCT).
Perhitungan analisa Edge Crush Test:
Keterangan :
6. FCT (Flat Crush Test) : memeriksa ketahanan tekan datar kardus dengan
cara memotong bagian kardus menjadi bentuk lingkaran. Namun
pengukuran ini tidak dilakukan untuk semua kardus, tetapi hanya
dilakukan pengujian terhadap karton sesuai spec R&D. Perhitungan
pemeriksaan Flat Crush Test :
Keterangan :
H2C-O-C-C-R1 H2C-OH
H2C-O-C-R3 H2C-OH
Tujuan dilakukan analisa FFA pada setiap sampel yang diambil yaitu untuk
mengetahui presentase asam lemak bebas yang tidak terikat oleh senyawa
trigliserida yang terdapat dalam minyak. Salah satu indikator bahwa minyak
sudah rusak adalah bila digunakan akan menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan yang disebabkan karena nilai FFA yang tinggi. Oleh karena itu
kandungan FFA pada minyak harus sekecil mungkin, karena minyak merupakan
produk makanan. Dengan kandungan FFA yang kecil diharapkan minyak saat
dikonsumsi tidak membahayakan konsumen. Karena semakin rendah kandungan
FFA pada minyak maka semakin baik pula kualitas minyak tersebut. Untuk
analisa FFA pada minyak ini dilakukan prinsip titrasi asam basa ( asidi-alkalimetri
) minyak terdapat asam lemak didalamnya akan dititrasi dengan basa (NaOH).
FFA =
Keterangan :
gliserol dan FFA. Pada saat pengolahan, semakin tinggi nilai moisture akan
mengakibatkan waktu reaksi menjadi lama, akibatnya hasil tidak maksimal.
Sedangkan pada produk minyak, bila kandungan moisture tinggi maka akan
mempercepat laju hidrolisis yang dapat menyebabkan FFA cepat naik dan
merusak kestabilan minyak. Terdapat beberapa metode pengujian moisture pada
minyak, diantaranya :
Metode Kalfiser : Pada analisa metode ini digunakan untuk analisa sampel dengan
menggunakan media reagen. Reagen yang digunakan yaitu campuran iodin sulfur
dioksida dan piridin dalam methanol.
Metode NIR (Nier Infrared) : Prinsip pengujian pada metode ini yaitu
menggunakan instrument bernama Nier Infrared, yang bekerja secara otomatis
setelah dimasukkan data standard moisture untuk olein dan CPO, maka secara
otomatis instrument tersebut akan mengeluarkan angka yang menunjukkkan
moisture dalam sampel yang telah dimasukkan.
Keterangan :
3) Fosfor
Kandungan fosfor dalam minyak dapat berpengaruh terhadap kadar FFA.
Oleh karena itu kadar fosfor dalam minyak harus diketahui. Semakin tinggi kadar
fosfor mengakibatkan naiknya kadar FFA. Jika FFA tinggi maka kualitas minyak
rendah (karena mudah terhidrolisa). Peningkatan kadar FFA akibat fosfor dapat
terjadi pada minyak walaupun minyak tengah berada pada masa penyimpanan di
storage tank.
4) Smoke Point
Nilai dimana minyak pertama kali mengeluarkan asap saat dipanaskan
pada suhu tertentu disebut smoke point. Analisa ini bertujan untuk menguji
kualitas minyak dengan pengaruh zat zat atau senyawa yang mudah menguap,
biasanya senyawa ini mudah menguap yaitu asam lemak bebas. Smoke Point ini
bertujuan untuk menguji mutu minyak sehingga dapat diketahui batasan suhu
maksimal penggorengan sebelum minyak rusak. Semakin tinggi nilai Smoke Point
maka kualitas minyak semakin baik. Prinsip analisa Smoke Point yaitu dengan
memanaskan minyak pada ruangan gelap, setelah itu amati suhu saat pertama
munculnya asap tipis.
Metode yang digunakan pada analisa ini yaitu dengan reagen wijs. Syarat
yang penting dalam analisa ini adalah sampel yang akan dianalisa harus punya
ikatan rangkap. Ikatan rangkap yang ada nantinya akan bereaksi dengan iodine
yang ada pada larutan wijs sehingga ikatan rangkapnya putus. Akan tetapi, hal
mendasar yang perlu diperhatikan dalam analisa ini yaitu larutan wijs yang
ditambahkan harus tepat. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam
menganalisa seberapa banyak ikatan rangkap yang ada dalam minyak tersebut.
( )
IV =
Keterangan :
N = Normalitas Na2S2O3
BM Iodine = 126,90
CP yaitu suhu dimana mulai terbentuk kabut pada minyak yang mulai
menunjukkan terjadinya kristalisasi. Nilai CP perlu diketahui dengan tujuan untuk
mengetahui suhu penyimpanan dari suatu minyak agar kualitas minyak dapat
terjaga terutama pada suhu dingin seperti di supermarket.
terbentuk endapan maka kualitas minyak semakin baik. Maka dari itu pengujian
ini dapat digunakan sebagai parameter dari jumlah ikatan jenuh dan tak jenuh
yang juga menjadi permasalahan pada produk minyak goreng. Prinsip pengujian
analisa CS adalah dengan meletakkan minyak dalam wadah khusus pada suhu
ToC selama beberapa hari.
Perhitungan Kadar PV
PV =
Keterangan :
Perhitungan Kadar AV
AV =
Keterangan :
Totox = 2PV + AV
DOBI =
D. Parameter Lain
1. Warna (Colour)
Selain beberapa test yang dilakukan diatas, ada juga beberapa test lain yang di
lakukan untuk menganalisa bahan bahan penunjang proses, seperti bleaching
earth, phosporic acid dan lain lain.
BAB VI
UTILITAS
pengurangan oksigen agar tidak terjadi korosi pada alat, terutama boiler. Dalam
feed water, air juga dipanaskan oleh steam hingga suhu air diantara 80 dan 90°C.
Jika suhu air dibawah suhu 80 dan 90°C, maka kelarutan bahan kimia yang
ditambahkan akan berkurang. Tetapi jika suhu air diatas suhu 90°C, maka akan
mengganggu kerja dari pompa feeding. Air yang telah melewati feed water akan
dipompakan ke dalam boiler, sehingga menjadi air umpan boiler.
Kebutuhan panas pada suatu pabrik akan dipenuhi dengan bentuk steam
(uap panas). Boiler merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai pemanas air
yang menghasilkan steam. Steam pada tekanan tertentu digunakan untuk
mengalirkan panas dalam suatu proses. Bahan bakar yang digunakan dalam
memanaskan boiler bisa berupa gas, minyak maupun batu bara. Jenis boiler yang
digunakan adalah fire tube boiler. Boiler ini merupakan boiler yang gas panasnya
berasal dari api dan pembakaran bahan bakar sehingga dapat digunakan untuk
memanaskan tangki berisi air. Prinsip kerja boiler adalah kondisi termal gas panas
tersebut memanaskan air sehingga menghasilkan steam. Berdasarkan bahan bakar
yang digunakan, boiler yang terdapat pada power plant terbagi menjadi dua, yaitu
tiga unit boiler berbahan bakar minyak atau gas dan tiga unit boiler berbahan
bakar batu bara . pada kondisi normal, boiler yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan steam adalah tiga unit boiler berbahan bakar batu bara. Setelah
terbentuk steam, lalu didistribusikan ke masing-masing plant yang membutuhkan
steam. Didalam pengoperasian sistem boiler ini juga terdapat beberapa safety
yaitu :
2. Steam dan Bahan Bakar : bila air di dalam tangi habis, api harus mati.
Batu bara memiliki parameter (persyaratan) diantaranya besaran kalori, total moist
(total kelembaban), volatile (tingkat penguapan), kandungan kadar abu (ash), dll.
Boiler yang bekerja mirip seperti ketel uap beroperasi secara semi
automatis. Boil dalam boiler terdiri dari bagian atas dan bagian bawah yang
terhubung dengan pipa-pipa. Pada boiler yang menggunakan sistem fire tube,
dimana api yang berada di dalam tube, sedangkan air akan berada diluar tube.
Proses yang terjadi dalam boiler dimana air akan menjadi steam, berawal
dari bahan bakar berupa batu bara dari supplier berbentuk bongkahan. Bongkahan
batu bara terlebih dulu akan dikecilkan ukurannya (sesuai ukuran hopper
penampung batu bara di dalam crusher sebelum masuk ke boiler) dengan mesin
crusher kemudian dipisahkan ukurannya dengan menggunakan ayakan. Batu bara
yang memiliki kalori yang terkandung sekitar 6000kal-6500kal. Proses
penghancuran batu bara bongkahan dan penyimpanannya dilakukan dalam stock
pile. Kemudian dimasukkan dalam single bucket elevator dan dimasukkan ke
hopper. Lalu terjadi pemanasan burn back lalu ditempatkan diatas chain grid
(rantai berjalan) dan akan dibawa ke boiler dengan stoker. Proses penempatan
batu bara yang digunakan dapat rata kanan kirinya maka digunakanlah hooper
dengan swing chute dan untuk menentukan tebal tipisnya batu bara yang masuk
digunakan gueliten door. Dalam boiler terdapat batu tahan api berfungsi sebagai
menstabilkan panas bakaran batu bara lalu masuk ke chamber (ruang bawah
tanah). Setelah burner sudah siap maka air softener dan softwater tank kemudian
dialirkan ke feed water tank dipompa memasuki boiler. Di dalam Power Plant
terdapat ruang control yang berfungsi untuk mengontrol tekanan boiler supaya
tidak melebihi setpoint yang telah ditetapkan. Jika tekanan melebihi setpoint,
maka kecepatan stoker akan melambat secara otomoatis sehinga panas yang
dihasilkan semakin kecil dan tekanan dalam boiler akan berkurang. Steam yang
telah terbentuk akan masuk ke dalam steam header kemudian dialirkan ke power
plant terlebih dahulu selanjutnya akan didistribusikan melalui header yang ada di
power plant ke masing-masing bagian produski (refinery plant, fractionation
plant, hydrogenation plant, margarine plant, tank farm dan plant lainnya) yang
membutuhkan steam untuk mendukung proses produksinya. Selanjutnya, steam
yang telah terpakai sebagai hasil perpindahan panas akan ditampung di dalam
condensate tank dan akan di recycle lagi sebagai tambahan air make-up dalam
boiler.
Sisa bakaran dari batu bara merupakan sisa hail pembakaran batu bara
yang memiliki ukuran yang lebih besar dan setelah bottom ash keluar akan
langsung didinginkan dengan air kemudian ditampung dalam hopper sebelum
diangkut dan diproses dari pihak ketiga. Limbah lain dari sisa pembakaran batu
bara tersebut berupa fly ash yang memiliki ukuran partikel lebih kecil mirip
seperti debu akan ditangkap menggunakan grid areester. Selanjutnya, fly ash
dikeluarkan untuk diangkut bersama dengan bottom ash. Sisanya gas hasil
pembakaran berupa asap akan dikeluarkan melalui chimney atau cerobong asap.
Gas hasil pembakaran batu bara masih mengandung partikulat. Gas dan partikulat
tersebut dikontakkan dengan air dengan cara di spray dilewatkan ke wet scrubber
untuk mengurangi kadar Sox dan NOx sehingga dapat mengurangi pencemaran
udara. Gas buang yang telah turun kandungan Sox dan NOx sesuai dengan
peraturan pemerintah. Yang telah ditetapkan baru dapat dibuang ke udara.
Sedangkan lumpur yang berisi partikulant fly ash yang tecampur dalam air
tersebut dialirkan ke WWT. Limbah tersebut akan ditambahkan koagulan
sehingga membentuk flok-flok yang lalu dipress sehingga menghasilkan padatan
B3.
VI.3.1 Listrik
PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk menggunakan dua sumber listrik yang
berasal dari PLN dan Genset untuk memperlancar kelangsungan proses produksi,
penerangan, dan perkantoran. Kebutuhan listrik setiap plant berbeda sesuai
dengan penggunaannya. Oleh sebab itu, energi listrik yang berasal dari dua
sumber tersebut di distribusikan ke masing-masing plant sesuai dengan kebutuhan
listrik.
VI.3.1.1 PLN
Listrik yang didapat dari PLN merupakan sumber listrik yang dipasok
oleh pemerintah. Konsumsi listrik di perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan
fisik setiap plant. Tegangan listrik dari PLN yang masuk ke PT. Salim Ivomas
Pratama, Tbk adalah 20.000V yang kemudian diturunkan menjadi 3300 V dengan
menggunakan trafo step down. Tetapi listrik sebesar 3300 V tidak dapat
digunakan, olehkarena itu diturunkan kembali menggunakan trafo step down
menjadi 380V baru bisa di gunakan. Sumber listrik yang berasal dari PLN
memiliki kelebihan yaitu lebih ekonomis dan tidak ada biaya perawatan.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan PLN adalah ketika terjadi pemadaman
listrik secara mendadak atau tidak dengan pemberitahuan sebelumnya. Oleh
karena itu, perlu membut alternative lain yaitu geset agar dapat menyuplai listrik
ke tiap plant, sehinga tidak mengganggu proses produksi.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Menjamin tenaga kerja atas hak dan keselamatan serta kesehatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produktivitas kerja.
dihadapi, pemeliharaan dilakukan secara teratur, dipakai secara benar atau apabila
diperlukan, disimpan secara aman dan dipahami benar manfaatnya. Adapun aturan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada PT. Salim Ivomas Pratama
Tbk terdiri dari :
BAB VIII
PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah yang dihasilkan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk Surabaya ada dua
macam, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah cair meliputi air limbah
buangan, air hasil proses degumming, air pendingin, air dari toilet dan lainnya.
Limbah yang diolah di WWT PT. SIMP tergolong dalam limbah organik dan
memiliki karakteristik basa, termasuk limbah yang dapat diurai dan memiliki pH
diatas 7. Karena karakteristik limbah tersebut, maka pemrosesan limbah
menggunakan sistem unit lumpur aktif. Unit lumpur aktif merupakan suatu unit
pengolahan yang berfungsi untuk menurunkan kandungan organik terurai dalam
air limbah dengan bantuan mikroba aerobik.
5. Setelah dari Internal Clarifier air limbah masuk ka bak Over Flow tempat
penampungan sementara hasil proses biologi sebelum mengalir ke Water
Pond.
6. Setelah dari Over Flow air limbah proses akan dialirkan ke Water Pond.
Water Pond adalah tempat penampungan sementara limbah cair layak
buang sebelum dialirkan ke saluran buang sesuai parameter baku mutu
limbah cair.
7. Thickener Tank yang digunakan untuk tempat penampungan lumpur
sementara sebelum di proses ke mesin belt press.
8. Mesin Belt Press digunakan untuk pengepresan lumpur bila lumpur dalam
prosesnya ditambah koagulasi dengan diinjek polimer. Lumpur kering
hasil pengepresan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
liquid
Emergency tank Equalisasi bank
Bio Nutrien
sludge B3
Thikener tank Oxidation ditch
polymer
B3
Overflow
Water ford
Reuse
Driness
Refinary Boiler BB
4. Lalu masuk dalam bak netralisir atau Flokulator Tank yang didalamnya
terdapat dosing pump yang betujuan untuk penambahn chemicals untuk
proses fokulan yang hanya menangkap lumpur supaya mengapung tapi
tidak mengikat lumpur. Bahan kimia yang digunakan yaitu PE dan PAC
berfungsi supaya lumpur bisa ditangkap serta NaOH (digunakan jika pH
rendah) dan HCl (digunakan jika pH tinggi) yang berfungsi supaya pH
netral.
7. Air masuk ke dalam Oxidation Ditch untuk diairasi dengan proses biologi.
Kemudian masuk ke External Clarifier atau Secondary Clarifier.
9. Air masuk dalam bak control yang kemudian akan sebagian dibuang ke
Drainese (badan sungai).
10. Limbah dari Secondary Clarifier juga masuk ke Sludge Collector yang
berfungsi sebagai tempat penampung sludge sementara untuk melanjutkan
proses pengolahan selanjutnya.
PUMP IT
Equalisasi tank
Flukurator tank
Oxidation ditch
Secondary
Sludge collector
clarifier
Thikener tank
polymer
Bak control
decanter
DRAINASE
B3
BAB IX
IX.1 Simpulan
2. Pada bagian refinery plant terjadi proses pemurnian bahan baku yakni
CPO (crude palm oil) melalui tahapan tahapan pokok yaitu bleaching dan
degumming kemudian deodorizing. Hasil utama dari refinery plant adalah
refined bleached deodorized palm oil (RDBPO) dan hasil sampingnya
palm fatty acid (PFAD) yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik.
4. Pada bagian bootling plant, minyak goreng di kemas dalam botol, jerigen
dan standing pouch. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk memiliki poduk
utama yaitu berupa minyak goreng, margarin dan shortening.
5. Pengawasan mutu sangat di jaga ketat, mulai dari penerimaan bahan baku
CPO (crude palm oil), bahan baku pembantu, proses pembuatan minyak
goreng proses pengemasan produk hingga proses pemasaran produk.
IX.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan kepada PT. Salim Ivomas
Pratama Tbk. Saat Praktik berlangsung memang kami tidak dapat diperbolehkan
mengunjungi hidrogenasi plant, mengingat tingkat bahaya leadakan yang tinggi.
Menurut literatur, hidrogenasi merupakan proses yang menggunakan gas hidrogen
untuk mengubah minyak nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini
menstabilkan minyak dan mencegah basi akibat oksidasi. Maka dari itu
pengoptimalan reaksi hidrogenasi dan pengurangan biaya melalui pemilihan mode
pasokan terbaik serta evaluasi dan optimisasi termodinamika atau kinetika reaksi
agar terus dikembangkan, mengingat reaksi hidrogenasi bersifat sensitif terhadap
beragam faktor yang dapat berdampak negatif pada waktu batch, masa pakai
katalis, kecepatan produksi, dan selektivitas. Semoga pada kesempatan lain kali,
dapat mempelajari lebih dalam mengenai hidrogenasi dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
WIB
Fransiska.2010.”MinyakGoreng”.(http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
20973/4/ Chapter%20II.pdf). Diakses pada tanggal 9 Agustus 2019 pukul
20.19 WIB
Ketaren.2008.”Minyak dan Lemak Pangan”.Jakarta:Universitas Indonesia-Press
Wijayanti.2008.”Pemanfaatan Minyak”.Jakarta:Universitas Indonesia-Press